Anda di halaman 1dari 23

BAB I

1.1 Molaritas Larutan

Molaritas yaitu besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut pada tiap satuan volume
larutan. Satuan molaritas ialah molar (M) yang sama dengan mol/liter. Jika terdapat n mol
senyawa terlarut dalam V liter larutan, maka rumus molaritas larutan yaitu :

𝑛
M=
𝑉

Namun, apabila mol tidak diketahui, dan hanya terdapat massa larutan dan massa molekul relatif,
maka rumus molaritas larutan yaitu :

Keterangan:
M = molaritas suatu zat (mol/L)
V = volume larutan (ml)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)

1.2 Molalitas Larutan

Molalitas yaitu besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut pada tiap satuan berat pelarut.
Satuan molalitas ialah molal (m) yang sama dengan mol/kilogram. Jika n mol senyawa
dilarutkan dalam P kilogram pelarut, maka rumus molalitas larutan yaitu :

Apabila yang diketahui, massa zat pelarut, maka rumus molalitas larutan yaitu :

1
1.3 Normalitas Larutan

Normalitas yaitu besaran yang menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut pada tiap satuan
volume larutan. Satuan normalitas ialah normal (N) yang sama dengan mol ekivalen/liter. Rumus
normalitas larutan adalah :

Keterangan:
N = normalitas ( mol ek/L)
V = volume larutan (liter)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat

ek adalah mol ekivalen yaitu jumlah mol dikali jumlah ion H+ atau ion OH–
Jika n mol zat terlarut mengandung sebanyak a ion H+ atau OH–, maka rumus mol ekivalen (ek)
ialah :

Ek = n x a

1.4 Perbedaan Molaritas dan Molalitas

Molaritas dan molalitas keduanya merupakan pengukuran konsentrasi larutan. Molaritas


adalah perbandingan mol terhadap volume larutan sedangkan molalitas adalah rasio mol
terhadap massa larutan. Sebagian besar, tidak masalah konsentrasi konsentrasi yang kita
gunakan. Namun, molalitas lebih disukai bila larutan akan mengalami perubahan suhu, karena

2
mengubah suhu mempengaruhi volume (dengan demikian mengubah konsentrasi jika
menggunakan molaritas). Molaritas, juga dikenal sebagai konsentrasi molar, adalah jumlah mol
zat per liter larutan. Larutan yang dilabeli dengan konsentrasi molar dilambangkan dengan huruf
besar M. Larutan 1,0 M artinya, larutan tersebut mengandung 1 mol zat terlarut per liter larutan.

Molitas adalah jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut. Yang penting massa pelarut
yang digunakan dan bukan massa larutannya. Larutan yang diberi label dengan konsentrasi molal
dilambangkan dengan huruf kecil m. Larutan 1,0 m artinya, larutan tersebut mengandung 1 mol
zat terlarut per kilogram pelarut.

Untuk larutan berair (larutan dimana air adalah pelarut) di dekat suhu kamar, perbedaan
antara larutan molar dan molal dapat diabaikan. Ini karena di sekitar suhu kamar, air memiliki
kerapatan 1 kg / L. Ini berarti “per L” molaritas sama dengan “per kg” dari molalitas.

Untuk pelarut seperti etanol dimana densitasnya adalah 0,789 kg / L, larutan 1 M akan
menjadi 0,789 m.

Bagian penting dalam mengingat perbedaannya adalah:

Molaritas – M → mol per liter larutan


molalitas – m → mol per kilogram pelarut

1.5 Contoh Soal

Contoh perhitungan mol

Hitunglah jumlah mol dari 10 gram garam dapur (NaCl) yang diketahui mempunyai massa relatif
molekul 58,5.
Jumlah mol , n = gram/Mr = 10/58,5 = 0,171 mol.
Jadi, jumlah mol 10 gram garam dapur yaitu 0,171 mol

Contoh perhitungan molaritas larutan

Misalnya 0,25 liter larutan urea (CO(NH2)2) dibuat dengan cara melarutkan 3 gram urea
dalam air.
Massa molekul relatif urea adalah 60.

3
Molaritas larutan urea bisa dihitung dengan cara :
Jumlah mol urea, n = gram/Mr = 3/60 = 0,05 mol
Molaritas larutan, M = n/V = 0,05/0,25 = 0,2 molar
Maka molaritas larutan urea yaitu 0,2 molar atau 0,2 mol/liter.

