Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN

KIMIA FISIKA I
Dosen Pengampuh : Dian Sari Dewi,S.T,.M.T.

Disusun Oleh :
M. Arif Kurnia (225200016)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PALEMBANG
T.A 2022/2023
A. GAS IDEAL DAN GAS NYATA
Gas ideal adalah sekumpulan partikel gas yang tidak saling berinteraksi satu dengan lainnya. Artinya, jarak
antarpartikel gas ideal sangat berjauhan. Sedangkan Gas Nyata merupakan sebuah gas yang memilki sifat
yang menyimpang dari gas ideal bisa kita bilang gas nyata ini adalah keblaikan dari gas ideal.

Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara acak dan tidak
saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi hukum gas ideal, sebuah persamaan
keadaan yang disederhanakan, sehingga dapat dianalisis dengan mekanika statistika.

SIFAT SIFAT GAS IDEAL

1. Gas terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang besar dan tidak terjadi interaksi antar partikel gas
tersebut.
2. Setiap partikel selalu bergerak ke sembarang arah.
3. Partikel-partikel gas tersebar merata dalam ruang yang sempit.
4. Jarak antarpartikel jauh lebih besar daripada ukuran partikel.
5. Ukuran partikel gas dapat diabaikan.
6. Tidak terdapat gaya antar partikel kecuali jika terjadi tumbukan.
7. Hukum Newton tentang gerak berlaku pada sistem gas tersebut.

SIFAT SIFAT GAS NYATA

1. Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan.


2. Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan diperbesar atau volum
diperkecil.
3. Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat, menyebabkan
gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal.

Perbedaan Gas Ideal Dan Gas Nyata :

1. Gas ideal tidak mempunyai gaya antarmolekul dan molekul gas dianggap partikel titik. Sebaliknya
molekul gas nyata mempunyai ukuran dan volume. Selanjutnya mereka mempunyai gaya
antarmolekul.
2. Gas ideal tidak bisa ditemukan di kenyataan. Namun gas berperilaku dengan cara ini di suhu dan
tekanan tertentu.
3. Gas cenderung berperilaku sebagai gas nyata di tekanan tinggi dan suhu rendah. Gas nyata
berperilaku sebagai ideal di tekanan rendah dan juga suhu tinggi.
4. Gas ideal bisa berkaitan dengan persamaan PV = nRT = NKT, sedangkan gas nyata tak bisa. Untuk
menentukan gas nyata, ada persamaan yang jauh lebih rumit.

Konsep Mol Pada Gas Ideal

Untuk menyatakan banyaknya zat pada gas ideal, maka kamu bisa menggunakan sebuah besaran yang
disebut sebagai jumlah zat dengan satuan standar internasionalnya adalah mol. Dalam 1 mol zat sendiri terdapat
6,022 x 1023 partikel yang terkandung di dalamnya. Persamaan rumusnya yaitu:
Persamaan Umum Gas Ideal

Gas ideal mempunyai beberapa persamaan umum yang perlu kamu ketahui, yaitu:

Hukum Tentang Gas Ideal

Keadaan suatu gas pada ruang tertutup ditentukan oleh tekanan, volume, suhu, dan jumlah molekul suatu
gas. Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh para ilmuwan, ditemukan beberapa hukum
yang menerangkan hubungan variabel keadaan suatu gas tersebut, di antaranya yaitu:

1. Hukum Boyle

Dalam hukum Boyle dinyatakan bahwa, “jika suhu suatu gas dijaga konstan, maka tekanan gas akan
berbanding terbalik terhadap volumenya”. Pernyataan lain dari hukum ini adalah hasil kali antara tekanan dan
volume suatu gas pada suhu tertentu adalah tetap atau konstan. Keadaan gas dengan suhu tetap ini disebut
isotermal. Secara matematis, persamaan keadaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

2. Hukum Charles

Selain hukum Boyle, gas ideal juga dijelaskan dalam hukum Charles yang menyatakan bahwa temperatur
mutlak dan volume gas akan berbanding lurus saat tekanan dan jumlah zatnya dijaga dengan tetap. Pernyataan
lain dari hukum ini adalah hasil bagi antara volume dan suhu suatu gas pada tekanan tertentu adalah tetap.
Keadaan gas dengan tekanan tetap ini disebut isobarik. Kamu bisa menggunakan rumus keadaan berikut ini:

3. Hukum Gay Lussac

Ditemukan pada tahun 1802 oleh Joseph Louis Gay-Lussac, hukum ini menyatakan bahwa “jika volume
suatu gas dijaga konstan, tekanan gas akan sebanding dengan suhu mutlaknya”. Artinya, proses berlangsung
dalam keadaan isokhorik (volume tetap). Persamaan rumusnya adalah sebagai berikut:
4. Hukum Boyle-Gay Lussac

Sesuai namanya, hukum ini menggabungkan pernyataan dari hukum Boyle dan Gay Lussac, dimana
dinyatakan bahwa “hasil kali antara tekanan dan volume dibagi temperatur pada sejumlah partikel atau mol gas
adalah tetap”. Secara matematis, persamaan keadaannya dapat dituliskan sebagai berikut.

Tekanan Gas Ideal

Adanya tekanan gas di dalam ruang tertutup diakibatkan oleh adanya benturan-benturan partikel gas
pada dinding tempat gas berada. Besarnya tekanan gas dapat dituliskan sebagai fungsi energi kinetik rata-rata
molekul berikut:

Energi Kinetik Gas

Sesuai dengan sifat gas ideal, tiap partikel gas akan selalu bergerak dengan energi kinetik tertentu.
Besarnya energi kinetik gas ideal dapat dirumuskan sebagai berikut:

Contoh Soal Gas Ideal

1. Gas ideal berada di dalam suatu ruang pada mulanya mempunyai volume V dan suhu T. Jika gas dipanaskan
sehingga suhunya berubah menjadi 5/4 T dan tekanan berubah menjadi 2P maka volume gas berubah menjadi…

Jawaban :
Volume gas berubah menjadi 5/8 kali volume awal.
B. Teori Kinetik Gas
Teori kinetik gas menjelaskan mengenai sifat-sifat gas ideal secara teoritis. Berdasarkan teori kinetik gas,
gas terbentuk dari molekul-molekul gas yang bergerak secara acak dengan arah gerak konstan. Molekul gas
bergerak dengan kecepatan tinggi dan saling bertubrukan dengan molekul lainnya dan juga dengan dinding secara
terus-menerus.

Teori kinetik gas merupakan teori pertama yang menjelaskan tekanan gas berdasarkan tubrukan molekul-
molekul, bukan berdasarkan gaya statik yang menyebabkan molekul menjauh satu sama lain. Teori kinetik gas juga
menjelaskan bagaimana ukuran molekul di dalam gas dapat mempengaruhi kecepatan gerak molekul tersebut.

Asumsi yang Dipakai Pada Teori Kinetik Gas :

Agar teori kinetik gas dapat menjelaskan alasan kenapa gas bereaksi seperti seharusnya, maka diperlukan
asumsi-asumsi yang mendukung properti gas tersebut. Berdasarkan teori kinetik:

1. Gas terbentuk dari molekul-molekul gas yang bergerak secara konstan dan acak. Molekul bergerak secara
lurus hingga bertubrukan dengan molekul lainnya atau dengan dinding.
2. Molekul dianggap titik bermassa yang tidak memiliki volume. (molekul berukuran sangat kecil
dibandingkan dengan jarak antar molekul, maka pada gas ideal ukuran molekul diabaikan)
3. Tidak terdapat gaya molekular yang bekerja. (tidak ada gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antar
molekul)
4. Tekanan gas disebabkan karena tubrukan molekul-molekul gas. Tidak ada energi yang hilang atau
terbentuk karena tubrukan.
5. Waktu terjadinya tubrukan diabaikan dibandingkan dengan waktu antara tubrukan.
6. Energi kinetik gas merupakan sebuah pengukuran yang berdasarkan temperatur gas dalam Kelvin. Setiap
molekul-molekul gas memiliki kecepatan yang erbeda-beda, akan tetapi temperatur dan energi kinetik gas
tersebut diukur berdasarkan kecepatan rata-rata molekul-molekul tersebut.
7. Energi kinetik rata-rata molekul gas sebanding dengan temperaturnya. Semakin meningkat
temperaturnya, maka kecepatan gerak molekul-molekul gas juga semakin meningkat.
8. Semua gas pada temperatur yang ditentukan memiliki energi kinetik rata-rata yang sama.
9. Molekul gas yang lebih ringan bergerak lebih cepat dibandingkan molekul gas yang lebih berat.

Faktor dan Rumus Teori Kinetik Gas

Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai faktor dan rumus teori kinetik gas, antara lain:

1. Tekanan

Tekanan bisa dijelaskan oleh teori kinetik sebagai kemunculan dari adanya gaya yang dihasilkan oleh
molekul-molekul gas yang menabrak dinding wadah. Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut:

P = F/A = Nmv2rms/3Al

2. Suhu dan Energi Kinetik

Berangkat dari hukum gas ideal, kita bisa menjelaskan mengenai faktor suhu dan juga energi kinetik dari
teori kinetik gas, yakni:

PV = NkBT

Dimana B merupakan konstanta boltzman dan T merupakan suhu absolut. Dari persamaan di atas, kita
bisa merumuskan menjadi.

PV = Nmv2rms / 3
3. Banyak Tumbukan pada Dinding

Jumlah tumbukan atom terhadap dinding wadah tiap satuan luas tiap satuan waktu bisa kita ketahui. Dari
asumsi gas ideal tersebut menghasilkan persamaan sebagai berikut:

A = N vavg / 4V

4. Laju RMS Molekul

Dari persamaan energi kinetik bisa ditunjukkan bahwa:

V2rms = 3RT/massa mol.

dengan v pada m/s, T pada kelvin, dan juga R merupakan konstanta gas. Massa molar akan diberikan sebagai
kg/mol. Kelajuan paling mungkin yaitu 81,6% dari kelajuan RMS dan rata-rata kelajuannya yaitu 92,1%.
C. Hukum 1 Termodinamika
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai dengan hukum ini, maka
sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan sebaliknya.

Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau dimusnahkan, namun bisa dirubah
dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama
dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat
mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan
berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan
salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.

Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan
suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan
sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan
energi dalam termodinamika atau disebut Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2)
dan keadaan awal (1)

∆U = U2 – U1

Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Tapi rumus itu berlaku jika
sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan kerja W pada lingkungannya.

Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U), perpindahan panas (Q), dan kerja (W)

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka
Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika
1. Proses Isotermal
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam
sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik.
Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆ U = 0) dan berdasarkan hukum I
termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Dari persamaan umum gas :
PV = nRT

Karena suhu konstan, maka usaha yang dilakukan oleh gas adalah :
dW = P.dV
𝒏.𝑹.𝑻
dW = dV
𝑽
𝑽𝒇 𝟏
W= nRT∫ 𝒅𝑽
𝑽𝒊 𝑽

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat
dinyatakan sebagai :

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Gambar 2. Grafik Proses Isotermal

Proses Isotermal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah :

Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan, sehingga :


2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses
isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang
diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume
konstan QV.

W = P dV = P.0 = 0

Gambar 3. Grafik Proses Isokhorik

3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan
melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di
sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada
proses isobarik berlaku

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = P dV = nR dT

Gambar 4. Grafik Proses Isobarik


4. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang dilakukan oleh gas adalah murni berasal
dari perubahan energi internalnya. Tidak ada energi yang masuk maupun yang keluar (Q) selama proses itu
berjalan. (Hukum Termodinamika I menyatakan : Perubahan energi internal gas (dU) adalah banyaknya energi
kalor yang disuplai (Q) dikurangi kerja yang dilakukan oleh gas (P.dV).

Kondisi proses adiabatik adalah :

dU = Q - P.dV = - P dV
P Vƴ = K (konstan)

Gambar 5. Grafik Proses Adiabatik

Kapasitas Kalor pada Gas Ideal


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu sistem sebesar satu derajat.
Apabila tidak ada perubahan fasa, panas yang diberikan kepada sistem akan mengakibatkan kenaikan temperatur.
Ada 2 jenis kapasitas kalor, yaitu ada kapasitas kalor saat volume tetap (C V) dan kapasitas kalor saat tekanan tetap
(CP). Sedangkan rumus kapasitas kalor itu sendiri adalah :
ΔQ = C . ΔT  C = dQ/dT
Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif didefinisikan sebagai besarnya energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 oC. Dengan demikian kapasitas panas C memiliki satuan J/kal
atau J/K. Sedangkan ΔT tidak lain adalah menyatakan selisih suhu pada keadaan sebelum dan sesudah diberi
energi panas Q.

 Kapasitas Kalor pada Volume Tetap

dQv = Cv dT

dQv = n Cv dT
Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan rumus, tergantung pada gas idealnya itu
sendiri. Apakah monoatomik, diatomik, atau polyatomic.

Saat monoatomik Cv = 3/2R

Saat diatomik Cv = 5/2R

Saat polyatomic Cv = 5/2R

 Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

dQp = CP dT

dQp = n CP dT

Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah

1. Proses Isotermal
Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :
Vf
U  Q W  Q  U  W  nC T  nRT ln
V
Vi
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

U  nCV T
2. Proses Isokhorik
Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :

Q  nCV T  nCV (Tf Ti )

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

U  Q W
 U  nCV T
3. Proses Isobarik
Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :

Q  nCP T  nCP (Tf Ti )


Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

U  Q W
 U  nCP T  pV
pV  nRT  pV  nRT
CP  CV  R  U  nCP T  nRT  nCV T
4. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang terjadi karena kalor yang diterima dan dikeluarkan sama
besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang dihasilkan proses adiabatik pada gas ideal yaitu :

Adiabatik :
pV   konstan pV   C  p V  p V 
C
p i i f f
V  CV 
W C

V 
Vf Vf
W  1
V  1
C

 pdV CV

W dV f i
Vi 1 

Vi 
V pV
 C pV  p V
W C 1 i i f f
V  1 V
f

  1 i W p V V   1
 p V V  1
1
p V  pV 
1 
C
  1 f f f i i
  1 f f i i
1 1 
 i

 Vi
1  Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :
Vf

Q0
U  Q  U  W
1
p V  pV 
W 
f f i i
 1
Entalpi (H)
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem
termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi juga merupakan transfer panas
antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi tekanan konstan (isobarik). Secara matematis, entalpi
dapat dirumuskan sebagai berikut:
H = U + PV
di mana:
H = entalpi sistem (joule)
U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m2)
PV hanya targantung kedaan awal dan akhir sistem. Besarnya perubahan entalpi dari sistem :
H = H2 –H1
= (U2+P2V2) – (U1+P1V1)
= (U2-U1) + (P2V2-P1V1)

pada tekanan (P) tetap :


H =  U + P(V2-V1)
H =U+PV
Q = U + P V , maka
H = Q
dH = dQ

 Entalpi dan Kalor


Entalpi sebagai fungsi T dan p; H= f(T,P)

dH   H  dT   H  dP
 T   P 
P T
dU  C dT   H  dP
P  P 
T
Pada tekanan tetap :

dH  C P dT
H  CP T
Pada volume tetap :

dU  CV dT

Contoh Soal Hukum 1 Thermodinamika:


1. Suatu gas dalam ruang tertutup melepaskan kalor ke lingkungan sebesar 1.000 kalori dan melakukan usaha
2.000 joule. Berapakah perubahan energy dalam gas? (1 kalori = 4,2 J)
Penyelesaian:
Dik: Q = -1.000 kalori = -4.200 J
W = +2.000 J
Dit: ∆U?
Jawab:
∆U = Q –W
= -4.200 J – (+2.000 J)
= -6.200 J

2. Gas hydrogen dipanaskan dari suhu 300 K sampai 312 K dalam bejana yang bebas hingga memuai. Kalor yang
dibutuhkan dalam proses itu 24kJ. Tentukan kapasitas kalor hydrogen!
Penyelesaian:
Dik: ∆T = 312 K – 300 K = 12 K
Qp = 24 kJ = 24.000 J
Dit: Cp ?
Jawab :
D. Hukum Termodinamika II

Hukum termodinamika kedua adalah hukum fisika yang menyatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk
membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang
diperoleh dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.
Dalam Hukum Termodinamika II ini berkaitan dengan entropi dan memiliki kecenderungan yang dari
waktu ke waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan menyeimbangkan potensi kimia dalam terisolasinya sistem fisik.
Perlu diketahui, entropi adalah keseimbangan termodinamis, terutama mengenai perubahan energi yang
hukumnya disebut dengan Hukum Termodinamika II.
Dalam Hukum Termodinamika II ini menyatakan bahwa "Kalor mengalir dari suhu tinggi (panas) ke suhu
rendah (dingin). Apabila kalor mengalir dengan arah yang sebaliknya, maka harus ada usaha karena tidak
mengalir secara spontan".
Penjelasan hukum II Termodinamika adalah sebagai berikut.:
1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir
dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir
rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar (Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses
irreversibel (Clausius).
Gangguan dan Proses Termodinamika Energi kinetik makroskopik adalah energi yang terkait dengan
gerakan yang terorganisir dan terkoordinasi dari banyak molekul. Namun, perpindahan panas melibatkan
perubahan energi menjadi acak dan gerakan molekul menjadi tidak teratur. Oleh karena itu konversi energi
mekanik menjadi panas melibatkan peningkatan keacakan atau ketidakteraturan.
Dalam Hukum Termodinamika II ini terdapat dua formulasi yang berguna untuk memahami konversi energi panas
ke energi mekanik, yakni:
1. Formulasi Kelvin-Planck
Formulasi yang pertama ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor
yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu
sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik”. Dengan kata lain, formulasi ini
mengungkapkan bahwa memang tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan. Sehingga
lebih baik menggunakan energi tersebut untuk menjalankan generator listrik tanpa menimbulkan efek
lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer. Maka dari itu, setiap alat atau mesin pastilah memiliki nilai
efisiensi tertentu. Efisiensi ini akan menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang telah
diperolehnya dengan energi panas dari sumber suhu tertinggi.
2. Formulasi Clausius
Dalam formulasi ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang
bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke
benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber dingin (yang
memiliki suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke sumber panas (yang memiliki suhu tinggi) tanpa
memberikan energi pada pompa untuk melakukan usaha.

Arah Proses Termodinamika


II Arah Reversible
Arah reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-balik. Sebuah sistem yang
mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu
sendiri dan lingkungannya.. Proses yang dapat dibalik arahnya
- Sebuah balok es bersuhu 0°C dapat dicairkan secara terbalik jika kita memasukkannya ke dalam kotak logam
bersuhu 0°C.

Dengan menaikkan atau menurunkan suhu kotak secara tak terhingga, kita dapat membuat panas mengalir
ke dalam es untuk mencairkannya atau membuat panas
mengalir keluar dari air untuk membekukannya.

Arah Ireversible
Arah ireversibel adalah proses termodinamika yang berlanggsung secara alami seluruhnya. Proses tersebut
berlangsung secara spontan pada satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Proses yang tidak dapat dibalik
arahnya
- Sebuah balok es mencair secara permanen ketika kita menempatkannya dalam kotak logam yang panas (70 °C).
Panas mengalir dari kotak ke dalam es dan air, tidak pernah sebaliknya.
Dengan demikian proses reversibel adalah proses kesetimbangan, dimana sistem selalu dalam
kesetimbangan termodinamika. Jika suatu sistem benar-benar berada dalam kesetimbangan termodinamika,
maka tidak akan ada perubahan keadaan yang terjadi. Panas tidak akan mengalir masuk atau keluar dari sistem,
dan sistem yang benar-benar dalam kesetimbangan mekanis tidak akan memuai dan melakukan kerja terhadap
sekitarnya.
Sebaliknya, aliran panas dengan perbedaan suhu terbatas, pemuaian bebas gas, dan pengubahan kerja
menjadi panas oleh gesekan adalah semua proses yang tidak dapat diubah (ireversibel). Ini juga merupakan proses
nonequilibrium atau sistem tidak dalam kesetimbangan termodinamika pada setiap titik sampai akhir proses.

Siklus Hukum Termodinamika II


Siklus adalah serangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan awal dan berakhir pada keadaan yang sama
dengan keadaan awalnya. Agar dapat melakukan usaha terus-menerus, suatu sistem harus bekerja dalam satu
siklus.
1. Mesin Kalor Carnot
Mesin Kalor adalah sebutan untuk alat yang berfungsi mengubah energi panas menjadi energi mekanik .

Sebuah mesin kalor dapat di karakteristikkan sebagai berikut:


1. mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi /energi matahari, bahan bakar, reaktor
nuklir, dll
2. mesin kalor mengkonvensi sebagian panas menjadi kerja /umumnya dalam bentuk poros yang berputar.
3. mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.

Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi
dari mesin kalor adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran luar dimana fluida kerja
mengalami siklus termodinamika yang lengkap

Proses-proses dalam mesin kalor Carnot, perhatikan gambar siklus carnot diatas. Siklus dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Siklus a-b
Gas menyerap kalor Qt pada temperatur Tv Suhu sistem sama dengan suhu reservoir panas sehingga
disebut proses isotermik. Gas memuai dan melakukan usaha pada pengisap. Oleh karena energi dalam
tetap maka usaha yang dilakukan pada sistem sama dengan kalor yang diserap.
 Siklus b-c
Beban pengisap dikurangi sehingga gas memuai menurut proses adiabatik. Terjadi pengurangan energi
dalam dan suhu sistem menurun sampai sama dengan suhu pada reservoir dingin Tr.
 Siklus c-d
Gas mengalami penyusutan secara isotermik dengan membuang kalor Qrpada reservoir dingin pada
temperatur 7) sehingga usahanya negatif (usaha dilakukan pada sistem).
 Siklus d-1
Beban pengisap ditambah sehingga gas menyusut menurut proses adiabatik. Terjadi penambahan energi
dalam dan suhu naik sampai sama dengan suhu pada reservoir panasT,. Energi dalam gas kembali seperti
pada awal siklus.

Usaha pada mesin pemanas Carnot:


W = Qt – Qy
Karakteristik mesin kalor carnot dinyatakan dengan efisiensi mesin (η) yaitu perbandingan antara
usaha yang dilakukan dengan kalor yang diserap. Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Efisiensi suatu mesin kalor jenis apa pun selalu lebih kecil dari efisiensi mesin ideal atau mesin
Carnot. Berdasarkan hukum I Termodinamika berlaku:

Keterangan:
η = efisiensi mesin
Tr = temperature pada reservoir rendah

Tt = temperature pada reservoir tinggi


Qr = kalor yang dibuang pada reservoir rendah

Qt = kalor yang diserap pada reservoir tinggi

2. Mesin Pendingin Carnot


Contoh dari mesin pendingin Carnot antara lain mesin pendingin ruangan dan lemari es. Siklus mesin
pendingin Carnot merupakan kebalikan siklus mesin kalor Carnot karena siklusnya reversibel (dapat balik).
Usaha pada mesin pendingin Carnot dapat dituliskan:

W= Qt — Qr

Karakteristik pada mesin pendingin dinyatakan dengan koefisien performansi atau koefisien kinerja yang
simbolnya Kd. Koefisien kinerja didefinisikan sebagai perbandingan antara kalor yang dipindahkan dengan
usaha yang dilakukan sistem.

3. Mesin Pemanas Carot


Karakteristik mesin pemanas dinyatakan dengan koefisien kerja yang simbolnya K p . Secara matematis
dapat dituliskan:
4. Entropi
Entropi dapat diartikan sebagai ukuran ketidakteraturan. Dalam sistem tertutup peningkatan entropi diikuti oleh
penurunan jumlah energi yang tersedia. Semakin tinggi entropi, semakin tinggi ketakteraturannya.
 Entropi pada Proses Temperatur Konstan
Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami proses reversibel dengan menyerap sejumlah kalor Q maka
kenaikan entropi ∆S dapat dituliskan:

∆S = S2 – S1 = Q/T

Keterangan:
∆S= perubahan entropi (J/K)
S1 = entropi mula-mula (J/K)
S2 = entropi akhir (J/K)
 Entropi pada Proses Temperatur Berubah
Pada proses yang mengalami perubahan temperatur, entropi dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:
∆S = perubahan entropi (J/K)
m = massa (kg)
S1= entropi mula-mula (J/K)
T1= suhu mula-mula (K)
S2 = entropi akhir (J/K)
T2 = suhu akhir (K)
c = kalor jenis (J/kg K)
Contoh Soal Hukum Thermodinamika 2 :

Anda mungkin juga menyukai