Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP

HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X IPA


SMA N 1 KECAMATAN SULIKI

PROPOSAL PENELITIAN

FRIMA GITA OKTAFIA

NIM :1910007771007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

STKIP ABDI PENDIDIKAN

PAYAKUMBUH

2022
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang

pendidikan.ini berarti,bahwa hasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu sangat tergantung kepada proses beelajar yang dialami

siswa.oleh karena itu,belajar berlangsung secara aktif dan interaktif dengan

menggunakan berbagai bentuk perlakuan untuk mencapai suatu tujuan yang

diharapkan.

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian peristiwa yang

kompleks.Dalam peristiwa tersebut terjadi komunikasi timbal balik (interaksi)

antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Setiap individu bila

melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang

relative permanen dan terjadi akibat latihan dan pengalaman, seperti

dikemukakan Slameto(2003:2)”Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”.jadi belajar merupakan proses yang ditandai dengan

adanya tingkah laku pada seseorang.perubahan-perubahan itu tidak hanya

perubahan mengenai jumlah pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan


kebiasaan-kebiasaan sendiri. Dalam proses belajar siswa ada beberapa faktor

yang kondisional yang mempengaruhi belajar siswa, seperti yang

dikemukakan Hamalik (2008:33) faktor- faktor belajar adalah :

1 Faktor kegiatan, penggunaan ulangan, siswa yang belajar banyak


melakukan kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat,
mendengar, merasakan, berfikir dan sebagainya untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, kebiasaan dan minat. Apa yang telah dipelajari
perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu di
bawah kondisi yang serasi sehingga penguasaan hasil belajar dalam
suasana yang menyenangkan.
2 Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: rearning, recalling dan
revieueing, agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan
pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3 Belajar siswa lebih berhasil, jika siswa merasa berhasil dan
mendapatkan kepuasan. Belajar hendaknya dalam suasana
menyenangkan.
4 Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal
dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan
mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan
menimbulkan frustasi.
5 Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua
pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara
berurutan di asosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6 Pengalaman masa lampau ( bahan apersepsi) dan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam
proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk
menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian
baru.
7 Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat
melakukan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
8 Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa
belajar lebih baik belajar tanpa minat. Mina ini akan timbul apabila
murid tertarik akan sesuatu yang akan dipelajarinya.
9 Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan
menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar
yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan hasil
atau tindakannya murid yang belajar.
10 Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam
kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami
pelajaran yang lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas
lebih mudah berpikir dan lebih cepat mengambil keputusan.

secara psikologi,belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.sebagai mana yang dinyatakan Slameto

(2003:3) yaitu :

a. Perubahan yang terjadi secara sadar


b. Perubahan terjadi secara kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat tetap
d. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek

Pelajaran merupakan suatu serangkaian peristiwa yang kompleks dan

sistematis. Dalam peristiwa tersebut terjadi interaksi guru dan siswa yang

bersangkutan. Dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

perlu implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru menurut dimyanti

dan mudjino (2009 : 42) prinsip belajar terdiri dari:

1) Perhatian dan Motivasi


Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhan. Motivasi alat tujuan dan alat dalam pembelajaran.
Motivasi salah satu tujuan dalam pembelajaran.
2) Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
Menurut teori kognitif belajar meninjau adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengelola informasi yang kita terima tidak sekedar menyimpan saja tanpa
mengadakan transformasi.
3) Keterlibatan Langsung dan Berpengalaman
Belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4) Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
dari pengamat ,menganggap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
berkembang.
5) Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar baru yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecah membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
6) Balikan dan Penguatan
Siswa selalu membutuhkan sesuatu kepastian dan penguatan bagi
dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap
langkahnya diberi penguatan.
7) Perbedaan individual
Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Perbedaan perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

2 Model Pembelajaran

Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan

untuk mempresentasikan satu hal. Sedangkan menurut Joyce (1992:4) dalam

Trianto (2011:22) “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau satu

pelayangan digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalam buku-buku, film, komputer, kurikulum dan

lain-lainnya. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam

mendesainkan pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa

hingga tujuan pembelajaran tercapai”.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas

daripada strategi, metode, prosedur. Menurut Triyanto (2011:23) pengajaran


mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau

prosedur yaitu :

1 Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya.
2 Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai)
3 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar modal tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4 Lingkungan pelajaran yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.

Oleh karena itu, dalam mengajarkan suatu pokok bahasan atau materi

tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai. Dalam memilih suatu model pembelajaran harus memilih

pertimbangan-pertimbangan sehingga tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan dapat tercapai.

