Anda di halaman 1dari 29

PERSAMAAN-PERSAMAAN TERMODINAMIKA

Dosen Pengampu : Karya Sinulingga, M.Si

Oleh :

Kelompok I

Anggota Kelompok :

1. Nama : Erlanda Y Simamora

NIM : 4192240002

2. Nama : Grecy K Tampubolon

NIM : 4193540001

3. Nama : Nur Syuhada Silalahi

NIM : 4191240007

Kelas : Fisika Nondik 2019

Strata : S-1

Jurusan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

1
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat dan
anugerah Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas Makalah Persamaan-Persamaan Termodinamika ini tepat pada waktunya.

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampu kami Bapak “Karya Sinulingga M.Si” .

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap, dengan adanya tugas ini dapat
memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun pembaca.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menjadi panduan dalam penyusunan
makalah kami berikutnya.

Medan, Maret 2022

Kelompok I

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1.Latar Belakang................................................................................................................................3
1.2.Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................4
BAB III. PENUTUP..................................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................27
3.2.Saran...............................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
“Persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan
materi di bawah seperangkat kondisi fisika”. (wikipedia, 2013: 1) Persamaan keadaan adalah
sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih
fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi
dalam. Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida,
padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
Sejauh ini kita baru meninjau hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas. Massa gas
masih diabaikan. Setiap zat atau materi, termasuk zat gas terdiri dari atom-atom atau molekul-
molekul. Karena atom atau molekul mempunyai massa maka tentu saja gas juga mempunyai
massa. Kalau dirimu bingung, silahkan pelajari lagi materi Teori atom dan Teori kinetik. (Oza,
2009)
Tanpa disadari banyak hal yang berhubungan dengan persamaan keadaan yang kita
lakukan di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika meniup balon, semakin banyak udara
yang dimasukkan, semakin kembung balon tersebut. Dengan kata lain, semakin besar massa gas,
semakin besar volume balon. Akan tetapi, kita belum menyadari bahwa hal-hal tersebut
berhubungan dengan persamaan keadaan gas ideal. Dengan adanya makalah yang membahas
secara rinci mengenai persamaan keadaan, diharapkan pembaca dapat memahami secara
mendalam mengenai hukum persamaan keadaan. Maka dari itu perlu dibahas dengan jelas dan
mendalam mengenai “Persamaan Keadaan”.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai persamaan-persamaan termodinamika ini
adalah:
1. Untuk mengetahui persamaan keadaan termodinamika.
2. Untuk mengetahui sistem dan persamaan keadaan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persamaan Keadaan

Persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan


materi dibawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan banyak berhubungan dengan
materi seperti temperatur, tekanan, dan volume. Apabila volume (V), suhu (T), dan massa (m) di
atur dengan nilai tertentu, maka nilai tekanan (P) tidak bisa sembarang. Adapun hubungan antara
besaran-besaran ini adalah :

B. Sistem Dan Persamaan Keadaannya

Keadaan seimbang mekanis adalah sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis,
apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol. Keadaan seimbang kimiawi
adalah sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila didalamnya tidak terjadi
perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi
kimiawi yang dapat mengubah jumlah partikel semulanya; tidak terjadi pelarutan atau
kondensasi. Sistem itu tetap komposisi maupun konsentrasnya. Keadaan seimbang termal
adalah sistem berada dalam keadaan seimabng termal dengna lingkungannya, apbiala koordinat-
koordinatnya tidak berubah, meskipun sistem berkontak dengan lingkungannnya melalui dinding
diatermik. Besar/nilai koordinat sistem tidak berubah dengan perubahan waktu.

Keadaan keseimbangan termodinamika adalah sistem berada dalam keadaan seimbang


termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan di atas terpenuhi. Dalam keadan demikian
keadaan koordinat sistem maupun lingkungan cenderung tidak berubah sepanjang massa.
Termodinamika hanya mempelajari sistem-sistem dalam keadaan demikian. Dalam keadaan
seimbang termodinamika setiap sistem tertutup (yang mempunyai massa atau jumlah partikel
tetap misalnya n mole atau m kg) ternyata dapat digambarkan oleh tiga koordinat dan semua
eksperimen menunjukkan bahwa dalam keadaan seimbang termodinamika, antara ketiga
koordinat itu terdapat hubungan tertentu : f(x,y,z) = 0 dengan kata lain : dalam keadan seimbang
termodinamis, hanya dua di antara ketiga koordinat sistem merupakan variabel bebas.
5
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum Boyle, Gay
Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi, pada kenyataannya gas yang
ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas ideal tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut
memiliki deviasi (penyimpangan) yang berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas
pada temperatur tetap, nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari
eksperimen dan hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut
semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar sehingga hal ini
menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk diaplikasikan pada gas secara umum
yaitu pada gas nyata atau gas riil.

Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap hasil eksperimen
dibanding gas nyata dikarenakan beberapa perbedaan pada persamaan yang digunakan sebagai
berikut:

 Jenis gas
 Tekanan gas
Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi interaksi antar molekul dimana
tekanan gas ideal lebih besar dibanding tekanan gas nyata (Pnyata < Pideal)
 Volume gas
Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan sama dengan volume wadah karena gas selalu
menempati ruang. Namun dalam perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga
turut diperhitungkan, yaitu: Vriil = Vwadah – Vmolekul

Maka dari itu, perbedaan persamaan pada gas ideal dengan gas nyata dinyatakan dalam
faktor daya mampat atau faktor kompresibilitas (Z) yang mana menghasilkan persamaan untuk
gas nyata yaitu:

PV
PV =Z . nRT atau Z=
nRT

Beberapa asumsi dan eksperimen telah dikembangkan untuk membuat persamaan yang
menyatakan hubungan yang lebih akurat antara P, V, dan T dalam gas nyata. Beberapa
persamaan gas nyata yang cukup luas digunakan yaitu persamaan van der Waals, persamaan
Kammerligh Onnes, persamaan Berthelot, dan persamaan Beattie-Bridgeman.

6
Persamaan keadaan gas ideal dan diagram P-V-T

Dari hasil eksperimen, nilai besaran-besaran termodinamika bergantung satu sama lain.

Volume dikecilkan Suhu dinaikkan

tekanan naik panjang bertambah

Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilai tekanan (P)
tidak bisa sebarang. Ada hubungan antara besaran-besaran ini sebagai berikut:

f(P, V, T, m) = 0

Hubungan ini disebut persamaan keadaan.

Biasanya persamaan keadaan dituliskan berdasarkan sifat-sifat alam bukan berapa banyak
material berada, sehingga besaran ekstensif diganti dengan nilai spesifiknya.

Seperti V menjadi v = V / m, sehingga persamaan keadaan menjadi:

f(P, v, T) = 0

Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan antar satu sama lain biasanya
tidak sederhana.

7
Untuk mempermudah, sering dipakai ilustrasi grafik.

Contoh eksperimen untuk 1 mole gas karbon dioksida:

Plot antara Pv/T vs. P untuk tiga temperatur yang berbeda.

Ilustrasi grafik tersebut menunjukkan:

• Tampak bahwa nilai Pv/T tidak konstan

• Pada tekanan rendah ketiga kurva menyatu pada nilai Pv/T = R dengan R merupakan konstanta
gas universal.

• Pada suhu tinggi, kurva mendekati garis lurus

Pada tekanan yang cukup rendah, untuk semua gas:

Pv/T = R atau Pv = RT

Oleh karena itu seringkali digunakan pendekatan “gas ideal” yang mengasumsikan bahwa rasio
Pv/T selalu sama dengan R untuk semua tekanan dan temperatur.

8
Kita tahu bahwa di alam tidak ada “gas ideal” semacam itu, gas yang mendekati gas ideal terjadi
pada tekanan rendah dan suhu tinggi, namun studi tentang gas ideal sangat bermanfaat sebagai
salah satu pendekatan untuk mengetahui sifat-sifat gas sesungguhnya.

Persamaan gas ideal:

Pv = RT

karena v = n /V

maka persamaan gas ideal juga dapat ditulis

PV = nRT

9
C. Pendekatan Persamaan Keadaan Gas Real

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun,
didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti hukum
gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari
perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak
intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada dua alasan yang menjelaskan hal
ini. Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil
sehingga bisa diabaikan.Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat

10
kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul
akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan
persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der
Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara
sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi interaksi
antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
Persamaan van der Waals didasarkan pada tiga perbedaan yang telah disebutkan diatas
dengan memodifikasi persamaan gas ideal yang sudah berlaku secara umum. Pertama, van der
Waals menambahkan koreksi pada P dengan mengasumsikan bahwa jika terdapat interaksi
antara molekul gas dalam suatu wadah, maka tekanan riil akan berkurang dari tekanan ideal (Pi)
sebesar nilai P’.

