Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GAS DAN THERMODINAMIKA

“PERSAMAAN GAS SEMPURNA”


D
I
S
U
S
U
N
Oleh: Kelompok 5
1. Elisabeth Br Siallagan (4202431004)
2. Evelyn Mine Angelina Br Barus (4203131047)
3. Sella Adriani Purba (4201131023)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Persamaan Gas
Sempurna” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata Gas dan Thermodinamika . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang gas sempurna bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis juga berterimakasih kepada Ibu selaku dosen pengampu matakuliah


Gas dan Thermodinamika, yaitu Ibu Junita Layla Sihombing. S.Pd,M.Pd yang telah
membimbing penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis
berharap dengan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan penulis
dan pembaca. Atas perhatian, kami ucapkan terimakasih.

Medan, September 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

1.4 Identitas Buku.................................................................................3

1.5 Identitas Jurnal................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Buku .......................................................................... 5

2.2 Pembahasan Jurnal ......................................................................... 7

2.3 Contoh Soal .................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan
bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahasa
hubungan antara volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun
dalam gas nyata, dan teori kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia.
Bahasan utamanya terutama tentang perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak
didisuksikan. Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan
sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai
molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada
struktur mikroskopik.
Maka dari itu semua jenis gas terbagi menjadi dua tipe, yaitu : gas ideal dan
gas nyata. Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum
dari PV = nRT yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas
yang tidak mematuhi persamaan gas umum dan menggunakan hukum-hukum gas
hanya pada saat tekanan rendah. (Maron, Samuel Herbert : 5).
Di dalam volume gas ideal ditempati molekul mereka sendiri yang
diabaikannya perbandingan dengan volume total pada semua tekanan dan
tempertur, dan daya tarik antar molekul sangat kecil dalam semua kondisi. Untuk
gas nyata kedua faktor tersebut cukup besar, pengukuran dari masing-masing gas
tergantung pada sifat, temperature, tekanan dari gas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persamaan keadaan gas ideal?

2. Bagaimana teori kinetik gas?

3. Bagaimana contoh soal gas ideal?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui persamaan keadaan gas ideal.

2. Untuk mengetahui teori kinetik gas.

3. Untuk mengetahui contoh soal gas ideal

1.4 Identitas Buku

1. Judul : Physical Chemistry


2. Penulis : Ira N. Levine
3. Tahun Terbit :2009
4. Penerbit : McGraw-Hill
5. Kota Terbit : New York
6. ISBN : 978-0-07-253862-5

1.5 Identitas Jurnal

JUDUL : Instantaneous Flow Rate Measurement of Ideal Gases (Laju Aliran


Sesaat Pengukuran Gas Ideal)
JURNAL : Journal of Dynamic Systems, Measurement, and Control
PENULIS : Toshiharu Kagawa, Toshinori Fujita, Kenji Kawashima
TAHUN : 2000, VOL. 122
HALAMAN : 174-178
DOI : 10.1115/1.482439

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Isi Buku

Gas sempurna atau Gas ideal adalah gas yang partikel-partikelnya tidak memiliki volume
dan tidak saling tarik-menarik. Dikatakan gas ideal ketika berada pada temperatur tinggi
dan bertekanan rendah. Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi hukum gas
ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga dapat dianalisis
dengan mekanika statistika. Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan standar,
kebanyakan gas nyata berperilaku seperti gas ideal. Banyak gas
seperti nitrogen, oksigen, hidrogen, gas mulia dan karbon dioksida dapat diperlakukan
seperti gas ideal dengan perbedaan yang masih dapat ditolerir. Secara umum, gas
berperilaku seperti gas ideal pada temperatur tinggi
dan tekanan rendah, karena kerja yang melawan gaya intermolekuler menjadi jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan energi kinetik partikel, dan ukuran molekul juga menjadi
jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ruangan kosong antar molekul.

Adapun sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut.

 Molekul-molekul pada gas ideal diasumsikan tersebar secara merata dalam


wadah.

 Memiliki partikel-partikel gas yang jumlah sangat banyak dan tidak ada interaksi
antar partikel gas.

