Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada pembahasan ini (hukum-hukum gas – persamaan keadaan) sudah menjelaskan
secara panjang pendek mengenai hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac.
Ketiga hukum gas ini baru menjelaskan hubungan antara suhu, volume dan tekanan gas secara
terpisah. Hukum Boyle hanya menjelaskan hubungan antara Tekanan dan volume gas. Hukum
Charles hanya menjelaskan hubungan antara volume dan suhu gas. Hukum Gay-Lussac hanya
menjelaskan hubungan antara suhu dan tekanan gas. Perlu diketahui bahwa ketiga hukum ini
hanya berlaku untuk gas yang memiliki tekanan dan massa jenis yang tidak terlalu besar. Ketiga
hukum ini juga hanya berlaku untuk gas yang suhunya tidak mendekati titik didih. Gas
dimaksudkan di sini adalah gas yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Istilah kerennya
gas riil alias gas nyata… misalnya oksigen, nitrogen dkk…
Karena hukum obet Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac tidak berlaku untuk
semua kondisi gas maka analisis kita akan menjadi lebih sulit. Untuk mengatasi hal ini
(maksudnya untuk mempermudah analisis), kita bisa membuat suatu model gas ideal alias gas
sempurna. Gas ideal tidak ada dalam kehidupan sehari-hari; yang ada dalam kehidupan sehari-
hari cuma gas riil alias gas nyata. Gas ideal cuma bentuk sempurna yang sengaja kita buat
untuk mempermudah analisis, mirip seperti konsep benda tegar atau fluida ideal. Ilmu fisika
tuh aneh-aneh…. dari pada bikin ribet dan pusink sendiri lebih baik cari saja pendekatan yang
lebih mudah Kita bisa menganggap hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lusac
berlaku pada semua kondisi gas ideal, baik ketika tekanan dan massa jenis gas sangat tinggi
atau suhu gas mendekati titik didih. Adanya konsep gas ideal ini juga sangat membantu dalam
meninjau hubungan antara ketiga hukum gas tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1.2.1. Pengertian Gas ideal ditinjau dari segi mikroskopik dan makroskopik ?
1.2.2. Menentukan persamaan keadaan gas ideal ?
1.2.3. Menerapkan persamaan keadaangas ideal ?
1.2.4. Menjelaskan diagram gas ideal ?

1|Page
1.3 Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1. Untuk Menjelaskan Pengertian Gas ideal ditinjau dari segi mikroskopik dan
makroskopik
1.3.2. Untuk Menentukan persamaan keadaan gas ideal
1.3.3. Dapat Menerapkan persamaan keadaan gas ideal
1.3.4. Dapat Menjelaskan diagram gas ideal

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Dari pembuatan makalah ini, penulis dapat mengetahui secara rinci mengenai
gas ideal
2. Bagi Pembaca
Melalui makalah ini, pembaca dapat memperoleh pengetahuan lebih
mengenai gas ideal serta penerapannya dalam menyelesaikan soal-soal mengenai
gas ideal. Selain itu, makalah ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pustaka
tambahan.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GAS IDEAL


Berdasarkan teori kinetik, molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak mematuhi
hukum gerak Newton dan bertumbukan dengan molekul lain maupun dengan dinding bejana
tempat gas berada secara elastis sempurna. Dengan demikian, kita dapat menganalisis sifat
mikroskopis gas (massa, kelajuan, momentum, dan energi kinetik) berdasarkan sifat
makroskopis gas (tekanan, volum, dan suhu).
2.1.1 Gas Ideal (Tinjauan Miskroskopik)
Secara mikroskopik kita definisikan suatu gas ideal dengan membuat anggapan-
anggapan dasar berikut:
1. Suatu gas terdiri dari partikel-partikel yang disebut dengan molekul-molekul.
Setiap molekul terdiri dari beberapa atom yang sama ataupun berbeda. Jika gas
tersebut adalah sebuah elemen yang berada dalam keadaan stabil, maka molekul-
molekul gas tersebut kita pandang sebagai molekul-molekul yang identik.
2. Molekul gas bergerak secara random dan mengikuti hukum-hukum gerak Newton.
Molekul-molekul bergerak ke berbagai arah dan dengan berbagai laju. Di dalam
menghitung sifat gerakan, maka kita menganggap bahwa mekanika dalam Newton
dapat dipakai pada tingkat mikroskopik.
3. Jumlah seluruh molekul adalah besar. Gerak dan laju molekul dapat berubah tiba-
tiba karena tumbukan dengan dinding. Karena jumlah molekul yang sangat banyak,
maka dapat jumlah besar tumbukan yang dihasilkan akan mempertahankan
distribusi tumbukan kecepatan molekuler keseluruhan bergerak secara rampang.
4. Volume molekul merupakan pecahan-pecahan kecil yang dapat diabaikan dari
volume yang ditempati gas tersebut. Walaupun jumlah molekul sangat banyak,
namun volume molekul-molekul tersebut sangat kecil. Volume yang ditempati oleh
suatu gas dapat diubah melalui suatu jangkauan nilai yang besar dengan kesukaran
yang sangat kecil, dan bahwa jika suatu gas mengembun maka volume yang
ditempati oleh cairan tersebut dapat beribu-ribu kali lebih kecil daripada volume
yang ditempati oleh gas.
5. Tidak ada gaya-gaya yang pada molekul-molekul kecuali selama tumbukan.
Karena ukuran molekul dianggap sangat kecil, maka jarak diantara molekul sangat
besar bila dibanding dengan ukuran sebuah molekul. Dengan demikian dapat

3|Page
dianggap bahwa jangkauan pengaruh gaya-gaya molekular dapat dibandingkan
dengan ukuran molekul-molekul.
6. Tumbukan-tumbukan antara molekul-molekul atau antara molekul dengan dinding
elastis sempurna dan tumbukan-tumbukan berlangsung dalam waktu singkat.
Karena tumbukan yang terjadi elastis sempurna maka hukum kekekalan
momentum dan energi kinetik berlaku. Tumbukan-tumbukan antara molekul-
molekul dan diantara molekul dengan dinding-dinding wadah akan
mempertahankan kekekalan momentum dan juga akan mempertahankan kekekalan
tenaga kinetik. Karena waktu tumbukan dapat diabaikan terhadap waktu yang
dihabiskan oleh oleh sebuah molekul di antara tumbukan-tumbukan, maka tenaga
kinetik yang diubah menjadi tenaga potensial selama tumbukan tersebut akan
tersedia sekali lagi sebagai tenaga kinetik setelah waktu yang begitu singkat
sehingga kita dapat mengabaikan pertukaran tenaga seluruhnya.

2.1.2 Gas Ideal (Tinjauan Makroskopis)


Persamaan muai volume V  V0 T berdasarkan asumsi bahwa suatu zat memiliki
volume awal sebelum perubahan suhu. Kasus ini pada benda padat dan benda cair karena benda
padat dan cair memiliki massa yang tetap pada suhu tertentu.
Untuk gas ini merupakan hal yang berbeda, gaya antar atom atau molekul sangat lemah,
pada berbagai kasus, kita dapat membayangkan gaya tersebut tidak ada. Tidak ada pemisahan
ekuilibrium pada atom gas, tidak ada volume standar pada suhu tertentu. Kita tidak dapat
menyatakan perubahan volume pada sebuah proses dengan persamaan … karena kita tidak
dapat menentukan volume awal pada awal proses. Pada gas, volumenya ditentukan oleh wadah
yang menahan gas. Sehingga persamaanya melibatkan gas yang akan dihitung volumenya
sebagai variabel, daripada berfokus pada perubahan nilai perubahan awal, untuk gas hal ini
sangat berguna untuk mengetahui berapa volume V, tekanan P, dan suhu T yang saling terkait
gas dengan massa m. Secara umum, persamaan yang saling terkait dengan jumlah ini desebut
dengan persamaan keadaan yang sangat rumit. Namun, jika gas dipertahankan pada tekanan
rendah, persamaan keadaanya cukup sederhana yang dapat kita cari secara eksperimen. Gas
dengan massa jenis rendah sering disebut sebagai gas ideal, sangat mudah menyatakan jumlah
gas pada volume tertentu dengan jumlah mol n. satu mol suatu zat adalah jumlah zat yang

terkandung pada partikel penyusun yang disebut bilangan Avogadro N A  6.022  10 23 . 
Jumlah mol n suatu zat yang saling terkait dengan massa m dapat dinyatakan:

4|Page
m
n
M
Dimana M merupakan massa molar suatu substansi. Massa molar setiap unsur kimia
adalah massa atom yang dinyatakan dengan g/mol.
Kita asumsikan bahwa gas ideal terbatas pada wadah silinder yang volumenya dapat
divariasikan dengan menggunakan piston bergerak.
Bila kita asumsikan bahwa silinder tertutup (tidak bocor), massa gas dijaga tetap
(konstan). Ketika gas suhunya dijaga konstan, tekanannya berbanding terbalik terhadap
volumenya. Ketika tekanan gas dijaga konstan maka volumenya berbanding lurus terhadap
suhunya. Secara matematis dapat dinyatakan:
PV  nRT
Persamaan diatas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal bentuk ini dikenal dengan
hukum gas ideal. R merupakan konstanta gas, n adalah jumlah mol gas. Eksperimen pada gas

menunjukan bahwa tekanan mendekati nol, jumlah PV hamper memilki nilai yang sama
nT
dengan R untuk semua gas. R juga disebut konstanta gas universal. Dalam SI, tekanan
dinyatakan dalam pascal, volume dinyatakan dalam meter kubik . hasil PV memiliki satuan
newton. Meter atau joule dan R memiliki nilai:
R  8.314J / molK
Jika tekanan dinyatakan dalam atmosfer dan volume dalam liter (1L= 10 3 cm 3 =10 3 m 3 )
memiliki nilai R  0.,08214 Latm / molK .
Hukum gas ideal juga sering dinyatakan dengan total jumlah molekul N, hal ini
dikarenakan jumlah total molekul sama dengan jumlah mol n dan bilangan Avogadro.
Persamaanya dapat kita tuliskan
N
PV  nRT  RT
NA

PV  Nk BT
R
k B adalah konstanta Boltzman dengan nilai k B   1,38  10  23 J / K .
NA

2.1.3 Persamaan keadaan gas ideal


Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling berhubungan satu sama
lain. Besaran-besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V), dan temperatur mutlak (T).

5|Page
Hubungan ketiga besaran ini telah dipelajari dan diteliti oleh para ilmuwan. Untuk mengetahui
bagaimana hubungan ketiga variabel tersebut.
1. Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanan gas adalah
Robert Boyle (1627 - 1691). Boyle telah menyelidiki hubungan tekanan dan volume gas dalam
wadah tertutup pada temperatur tetap. Boyle menemukan bahwa : hasil kali tekanan dan
volume gas pada temperatur tetap adalah konstan. Hukum ini kemudian dikenal sebagai
Hukum Boyle. Secara matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk :

PV = konstan atau P1 V1 = P2 V2

Keterangan :
P1 = tekanan gas awal (N/m2)
P2 = tekanan gas akhir
V1 = volume gas awal (m3)
V2 = volume akhir
Dari persamaan Hukum Boyle tersebut, hubungan tekanan dan volume pada temperatur tetap
dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti :

Gambar 1. Grafik hubungan tekanan dan volume pada temperatur tetap.

2. Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles (1747 - 1823) menemukan bahwa:
volume gas berbanding lurus dengan temperatur mudaknya, jika tekanan gas di dalam

6|Page
ruang tertutup dijaga konstan. Pernyataan Charles ini dikenal sebagai Hukum Charles dan
dituliskan dalam bentuk persamaan :

𝑉 𝑉1 𝑉2
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 atau =
𝑇 𝑇1 𝑇1

Keterangan:
V1 = volume gas awal (m3)
V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K)
T2 = temperatur mutlak akhir (K)

Hubungan temperatur dan volume menurut Hukum Charles tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk grafik, seperti gambar berikut.

Gambar 2. Grafik hubungan volume dan temperatur pada tekanan tetap.


Jika digambarkan sampai temperatur rendah, grafik akan memotong sumbu di sekitar -273 °C
atau 0 K. Ini menunjukkan bahwa semua gas jika dapat didinginkan sampai volume -273 °C,
maka volumenya akan nol.
Grafik ini dapat berlaku untuk semua jenis gas. Semua jenis gas tidak dapat didinginkan
lagi, hingga tempteraturnya kurang dari -273 °C. Ini berarti temperatur -273 °C atau 0 K
merupakan suhu terendah yang dapat dicapai gas. Temperatur ini disebut temperatur nol
mutlak. Nol mutlak merupakan dasar bagi skala temperatur yang dikenal sebagai skala mutlak
atau skala Kelvin. Pada skala ini, temperatur dinyatakan dalam Kelvin (K).

7|Page
3. Hukum Gay Lussac
Seorang ilmuwan bernama Joseph Gay Lussac, telah menyelidiki hubungan tekanan
dan temperatur gas pada volume tetap. Gay Lussac menyatakan: Jika volume gas pada ruang
tertutup dibuat tetap, maka tekanan gas berbanding lurus dengan temperatur gas.
Pernyataan ini disebut Hukum Gay Lussac yang dituliskan dalam bentuk persamaan berikut
:
𝑃 𝑃1 𝑃2
= 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 atau =
𝑇 𝑇1 𝑇1

Persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk grafik seperti gambar berikut ini.

Gambar 3. Grafik hubungan tekanan dan temperatur pada volume tetap

4. Hukum Boyle - Gay Lussac


Ketiga hukum keadaan gas yang telah kita pelajari, yaitu hukum Boyle, hukum Charles,
dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan menjadi satu persamaan. Hasil gabungan ketiga
hukum tersebut dikenal sebagai hokum Boyle - Gay Lussac. Hukum ini dinyatakan dalam
bentuk persamaan :

𝑃𝑉 𝑃1𝑉1 𝑃2𝑉2
= 𝐾𝑂𝑁𝑆𝑇𝐴𝑁 atau 𝑇1
=
𝑇 𝑇2

8|Page
Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda mempunyai karakteristik yang
berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama. Untuk itu diperlukan satu konstanta lagi yang
dapat digunakan untuk semua jenis gas. Konstanta tersebut adalah konstanta Boltzman (k).
Jadi, dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut :

PV = NkT atau PV = nNAkT

Keterangan:
N = jumlah molekul gas
NA = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol)
n = jumlah mol gas
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)

Pada persamaan tersebut, NA k disebut dengan konstanta gas umum (R). Jadi, persamaan gas
tersebut dapat diubah menjadi :

PV = nRT
Keterangan:
R = konstanta gas umum
= 8,314 J/mol K
= 0,082 L atm/mol K
Persamaan inilah yang disebut dengan Persamaan Gas Ideal.

2.2 Menerapkan persamaan keadaan gas ideal


(Hukum Boyle)
1. Suatu gas dalam ruang tertutup dengan volum V dan suhu 27 oC mempunyai tekanan 1,5
. 105 Pa. Jika kemudian gas ditekan perlahan-lahan hingga volumnya menjadi ¼ V,
berapakah tekanan gas sekarang?
Penyelesaian :
Diketahui :
T1 = (27 + 273)K = 300 K
V1 = V

9|Page
V2 = ¼ V
P1 = 1,5 . 105 Pa (proses isotermik ditekan perlahan-lahan)
Ditanya: P2 = ...?
Jawab:
P1 . V1 = P2 . V2
1,5 x 105 . V = P2 . ¼ V
P2 = 5 x 105 Pa
(Hukum gay lusac)
2. Sebuah massa oksigen menempati 0,0200 m3 pada tekanan atmosfer 101 kPa, dan 5,0oC.
Tentukan volumenya jika tekanannya dinaikkan menjadi 108 kPa sementara
temperaturnya diubah menjadi 30oC.
Penyelesaian :
Diketahui :
P1 = 101 kPa
P2 = 108 kPa
V1 = 0,0200 m3
T1 = 5 + 273 = 278 K
T2 = 30 + 273 = 303 K
Ditanya : V2 = ..../
Jawab:
P1V1 P2V2

T1 T2
P1T2
V2  V1
P2T1

V2  0,0200
101303 m 3
108278
V2  0,0207m 3

(Hukum charles)
3. dalam suatu wadah tertutup, gas memuai sehingga volumenya berubah menjadi 3 kali
volume awal ( v = volume awal, T = suhu awal). Berapakah suhu akhirnya?
Penyelesaian :
Diketahui :
Volume awal ( Vawal ) = V

10 | P a g e
Volume akhir ( Vakhir ) = 3V
Suhu awal (T1) = T

Ditanya : Suhu akhir (T2)


Jawab:
𝑉
= 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇
𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
𝑉 3𝑉
=
𝑇 𝑇2
1 3𝑉
=
𝑇 𝑇2
𝑇2 = 3𝑇

4. Tentukan volume yang ditempati oleh 4,0 gr Oksigen (M = 32 kg/kmol) dalam keadaan
STP
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 4,0 gr = 4,0 x 10-3kg
R = 8341J/kmol K
T = 273 K
P = 1,01 x 105 N/m2
M = 32 kg/kmol
Ditanya : V = ....?
Jawab:
PV  nRT
m
PV  RT
M
 1  m 
V     RT
 P  M 
  4,0 x10 3 
8314 273m 3
1
V   
5 
 1, 01x10  32 
V  2,8 x10 3 m 3

11 | P a g e
2.3 Diagram gas ideal
2.3.1 Proses Isobarik
Proses isobarik merupakan suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap.

pv = RT

sehingga jika diilustrasikan pada grafik maka akan terlihat seperti grafik berikut ini:

Gambar 1 . Proses pada tekanan konstan (isobarik)


2.3.2 Proses Isokorik
Proses isokorik merupakan suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap.

pV= RT

sehingga jika diilustrasikan pada grafik maka akan terlihat seperti grafik berikut ini:

12 | P a g e
Gambar 2. Proses pada volume konstan (isokorik)
2.3.3 Proses Isotermal
Proses isotermal merupakan suatu proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap.

pV= RT

sehingga jika diilustrasikan pada grafik maka akan terlihat seperti grafik berikut ini:

Gambar 3. Proses pada temperatur konstan

Dari ketiga proses di atas (p,v,T, konstan), maka dapat di gambarkan pada masing-masing
diagram p,v,T.
 Untuk T = C  diagram p-v

Gambar 4. Diagram p-v

 Untuk V = C  diagram p-T

13 | P a g e
Gambar 5. Diagram p-T
 Untuk p = C  diagram v-T

Gambar 6. Diagram v-T

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Pengertian Gas ideal ditinjau dari segi mikroskopik dan makroskopik, Berdasarkan
teori kinetik, molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak mematuhi hukum
gerak Newton dan bertumbukan dengan molekul lain maupun dengan dinding
bejana tempat gas berada secara elastis sempurna. Dengan demikian, kita dapat
menganalisis sifat mikroskopis gas (massa, kelajuan, momentum, dan energi
kinetik) berdasarkan sifat makroskopis gas (tekanan, volum, dan suhu).
2) Persamaan keadaan gas ideal menurut hukum boyle yaitu ?

PV = konstan atau P1 V1 = P2 V2
Persamaan keadaan gas ideal menurut hukum charles yaitu

𝑉 𝑉1 𝑉2
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 atau =
𝑇 𝑇1 𝑇1
Persamaan keadaan gas ideal menurut hukumGay Lussac yaitu
:
𝑃 𝑃1 𝑃2
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 atau =
𝑇 𝑇1 𝑇1
Persamaan keadaan gas ideal menurut hukumBoyle - Gay Lussac yaitu

𝑃𝑉 𝑃1𝑉1 𝑃2𝑉2
= 𝐾𝑂𝑁𝑆𝑇𝐴𝑁 atau 𝑇1
=
𝑇 𝑇2

3) Penerapan persamaan keadaan gas ideal dapat diterapkan di berbagai soal-soal


fisika dengan menggunakan persamaan-persamaan yang sudah ada
4) Diagram gas ideal ada tiga proses di dalamnya yaitu 1) proses isobarik yaitu
merupakan suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap dengan rumus

2). Proses Isokorik yaitu merupakan suatu proses perubahan keadaan gas pada
volume tetap.

15 | P a g e
3). Proses Isotermal yaitu merupakan suatu proses perubahan keadaan gas pada
suhu tetap.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini bahwa
pembahasan tentang gas ideal merupakan pembahasan mengenai pengertian gas ideal
dari segi mikroskopik dan makroskopik serta menerapkan teori-teori yang ada sehingga
dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang banyak.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli. 1999. D. C. Fisika. Edisike 5, Jilid 1.Terjemahan :YuhilzaHanum. Jakarta :Erlangga.
Halliday, 1987.fisika edisi ke 3, jilid 1. Jakarta : Erlangga.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai