Anda di halaman 1dari 19

PERSAMAAN KEADAAN

MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK KIMIA

OLEH :

NOVIANTO NUGROHO (16644043)

SELVIA WIDYAWATI (16644030)

SIBARANI ANDRI TOGAP (16644)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PRODI TEKNIK KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2016

PERSAMAAN KEADAAN 1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Pertama - tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena
atas nikmat karunia-Nya, makalah yang berjudul tentang “ persamaan keadaan “ ini
dapat terselesaikan dengan sebaik – baiknya.
Tugas ini dibuat dan diusahakan agar tidak terjadi kesalahan di dalamnya. Akan
tetapi, sebagai manusia yang serba kekurangan pastilah ada berbagai kesalahan yang
terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu, atas segala kekurangan
dan kesalahan yang terjadi, maka sebagai penyusun, kami memohon maaf serta
harapan supaya para pembaca memberikan kritikan dan sarannya agar dihari
mendatang kesalahan ini tidak terulang lagi.
Lebih lanjut kami ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
memberikan dalam penyelesaian tugas ini.
Akhir kata, kami ucapkan sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Samarinda,03 Oktober 2016

Penyusun,

PERSAMAAN KEADAAN 2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................. 2
Daftar isi .................................…………………………………………………......... 3
BAB I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ……........................……………….....................…..................... 4
1.2. Rumusan Masalah ………….............................…................................................ 5
1.3. Tujuan dan manfaat makalah ………………......................................………...... 5

BAB II : Pembahasan
2.1. Persamaan Keadaan .............................................................................................. 6
2.2. Sistem dan Persamaan Keadaannya ............................…...................................... 6
2.3. Persamaan Gas Ideal dan Diagram P-V-T ............................................................ 8
2.4. Pendekatan Persamaan Keadaan Gas Ideal ............ ...……................................ 11
2.5. Persamaan Keadaan dalam Termodinamika ....................................................... 12
2.5.1. Persamaan Keadaan Vander wals ........................................................12
2.5.2. Persamaan Keadaan Lain dan Gas Nyata ............................................ 14
2.5.3. Persamaan Keadaan Rendlich-Kwong ................................................ 15

BAB III : Penutup


3.1. Kesimpulan .....……........................…................................................................ 18
3.2. Saran ................................................................................................................... 18

Daftar pustaka

PERSAMAAN KEADAAN 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam
memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling sederhana
dalam penggunaan ini adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam
memprediksi keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Tetapi
persamaan ini menjadi semakin tidak akurat pada tekanan yang makin tinggi dan
temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi kondensasi dari gas
menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah persamaan keadaan yang lebih akurat
telah dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat ini, tidak ada
persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan sifat-sifat
semua zat pada semua kondisi.
Selain memprediksi kelakuan gas dan cairan, terdapat juga beberapa
persamaan keadaan dalam memperkirakan volume padatan, termasuk transisi padatan
dari satu keadaan kristal ke keadaan kristal lainnya. Terdapat juga persamaan-
persamaan yang memodelkan bagian dalam bintang, termasuk bintang netron.
Konsep yang juga berhubungan adalah mengenai fluida sempurna di dalam
persamaan keadaan yang digunakan di dalam kosmologi.
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini
disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem). Untuk keadaan termodinamika
tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung
dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan
dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti,
yang merupakan fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan
keadaan dari sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang

PERSAMAAN KEADAAN 4
berhadapan dengan properti sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.
Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan.
Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang disajikan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan persamaan keadaan?
2. Kapan suatu keadaan dikatakan seimbang?
3. Menyebutkan persamaan keadaan dalam termodinamika?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi persamaan keadaan
2. Untuk mengetahui kapan suatu keadaan di katakana setimbang
3. Untuk mengetahui jenis – jenis persamaan keadaan dalam termodinamika

1.4 METODE PENULISAN


Metode yang digunakan penulis dalam menulis makalah ini adalah metode
kajian pustaka. Penulis mengkolaborasikan buku-buku sumber dan sumber dari
internet.

PERSAMAAN KEADAAN 5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSAMAAN KEADAAN


Di dalam fisika dan termodinamika, persamaan keadaan adalah persamaan
termodinamika yang menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi
fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan
hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan
materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam. Persamaan keadaan
berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan
bahkan bagian dalam bintang.

2.2 SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAANNYA


Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang
mekanis, apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol. Keadaan
seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila
didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang lain
(difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat mengubah jumlah partikel
semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi
maupun konsentrasnya. Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan
seimabng termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak
berubah, meskipun system berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding
diatermik. Besar/nilai koordinat sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu.
Keadaan keseimbangan termodinamika : sistem berada dalam keadaan
seimbang termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi.
Dalam keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan
cenderung tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya mempelajari
sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam keadaan seimbang termodinamika
setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah partikel tetap mis. N mole

PERSAMAAN KEADAAN 6
atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan : Semua eksperimen
menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara ketiga
koordinat itu terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain : Dalam keadan
seimbang termodinamis, hanya dua diantara ketiga koordinat system merupakan
variabel bebas.
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum
Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi, pada
kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas ideal
tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan) yang
berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, nilai
deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen dan hasilnya
akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut semakin
bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar sehingga hal ini
menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk diaplikasikan pada gas
secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil.
Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil
eksperimen dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada persamaan
yang digunakan sebagai berikut:
 Jenis gas
 Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi
interaksi antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding
tekanan gas nyata (Pnyata < Pideal)
 Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan
volume wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam
perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga turut
diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah – Vmolekul
Maka dari itu, perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata
dinyatakan dalam faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana
menghasilkan persamaan untuk gas nyata yaitu:

PERSAMAAN KEADAAN 7
Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat
persamaan yang menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam
gas nyata. Beberapa persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu
persamaan van der Waals, persamaan Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot, dan
persamaan Beattie-Bridgeman.

2.3 PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL DAN DIAGRAM P-V-T

Dari hasil eksperimen, nilai besaran-besaran termodinamika bergantung satu sama


lain.

Volume dikecilkan Suhu dinaikkan

tekanan naik panjang bertambah

Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilai
tekanan (P) tidak bisa sebarang. Ada hubungan antara besaran-besaran ini sebagai
berikut:

f(P, V, T, m) = 0

Hubungan ini disebut persamaan keadaan.

Biasanya persamaan keadaan dituliskan berdasarkan sifat-sifat alam bukan berapa


banyak material berada, sehingga besaran ekstensif diganti dengan nilai spesifiknya.

PERSAMAAN KEADAAN 8
Seperti V menjadi v = V / m, sehingga persamaan keadaan menjadi:

f(P, v, T) = 0

Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan antar satu sama
lain biasanya tidak sederhana.

Untuk mempermudah, sering dipakai ilustrasi grafik.

Contoh eksperimen untuk 1 mole gas karbon dioksida:

Plot antara Pv/T vs. P untuk tiga temperatur yang berbeda.

Ilustrasi grafik tersebut menunjukkan:

• Tampak bahwa nilai Pv/T tidak konstan

• Pada tekanan rendah ketiga kurva menyatu pada nilai Pv/T = R dengan R
merupakan konstanta gas universal.

• Pada suhu tinggi, kurva mendekati garis lurus

Pada tekanan yang cukup rendah, untuk semua gas:

Pv/T = R atau Pv = RT

PERSAMAAN KEADAAN 9
Oleh karena itu seringkali digunakan pendekatan “gas ideal” yang mengasumsikan
bahwa rasio Pv/T selalu sama dengan R untuk semua tekanan dan temperatur.

Kita tahu bahwa di alam tidak ada “gas ideal” semacam itu, gas yang mendekati gas
ideal terjadi pada tekanan rendah dan suhu tinggi, namun studi tentang gas ideal
sangat bermanfaat sebagai salah satu pendekatan untuk mengetahui sifat-sifat gas
sesungguhnya.

Persamaan gas ideal:

Pv = RT

karena v = n /V

maka persamaan gas ideal juga dapat ditulis

PV = nRT

PERSAMAAN KEADAAN 10
2.4 PENDEKATAN PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun,
didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum
gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari
perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak
intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan
hal ini. Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat
kecil sehingga bisa diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin
sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi
antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923)
mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan
keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals.

2.5 PERSAMAAN KEADAAN DALAM TERMODINAMIKA


2.5.1 Persamaan keadaan van der Waals
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal.
Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat

PERSAMAAN KEADAAN 11
mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap,
semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan
dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya.
Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur
absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa
diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil.
Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi
antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals
(1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai
persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi
persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada
p untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang
menjelaskan volume real molekul gas.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah
disebutkan diatas dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku
secara umum. Pertama, van der Waals menambahkan koreksi pada P dengan
mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara molekul gas dalam suatu wadah,
maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P’.

Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu
jenis jenis gas (a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap
volume gas tersebut, yaitu:

Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume
molekul gas tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai
perkalian antara jumlah mol gas dengan tetapan volume molar gas tersebut yang
berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).
Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam
persamaan tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume)

PERSAMAAN KEADAAN 12
merupakan volume gas tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan van
der Waals untuk gas nyata adalah:

Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:

Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan van der
Waals. Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin
mendekati kondisi gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan
kemampuan gas tersebut untuk dicairkan. Berikut adalah contoh nilai a dan b pada
beberapa gas.
a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)
H2 0.244 2.661
O2 1.36 3.183
NH3 4.17 3.707
C6H6 18.24 11.54
Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada
tabel 1-2 halaman 20. Pada persamaan van der Waals, nilai Z (faktor
kompresibilitas):

Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan
van der Waals terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga
(persamaan kubik) dengan menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan
dengan V2 (V - nb), kemudian kedua ruas dibagi dengan P, maka diperoleh:

PERSAMAAN KEADAAN 13
Kurva P terhadap0.006
V dalam persamaan
van der Waals
0.004

0.002

f(V)
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

-0.002

-0.004

-0.006

V (L/mol)

2.5.2 Persamaan keadaan Lain pada Gas Nyata


a. Persamaan Kamerlingh Onnes
Pada persamaan ini, PV didefinisikan sebagai deret geometri penjumlahan
koefisien pada temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan) dan
“Vm” (volume molar), yaitu sebagai berikut:

Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat
dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron
dan Jerome Lando Pada tekanan rendah, hanya koefisien A saja yang akurat,
namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka koefisien B, C, D, dan
seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan Kamerlingh akan memberikan hasil yang semakin akurat bila
tekanan semakin bertambah.

b. Persamaan Berhelot
Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah (≤ 1 atm), yaitu:

Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan Tc = temperatur kritis


(temperatur pada titik kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti
pada hukum gas ideal biasa. Persamaan ini bermanfaat untuk menghitung
massa molekul suatu gas.

PERSAMAAN KEADAAN 14
c. Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman
ini terdiri atas dua persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai
tekanan (P), sedangkan persamaan kedua untuk mencari nilai volume molar
(Vm).

Dimana:

Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada
setiap gas. Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of
Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman
23. Persamaan ini memberikan hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi
yang sangat kecil terhadap hasil yang didapat melalui eksperimen sehingga
persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu dan tekanan yang luas.

2.5.3 Persamaan keadaan Redlich-Kwong


RT A
p  1/2
v  B  T v v  B 
Menggunakan faktor kompresibilitas: Persamaan keadaan Van der Waals

pv 
v RT 
v a
RT RT v  b  RT v 2

Z 
1

a
1 
b vRT
v

Persamaan keadaan Redlich-Kwong:

pv 
v RT 
v A
RT RT v  B  RT T 1 / 2v v  B 
Z 
1

A
1 
B RT 3 / 2 v  B 
v

Untuk memperoleh kurva p terhadap v, kita harus mengubah persamaan keadaan Van
der Waals menjadi:

PERSAMAAN KEADAAN 15
 a
 p  2  v  b   RT
 v 
a ab
pv  pb   2  RT  0
v v
pv   pb  RT v 2  av  ab  0
3

 RT  2 a ab
v 3  b  v  v   0
 p  p p

Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksprimen dan dari segi teori. Hukum-
hukum berikut diperoleh dari hasil-hasil eksperimen, yaitu:
Hukum Boyle
Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperature,tetap berbanding terbalik
dengan tekanannya.Secara sistematis dapat ditunjukan :
V = K1/ P
V =Volume gas.
P =Tekanan gas.
K1 =Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas, jens gas dan satuan P
dan V

Hukum Charles
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada
tekanan tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal
bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).
Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:

dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.
Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun
1802, namun dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles
dari sekitar tahun 1787 yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut
dinamai hukum Charles. Hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac

PERSAMAAN KEADAAN 16
merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum gas tersebut bersama dengan hukum
Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal.
Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan naiknya
suhu. Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis
dapat ditulis:
V = b.T
V = suhu dalam Kelvin
b = tetapan
V = volume gas

Avogadro
Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama.
Karena jumlah partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka
hukum Avogadro sering dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama
(konstan),gas-gas dengan volume yang sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
V = a.n
V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu
A = tetapan
n = jumlah mol

PERSAMAAN KEADAAN 17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan
hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan
materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam
Persamaan Kamerlingh Onnes

Persamaan Berhelot

Persamaan Beattie-Bridgeman

Dimana:

Persamaan keadaan Redlich-Kwong


RT A
p  1/2
v  B  T v v  B 
3.2 SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua mahasiswa khususnya bagi mahasiswa program studi kimia,
dalam mempelajari materi mengenai sistem termodinamika. Selain itu, penulis
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat juga untuk pendidik maupun peserta
didik.

PERSAMAAN KEADAAN 18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
http://www.gudangmateri.com/2010/01/termodinamika.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Charles
Maron, Samuel H dan Jerome B. Lando. Fundamentals of Physical Chemistry.
London: Collier Macmillan Publisher
www.chem-is-try.org/materi.../gas-ideal-dan-gas-nyata/
www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
www.tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2010/.../bab-4-persamaan-keadaan.pptx

PERSAMAAN KEADAAN 19

Anda mungkin juga menyukai