 Tidak ada gaya tarik menarik antara partikel satu dengan partikel gas yang lain.

 Partikel gas bergerak secara acak ke semua arah.

 Ukuran partikel gas bisa diabaikan jika dibandingkan dengan ukuran ruangan.

 Tumbukan antar partikel gas dan juga tumbukan dengan wadah merupakan
tumbukan lenting sempurna.

 Partikel gas tidak berkumpul pada satu titik melainkan tersebar secara merata
pada ruangan.

 Hukum Newton berlaku pada gerak partikel gas dengan energi kinetik rata-rata
molekul gas ideal sebanding dengan suhu mutlaknya.

6
A. HUKUM BOYLE

Boyle menyelidiki hubungan antara tekanan dan volume gas pada tahun 1662 dan
menemukan bahwa, untuk sejumlah tetap gas yang disimpan pada suhu tetap, P dan
V berbanding terbalik:

di mana k adalah konstanta dan M adalah massa gas

Penyelidikan yang cermat menunjukkan bahwa hukum Boyle hanya berlaku kira-
kira untuk gas nyata, dengan penyimpangan dari hukum mendekati nol dalam batas
tekanan nol.

B. HUKUM CHARLES

Jika Hukum Boyle membahas pengaruh tekanan dan volume pada suhu tetap, tidak
demikian dengan Hukum Charles. Hukum yang ditemukan oleh Jacques Charles ini
menyatakan bahwa “jika tekanan suatu gas dijaga konstan, maka volume gas akan
sebanding suhu mutlaknya”. Istilah lain dari Hukum Charles ini adalah hasil bagi
antara volume dan suhu pada tekanan tetap (isobar) akan bernilai tetap. Penjelasan
molekul untuk hukum Charles terletak pada kenyataan bahwa peningkatan suhu
berarti molekul bergerak lebih cepat dan menabrak dinding lebih keras dan lebih
sering. Oleh karena itu, volume harus meningkat jika tekanannya tetap konstan.

C. GAY LUSSAC

Hukum Boyle dan Charles berlaku ketika T dan M atau P dan M diadakan tetap.
Sekarang perhatikan perubahan yang lebih umum dalam keadaan gas ideal, di mana

7
tekanan, volume, dan suhu semua berubah, mulai dari P1, V1, T1 ke P2, V2, T2, dengan
M tidak berubah.Apa yang terjadi jika kita memvariasikan massa? M gas ideal sambil
menjaga P dan T konstan? Volume adalah besaran ekstensif, jadiV berbanding lurus
dengan M untuk setiap satu fase, sistem satu komponen pada konstan T dan P. Dengan
demikian V/M adalah konstan pada konstan T dan P. Menggabungkan fakta ini dengan
keteguhan PV/T konstan M, PV/mT tetap konstan untuk setiap variasi dalam P, V, T, dan
M dari setiap gas ideal murni: PV/ mT c, di mana C adalah sebuah konstanta. Tidak ada
alasan untukC menjadi sama untuk digas ideal yang berbeda, dan sebenarnya tidak.
Untuk mendapatkan bentuk hukum gas ideal yang memiliki konstanta yang sama untuk
setiap gas ideal, kita memerlukan pengamatan eksperimental lain. Kami menyimpulkan
bahwa volume yang sama dari gas yang berbeda pada suhu dan tekanan yang sama
mengandung jumlah molekul yang sama. Ide ini pertama kali diakui oleh Avogadro pada
tahun 1811. (Hukum Gay-Lussac tentang penggabungan volume dan hipotesis Avogadro
benar-benar benar untuk gas nyata hanya dalam batas P → 0.) Karena jumlah molekul
sebanding dengan jumlah mol, hipotesis Avogadro menyatakan bahwa volume yang
sama dari gas yang berbeda pada volume yang sama T dan P memiliki jumlah mol yang
sama.Karena massa gas murni sebanding dengan jumlah mol, hukum gas ideal PV/mT c
dapat ditulis ulang sebagai PV/nT R atau n PV/RT, di mana n adalah nomornya mol gas
dan R adalah beberapa konstanta lainnya. Secara matematis, hukum Gay Lussac dapat
ditulis :