Contoh perhitungan molalitas larutan

Misalnya 10 gram natrium hidroksida (NaOH) dilarutkan dalam 2 kg air.


Massa molekul relatif NaOH yaitu 40.
Molalitas larutan bisa dihitung dengan cara :
Jumlah mol NaOH, n = gram/Mr = 10/40 = 0,25 mol
Molalitas larutan, m = n/P = 0,25/2 = 0,125 molal
Maka molalitas larutan NaOH yaitu 0,125 molal

Contoh perhitungan normalitas larutan.

Misalnya 0,5 liter larutan NaOH dibuat dengan cara melarutkan 5 gram NaOH (Mr = 40) dalam
air.
Normalitas larutan bisa dihitung dengan cara :
Mol NaOH, n = gram/Mr = 5/40 = 0,125 mol
Jumlah ion OH–, a = 1
Mol ekivalen, ek = n x a = 0,125 x 1 = 0,125
Normalitas, N = ek/V = 0,125/0,5 = 0,25 N
Maka normalitas larutan ialah 0,25 N

4
BAB II

PERSEN BERAT, MOL, & VOLUME

Konsentrasi dapat diartikan sebagai ukuran yang menentukan banyaknya zat yang berada
di dalam suatu campuran dan dibagi dengan volume total pada campuran tersebut. Biasanya
konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik, seperti halnya satuan volume, satuan kimia, ataupun
satuan berat seperti mol, ekuivalen dan massa rumus.

Pada umumnya di bidan kimia, persen digunakan untuk menyatakan konsentrasi suatu
larutan. Persen konsentrasi dapat dibagi menjadi persen volume dan persen berat. Sedangkan
untuk mengukur persen volume (%V/V) menggunakan rumus :

1. Contoh Soal

Contoh soal dan rumus persen massa :

Sebanyak 25 gram gula (C₁₂H₂₂O₁₁) dilarutkan dalam 100 gram air (H₂O). Maka kadar gula
(C₁₂H₂₂O₁₁) dalam larutan adalah 20%.

Diketahui : massa C₁₂H₂₂O₁₁ = 25 gram, massa H₂O = 100 gram

Ditanya : persen C₁₂H₂₂O₁₁ ?

Jawab :

% C₁₂H₂₂O₁₁ = (massa C₁₂H₂₂O₁₁ / massa larutan) × 100

= (25 gram / 125 gram) × 100

5
= 0,2 × 100

= 20%

Contoh soal dan rumus persen volume :

Misalnya menentukan % volume alkohol dari suatu campuran. 40 mL alkohol dicampur 50 mL


aseton maka:

Contoh soal dan rumus persen mol :

Sebuah larutan terdiri dari 3 mol zat A, 3 mol zat B, dan 4 mol zat C. Hitung fraksi mol dari
masing – masing zat tersebut ?

Pembahasan :

Diketahui :

 nA = 3
 nB = 3
 nC = 4
 Penyelesaian :

 XA = nA / (nA + nB +nC)
XA = 3 / (3 + 3 + 4)
XA = 0.3

 XB = nB / (nA + nB +nC)
XB = 3 / (3 + 3 + 4)
XB = 0.3

 XC = nC / (nA + nB +nC)
XC = 4 / (3 + 3 + 4)
XC = 0.4

 Jadi total dari XA + XB + XC = 0.3 + 0.3 + 0.4 = 1

6
BAB III

FRAKSI MOL & BERAT

3.1. Fraksi Mol

Fraksi mol merupakan perbandingan mol salah satu komponen degnan jumlah mol dari
seluruh komponen. Bila suatu larutan mengandung zat A dan B dengan jumlah mol masing-
masing nA dan nB, maka rumus untuk menentukan fraksi mol pada tiap komponen adalah :

Contoh Soal :

3.2. Fraksi Berat

Fraksi Massa (berat) adalah massa (berat) zat atau komponen tertentu dibagi dengan total
massa (berat) dari semua zat atau komponen yang ada. Meskipun fraksi massa adalah istilah
yang lebih tepat namun sering juga digunakan fraksi berat yang sebenarnya sama saja.

Fraksi massa (berat) A = massa (berat) A / massa (berat) total

7
BAB IV

STOIKIOMETRI

Stoikiometri di dalam ilmu kimia, (kadang disebut stoikiometri reaksi agar


membedakannya dari stoikiometri komposisi) ialah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia .
4.1 Konsep Mol (n) dan Massa Molar
Satu mol adalah sejumlah zat yang mengandung 6,02 x 1023 butir partikel.
 Mol berhubungan dengan massa

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
n= atau n =
𝐴𝑟 𝑀𝑟

 Mol berhubungan dengan jumlah partikel

𝑁
n=
6,02×1023

 Mol dalam keadaan standar


Keadaan standar (STP = Standart Temperature and Pressure) adalah keadaan
lingkungan pada suhu 0° C dan tekanan 1 atm. Volume 1 mol gas dalam keadaan
standar (STP) atau disebut volume molar gas, besarnya adalah 22,4 liter.

𝑉𝑠𝑡𝑝
n=
22,4

 Mol berhubungan dengan konsentrasi

n = MV

8
Keterangan :

n = mol
N = jumlah partikel
Vstp = volume dalam keadaan standar
M = konsentrasi
V = volume
1. Dasar Stoikiometri Larutan

Istilah “konsentrasi” larutan ialah menyatakan jumlah zat terlarut yang dilarutkan ke dalam
sejumlah tertentu pelarut ataupun sejumlah tertentu larutan. Konsentrasi larutan bisa dinyatakan
dalam molaritas. Molaritas (M) didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan

2. Dasar Stoikiometri Gas Ideal

Volum molar, di definisikan sebagai volum dari 1 mol entitas (atom, ion, molekul, unit
formula) dari materi. Satuan dari volum molar ialah L/mol.

9
4.2. Rumus Empiris dan Rumus Molekular
Rumus empiris, adalah rumus yang menytakan perbandingan terkecil atom-atom unsur
yang menyusun tiap molekul suatu senyawa
Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan dengan pasti atom-atom unsur yang menyusun
tiap molekul suatu senyawa.
Contoh : Senyawa Rumus empiris Rumus molekul
Air H2O H2O
Benzena CH C6H6
Glukosa CH2O C6H12O6
Amoniak NH3 NH3
Rumus empiris dapat ditentukan dengan mengetahui perbandingan mol unsur-unsur yang
menyusun suatu senyawa. Sedangkan rumus molekul dapat ditentukan apabila rumus empiris
dan massa molekul relatif (Mr) senyawa diketahui.

4.3 Stoikiometri Reaksi


Di dalam ilmu kimia, stoikiometri reaksi bisa dijelaskan sebagai sebuah hubungan
kuantitatif yang terjadi antara pereaksi (reaktan) dan produk di dalam suatu reaksi
kimia.Penghitungan stoikiometri reaksi kimia ini amat berguna dalam berbagai bidang yang
berhubungan dengan kimia, baik dalam penelitian, pendidikan, maupun industri yang berkaitan
dengan kimia. Dalam mempelajari stoikiometri reaksi ini, kamu akan mendapatkan beberapa
pembelajaran, seperti hitungan kimia sederhana, pereaksi pembatas, reaksi campuran, dan
persentase Yield.

A. Perhitungan Kimia Sederhana

Dalam pembahasan stoikiometri reaksi, akan dipelajari mengenai perhitungan kimia


sederhana. Hitungan kimia sederhana itu dikategorikan sebagai perhitungan yang tidak terlalu
rumit, yang meliputi penggunaan massa dan volume molar.Di sini akan dipahami bahwa massa
molar memiliki hubungan dengan Ar atau Mr dari zat tersebut, sedangkan volume molar adalah
volume dari satu mol gas. Pemahaman mengenai volum molar gas ini diambil dari teori
Avogadro yang mengatakan bahwa gas-gas yang bervolume sama akan memiliki molekul yang
sama pada suhu dan tekanan yang sama.
10
B. Pereaksi Pembatas

Pembatas reaksi adalah pereaksi yang habis lebih dahulu dibanding pereaksi lainnya
dalam suatu reaksi kimia. Hal ini dibuthkan untuk mendapatkan hasil reaksi yang tepat dan
efisien. Untuk menemukan pereaksi pembatas,, bisa digunakan beberapa cara.

