Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONSEP DASAR IPA DI SD

(PDGK4103)

Tutor : SUSI WINARNI, S.Pd.M.Pd.

MODUL 8 : MATERI DAN SIFATNYA

Disusun oleh :

1. Ananda Deni Septyanasari (857710129)


2. Atika Kusumaningrum (857716642)
3. Dian Rahayu (857718678)
4. Efi Yulistiyani (857717296)
5. Yudha Herlambang (857716209)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UPBJJ UT SEMARANG

UNIVERSITAS TERBUKA

2023.1
PENDAHULUAN

Dalam modul 8, pembahasan akan mengerucut pada materi tentang berbagai konsep sifat
termal zat dan panas. Setiap zat berisi energi internal dan juga mempunyai energi kinetic atau
energi potensial karena gerak dan posisinya. Energi internal dimiliki oleh partikel-partikel
penyusun zat itu yang bergerak konstan. Kenaikan temperature zat berarti panas
ditambahkan pada zat itu dan penurunan temperature berarti panas dilepaskan dari zat itu.
Untuk sejumlah panas tertentu, perubahan temperature tergantung pada massa dan sifat zat.
Perubahan wujud zat melibatkan perubahan energi internal tanpa perubahan temperature.

Modul ini mencakup dua kegiatan belajar :

1. Kegiatan belajar 1 : sifat termal zat yang meliputi temperature, hukum


termodinamika, dan pemuaian zat.
2. Kegiatan belajar 2 : panas meliputi panas dan energi panas, perubahan wujud zat,
perpindahan panas, serta penerapan konsep perpindahan panas.

RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan pengertian temperature


2. Menentukan besaran-besaran pada pemuaian zat
3. Menjelaskan keterkaitan energi internal dan panas
4. Menjelaskan panas jenis dalam percobaan calorimeter
5. Menentukan besar kalor yang terjadi dalam perubahan wujud zat
6. Menjelaskan peristiwa konduksi, konveksi, dan radiasi
7. Menjelaskan penerapan konsep perpindahan panas

PEMBAHASAN
KB 1 SIFAT TERMAL ZAT

A. TEMPERATUR
Dalam kehidupan sehari-hari, temperature (atau suhu) biasanya dikaitkan dengan
tanggapan indra kita, yaitu ukuran seberapa panas atau seberapa dingin suatu benda.
Sebagai contoh, air yang mendidih dikatakan mempunyai temperatur tinggi,
sedangkan es sirop dikatakan mempunyai temperature rendah.
Alat yang dirancang untuk mengukur temperature disebut thermometer. Kita
mengenal berbagai jenis thermometer, tetapi cara kerjanya adalah sama, yaitu
pemuaian zat karena kenaikan temperature. Thermometer suhu badan, dan
thermometer dinding berdasarkan pemuaian zat cair, misalnya air raksa atau alcohol.
Thermometer logam dirancang berdasarkan pemuaian dua logam tergandeng yang
mempunyai laju pemuaian berbeda.
Untuk mengukur temperature benda secara kuantitatif, diperlukan skala numeric.
Sebagian besar skala yang digunakan saat ini adalah skala Celsius, yang kadang-
kadang disebut skala centigrade. Skala lain yang banyak digunakan di Amerika
Serikat adalah skala Fahrenheit. Dalam pekerjaan ilmiah, skala yang paling banyak
digunakan adalah skala Kelvin atau skala absolut.
Pada skala Celsius dan Fahrenheit, dua temperature yang dipilih adalah titik beku
air dan titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Thermometer dikalibrasi dengan
menempatkannya di dalam dua kondisi itu, yaitu air yang sedang membeku dan air
yang sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer, kemudian memberi tanda pada posisi
air raksa dalam tabung kaca. Pada skala Celsius, titik beku air dipilih menjadi 0°C dan
titik didih air menjadi 100°C. Pada skala Fahrenheit, titik beku air ditetapkan sebagai
32°F dan titik didih air sebagai 212°F.

GAMBAR 8.1 SKALA TEMPERATUR CELSIUS, FAHRENHEIT DAN KELVIN


Sifat pemuaian berbagai macam zat berbeda-beda untuk jangkauan temperature yang
besar. Kalibrasi thermometer yang berlainan jenis dengan cara yang disebutkan diatas
tidak selalu menghasilkan angka yang sama. Hasil kalibrasi untuk angka 0°C dan
100°C bisa benar-benar cocok. Namun, untuk temperature-temperatur antara dua
angka itu, mungkin tidak persis cocok karena sifat pemuaian zat yang berbeda.
Kalibrasi secara hati-hati thermometer air raksa mungkin menunjuk 56,0°C,
sedangkan kalibrasi secara hati-hati thermometer jenis lain mungkin terbaca 56,4°C.

GAMBAR 8.2 TERMOMETER GAS VOLUME KONSTAN

B. PEMUAIAN ZAT
Sebagian besar zat akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika di dinginkan.
Namun demikian, besar pemuaian atau penyusutan itu bervariasi tergantung pada
jenis zatnya. Perubahan temperature menyebabkan sebagian besar zat padat berubah
panjangnya. Perubahan panjang ini sebanding dengan panjang mula-mula dan
perubahan temperature itu.

Gambar 8.3

Jika panjang batang logam mula-mula adalah L˳, perubahan panjang batang ∆L
setelah temperaturnya berubah sebesar ∆T adalah
ΔL = αL 0 ΔT
Dengan a adalah konstanta perbandingan, yang disebut koefisien muai panjang untuk
zat tertentu yang mempunyai satuan °C. mengacu pada Gambar 8.3

Dengan ∆V adalah perubahan volume karena perubahan temperature ∆T, sedangkan b


adalah koefisien muai volume. Untuk zat padat, biasanya berlaku b = 3a. Akan tetapi,
hal ini tidak benar untuk zat padat anisotropic (tidak isotropic); isotropic berarti
mempunyai sifat yang sama dalam segala arah.

C. HUKUM BOYLE
Perilaku termal gas berbeda dengan zat padat dan zat cair karena gas selalu
mengembang mengisi ruang yang ditempatinya. Satu-satunya cara untuk mengubah
volume gas adalah mengubah kapasitas ruang yang ditempati. Meskipun volume gas
dapat dibuat konstan, sifat lain untuk gas yang terkurung bervariasi terhadap
temperature, tekanan gas akan mendesak pada dinding-dinding ruang yang ditempati.
Oleh karena itu, perlu dicari hubungan antara tekanan, volume, temperature, dan
massa gas. Hubungan semacam itu disebut persamaan keadaan. Kata ‘keadaan’ ini
mengacu pada kondisi fisis system.
Jika keadaan system diubah, kita akan selalu menunggu sampai tekanan dan
temperature telah mencapai nilai sama secara keseluruhan. Jadi, kita hanya
memperhatikan keadaan kesetimbangan suatu system, yaitu apabila variable-variabel
yang menggambarkannya (seperti tekanan dan temperature) adalah sama pada seluruh
system itu dan tidak berubah terhadap waktu.

Gambar 8.4

Jika temperature suatu gas dipertahankan, tekanan absolut yang bekerja pada ruang
yang ditempati kira-kira berbanding terbalik dengan volumenya. Tekanan gas
berkurang apabila volumenya diperbesar dan tekanan gas akan bertambah apabila
volumenya diperkecil. Sebaliknya, volume gas akan berkurang apabila tekanan
diperbesar dan volume gas akan bertambah apabila tekanan diperkecil. Hubungan ini
disebut hukum Boyle.
Hukum Boyle dapat dituliskan sebagai berikut.
p1V1 = p2V2 atau pV = konstanta (T konstan)

D. HUKUM CHARLES DAN GAY LUSSAC


Temperature juga memengaruhi volume gas, tetapi hubungan kuantitatif antara V
dan T tidak ditemukan sampai lebih dari abad setelah Boyle menghasilkan karyanya.
Jacques Charles (1746-1823) menemukan bahwa pada tekanan konstan yang tidak
terlalu tinggi, volume suatu gas bertambah terhadap temperature pada laju yang
hamper konstan.
Charles mengungkapkan bahwa volume sejumlah gas tertentu berbanding
langsung dengan temperature absolut apabila tekanan dipertahankan konstan.
Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Charles dan dituliskan sebagai berikut.

V1 = V2 (P konstan)
T1 T2
Hukum gas lainnya dikenal sebagai hukum Gay Lussac. Menurut Joseph Gay Lussac
(1778-1850), volume konstan tekanan gas berbanding lurus dengan temperature
absolutnya.

P1 = P2 (P konstan)
T1 T2

Hukum Boyle, Charles, dan Gay Lussac dapat digabungkan menjadi rumus tunggal
yang disebut hukum gas ideal.

p1V1 = p2V2
T1 T2
Hukum ini dikenal sebagai hukum Boyle-Gay Lussac.

KB 2 PANAS

A. PANAS DAN ENERGI INTEGRAL


Panas adalah energi internal yang sedang dalam perpindahan dari suatu benda ke
benda lain karena perbedaan temperatur antara dua benda itu.

Panas mengalir secara spontan dari benda dengan temperatur tinggi ke benda temperatur
rendah. Aliran gerak bahan fluida disebut dengan caloric.

Secara kuantitatif, 1 Kal = 4,186 J atau


4,186 Joule = 1 Kalori

4,186103 J = 1 Kkal

Jumlah total energi panas dari semua molekul dalam suatu benda disebut energi termal
atau energi internal.

Panas dapat dinyatakan dengan:

U = N (Zmv-2)

atau

U = 3/2 NkT

atau

U =  3/2 nRT (gas ideal monotomik)

Ket:

n = jumlah mol gas

U = energi internal 

B. PANAS JENIS DAN KALORIMETER

Eksperimen yang dilakukan sejak abad ke-18 menunjukan bahwa jumlah panas Q yang
diperlukan untuk mengubah temperatur suatu zat sebanding dengan massa zat dan
perubahan ∆T. Hal ini dinyatakan dalam persamaan:

Q = mc∆T

Ket:

c = karakteristik besaran zat / panas jenis (J/Kg 0C)

m = massa zat (Kg)

∆T = perubahan temperatur (J)

Panas jenis suatu zat adalah jumlah panas yang harus ditambahkan pada (atau
dihilangkan dari) satu satuan massa zat itu untuk mengubar temperaturnya 10.

Hukum kekekalan energi yaitu,

panas yang dilepaskan  =  panas yang diterima

Dalam hal ini terjadi pertukaran energi. Pengukuran panas ini disebut kalorimetri.
mscs (Ts – T) =maca (T - Ta) + mkck (T – Tk)

Ket:

ms, ma, mk  = massa jenis (Kg)

cs, ca, ck      = panas jenis (J/Kg0C)

Ts, Ta, Tk       = Temperatur mula-mula (0C)

T                 = Temperatur akhir (0C)

C. PERUBAHAN WUJUD ZAT

Panas yang diperlukan oleh satu satuan massa suatu zat untuk mengubah fasenya
disebut fase laten.

Q = mL

Ket:

Q = panas yang diperlukan / dilepaskan (Kkal atau Joule)

m = massa (Kg)

L  = panas laten (Kkal/Kg atau J/Kg)

Perubahan fase zat juga dipengaruhi oleh tekanan.

D. PERPINDAHAN PANAS

Panas dapat dipindahkan dari suatu tempat (atau benda) ke tempat (atau benda) lain melalui
tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

1.      Konduksi adalah perpindahan panas/kalor yang tidak diikuti partikel-partikrl


mediumnya.

Laju aliran panas secara konduksi melalui suatu lempeng bahan tergantung pada empat
besaran berikut:

a.       perbedaan temperatur (∆T)

b.      ketebalan lempeng (d)

c.       luas penampang batang (A)

d.      konduktivitas termal bahan (k)


Jumlah energi panas (Q) yang melewati lempeng bahan dalam periode waktu, ditentukan
oleh:

 Q/t= kA∆T

      d

Dengan ∆T =T1 – T2

2.      Konveksi adalah perpindahan kalor yang diikuti perpindahan partikel-partikel zatnya.

Laju Q/t dimana benda memindahkan fluida ke sekitarnya kira-kira sebanding dengan luas A
benda bersentuhan dengan fluida dan perbedaan temperaturnya ∆T antara keduanya.

Q/t = hA∆T

Ket: h = koefisien konveksi.

3.      Radiasi adalah perpindahan kalor secara langsung tanpa mediumnya / zat perantara.

Laju energi Q/t (dalam W) yang dipancarkan oleh sebuah benda dengan luas permukaan A
dan temperatur absolut (T) ditentukan hukum Stefan Boltzmann sebagai berikut:

Q/t = eσAT4

R =Daya  = eσAT4
      A

Ket:

σ = 5,67 x 10-8 W/m2 K4

e  = emisivitas

A = luas permukaan

T = temperatur absolut

Laju netto aliran energi radian ditentujan oleh

 Q/t= eσA (T14-T24)


atau laju energi per satuan luas (laju radiasi R)

R = eσ (T14-T24)

E. PENERAPAN KONSEP PERPINDAHAN PANAS

Dalam perpindahan panas terdapat contoh seperti:

a)      termos, digunakan untuk menyimpan air panas. Kehilangan panasnya dilalui dengan
konduksi, konveksi dan radiasi harus dikurangi seminimum mungkin

b)      efek rumah kaca.

Rumah kaca digunakan untuk membantu tanaman tertentu agar mudah tumbuh lebih baik
dengan memberikan temperatur udara yang lebih hangat.

c)      temograf adalah piranti yang mengukur jumlah radiasi inframerah yang dipancarkan
oleh setiap bagian kecil kulit manusia.

Presentase perbedaan radiasi dapat dinyatakan dengan:

R2-R1 = T24-T14 =  (308 K)4 – (307 kK4)

R1               T14            (307 k4)

Anda mungkin juga menyukai