Anda di halaman 1dari 17

PERSAMAAN KEADAAN SUATU SISTEM DALAM KOORDINAT

TERMODINAMIK,PERSAMAAN GAS IDEAL DAN SEJATI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ERLIN KATIE MELANI SIREGAR (4193321015)

KRISTIAN MALAU (4193121043)

NAJWA AULIA PUTRI (4192121004)

NITA PADILLAH (4191121001)

KELAS : FISIKA DIK D 2019

MATAKULIAH : TERMODINAMIKA

DOSEN PENGAMPU :PROF. DR. NURDIN BUKIT, M.SI.

RAJO HASIM LUBIS, S.PD.,M.PD.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “makalah” ini. Tujuan kami
menyelesaikan tugas  ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Termodinamika”.
Dengan dosen pembimbing mata kuliah Bapak Prof. Dr.Nurdin Bukit, M.Si.dan Bapak Rajo
Hasim Lubis, S.Pd., M.pd.
Kami sadar bahwa tugas yang kami selesaikan ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi materi yang dituangkan pada tugas ini, kami memohon
maaf atas segala kekurangan dari tugas yang kami perbuat ini.
Mudah – mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat menberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kami sebagai penulis maupun bagi pembaca.

Medan, 21 September 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3.Tujuan...................................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Persamaan Keadaan Suatu Sistem dalm Koordinat Terodinamik........................3

2.1. Persamaan Gas Ideal...........................................................................................3

2.1.Persamaan Gas Sejati...........................................................................................3

BAB III.........................................................................................................................12

PENUTUP....................................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................12

3.2 SARAN..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam fisika dan termodinamika, persamaan keadaan adalah persamaan


termodinamika yang menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat
kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang
menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang
berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi
dalam. Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida,
campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.

Dalam keadaan seimbang termodinamika setiap sistem tertutup (yang


mempunyai massa atau jumlah partikel tetap mis. N mole atau m kg) ternyata
dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan :  Semua eksperimen menunjukkan
bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara ketiga koordinat itu
terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z)=0 dengan kata lain : Dalam keadan seimbang
termodinamis, hanya dua diantara ketiga koordinat system merupakan variabel
bebas.
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum
Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi,
pada kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas
ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan)
yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur
tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen
dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut
semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar
sehingga hal ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk
diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil.
1.2.Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu keadaan sistem dalam koordinat termodinamika?

1.2.2 Bagaimana persamaan keadaan sistem dalam koordinat


termodinamika?

1.2.3 Apa itu gas ideal dan gas sejati?

1.2.4 Bagaimana persamaan dari gas ideal dan gas sejati?

1.3.Tujuan

1.3.1 Mengetahui kedaan sistem dalam koordinat termodinamika

1.3.2 Mengetahui persamaan keadaan sistem dalam koordinat


termodinamika

1.3.3 Mengetahui pengertian gas ideal dan gas sejati

1.3.4 Mengetahui persamaan dari gas ideal dan gas sejati


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Keadaan Kesetimbangan Sistem dan Persamaan Keadaannya

Suatu sistem dapat berada dalam keadaan setimbang atau tidak setimbang.
Ada empat keadaan setimbang suatu sistem. Keempat keadaan setimbang tersebut
adalah:

1. keadaan setimbang mekanis


Suatu sistem dinyatakan berada dalam keadaan setimbang mekanis jika
resultan gaya luar maupun resultan gaya dalamnya (gaya dachil) adalah nol.
2. keadaan setimbang kimiawi (chemis / kemis)
Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila di dalamnya
tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang lain
(difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat merubah jumlah
partikel semulanya; tidak terjadi
pelarutan atau kondensasi.
3. keadaan setimbang termal / termis
Sistem berada dalam keadaan seimbang termal dengan lingkungannya,
apabila koordinat-koordinatnya tidak berubah meskipun sistem berkontak
dengan lingkungannya melalui
dinding diatermik.
4. keadaan setimbang termodinamis.
Sistem berada dalam keadaan seimbang termodinamis, apabilaketiga
syarat keseimbangan di atas terpenuhi. Dalam keadaan demikian keadaan
koordinat sistem maupun lingkungan cenderung tidak berubah sepanjang
masa. Keadaan setimbangn termodinamik dapat digambarkan dengan
menggunakan koordinat makroskopik yang tidak mengandung waktu, yaitu
memakai koordinat termodinamik.
Bila salah satu dari ketiga jenis kesetimbangan yang merupakan komponen
dari
kesetimbangan termodinamik tidak dipenuhi, dikatan sistem dalam keadaan
taksetimbang.