'
P=Pi−P ↔ P=Pi + P'

Nilai P’ merupakan hasil kali tetapan besar daya tarik molekul pada suatu jenis jenis gas
(a) dan kuadrat jumlah mol gas yang berbanding terbalik terhadap volume gas tersebut, yaitu:

2
n a'
P= 2
V

Kedua, van der Waals mengurangi volume total suatu gas dengan volume molekul gas
tersebut, yang mana volume molekul gas dapat diartikan sebagai perkalian antara jumlah mol gas
dengan tetapan volume molar gas tersebut yang berbeda untuk masing-masing gas (V – nb).

Dalam persamaan gas ideal (PV = nRT), P (tekanan) yang tertera dalam persamaan
tersebut bermakna tekanan gas ideal (Pi), sedangkan V (volume) merupakan volume gas tersebut
sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan van der Waals untuk gas nyata adalah:

( P+ P ' ) ( V −nb )=nRT

Dengan mensubtitusikan nilai P’, maka persamaan total van der Waals akan menjadi:

( n2 a
)
P+ 2 ( V −nb )=nRT
V

11
Nilai a dan b didapat dari eksperimen dan disebut juga dengan tetapan van der Waals. Semakin
kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa kondisi gas semakin mendekati kondisi gas ideal.
Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan kemampuan gas tersebut untuk dicairkan.
Berikut adalah contoh nilai a dan b pada beberapa gas.

a (L2 atm mol-2) b (10-2 L mol-1)

H2 0.244 2.661

O2 1.36 3.183

NH3 4.17 3.707

C6H6 18.24 11.54

Daftar nilai tetapan van der Waals secara lengkap dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-2
halaman 20. Pada persamaan van der Waals, nilai Z (faktor kompresibilitas):

nRT n2 a
P= − 2
( V −nb ) V

PV PV nRT .V n2 a . V
Z= ↔ = − 2
nRT nRT (V −nb ) nRT V nRT

V an
Z= −
(V −nb ) VRT

Untuk memperoleh hubungan antara P dan V dalam bentuk kurva pada persamaan van der Waals
terlebih dahulu persamaan ini diubah menjadi persamaan derajat tiga (persamaan kubik) dengan
menyamakan penyebut pada ruas kanan dan kalikan dengan V2 (V - nb), kemudian kedua ruas
dibagi dengan P, maka diperoleh:

(
V 3− nb+
P ) ( ) ( )
nRT 2 n2 a
V +
P
V−
n3 ab
P
=0

12
0.006 Kurva P terhadap V dalam persamaan van der Waals

0.004

0.002
f(V )

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

-0.002

-0.004

-0.006

V (L/mol)

Apabila volume spesifik, v, sangat besar (secara fisis berarti total mole gas kecil sekali sehingga
tidak ada interaksi antar molekul) maka suku a / v 2 dapat diabaikan terhadap P, dan juga suku b
diabaikan terhadap v, hal ini membuat persamaan van der Waals menjadi gas ideal.

13
D. Persamaan keadaan Lain pada Gas Real
a. Persamaan Kamerlingh Onnes
Pada persamaan ini, PV didefinisikan sebagai deret geometri penjumlahan koefisien pada
temperature tertentu, yang memiliki rasio “P” (tekanan) dan “Vm” (volume molar), yaitu
sebagai berikut:
2 3
P V m= A+ BP+C P + D P + …
Nilai A, B, C, dan D disebut juga dengan koefisien virial yang nilai dapat dilihat dalam buku
Fundamentals of Physical Chemistry oleh Samuel Maron dan Jerome Lando Pada tekanan
rendah, hanya koefisien A saja yang akurat, namun semakin tinggi tekanan suatu gas, maka
koefisien B, C, D, dan seterusnya pun akan lebih akurat sehingga dapat disimpulkan bahwa
persamaan Kamerlingh akan memberikan hasil yang semakin akurat bila tekanan semakin
bertambah.

14
b. Persamaan Berthelot
Persamaan ini berlaku pada gas dengan temperatur rendah (≤ 1 atm), yaitu:

[ ( )]
2
9 P Tc 6 TC
PV =nRT 1+ 1− 2
128 Pc T T
Pc = tekanan kritis (tekanan pada titik kritis) dan T c = temperatur kritis (temperatur pada titik
kritis). P, V, n, R, T adalah besaran yang sama seperti pada hukum gas ideal biasa. Persamaan
ini bermanfaat untuk menghitung massa molekul suatu gas.

c. Persamaan Beattie-Bridgeman
Dalam persamaan ini terdapat lima konstanta. Persamaan Beattie-Bridgeman ini terdiri atas
dua persamaan, persamaan pertama untuk mencari nilai tekanan (P), sedangkan persamaan
kedua untuk mencari nilai volume molar (Vm).
RT β γ δ
P= + 2+ 3+ 4
Vm V m Vm Vm