Pertama, setarakan reaksi dengan memperhatikan koefisiennya.

Kedua,konversikan semua reaktan ke dalam mol.

Ketiga, bandingkan mol dan koefisien reaksi untuk menentukan reaktan mana yang habis
terlebih dahulu

C. Persentase hasil

Persentase hasil atau persentase Yield adalah persentase yaang menyatakan jumlah yang
didapatkan dalam suatu eksperimen dibanding dengan jumlah yang didapatkan dengan
perhitungan yang teoritis.Untuk mendapatkan persentase Yield ini, dimulai dengan mencari dan
menemukan reaksi pembatas yang akan di gunakan. Kemudian hitunglah persentase Yieldnya.

11
4.4 Perhitungan Soal Stoikiometri

Contoh Soal Stoikiometri

Logam alkali (golongan 1) bereaksi dengan halogen (golongan 17) membentuk


senyawa ionik logam halida. Berapa gram kalium klorida yang terbentuk dari reaksi 5,25 L
gas klorin pada tekanan 0,950 atm dan temperatur 293 K dengan 17,0 g kalium?

12
BAB V
5.1 Tabel Sistem Periodik Unsur
Sistem periodik unsur adalah susunan unsur-unsur berdasarkan urutan nomor atom dan
kemiripan sifat unsur-unsur tersebut. Disebut periodik sebagaimana terdapat kemiripan sifat
unsur dalam susunan tersebut. Sistem periodik unsur (tabel periodik) modern yang saat ini
digunakan didasarkan pada tabel yang dipublikasikan oleh Dmitri Mendeleev pada tahun 1869.

5.2 Sifat-sifat pada Sistem Periodik Unsur

a. Sifat Logam
Berdasarkan sifat, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam, nonlogam, dan
metalloid. Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat: konduktor panas dan listrik yang baik, dapat
ditempa dan ductile, titik leleh relatif tinggi, cenderung melepaskan elektron kepada unsur
nonlogam. Unsur-unsur nonlogam memiliki sifat-sifat: nonkonduktor panas dan listrik, tidak
dapat ditempa dan rapuh/getas, kebanyakan berwujud gas pada temperatur kamar, cenderung
menerima elektron dari unsur logam. Unsur-unsur metalloid memiliki sifat-sifat seperti logam
dan juga nonlogam. Sifat logam semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas
sistem periodik unsur, kecuali hidrogen. Unsur-unsur metalloid berada pada “tangga” yang
membatasi unsur-unsur logam dan nonlogam.
b. Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang sejajar
atau dalam sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom
cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron. Dalam satu periode, dari kiri
ke kanan, jari-jari atom cenderung semakin kecil, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif.

c. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam fase gas
untuk melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi
pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari inti ke elektron terluar bertambah
sehingga tarikan elektron terluar oleh inti berkurang. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan,

13
energi ionisasi pertama cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif
sehingga tarikan oleh inti bertambah.

d. Elektronegativitas
Elektronegativitas adalah ukuran kemampuan suatu atom dalam sebuah molekul
(keadaan berikatan) untuk menarik elektron kepadanya. Semakin besar elektronegativitas, semakin
mudah atom tersebut menarik elektron kepadanya sendiri. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah,
elektronegativitas cenderung semakin kecil. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan,
elektronegativitas cenderung semakin besar.

14
BAB VI

6.1 Definisi Struktur Molekul

Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang membentuk
molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui ikatan kimia, baik itu
ikatan kovalen, ikatan hidrogen dan ikatan ion, serta ikatan-iktan kimia lainnya. Dan atom
tersebut berkisar dari jumlah yang sangat sedikit(dari atom tunggal, seperti gas mulia) sampai
jumlah yang sangat banyak (seperti pada polimer, protein atau bahkan DNA). Bentuk molekul,
yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang, mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan
kimia molekul tersebut. Kebanyakan molekul mempunyai bentuk yang didasarkan kepada lima
bentuk geometri yang berbeda.