2.2. Persamaan Keadaan

Untuk memudahkan pengertian tentang persamaan keadaan, ditinjau


sebuah gas yang bermassa tetap dalam sebuah bejana yang dilengkapi sedemikian
rupa sehingga tekanan, volume dan temperaturnya dengan mudah dapat terukur.
Jika volumenya ditetapkan pada suatu harga tertentu dan temperaturnya dipilih
pada suatu harga tertentu, maka kita tidak dapat mengubah tekanannya. Sekali V
dan dipilih, harga P pada kesetimbangan diperoleh secara alami. Demikian juga
jika P dan dipilih sembarang, maka harga V pada kesetimbangan sudah tertentu.
Ini berarti bahwa diantara ketiga koordinat termodinamik P, V, dan hanya ada
dua yang merupakan perubah bebas. Hal ini menunjukkan bawa harus ada satu
persamaan kesetimbangan yang menghubungkan koodrinat termodinamik yang
mencabut kebebasan salah satu koordinat itu. Persamaan
seperti itu disebut dengan Persamaan Keadaan.
Persamaan keadaan bukan merupakan suatu deduksi teoritis dari
termodinamika tetapi merupakan hasil percobaan yang ditambahkan pada
termodinamika. Persamaan keadaan mengungkapkan keistimewaan setiap sistem
dibandingkan dengan sistem lainnya.
Banyak sekali telah diajukan persaman keadaan untuk menggambarkan
prilaku cairan saja, uap saja dan daerah cairan-uap, mulai dari persamaan
keadaan gas ideal:
Pv=Rθ
yang berlaku pada tekanan rendah dalam daerah uap dan gas yang mana gaya-
gaya antar
molekulnya sangat lemah.

Persamaan di atas diperoleh dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh


Robert
Boyle yang menyatakan kelakuan gas. Dikatakan jika suhu suatu gas dengan
massa tertentu dibuat tetap sementara volumenya diubah-ubah pada range yang
agak lebar, maka tekanan yang ditimbulkan oleh gas tersebut juga berubah-ubah
sedemikian rupa sehingga hasik kali antara tekanan dan volumenya mendekati
harga yang konstan.

Hubungan antara P dan V (Grafik Isothermal)

Hingga persamaan Beattie-Bridgman:

Rθ(1−ε ) A
P= 2
( v + B )− 2
v v

c
Dengan: A=A 0 1− ( av ) ( bv )
B=B0 1− ε=
v T3

Persamaan keadaan teoritis yang didasarkan atas pengandaian mengenai kelakuan


molekuler yang sampai sekarang masih dipakai, ialah persamaan keadaan Van
Der Waals

a
( P+
v2)( v −b )=RT

Persamaan keadaan ini berlaku baik dalam cairan, daerah uap dan di dekat serta di
atas titik kritis. Pada ketiga persamaan diatas R adalah tetap disebut dengan
tetapan gas semesta dan v adalah volume molar (V/n) dan n menyatakan
banyaknya mol gas.
2.3. Beberapa sistem termodinamis (jumlah partikel tetap):
1) Sistem hidrostatik atau sistem kimiawi
Sistem hidrostatik: gas, cairan, padatan suatu zat kimiawi tanpa memperhatikan
sifat listrik dan sifat magnetiknya. Disebut zat murni apabila terdiri atas 1
senyawa kimiawi saja misal H2O. Disebut tak murni apabila terdiri atas
campuran beberapa zat murni, misalnya O2 dan N 2. Persamaan keadaannya: f(p,
V, T)=0, misalnya pV=nRT disebut persamaan keadaan gas ideal.
2) Sistem paramagnetik
Sistem paramagnetik: gas, cairan, padatan dari zat yang bersifat
paramagnetik seperti Al, Ca, Cr, Mg, dan lain-lain. Atom-atom ini memiliki
momen magnetik tertentu, dan karena merupakan magnet
kecil disebut magnet elementer. Momen magnetik ini bersumber pada elektron
yang mengelilingi inti dalam kulit yang tidak penuh seluruhnya. Momen magneti
atom
dinyatakan dalam satuan yang disebut magneton Bohr.
Teori Langevin (teori klasik), menghasilkan persamaan keadaan:
M =nμL