3 Model Pembelajaran Make A Match

Model pembelajaran make a match artinya model pembelajaran

mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau

jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia

pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran make a match akan

ricuh , tetapi sangat asyik dan menyenangkan dikembangkan oleh Lorna

Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana

yang menyenangkan.
Permainan dapat digunakan untuk membangkitkan semangat dan

keterlibatan karena permainan juga sangat membantu munculnya suasana

yang dramatis yang kelak akan terus diingat oleh siswa. Kata-kata yang

dipakai adalah kata-kata yang berhubungan dengan materi yang ada dalam

mata pelajaran. Dengan begitu siswa lebih tertarik terhadap pelajaran dan aktif

dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah

dalam menerapkan model pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian

lainnya kartu jawaban.

2 Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau

jawaban

3 Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang

4 Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam

bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam

bahasa latin atau ilmiah

5 setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

diberi poin.

6 Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya

(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan

mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.


7 Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8 Siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lainnya yang

memegang kartu yang cocok

9 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap

materi pelajaran.

Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap

materi pelajaran. Pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi

konsep atau topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelasan dalam

wacana untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya

berupa kartu jawaban). Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil

kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk

menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapat kartu soal, masing-masing

tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok

dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan

mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya.

Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam

kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing

siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah

dicocokkan oleh siswa.

Dengan model pembelajaran dapat memupuk kerjasama siswa dalam

menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka,


proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih

antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali

pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini

merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan

oleh lie (2002) bahwa,” Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang

menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok”.

Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk

menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan

motivasi siswa dalam diskusi. Penerapan metode make a match dapat

membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu

menciptakan kondisi yang menyenangkan.

4 hasil belajar

Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai setelah mengikuti

proses belajar. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila terjadi

perubahan tingkah laku pada dirinya seperti perubahan dalam segi perubahan

keterampilan sikap, dan kebiasaan lainnya. Hamalik (2008:30) menyatakan

bahwa “hasil belajar adalah terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti, tingkah laku memiliki unsur subjektif (rohaniah dan unsur

motorik)”.

Jadi hasil belajar adalah prestasi yang dicapai seseorang setelah

mengikuti pembelajaran. Sedangkan pembelajaran merupakan tingkah laku


pada diri seseorang, di mana perubahan tersebut dapat berupa nilai dan

pengetahuan. Hasil belajar merupakan tolak ukur atau dapat menentukan

tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi

pelajaran. Pada penelitian ini penilaian akan digunakan adalah kognitif, yang

akan diukur dengan tes. Tes yang dibuat oleh guru berpedoman pada

kemampuan dasar yang dimiliki siswa.


Menurut Sudjana (2009:50) menyatakan bahwa”hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang terkandung dalam aspek hasil belajar yaitu :

a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari anak aspek
yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
b. Ranah efektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, yakni penerimaan,
jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotor
Perkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak yang terdiri dari 6 aspek yakni gerakan refleksi,
keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan
ketetapan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan
interprentif, Sudjana (2009 :50)
Jadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor dari

dalam diri siswa dan keberhasilan siswa dalam memahami materi yang

diajarkan, maka hasil belajarnya akan lebih baik, sehingga tujuan

pembelajaran akan tercapai.

B. Kerangka Konseptual

Model pembelajaran make a match merupakan salah satu strategi yang

mendatangkan partisipasi siswa melalui kartu pertanyaan atau jawaban yang

didapatinya,sehingga semua siswa terlibat langsung sehingga dapat memicu

siswa yang lebih aktif.sehingga guru dapat mengetahui hal yang kurang

dipahami oleh siswa menjadi paham.jika siswa sudah paham mengenai materi

yang telah dipelajari maka siswa dapat mengerjakan soal-soal dengan


baik,dengan demikian hasil belajar akan meningkat.untuk lenbih jelasnya

dapat dilihat pada kerangka konseptual dibawah ini :

GURU

SISWA

Proses pembelajaran biologi di SMA


Negeri 1 Kecamatan suliki

Kelas eksperimen Kelas kontrol

model pembelajaran make a match Pembelajaran Konvensional

Tes akhir Tes akhir

Hasil belajar Hasil belajar

A. Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual


B. Keterangan :

= Peningkatan hasil belajar

C. Hipotesis

Hasil belajar pada kelas yang pembelajarannya dilakukan dengan model

pembelajaran make a match lebih tinggi secara signifikan dibandingkan

dengan kelas yang pembelajarannya dilakukan dengan model pembelajaran

konvensional..
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment, karena dalam penelitian di

bidang pendidikan tidak semua variable dapat dikontrol secara ketat (donal,

368:1982).