Molekul-molekul di dalam berikatan, mengacu pada beberapa aturan dan bentuk-bentuk


ikatan kimia. Apabila molekul ingin berikatan harus sesuai dengan aturan-aturan atau syarat-
syarat unsur-unsur tersebut dalam membentuk sebuah molekul. Karena tidak sembarang suatu
unsure membentuk molekul.Sebagai contoh dibawah ini adalah bentuk struktur molekul dari
H2O, CH4, dan NaCl.
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling
berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup
stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda dengan ion poliatomik. Dalam kimia
organik dan biokimia, istilah molekul digunakan secara kurang kaku, sehingga molekul
organik dan biomolekul bermuatan pun dianggap termasuk molekul.
Dalam teori kinetika gas, istilah molekul sering digunakan untuk merujuk pada partikel
gas apapun tanpa bergantung pada komposisinya. Menurut definisi ini, atom-atom gas
mulia dianggap sebagai molekul walaupun gas-gas tersebut terdiri dari atom tunggal yang tak
berikatan.
Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama (misalnya oksigen O2),
ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan kompleks yang
berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara
umum tidak dianggap sebagai satu molekul tunggal.

15
 Rumus Struktur
Rumus empiris sebuah senyawa menunjukkan nilai perbandingan paling
sederhana unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai contohnya, air selalu memiliki nilai
perbandingan atom hidrogen berbanding oksigen 2:1. Etanol pula selalu memiliki nilai
perbandingan antara karbon, hidrogen, dan oksigen 2:6:1. Namun, rumus ini tidak menunjukkan
bentuk ataupun susunan atom dalam molekul tersebut. Contohnya, dimetil eter juga memiliki
nilai perbandingan yang sama dengan etanol. Molekul dengan jumlah atom penyusun yang sama
namun berbeda susunannya disebut sebagai isomer.
Perlu diperhatikan bahwa rumus empiris hanya memberikan nilai perbandingan atom-
atom penyusun suatu molekul dan tidak memberikan nilai jumlah atom yang sebenarnya. Rumus
molekul menggambarkan jumlah atom penyusun molekul secara tepat.
Contohnya, asetilena memiliki rumus molekuler C2H2, namun rumus empirisnya adalah CH.

6.2. Peranan elektron dalam ikatan kimia

Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya ditulis
sebaga e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang diketahui,
sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer.
Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.
Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan bersama dua
elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia.Unsur yang paling stabil
adalah unsur yang termasuk dalam golongan gas mulia. Semua unsur gas mulia di alam
ditemukan dalam bentuk gas monoatomik dan tidak ditemukan bersenyawa di alam.
Kestabilan unsur gas mulia berkaitan dengan konfigurasi elektron yang menyusunnya
seperti yang dikemukakan oleh Gibert Newton Lewis dan Albrecht Kossel. Dilihat dari
konfigurasi elektronnya, unsur-unsur gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu konfigurasi
oktet yang berarti mempunyai delapan elektron pada kulit terluar kecuali untuk unsur helium
yang mempunyai konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit terluarnya).Unsur yang paling stabil
dan sukar bereaksi adalah unsur- unsur gas mulia. Sedangkan unsur seperti unsur kalium,
natrium, fluorin, dan klorin merupakan unsur yang mempunyai sifat reaktif.

a. Aturan Oktet
G.N. Lewis dan W. Kossel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi
elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu konfigurasi oktet (mempunyai 8

16
elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar).
Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia dikenal
sebagai aturan oktet.Aturan oktet merupakan kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan
konfigurasi elektron-nya sama seperti unsur gas mulia. Konfigurasi oktet dapat dicapai oleh
unsur lain selain unsur golongan gas mulia dengan pembentukan ikatan.
Konfigurasi oktet dapat pula dicapai dengan serah-terima atau pemasangan elektron.
Serah terima elektron menghasilkan ikatan ion sedangkan ikatan kovalen dihasilkan apabila
terjadi pemasangan elektron untuk mencapai konfigurasi
oktet. Reaksi natrium dengan klorin membentuk natrium klorida merupakan contoh pencapaian
konfigurasi oktet dengan cara serah-terima elektron.

10Ne :28
11Na : 2 8 1, pelepasan 1 elektron akan menjadikankonfigurasi menyeru-pai unsur gas mulia
neon
17Cl : 2 8 7, penerimaan 1 elektron menjadikankonfigurasi menyerupai unsur gas mulia argon
18Ar :288

b. Teori Lewis
Gibert Newton Lewis dan Albrecht Kossel pada tahun 1916 mengemukakan teori
tentang peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia.
Ø Elektron pada kulit terluar (elektron valensi) berperan penting dalam pembentukan ikatan
kimia.
Ø Ion positif dan ion negatif membentuk ikatan kimia yang disebut ikatan ionik.
Ø Pembentukan ikatan kimia dapat juga terjadi denga pemakaian elektron ikatan secara bersama
yang dikenal dengan ikatan kovalen.
Ø Pembentukan ikatan ionik dan ikatan kovalen bertujuan untuk mencapai konfigurasi stabil
golongan gas mulia.

c. Lambang Lewis
Lambang Lewis merupakan lambang atom yang dikelilingi oleh sejumlah titik yang
menyatakan elektron. Lambang Lewis untuk unsur golongan utama dapat disusun dengan
mengikuti tahapan berikut:
 Banyaknya titik sesuai dengan golongan unsur

17
 Satu titik ditempatkan untuk tiap atom dengan jumlah maksimum empat titik. Titik kedua dan
selanjutnya berpasangan hingga mencapai aturan oktet.

Penyusunan tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron telah membantu para ahli
kimia menjelaskan proses pembentukan molekul dan ikatan yang terdapat dalam suatu molekul.
Gilbert Lewis, seorang kimiawan berkebangsaan Amerika, mengajukan teori bahwa atom akan
bergabung dengan sesama atom lainnya membentuk molekul dengan tujuan untuk mencapai
konfigurasi elektron yang lebih stabil.
Kestabilan dicapai saat atom-atom memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia
(semua kulit dan subkulit terisi penuh oleh elektron serta memiliki 8 elektron valensi).Saat atom-
atom berinteraksi, hanya elektron valensi yang terlibat dalam proses pembentukan ikatan kimia.
Untuk menunjukkan elektron valensi yang terlibat dalam pembentukan ikatan, para ahli kimia
menggunakan simbol Lewis dot, yaitu simbol suatu unsur dan satu dot untuk mewakili tiap
elektron valensi unsur bersangkutan.
Jumlah elektron valensi suatu unsur sama dengan golongan unsur bersangkutan. Sebagai
contoh, unsur Mg terletak pada golongan IIA, sehingga memiliki 2 elektron valensi (2 dot).
Sementara, unsur S yang terletak pada golongan VIA, akan memiliki 6 elektron valensi (6 dot).
Unsur yang terletak pada golongan yang sama akan memiliki struktur Lewis dot yang serupa.
Semua elektron valensi gas mulia telah berpasangan.

Teori ini mendapat beberapa kesulitan, yakni:


1. Pada senyawa BCl3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan atom fosfor
dikelilingi 10 elektron.
2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur tergantug jumlah
elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.
Contoh : 8O : 1s2 2s2 2p2 2px2 2py1 2pz1
Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-H; O=O). akan tetapi:
5B : 1s2 2s2 2px1

Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, dimana cara pengisian
elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan
elektron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah elektron.

18
Contoh : 5B : 1s2 2s2 2px1 (hibridisasi) 1s2 2s1 2px1 2py1
Tampak setelah terjadi hibridisasi untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga buah
elektron, seperti BCl3

3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena di sekelilingnya
telah terdapat 8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui bahwa Xe dapat membentuk senyawa,
misalnya XeF2 den XeO2.
6.3. Ikatan kimia dan energi ikatan

Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya
tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu
senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.

Energi ikatan didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan
satu mol ikatan suatu spesi dalam keadaan gas. Energi akan dilepas bila atom-atom bergabung
bersama-sama membentuk suatu ikatan kimia. Dengan kata lain reaksi pembentukan suatu
senyawa selalu berlangsung eksoterm sedangkan reaksi penguraian sengawa menjadi unsur-
unsurnya berlangsung secara endoterm.