Dengan

L ( x ) =coth x − ( 1x )
x= ( μBkT )
N
n=
V

3) Sistem Dielektrik

Apabila zat dielektrik dimasukkan dalam medan listrik ℇ, terjadilah


polarisasi atom atau molekul di dalamnya. Yakni karena imbas medan
listrik medan itu. Pusat muatan positif inti dan elektron atom tidak lagi
berimpit melainkan agak tergeser hingga menyerupai dipol listrik kecil.

Benda dielektrik secara keseluruhan memiliki apa yang disebut


polarisasi (P), yang secara termodinamis merupakan salah satu
koordinat sistem dielektrik. Koordinat yang lain tentunya medan listrik
ℇ karena mereka saling mempengaruhi.

4) Dawai Tegang

Dawai yang diberi tegangan juga dapat dilihat sebagai suatu sistem
termodinamika.Adapun koordinat-koordinatnya ialah:

σ=tegangan dalam kawat (N)

L=panjang kawat (m)

T=suhu (K)

5) Selaput tipis

Misalnya minyak di atas air, apabila dilihat sebagai sistem


termodinamika maka besaran yang ikut menentuka keadaannya adalah:
γ=tegangan permukaan (N/m)

A=luas lapisan (mm)

T=suhu (K)

6) Sel listrik

Sebagai sistem termodinamika koordinatnya ialah:


ε=ggl antara kedua kutub (V)

Z=muatan pada kedua kutub (C)

T=suhu (K)

2.4. Persamaan Gas Ideal

Gas ideal adalah suatu gas yang muncul dari imajinasi manusia (dalam
kehidupansehari-hari tidak pernah ditemukan), meskipun gas ideal merupakan
suatu gas yangdiidealkan oleh manusia, secara real gas ideal tidak ditemukan di
permukaan bumi. Untuk memberikan gambaran tentang keadaan gas ideal para
ahli memberikan deskripsi, baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.
Secara makroskopik gas ideal adalahgas yang memenuhi atau tunduk pada
persamaan Boyle-Gay Lussac, dengan persamaan :

p.V = nRT atau p.V = RT

Atau dalam hal lain

p.V = NkT

Di mana: k = R/ = 1,38 x J/K Secara mikroskopik gas ideal digambarkan


denganbeberapa asumsi, yaitu sebagai berikut :
a. Suatu gas yang terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul, dengan
jumlah molekulyang sangat besar. Setiap molekul terdiri dari beberapa
atom yang sama ataupun berbeda.Jika gas tersebut adalah sebuah elemen
yang berada dalam keadaan stabil, maka molekul-molekul gas tersebut
dapat dipandang sebagai molekul-molekul yang identik.

b. Molekul-molekul bergerak secara acak menuruti hukum-hukum gerak


Newton. Molekul-molekul bergerak ke berbagai arah dan dengan berbagai
laju.
c. Jumlah seluruh molekul adalah besar, gerak dan laju molekul dapat
berubah tiba-tiba karenaadanya tumbukan dengan dinding atau molekul
lain. Karena jumlah molekul yang sangatbanyak, maka jumlah tumbukan
yang dihasilkan akan mempertahankan distribusi tumbukankecepatan
molekuler secara keseluruhan yang bergerak secara rampang
(keseragamangerak).

d. Volume molekul sangat kecil jika dibandingkan dengan volume yang


ditempatinya,sehingga volume molekul dapat diabaikan.

e. Tidak ada gaya yang cukup berarti antara molekul-molekul kecuali selama
bertumbukan.Karena ukuran molekul dianggap sangat kecil, maka jarak
diantara molekul sangat besar biladibanding dengan ukuran sebuah
molekul. Dengan demikian, dapat dianggap bahwa jangkauan pengaruh
gaya-gaya molekular dapat dibandingkan dengan ukuran molekul-
molekul.

f. Tumbukan-tumbukan antara molekul-molekul atau tumbukan antara


molekul dengandinding bersifat elastik dan tumbukan terjadi dalam waktu
yang singkat.

Karena tumbukan yang terjadi elastis sempurna maka hukum kekekalan


momentum dan energi kinetik berlaku. Seperti pada persamaan keadaan yang
diperoleh dari percobaan, maka persamaan gas ideal jugadiperoleh melalui hasil
percobaan, yaitu melalui langkah-langkah sebagai berikut. Pada sejumlah n mol
gas nyata volumenya diubah-ubah, tekanan gas (p) diukur,percobaan ini dilakukan
pada temperatur yang berbeda-beda. Nilai dihitung dan diplot pada kordinat dan p
pada basis seperti pada gambar dibawah ini.
Dari hasil analisis kurva pada gambar di atas dapat disimpulkan :
1. Semakin tinggi temperature, kurva semakin mendekati garis lurus.
2. Semua kurva pada tekanan rendah berpotongan di satu titik pada ordinat
dengan nilai = 8314,9 derajat.
Percobaan yang sama dilakukan pada gas lain. Hasil dari eksperimen
menunjukkan padatemperatur tertentu, semua kurva berpotongan pada satu titik.
Ini mempunyai arti limit perbandingan untuk semua gas konstan dan kemudian
diberi notasi dengan R disebutkonstanta gas umum, dan secara matematik
dirumuskan dengan persamaan:
Di dalam sistem MKS, nilai R = 8,3145 derajat. Jadi pada tekanan
rendahhubungan antara p,v, dan T dapat dinyatakan dengan persamaan:
p V = n R T atau p v = R T (persamaan gas ideal)
Pada tekanan rendah persamaan di atas berlaku pada semua jenis gas nyata,
karena pada tekananrendah gas nyata dianggap dapat berprilaku seperti gas ideal.
2.5. Persamaan Gas Sejati

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal.
Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara
ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur
tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas,
atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar
deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal ini.
Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas
nyata sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Molekul gas pasti memiliki volume
nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul
semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul. Fisikawan
Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan
keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals
atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara
sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi
interaksi antarmolekul; mengurangi dari suku V yang menjelaskan volume real
molekul gas.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah
disebutkan diatas dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku
secara umum. Pertama, van der Waals menambahkan koreksi pada P dengan
mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi antara molekul gas dalam suatu
wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi) sebesar nilai P’.

Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis
jenis gas ( dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume
gas tersebut, yaitu:
Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul
gas tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian
antara jumlah mol gas dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda
untuk masing-masing gas (V – nb). Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P
(tekanan) yang tertera dalam persamaan tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi),
sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Keadaan keseimbangan termal yaitu sistem berada dalam keadaan
seimbang termal dengan lingkungannya apabila koordinat-koordinatnya
tidak berubah meskipun sistem berkontak dengan lingkungannya melalui
dinding diatermik. Besar/nilai koordinat sistem tidak berubah dengan
perubahan waktu
3.1.2 Persamaan keadaan setimbang yaitu Pv=Rθ
3.1.3 Gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi persamaan dan hukum gas
lainnya di semua kondisi suhu dan tekanan. Sedangkan gas ideal adalah
gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara
acak dan tidak saling berinteraksi.
3.1.4 Persamaan Gas Ideal yaitu PV/T = Konstan, atau p1V1/T1 =
p2V2/T2
3.1.5 Persamaan Gas Nyata/Sejati yaitu

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun memohon maaf jika
dalam tulisan ini terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam
ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang
di pahami dikarenakan kami masih dalam tahap pembelajaran. Harapan kami
semoga tulisan kami ini bermanfat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Frederick J. Bueche. 1996. Teori dan soal-soal Fisika. Jakarta: Erlangga


Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Martin, A. 1990. “Farmasi Fisika”, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Murdaka, Bambang, dkk. 2014. Fisika Dasar Edisi 2. Jakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai