Anda di halaman 1dari 29

TEMPERATUR

Pendahuluan
Menurut leon kinetic (Kinetic Molecular theory) yang berkembang pada
pertengahan abad ke-19, setiap benda terdiri atas partikel-partikel yang sangat
kecil (molekul-molekul) yang selalu bergerak dan saling tarik-menarik. Gerak
molekul-molekul ini seakan-akan dihubungkan oleh suatu pegas (Gambar 7-1).
Gerak molekul -molekul itu menimbulkan energi kinetic sedangkan gaya tarikmenarik yang berupa daya ikat antar molekul menimbulkan energi potensial.
Energi potensial dan energi kinetic adalah bagian dari energi dalam (internal
energy) yang dapat berubah menjadi energi termal (thermal energy) atau energi
kalor. Benda panas memiliki energi termal lebih besar dibanding benda dingin.
Energi kinetic rata-rata dari molekul-molekul suatu benda disebut temerature
benda yaitu ukuran tinggi rendahnya panas suatu benda pada skala tertentu yang
tidak tergantung pada massa benda tersebut. Bila temperatur benda naik, itu
berarti energi kinetic molekul-molekul pada benda semakin besar, sebaliknya jika
tempraturnya turun berarti energi-energi kinetic molekul-molekul pada benda
semakin kecil. Lain halnya dengan energi potensialnya. Bila energi potensial
molekul-molekul suatu benda bertambah atau berkurang tanpa diikuti perubahan
energi kinetic, pada saat itu terjadilah perubahan fase atau perubahan wujud tanpa
disertai peruhahan temperatur.
7.1. Pengertian Temperatur Dan Panas
Apakah

temperatur

itu?

Dalam

bahasa

sehari-hari

temperatur

didefinisikan sebagai ukuran panas-dinginnya dan suatu benda (Gambar 7-2).


Panas-dinginya suatu benda berkaitan dengan energi termis yang terkandung
dalam benda tersebut. Makin besar energi termisnya, makin besar temperaturnya.
Menurut teori kinetic, tempratur suatu benda adalah energi kinetic rata-rata dari
partikel-partikel (moleku-melekul) suatu benda.

Apakah Panas itu ? Jika anda memegang Wajan (tempat penggorengan)


yang panas, energi masuk ke tangan anda, karena Wajan lebih panas dibanding
tangan anda. Bila anda menyentuh secuil es, energi keluar dari tangan anda dan
masuk ke es, karena es lebih dingin dari tangan anda. Arah perpindahan energi
selalu dari benda yang lebih panas menuju benda yang lebih dingin. Energi yang
berpindah satu benda ke benda lain karena perbedaan temperatur disebut panas.
Energi yang dihasilkan dari aliran panas disebut sebagai energi termal. Panas
merupakan salah satu beutuk energi. Panas adalah energi yang berpindah dari
suatu benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Panas
merupakan bagian dari energi total sebuah benda yang disebut energi dalam
(internal energy).
Apakah energi internal itu ? Energi internal adalah jumlah keseluruhan dan
semua energi di dalam suatu benda, yang terdirii dari :

Energi kinetic translasional dari atom-atom yang bergerak

Energi kinetic rotasi dan vibrasi dari molekul

Energi kinetic akibat dari gerak internal atom-atom dalam molekulmolekul.

Energi akibat dari gaya tarik antara molekul-molekul.

Jadi benda tidak berisi panas, melainkan berisi energi internal. Umumnya benda
yang mempunyai materi lebih banyak, mempunyai energi internal lebih besar
dibanding dengan benda yang jumlah materinya sedikit. Energi internal system
juga tergantung pada massa system atau jumlah molekul dalam system. Untuk
benda yang berada dalam keadaan kontak termal, panas mengalir dan benda yang
bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Ini bukan berarti energi
internal mengalir dan benda yang energi internalnya lebih banyak ke benda yang
energi internalnya lebih sedikit. Contoh: Bila sebuah gelas yang berisi air panas
dibenamkan di laut, maka panas mengalir dari air panas, melewati gelas dan
menuju ke air laut. Akan tetapi air laut mempunyai energi internal jauh lebih
banyak dibanding air panas dalam gelas tadi.

7.2. Kontak Termal dan Kesetimbangan Termal


Dua buah benda dikatakan dalam keadaan kontak termal bila energi termal
dapat bertukar diantara kedua benda tanpa adanya usaha yang dilakukan.
Kesetimbangan termal terjadi saat benda-benda yang dalam keadaan kontak
termal menukarkan energi termal dalam jumlah yang sama. Waktu yang
diperlukan untuk mencapai kesetimbangan termal tergantung pada sifat benda
tersebut. Pada saat kesetimbangan termal, benda-benda tersebut mempunyai
temperatur yang sama. Perhatikan Gambar 7-3. Air dan es melakukan kontak
termal sampai dicapai kondisi kesetimbangan termal yaitu temperatur air dan es
pada kesetimbangan termal adalah 00 C.
7.3. Hukum Ke-Nol Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa : Jika benda A dan C dalam keadaan
setimbang termal, dan benda C juga dalam keadaan setimbang termal dengan
benda B, maka benda A dan B juga dalam keadaan setimbang termal. Hukum kenol termodinamika merupakan prinsip dasar untuk pengukuran temperatur.
7.4. Termometer
Termometer adalah alat pengukur temperatur suatu benda. Pembuatan
termometer berdasarkan sifat-sifat termometrik benda, yaitu umumnya jika suatu
benda temperaturnya berubah akan disertai perubahan: panjang, luas, volume,
warnanya (zat padat), tekanannya (Gas), dan hambatan listriknya. Namun
kebanyakan thermometer yang dibuat berjenis zat cair yang berada dalam gelas.
Zat cair yang biasa digunakan dalam thermometer adalah alcohol atau raksa.
Raksa adalah zat air yang baik digunakan untuk termometer karena: mudah diliat
(mengkilat), tidak membasuhi dinding kaca, daerah ukur temperaturnya besar
(titik beku raksa -39C dan titik didihnya 357C), Raksa juga termasuk
penghantar yang baik, kalor jenisnya kecil sehingga dengan perubahan temperatur

kecil dapat mengubah temperatur raksa dan pemuaian raksa berbanding lurus
dengan kenaikan temperatur.
7.4.1. Standart Penentuan Skala Temperatur
Pada pembuatan termometer, skala temperatur ditentukan dengan cara berikut
(Gambar 7-5): mula-mula termometer diletakkan dalam es dan air, yang berada
dalam kesetimbangan termal pada tekanan 1 atm. Kolom air raksa akan turun atau
naik tergantung pada temperatur awal air raksa, yaitu lebih dingin atau lebih panas
dan pada campuran air dan es tadi. Tetapi akhirnya gerakan kolom air raksa
berhenti. Ini berarti thermometer berada dalam kesetimbangan termal dengan air
dan es. Pada saal inilah posisi kolom air raksa diberi tanda (ini adalah temperatur
titik es, dinamakan juga titik beku normal air). Selanjutnya thermometer
diletakkan dalam air mendidih pada tekanan 1 atm, dan kolom air raksa akan naik
sampai thermometer berada dalam keadaan setimbang termal dengan air
mendidih. Posisi ini ditandai. Ini adalah temperatur titik uap atau dinamakan juga
titik didih normal air.
7.4.2. Skala Celsius
Pada skala Celsius, temperatur titik es didefinisikan sebagai nol derajat Celsius
(00C) dan temperatur titik uap sebagai 100 derajat Celsius (1000C). Ruang antara
titik es dan titik uap dibagi menjadi 100 selang (derajat) yang sama dan
penandaan (derajat) diteruskan di bawah tanda titik es dan diatas tanda titik uap.
7.4.3. Pengukuran Temperatur Benda
Pengukuran temperatur benda dilakukan dengan cara menempatkan thermometer
agar berada dalam kontak termal dengan benda, ditunggu agar kesetimbangan
termal dicapai. Bila dicapai kesetimbangan termal, posisi kolom air raksa dicatat,
Jika Lt adalah panjang kolom air raksa, temperatur benda dalam derajat Celsius tC
dinyatakan oleh
tC

Lt L0
x1000
L100 L0

Dengan L0 adalah panjang kolom air raksa saat thermometer berada dalam titik
beku air dan L100 adalah panjang kolom air raksa saat thermometer berada pada
titik didih air.
7.4.4. Skala Fahrenheit
Pada skala Fahrenheit, temperatur titik es didefinisikan sebagai 320F dan
temperatur titik uap sebagai 2120F. Ruang antara titik es dan titik uap dibagi
menjadi 180 selang (derajat) yang sama dan penandaan (derajat) diteruskan di
bawah tanda titik es dan diatas tanda titik uap.
7.4.5. Skala Reamur
Pada skala Reamur, temperatur titik es didefinisikan sebagai 0 0R dan temperatur
titik uap sebagai 800R. Ruang antara titik es dan titik uap dibagi menjadi 80 selang
(derajat) yang sama dan penandaan (derajat) diteruskan di bawah tanda titik es
dan diatas tanda titik uap.
7.4.6. Termometer Gas dan Skala Kelvin
Pada termorneter ini volume gas dijaga agar tetap konstan dan tekanan gas
digunakan sebagai sifat termometrik. Gambar 7-6 menunjukkan thermometer gas
volume konstan. Volume gas dalam tabung P dijaga konstan dengan menaikkan
atau menurunkan pipa B agar air raksa dalam pipa A tetap pada tanda nol.
Tekanan gas diperoleh dengan membaca tinggi kolom air raksa h dalam tabung B.
Tekanan titik es dan tekanan titik uap dilakukan dengan cara biasanya, dan selang
antara kedua titik dibagi menjadi 100 derajat yang sama (untuk skala Celsius).
Misalnya tekanan titik es adalah Pes, tekanan titik uap adalah Puap, dan tekanan
ditempat yang temperaturnya akan ditetapkan adalah Pt. Temperatur dalam derajat
Celsius didefinisikan sebagai
Gambar 7-7 menunjukkan grafik temperatur yang diukur terhadap tekanan dalam
thermometer gas volume konstan. Tampak pada grafik diatas, bila garis lurus ini
diekstrapolasi ke tekanan nol, temperatur mendekati - 273,150C. Nilai ini selalu
sama, tidak tergantung pada jenis gas yang digunakan. Akan tetapi dalam
pengukuran ini ada ketidakpastian eksperimental yang disebabkan oleh kesulitan
dalam mengulang keadaan titik es dan titik uap dengan ketepatan tinggi dalam

suatu laboratorium yang berbeda. Karena itu temperatur yang didefinisikan


sebagai titik tetap tunggal disepakati pada tahun 1954 oleh International
Committee on Weights and Measures. Kesepakatan ini tujuannya adalah
mengganti standart ketetapan penentuan skala thermometer, yang semula
menggunakan titik es dan titik uap air sebagai dasar pembuatan thermometer
diganti dengan titik nol mutlak dan titik tripel air. Jadi
Titik pertama adalah titik nol mutlak
Titik kedua adalah titik tripel air.
Titik tripel sebuah benda adalah temperatur dan tekanan saat henda berada dalarn
tiga fase sekaligus (fase cair, padat dan gas) dan berada dalam keadaan setimbang
termal.
Titik tripel air adalah besar tekanan dan temperatur ketika air, uap air dan es
bersama sama berada dalam kesetimbangan termal. Maksudnya adalah bila air, es
dan uap air ditempatkan dalam wadah tertutup tanpa udara, maka system
dikatakan berada dalam kesetimbangan termal bila tidak ada es yang mencair atau
menguap, tidak ada air yang membeku atau menguap, dan tidak ada uap yang
mengembun atau membeku. Untuk air, titik tripel ini terjadi pada temperatur
0,010C dan tekanan 0,06 atm (Cambar 7-8).
Temperatur T untuk sembarang keadaan didefinisikan sebanding dengan tekanan
dalam thermometer gas volume konstan:
T

P
x 273,16 K
Ptripel

P adalah tekanan gas dalam thermometer

ketika thermometer dalam

kesetimbangan termal dengan benda yang temperaturnya akan diukur. Ptripel adalah
tekanan gas dalam thermometer ketika thermometer berada didalam air-es-uap
pada titik tripe. Temperatur sebesar - 273,15 0C disebut temperatur nol mutlak
yang dipakai sebagai titik nol dan skala Kelvin, yaitu 0 K = - 273,15 0C. Ukuran
derajat pada skala Kelvin sama dengan ukuran derajat pada skala Celsius,
sehingga bila dikonversikan diperoleh persamaan
T = tc + 273,15 K

Skala Kelvin disebut juga skala mutlak (absolute). Karena itu kebanyakan rumusrumus fisika lebih mudah dinyatakan dengan skala Kelvin dibanding dengan skala
lainnya. Untuk keperluan tertentu, temperatur nol mutlak boleh dibulatkan
menjadi 0 K 2730C, sehingga untuk memperoleh temperatur mutlak dengan
mudah dapat ditambahkan 273 pada temperatur Celsius. Gambar 7-6
menunjukkan hubungan antara skala Celsius, Fahrenheit, Kelvin dan Reamur.

Gambar 7-9 : hubungan antara skala Celsius, Fahrenheit, Kehin dar Reamur.
Hubungan antara skala Celsius, Fahrenheit, Kelvin dan Reamur dapat dinyatakan
sebagai berikut:
L L0
X X0

Lt L0 X t X 0

Dengan ketentuan berikut


L

= temperatur benda terukur pada thermometer L

= temperatur benda terukur pada thermometer X

Xt

= titik uap thermometer

Lt

= titik uap thermometer L

L0

= titik es thermometer L

X0

= titik es thermometer X

Konversi antar skala temperatur diatas bisa dinyatakan sebagai berikut


Diketahui

Celsius

Fahrenheit

Reamur

temperature
TC 0C

Celsius tC
Fahrenheit tF
Reamur tR

5
(t F 32) 0 C
9
5 0
tC t R C
4

tF

tC

9
tC 32 0 F
5

tF
tF

tR

9
t R 32
4

tR

4 0
tC R
5

4
(t F 32) 0 R
9

tR

Contoh 7-1
Suatu benda jika diukur temperaturnya menggunakan thermomete Celsius
menunjukkan 500C. Berapa derajat temperatur benda itu jika diukur menggunakan
thermometer Fahrenheit, Kelvin dan Reamur?
Jawab
Misalkan: L = thermometer Celsius dan X = thermometer Fahrenheit
Maka:
L

= 500C

L0

= 00C

Lt

= 1000C

= ..

Xt

= 212 0F

X0

= 320F

50 0
X 32

100 0 212 32 diperoleh X = 122 0F

Misalkan : L = thermometer Celsius dan x = thermometer Kelvin


Maka :
50 0
X 273

100 0 373 273 diperoleh X = 323 K

Misalkan : L = thermometer Celsius dan X = thermometer Reamur


Maka
L

= 500C

L0

= 00C

Lt

= 1000C

= ..

Xt

= 373K (untuk memudahkan) X0

= 2730K

50 0
X 273

diperoleh X = 323 K
100 0 373 273

Misalkan : L = thermometer Celsius dan X = thermometer Reamur


Maka :
L

= 500C

L0

= 00C

Lt

= 1000C

= ..

Xt

= 800R

X0

= 2730R

50 0
x0

diperoleh X = 400R
100 0 80 0

Cara kedua menggunakan rumus-rumus yang ada ditabel. Diketahui tC = 50oC

9
9
tC 32 .50 32 122 0 F
5
5
4
4
t R tC .50 40 0 R
5
5
T t c 273 50 273 323K
tF

Contoh 7-2
Sebuah thermometer A digunakan untuk mengukur temperatur benda. Saat es
sedang melebur thermometer A menunjukkan angka 300, dan saat es air sedang
mendidih thermometer A menunjukkan 1500. Berapa skala yang ditunjukkan
thermometer A, bila sebuah benda temperaturnya 50C?
Jawab
Misalkan : L = thermometer Celsius dan X = thermometer A
Maka:
L

= 500C

L0

= 00C

Lt

= 1000C

At

= 1500A

A0

= 300A

50 0
A ( 30)

diperoleh A= 600A
100 0 150 ( 30)

7.5. Ekspansi Termal


Bila sebuah benda dipanaskan, ini berarti benda tersebut menerima kalor
(panas) atau energi termal. Akibatnya energi kinetic molekul-molekul benda
bertambah

besar

dan

gerak

molekul-molekulnya

menjadi

cepat

yang

mengakibatkan gaya kohesinya (gaya tarik-menarik antar molekul) semakin


lemah. Bila gerak molekul semakin cepat dan gya kohesinya semakin lemah,
maka jarak antar molekul semakin jauh. Secara makroskopis (dilihat secara fisik)
benda mengalami pernuaian. Sebagai contoh bila sebuah besi dipanaskan sampai
membara, maka besi mudah dibengkokkan. Hal ini terjadi karena gaya tarik
antarmolekul (gaya kohesi) benda melemah, Bila benda panas didinginkan, ini
berarti benda tersebut melepaskan kalor (panas) atau melepaskan energi
termalnya. Akibatnya energi kinetic molekul-molekul benda berkurang dan gerak
molekul-molekulnya menjadi lambat yang mengakibatkan gaya kohesinya (gaya
tarik-menarik antar molekul) semakin kuat. Bila gerak molekul semakin lambat

dan gaya kohesinya semakin kuat, maka jarak antarmolekul semakin dekat. Secara
makroskopis (dilihat secara fisik) benda mengalami penyusutan. Peristiwa
pemuaian dan penyusutan benda disebut ekspansi termal.
7.5.1. Pemuaian Panjang Zat Padat
Pada zat padat, pemuaian terjadi ke segala arah. Maksudnya, bila zat padat
dipanaskan maka akan terjadi pemuaian dalam arah panjang, luas dan sekaligus
volume. Sifat pemuaian zat padat dapat dimanfaatkan untuk A. Memasang ban
besi atau baja. Lubang lingkaran luar rodanya dibuat lebih besar dan pada lubang
lingkaran ban baja. Bila ban baja tersebut dipanaskan, maka ban itu memuai
sehingga mudah dimasukkan kedalam roda. Ban baja akan merekat sangat kuat
pada roda apabila dalam keadaan dingin. B. Mengeling dua buah pelat besi atau
logam. Lubang kedua pelat besi itu dimasuki kelingan yang sudah dipanaskan,
kemudian ditempa dalam keadaan panas. Kedua pelat akan terkeling dengan kuat
setelah dingin. C (Gambar 11-1). Menghindari kerusakan akibat pemuaian sudah
jembatan. Dibagian bawah jembatan diletakkan rolan atau silinder baja dan pada
ujung jembatan selalu diberi kerengangan untuk mengantisipasi adanya pemuaian
ataupun penyusutan agar jembatan selalu stabil.
Berdasarkan percobaan ternyata pemuaian panjang berbagai jenis bahan berbedabEda. Pemuaian panjang benda dipengaruhi oleh panjang benda mula-mula,
kenaikan temperatur dan jenis bahan.
Perhatikan Gambar 7-11. Untuk perubahan temperatur yang kecil T = T T0,
fraksi perubahan panjang benda berbanding lurus dengan perubahan temperatur
yang dapat dinyatakan sebagai berikut.
L L0 L

T
L0
L0

atau

L = L0T
Dengan adalah koefisien mulai panjang yang mempunyai satuan K -i, L0 adalah
panjang benda pada temperatur T0 dan L adalah panjang benda pada temperatur T.
Bila persamaan 7-6 diturunkan lagi untuk mendapatkan panjang benda maka

L0T

L L0

L0T

= L0 + L0T

= L0 (1+T)

Contoh 7-3
Sebuah logam baja yang panjangnya 1000 m pada temperatur 300C dipanaskan
sampai 600C. Jika koefisien muai panjang logam itu 1,1.10-5 0C-1 (a) berapa
pertambahan panjang logam itu (b) berapa tegangan tekan yang terjadi bila kedua
ujungnya dijepit sehingga tidak dapat memuai ataupun menyusut? (c) Bagaimata
caranya agar tegangan tekan tersebut tidak terjadi ? Ybaja = 2.1011 N/m2
Jawab
(a)

T = 60 30 = 300C
L = L0T = 1,1.10-5 . 1000. 30 m = 0,33 M = 33cm

(b)

Tegangan yang terjadi bila kedua ujungnya dijepit sehingga tidak dapat
memuai ataupun menyusut adalah sebagai berikut
Modulus Young Y =
F
L
Y
A
L

F .L
, maka tegangan yang terjadi adalah
A.L
F
0,33
2 x1011.
6,6 x10 7 N / m 2
A
1000

Tegangan ini sekitar sepertiga tegangan patah untuk baja yang ditekan.
Tegangan sebesar ini menyebabkan baja melengkung dan bentuknya
berubah secara tetap.
(c)

agar tidak terjadi tegangan sebesar itu, kedua ujung baja itu harus bebas
(tidak dijepit) atau disediakan ruang untuk kejadian pemuaian tersebut.

7.5.2. Pemuaian Luas Zat Padat


Gambar 7-12 menunjukkan arah pemuaian luas zat padat, yaitu tegak lurus
terhadap tepi permukaan.

Untuk perubahan temperatur yang kecil T = T T0. fraksi perubahan luas


benda berbanding lurus dengan perubahan temperatur yang dapat
dinyatakan sebagai berikut.
A
T
A0

atau
A A0 T ,

Dengan adalah koefisien muai luas yang mempunyai satuan K -1. A0


adalah luas benda pada temperatur T0 dan A adalah luas benda pada
temperatur T. Bila persamaan 7-8 diturunkan lagi untuk mendapatkan luas
benda maka
A A0 = A0T
A = A0 (1 + T)
Hubungan dan dicari dengan melihat kenyataan bahwa luas A sama
dengan kuadrat panjang L2, jadi
A

= L2

A0 (1+T) = [L0 + T]2


2
Karena A0 = L0 dan 2 T2 0 (sangat kecil) maka

A0 (1 + T) = A0 (1+2T)
Atau
= 2
Contoh 7-3
Sebuah aluminium berbentuk bujursangkar pada temperatur 50 0C luasnya 10 m2.
Besi ini dipanaskan hingga temperaturnya menjadi 1500C. Koefisien muai panjang
aluminium adalah 2,4 x 7-5 5 K-1. Berapa luas aluminium itu sekarang.
Jawab

= 2 = 2.2,4 x 7-5 = 4,8 x 7-5 K-1

= 150 50 = 1000c

= A0 (1 + T = 10 (1 + 4,8 x 7-5 . 100) = 10.0048 m2

7.5.3. Pemuaian Volume Zat Padat


Untuk perubahan temperatur yang kecil T = T T0. Fraksi perubahan volume
benda berbanding lurus dengan perubahan temperatur yang dapat dinyatakan
sebagai berikut.
V
T
V0

Atau

V = V0T,
Dengan adalah koefisien muai volume yang mempunyai satuan K -1. V0 adalah
volume benda pada temperatur T0 dan V adalah volume benda pada temperatur T
Bila persamaan 7-11 diturunkan lagi untuk mendapatkan volume benda maka
V V0 = V0T
Atau
V = V0(1 + T)
Hubungan dan dicari dengan melihat kenyataan bahwa volume V sama dengan
pangkat tiga dari panjang L3, jadi
V
V0 (1+T)

