Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat

renggang pada suhu tertentu, biasanya titik uap suatu zat. Gas mempunyai

sifat khusus yang tidak dimiliki oleh zat cair maupun zat padat. Salah satu

yang menarik dari gas adalah sifat-sifatnya yang tidak ergantung dari

komposisi kimianya. Gas memiliki kemampuan untuk mengalir dan dapat

berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan yang mengisi pada besaran

volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume ruang, mereka

mengembang dan mengisi ruang di manapun mereka berada. Sifat-sifat fisik

gas secara umum dapat dinyatakan dalam hukum-hukum gas. Hukum-hukum

ini berlaku untuk gas ideal, sedangkan untuk gas nyata (non ideal) seperti

yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Benda gas kebanyakan tidak bisa kita lihat keberadaannya tetapi ada

juga sebagian yang bisa kita rasakan keberadaannya. Dalam kehidupan

sehari- hari fluida seperti udara memiliki viskositas rendah, viskositas adalah

kecenderungan untuk menghambat aliran dalam fluida. Tekanan dari gas

yang selalu menekan ke semua arah dapat dijelaskan oleh teori kinetik

sebagai kemunculan dari gaya yang dihasilkan oleh molekulmolekul gas

yang menabrak dinding wadah. Dengan mempelajari teori kinetik gas, kita

dapat mendeskripsikan persamaan umum gas ideal pada persoalan fisika

sehari-hari.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penyususnan makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan gas?

2. Apa saja sifat sifat gas ?

3. Apa saja hukum hukum gas ?

4. Bagaimana teori kinetik gas ?

5. Apa yang dimaksud dengan persamaan keadaan ?

6. Bagaimana berat molekul gas ?

7. Apa yang dimaksud dengan panas jenis dan kapasitas gas ?

8. Apa yang dimaksud dengan viskositas gas ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian gas.

2. Mengetahui sifatsifat gas

3. Mengetahui hukumhukum gas.

4. Mengetahui teori kinetik gas.

5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persamaan keadaan.

6. Mengetahui berat molekul gas.

7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan panas jenis dan kapasitas gas.

8. Mengetahui apa yang dimaksud dengan viskositas gas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gas

Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat

renggang pada suhu tertentu, biasanya titik uap suatu zat. Sedangkan gas ideal

yaitu gas yang secara tepat memenuhi hukum-hukum gas. Dalam keadaan

nyata, tidak ada gas yang termasuk gas ideal, tetapi gas-gas nyata pada

tekanan rendah dan suhunya tidak dekat dengan titik cair gas, cukup akurat

memenuhi hukum-hukum gas ideal. Gas mempunyai kemampuan untuk

mengalir dan dapat berubah bentuk. Gas yang tak tertahan tidak mengisi suatu

volume yang telah ditentukan, sebaliknya mereka mengembang dan mengisi

ruang apapun di mana mereka berada. Kata gas kemungkinan diciptakan

oleh seorang kimiawan Flandria sebagai pengejaan ulang dari pelafalannya

untuk kata Yunani, chaos yang berarti kekacauan.

2.2 Sifat Sifat Gas


Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut:

1. Gas bersifat transparan.

2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuknya.

Berbeda dengan benda padat dan cair, benda gas lebih sulit untuk

diamati. Contoh benda gas adalah udara dan asap. Udara tidak dapat

dilihat tetapi dapat dirasakan, sedangkan asap dapat dilihat dari

wujudnya. Salah satu sifat benda gas adalah benda gas mengisi seluruh

ruangan yang ditempatinya. Contohnya ketika ban sepeda dipompa, gas

3
masuk ke dalamnya. Ban akan terasa padat bila gas sudah memenuhi

seluruh ruangan di dalamnya. Hal ini berarti benda gas mengisi seluruh

ruangan yang ditempatinya.

3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.

4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya.

Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya,

dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.

5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.

Balon dan kantong plastik mengembang ke seluruh bagian jika ditiup.

Hal ini menunjukkan bahwa udara menekan ke segala arah.

6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.

7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas

akan mengembang.

8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan

mengkerut.

9. Berdasarkan partikel-partikelnya zat gas memiliki sifat-sifat sebagai

berikut:

Gaya tarik-menarik sangat kurang atau mungkin tidak ada.

Partikel-partikel zat gas sangat bebas bergerak.

Jarak Partikelnya berubah-ubah atau tak menentu.

Sedangkan gas yang paling sederhana dan mendekati sifat-sifat gas

sejati adalah gas ideal. Adapun sifat-sifat gas ideal diantaranya adalah sebagai

berikut :

4
1. Gas terdiri dari molekul-molekul yang sangat banyak, dengan jarak

pisah antar molekul lebih besar dari ukuran molekul. Hal ini

meunjukkan bahwa gaya tarik antar molekul sangat kecil dan diabaikan.

2. Molekul-molekul gas bergerak acak ke segala arah sama banyaknya dan

memenuhi hukum Newton tentang gerak.

3. Molekul-molekul gas hanya bertumbukan dengan dinding tempat gas

secara sempurna.

4. Dinding wadah adalah kaku sempurna dan tidak akan bergerak.

2.3 Hukum Hukum Gas

A. Hukum Boyle

Hukum Boyle, yaitu hukum fisika yang menjelaskan bagaimana

kitan antara tekanan dan volume suatu gas. Penemu hukum boyle adalah

Robert Boyle (1627-1691) dia melakukan penelitian unruk mengetahui

hubungan antara tekanan dan volume gas pada suhu yang konstan. Dari

hasil penelitiannya, Robet Boyle menemukan bahwa hasil kali tekanan dan

volume gas dalam ruangan tertutup adalah tetap/konstan. Hukum boyle

berbunyi Pada suatu suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang tertutup

berbanding terbalik dengan volumenya.

Secara matematis, penyataan di atas dinyatakan sebagai :

dimana :

5
P1 = tekanan awal (N/m) P2 = tekanan akhir (N/m)

V1 = volume awal (m) V2 = volume akhir (m)

Gambar 2.1 Pompa Semprotan Obat Nyamuk

Persamaan (1) memperlihatkan hubungan antara volume dan

tekanan gas yang dikemukakan oleh Boyle. Salah satu penerapan prinsip

hukum Boyle dapat dilihat pada semprotan obat nyamuk (lihat gambar

2.1). Pompa berfungsi untuk mengubah volume gas dalam tabung

semprotan. Saat pompa digerakkan ke kanan maka volume gas akan

mengecil dan tekanan gas meningkat. Tekanan gas yang besar keluar

melalui ujung tabung dan membuat cairan pada pipa tadon tersemprot

keluar. Sedangkan ketika pompa ditarik kea rah kiri maka volume gas

semakin besar dan tekanan gas dalam tabung menjadi menurun.

Gambar 2.2 Grafik hubungan volume dan tekanan gas pada suhu tetap.

6
Hubungan antara volume dan tekanan pada peristiwa tersebut dapat

ditunjukkan melalui grafik (lihat gambar 2.2). Grafik tersebut

menunjukkan jika volume bertambah maka tekanan gas akan berkurang.

B. Hukum Charles

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Robert Boyle, Jacques

Charles (1747-1823) menggerakkan piston namun parameter yang dibuat

konstan adalah tekanan gas. Dari hasil percobaannya, Charles

memperoleh kesimpulan bahwa Jika gas dalam ruang tertutup tekanannya

dijaga konstan maka volume gas dalam jumlah tertentu berbanding lurus

dengan temperature mutlaknya. Selain itu Charles juga telah mampu

menentukan hubungan antara suhu dan volume secara kuantitaf. Berikut

adalah persamaan matematis untuk menggambarkan hubungan kedua

variabel tersebut :

dimana :

T1 = suhu awal (K) T2 = suhu akhir (K)

V1 = volume awal (m) V2 = volume akhir (m)

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara suhu

dan volume gas jika tekanan gas dijaga konstan.

7
Gambar 2.3 Grafik Hubungan antara suhu dan volume gas pada tekanan

tetap

Peristiwa yang ditunjukkan pada grafik dan persamaan dapat dilihat

secara langsung melalui balon yang ditempatkan pada mulut botol yang

direndam air panas (lihat gambar 2.4). Gambar 2.4 menunjukkan semakin

tinggi suhu gas dalam botol maka volume gas juga membesar.

Gambar 2.4 Balon membesar saat botol direndam air panas

C. Hukum Gay Lussac

Joseph gay-Lussac (1778-1850) menyatakan bahwa Jika gas dalam

wadah tertutup volumenya dijaga konstan maka tekanan gas berbanding

lurus dengan temperatur mutlaknya. Peristiwa yang berkaitan dengan

pernyataan tersebut adalah botol pengharum ruangan yang dipanaskan.

Semakin tinggi suhu botol saat dipanaskan maka semakin besar pula

8
tekanan gas dalam botol sehingga menyebabkan botol akhirnya meledak.

Secara matematis hubungan antara suhu dan tekanan adalah:

dimana :

T1 = suhu awal (K) T2 = suhu akhir (K)

P1 = tekanan awal (N/m) P2 = tekanan akhir (N/m)

Berikut ini terdapat grafik yang menunjukkan hubungan antara suhu

dan tekanan pada volume ruang yang tetap.

Gambar 2.5 Grafik hubungan antara suhu dan tekanan gas pada volume

tetap

D. Hukum Boyle-Gay Lussac

Berdasarkan 3 hukum yang telah dijelaskan di atas maka diperoleh

Hukum Boyle-Gay Lussac yang menyatakan hubungan antara suhu,

tekanan dan volume gas yang secara matematis sebagai berikut :

9
dimana :

T1 = suhu awal (K) T2 = suhu akhir (K)

V1 = volume awal (m) V2 = volume akhir (m)

P1 = tekanan awal (N/m) P2 = tekanan akhir (N/m)

Persamaan di atas hanya digunakan pada keadaan gas yang

massanya tetap atau jumlah partikel konstan dalam ruang tertutup rapat.

Sedangkan pada peristiwa dimana jumlah partikel gas dalam wadah

berubah, persamaan tersebut tidak berlaku.

2.4 Teori Kinetik Gas


Teori kinetik adalah teori yang menjelaskan perilaku sistem-sistem

fisis dengan menganggap bahwa sejumlah besar molekul yang bergerak

sangat cepat. Teori kinetik gas tidak mengutamakan kelakuan sebuah partikel,

tetapi meninjau sifat zat secara keseluruhan berbagai hasil rata-rata kelakuan

partikel tersebut.

Teori kinetik dikenal pula sebagai teori kinetik-molekular atau teori

tumbukan atau teori kinetik pada gas. Dengan demikian, teori kinetika gas

membahas sifat-sifat gas yang berhubungan dengan gerakan translasi dari

atom dan molekul dalam bentuk gas, serta menguji bagaimana sifat-sifat gas

tersebut dapat dibahas berdasarkan pada gerakan translasi yang bebas dan

10
kontinyu dari komponen-komponennya. Untuk dapat membahas sifat-sifat

gas dengan lebih sempurna, maka dalam teori kinetika gas digunakan

pendekatan gas ideal. Dalam hal ini yang disebut gas ideal adalah gas yang

memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut :

Terdiri atas partikel dalam jumlah yang banyak dan tidak ada gaya

tarik-menarik antar patikel.

Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah acak (sembarang).

Ukuran partikel diabaikan terhadap ukuran wadah.

Setiap tumbukan yang terjadi secara lenting sempurna.

Partikel-partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruang dalam

wadah.

Gerak partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.

Tidak ada energi yang hilang.

Ukuran lebih kecil dari jari jari.

Masih berlaku hukum hukum newton.

Gas terdiri atas molekul molekul yang bergerak menurut jalan-jalan

yang lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-

molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau

dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang

menyebabkan adanya tekanan.

Volume dari molekul molekul gas sangat kecil bila dibandingkan

dengan volume yang ditempati oleh gas tersebut, sehingga sebenarnya

11
banyak ruang yang kosong antara molekul molekulnya. Hal ini yang

menyebabkan gas mempuyai rapat yang lebih kecil dari pada cairan atau zat

padat. Hal ini juga yang menyebabkan gas bersifat kompresibel atau mudah

ditekan. Karena molekul molekul gas selalu bergerak ke segala arah,maka

gas yang satu mudah bercampur dengan gas yang lain (diffusi), asal

keduanya tidak bereaksi. Misalnya N2 dan O2 ;CO2 dan H2 dan sebagainya.

Dari anggapan anggapan diatas dapat dijabarkan persamaan gas yang

menyatakan hubungan antara P,V,T dan n dari gas. Misalnya n molekul gas,

yang masing-masing mempunyai massa m terdapat dalam kubus dengan

rusuk I. Pada temperature tertentu, kecepatan molekul molekul gas sangat

berbeda beda, tetapi kecepatan rata-rata C pada temperatur tersebut, tetap

untuk tiap gas. C ini nanti disebut kecepatan akar rata-rata kuadrat.

Persamaan gas ideal dapat ditulis:

p1V1 = p2V2, atau

PV = n.R.T

Mengingat n = N/NA sehingga di mana P adalah tekanan mutlak pada

gas, V adalah volume, n adalah jumlah partikel pada gas (dalam mol), T

adalah temperatur dalam satuan kelvin, dan R adalah konstanta gas ideal,

yaitu 0,08205 L atm/mol K.

Persamaan ini juga dapat diturunkan dari teori kinetik, yang dicetuskan

secara terpisah oleh August Krnig tahun 1856 dan Rudolf Clausius tahun

1857. Konstanta gas universal ditemukan dan pertama kali diperkenalkan ke

hukum gas ideal oleh Dmitri Mendeleev tahun 1874. Persamaan gas ideal

12
bermanfaat terutama dalam stoikiometri gas. Sehingga dalam konstanta

Boltzmann dapat menggunakan persamaan:

PV = NkT

Namun jika dibandingkan dengan hasil dari teori kinetika gas, teori ini

secara tidak sengaja telah memberikan interpretasi molekuler tentang konsep

suhu mutlak yang ternyata berbanding lurus dengan kecepatan kuadrat rata-

rata.

2.5 Persamaan Keadaan


Persamaan keadaan (Equation of State) adalah persamaan yang

menghubungkan antara tekanan, suhu dan volume jenis (spesific volume) dari

suatu zat. Ada banyak jenis persamaan keadaan, namun yang paling

sederhana diantaranya adalah persamaan gas ideal.

R adalah konstanta proporsionalitas yang disebut dengan gas

constant memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung jenis gas nya.

Sehingga persamaan diatas biasa ditulis dengan:

Karena

Dimana Ru merupakan konstanta gas universal (universal gas constant)

dan M adalah berat molekul. Dan massa adalah jumlah molekul di kalikan

dengan berat molekul, yakni m = N.M, persamaan keadaan gas ideal dapat

ditulis menjadi:

13
PV = N Ru T

Nilai untuk Universal Gas Constant, Ru dalam berbagai jenis satuan

adalah sebagai berikut:

8.314 kJ/(kmolK)

8.314 kPam3/(kmolK)

1.986 Btu/(lbmolR)

1545 ftlbf/(lbmolR)

10.73 psiaft3/(lbmolR)

Jika suatu gas mengalami tekanan yang jauh lebih rendah dari tekanan

kritisnya dan suhu yang jauh lebih tinggi dari suhu kritisnya maka gas tersebut

dapat diperlakukan sebagai gas ideal. Jika suatu gas diperlakukan sebagai gas

ideal, maka rumusan berikut berlaku pada gas tersebut:

Persamaan keadaan gas ideal sangat sederhana, namun range

penerapannya terbatas, sehingga diperlukan suatu persamaan keadaan yang

akurat pada range yang lebar. Persamaan keadaan lain yang dikenal antara

lain adalah:

Persamaan Van der Waals (salah satu persamaan keadaan yang

terdahulu):

dimana

14
Persamaan Beattie-Bridgeman (terkenal dan cukup akurat):

dimana

Persamaan Benedict-Webb-Rubin (terbaru dan sangat akurat)

2.6 Berat Molekul Gas


Massa molekul relatif dari suatu senyawa dapat ditentukan dengan

berbagai metode tergantung dari sifat-sifat fisika senyawa yang bersangkutan.

Penentuan massa molekul dapat dilakukan dengan konsep mol dimana massa

molekulnya dapat diketahui dengan mengalikan mol zat dengan massanya.

Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif

unsur-unsur penyusun molekul tersebut. Massa molekul juga dapat dihitung

dengan pengukuran untuk zat yang bersifat volatil yaitu dengan menurunkan

persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal dapat dihitung dengan mengetahui

massa jenis, tekanan dan suhu zat. Untuk menentukan berat molekul dapat

menggunakan cara:

a. Regnault

Dipakai untuk menentukan BM zat pada suhu kamar berbentuk

gas untuk itu suatu bola gelas (300-500cc).

15
b. Himiting density

BM yang ditentukan berdasarkan hukum hukum gas ideal hanya

kirakira, namun hasilnya telah cukup untuk penentuan rumusrumus

molekul. Hal ini disebabkan karena hukum gas ideal sudah

menyimpang, walaupun pada tekanan atmosfer. Salah satu cara yang

tepat untuk menentukan BM ialah cara himiting density. Cara ini

berdasarkan rumus gas ideal :

PV = nRT

PV =w/m x RT ; P = w/v x RT/m

= d x RT/m

d / p = RT/m = Tetap

Dimana d / p untuk gas ideal tetap, tidak tergantung P. (Sukardo.1990)

c. Victor meyes

Dipakai untuk menentukan BM zat cair yang mudah menguap.

Menentukan berat molekul dalam metode penentuan massa jenis gas

menggunakan alat victor meyer yaitu menggunakan persamaan gas

ideal bersamasama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk

menentukan berat molekul senyawa volatile.

Dari persamaan gas ideal didapat :

P V = n R T , dimana n = m / BM

P V = ( m/ BM) RT

P.BM = ( m / V ) RT . d = m / v

BM = ( d/ p ) RT

16
Dimana :

BM = berat molekul

P = tekanan gas ( Atm )

R = tekanan gas ideal ( atm liter / mol K )

V = volume gas ( liter )

T = temperature absolute ( K)

= massa jenis ( gram / liter )

Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari 100c

ditempatkan dalam labu Erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang

kecil pada bagian tutupnya, kemudian labu Erlenmeyer tersebut

dipanaskan sampai 100c, cairan yang ada dalam Erlenmeyer akan

menguap dan uapnya akan mendorong udara yang terdapat pada labu

Erlenmeyer keluar melalui lubang dan uapnya akan mendorong udara

yang terdapat pada labu erlenmyer keluar melalui lubang kecil tadi.

Setelah semua udara keluar, uap cairan sendiri yang akan keluar,

sampai akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila keadaan

kesetimbangan dicapai yaitu tekanan uap cairan dalkam labu

erlemnmeyer sama dengan tekanan udara luar. Pada kondisi

kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan

tekanan sama dengan titik didih air dalam penangas air sekitar 100c

labu Erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air dingin dan

17
ditimbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat

diketahui, kemudian dengan menggunakan persamaan :

BM = ( / p ) RT

Sehingga berat molekul senyawa dapat ditentukan.

2.7 Panas Jenis dan Kapasitas Gas


Dalam fisika kalor didefnisikan sebagai suatu bentuk energi yang dapat

berpindah atau mengalir dari benda yang memiliki kelebihan kalor menuju

benda yang kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan dalam suhu. Satuan

kalor di dalam satuan Internasional yaitu Joule, satuan kalor lainnya ialah

kalori. 1 kalori di definisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk

memanaskan sebanyak 1 kg air sebesar 1C.

1 kalori = 4.2 Joule dan 1 joule = 0.24 kalori

Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan "Banyaknya kalor Q yang

diperlukan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 kelvin." Untuk mengetahui

banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu zat digunakan

persamaan:
Q = m.c.T

Dimana:

Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (J)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

c = kalor jenis zat (J/KgC)

T = perubahan suhu (C)

Untuk menentukan kalor jenis suatu zat digunakan persamaan:

C = Q / m.T

18
Dimana :

C = kalor jenis zat (J/KgC)

Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (J)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

T = perubahan suhu (C)

Untuk menentukan kapasitas kalor suatu zat digunakan persamaan:

C = Q / T
Dimana :

C = kapasitas kalor (J/K)

Q = banyaknya kalor (J)

T = perubahan suhu (K)

Kapasitas kalor juga dapat ditentukan dengan persamaan lain:

C = m.c

Kapasitas gas kalor adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk

menaikan suhunya dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik) atau

volum tetap (proses isokhorik). Konsep kapasitas kalor gas diperoleh dari

fungsi empirik temperatur, dan biasanya dalam bentuk yang sama. Kapasitas

kalor gas sangat dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada

sifat termodinamika tidak digunakan. Karena gas pada tekanan rendah

biasanya mendekati ideal, kapasitas kalor gas ideal bisa digunakan untuk

hampir semua perhitungan gas real pada tekanan atmosfir. Ada dua jenis

kapasitas gas kalor yaitu:

19
1. Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (Cp).

Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan

suhu suatu zat satu Kelvin pada tekanan tetap. tekanan system dijaga

selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan, maka perubahan

energi dalam, kalor, dan kerja pada proses ini tidak ada yang bernilai

nol.

Maka secara matematis :

Cp = Q/T = ((5/2PV)/(T)) = ((5/2nRV)/(T)

Cp = 5/2 nR

2. Kapasitas kalor gas pada volume tetap (Cv).

Kapasitas kalor pada volum tetap artinya kalor yang diperlukan

untuk menaikan suhu suatu zat satu kelvin pada volum tetap. Artinya

kalor yang diberikan dijaga selalu konstan. Karena volume system

selalu konstan, maka system tidak bisa melakukan kerja pada

lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa

melakukan kerja pada system. Jadi kalor yang ditambahkan pada

system digunakan untuk menaikan energi dalam sistem. Maka secara

matemati :

Cv = Q/T = (3/2nRT)/T

Cv = 3/2nR

Berdasarkan persamaan di atas dapat diperoleh bahwa:

20
Cp Cv = 5/2nR 3/2nR

Cp Cv = nR

Kapasitas yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah untuk

gas monoatomik. Sedangkan untuk gas diatomik dan poliatomik

tergantung pada derajat kebebasan gas. Dapat digunakan pembagian

suhu sebagai berikut:

Pada suhu rendah ( 250 K): Cv = 3/2nR dan Cp = 5/2nR

Pada suhu sedang ( 500 K): Cv = 5/2nR dan Cp = 7/2nR

Pada suhu tinggi ( 1000 K): Cv = 7/2nR dan Cp = 9/2nR

Oleh karena itu, konstanta Laplace dapat dihitung secara

teoretis sesuai persamaan sebagai berikut:

Gas monoatomik: = Cp/Cv = ((5/2nR)/(3/2nR)) = 5/3 = 1,67

Gas diatomik pada suhu kamar: = Cp/Cv =

((7/2nR)/(5/2nR)) = 7/5 = 1,4

Dengan memasukan nilai Qp danQc sertqa W diperoleh :

C pT CvT = pV

(C p Cv ) = pV

C p Cv= pV / T

Akhirnya kita mendapatkan rumus lengkap usaha yang dilakukan

oleh gas seperti di bawah ini :

21
W = pV = p (V2- V1)

W = nRV = nR(T2- T1)

W = Qp - Qv = (Cp Cv)T

2.8 Viskositas Gas


Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-

molekul yang menyusun suatu fluida. Atau kita sebut juga sebagai gesekan

internal fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling

gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas

disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul

sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan

antara molekul.

Viskositas berhubungan langsung dengan temperatur, dimana jika

makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir

dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat

cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.

Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara

molekul gas. Untuk viskositas beberapa fluida dapat kita lihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.1 Daftar Viskositas Fluida

22
Pada tabel diatas terlihat bahwa air, udara, dan alkohol mempunyai

koefisien kecil sekali dibandingkan dengan gliserin. Oleh karena itu, dalam

perhitungan sering diabaikan. Berdasarkan eksperimen juga diperoleh bahwa

koefisien viskositas tergantung suhu. Pada kebanyakan fluida makin tinggi

suhu makin rendah koefisien viskositasnya. Itu sebabnya di musim dingin oli

mesin menjadi kental sehingga kadang-kadang mesin sukar dihidupkan

karena terjadi efek viskositas pada oli mesin.

Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida

kental yang koefisien viskositasnya , maka benda tersebut akan mengalami

gaya gesekan fluida sebesar :

Fs = k . . v

Dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda.

23
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:

1. Gas adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul yang sangat renggang

pada suhu tertentu, biasanya titik uap suatu zat. Sedangkan gas ideal yaitu

gas yang secara tepat memenuhi hukum-hukum gas.

2. Adapun sifat-sifat gas secara umum yaitu gas bersifat transparan, gas

terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuknya, gas dalam ruang akan

memberikan tekanan ke dinding, volume sejumlah gas sama dengan

volume wadahnya, gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak

tekanan luar, bila dua atau lebih gas bercampur gas-gas itu akan

terdistribusi merata, gas dapat ditekan dengan tekanan luar, bila

dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

3. Ada 4 hukum yang biasanya diterapkan dalam hukum-hukum gas yaitu

hukum boyle, hukum Charles, hukum gay lussac dan hukum boyle-gay

lussac.

4. Teori kinetik adalah teori yang menjelaskan perilaku sistem-sistem fisis

dengan menganggap bahwa sejumlah besar molekul yang bergerak sangat

cepat. Teori kinetik gas tidak mengutamakan kelakuan sebuah partikel,

tetapi meninjau sifat zat secara keseluruhan berbagai hasil rata-rata

kelakuan partikel tersebut.

24
5. Persamaan keadaan (Equation of State) adalah persamaan yang

menghubungkan antara tekanan, suhu dan volume jenis (spesific volume)

dari suatu zat.

6. Untuk menentukan berat molekul gas dapat menggunakan cara regnault,

himiting density atau cara victor meyes.

7. Kapasitas gas kalor adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk

menaikan suhunya dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik)

atau volum tetap (proses isokhorik). Kapasitas kalor gas sangat

dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada sifat

termodinamika tidak digunakan.

8. Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-

molekul yang menyusun suatu fluida (gesekan internal fluida). Dalam zat

gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.

3. 2 Saran
Dalam penulisan makalah ini mungkin jauh dari kesempurnaan, hal ini

disebabkan oleh kurangnya referensi yang dimiliki oleh penulis, maka untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen mata kuliah dan teman-

teman demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.

25

Anda mungkin juga menyukai