Satuan SI (standar internasional) energi ikatan adalah kilojoule permol ikatan


(kJ/mol). Dengan demikian kekuatan suatu ikatan kimia ditentukan oleh energi ikatan yang
besarnya bergantung pada sifat ikatan antara atom-atom yaitu : ikatan ganda tiga lebih kuat
ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap dua lebih kuat ikatan tunggal. Jarak ikatan atau panjang
ikatan ganda tiga lebih pendek dibanding ikatan ganda dua dan lebih pendek dibanding tunggal.
Semakin pendek suatu ikatan kimia, maka ikatan tersebut semakin kuat. Jadi kekuatan ikatan
kimia mulai dari terkuat ke yang paling lemah adalah ikatan ganda tiga > ikatan rangkap 2 >
ikatan tunggal.

19
BAB VII

71. Ikatan kimia, ikatan ion, kovalen, dan elektron valensi

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul
dengan cara sebagai berikut :
Ø atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima elektron (serah terima
elektron)
Ø penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan
Ø penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan
Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur.
Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu
atom/unsur yang terlibat. Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1
golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia). Maka dari itu,
dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron seperti pada
unsur gas mulia. Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet,
yaitu atom Helium). Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya
sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet

Ikatan ion sering disebut dengan ikatan elektrovalen atau heteropolar. Ikatan ion terjadi
akibat gaya tarik-menarik elektrostatik antara ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion dibentuk
antara atom yang mudah melepaskan elektron dengan atom yang mudah menangkap elektron.
Apabila atom netral melepaskan elektron, akan terbentuk ion positif. Sebaliknya bila atom netral
menerima atau menangkap elektron maka akan terbentuk ion negatif.
Misalnya pada garam meja (natrium klorida). Ketika natrium (Na) dan klor (Cl)
bergabung, atom-atom natrium kehilangan elektron, membentuk kation (Na+), sedangkan atom-
atom klor menerima elektron untuk membentuk anion (Cl-). Ion-ion ini kemudian saling tarik-
menarik dalam rasio 1:1 untuk membentuk natrium klorida.

Na + Cl → Na+ + Cl- → NaCl


Natrium merupakan logam dengan reaktivitas tinggi karena mudah melepas elektron
dengan energi ionisasi rendah sedangkan klorin merupakan nonlogam dengan afinitas atau daya
penagkapan elektron yang tinggi. Apabila terjadi reaksi antara natrium dan klorin maka atom
klorin akan menarik satu elektron natrium. Akibatnya natrium menjadi ion positif dan klorin

20
menjadi ion negatif. Adanya ion positif dan negatif memungkinkan terjadinya gaya tarik antara
atom sehingga terbentuk natrium klorida.
Ikatan kovalen sering disebut juga dengan ikatan homopolar. Ikatan kovalen adalah
ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan.
Ikatan ini biasanya terjadi antara atom logam dan atom non logam. Penggunaan bersama
pasangan elektron biasanya menggunakan notasi titik electron atau lebih dikenal dengan struktur
Lewis. Contohnya: HF, CH4, NH3, H2, dan lain-lain. Ikatan kovalen dapat dibedakan sebagai
berikut:
Ikatan kovalen tunggal terjadipada senyawa seperti hydrogen (H2), asam klorida (HCl),
metana (CH4), air (H2O) dan sebagainya.
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang mempunyai ikatan tak jenuh
karena ikatan antar atomnya lebih dari satu. Ikatan yang ada dalam molekul oksigen (O2)
merupakan ikatan kovalen rangkap dua. Oksigen memiliki 6 elektron valensi dan memerlukan 2
2 elektron lagi agar dalam keadaan stabil.
Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang ikatan antar atomnya ada tiga.
Contoh dari ikatan rangkap tiga adalah molekul Nitrogen (N2). Nitrogen mempunyai 5 elektron
valensi, sehingga perlu 3 elektron lagi agar dalam keadaan stabil.
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama
pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan [Pasangan Elektron Bebas
(PEB)], sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang digunakan bersama.
Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan dengan tanda anak
panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron.
Dalam ikatan kovalen koordinasi, pasangan elektron ikatan hanya berasal dari salah satu
atom yang berikatan. Dengan demikian, atom-atom yang berikatan secara kovalen koordinasi
salah satunya harus mempunyai pasangan elektron bebas dan atom pasangannya harus
mempunyai orbital kosong. Ikatan kovalen koordinasi sering disebut ikatan semipolar.
Elektron valensi adalah elektron dalam atom yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia.
Pada unsur-unsur golongan utama (IA, IIA, IIIA, hingga VIIIA), elektron valensi adalah elektron
yang berada pada kulit elektron terluar.
Oleh karena itu, kulit elektron terluar sering disebut sebagai kulit valensi. Namun, perlu
diperhatikan bahwa tidak semua elektron valensi hanya berada pada kulit terluar. Elektron
valensi unsur-unsur golongan transisi dapat berada pada kulit elektron yang lebih dalam dari
kulit terluar.