= L3
= [L0 (1+ T3

Karena V0 = L30 , 2 T2 dan 3T3 0 (sangat kecil) maka


V0 (1 + T) = V0 (1+3T)
Atau
= 3
7.6. Pemuaian Zat Cair
Zat cair mirip dengan zat padat atau gas yaitu secara normal akan memuai
bila terjadi kenaikan temperatur. Gaya tarik-menarik antar molekul zat cair sangat
lemah sehingga bentuk zat cair mudah berubah sesuai dengan bejana yang ia
tempati. Karena zat cair tidak mempunyai bentuk tertentu, jadi hanya pemuaian

volume yang bisa dianalisis. Karena itu persamaan pemuaian volume untuk zat
cair adalah
V = V0 (1 + T)
adalah koefisien muai zat cair.
7.7. Anomali Air
Pada umumnya bila zat cair dipanaskan akan mengalami pemuaian. Namun
hal ini tidak berlaku untuk air, khususnya bila air dipanaskan mulai dari
temperatur 00C sampai dengan 40C, air akan menyusut. Selain itu massa jenis air
akan bertambah dan pada temperatur 40C mencapai harga maksimum, yaitu 1.
Setelah temperaturnya mencapai 40C, bila dipanaskan air, akan memuai kembali.
Tampak pada gambar Gambar 7-13 bahwa volume terkecil air terjadi pada
temperatur 40C dan pada Gambar 7-14 tampak bahwa massa jenis air terbesar
pada temperatur 40C, besarnya 1 g/cm3. lni yang menyebabkan es mengapung
didalam air, karena masa jenis es lebih kecil dari pada massa jenis air yaitu 0,917
g/cm3. Gambar 7-15 menunjukkan kehidupan ikan di sebuah danau yang
pemukaannya membeku menjadi es. Es ini berfungsi sebagai alat penyekat (bahan
isolasi) yang melindungi air dibawahnya dari kondisi dingin di atas permukaan
danau. Sehingga air didalam danau lebih hangat dibanding di permukaan danau,
dan ikan bisa hidup nyaman didalam danau walaupun permukaannya membeku
menjadi es.
Contoh 7-4
Sebuah bejana kaca 2 liter diisi alcohol sampai penuh pada temperatur 100C. Jika
temperaturnya dinaikkan menjadi 300C, berapa liter alcohol yang tumpah dari
bejana itu? Koefisien muai volume alcohol 1,1 x 7-3 K -1 dan Koefisien muai
panjang kaca 9x7-6 K-1.
Jawab
T = 30 10 = 200C
Perubahan volume alcohol: V = VoT = 2. 1,1 x 7-3 . 20 = 4,4 x 7-2 L = 44 mL

Perubahan volume kaca :V = Vo.3.T = 2. 3. 9x7-6.20 = 1,08x7-3 L = 1,08 mL


Jumlah alcohol yang tumpah = 44 1,08 = 42,92 mL
7.8. Pemuaian Gas
Gaya tarik menarik antar molekul gas sangat kecil sehingga jarak antar
molekulnya jauh lebih besar dibanding diameter molekulnya (Gambar 7-15).
Didalam gas molekul bergerak acak sehingga volume gas mudah diubah-ubah dan
dapat mengisi seluruh ruangan secara merata. Berdasarkan sifat tersebut
pemanasan gas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
7.8.1. Pemanasan Gas Pada Tekanan Tetap
Pada peristiwa ini terjadi perubahan volume dengan persamaan berikut
V = V0 (1 + p.T)
V

= volume gas pada temperatur T

V0

= volume gas pada temperatur 00C

= koefisien muai gas pada tekanan konstan

Koefisien muai gas pada tekanan tetap adalah bilangan yang menyatakan
pertambahan volume dari 1 m3 gas, pada kenaikan temperatur 10C atau 1 K padaa
tekanan tetap. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan berikut pada berbagai perubahan temperatur diperoleh harga p =
1
dan harga untuk setiap gas adalah sama.
273

Dari grafik hubungan antara volume dan perubahan temperatur (Gambar 7-16),
ternyata grafiknya berupa garis lurus dan volume gas sama dengan nol pada
temperatur 273,150C. Ini berarti Volume gas berbanding lurus dengan
temperatur, yaitu
V = C.T

atau

V
= C pada tekanan konstan (Isobar)
T

7.8.2. Pemanasan Gas pada Volume Tetap

Berdasarkan hasil percobaan ternyata perubahan temperatur akibat pengaruh


perubahan tekanan apabila volume gas tetap konstan dapat dinyatakan sebagai
berikut
P = P0 (1 + v.T)
P

= tekanan gas pada temperatur T

P0

= tekanan gas pada temperatur 0 C

= koefisien muai gas pada volume konstan

Koefisien muai gas pada volume tetap adalah bilangan yang menyatakan
pertambahan tekanan gas, pada kenaikan temperatur 10C atau 1 K pada volume
tetap. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
berikut pada berbagai perubahan temperatur diperoleh harga v =

1
, dan harga
273

v untuk setiap gas adalah sama. Dari grafik hubungan antara tekanan dan
perubahan temperatur (Gambar 7-17), ternyata gratiknya berupa garis lurus dan
tekanan gas menjadi nol pada temperatur 273,150C. Hal ini terjadi saat molekulmolekul gas tidak bergerak lagi atau mempunyai energi kinetic minimum. Karena
itu Lord Kelvin menyatakan bahwa temperatur - 273,15 0C sebagai titik nol
mutlak, dan dianggap tidak ada temperatur yang lebih rendah dari - 273,150C.
Berdasarkan grafik pada Gambar 7-17, maka Tekanan gas berbanding lurus
dengan temperatur, yaitu
P = C.T

atau

P
=C
T

pada volume konstan (isokhor)

C adalah konstanta
Persamaan gas pada volume konstan dan pada tekanan konstan disebut sebagai
hukum Gay Lussac, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Gas dianggap ideal
2. massa gas tetap
3. Tidak terjadi perubahan wujud
4. tidak terjadi reaksi kimia
7.8.3. Pemanasan Gas pada Tekanan dan Volume Berubah

Untuk gas ideal pada tekanan rendah dengan massa tetap dan tidak terjadi reaksi
kimia akan berlaku hukum Boyle-Gay Lussac.
PV
C
T

Perumusan ini diperoleh dari gabungan hukum Boyle-Gay Lussac yang


mempunyai syarat-syarat berikut:
1. Gas dianggap ideal
2. massa gas tetap
3. Tidak terjadi perubahan wujud
4. tidak terjadi reaksi kimia
Contoh 7-5
Gas Helium yang volumenya 30 m3 dipanaskan dari temperatur 270C sampai 327
0

C pada tekanan tetap. Berapakah volume gas sekarang?