D. HUKUM DALTON

Pada tahun 1810 Dalton menemukan bahwa tekanan campuran gas sama dengan jumlah
tekanan yang akan diberikan masing-masing gas jika ditempatkan sendiri di dalam
wadah. (Hukum ini tepat hanya dalam batas tekanan nol. alton menyatakan bahwa di
dalam suatu campuran dari gas-gas yang tidak bereaksi, tekanan total yang dihasilkan
sistem adalah sama dengan total dari tekanan parsial masing-masing gas.Dalam beberapa
penerapan manfaat hukum dalton ini digunakan persamaan yang dituliskan dalam

8
persamaan (misalkan terdapat campuran gas A, B dan seterusnya), rumusan hukum
dalton adalah sebagai berikut.

2.2 Pembahasan Jurnal


Laju alir adalah salahsatu pengukuran yang memerlukan ketelitian yang tinggi dan respon
dinamis yang tinggi. Terdapat prinsip dalam pengukuran laju aliran yaitu pengukuran
langsung dan tidak langsung. Selain itu terdapat dua metode dalam pengukuran kecepatan
langsung gas, yaitu prosedur berat dan prosedur volumetrik. Kedua metode ini
membutuhkan peralatan yang besar, sehingga pengukuran tidak begitu mudah. Efektivitas
metode ini pada pengukuran laju aliran belum diperiksa, sehingga tidak ada metode yang
efektif dan sederhana untuk menguji karakteristik dinamik laju aliran.
Pada penelitian ini mengembangkan ruang isotermal yang diusulkan dengan
menggunakan metode sederhana untuk mengukur laju aliran seketika gas ideal. Ruang
isotermal hampir dapat mewujudkan kondisi isotermal karena area perpindahan panas
yang besar dan koefisien perpindahan panas dengan memasukkan wol baja ke dalamnya.
Karena selama proses pengisian atau pengosongan hampir isothermal, maka laju aliran
sesaat dapat diperoleh hanya dnegan mengukur tekanan dalam ruang.
Peneliti menjelaskan bahwa hal pertama yang mereka lakukan dalam melakukan
penelitian ini adalah
1. Menjelaskan Prinsip Metode yang diusulkan
2. Memeriksa karakteristik ruang isotermal yang dilakukan dengan eksperimen
3. Mengukur laju aliran udara yang stabil dan tidak stabil dengan menggunakan metode
diusulkan.
4. Peneliti mengkonfirmasi kefektifan dan kesederhanaan metode yang diusulkan
menggunakan eksperimen.
1. Pada Prinsip Metode yang diusulkan dalam penelitian ini adalah Persamaan cairan
kompresibel dalam ruang , ditulis :
PV = W R θ̅ (1)
9
Persamaan diatas, dapat diturunkan dengan mendiferensiasikan menjadi persamaan :
dp ̅

V dt = G R θ̅ + W R dt (2)

Jika keadaan udara dalam ruangan saat pengisian atau pemakaian tetap isotermal,
persamaan yang diperoleh dari pers, 2 adalah :
V dP
G = Rθ (3)
α dt

Dalam per. 3 bahwa jika volume ruang isotermal (V) dengan suhu ruang (θα ), maka dapat
memperoleh laju alir masaa G denga mengukur tekanan dan perbedaan tekanan.
Kemudian, laju aliran massa G diubah menjadi laju aliran volumetrik Q pada kondisi
standar dengan faktor konversi k :
Q = kG

2. Karakteristik Ruang Isotermal, dengan melakukan eksperimen. Hal in sangat penting


untuk mengetahui kondisi isotermal dalam metode yang diusulkan. Makadari itu, peneliti
menyelidiki karakteristik ruang isotermal terlebih dahulu, peneliti mengukur respon
tekanan dan suhu ruangan selama pelepasan dan pengisian dengan menggunakan udara
dehumidifier sebagai percobaan.
Pada ekperimen, ditutup katup selenoida untuk mengetahui suhunya. Dan diukur tekanan
dan diukur juga pada saat stabil dengan pengukur tekanan. Ketika tekanan stabil, suhu di
ruang pulih ke suhu ruang kamar. Oleh karena itu, dapat diukur suhu rata-rata pada waktu
t menggunakan Hukum Charles :
Pt
θ̅(t) = P θα (5)

Dengan mengubah waktu untuk menghentikan pengosongan atau pengisian, suhu rata-
rata setiap saat dapat diukur. Metode ini disebut dengan Metode Stop. Pada metode ini
juga terdapat kesalahan yaitu dianggap kurang dari 0.3K. Selain itu, pada ekssperimen
penguji juga menyelidiki pengaruh massa bahan yang diisi dan bentuk ruang isotermal.
Dimasukkannya wol baja ke dalam ruang isothermal, sebagai hambatan aliran yang
menyebabkan distribusi tekanan dalam ruang.
Peneliti melakukan eksperimen dalam membandingkan ruang normal dengan isotermal,
didapat bahwa dengan memasukkan wol baja, kondisi isotermal hampir tercapai. Dan
terjadinya penurunan suhu 35K di ruang normal tetapi pada ruang isotermal hanya 3K.
Selain itu, peneliti juga menyelidiki pengaruh diameter bahan yang dimasukkan dalam
ruangan.
Terdapat hubungan aspek ruang dengan respon suhu yang diperiksa selama pengisian
10
menggunakan tangki, didapat bahwa perubahan suhu menjadi lebih besar karena
perubahan tekanan menjadi lebih cepat, tetapi bentuk ruang tidak berpengaruh pada
kondisi. Peneliti mengonfirmasi bahwa hal ini sama terlihat pada saat pelepasan. Maka,
dari eksperimen ini menjadi jelas bahwa kondisi isotermal dapat diwujudkan dengan
memasukkan wol baja dalam ruang isotermal. Karena kondisi di ruang isotermal diatur
oleh area perpindahan panas dan aspek ruang yang tidak berpengaruh pada kondisi ini,
sehingga peneliti menyimpulkan bahwa konduksi panas mengatur fenomena tersebut.
Oleh karena itu, jika diameter wol baja tetap, karakteristik ruang isotermal dapat
dievaluasi dengan massa wol baja pervolume ruang.
Namun, peneliti juga mengatakan bahwa dalam penelitian ini tidak dapat menghindari
kesalahan pengukuran karena perubahan suhu meskipun volume ruang dan suhu ruangan
diukur secara stabil. Adapun laju aliran G0, yang melibatkan perubahan suhu dalam ruang,
diperoleh dari pers. 2 sebagai berikut :
V dP ̅
W dθ
G = Rθ − ̅ (6)
α dt θ dt

Rasio aliran yang diperoleh dengan metode yang diusulkan Q dan laju aliran Q 0 diberikan
sebagai berikut dengan menggunakan pers. (3), (4), dan (6)
Q 1
= θ0 ̅
P dθ dP
(7)
Q0
̅ (1− θ
θ ̅ dt / dt )

Dari persamaan diatas, bahwa perubahan suhu terdapat kesalahan yang membuat laju
aliran terukur lebih besar dari nilai sebenarnya.

3. Mengukur Laju Aliran Udara yang stabil, hal ini peneliti juga melakukan eksperimen.
Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mengatur tekanan ruang isotermal pada
tekanan atmosfer. Lalu membuka katup selenoid dan memulai pengukuran tekanan.
Tekanna terukur dihaluskan dengan metode rata-rata bergerak menggunakan sepuluh titik
dan dibedakan secara numerik dengan lima titik. Kemudian, laju aliran Q diperoleh dari
pers. (3). Laju aliran juga dapat diukur dari koefisien debit pembatasan, jika koefisien
debit (Cd) diberikan, laju aliran pada kondisi tersebut diberikan oleh
Ps A
Q r = 0.685Cd k (8)
√R θa

Pada pengukuran menggunakan koefisien debit pembatasan ini menggunakan


pembatasan nozel venturi sonik kritis. Dari hasil tersebut, peneliti mengonfirmasi bahwa
keefektifan metode yang diusulkan dengan membandingkan Q dengan Q r. Dengan
mengubah tekanan suplai, peneliti dapat mengukur beberapa laju aliran. Dari ekperimen

11
ini, peneliti mendapat bahwa metode yang diusulkan berguna dan efektif, karena laju
aliran Q dan Qr menunjukkan kesesuaian yang baik.

4. Mengukur Laju Aliran yang tidak stabil, menggunakan eksperimen dengan peralatan
yang sama dalam pengukuran laju aliran stabil namun dengan frekuensi yang berbeda.
Adapun prosedur dalam eksperimen ini, yang pertama udara terkompresi pada 490 kPa
dibebankan pada ruang isotermal dan katup tangan ditutup. Kemudian membuka katup
selenoida, membuang udara dalam ruangan ke atmosfer melalui katup servo. Katup servo
terombang-ambing secara sinusoidal oleh generator fungsi, sehingga laju aliran tidak
stabil.
Percobaan ini telah menggunakan beberapa frekuensi. Sehingga, mengukur tekanan di
ruang P dan perpindahan katup V dapat menghitung laju aliran Qs dalam kondisi berikut :
273
Q s = KSe P √ (9)
θ

Dalam persamaan diatas, suhu diasumsikan sebagai suhu ruang. Dan Qs termasuk dalam
kesalahan pengukuran karena suhu. Dari eksperimen ini, peneliti membandingkan hasil
percobaannya. Didapat bahwa dengan metode ini dapat diterapkan untuk mengukur
karakteristik dinamis pengukuran aliran udara yang sulit dan tidak memiliki metode yang
efektif saat ini.

Kesimpulan :
Dari penelitian yang dilakuakn oleh para peneliti didapat bahwa
A. Ruang isotermal yang hampir dapat mewujudkan kondisi isotermal dengan
dimasukkannya wol baja. Dengan dimasukkannya wol baja ke dalam ruang isotermal,
didapat bahwa karakteristik ruang diberikan oleh massa wol baja per satuan volume
ruangan.
B. Didapat metode untuk mengukur laju aliran gas dari perubahan tekanan dalam ruang
isotermal. Dan metode ini telah terbukti efektif tidak hanya pada kondisi stabil tetapi
untuk laju aliran tak stabil yang dilakukan dengan eksperimen.

2.3 Contoh Soal


1. Dalam sebuah ruang tertutup terdapat gas dengan volume 100 ml. Jika
tekanan ruangan tersebut adalah 0,75 atm, hitunglah tekanan gas pada
ruangan yang volumenya 50 ml?

12
Diketahui: V1 = 100 mL ; P1 = 0,75 atm; V2 = 50 ml
Ditanya : P2 ?
Pembahasan:
V1 x P1 = V2 x P2
100ml x 0,75atm = 50ml x P2
P2 = 1,5atm
Jadi, tekanan gas pada ruangan yang volume=50 ml berdasar-kan hukum boyle
adalah 1,5 atm.

2. Sejumlah gas ideal pada mulanya mempunyai tekanan P dan volume V.


Apabila pada proses isotermal tekanan gas menjadi 8 kali tekanan semula,
Hitunglah perubahan volume yang terjadi!

Pembahasan:
V = 4 V2 ↔ V2 = V / 8 = 1/8 V
Volume gas berubah menjadi ¼ kali volume awal.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hukum Boyle: pada suhu konstan, tekanan gas berbanding terbalik dengan
volume gas.
2. Hukum Charles: Pada saat tekanan konstan, suhu gas berbanding lurus
dengan volume gas.
3. Hukum Gay-Lussac: pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus
dengan suhu mutlak gas
4. Gas ideal didefinisikan sebagai salah satu di mana semua tumbukan antara
atom atau molekul bersifat elastis sempurna dan di mana tidak ada kekuatan
menarik antarmolekul.
5. Gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya, yang akan
berubah adalah tekanannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
 Ira.(2009). Physical Chemistry.New York:McGraw-Hill
 Kagawa Toshiharu.toshinori.kenji.(2000). Instantaneous Flow Rate
Measurement of Ideal Gases. Journal of Dynamic Systems, Measurement, and
Control,122,174-178

15

Anda mungkin juga menyukai