Tugas 2
JUDUL PENELITIAN
Penerapan Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Berbantuan Media Sederhana Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SD Negeri 4 Busungbiu Semester II
Tahun Pelajaran 2022/2023.
Meningkatnya kualitas hidup seseorang, tidak lepas bagaimana dia belajar. Belajar
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Tanpa belajar seseorang tidak akan bisa mengikuti
perkembangan zaman yang semakin canggih. Belajar tidak dibatasi ruang dan waktu, bisa
dilakukan di mana saja dan kapan saja. Dengan belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam
diri seseorang ke arah yang lebih baik. Perubahan hasil belajar, terwujud dalam bentuk
2. Belajar sebagai proses terpadu harus memprioritaskan anak sebagai titik sentral.
3. Aktivitas pembelajaran yang diciptakan harus membuat anak terlibat sepenuh hati, aktif
4. Belajar sebagai proses terpadu tidak hanya dapat dilaksanakan secara individual dan
5. Pembelajaran yang diupayakan oleh penulis harus mendorong anak untuk belajar secara terus
menerus.
6. Pembelajaran di sekolah harus memberi kesempatan kepada setiap anak untuk maju
berkelanjutan sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kecepatan belajar masing-masing.
7. Belajar sebagai proses yang terpadu memerlukan dukungan fasilitas fisik dan sekaligus
secara terpadu.
9. Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan untuk menjalin hubungan yang baik antara
Anitah (2008:2.6) menyatakan ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu :
1. Learning to know
Artinya belajar untuk mengetahui. Yang menjadi target dalam belajar adalah adanya proses
pemahaman sehingga belajar tersebut dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan
2. Learning to do
Artinya belajar untuk berbuat. Yang menjadi target dalam belajar adalah adanya proses
Artinya belajar untuk hidup bersama. Yang menjadi target dalam belajar adalah siswa memiliki
4. Learning to be
Artinya belajar untuk menjadi. Yang menjadi target dalam adalah mengantarkan siswa
menjadi individu yang utuh sesuai potensi, bakat, minat dan kemampuannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terpadu. Ketika anak
belajar, aspek fisiologis, intelektual, sosial, emosional dan moral terlibat aktif serta dengan
lainnya saling mempengaruhi. Sehingga dapat mengantarkan siswa menjadi manusia yang
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang
dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah
laku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu
berkaitan dengan kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar
Menurut Anitah (2008:2.19) hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis dan
1. Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau
diinformasikan.
dan perbedaan.
keseluruhan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif,
konotatif, afektif atau motorik. Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek
tingkah laku saja disebut belajar sebagian dan bukan belajar lengkap.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan menggunakan
pendekatan sistem, Makmun (1996) mengemukakan ada 3 faktor yang mempengaruhi hasil
1) Raw input atau masukan dasar yang menggambarkan kondisi individual anak dengan
b. Faktor proses yang menggambarkan bagaimana ketiga jenis input yang saling berinteraksi
c. Faktor output adalah perubahana tingkah laku yang diharapkan terjadi pada anak setelah anak
Untuk menjadi siswa yang kompeten, setiap siswa harus mengikuti proses belajar. Dalam
proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan yang memberikan pengalaman belajar yang
berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran merupakan suatu upaya
untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Proses pembelajaran perlu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Demikian pula pembelajaran pada kelas rendah
didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi bahan Matematika yang dipelajari. Menurut Muhsetyo, dkk (2011:1.26) komponen
yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan :
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil
konstruksi atau bentukan sendiri. Para ahli kontruktivisme, salah satunya Piaget, ketika siswa
secara aktif. Karena pelajaran Matematika menekankan hasil konstruksi atau bentukan sendiri,
Karakteristik anak usia sekolah dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang
bekerja dalam kelompok serta senang melaksanakan sesuatu secara langsung. Hal ini menuntut
penulis sekolah dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermuatan permainan,
terutama siswa kelas rendah. Penulis sebaiknya merancang model pembelajaran yang
menyenangkan dan ada unsur permainan di dalamnya, untuk itulah dipilih metode pembelajaran
bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu
sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Untuk tercapai kompetensi yang diharapkan
dengan metode demonstrasi, penulis dituntut menguasai bahan pelajaran serta mampu
mengorganisasi kelas.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah
sebagai berikut :
4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan/atau bahan latihan) terhadap hasil demonstrasi.
5. Kesimpulan.
Masih menurut Anitah (2008:5.26) dalam metode demonstrasi tetap ada keunggulan dan
kelemahannya.
1. Siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya.
2. Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur, maka demonstrasi tidak efektif.
4. Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik yang
didemonstrasikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar demonstrasi dapat berjalan dengan optimal adalah :
1. Bagi Penulis
a) Mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang diprkatikkan.
2. Bagi Siswa
a) Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang didemonstrasikan.
b) Memahami tujuan / maksud yang akan didemonstrasikan.
dikembangkan oleh penulis. Proses pembelajaran dapat diarahkan supaya siswa melakukan
kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Karakteristik siswa kelas
rendah ( 1, 2, 3 ) adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok serta
senang melaksanakan sesuatu secara langsung. Karena itu penulis dituntut mampu melaksanakan
Selain pengaruh pada hasil pembelajaran metode demonstrasi juga, meningkatkan proses
datang, duduk, diam catat, dan hafal. Seolah-olah pembelajaran hanya oleh penulis, tetapi setelah
menggunakan strategi pembelajaran demonstrasi. Siswa tampak aktif menghitung jumlah hari,
menentukan urutan nama hari kemudian mencocokkan kartu miliknya dengan kartu teman yang
sesuai. Dan dirasakan anak belajar sambil bermain. Dalam proses pembelajaran, ketetapan
penulis dalam memilih strategi pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan
pembelajaran.
Metode pemberian tugas digunakan oleh guru untuk merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dan membuat petunjuk-petunjuk yang jelas agar siswa dapat mengerjakan tugas yang
diberikan dengan benar. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:25) metode pemberian tugas
atau metode tugas adalah “suatu cara mengajar dicirikan oleh adanya kegiatan perencanaan
antara murid dengan guru mengenai suatu persoalan atau problem yang harus diselesaikan
dikuasai oleh murid dalam jangka waktu tertentu yang disepakati bersama antara murid dengan
guru”. Pada metode pemberian tugas ini tugas yang diberikan secara individu untuk melihat
kognitif siswa. Moedjiono dan Dimyati (1999:10), mengatakan metode pemberian tugas adalah
“suatu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi/bahan pelajaran melalui batasan
tugas terhadap siswa didik sesuai dengan kemampuan yang diharapkan”. Jadi metode pemberian
tugas merupakan suatu cara menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan cara memberikan
Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam
proses mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru
memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Roestiyah (1998:20) mengatakan “teknik
pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap,
siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi”. Dalam memberikan tugas kepada
siswa, guru harus memperhatikan hal-hal (1) tujuan penugasan, (2) bentuk pelaksanaan tugas, (3)
manfaat tugas, (4) bentuk pekerjaan, (5 tempat dan waktu penyelesaian tugas, (6) memberikan
Melalui metode pemberian tugas siswa langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan sesuai
dengan pengajaran yang disajikan dapat diukur sampai dimana kemampuan mereka dalam
mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan tugas yang diharapkan. Tujuan dari metode
pemberian tugas adalah agar guru dapat memberi batasan tegas terhadap siswa didik sesuai
dengan kemampuan yang diharapkan dicapai. Siswa mampu memahami tugas, menerapkan dan
Bagi seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan
memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa. Demikian halnya dengan
tugas sendiri, jangan sampai tidak dipahami dengan jelas oleh siswa tentang tugas yang harus
dikerjakan. Dalam penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan
yang besar untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain.
Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Kesemuanya itu dapat
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu
observasi. Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di atas, guru
hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu
disesuaikan dengan kondisi obyektif proses pembelajaran yang dihadapi, sehingga tugas yang
diterjemahkan oleh sebahagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan
kepada siswa. Metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah karena siswa dalam
melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan di rumah, melainkan dapat
dilakssiswaan di sekolah, di laboratorium atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan
untuk menyelesaikan tugas. Sehubungan dengan ini Sudjana (2005) mengemukakan bahwa tugas
tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa resitasi
merangsang siswa untuk aktif belajar diberikan secara individual atau dengan kelompok.
Penugasan itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari perencanaan
kelompok, sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya secara baik menurut
minat dan kemampuannya. Jelasnya bahwa penugasan yang diberikan kepada siswa harus selalu
dirumuskan dengan seksama agar tugas itu tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak
membosankan. Ini tidak berarti bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senantiasa diharapkan
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa.