B. Rancangan Penelitian

rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah the randomizet control

group only design yang digambarkan oleh Suryabrata (2006:104) sebagai

berikut :

Tabel rancangan penelitian the randomizet control group only design

Group Treatmen Posttest

1.Eksperimen X T

2.kelas control - T

(sumber :Suryabrata 2006:104)

Ket :

X : perlakuan yang diberikan menggunakan model make a match

- : pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran

T :posttest/ tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen 1 dan kelas

control
C. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2006: 130) “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah sisiwa kelas X IPA di SMA

Negeri 1 Kecamatan Suliki yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas IPA 1 sampai

kelas IPA 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat oada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2.

Jumlah Siswa Dan PTS semester 1 Mata Pelajaran Biologi kelas X SMA

Negeri 1 Kecamatan suliki tahun ajaran 2021/2022

No Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata

1 X MIPA 1 33 57,62

2 X MIPA 2 33 55,47

3 X MIPA 3 33 47,25

4 X MIPA 4 32 47,05

5 X MIPA 5 31 50,9

Sumber:Tata Usaha SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi tersebut”. Dalam penelitian ini

dibutuhkan 1 kelas sampel yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol, maka

pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive


sampling, dengan pertimbangan nilaii rata-rata terendah pada penilaian tengah

semester 1, maka kelas yang terpilih adalah kelas X IPA 3 dan X IPA 4.

Untuk lebih jelas mengenai populasi dan sampel penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Populasi Dan Sampel Penelitian

Nilai

No Kelas Populasi Rata- Sampel Kelas penelitian

Rata

1 X MIPA 1 33 57,62 - -

2 X MIPA 2 33 55,47 - -

3 X MIPA 3 33 47,25 33 Eksperimen

4 X MIPA 4 32 47,05 32 Kelas Control

5 X MIPA 5 31 50,9 - -

Jumlah 65

D. Variable dan Data

1. Variable

Variable adalah objek penetian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto:118). Sesuai dengan permasalahan yang

terdapat pada penelitian ini maka terdapat dua variable yaitu:


a. Variabel bebas

Variable bebas merupakan variable yang diperkirakan berpengaruh

terhadap variable terikat. Variable bebas dalam penelitian ini adalah

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran make a

match pada kelas X IPA SMA N 1 Kecamatan Suliki

b. variable terikat

adapun yang menjadi variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil

belajar siswa pada mata pelajaran biologi kelas X IPA SMA N 1

Kecamatan Suliki.

2. Data

a. Jenis Data

Menurut arikunto (2006:118) “ Data adalah hasil pencatatan

penelitian, baik yang berupa fakta atau pun angka. Data dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer dalam

penelitian ini adalah hasil belajar biologi yang diperoleh dari

siswa kelas sampel setelah proses penelitian selesai dilakukan.

2) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dalam

penelitian ini adalah data siswa yang menjadi populasi penelitian,

termasuk Penilaian Tengah Semester 1 pada mata pelajaran

biologi kelas X SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki.

b. Sumber data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh

subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto : 2006: 129).

Sumber dalam penelitian ini adalah:

1) Data primer diperoleh dari siswa kelas X SMA Negeri 1

Kecamatan Suliki yang menjadi sampel kelas penelitian.

2) Data sekunder diperoleh dari Guru Tata Usaha SMA Negeri 1

Kecamatan Suliki.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2021/2022 dari Bulan April sampai Bulan Mei . lokasi penelitian ini

bertempat di SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki.

2. Tahapan penelitian
Tahapan pada penelitian ini ada tiga bagian, yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

a. Tahap persiapan

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu

disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian

dapat dibagi Bmenjadi beberapa tahap, yaitu:

1) Mempersiapkan surat izin observasi

2) Melakukan observasi ke SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki.

3) Membuat proposal penelitian dari BAB I smapai BAB III

4) Membuat silabus dan RPP

5) Merumuskan soal sesuai dengan kisi-kisi.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahapan ini peneliti melakukan pembelajaran dikelas

eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran make a match dan

dikelas control dengan model pembelajaran konvensional .

Tabel 3.4. prosedur pembelajaran di kelas eksperimen 1 dan kelas

kontrol

Kelas Eksperimen 1 Kelas Kontrol

A.Pendahuluan Pada kelas kontrol digunakan

1) Guru menyiapkan model pembelajaran

kartu yang berisi soal konvensional pada pembelajaran


dan jawaban ini guru menyampaikan tujuan

2) guru menjelaskan pembelajaran setelah itu guru

tujuan pembelajaran menyampaikan materi pelajaran

yang akan dicapai kemudian memberikan

3) guru menyuruh siswa pertanyaan dengan materi yang

membaca dan telah dipelajari setelah itu siswa

memahami materi yang diminta mengerjakan soal

akan dipelajari agar latihan yang diberikan guru

beberapa secara perorangan dan

B. kegiatan inti pembahasan secara bersama.

1) Siswa membaca dan Pada akhir pelajaran siswa dan

memahami pertanyaan guru menyimpulkan pelajaran

atau jawaban yang yang telah dipelajari

telah didapatnya

2) masing-masing siswa

memikirkan apa

pertanyaan ataupun

jawaban yang ada pada

kartu tersebut

3) setelah itu, masing-

masing siswa membaca


pertanyaan atau

jawaban yang ada pada

kartu tersebut apabila

pertanyaan tersebut

dijawab oleh siswa

yang mendapat kartu

jawaban tersebut

berarti siswa tersebut

sudah memahami

pelajaran yang

diberikan

C. Penutup

1) guru bersama siswa

menyimpulkan materi

pelajaran yang telah

dipelajari

2) guru menguji

pemahaman siswa

dengan cara

memberikan

pertanyaan yang
dipelajarinya

c. Tahap Akhir

1) Melaksanakan tes akhir untuk melihat hasil belajar pada kelas

eksperimen 1 dan kelas kontrol.

2) Mengelola dan menganalisis data dari kedua kelas sampel dari hasil

penelitian.

3) Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat sesuai dengan teknik

analisis data yang digunakan.

F. Instrument Penelitian

Instrument yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal

objektif. Soal dirumuskan berdasarkan kisi-kisi soal sesuai dengan materi

yang diberikan pada waktu penelitian.

G. Uji coba instrument

Untuk mendapat tes yang memenuhi persyaratan sebagai instrument

penelitian, maka sebelum diberikan kepada siswa yang menjadi sampel

penelitian dilakukan uji coba instrument terlebih dahulu. Uji coba instrument

dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki, dari hasil

uji cioba instrument akan dianalisis diantaranya:

1. Validitas tes
Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas logis

yang terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk.

2. Indeks kesukaran (P)

Indeks kesukaran digunakan untuk melihat apakah soal tersebut soal

yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitung indeks kesukaran

soal digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2007:208)

yaitu:

B
P=
JS

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.6. Kriteria Kesukaran Soal

NO Indeks Kesukaran Kriteria

1 0,01-0,30 Sukar

2 0,31-0,70 Sedang

3 0,71-1,00 Mudah

(Dimodifikasi dari Arikunto, 2007:210)

3. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2007:211)” Daya pembeda soal adalah

kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa pandai atau


berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Cara

menentukan daya pembeda dapat digunakan dengan rumus yang

dikemukakan oleh Arikunto (2007:213-219) sebagai berikut:

BA BB
D= - = PA- PB
JA JB

Keterangan :

D :Indeks Diskriminasi

BA :Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal benar

BB :Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

PA :Proposti kelompok atas yang menjawab soal benar

PB :Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

JA :Banyak peserta kelompok atas

JB :Banyak peserta kelompok bawah

Dengan kriteria:

D : 0,00-0,20 : jelek

D : 0,21-0,40 : cukup

D : 0,41-0,70 : baik

D : 0,71-1,00 : baik sekali

D : negative : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal mempunyai

nilai D negative sebaiknya dibuang.

4. Reliabilitas Tes
Untuk melihat tingkat taraf kepercayaan dari suatu tes apakah tes

tersebut memberikan hasil tetap atau berubah-ubah, maka dilakukan uji

reliabilitas. Reliabilitas tes ini menunjukan apakah suatu tes cukup baik

untuk dipergunakan sebagai alat pengumpulan data yang dapat dipercaya

kebenarannya atau tidak. Penentuan indeks reliabilitas tes menggunakan

metode belah dua (Spearman-Brown), menurut Arikunto (2006:173),

yaitu:

2 ( r ½ ½)
r₁₁ =
( 1+ r ½½ )

Keterangan:

r₁₁ :kooefisien reliabilitas

r½½ :korelasi antara bagian instrument

Dengan kriteria:

a. Antara 0,00 < r₁₁ ≤ 0,20 : sangat rendah

b. Antara 0,21 < r₁₁ ≤ 0,40 :rendah

c. Antara 0,41 < r₁₁ ≤ 0,60 :cukup

d. Antara 0,61 < r₁₁ ≤ 0,80 :tinggi

e. Antara 0,81 < r₁₁ ≤ 1,00 :sangat tinggi

A. Teknik analisis data

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Noralitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel

berdistribusi normal atau tidak. Sudjana (2005:466) dalam Latifa

Irham mengatakan bahwa rumus yang digunakan adalah Liliefors.

Untuk pengujian kenormalan data dapat ditempuh prosedur berikut:

a. Data X₁,X₂,…,Xₙ dijadikan bilangan baku Z₁, Z₂,…, Zₙ dengan

rumus

xᵢ−x̄ Σf (xᵢ− x̄ )
Zᵢ= dimana S =√
S n−1

Keterangan

Xᵢ :Skor yang diperoleh siswa ke -ᵢ

x̄ :Skor rata-rata

S : Simpangan baku

b. Untuk tiap bilangan baku tersebut menggunakan daftar distribusi

normal baku, kemudian menghitung peluang F (zᵢ) = P (z ≤ zᵢ)

c. Dengan menggunakan proporsi Z₁, Z₂, …, Zₙ yang lebih mudah

Zᵢ yakni

Banyak z 1 , z 2 , … zₙ yang ≤ z
S(Zᵢ) =
n

d. Menghitung selisih F(Zᵢ) – S(Zᵢ) kemudian tentukan harga

mutlaknya.

e. Mengambil harga yang paling besar diantara harga mutlak

disebut (L₀)
f. Membandingkan nilai L₀ nilai L tabel yang terdapat pada daftar

nilai kritis untuk uji Liliefors pada taraf nyata α= 0,05. Jika L₀ <

dati Ltabel maka data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah kedua

sampel mempunyai varians yang homogeny atau tidak. Untuk

pengujiannya, menggunakan uji F, menurut Sudjana (2005:249-251)

dalam Lathifah Irham rumus untuk menguji Fhitung adalah :

varians besar
F=
varians kecil

Keterangan

F : Perbedaan antara varian terbesar dan terkecil

Kemudian membandingkan harga Fhitung dengan harga Ftabel

yang terdapat pada daftar distribusi F dengan taraf signifikansi 0,05

dan dk pembilang = n₁₋₁ dan dk penyebut = n₂₋₁. Apabila F tabel >

Fhitung maka kedua sampel dinyatakan homogeny sedangkan apabila

Ftabel < Fhitung, maka kedua sampel dinyatakan heterogen.

3. Uji Hipotesis

Untuk uji hipotesis digunakan uji t, jika data berdistribusi

normal dan memiliki varian yang homogeny. Rumus T-tes menutut

Sudjana (2005:239-240) dalam Lathifa Irham sebegai berikut:


x̄ ₁−x̄ ₂
t= 1 1
s√ ₊
n₁ n ₂

( n ₁−1 ) s ₁2+ ( n ₂−1 ) s ₂2


Dengan rumus s2 = √ n₁ n₂
+ −2

Keterangan :

x̄₁ :skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 1

x̄₂ : skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 2

n₁ :jumlah peserta tes kelas eksperimen 1

n₂ : jumlah peserta tes kelas eksperimen 2

s12 :varians kelas eksperimen 1

s22 : varians kelas eksperimen 2

Langkah-langkah pengujian hipotesis:

a. Menyatakan rumus hipotesis

H₀ : μ ₀ = 0

H₁ : μ ₀ ≠ 0

b. Menentukan taraf signifikansi (α ),α =0,05

c. Menetapkan statistic uji

Kriteria pengujian hipotesis adalah hipotesis diterima jika thitung

> ttabel dan hipotesisi ditolak jika thitung< ttabel. Harga ttabel diperoleh

dari data distribusi dengan derajat kebebasan (dk) =n₁+n₂-2

untuk taraf nyata α =0,05.


Untuk mencari simpangan baku gabungan kelas eksperimen1

dengan kelas eksperimen 2 digunakan rumus sebagai berikut:

( n ₁−1 ) s ₁2+ ( n ₂−1 ) s ₂2


Sgab = √ n₁ n₂
+ −2

Keterangan :

x̄₁ :skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 1

x̄₂ : skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 2

sgab :simpangan baku dari kedua kelas

n₁ :jumlah peserta tes kelas eksperimen 1

n₂ : jumlah peserta tes kelas eksperimen 2

s12 :varians kelas eksperimen 1

s22 : varians kelas eksperimen 2

s :stanar deviasi gabungan

Anda mungkin juga menyukai