Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

ANALISA KONSENTRASI
Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Kimia Analisa

Disusun Oleh :
Kelompok II (A1)

Rodyanda NIM. 210140001


Sri Marlia Devi NIM. 210140005
Mulia Rahmi NIM. 210140010
Triana Indah Frastika NIM. 210140021
Salsabil Utami NIM. 210140028
Dimas Anggara Wansyah NIM. 210140030

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
ABSTRAK

Percobaan berjudul analisa konsentrasi kadar NaCl dan % HCl dalam air keran
bertujuan untuk menghitung kadar NaCl dalam air laut dan menghitung % HCl
dalam air keran. Percobaan analisa konsentrasi NaCl dalam air laut menggunakan
jenis titrasi argentometri yang menghasilkan endapan yang menandai bahwa titrasi
telah berakhir.Prosedur kerja yang dilakukan adalah 50 ml air laut dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditetesi indikator K2CrO4 terjadi perubahan warna pada air
laut menjadi berwarna kuning yang disebabkan adanya kandungan kalium pada
larutan tersebut. Lalu dilakukan titrasi dengan AgNO3 dan menghabiskan volume
titrasi sebanyak 1,9 ml dan terdapat endapan putih pada larutan. Kadar NaCl
berturut-turut sebesar 2,22 Mg/L. Pada percobaan analisa % HCl ini dilakukan
dengan metode titrasi alkalimetri dimana untuk menentukan kadar asam dari suatu
larutan menggunakan penitran suatu basa dalam hal ini penitrannya NaOH.
Prosedur kerja yang dilakukan adalah 5 ml air keran dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 ml aquades yang berfungsi sebagai penjelas
warna yang menunjukkan tercapainya titik akhir titrasi. Larutan ditetesi indikator
PP dan dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan menghabiskan volume titrasi
sebanyak 0,7 ml dan 0,5 ml, terjadi perubahan warna. %HCl yang didapat pada
kedua sampel adalah 0,504 %, 0,36 % dan 0,72%.

Kata Kunci : Indikator, Kadar, Konsentrasi, Titrasi, Volume.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Analisa Konsentrasi


1.2 Tanggal Praktikum : 23 Maret 2022
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Rodyanda NIM. 210140001
2. Sri Marlia Devi NIM. 210140005
3. Mulia Rahmi NIM. 210140010
4. Triana Indah Frastika NIM. 210140021
5. Salsanila Utami NIM. 210140028
6. Dimas Anggara W. NIM. 210140030
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Menentukan kadar CO2 dalam air sampel
2. Untuk memenuhi kadar NaOH dalam air
sampel
3. Untuk menghitung kadar NaCl dalam air
sampel
4. Untuk menghitung kadar % HCl dalam air
sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan merupakan campuran homogen sehinga setiap bagiannya


mempunyai perbandingan yang tetap antara zat terlarut dengan zat pelarut. Zat
pelarut mempunyai jumlah lebih banyak dan dapat menguraikan zat terlarut
menjadi ukuran lebih kecil atau lebih sederhana. Sifat larutan ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Hal itu berarti bahwa larutan yang
mempunyai konsentrasi sama akan mempunyai sifat yang sama juga (Sagala,
2013).
Dalam larutan netral atau sedikit alkali (basa), kalium kromat (K 2CrO4)
dapat menunjukkan titik akhir pada penitrasian klorida dengan perak nitrat
(AgNO3). Perak klorida akan diendapkan seluruhnya sebelum terbentuk perak
kromat (Ag2CrO4) yang berwarna kuning kemerah-merahan. Larutan merupakan
sistem terdispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehingga tidak
dapat dibedakan antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun
menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi. Konsentrasi
larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan pelarut (Antasari, 2012).

2.1 Konsentrasi Larutan


Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan zat pelarutnya sedikit maka
dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya
apabila pelarut sangat banyak maka dikatakan bahwa larutan ini encer atau
konsentrasi sangat rendah. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara
yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah zat mol terlarut dalam 1 liter larutan atau
jumlah milimol zat terlarut dalam 1 mili liter dalam larutan. Keuntungan
menggunakan satuan molaritas adalah kemudahan perhitungan dalam
stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan
jumlah partikel sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidak
tepatan dalam pengukuran volume. Selain itu, volume suatu cairan berubah sesuai
temperatur, sehingga larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi
zat apapun. Dimana rumus molaritas yaitu :
gr 1000
M= x .............................................(2.1)
mr V (m L)
Keterangan
M = molaritas suatu zat (mol/L)
n = mol zat terlarut (mol)
V = volume larutan (liter)
2.1.2 Molalitas
Molalitas disebut juga sebagai konsentrasi molal adalah ukuran
konsentrasi dari suatu larutan dalam hal jumlah zat dalam massa tertentu dari
pelarut. Dimana rumus dari molalitas yaitu :
gr 1000
m= x .........................................(2.2)
mr gr pelarut
Keterangan
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = gram
Mr = molekul relatif
grpelarut = gram dari suatu larutan
2.1.3 Normalitas
Normalitas (N) suatu larutan ialah jumlah gram ekuivalen zat terlarut
yang terkandung didalam satu liter larutan. Bobot ekuivalen ialah fraksi (bagian)
bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu fraksi kimia, dan 1
gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada satu mol.Adapun rumus
normalitas :
gr 1000
N= ×
BE ml larutan
......................................... (2.3)
2.1.4 Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan jumlah zat mol suatu zat dalam larutan
terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan. Jumlah fraksi mol dari komponen
dalam setiap larutan adalah :
n terlarut
X terlarut = ..........................(2.4)
n terlarut+n pelarut
n pelarut
X pelarut = ...........................(2.5)
n terlarut+n pelarut
2.1.5 Persentase (%)
Persentase adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
Dalam bidang kimia sering digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan.
Persen konsentrasi dapat dinyatakan dengan persen berat atau massa dan persen
volume. Persen massa menunjukkan massa suatu zat dalam 100 gram larutannya.
Persen volume adalah satuan yang menunjukkan volume suatu zat dalam 100 ml
larutannya. Persamaannya adalah sebagai berikut :
gram zat terlarut
% = x 100% ........................(2.6)
gram larutan

2.2 Pembuatan Larutan dari Zat Berbentuk Cairan


Larutan-larutan yang tersedia di dalam laboratorium umumnya dalam
bentuk pekat.Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah
biasanya dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan
aquades ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquades ini mengakibatkan
konsentrasi berubah dan volume diperbesar tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan aquades saja, sehingga jumlah
mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut
sesudah pengenceran (Tim Kimia Analisa, 2014).

2.3 Hubungan Pengenceran Molaritas ataupun Normalitas


Sebelum melakukan perhitungan volume cairan haruslah dicatat nilai dan
konsentrasi cairan yang akan diencerkan. Tetapkan besarnya volume larutan encer
yang akan dibuat. Asam-asam pekat yang diperdagangkan pada labelnya dapat
ditemukan nilai molar, persen (b/b) dan massa jenisnya. Hubungan matematis dari
pengenceran adalah :
V1 × M 1 = V2 × M2................................................................(2.7)
V1 × N1 = V2 × N2..................................................................(2.8)
Keterangan :
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
N1 = normalitas sebelum pengenceran
N2 = normalitas sesudah pengenceran
Dalam kimia analisa kuantitatif, metode analisa dibagi menjadi beberapa
cara. Volumetri yaitu suatu metode berdasarkan pengukuran volume larutan yang
tepat dimana larutan ini kemudian akan digunakan untuk reaksi. Gravimetri
adalah suatu metode untuk menentukan banyaknya suatu unsur dengan
menentukan berat zat yang terbentuk pada suatu reaksi.Analisa gas yaitu untuk
menentukan volume suatu jenis gas dalam suatu campuran gas. Kalorimetri yaitu
berdasarkan perbedaan dalam intensitas warna yang timbul. Nefalometri yaitu
berdasarkan kekeruhan suatu unsur dalam suatu larutan yang dibandingkan
dengan kekeruhan larutan standar. Potensiometri yaitu dengan mengukur
potensial yang timbul pada larutan (Tim Kimia Analisa, 2014).