Menurut Sudjana (2005) bahwa metode pemberian tugas dapat digunakan apabila:
1. Suatu pokok bahasan tertentu membutuhkan latihan atau pemecahan yang lebih banyak
di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber belajar.
2. Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktunya terbatas. Untuk itu
guru perlu memberikan tugas.
3. Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin dapat diselesaikan
hanya melalui jam pelajaran di sekolah.
4. Apabila guru berhalangan untuk melakssiswaan pengajaran, sedangkan tugas yang harus
disampaikan kepada murid sangat banyak. Pemberian tugas perlu diberikan melalui
bimbingan guru lain yang menguasai bahan pengajaran yang dipegang oleh guru yang
berhalangan tadi.
mengerjakannya, di sini tidak diperlukan standar minimum. Jika suatu keterampilan tertentu
ingin dikembangkan, maka tolak ukur penilaian perlu ditentukan dan disampaikan kepada siswa,
Demikian pula jika penugasan itu berupa laporan atau makalah yang harus dipersiapkan, para
siswa sedapat mungkin sering diberitahu apa saja target atau sasaran yang diharapkan dari
mereka atau dari tugas yang diberikan, sehingga mereka memiliki cukup pedoman dalam bekerja
menyelesaikan tugas-tugasnya.
2. Materi yang diberikan memerlukan waktu banyak dan tidak mungkin diselesaikan di
4. Tugas yang diberikan tidak harus dikerjakan di kelas, tetapi bisa di halaman,
Penerapan metode pemberian tugas umumnya dimaksudkan untuk melatih siswa agar
mereka dapat aktif mengikuti sajian pokok bahasan yang telah diberikan, baik di dalam kelas
maupun di tempat lain yang representatif untuk kegiatan belajarnya. Tugas yang diberikan
kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti daftar pertanyaan mengenai suatu
pokok bahasan tertentu, suatu perintah yang harus dibahas melalui diskusi atau perlu dicari
uraiannya dalam buku pelajaran yang lain, berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain,
bentuk tugas lainnya. Kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
Perlu dipahami bagi seorang guru bahwa waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas
untuk menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, maka
dalam mengatasi hal tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas kepada siswa diluar jam
pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan ini, guru sangat
diharapkan agar setelah memberikan tugas kepada siswa supaya dicek atau diperiksa pada
pertemuan berikutnya apakah sudah dikerjakan oleh siswa atau tidak. Kesan model pengajaran
seperti ini memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama dalam meningkatkan aktivitas
Teknik pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil
belajar yang lebih mantap, karena siswa melakssiswaan latihan-latihan selama mengerjakan
tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi akibat
pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda-beda pada saat menghadapi masalah atau
situasi yang baru. Siswa juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar
Jadi metode pemberian tugas bertujuan untuk melatih siswa agar mereka dapat aktif
mengikuti sajian pokok bahasan yang telah diberikan, baik di dalam kelas maupun di tempat lain
yang representatif untuk kegiatan belajarnya, agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih
mantap, siswa dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa
tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif
sebagai berikut.
Dengan demikian melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan tanggung jawab
dan disiplin siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Untuk menghindari kebosanan
siswa dalam menyelesaikan tugas dapat diatasi dengan membuat tugas yang menarik, bervariasi,
2. Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk
pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung
jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya
dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya
untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler,
juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Tugas ditetapkan batas waktunya,
dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya. Dalam memberikan tugas kepada
siswa, guru harus memberikan penjelasan mengenai tujuan penugasan, bentuk pelaksanaan
tugas, manfaat tugas, bentuk pekerjaan, tempat dan waktu penyelesaian tugas, memberikan
Menurut Sudjana (2005), dalam menggunakan metode pemberian tugas ini ada tiga
tahapan yang harus di lalui oleh guru terhadap siswa yaitu sebagai berikut.