21
7.2. Ikatan logam dan ikatan hidrogen

Ikatan logam adalah ikatan antaratom dalam suatu unsur logam dengan menggunakan
interaksi antar elektron valensi. Unsur logam mempunyai kecenderungan untuk menjadi ion
positif karena energi potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai elektron valensi kecil.
Ikatan logam terjadi karena adanya saling meminjamkan elektron, namun proses ini tidak hanya
terjadi antara dua atau beberapa atom tetapi dalam jumlah yang tidak terbatas. Setiap atom
memberikan elektron valensinya untuk digunakan bersama, sehingga terjadi ikatan atau tarik
menarik antara atom-atom yang saling berdekatan.
Jarak antar atom dalam ikatan logam tetap sama, jika ada atom yang bergerak menjauh
maka gaya tarik menarik akan “menariknya” kembali ke posisi semula. Demikian pula jika atom
mendekat kesalah satu atom maka akan ada gaya tolak antar inti atom. Jarak yang sama
disebabkan oleh muatan listrik yang sama dari atom logam tersebut.
Pada ikatan logam, inti-inti atom berjarak tertentu dan beraturan sedangkan elektron
yang saling dipinjamkan bergerak seperti mobil seolah-olah membentuk “kabut elektron” atau
“lautan elektron”. Hal ini yang meyebabkan munculnya sifat daya hantar listrik pada
logam.Kenyataan ini dapat dipakai untuk menerangkan mengapa logam merupakan pengahantar
panas dan listrik yang baik. Kekuatan ikatan logam bergantung pada banyaknya elektron valensi
yang terdapat pada atom logam tersebut.
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi akibat gaya tarik antarmolekul antara
dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan. Ikatan hidrogen seperti interaksi
dipol-dipol dari Van der Waals. Perbedaannya adalah muatan parsial positifnya berasal dari
sebuah atom hidrogen dalam sebuah molekul. Sedangkan muatan parsial negatifnya berasal dari
sebuah molekul yang dibangun oleh atom yang memiliki elektronegatifitas yang besar, seperti
atom Flor (F), Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang (S) dan Posfor (P). Muatan parsial negatif
tersebut berasal dari pasangan elektron bebas yang dimilikinya. Muatan parsial yang berasal dari
atom yang memiliki pasangan elektron bebas.
Ikatan "hidrogen", sejenis ikatan lemah, memainkan peranan utama dalam
pembentukan materi yang sangat penting untuk kehidupan kita. Contoh: air, sebagai dasar
kehidupan, disatukan dengan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen lebih kuat dari gaya antarmolekul
lainnya, namun lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen dan ikatan ion, contoh ikatan

22
hydrogen yang terjadi antar molekul air, dimana muatan parsial positif berasal dari atom H yang
berasal dari salah satu molekul air.

Ikatan hidrogen dapat terjadi inter molekul dan intra molekul. Jika ikatan terjadi antara
atom-atom dalam molekul yang sama maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau didalam
molekul, seperti molekul H2O dengan molekul H2O. Ikatan hidrogen, juga terbentuk pada pada
antar molekul seperti molekul NH3, CH3CH2OH dengan molekul H2O, ikatan yang semacam ini
disebut dengan ikatan hidrogen intermolekul.
Sebagai gambaran, di apotik umumnya dijual alkohol 70% atau etanol, digunakan
untuk membersihkan bagian tubuh agar terbebas dari kuman. Tentunya berbeda dengan etanol
murni. Perbedaan berdasarkan komposisi larutan tersebut, untuk yang murni hanya terdapat
molekul etanol, sedangkan untuk etanol 70% mengandung etanol 70 bagian dan 30 bagiannya
adalah air. Untuk etanol murni terjadi ikatan hidrogen antar molekul etanol, sedangkan yang
70% terjadi ikatan antara molekul etanol dengan air.

23

Anda mungkin juga menyukai