2.4 Titrasi
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal
sebagai analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam
bentuk larutan. Jenis-jenis titrasi dibedakan menjadi 4 yaitu:
2.4.1 Titrasi Redoks
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor
atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi antara analit dengan
titran, dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Analit yang
mengandung reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan standar
dari oksidator atau sebaliknya. Secara umum terdapat tiga macam reaksi redoks :
1. Titrasi Iodin (Iodometri dan iodimetri)
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).
a. Titrasi langsung (iodimetri)
Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin yang
bereaksi secara langsung. Iodium merupakan oksidator yang relative kuat
dengan nilai potensial reaksi sebesar +0,535 V. Iodium akan mereduksi
senyawa–senyawa yang memiliki potensial reduksi lebih kecil
dibandingkan dengan iodium.
b. Titrasi tak langsung (iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada
sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator
seperti CuSO4.5H2O. Iodometri terjadi pada zat yang bersifat oksidator
seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida
yang ditambahkan membentuk iodin. Metode titrasi iodometri (tak
langsung) menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan
kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks.

2. Titrasi permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganate (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.

3. Titrasi Bromo (bromometri dan bromatometri)


Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu
zat dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau
molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang
lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh electron dan
dalam proses itu zat tersebut direduksi.

2.4.2 Titrasi Kompleksasi


Titrasi kompleksasi ini merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi
atau juga pembentukan ion kompleks. Biasanya digunakan untuk dapat
menganalisa kadar logam pada larutan sampel yang dapat membentuk kompleks
dengan larutan standar yang biasanya itu merupakan ligan.

2.4.3 Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa ialah metode analisis kuantitatif dengan reaksi asam
basa. Sesuai dengan persamaan umum reaksi asam basa = asam+ basa menjadi
garam+ air. Indikator yang biasa digunakan ialah indikator yang dapat
memprofilkan perubahan warna pada trayek pH tertentu.
Pada saat larutan basa ditetesi dengan larutan asam, pH larutan akan turun.
Sebaliknya, jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan
naik. Jika pH larutan asam atau basa diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan
basa atau asam yang diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang disebut
kurva titrasi. Kurva titrasi menunjukkan perubahan pH larutan selama proses
titrasi asam dengan basa atau sebaliknya. Bentuk kurva titrasi memiliki
karakteristik tertentu yang bergantung pada kekuatan dan konsentrasi asam dan
basa yang bereaksi (Mulyono, 2006).