1. Mula-mula murid diberi tugas yang harus diselesaikan (membaca tex book) melakukan
2. Kemudian mempertanggung jawabkan atas tugas itu terhadap guru untuk memeriksa
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti `tengah',
`perantara', atau `pengantar' . Dalam bahasa arab, “media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan” (Arsyad, 2006). Sedangkan Gerlach & Ely (dalam
Arsyad, 2006) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap”. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
Heinich, dkk. (dalam Arsyad, 2006) mengemukakan istilah “medium sebagai perantara
yang mengantar informasi antara sumber dan penerima” Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman
audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pengajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo (dalam Arsyad, 2006) memberi batasan
“media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan
Istilah "media" bahkan sering dikaitkan atau digantikan dengan kata "teknologi" yang
berasal dan kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia "Ilmu"). Menurut
Webster (dalam Arsyad, 2006), "art" adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat
pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi adalah ilmu yang membahas
tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan
dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai perinasan
konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas tetapi
tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan
ilmu.
“media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai
alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dan
pengajar ke peserta didik. Hal yang sama dikemukakan oleh Briggs (dalam Uno, 2007) yang
menyatakan bahwa media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta
Dari batasan yang telah disampaikan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian
media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi dari sumber kepada peserta didik yang bertujuan merangsang mereka
pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari
Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran
pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan
adanya unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta adanya tujuan dari
komunikasi. Hal ini berarti bahwa agar proses komunikasi dapat berjalan secara efektif dan
efisien, perlu mengenal tentang peranan dan fungsi media instruksional edukatif. Peranan dan
fungsi media intruksional edukatif sangat dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengaran serta
sarana dan prasarana yang tersedia, di samping sifat dari media instruksional edukatif. Peranan
media intruksional edukatif menurut Rohani (1997) adalah: (1) mengatasi perbedaan pengalaman
pribadi peserta didik; (2) mengatasi batas-batas ruang kelas; (3) mengatasi kesulitan apabila
suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil; (4) mengatasi gerak benda
secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta
didik; (5) mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk
diamati secara terpisah; (6) mengatasi suara yang terlalu halus untuk di dengar secara langsung
memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan keadaan alam
sekitarnya; (9) memberikan kesamaan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang pada awal
pengamatan peserta didik berbeda-beda; (10) membangkitkan niat belajar yang baru dalam
bahwa fungsi media instruksional edukatif adalah: 1) menyampaikan informasi dalam proses
belajar mengajar; 2) memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses belajar
mengajar; 3) melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar; (4)
mendorong motivasi belajar; 5) meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikannya;
6) menambah variasi dalam menyajikan materi; 7) menambah pengertian nyata tentang suatu
9) memungkinkan peserta didik memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan
niatnya; 10) mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan guru, peserta didik
dengan peserta didik serta peserta didik dengan lingkungannya; 11) mencegah terjadinya
verbalisme; 12) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; 13) dengan menggunakan media
instruksional edukatif secara tepat, dapat menimbulkan semangat, yang lesu menjadi bergairah,
pelajaran yang langsung menjadi lebih hidup; 14) mudah dicerna dan tahan lama dalam
menyerap pesan-pesan (informasinya sangat membekas, tidak mudah lupa); 15) dapat mengatasi
Media tidak selalu identik dengan mahal karena media dapat di lihat berdasarkan bahan
pembuatannya yaitu media kompleks, yang identik dengan mahal dan media sederhana (simple
Menurut Arsyad (2006:23) “media sederhana merupakan media yang bahan dasarnya mudah
Menurut Moejiono dan Suprianta (dalam Arsana,, dkk, 2011:22), “media sederhana
merupakan media pembelajaran yang memiliki perbedaan karakteristik dan tidak bisa
digolongkan kedalam pembelajaran visual ataupun audio-visual”. Sukayati (dalam Arsana, dkk,
murah dan tidak rumit, sehingga pengadaannya dapat dikembangkan sendiri oleh guru.
Walaupun begitu media pembelajaran sederhana tidak berarti lebih rendah kualitasnya
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media sederhana adalah
media yang digunakan dalam pembelajaran yang mudah dalam cara pembuatannya, cara
Ciri-ciri media sederhana menurut Moejiono dan Suprianta dalam Arsana, dkk (2011:23)
a) Dapat dengan mudah dibuat sendiri oleh guru atau bersama-sama siswa
sekitar
yang khusus
Setiap jenis media tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan
media sederhana. Kelebihan media sederhana adalah mudah diperoleh di lingkungan sekitar,
lebih realistis sehinga mudah dipahami, relatif murah sehingga, mampu dikembangkan oleh
sekolah. Kekurangannya adalah media sederhana kurang menarik dibandingkan dengan media
Media yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah media sederhana, karena
merupakan media yang mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan
penggunaannya tidak sulit. Di lingkungan sekolah banyak tersedia media sederhana, tetapi
diperlukan kejelian guru untuk memilah dan memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Media sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah benda-benda yang
ada di lingkungan siswa, seperti pensil, kerikil, buku, pipet, dan lain sebagainya.