RT β γ δ
V m= + + +
P RT ( RT ) ( RT )3
2

Dimana:

Rc
β=RT β O− A 0− 2
T

RcB O
γ=−RT Bo b+ A 0 u−
T2

R B o bc
δ= 2
T

Nilai Ao, Bo, a, b, dan c merupakan konstanta gas yang nilainya berbeda pada setiap gas.
Daftar nilai Ao, Bo, a, b, dan c dapat dilihat dalam buku Fundamentals of Physical Chemistry
oleh Samuel Maron dan Jerome Lando pada tabel 1-5 halaman 23. Persamaan ini memberikan
hasil perhitungan yang sangat akurat dengan deviasi yang sangat kecil terhadap hasil yang

15
didapat melalui eksperimen sehingga persamaan ini mampu diaplikasikan dalam kisaran suhu
dan tekanan yang luas.

Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksprimen dan dari segi teori. Hukum-hukum
berikut diperoleh dari hasil-hasil eksperimen, yaitu:

Hukum Boyle

Volume dari sejumlah tertentu gas pada temperature,tetap berbanding terbalik dengan
tekanannya.Secara sistematis dapat ditunjukkan :

V = K1/ P

Dimana: V = Volume gas.

P = Tekanan gas.

K1 = Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas, jens gas dan

satuan P dan V

Hukum Charles

Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan
tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu
berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).

Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:

dengan
V: volume gas (m3),
T: temperatur gas (K), dan
k: konstanta.

Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1802, namun
dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar tahun 1787

16
yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum
Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum
gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal.
Volume suatu gas pada tekanan tetap, bertambah secara linear dengan naiknya suhu.
Hubungan volume gas dengan suhunya pada tekanan tetap, secara sistematis dapat ditulis:

V = b.T

Dimana: T = suhu dalam Kelvin

b = tetapan

V = volume gas

Hukum Avogadro

Avogadro mengamati bahwa gas-gas yang mempunyai volume yang sama. Karena
jumlah partikel yang sama terdapat dalam jumlah mol yang sama, maka hukum Avogadro sering
dinyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama (konstan),gas-gas dengan volume yang
sama mempunyai jumlah mol yang sama”.

V=A.n

Dimana: V = volume gas pada suhu dan tekanan tertentu

A = tetapan

n = jumlah mol

2.3. Ekspansi dan Kompresibilitas

Sebagaimana koefisien muai linear/volume, secara umum dapat didefinisikan koefisien ekspansi
volume:

Perubahan volume terhadap kenaikan temperatur persatuan

17
volume pada tekanan tetap. Koefisien ekspansi volume menunjukkan seberapa jauh material
berkembang terhadap agitasi termal.

Untuk gas ideal:

2.4. Konstanta Kritis Gas Van der Waals

Meskipun pendekatan gas van der Waals cukup sederhana, gas ini

menunjukkan adanya titik kritis dan berkorespondensi dengan

daerah cair-uap pada gas real.

18
2.5. Hubungan Derivasi Parsial dan Diferensial Eksak

19
20
Apabila dP dan dT mendekati nol maka terjadi turunan dua tahap:

♦ Perhatikan suku sebelah kiri

diturunkan ke T dahulu, lalu ke P

♦ Perhatikan suku sebelah kanan

diturunkan ke P dahulu, lalu ke T

Turunan parsial campuran tidak tergantung pada urutan.

Perbedaan dV untuk semua proses adalah sama disebut diferensiasi eksak.

Pada kenyataannya diferensial dari semua sifat-sifat sistem (volume, tekanan, suhu, magnetisasi
etc.) adalah eksak.

21
Energi pertukaran (interchange) antara sistem dan sekelilingnya merupakan satu contoh besaran
diferensial tidak eksak.

Sejalan dengan hal tersebut secara matematik

Kita telah melihat bahwa hasil dari ekspansi Joule (berlaku untuk gas ideal) menunjukkan
eksperimen bahwa untuk gas ideal,

(1) (1)

Ini akan menguntungkan untuk dapat menghitung jumlah ini dari persamaan PVT. Ada
persamaan yang akan dibuktikan nanti, yang disebut persamaan termodinamika. Hal ini
memungkinkan kita untuk menghitung turunan dalam persamaan (1).

Persamaan adalah,

(2) (2)

Untuk gas ideal,

22
Sehingga,

Kemudian,

Kita juga dapat melihat apa persamaan termodinamika yang diberikan untuk gas van der Waals.
Untuk gas van der Waals kita menemukan,

sehingga

dan

23
Kita tahu bahwa a bernilai kecil dan n 2 / V 2 akan menjadi kecil, kecuali pada tekanan sangat
tinggi (kepadatan).

(Hasil di atas dapat dipahami berdasarkan apa yang terjadi di dalam gas Ketika gas memuai pada
temperatur konstan menyerap panas dari sekitarnya dan tidak bekerja pada lingkungan. Jika gas
ideal panas dan bekerja persis keseimbangan sehingga tidak ada perubahan dalam energi internal
gas. Dalam gas van der Waals -dan gas nyata- ekspansi juga harus mengatasi gaya antarmolekul
sehingga bagian dari panas yang diserap dari sekitarnya pergi untuk mengatasi gaya
antarmolekul. Jika memperluas gas van der Waals kita akan melihat bahwa bagian dari pekerjaan
yang sebanding dengan adalah positif sehingga pekerjaan ini dilakukan pada sistem - menaikkan
energi internal sistem).

Dalam kasus yang paling masih cukup kecil, bahkan untuk gas van der Waals.

Ada pendamping untuk Persamaan (2),

(3) (3)

Persamaan ini dapat diturunkan (tanpa hukum kedua) dari Persamaan (2) sehingga jika
Persamaan (2) adalah benar, begitu juga Persamaan (3).

Hubungan Antara C p dan C V

C p dan C V terkait satu sama lain dan perbedaan mereka dapat dihitung dari persamaan keadaan.
Kami ingin membuktikan bahwa

(8d) (8d)

Dimulai dengan definisi C p dan H,

24
(4a, b, c) (4a, b, c)

Istilah kedua dalam (4c) adalah dalam bentuk yang dapat diterima, tetapi istilah pertama tidak.
(Variabel yang salah adalah konstan.) Untuk mengatasi hal U pertama sebagai U = U (T, V).
Kemudian,

(5) (5)

Sekarang membagi Persamaan (5) oleh dT dan tahan p konstan. Diperoleh,

(6) (6)

Sekarang kita mengganti Persamaan (6) untuk istilah yang tepat dalam Persamaan (4c) untuk
mendapatkan,

(7,ab) (7, ab)

Tapi

(2) (2)

25
Dengan mensubstitusi persamaan (2) dalam untuk (∂ U / ∂ T) V dalam Persamaan (7b)
memberikan

(8a, b, c, d) (8a, b, c, d)

Dengan menggunakan rantai hubungan Euler dan definisi dan κ α, bahwa hubungan ini dapat
ditulis kembali sebagai

(9) (9)

Istilah kedua di sebelah kanan Persamaan (9) adalah selalu positif karena κ α selalu positif bisa
negatif (air dekat 0o C). Jadi C p> C V. Untuk padatan dan cairan istilah kedua di sebelah kanan
Persamaan (9) biasanya kecil. Untuk gas itu bisa besar. Untuk gas ideal kami menemukan
sebelumnya bahwa α = 1 / T dan κ = 1 / p sehingga

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan materi yang disajikan yaitu:

1. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan


matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam.

2. Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilai tekanan
(P) tidak bisa sebarang. Ada hubungan antara besaran-besaran ini sebagai berikut:

f(P, V, T, m) = 0

Hubungan ini disebut persamaan keadaan.

3. Persamaan van der Waals

( )
2
n a
P+ 2
( V −nb )=nRT
V

4. Persamaan Kamerlingh Onnes


2 3
P V m= A+ BP +C P + D P + …

5. Persamaan Berhelot

PV =nRT 1+
[
9 P Tc
128 Pc T
6 T C2
1− 2
T ( )]
6. Persamaan Beattie-Bridgeman

27
RT β γ δ
P= + 2+ 3+ 4
Vm V m Vm Vm

RT β γ δ
V m= + + +
P RT ( RT ) ( RT )3
2

Dimana:

Rc R B o bc
β=RT β O− A 0− δ=
T2 T
2

RcB O
γ=−RT Bo b+ A 0 u− 2
T

7. Persamaan keadaan Redlich-Kwong

3.2.Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua mahasiswa khususnya bagi mahasis dalam mempelajari materi mengenai sistem
termodinamika. Selain itu, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat juga untuk
pendidik maupun peserta didik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Merle dan Craig. 2008. Termodinamika Teknik. Jakarta: Erlangga.


Smith, dkk. 2005. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics. New Delhi: Tata
McGraw-Hill.
Saad, Michel. 2000. Termodinamika Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: PT. Prenhallindo

29

Anda mungkin juga menyukai