Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

ACARA PRAKTIKUM KE-2

Nama : Kinanti Najwa Assyifa


NIM : 24020220140064
Kelompok :4
Hari, tanggal : Selasa, 29 September 2020
Asisten : Mirendi Mukhayar

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
PROGAM STUDI BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
ACARA II & III
PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

I. TUJUAN
1.1 Mampu membuat dan mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
1.2 Mampu mengukur konsentrasi larutan melaui proses titrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar
sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar
(mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.,
2015)
2.1.1 Molaritas
Molaritas atau kemolaran adalah salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi
(kepekatan) larutan yang dinyatakan sebagai M. Kemolaran menyatakan
jumlah mol zat terlarut dalamtiap liter lerutan, atau jumlah mmol zat terlarut
dalam ml larutan.
n n n n
M = mol L−1 M = molL atau M = mmolm L−1 M = mmolmL
V V V V
Dengan M adalah molaritas, n adalah jumlah mol terlarut., dan v adalah
volume larutan. Molaritas atau kemolaran dapat diturunkan melalui proses
pengenceran dengan konsekuensi akan terjadi perubahan volume larutan.
Proses pengenceran dilakukan dengan cara menambah air murni (aquades) ke
dalam larutan sehingga didapat kemolaran yang diinginkan. Proses
pengenceran dapat dilakukan dengan cara mengikuti formulasi sebagai
berikut :
V1 M1 = V2 M2
Dimana V 1adalah volume mula-mula dalam satuan liter atau milliliter (l atau
ml), M 1 adalah molaritas mula-mula dalam mol L−1 atau mmolm L−1, V 2 adalah
volume setelah pengenceran dalam l atau ml dan M 2 adalah molaritas setelah
pengenceran dalam mol L−1 atau mmolm L−1 (Wulandari dan Yulkifli, 2018).
2.1.2 Molalitas
Kemolalan menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.
mol zat pelarut
m=
1 kg pelarut
mol zat terlarut
m=
1000 g pelarut

g
m=
Mr
P
1000
g 1000
m= ×
Mr P
Dengan Mr adalah massa molar dan P adalah berat pelarut (gram) (Wulandari
dan Yulkifli, 2018).
2.1.3 Normalitas
Normalitas yaitu ukuran yang menunjukkan konsentrasi dengan berat setara
dalam gram per liter larutan. Berat setara itu sendiri adalah ukuran kapasitas
reaktif dari suatu molekul yang terlarut dalam larutan. Dalam reaksi, peran zat
terlarut tersebut adalah akan menentukan normalitas suatu larutan. Normalitas
juga dikenal dengan sebagai satuan konsentrasi larutan yang setara.
Normalitas dapat disingkat dengan huruf “N” yang merupakan salah satu cara
efektif dan berguna dalam proses laboratorium. Secara umum, normalitas
hamper sama dengan molaritas atau M. Jika molaritas merupakan satuan
konsentrasi yang mewakili konsentrasi ion terlarut ataupun senyawa terlarut
dalam suatu larutan, normalitas memiliki fungsi yang lebih lengkap dimana
normalitas mewakili konsentrasi molar hanya dari komponen asam atau
komponen basa saja.
Komponen asam pada umumnya merupakan jumlah ion H+ yang berada dalam
larutan asam, sedangkan komponen basa adalah ion terlarut OH– dalam larutan
basa (Pangestu,2019).
jumlah mol ekivalen zat terlarut
Normalitas ( N )=
volume larutan
massa zat × e
Normalitas ( N )=
Mr × Volume
Normalitas ( N )=M × e
Dimana M adalah molaritas dari larutan dan e adalah ekivalen dari larutan
(Pangestu,2019).
2.3 Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi/kadar suatu analit (senyawa yang dianalisis) dalam sampel. Reagen yang
digunakan untuk menitrasi disebut titran.
Sedangkan larutan yang dititrasi disebut titrat. Titrat pada volume tertentu
direaksikan dengan titran yang telah diketahui konsentrasinya tetes demi tetes hingga
terjadi perubahan yang menandakan titik ekuivalen.
Titrasi asam basa dapat diartikan sebagai penentuan konsentrasi asam dalam
larutan dengan cara menitrasinya dengan larutan basa yang telah diketahui
konsentrasinya, atau sebaliknya.
Pada titrasi terjadi perubahan pH, misalkan pada titrasi asam kuat oleh basa kuat,
maka pH akan meningkat sedikit demi sedikit hingga mendekati titik ekuivalen,
kemudian meningkat secara signifikan dan kembali meningkat secara perlahan
setelah melewati titik ekuivalen (Yuliantito,2020)
2.4 Indikator asam-basa
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam
maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-asam
kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).
Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga yang
relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya
produksi yang tinggi (Nuryanti et al., 2010).
2.5 HCL
Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa
asam. Garam (NaCl) tidak dikonsumsi pada proses elektro kimia, oleh karena itu
untuk membuat konsentrasi elektrolit konstan perlu ditambahkan larutan dalam hal
ini adalah H2O atau aquades. Konsentrasi yang semakin tinggi yaitu gabungan antara
NaCl dan H2O akan menyebabkan kadar hidrogen dan asam yang terbentuk semakin
tinggi (Budiman, A. 2012).
2.6 NaOH
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan
dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan
dalam air. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida
dari udara bebas. NaOH digunakan untuk menggantikan kapur dan natrium karbonat
dalam pembuatan telur pidan dalam industri yang lebih modern (Prasetya, 2012).
III.METODE
3.1 Alat
3.1.1. Gelas piala
3.1.2. Gelas ukur
3.1.3. Pipet tetes
3.1.4. Pipet ukur
3.1.5. Pipet gondok
3.1.6. Labu takar
3.1.7. Buret
3.2 Bahan
3.2.1. Etanol 70%
3.2.2. Natrium hidroksida (99%, Merck)
3.2.3. Asam klorida (36%, Merck)
3.2.4. Asam oksalat dihidrat (99,5%, Merck)
3.2.5. Akuades komersial
3.2.6. Indikator fenolftalein (Merck)
3.2.7. Indikator metil jingga (Merck)
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Membuat Larutan HCl 0,1 M sebanyak 250 ml

Basis = 1000 ml
Kadar HCl = 37%
Ρ HCl = 119 gr/ml
Berat HCl = 1000 m x 1,19 gr/ml = 1190 gr
Beat HCl murni = 37% x 1190 gr = 440,3 gr

440,3 gram
M HCl Pekat = gr
36,5 .1 liter
mol

= 12,063 M

V1.N1 = V2.N2
V1. 12,063 = 250. 0,1
V1 = 2,07 ml
Prosedur :
1. Disiapkan pipet ukur dan Labu takar 250 ml
2. Larutan asam klorida pekat diambil sebanyak 2,07 mL dengan menggunakan
pipet ukur dan masukkan dalam labu takar 250 ml, lakukan dalam lemari
asam.
3. Setelah dimasukkan dalam labu akar 250 mL Labu takar tersebut diisi
dengan sekitar 20-25 mL akuades.
4. Tambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas. Labu takar
ditutup dan dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Labu takar yang
telah berisi larutan disebut Larutan A (Larutan HCl).
3.3.2. Membuat Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 500 ml
500
. 0,1. 40=2 gram
1000
1. NaOH sebanyak 2 gram dan masukkan dalam beaker glass 500 ml
2. Tambahkan aquadest sampai 500 ml

3.3.3. Standardisasi Larutan NaOH dengan HCl 0,1 M


1. Dipipet sebanyak 10 ml HCl dan masukkan dalam erlenmeyer 100 ml
2. Tambahkan 2 tetes indikator pp 1%
3. Titrasi dengan larutan NaOH standard sampai terbentuk warna merah yang
konstan
4. Catat larutan NaOH yang digunakan

IV.HASIL PENGAMATAN

No Titer Titrat Indikator asam basa Volume Volume Konsentrasi


Titer Titrat Titer

1 HCL NaOH Phenolftalein 11,77221 ± 10,65 – 11 0,1 N


mL mL
V. PEMBAHASAN
Praktikum Kimia Dasar Acara ke 2 dan 3 yang berjudul Pembuatan dan
Penentuan Konsentrasi Larutan memiliki tujuan mahasiswa mampu membuat larutan
dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan larutan serta mengukur konsentrasi dan
pH larutan, Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan aplikasi ms teams.
Pada tanggal Selasa, 29 September 2020.
Alat yang digunakan : gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet
gondok,labu takar, buret. Bahan yang digunakan : asam klorida pekat, larutan natrium
hidroksida 0,1 M, pellet natrium, hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil
merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, akuades. Cara kerja : membuat
Larutan HCl 0,1 M sebanyak 250 ml, membuat Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 500 ml,
kemudian standardisasi Larutan NaOH dengan HCl 0,1 M.
5.1 Pengenceran larutan
Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan
yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan
volume dan konsentrasi tertentu Utami dan Hikmayanti(2019).
Pengenceran juga mengacu pada sebuah proses penambahan pelarut tambahan ke
solusi untuk bisa mengurangi  konsentrasi yang ada. Pada proses ini menjaga
jumlah zat terlarut konstan. Tetapi meningkatkan jumlah total larutan, sehingga
proses ini dapat mengurangi proses konsentrasinya. Pengenceran juga bisa di
capai dengan mencampurkan larutan serta konsentrasi yang lebih tinggi dengan
sebuah larutan identik dan konsentrasi yang lebih rendah.
Solusi pengenceran merupakan salah satu proses yang sangat di butuhkan di
laboratorium, karena larutan stok sering di beli dan disimpan dalam bentuk yang
sangat pekat. Agar solusi dapat digunakan di laboratorium  ( untuk titrasi
misalnya ), mereka harus secara akurat diencerkan ke sebuah konsentrasi yang
telah diketahui lebih rendah (Ulty,2020).
Cara kerja pengenceran HCl dan NaOH adalah sebagai berikut :
Membuat Larutan HCl 0,1 M sebanyak 250 ml

Basis = 1000 ml
Kadar HCl = 37%
Ρ HCl = 119 gr/ml
Berat HCl = 1000 m x 1,19 gr/ml = 1190 gr
Beat HCl murni = 37% x 1190 gr = 440,3 gr

440,3 gram
M HCl Pekat = gr
36,5 .1 liter
mol

= 12,063 M
V1.N1 = V2.N2
V1. 12,063 = 250. 0,1
V1 = 2,07 ml
Prosedur :
1. Disiapkan pipet ukur dan Labu takar 250 ml
2. Larutan asam klorida pekat diambil sebanyak 2,07 mL dengan
menggunakan pipet ukur dan masukkan dalam labu takar 250 ml, lakukan
dalam lemari asam.
3. Setelah dimasukkan dalam labu akar 250 mL Labu takar tersebut diisi
dengan sekitar 20-25 mL akuades.
4. Tambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas. Labu takar
ditutup dan dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Labu takar
yang telah berisi larutan disebut Larutan A (Larutan HCl).
Membuat Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 500 ml
500
. 0,1. 40=2 gram
1000
1. NaOH sebanyak 2 gram dan masukkan dalam beaker glass 500 ml
2. Tambahkan aquadest sampai 500 ml

Standardisasi Larutan NaOH dengan HCl 0,1 M


1. Dipipet sebanyak 10 ml HCl dan masukkan dalam erlenmeyer 100 ml
2. Tambahkan 2 tetes indikator pp 1%
3. Titrasi dengan larutan NaOH standard sampai terbentuk warna merah
yang konstan
4. Catat larutan NaOH yang digunakan
5.2 Titrasi
Dari hasil pengamatan titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu
larutan dengan cara mereaksikan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.
Sesuai dengan pendapat Yuliantito(2020) menyatakan bahwa Titrasi merupakan
metode analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi/kadar suatu analit
(senyawa yang dianalisis) dalam sampel. Reagen yang digunakan untuk menitrasi
disebut titran.
Dari hasil pengamatan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan titrasi
adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar,
buret dan bahan yang digunakan adalah indikator asam basa,akuades, titran dan
titer. Hal ini juga dinyatakan oleh Chemslaboratory(2015) bahwa peralatan yang
umum dipakai untuk keperluan titrasi adalah buret dan statis, erlenmeyer, labu
ukur, pipet ukur, gelas arloji, pipet tetes, dan karet penghisap. Bahan yang
digunakan untuk melakukan titrasi juga dinyatakan oleh Apriani et.al.(2016)
bahwa sampel yang digunakan yaitu akuades (H2O), titer, titran dan indikator.
Dari hasil pengamatan reaksi asam basa dalam titrasi merupakan reaksi yang
dapat menghasilkan reaksi penetralan. Sesuai dengan pendapat Putri(2016)
menyatakan bahwa dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka akan
digunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri.
Sebaliknya jika menentukan sampel yang bersifat asam maka menggunakan
larutan standar bassa dan dikenal istilah alkalimetri Titrasi asam-basa sering
disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, dapat menggunakan
larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
netralisasi.
Dari hasil pengamatan, cara pembacaan skala pada buret saat melakukan titrasi
adalah dengan cara posisi mata tegak lurus dengan buret, lalu memperhatikan
tanda meniskus. Sesuai dengan pendapat Pratiwi(2013) bahwa cara membaca
skala itu dengan cara memperhatikan tanda meniskus lalu dilihat ketelitian angka
ada dua angka dibelakang koma, pembacaan volume dibaca dari atas ke bawah.
Cara menentukan volume zat pada buret adalah dengan memakai rumus (volume
akhir-volume awal = volume zat (ml).
Dari hasil pengamatan cara menghitung kasar suatu asam atau basa yaitu dapat
Mr ×m
menggunakan rumus %=
10× ρ

Sesuai dengan pendapat Yuliantito(2020) bahwa penentuan kadar suatu asam dan
basa menggunakan rumus

5.3 Indikator asam basa


Dari hasil pengamatan indikator merupakan senyawa khusus yang ditambahkan
pada larutan, untuk mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator asam
basa biasanya adalah asam atau basa organik lemah. Hal ini juga dinyatakan oleh
Nuryanti et al.(2010) bahwa indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang
dapat bereaksi dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai
dengan konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan
pada titrasi basa kuat-asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya
indikator fenolftalein (pp). Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual
di pasaran dengan harga yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia,
ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi.
Prinsip kerja indikator fenolftalein dan metil merah yaitu fenolftalein merupakan
pewarna yang berperan sebagai indikator titrasi asam-basa. Fenolftalein berubah
dari yang tidak berwarna dalam larutan asam menjadi warna merah muda di
larutan basa. Indikator metil merah merupakan indikator yang juga digunakan
dalam proses titrasi asam-basa karena memiliki perubahan warna yang kontras.
Metil merah akan berwarna kuning dalam keadaan basa dan berwarna merah
dalam keadaan asam. Sesuai dengan pendapat Safrizal(2017) bahwa pada
lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa
berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Larutan metil
merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan
asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan
netral berwarna kuning.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan konsentrasi/kadar
suatu analit (senyawa yang dianalisis) dalam sampel itu dengan titrasi. Pembuatan
dan penentuan konsetrasi larutan ini banyak menggunakan rumus diantaranya rumus
molaritas,molalitas,normalitas, dan lain sebagainya. Dari pengamatan ini juga dapat
disimpulkan bahwa indikator untuk melakukan titrasi bermacam-macam. Indikator
fenolftalein tidak berwarna tetapi jika dalam larutan basa akan menjadi warna merah
sedangkan indikator metil merah itu berwarna kuning dalam keadaan basa dan akan
berwarna merah jika dalam keadaan asam.
DAFTAR PUSTAKA

Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak Terhadap Desorpsi
Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal.
Vol.1 (1) : 636-642.
Apriani, Ftri et.al. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin) Sebagai
Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat dan Asam Kuat. JKK. 5(4) : 74-78.
Budiman , A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju
Pelepasan Material Pada Proses Electrochemical Mechining. Jurnal Teknik Pomits. 1 (1) : 1-5.
Chemslaboratory. (2015). Alat-alat Dalam Titrasi. Chemistry Laboratory. Diakses dari :
https://chemslaboratory.wordpress.com/2015/04/18/alat-alat-dalam-titrasi/. [diakses 6 Oktober
2020, 5.36].
Prasetya, A., Widhiyanuraiyawan, D. & Sugiarto. (2012). Pengaruh konsentrasi naoh terhadap
kandungan gas CO2 dalam proses purifikasi biogas sistem continue. repository. Fakultas
Teknik. Universitas Brawijaya. Malang.
Putri, Triani, Dewita. (2016). Titrasi Asam Basa. Google Site. Diakses dari :
https://sites.google.com/site/dewitatrianiputri/materi-pembelajaran/kelas-xi/bab-14-konsep-
asam-basa/d-titrasi-asam-basa [diakses 6 Oktober 2020, 7.05]
Pratiwi. (2013). Meniskus Zat Cair, Penimbangan Selisih , Pembacaan Skala Pada Alat Gelas.
Diakses dari : http://allthehiddenknowledgepratiwi.blogspot.com/2013/07/meniskus-zat-cair-
penimbangan-selisih.html [diakses 6 Oktober 2020, 7.49].
Pangestu, Aji. (2019). Pengertian Normalitas, Rumus, Contoh Soal, dan Jawabannya. Pakar
Kimia. Diakses dari : https://www.pakarkimia.com/normalitas/ [diakses 5 Oktober 2020, 11.23]
Ratnasari, S., Suhendar, D., Amalia. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor)
Sebagai Indikator Titrasi Asam- Basa. , Jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

Safrizal, Rino. (2017). Indikator Asam Basa. Rino Safrizal. Diakses dari :
https://rinosafrizal.com/indikator-asam-basa/ [diakses 6 Oktober 2020, 8.10].
Utami, Lisa dan Mainur Hikmayanti. 2019. Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa
Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 9
(1).
Ulty. (2020). Prinsip Pengenceran Larutan. Lancang Kuning. Diakses dari :
https://lancangkuning.com/post/17045/prinsip-pengenceran-larutan.html#:~:text=Teknik
%20Pengenceran,ke%20stok%20yang%20di%20berikan. [diakses 6 Oktober 2020, 5.07].
Wulandari, Ayu, Delvi dan Yulkifli. 2018. Studi Awal Rancang Bangun Colorimeter Sebagai
Pendeteksi Pada Pewarna Makanan Menggunakan Sensor Photodioda. Pillar of Physics. 11 (2) :
81 – 87.
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. dan Raharjo, T.J., 2010, Indikator Titrasi Asam-Basa dari
Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L). Agritech. 30 (3): 178-183.
Yuliantito. (2020). Titrasi Asam Basa: Pengertian, Rumus, Contoh Soal. Rumus Pintar. Diakses
dari : https://rumuspintar.com/titrasi-asam-basa/ [diakses 5 Oktober 2020, 16.05]
LEMBAR PENGESAHAN

Bogor , 29 September 2020


Mengetahui
Asisten, Praktikan,

Mirendy Mukhayar Kinanti Najwa Assyifa


NIM 2402021814002 NIM 24020220140064

Anda mungkin juga menyukai