2.4.4 Titrasi Argentometri


Titrasi argentometri merupakan jenis titrasi yang digunakan khusus untuk
reaksi pengendapan. Prinsip umumnya ialah mengenai kelarutan serta juga tetapan
hasil kali kelarutan dari reagen-reagen yang bereaksi. Dengan secara umum,
metode titrasi argentometri terdapata empat macam.
1. Metode Mohr
Metode Mohr digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan
AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi
kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya
Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir
berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode
ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
2. Metode Volhard
Dengan Metode Volhard ini, larutan standar AgNO 3 berlebih ditambahkan
ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan
ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat
(KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik
ekivalen, terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih.
Kelebihan titran menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk
senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang berwarna merah. Metode ini
ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna dan didasarkan pada
pengendapan perak tiosianat dalam AgNO3 dengan menggunakan besi
(III).
3. Metode Fajans 
Metode ini menggunakan indikator adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari
reaksi utama tersebut dapat menyerap indikator adsorpsi pada
permukaannya sehingga endapan itu  terlihat berwarna. Penyerapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Cara kerja indikator adsorpsi ialah
sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik
yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.Misalnya fluoresein
yang digunakan dalam titrasi ion klorida.
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasi tidak ditentukan dengan indikator, akan
tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih,
tetapi pada pengocokan akan larut kembali, karena terbentuk kompleks
sianida yang stabil dan larut (Tim kimia analis, 2014)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Analisa Konsentrasi CO2
1. Buret 1 buah
2. Pipet tetes 1 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
b. Analisa Konsentrasi
1. Buret 1 buah
2. Pipet Tetes 2 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
c. Analisa Konsentrasi Nacl
1. Buret 1 buah
2. Pipet Tetes 2 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
5. Labu Ukur 100 ml 1 buah
d. Analisa % HCl
1. Buret 1 buah
2. Pipet Tetes 2 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
3.1.2 Bahan-Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Analisa Konsentrasi CO2
1. Air Sungai 5 ml
2. Indikator PP 3 tetes
3. NaOH 0,1 N secukupnya
B. Analisa Konsentrasi NaOH
1. Air pembersih toilet 5 ml
2. Tio 0,1 N 1 ml
3. HCl 0,1 N secukupnya
4. Indikator metyl orange 3 tetes
5. Indikator PP 3 tetes
C. Analisa Konsentrasi NaCl
1. Air laut (sudah diencerkan) 5 ml
2. Indikator K2CrO4 3 tetes
3. AgNO3 0,1 N secukupnya
D. Analisa Konsentrasi % HCl
1. Air Kran 5 ml
2. Indikator PP 3 tetes
3. NaOH 0,1 N secukupnya

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
3.2.1 Analisa Konsentrasi CO2
1. Dipipet sampel sebanyak 5 ml, masukkan kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan Indikator PP sebanyak 3 tetes
3. Dititrasi dengan larutan NaOH
4. Dihitung kadar CO2
A×N× 44
(Mg/L) = x1000
sampel (mL)
3.2.2 Analisa Konsentrasi NaOH
1. Dimasukkan 5 ml sampel kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan thio 1 N.
3. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP dan homogenkan.
4. Dititrasi dengan larutan 0,1 N HCl.
5. Ditambahkan 3 tetes Indikator MO, titrasi dilanjutkan dan catat volume
titrasinya.
6. Dihitung kadar NaOH
A×N× BE
(gr/L) =
sampel x 1000
3.2.3 Analisa Konsentrasi NaCL
1. Dimasukkan 10 ml sampel dan diencerkan sampai 100 ml.
2. Diambil sampel yang telah diencerkan sebanyak 5 ml dan masukkan
kedalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan Indikator K2CrO4 sebanyak 3 tetes.
4. Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N, dicatat volume titrasi sampai end
point.
5. Dihitung kadar NaCl
A×N× BE
NaCl (Mg/L) =
sampel x 1000
3.2.4 Analisa % HCl
1. Dimasukkan 5 ml sampel kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP
3. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai dengan end pont.
4. Dihitung kadar % HCl
A×N× BE
% HCl (Mg/L) = x100%
sampel x 1000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa konsentrasi CO2 ditunjukkan
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisa konsentrasi CO2 pada air sungai.
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar CO2

1. 5 ml sampel + 3 tetes - berwarna bening


Indikator PP
2. Titrasi dengan NaOH 0,1N - berwarna ungu
Run I = 0,7 ml -kadar CO2 I = 6,16

Run II = 0,6 ml Mg/l

Run III = 1,4 ml -kadar CO2 II = 5,28


Mg/l
-kadar CO2III =
12,32
Mg/l

(Sumber : Praktikum Analisa Konsentrasi, 2022)


Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa konsentrasi NaOH
ditunjukkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisa konsentrasi NaOH dalam air pembersih toilet
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar NaOH
1. 5 ml sampel + thio 1 -berwarna biru muda
ml dan keruh
2. Titrasi dengan HCl -berwarna biru muda
dan keruh
Run I = 1,4 ml
Run II = 1,1 ml
Run III = 3,0 ml
3. Titrasi dengan - berwarna orange
menggunakan
Metyl orange
4. Titrasi kembali dengan - berwarna merah
HCl Run I = 3 ml -kadar NaOH I = 3,52 Mg/l

Run II = 1,9 ml -kadar NaOH II = 2,9 Mg/l

Run III = 3,4 ml -kadar NaOH III= 5,76Mg/l

(Sumber : Praktikum Analisa Konsentrasi, 2022)


Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa konsentrasi NaCl ditunjukkan
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Analisa Konsentrasi NaCl dalam air laut
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar NaCl
1. 10 ml sampel diencerkan dengan -menghasilkan
100 ml aquades dan diambil 5ml warna kuning
+ 3 tetes Indikator K2CrO4 - larutan jernih
2. Titrasi dengan AgNO3 -menghasilkan
endapan putih
-kadar NaCl I =
Run I = 1,9 ml 2,2 Mg/l
Run II = 1,9 ml -kadar NaCl I =
2,2 Mg/l
Run III = 1,9 ml -kadar NaCl I =
2,2 Mg/l
(Sumber : Praktikum Analisa Konsentrasi, 2022)
Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa % HCl ditunjukkan pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Analisa % HCl pada Air keran
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar %HCL
1. 5 ml sampel + 3 tetes Indikator -berwarna bening
PP
2. Titrasi dengan NaOH 0,1 N -berwarna ungu -kadar %HCl I=
Run I = 0,7 ml
0,504%
Run II = 0,5 ml
Run III = 0,5 ml

-kadar % HCl II
=0,36 %
-kadar % HCl III
= 0,72 %
(Sumber : Praktikum Analisa Konsentrasi, 2022 )

4.2 Pembahasan
Pada percobaan analisa konsentrasi CO2 pada air sungai dibutuhkan air
sampel 5 ml lalu ditetesi dengan Indikator PP larutan air sungai yang berwarna
kecoklatan dan keruh menjadi bening, disebabkan oleh pengaruhnya tetesan dari
Indikator PP yang memiliki nilai Ph nya delapan, saat akan dititrasinya dengan
menggunakan reagen NaOH 0,1 N mampu mengubah dari warna larutan yang
bening menjadi ungu disebabkan reagen yang digunakan adalah basa kuat yang
nilai PH nya 12-14. Kadar CO2 dari sungai Krueng Geukuh dapat kita katakan
dalam keadaan baik untuk ekosistem air, karena kadar CO 2 yang dimiliki oleh
sungai Krueng Geukuh yaitu 7,92 Mg/l, serta kadar CO 2 pada sungai ini pun
sangat sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh pihak pemerintah yaitu 15
Mg/l. Tujuan dari penentuan kadar ini oleh pemerintah yaitu untuk
keberlangsungan organisme yang ada disungai dan jauh dari kata pencemaran air
(Agoes Soegianto, 2018).
Pada analisa konsentrasi NaOH menggunakan sampel dari air untuk
pembersih toilet dibutuhkan 5 ml air yang sudah tercampur dengan pembersih
toilet dan ditambahkan thio 1 ml serta 3 tetes Indikator PP sehingga akan
membuat warna larutan berubah dari warna larutan sampel yang biru pekat
menjadi biru muda jernih yang dipengaruhi oleh Indikator PP dan thio, karena
fungsi dari thio adalah untuk katalisator. Larutan pun dititrasi dengan HCl
menghasilkan larutan keruh, karena reagen yang yang digunakan reagen bersifat
asam. Larutan yang keruh diteteskan dengan Indikator Metyl Orange dan larutan
berubah menjadi orange dan saat dititrasi dengan HCl pada tahap kedua mampu
mengubah warna larutan menjadi merah yang menandakan bahwa larutan tersebut
bersifat asam kuat. Kadar rata-rata dari analisa konsentrasi NaOH pada air
pembersih toilet yaitu 3,89 Mg/l, sehingga dengan kadar 3,89 Mg/l dapat kita
katakan sangatlah berbahaya untuk kulit kita, karena NaOH yang kadarnya tinggi
bersifat korosi, kadar NaOH yang bisa digunakan dan sesuai dengan standar
nasional Indonesia yaitu 2,50 Mg/l dengan syarat 80 % air dan bahan penetral
lainnya, khususnya bahan keperluan untuk rumah tangga seperti sabun, kosmetik,
detergen dan bahan pembersih lainnya sesuai dengan SNI dan BPOM, demi
adanya produk yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan (Agoes
Soegianto, 2018).
Pada analisa NaCl menggunakan air laut dibutuhkan 5 ml air laut yang
sudah diencerkan dengan 1000 ml aquades dengan ditambahkannya Indikator
K2CrO4 sebanyak 3 tetes menghasilkan warna kuning yang jernih disebabkan oleh
warna dari Indikator K2CrO4 lalu saat dititrasi dengan reagen AgNO3
menghasilkan endapan berwarna putih. Karena nacl bereaksi dengan indikator
k2cro4 menghasilkan senyawa nacl sehingga terbentukny endapan putih yaitu
endapan AgCl. Reaksi pembentukannya adalah sebagai berikut :
NaCL + AgNO3 → AgCl + NaNO3.................................................(4.1)
Kadar dari rata-rata NaCl pada air laut yaitu 2,22 Mg/l dapat dikatakan masih
sesuai dengan kadar NaCl, karena kadar NaCl nya masih dibawah 3 sampai 5
Mg/l atau 100-300mm NaCl/l. Kadar NaCl yaang cukup tinggi sangatlah
berbahaya untuk dikonsumsi, disebabkan kadar NaCl yang tinggi mampu
memicunya penyakit pada sistem transportasi tubuh manusia seperti hipertensi.
BPOM pun menyatakan bahwa NaCl yang layak dikonsumsi ialah garam yang
beryodium karena mampu untuk penyembuhan pada penyakit kelenjar. Garam
yang beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang
digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi satndar nasional Indonesia
antara lain mengandung yodium sebesar 30-80 ppm.
Pada percobaan analisa persen HCl didapatkan hasilnya berwarna bening
yang dipengaruhi oleh 5 ml air kran ditambahkan 3 tetes Indikator PP, saat
dititrasi dengan NaOH menghasilkan warna larutan menjadi ungu dipengaruhi
oleh NaOH dengan kadar rata-rata %HCl pada air kran ialah 0,528%, sehingga
dapat dikatakan air kran tersebut layak dikonsumsi dalam keperluan sehari-hari
karena %HCl pada air kran belum pada 1%, disebabkan oleh pengaruh letak mata
airnya. Kadar %HCl untuk 1% tidak layak untuk dikonsumsi dalam keperluan
sehari-hari karena %HCl pada air kran belum pada 1%, disebabkan oleh pengaruh letak
mata airnya. Kadar %HCl untuk 1% tidak layak untuk dikonsumsi karena dapat
mengubah warna larutan yang keruh serta Phnya tidak sesuai lagi. Menurut Permenkes RI
nomor 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat kualitas air bersih, nilai PH sebaiknya tidak
kurang dari 6,5 atau lebih dari 8,5. Namun jika kadar %HCl 1% pada air kran yang
mengakir melalui perpipaan Phnya akan menjadi 3,5.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada percobaan analisa konsentrasi CO2 dalam air sungai didapatkan kadar
CO2 sebesar 6,12 Mg/l, 5,28 Mg/l dan 12,32 Mg/l dengan kadar rata-rata
CO2 sebesar 7,92 Mg/l.
2. Pada percobaan analisa NaOH pada air pembersih toilet didapatkan
volume titrasi sebesar 1,4 ml, 3ml dan 3,4 ml dengan rata-rata kadar
NaOH sebesar 3,89 Mg/l.
3. Pada percobaan analisa NaCl pada air laut didapatkan volume titrasi
sebesar 1,9 ml, 1,9 ml dan 1,9 ml dengan rata-rata kadar NaCl pada air laut
sebesar 2,22 Mg/l.
4. Pada percobaan analisa %HCl pada air kran didapatkan volume titrasi 0,7
ml, 0,5 ml, dan 0,5 ml dengan rata-rata kadar %HCl sebesar 0,528 %.

5.2 Saran
Pada percobaan analisa konsentrasi selanjutnya dapat menggunakan
larutan NH4OH sebagai titran dan dapat menggantikan sampel dengan disenfektan
sesuai dengan titrasi asam kuat dan basa lemah.
DAFTAR PUSTAKA

Antasari, Ina. 2012. Metode Juara Kimia. Yogyakarta : Easymedia.


Agoes Soegianto, 2012. Ilmu Lingkungan,Sarana Menuju Masyarakat. Surabaya :
Airlangga Uneversity Press.
Mulyono, 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Sagala, Morli. 2014. Modul Kimia Analitik Terapan Kelas XI. Medan : SMKN 3
Medan.
Sunardi dan Nurliani, 2008. Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi dengan
Aktivator Natrium Karbonat (Na2CO3) 5 % dalam Air Ledeng. Jurnal
Teknologi Hasil Hutan.
Tim Kimia Analisa. 2014. Penuntun Kimia Analisa Titrimetri dan Gravimetri.
Medan : SMKN 3 Medan
Underwood, A.L. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Analisa Kadar CO2


A x N x BE
CO2 =
Volume Sampel x 1000
0,7 x 1 x 44
= 5 x 1000

= 6,16 Mg/l
A x N x BE
CO2 =
Volume Sampel x 1000
0,6 x 1 x 44
= 5 x 1000

= 5,28 Mg/l
A x N x BE
CO2 =
Volume Sampel x 1000
1,4 x 1 x 44
= 5 x 1000

= 12,32 Mg/l

2. Analisa Kadar NaOH


A x N x BE
NaOH =
Volume Sampel x 1000
1,4 x 3,2 x 0,1 x 40
= 5 x 1000

= 3,52 Mg/l

A x N x BE
NaOH =
Volume Sampel x 1000
1,1 x 1,9 x 0,1 x 40
= 5 x 1000

= 2,4 Mg/l
1,9 x 0,1 x 58,44
= 5 x 1000

= 2,22 Mg/l
A x N x BE
NaCl =
Volume Sampel x 1000
1,9 x 0,1 x 58,44
= 5 x 1000

= 2,22 Mg/l
A x N x BE
NaCl =
Volume Sampel x 1000
1,9 x 0,1 x 58,44
= 5 x 1000

= 2,22 Mg/l

4. Analisa % HCl
Diketahui : A run I = 0,7 mL
A run II = 0,5 mL
A run III = 1,0 mL
N =1
BE = 36
Volume Sampel = 5 mL
Ditanya : Kadar % HCl pada air keran?
Penyelesaian:
A x N x BE
% HCl = x100 %
Volume Sampel x 1000
0,7 x 1 x 36
= 5 x 1000 x 100 %

= 0,504 %
A x N x BE
% HCl = x100 %
Volume Sampel x 1000
0,5 x 1 x 36
= 5 x 1000 x 100 %

= 0,36 %
A x N x BE
% HCl = x100 %
Volume Sampel x 1000
1,0 x 1 x 36
= 5 x 1000 x 100 % = 0,72 %

LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

NAMA DAN GAMBAR


NO FUNGSI
ALAT
1 Buret

Untuk mengukur volume cairan yang


keluar seperti pipet dalam proses titrasi.

2 Gelas kimia

Sebagai tempat untuk melarutkan zat


yang tidak butuh ketelitian yang tinggi.

3 Erlenmeyer

Digunakan sebagai tempat mereaksikan


sampel

4 Corong Untuk memindahkan larutan dari tampat


satu ketempat yang lain.
Pipet Tetes

Untuk memindahkan cairan dari satu


5 wadah ke wadah lainnya dalam jumlah
yang sangat kecil

6 Labu ukur

Digunakan untuk mengencerkan suatu


sampel.

7 Gelas Ukur

Untuk mengukur volume zat cair yang


digunakan

Anda mungkin juga menyukai