Jawab
T1

= (27 + 273) K = 300 K

V1 = 30 m3

T2

= (327 + 273) k = 600 K

V2 = ?

Pada tekanan tetap berlaku persamaan


V
C
T

atau

V1 V2
30
V

2
, maka
T1 T2
300 600

V2 = 60 m3

Contoh 7-6
Gas Oksigen dimasukkan dalam silinder yang bertekanan 200 kPa (kilo Pascal).
Gas dipanaskan dan temperatur 100 K hingga 200 K dengan volume dijaga tetap.
Berapa tekanan gas sekarang?
J awab
T1 = 100 K

T2 = 200 K

P1 = 200 kPa

P2 = ?

Pada volume tetap berlaku persamaan


P
C
T

atau

P1 P2
200
P

2
, maka
T1 T2
100 200

P2 = 400 kPa.

Contoh 7-7
Dalam sebuah bejana terdapat 50 liter gas yang temperaturnya 200 K pada
tekanan 15 atm. Kemudian temperatur gas dinaikkan menjadi 400 K dan tekannya
menjadi 7,5 atm. Berapa volume gas sekarang?
Jawab
V1

= 50 liter

T1

= 200 K

P1

= 15 atm.

V2

=?

T2

= 400 K

P2

= 7,5 atm.

P1V1
PV
2 2
T1
T2

15.50 7,5.V2

200
400

V2

= 200 liter

7.9. Deskripsi Makroskopik Gas Ideal


Eksperimen menunjukkan bahwa semua gas pada kerapaan yang sangat kecil
menunjukkan perilaku pemuaian yang sama. Karena itu sebuah thermometer yang
menggunakan gas memberikan bacaan yang sama tanpa memandang gas apa yang
digunakan oleh thermometer itu, Variabel yang menjelaskan perilaku gas adalah
Tekanan, Volume, Temperatur dan jumlah mol gas. Persamaan-persamaan yang
menghubungkan antar variabel ini disebut persamaan keadaan. Satu mol gas
adalah besaran yang berisi NA = 6,02 x 1023 molekul/mol (bilangan Avogadro) dan
sama dengan berat molekul gas yang dinyatakan dalam gram. Hubungan jumlah
nol n gas dengan massa gas m adalah m = n.M. Dengan M adalah massa molar
dari gas yang biasanya dinyatakan dalam gram per mol. Dalam range temperatur
dan tekanan tertentu, kebanyakan gas mengikuti tiga hukum sederhana. Gas yang
mengikuti ketiga hukum ini secara lengkap disebut sebagai gas ideal. Untuk setiap
hukum sederhana ini nantinya besaran temperatur selalu mengacu pada temperatur
mutlak.
Hukum Boyle
Jika temperatur dijaga agar konstan, volume dan tekanan gas mengikuti
persamaan berikut

P1V1 = P2V2
atau
PV = konstan
Hukum Charles
Jika tekanan dijaga agar konstan, maka volume dan temperatur gas mengikuti
persamaa berikut
V1 V2

T1 T2

Atau
V
= konstan
T

Hukum Gay-Lussac
Jika volume dijaga agar konstan, maka tekanan dan temperatur gas mengikuti
persamaan berikut :
P1 P 2

T1 T2

Atau
P
= kosntan
T

Hukum Gas Ideal


Gas-gas yang mempunyai kerapatan rendah mengikuti ketiga hukum diatas yang
bisa dikombinasi menjadi hubungan tunggal yang disebut hukum gas ideal, yaitu
P1V1
PV
2 2
T1
T2

Atau dalam versi lain


PV = nRT
Dengan ketentuan n adalah jumlah mol dan R adalah konstanta umum gas yang
besarnya adalah R = 8,31 J/mol.K. Hukum gas ideal adalah contoh khusus (valid
untuk gas ideal saja) dan persamaan keadaan yaitu sebuah persamaan yang

menghubungkan variable-variabel termodinamika tekanan, temperatur, volume


dan kerapatan.
Bilangan Avogadro dan Hukum Gas Ideal
Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa gas-gas yang bervolume sama, pada
temperatur dan tekanan yang sama mempunyai jumlah molekul yang sama. Hal
ini mengisyaratkan bahwa besaran satu mol untuk semua gas pada temperatur dan
tekanan statuan mempunyai jumlah molekul yang sama. Jumlah molekul per mol
disebut sebagai bilangan Avogadro NA yang besarnya adalah NA = 6,02x1023
molekul/mol. Jumlah molekul gas N sama dengan hasil kali jumlah mol dan
hilangan Avogadro.
N = n.NA
Sehingga persamaan gas ideal bisa ditulis menjadi
PV = NkT
P

Dengan k N 1,38 J / K disebut sebagai konstanta Boltzmann.


A
7.10. Deskripsi Mikroskopik Gas Ideal : Teori Kinetik Gas ideal
Model teori kinetic gas ideal didasarkan atas anggapan sebagai berikut
1.

Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul)


dalam jumlah yang besar sekali.

2.

Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang.

3.

Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.

4.

Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dan ukuran patikel-partikel,


sehingga ukuran partikel dapat diabaikan.

5.

Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila
bertumbukan.

6.

Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi


secara lenting sempurna, partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras,
dinding diangap licin dan tegar.

7.

Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.

7.10.1.

Tekanan Gas

Misalkan ruang tempat gas berada dianggap berbentuk kubus dengan panjang
rusuk d (Gambar 7-18). Misalkan sebuah atom massa m bergerak dengan
kecepatan v. Komponen kecepatan atom pada sumbu x, y, dan z masing-masing
adalah dan vz. Perhatikan gerak atom sepanjang sumbu x dengan kecepatan vx.
Atom tersebut bergerak hilir mudik sejajar sumbu x dengan kecepatan vx. Tiap kali
tumbukan atom dengan permukaan dinding kubus, kecepatan itu berubah dari + vx
menjadi vx. Jadi atom mengalami perubahan momentum sehesar m (- vx) m(+vx) = - 2m vx.
Sebaliknya atom memberikan momentum sebesar +2m vx kepada dinding. Selang
waktu antara dua buah tumbukan berturut-turut antara atom dengan permukaan
dinding sama dengan waktu yang diperlukan oleh atom untuk bergerak ke dinding
yang satu dan kembali, atau menempuh jarak 2 d, yaitu
t

2d
vx

t = selang waktu antara dua tumbukan.


Karena impuls sama dengan perubahan momentum, maka dapat dinyatakan
sebagai berikut
Fx . t = 2 m vx.
2d

Fx . v = 2 m vx
x
Maka gaya rata-rata untuk satu atom dapat dinyatakan dengan persamaan :
Fx =

mv 2 x
d

Gaya rata-rata untuk N atom dapat dinyatakan dengan persamaan:

Fx N

mv 2 x
d

Tekanan rata-rata pada permukaan adalah hasil bagi antara gaya F x dengan luas
bidang tekan d2. Jadi

Px N

mv 2 x
d3

Karena d3 = V (Volume kubus), maka tekanan total pada sumbu x dapat


dinyatakan sebagai

mv 2 x
Px N
V
Dengan cara yang sama diperoleh

Py N

mv 2 y
V

Pz N

mv 2
V

1
3

2
2
2
2
Dengari demikian v x v y v z v dan

1 mv 2
N
3
V

Dalam gas ideal sesungguhnya atom-atom mempunyai kecepatan yang tidak sarn.
Sebagian bergerak lebih cepat, sebagian lebih lambat. Tetapi sebagai pedekatan
2
kita ambil kecepatan rata-ratanya. Jadi V2 = vrata
, maka

2
1 mvrata
P N
3
V

7.10.2.

Temperatur

Persamaan 7-24 dapat ditulis dalam bentuk


1
2
N .mvrata
3
2 1
2
PV N .mvrata
3
2
PV

Mengingat persamaan gas ideal PV = NkT dan Ek = mv2 maka


N .k .T

2
NEkrata
3

Atau
Ekrata

2
kT
3

Energi kinetic rata-rata molekul adalah

2
kT . Jadi temperatur mutlak adalah
3

ukuran energi kinetic translasi rata-rata atom. Sebenarnya atom-atom tersebut juga
memiliki energi kinetic rotasi dan vibrasi (Gambar 7-19), tetapi bagi perhitungan
tekanan yang diberikan oleh gas pada dinding wadahnya hanya energi kinetic
translasi saja yang penting.
Energi kinetic translasi total n mol gas yang mengandung N molekul adalah
1

mv 2
2

Ek N

rata rata

3
3
NkT nRT
2
2

Jadi, energi kinetic translasi adalah

3
3
kT per molekul dan
RT per mol.
2
2

Persamaan 7-26 dapat digunakan untuk menghitung kelajuan molekul dalam gas.
Harga rata-rata v2 adalah

v
2

rata rata

3kT 3 N A kT 3RT

m
N Am
M

Dengan M = NA.m adalah massa molar. Akar dan (v2)rata-rata adalah akar rata-rata
kuadrat (root mean square = rms):
vrms

v
2

rata rata

3kT

3RT
M

Contoh 7-8
Hitunglah vrms dari molekul gas nitrogen dalam keadaan standart (00C). (M = 28
kg/kmol, R = 8,31x103 J/kmol.K,)
Jawab:
T = 0 + 273 = 273 K
Vrms =

7.10.3.

3RT

3.8,31x10 3.273
493.m / s
28

Distribusi Kelajuan Mokkul

Telah diketahui bahwa semua molekul dalam gas kelajuannya tidak sama, ada
yang cepat ada pula yang lambat dan ada pula yang bergerak dengan kelajuan
sedang. Kelajuan molekul seperti ini dapat digambarkan oleh fungsi distribusi
kelajuan. Salah satunya adalah fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann yang
dirumuskan sebagai berikut
3
2

4 3
f (v )

2kT

v e

mv 2
2 kT

Berdasarkan fungsi tersebut kelajuan maksimum vmaks, diperoleh dengan cara


membuat turunan fungsi distribusi tersebut terhadap kelajuan sama dengan nol
df (v)
0 sehingga diperoleh
dv
2kT
m

vmaks

Kelajuan akar kuadrat ratarata vrms diperoleh dengan cara mengalikan v2 dengan
fungsi f(v) untuk rentang dv dari 0 sampai tak hingga, yaitu

v
2

v
2

v
2

rata rata

v 2 f (v )dv
0

rata rata

rata rata

v
0

4 m

2kT

4 m

2kT

4 m
v rata rata

2kT
3kT
v 2 rata rata
m
3kT
vrms
m
2

3
2

3
2

v e

v e

mv 2
2 kT

mv 2
2 kT

dv

dv

0
3
2

3
2kT

8
m

vrms ini sesuai dengan persamaan 7-27

Kelajuan rata-rata vrata diperoleh cara mengalikan v dengan fungsi f(v) untuk
rentang dv dari 0 sampai takhingga, yaitu

vrata

vf (v)dv
0

vrata

vrata
vrata

2kT

2kT

3
2

v e

3
v e

mv 2
2 kT

dv

mv 2
2 kT

24.k .T
3. .m

Hubungan antara vrata, vmaks dan vrms


vmaks

vrms

2kT
3kT
:

m
m

vrata

vrms

24.k .T
:
3. .m

2
3

3kT

8
3

jadi

vmaks = 0,817 vrms

jadi

vmaks = 0,921 vrms

Contoh 7-9
Hitunglah vrms, vmaks dan vrata dari molekul gas hydrogen pada suhu 200C. (m = 2
kg/kmol, k = 1,38 x 7-23 J/K)
Jawab
T = 20 + 273 = 293 K
3RT
3.8,31x103.293

1911,0847.m / s
M
2
0,817vrms 0,817 x1911,0847 1561,3561m / s

vrms
vmaks

vrata 0,821vrms 0,921x1911,0847 1760,109m / s

Soal-soal latihan
1.

Pada temperatur berapakah :


a.

Jumlah skala F dan skala C = 740

b.

Selisih skala F dan skala C = 240

c.

Skala F dan skala C menunjukkan angka sama

d.

Skala C = 1/3 skala F

2.
Es melebur
Thermometer skala X
400
Thermometer skala Y
200
a.
Maka 200 X = .. 0Y
b.

Air mendidih
1600
1800

Tx + tY = 840, maka tc =.

3.
Thermometer skala X
Thermometer skala Y
Pada temperature berapa tX = tY
4.

Es melebur
- 400
- 200

Air mendidih
1100
1600

Jika hubungan antara thermometer skala X dan skala Y adalah linier, maka...
a.

200 X = 360Y
- 100 X = 120 Y
Jadi 560 Y = 0X

b.

400 X = 1000 Y
-320 X = -100Y
Jadi 450 Y = 0X

5.

Berapakah perubahan panjang kawat besi yang dipanaskan dari 00 sampai


400 jika pada 00 panjang 12,75 m (besi = 12 x 10-6 / 0C)

6.

Berapa panjang kawat tembaga pada 800 C jika pada 200 C panjangnya
71,28 m (tembaga = 17 x 10-6 / 0C)

7.

Kawat besi dan seng pada 100 C panjangnya 158,21 cm.

Berapa selisih panjang keduanya pada 1000C jika muai panjang besi dan
seng masing-masing 12 x 10-6 / 0C dan 29 x 10-6 / 0C.
8.

Pada 150 C panjang penggaris besi tepat 1 m sedang panjang penggaris


tembaga 0,036 cm lebih panjang. Jika muai panjang besi dan tembaga
masing-masing 1,2 x 10-5 / 0C dan 1,92 x 10-6 / 0C. Berapa selisih panjang
pada 00 C.

9.

Kawat besi dan kawat seng pada 900 panjangnya sama.


Berapa panjang kawat besi pada 100 jika pada 500 panjang Kawat seng
adalah 132,87 cm (muai panjang lihat soal no. 7)

10.

Panjang kawat logam 191,7 cm pada 00 C dan bertambah panjang 0,23 cm


jika dipanaskan sampai 1000 C. Benda logam tersebut volumenya 387,189
cm3 pada 200 C, volumenya pada 700 C akan bertambah

11.

Volume logam pada 200 C adalah 281,328 cm3 dan menjadi 281,834 cm3
pada 700 C. Berapa panjang kawat logam pada 90 0 C jika pada 100 C
panjangnya 83,72 cm?

12.

Balok logam volumenya 429,725 cm3 pada 200 C dan bertambah 1,096 cm3
jika dipanaskan sampai 800 C. Berapa panjang kawat logam pada 1000 C,
jika pada 00 C panjangnya 188,23 cm.

13.

Balok logam panjang 2,5 m dan penampang 20 cm2, massanya 40,048 kg


pada 00 C, massa jenis logam 8 g/cm3 pada 200 C. Berapa pertambahan
panjang jika batang dipanaskan dari 00 C sampai 1000 C.

14.

Bejana dari gelas penuh berisi air raksa sebanyak 124,7 cm 3 pada 00 C.
Berapa air raksa tumpah jika bejana beserta isinya dipanaskan sampai 43,8 0
C. Muai ruang dan muai panjang dari air raksa dan gelas masing-masing
adalah 0,000181 / 0C dan 8 x 10-6 / 0C. Massa jenis air raksa 13,6 g/cm3 pada
saat itu.

15.

Tangki besi pada 00 C volumenya 21,35 m3. Berapa m3 minyak pada 100 C
dalam tangki jika pada 400 C tangki penuh dengan minyak? Muai panjang
besi 1,2 x 10-6 0C dan muai ruang minyak 0,001 / C.

16.

Bola gelas pada 0 0C volumenya 214,97 cm3, massanya 28,17 gram. Pada
80 C, bola tersebut berisi x gram raksa dan jika dimasukkan ke dalam air

ternyata volume bola dalam air dan volume yang lain di atas
permukaan air. Berapa x ? Muai panjang gelas 8 x 10-6 / 0C.
17.

Ban dan besi hendak dipasang pada roda kayu yang diameternya 100 cm.
Diameter ban besi 5 mm kurang dari diameter roda. Berapa temperatur
harus dinaikkan agar ban besi tepat masuk pada roda?
(besi = 12 x 10-6 / 0C)

18.

Pada temperatur 50 0C dan 450 0C, dua penggaris daei besi dan tembaga,
mempunyai beda panjang sama yaitu 2 cm.
Muai panjang besi = 12 x 10-6 / 0C dan muai panjang tembaga 17 x 10 -6 / 0C.
Berapa panjang masing-masing penggaris pada 00?

19.

Silinder gelas pada 0 0C berisi 100 gram air raksa sedang pada 2 0C berisi
penuh 99,7 gram air raksa, Jika koefisien muai ruang air raksa 18 x 10-5 0C,
berapa koefisien muai panjang gelas?

Anda mungkin juga menyukai