Penelitian yang menggunakan metode demonstrasi telah dilakukan dan memperoleh hasil yang
meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhalimah dengan judul Penerapan Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Pokok
Bahasan Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya. Dengan hasil penerapan metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada materi perubahan lingkungan dan
pengaruhnya.
Malang. Hasil penelitian menunjukkan : (a) Pelaksanaan pembelajaran demonstrasi pada siklus I
masih banyak kekurangan, yaitu ada beberapa siswa yang belum paham cara kerja metode
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung bilangan bulat dari skor rata-
rata prates 58,89 menjadi 67,14 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,28; (c) Metode
pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan, siswa dalam belajar. Jumlah siswa
yang konsentrasi dalam belajar meningkat dari 56,11% pada siklus I menjadi 68,33% pada siklus
II. Kerjasama siswa dari 56,67% pada siklus I meningkat menjadi 65,56% pada siklus II.
Keberanian siswa dalam bertanya ataupun berpendapat juga mengalami peningkatan dari 58,89%
menunjukkan hasil keaktifan belajar siswa mencapai peningkatan dari 53,67 pada siklus I
menjadi 86,17 pada siklus II dan hasil belajar siswa mencapai peningkatan yaitu rata- rata hasil
belajar siswa 59,33 pada siklus I menjadi 71,00 pada siklus II.
Penelitian tentang penerapan metode pemberian tugas juga dilakukan oleh Srinadi (2012),
menunjukkan hasil bahwa penerapan alat peraga pusel angka dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif siswa kelas II TK Widya Dharma Temukus
tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rerata hasil belajar
kemampuan kognitif siswa pada siklus I adalah 63,60% yang berada pada kategori rendah.
Rerata hasil belajar pada siklus II sebesar 82,40% dengan kriteria tinggi. Jadi terjadi peningkatan
kecenderungan siswa untuk berinteraksi baik dengan teman maupun dengan media atau alat
peraga yang digunakan sehingga cenderung meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.
Melalui penerapan metode demonstrasi dan pemberian tugas dibantu dengan media sederhana
dalam proses pembelajaran Matematika dapat memberi peluang kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Siswa akan memperoleh pengalaman lebih bermakna
dan lebih kuat melekat dalam pikiran mereka. Dengan kuatnya informasi yang melekat pada
memori siswa, tentu akan berdampak pula terhadap perolehan hasil belajar siswa. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi dan pemberian tugas
dibantu dengan media sederhana dalam mata pelajaran Matematika, dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran Matematika pada siswa
kelas I SD Negeri 4 Busungbiu semester II tahun pelajaran 2022/2023 diterapkan metode
demonstrasi dan pemberian tugas berbantuan media sederhana dengan efektif, maka hasil belajar
Matematika siswa akan meningkat
5. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dantes, Nyoman. 2009. Beberapa Rujukan Skenario Pembelajaran Berbasis Student Center
Learning. Tersedia pada http://nyomandantes. wordpress.com.
Kasbolah, Kasihani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moedjiono, Moh. Dimyati. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Muhsetyo, Gatot dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas. Terbuka.
Nurhalimah. Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran IPA tentang Pokok Bahasan Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya. PTK.
Srinadi Ni Nyoman. 2012. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Alat peraga Pusel
Angka untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dalam Menghubungkan Konsep Bilangan
dengan Lambang Bilangan pada Siswa Kelompok B Semester II TK Widya Dharma
Temukus Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Singaraja: Undiksha.
Surya, H.M. 2008. Kapita Selekta Kependidikan SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Taufiq, Agus., Miharsa, Hera L., Prianto, Puji L., 2008. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wargi Ni Nengah. 2012. Penggunaan Metode Pemberian Tugas Mencari Kosa Kata Secara
Kontinyu untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Kegiatan
Mengarang pada Siswa Kelas IV Semester I SD No. 2 Padangbulia Tahun pelajaran
2011/2012. Skripsi. Singaraja: Undiksha.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI