Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

I.I LATAR BELAKANG.............................................................................................................1

I.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................2

I.3 TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. HUKUM-HUKUM GAS........................................................................................................3

2.1 HUKUM BOYLE.................................................................................................................3

2.2 HUKUM CHARLES...........................................................................................................4

2.3 HUKUM GAY – LUSSAC ..................................................................................................5

2.4 HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC...................................................................................... 6

BAB III GAS IDEAL .................................................................................................................9

A. SIFAT GAS.............................................................................................................................9

B. VOLUME DAN TEKANAN...............................................................................................10

C. VOLUME DAN TEMPERATUR........................................................................................10

D. PERSAMAAN GAS IDEAL.................................................................................................12

E. HUKUM TEKANAN PARSIAL..........................................................................................13

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................16
KESIMPULAN .........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH swt. atas berkat dan rahmat
yang masih diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Gas Ideal” ini tepat pada waktunya . Tak lupa selawat dan salam kepada Nabi
Muhammad Saw. Yang telah memberi petunjuknya kepada kita semua.
Dan kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing mata
kuliah termodinamika yang telah mempercayakan judul makalah ini kepada kami.
Adapun jika ada didalam pembuatan makalah ini terjadi kesalahan baik didalam
penulisan maupun penjelasan, kami dari pihak pembuat meminta maaf yang sebesar-
besarnya .
Makalah ini dibuat bertujuan untuk tambahan ilmu bagi yang membacanya ,juga
sebagai wacana untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wa’salaikum salam wr.wb

Langsa, Desember 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada pembahasan ini (hukum-hukum gas – persamaan keadaan) sudah
menjelaskan secara panjang pendek mengenai hukum Boyle, hukum Charles dan hukum
Gay-Lussac. Ketiga hukum gas ini baru menjelaskan hubungan antara suhu, volume dan
tekanan gas secara terpisah. Hukum Robet Boyle hanya menjelaskan hubungan
antara Tekanan dan volume gas. Hukum Charles hanya menjelaskan hubungan
antara volume dan suhu gas. Hukum Gay-Lussac hanya menjelaskan hubungan
antara suhu dan tekanan gas. Perlu diketahui bahwa ketiga hukum ini hanya berlaku
untuk gas yang memiliki tekanan dan massa jenis yang tidak terlalu besar. Ketiga
hukum ini juga hanya berlaku untuk gas yang suhunya tidak mendekati titik didih.
Karena hukum Robet Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac tidak
berlaku untuk semua kondisi gas maka analisis kita akan menjadi lebih sulit. Untuk
mengatasi hal ini (maksudnya untuk mempermudah analisis), kita bisa membuat suatu
model gas ideal alias gas sempurna. Gas ideal tidak ada dalam kehidupan sehari-hari;
yang ada dalam kehidupan sehari-hari cuma gas riil alias gas nyata. Gas ideal cuma
bentuk sempurna yang sengaja kita buat untuk mempermudah analisis, mirip seperti
konsep benda tegar atau fluida ideal. Pendekatan yang lebih mudah Kita bisa
menganggap hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lusac berlaku pada semua
kondisi gas ideal, baik ketika tekanan dan massa jenis gas sangat tinggi atau suhu gas
mendekati titik didih. Adanya konsep gas ideal ini juga sangat membantu kita dalam
meninjau hubungan antara ketiga hukum gas tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini yang akan
dibahas adalah:
1.2.1 Apakah gas ideal itu?
1.2.2 Adakah perbedaan gas ideal dengan gas nyata?
1.2.3 Bagaimana bunyi hukum gas ideal?
1.2.4 Seperti apa bentuk-bentuk gas ideal?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH


Setiap kegiatan yang dilakukan scara sistematis pasti mempunyai tujuan yang
diharapkan, begitu pula makalah ini. Tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui apakah gas ideal itu
1.3.2 Mengetahui bunyi gas ideal itu
1.3.3 Mengetahui peranan gas ideal dalam kehidupan
1.3.4 Mengetahui bentuk-bentuk gas ideal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum-Hukum gas
Hukum-Hukum gas yang akan kita bahas antara lain :
2.1 Hukum Boyle
Robert Boyle (1627-1691) mengamati sebuah fenomena dari sebuah gas yang
terletak dalam sebuah wadah. Robert Boyle mencoba menyelidiki hubungan antara
tekanan dan volume gas dalam wadah tetutup pada suhu tetap. Dari percobaan tersebut
diperoleh hasil yang menyatakan bahwa “Jika suhu gas berada dalam wadah tertutup
(tidak bocor) dijaga tetap, tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya. Secara
matematis, penyataan di atas dinyataka sebagai :

dimana :
P1 = tekanan awal (N/m²)
P2 = tekanan akhir (N/m²)
V1 = volume awal (m³)
V2 = volume akhir (m³)

Gambar 2.1 Semprotan Obat Nyamuk


Persamaan (1) memperlihatkan hubungan antara volume dan tekanan gas yang
dikemukakan oleh Boyle. Salah satu penerapan prinsip hukum Boyle dapat dilihat pada
semprotan obat nyamuk (lihat gambar 2.1). Pompa berfungsi untuk mengubah volume
gas dalam tabung semprotan. Saat pompa digerakkan ke kanan maka volume gas akan
mengecil dan tekanan gas meningkat. Tekanan gas yang besar keluar melalui ujung
tabung dan membuat cairan pada pipa tadon tersemprot keluar. Sedangkan ketika
pompa ditarik kea rah kiri maka volume gas semakin besar dan tekanan gas dalam
tabung menjadi menurun.
Gambar 2.2 Grafik Hubungan antara Volume dan Tekanan gas pada Suhu tetap
Hubungan antara volume dan tekanan pada peristiwa tersebut dapat ditunjukkan melalui
grafik (lihat gambar 2.2). Grafik tersebut menunjukkan jika volume bertambah maka
tekanan gas akan berkurang.

2.2 Hukum Charles


Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Robert Boyle, Jacques Charles (1747-
1823) menggerakkan piston namun parameter yang dibuat konstan adalah tekanan gas.
Dari hasil percobaannya, Charles memperoleh kesimpulan bahwa “Jika gas dalam ruang
tertutup tekanannya dijaga konstan maka volume gas dalam jumlah tertentu berbanding
lurus dengan temperature mutlaknya. Selain itu Charles juga telah mampu menentukan
hubungan antara suhu dan volume secara kuantitaf. Berikut adalah persamaan
matematis untuk menggambarkan hubungan kedua variabel tersebut :

Dimana :
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)
V1 = volume awal (m³)
V2 = volume akhir (m³)
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara suhu dan volume
gas jika tekanan gas dijaga konstan.

Gambar 2.3 Grafik Hubungan antara Suhu dan Volume gas pada Tekanan tetap
Peristiwa yang ditunjukkan pada grafik dan persamaan dapat dilihat secara langsung
melalui balon yang ditempatkan pada mulut botol yang direndam air panas (lihat
gambar 2.4). Gambar 2.4 menunjukkan semakin tinggi suhu gas dalam botol maka
volume gas juga membesar.

Gambar 2.4 Balon Membesar Saat Botol Direndam Air Panas

2.3 Hukum Gay Lussac


Joseph gay-Lussac (1778-1850) menyatakan bahwa : “ Jika gas dalam wadah
tertutup volumenya dijaga konstan maka tekanan gas berbanding lurus dengan
temperatur mutlaknya”. Peristiwa yang berkaitan dengan pernyataan tersebut adalah
botol pengharum ruangan yang dipanaskan. Semakin tinggi suhu botol saat dipanaskan
maka semakin besar pula tekanan gas dalam botol sehingga menyebabkan botol
akhirnya meledak. Secara matematis hubungan antara suhu dan tekanan adalah:
dimana :
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)
P1 = tekanan awal (N/m²)
P2 = tekanan akhir (N/m²)
Berikut ini terdapat grafik yang menunjukkan hubungan antara suhu dan tekanan
pada volume ruang yang tetap.

Gambar 2.5 Grafik Hubungan antara Suhu dan Tekanan gas pada Volume tetap

2.4 Hukum Boyle-Gay Lussac


Berdasarkan 3 hukum yang telah dijelaskan di atas maka diperoleh Hukum
Boyle-Gay Lussac yang menyatakan hubungan antara suhu, tekanan dan volume gas
yang secara matematis sebagai berikut :
dimana :
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)
V1 = volume awal (m³)
V2 = volume akhir (m³)
P1 = tekanan awal (N/m²)
P2 = tekanan akhir (N/m²)
Persamaan di atas hanya digunakan pada keadaan gas yang massanya tetap atau
jumlah partikel konstan dalam ruang tertutup rapat. Sedangkan pada peristiwa dimana
jumlah partikel gas dalam wadah berubah, persamaan tersebut tidak berlaku.

Gambar 2.6 Orang Meniup Balon

Misalkan saat seseorang meniup balon maka partikel gas dalam balon tersebut
akan bertambah. Persamaan yang digunakan dalam peristiwa ini adalah :
dimana :
P = tekanan gas (N/m²)
V = volume gas (m³)
N = banyak partikel
k = konstanta Boltzmann = 1,381×10-23 J/K
T = suhu mutlak (K)
BAB III
GAS IDEAL

Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan
bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahasa
hubungan antara volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam
gas nyata, dan teori kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan
utamanya terutama tentang perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didisuksikan.
Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga
bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah
contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.

A. Sifat gas
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut :
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak
diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya
akan menjadi tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas
akan mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan
mengkerut.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu
cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu
tidak akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli
berapapun suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe
alat pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah
Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013 hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering
digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.

B. Volume dan tekanan


Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak
abad 17 oleh Torricelli dan filsuf /saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle
mengamati bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu
merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung delas yang tertutup di salah satu
ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekanan lebih
besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu
itu, dan ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang.
Setelah ia melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaannya untuk
menggambarkan hubungan antara volume V dan tekanan P gas.
Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan)

C. Volume dan temperatur


Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan mulai tertarik pada
hubungan antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena balon termal menjadi
topik pembicaraan di kotakota waktu itu. Kimiawan Perancis Jacques Alexandre César
Charles (1746-1823), seorang navigator balon yang terkenal pada waktu itu, mengenali
bahwa, pada tekanan tetap, volume gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan.
Hubungan ini disebut dengan hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak
kuantitatif. Gay-Lussac lah yang kemudian memplotkan volume gas terhadap
temperatur dan mendapatkan garis lurus. Karena alasan ini hukum Charles sering
dinamakan hukum Gay-Lussac. Baik hukum Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira
diikuti oleh semua gas selama tidak terjadi pengembunan.
Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum Charles. Dengan
mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur, volumes menjadi nol pada
temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat volumenya menjadi nol sekiatar -
273°C (nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk semua gas. Ini mengindikasikan bahwa
pada tekanan tetap, dua garis lurus yang didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan
V2 dua gas 1 dan 2 terhadap temperatur akan berpotongan di V = 0.
Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson (1824-1907)) megusulkan
pada temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara dengan molekul tanpa
gerakan dan dengan demikian volumenya menjadi dapat diabaikan dibandingkan
dengan volumenya pada temperatur kamar, dan ia mengusulkan skala temperatur baru,
skala temperatur Kelvin, yang didefinisikan dengan persamaan berikut.
273,2 + °C = K (6.2)
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur absolut, dan 0 K disebut
dengan titik nol absolut. Dengan menggunakan skala temperatur absolut, hukum
Charles dapat diungkapkan dengan persamaan sederhana
V = bT (K) (6.3)
dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis gas.
Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan molekular. Dari sudut
pandang ini, nol absolut khususnya menarik karena pada temperatur ini, gerakan
molekular gas akan berhenti. Nol absolut tidak pernah dicapai dengan percobaan.
Temperatur terendah yang pernah dicapai adalah sekitar 0,000001 K.
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan
tekanan yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum Avogadro.
Hal ini sama dengan menyatakan bahwa volume real gas apapun sangat kecil
dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas
sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni
massa molekul atau massa atom gas, dengan mudah didapat.
D. Persamaan gas ideal
Esensi ketiga hukum gas di atas dirangkumkan di bawah ini. Menurut tiga
hukum ini, hubungan antara temperatur T, tekanan P dan volume V sejumlah n mol gas
dengan terlihat.
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat
digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/P
atau
PV = nRT
R adalah tetapan baru.
Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas ideal atau lebih
sederhana persamaan gas ideal.Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang
merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada
satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3 atm mol-1 K-1. Kini,
nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan.

Latihan 1. Persamaan gas ideal


Sampel metana bermassa 0,06 g memiliki volume 950 cm3 pada temperatur
25°C. Tentukan tekanan gas dalam Pa atau atm).
Jawab:
Karena massa molekul CH4 adalah 16,04, jumlah zat n diberikan sebagai n = 0,60
g/16,04 g mol-1 = 3,74 x 10-2 mol.
Maka,
P = nRT/V
= (3,74 x10-2 mol)(8,314 J mol-1 K-1) (298 K)/ 950 x 10-6 m)
= 9,75 x 104 J m-3= 9,75 x 104 N m-2
= 9,75 x 104 Pa = 0,962 atm
Dengan bantuan tetapan gas, massa molekul relatif gas dapat dengan mudah
ditentukan bila massa w, volume V dan tekanan P diketahui nilainya. Bila massa molar
gas adalah M (g mol-1), akan diperoleh persamaan
PV = wRT/M
maka
M = wRT/PV

E. Hukum tekanan parsial


Dalam banyak kasus Anda tidak akan berhadapan dengan gas murni tetapi
dengan campuran gas yang mengandung dua atau lebih gas. Dalton tertarik dengan
masalah kelembaban dan dengan demikian tertarik pada udara basah, yakni campuran
udara dengan uap air. Ia menurunkan hubungan berikut dengan menganggap masing-
masing gas dalam campuran berperilaku independen satu sama lain.
Anggap satu campuran dua jenis gas A (nA mol) dan B (nB mol) memiliki
volume V pada temperatur T. Persamaan berikut dapat diberikan untuk masing-masing
gas.
pA = nART/V (6.8)
pB = nBRT/V (6.9)
pA dan pB disebut dengan tekanan parsial gas A dan gas B. Tekanan parsial adalah
tekanan yang akan diberikan oleh gas tertentu dalam campuran seandainya gas tersebut
sepenuhnya mengisi wadah.
Dalton meyatakan hukum tekanan parsial yang menyatakan tekanan total P gas sama
dengan jumlah tekanan parsial kedua gas. Jadi,
P = pA + pB = (nA + nB)RT/V (6.10)
Hukum ini mengindikasikan bahwa dalam campuran gas masing-masing
komponen memberikan tekanan yang independen satu sama lain. Walaupun ada
beberapa gas dalam wadah yang sama, tekanan yang diberikan masing-masing tidak
dipengaruhi oleh kehadiran gas lain.
Bila fraksi molar gas A, xA, dalam campuran xA = nA/(nA + nB), maka pA dapat juga
dinyatakan dengan xA.
pA = [nA/(nA + nB)]P (6.11)
Dengan kata lain, tekanan parsial setiap komponen gas adalah hasil kali fraksi
mol, xA, dan tekanan total P. Tekanan uap jenuh (atau dengan singkat disebut tekanan
jenuh) air disefinisikan sebagai tekanan parsial maksimum yang dapat diberikan oleh
uap air pada temperatur tertentu dalam campuran air dan uap air. Bila terdapat lebih
banyak uap air, semua air tidak dapat bertahan di uap dan sebagian akan mengembun.

Latihan 3. Hukum tekanan parsial


Sebuah wadah bervolume 3,0 dm3 mengandung karbon dioksida CO2 pada
tekanan 200 kPa, dansatu lagi wadah bervolume 1,0 dm3 mengandung N2 pada tekanan
300 kPa. Bila kedua gas dipindahkan ke wadah 1,5 dm3. Hitung tekanan total campuran
gas. Temperatur dipertahankan tetap selama percobaan.

Jawab:
Tekanan parsial CO2 akan menjadi 400 kPa karena volume wadah baru 1/2 volume
wadah sementara tekanan N2 adalah 300 x (2/3) = 200 kPa karena volumenya kini
hanya 2/3 volume awalnya. Maka tekanan totalnya 400 + 200 = 600 kPa.

Tekanan gas adalah gaya yang diberikan oleh gas pada satu satuan luas
dinding wadah. Torricelli, ilmuan dari Italia yang menjadi asisten Galileo adalah orang
pertama yang melakukan penelitian tentang tekanan gas ia menutup tabung kaca
panjang di satu ujungnya dan mengisi dengan merkuri. Kemudian ia menutup ujung
yang terbuka dengan ibu jarinya, membalikkan tabung itu dan mencelupkannya dalam
mangkuk berisi merkuri,dengan hati-hati agar tidak ada udara yang masuk. Merkuri
dalam tabung turun, meninggalkan ruang yang nyaris hampa pada ujung yang tertutup,
tetapi tidak semuanya turun dari tabung. Merkuri ini berhenti jika mencapai 76 cm di
atas aras merkuri dalam mangkuk (seperti pada gambar dibawah). Toricelli
Menunjukkan bahwa tinggi aras yang tepat sedikit beragam dari hari ke hari dan dari
satu tempat ke tempat yang lain, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh atmosfer
bergantng pada cuaca ditempat tersebut. Peralatan sederhana ini yang disebut
Barometer.
1.Barometer
Hubungan antara temuan Toricelli dan tekanan atmosfer dapat dimengerti
berdasarkan hokum kedua Newton mengenai gerakan, yang menyatakan bahwa:
Gaya = massa x percepatan
F=mxa
Dengan percepatan benda (a) adalah laju yang mengubah kecepatan. Semua
benda saling tarik-menarik karena gravitasi, dan gaya tarik mempengaruhi percepatan
setiap benda. Percepatan baku akibat medan gravitasi bumi (biasanya dilambangkan
dengan g, bukannya a) ialah g = 9,80665 m s-2. Telah disebutkan di atas bahwa tekanan
adalah gaya persatuan luas.

2. Suhu
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat merasakan panas atau dingin. Kita bisa
mendeskripsikan bahwa kutub utara mempunyai suhu yang sangat dingin atau
mendeskripsikan bahwa Surabaya atau Jakarta mempunyai suhu yang panas pada siang
hari. Ilustrasi diatas merupakan dua ekspresi dari suhu, akan tetapi apakah kita tau
definisi dari suhu itu sendiri? Definisi suhu merupakan hal yang sepele tapi sulit untuk
disampaikan tetapi lebih mudah untuk dideskripsikan.
Penelitian pertama mengenai suhu dilakukan oleh ilmuan Perancis yang bernama
Jacques Charles.

3.Campuran Gas
Pengamatan pertama mengenai perilaku campuran gas dalam sebuah wadah
dilakukan oleh Dalton , ia menyatakan bahwa tekanan total, Ptol, adalah jumlah tekanan
parsial setiap gas. Pernyataan ini selanjutnya disebut sebagai Hukum Dalton, hukum ini
berlaku untuk gas dalam keadaan ideal. Tekanan parsial setiap komponen dalam
campuran gas ideal ialah tekanan total dikalikan dengan fraksi mol komponen tersebut.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian
tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahasa hubungan
antara volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata,
dan teori kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia.
Persamaan gas ideal
1.Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
2.Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
3.Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama (hukum Avogadro)
Pada tekanan tetap, volume gas akan meningkat bila temperaturnya dinaikkan.
Hubungan ini disebut dengan hukum Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak
kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Bahl.Arun dkk. 1999. Essential.Of Physical Chemistry.Chandigarh : S.Chand

Sembiring, Argon. 2000. Kimia Fisika l. Jakarta : Universitas Terbuka

Maron, Samuel H dan Jerome B. Lando. Fundamental of Physical Chemistry. London :


Collier Macmillan Publisher

Mulyani, Sri. 2004. Kimia Fisika l. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia

Nurachmandani,setya. 2007. Fisika 2. Surakarta : Grahardi


TUGAS !

SOAL DAN PEMBAHASAN

1.Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris hingga
volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan usaha luar gas
tersebut?
Pembahasan
Dik :
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
V1 =4,5 m3
V2 =2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris (Tekanan Tetap)

Dit:
W.. ?
W = P (∆V)
W = P (V2-V1)
W = 2,02 x 105 (4,5-2,0)
W =5,05 x 105 joule

2. 1,5 m3 gas helium yang bersuhu 27 ᵒC dipanaskan secara isobarik sampai 87 ᵒC. Jika
tekanan gas helium 2 x 105 N/m2 , gas helium melakukan usaha luar sebesar….?

Pembahasan
Dik :
V1 = 1,5 m3
T1 = 270C = 300 K
T2 = 870C = 360 K
P = 2 x 105 N/m2

Dit:
W...?
W = P(∆V)
Mencari V2 :
V2/ T2 = V1/T1
V2 = (V1/T1) x T2
= (1,5/300) x 360 = 1,8 m3
Maka, W = P(∆V)
W = 2 x 105 (1,8 - 1,5) = 0,6 x 105 J = 60 x 103 KJ
3. Diketahui 2000/693 mol gas helium pada suhu tetap 27 ᵒC mengalami perubahan
volume dari 2,5 liter menjadi 5 liter. Jika R = 8,314 J/mol K dan ln 2 = 0,693 tentukan
usaha yang dilakukan gas helium!
Pembahasan

Dik :
n = 2000/693 mol
V1 =2,5 L
V2 = 5 L
T = 270C = 300 K

Dit:
Usaha (W) yang dilakukan gas...?
W = nRT ln (V2/V1)
W = (2000/693 mol) (8,314 J/mol K) (300 K) ln (5 L / 2,5 L )
W = (2000/693) (8,314) (300) (0,693) = 4988,4 J

4. Mesin Carnot bekerja pada suhu tinggi 600 K, untuk menghasilkan kerja mekanik.
Jika mesin menyerap kalor 600 J dengan suhu rendah 400 K, maka usaha yang
dihasilkan adalah….
A.120 J
B.124 J
C.135 J
D.148 J
E.200 J
(Sumber Soal : UN Fisika P04 No.18)
Pembahasan
ῃ = ( 1 – Tr / Tt ) x 100 %
Hilangkan saja 100 % untuk memudahkan perhitungan :
ῃ = ( 1 – 400/600) = 1/3
ῃ = ( W/Q1)
1/3 = W/600
W = 200 J
5. Diagram P−V dari gas helium yang mengalami proses termodinamika ditunjukkan
seperti gambar berikut!

Pembahasan Usaha yang dilakukan gas helium pada proses ABC sebesar….
A. 660 kJ
B. 400 kJ
C. 280 kJ
D. 120 kJ
E. 60 kJ

WAC = WAB + WBC


WAC = 0 + (2 x 105)(3,5 − 1,5) = 4 x 105 = 400 kJ

6. Suatu mesin Carnot, jika reservoir panasnya bersuhu 400 K akan mempunyai
efisiensi 40%. Jika reservoir panasnya bersuhu 640 K, efisiensinya…..%

A.50,0
B.52,5
C.57,0
D.62,5
E.64,5

Pembahasan

Data pertama:
η = 40% = 4 / 10
Tt = 400 K

Cari terlebih dahulu suhu rendahnya (Tr) hilangkan 100 % untuk mempermudah
perhitungan:
η = 1 − (Tr/Tt)
4 / 10 = 1 − (Tr/400)
(Tr/400) = 6 / 10
Tr = 240 K

Data kedua :
Tt = 640 K
Tr = 240 K (dari hasil perhitungan pertama)
η = ( 1 − Tr/Tt) x 100%
η = ( 1 − 240/640) x 100%
η = ( 5 / 8 ) x 100% = 62,5%

7. Perhatikan gambar berikut ini!

Jika kalor yang diserap reservoir suhu tinggi adalah 1200 joule, tentukan :
a) Efisiensi mesin Carnot
b) Usaha mesin Carnot
c) Perbandingan kalor yang dibuang di suhu rendah dengan usaha yang
dilakukan mesin Carnot
d) Jenis proses ab, bc, cd dan da

Pembahasan
a) Efisiensi mesin Carnot
Data :
Tt = 227ᵒC = 500 K
Tr = 27ᵒC = 300 K
η = ( 1 − Tr/Tt) x 100%
η = ( 1 − 300/500) x 100% = 40%

b) Usaha mesin Carnot


η = W/Q1
4/10 = W/1200
W = 480 joule
c) Perbandingan kalor yang dibuang di suhu rendah dengan usaha yang
dilakukan mesin Carnot
Q2 = Q1 − W = 1200 − 480 = 720 joule
Q2 : W = 720 : 480 = 9 : 6 = 3 : 2
d) Jenis proses ab, bc, cd dan da
ab → pemuaian isotermis (volume gas bertambah, suhu gas tetap)
bc → pemuaian adiabatis (volume gas bertambah, suhu gas turun)
cd → pemampatan isotermal (volume gas berkurang, suhu gas tetap)
da → pemampatan adiabatis (volume gas berkurang, suhu gas naik)

8.Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti pada gambar P − V di atas. Kerja
yang dihasilkan pada proses siklus ini adalah….kJ

A. 200
B. 400
C. 600
D. 800
E. 1000

Pembahasan
W = Usaha (kerja) = Luas kurva siklus = Luas bidang abcda
W = ab x bc
W = 2 x (2 x 105) = 400 kilojoule

9. 4 liter gas oksigen bersuhu 27°C pada tekanan 2 atm (1 atm = 105 Pa) berada dalam
sebuah wadah. Jika konstanta gas umum R = 8,314 J.mol−1.K−1 dan bilangan avogadro
NA 6,02 x 1023molekul, maka banyaknya molekul gas oksigen dalam wadah adalah…

Pembahasan
Diketahui :
Volume gas (V) = 4 liter = 4 dm3 = 4 x 10-3 m3
Suhu gas (T) = 27oC = 27 + 273 = 300 Kelvin
Tekanan gas (P) = 2 atm = 2 x 105 Pascal
Konstanta gas umum (R) = 8,314 J.mol−1.K−1
Bilangan Avogadro (NA) = 6,02 x 1023
Ditanya : Banyaknya molekul gas oksigen dalam wadah (N) ..?
Jawab :
Konstanta Boltzmann :

Hukum Gas Ideal (dalam jumlah molekul, N)

Dalam 1 mol gas oksigen, terdapat 1,93 x 1023 molekul oksigen.

10.Sebuah bejana berisi gas neon (Ne, massa atom = 20 u) pada suhu dan tekanan
standar (STP mempunyai volume 2 m3. Tentukan massa gas neon!

Diketahui :
Massa atom neon = 20 gram/mol = 0,02 kg/mol
Suhu standar (T) = 0oC = 273 Kelvin
Tekanan standar (P) = 1 atm = 1,013 x 105 Pascal
Volume (V) = 2 m3

Ditanya : massa (m) gas neon ?


Jawab :
Pada suhu dan tekanan standar (STP), 1 mol gas apa saja, termasuk gas neon,
mempunyai volume 22,4 liter = 22,4 dm3 = 0,0448 m3. Dengan demikian, dalam
volume 2 m3 terdapat berapa mol gas neon ?

Dalam volume 2 m3 terdapat 44,6 mol gas neon.


Massa atom relatif gas neon adalah 20 gram/mol. Ini artinya dalam 1 mol terdapat 20
gram atau 0,02 kg gas neon. Karena dalam 1 mol terdapat 0,02 kg gas neon maka dalam
44,6 mol terdapat (44,6 mol)(0,02 kg/mol) = 0,892 kg = 892 gram gas neon.

Anda mungkin juga menyukai