Anda di halaman 1dari 3

Ada tiga macam bahan yang digunakan dalam produksi bioetanol dengan cara fermentasi,

yaitu gula bahan (seperti tebu, bit gula, molase dan buah cair), bahan bertepung (seperti biji-
bijian dan kentang), dan bahan selulosa (seperti kayu) [1,2]. Produksi bioetanol berdasarkan
bahan lignoselulosa telah diketahui sebagai teknologi generasi kedua seperti ampas tebu yang
banyak tersedia sebagai bagian dari pabrik gula limbah. Pabrik gula PT Madubaru-
Madukismo di Bantul - Yogyakarta merupakan industri tebu terbesar di sekitar kabupaten
Yogyakarta. Perlu 350.000 t · y – 1 hingga 400.000 t · y – 1 tebu untuk menghasilkan gula
secara teratur. Itu Hasil produksi tebu 5% gula pasir, 90% ampas tebu limbah tebu, molase
(ampas lumpur gula) dan air [3]. Ampas tebu merupakan salah satu potensi bahan
lignoselulosa karena komposisi senyawa ampas tebu adalah selulosa (52%), hemiselulosa
(20%) dan lignin (24%) [4].
Teknologi produksi bioetanol generasi kedua terdiri dari dua proses utama, yaitu hidrolisis
selulosa dan hemiselulosa untuk mengantarkan gula reduksi dan gula fermentasi menjadi
etanol [5]. Setelah pretreatment, yaitu menghilangkan lignin dan meningkatkan fraksi
selulosa pada biomassa, sakarifikasi dan fermentasi mampu melakukan pada satu labu yang
disebut sakarifikasi dan fermentasi simultan (SSF) [6]. Keuntungan metode ini adalah
mengubah monosakarida menjadi etanol secara bersamaan, mengurangi biaya peralatan dan
mengurangi kontaminasi [7].
Berdasarkan penelitian sebelumnya, proses SSF ampas tebu menghasilkan etanol sebesar
3.249 g · L – 1 dengan xilan enzim [8] dan 21.372 4 g · L – 1 dengan enzim selulosa [9].
Beberapa variabel dapat dioptimalkan dalam proses SSF, seperti enzim, suhu, ragi, nutrisi,
komposisi, waktu inkubasi, dll. Salah satunya adalah waktu inkubasi. dengan kombinasi
komponen SSF yang dilakukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil sebelumnya, optimal
waktu inkubasi SSF adalah 3 hari [8] dan 7 hari [4] menggunakan kombinasi enzim xilane
dan Saccharomyces cerevisiae. Itu Kombinasi yang berbeda pada komponen SSF mampu
menurunkan atau meningkatkan waktu inkubasi yang optimal. Tujuan dari Penelitian ini
bertujuan untuk mengoptimalkan waktu inkubasi SSF menggunakan kombinasi enzim
selulosa dan Saccharomyces cerevisiae untuk ampas tebu. Dalam penelitian ini variabel lain
seperti unsur hara, pH, suhu, dll diputuskan sebagai variabel tetap berdasarkan hasil
sebelumnya [9].
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan sampah di Indonesia masih menjadi masalah besar yang belum bisa
diselesaikan oleh Pemerintah. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI)
mengungkapkan sebanyak 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Dilaporkan
bahwa jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60
persen, sampah plastik 14 persen, diikuti sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan
bahan lainnya (12,7%). Menumpuknya sampah dikarenakan oleh beberapa faktor seperti
masalah penanganan sampah yang belum benar, terkait dengan manajemen pengolahan,
transportasi, keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir, biaya operasional dan teknologi
pengolahan sampah. Permasalahan ini dapat kita pecahkan dengan mengelolah sampah
organik menjadi sebuah energi terbaharukan. Kita dapat mengolah sampah organik menjadi
bioethanol. Bioethanol adalah energi terbaharukan, yang dibuat dengan teknik fermentasi
biomassa seperti jagung atau tebu yang dilanjutkan dengan proses destilasi, yang bahan
bakunya akan berubah menjadi sebuah alkohol. Kelebihan bioethanol adalah energi yang
ramah lingkungan dan bahan bakunya mudah didapat.
Bioethanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
(pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi bioethanol dari tanaman yang
mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi
gula (glukosa).
Salah satu alternatif yang dapat kita gunakan adalah limbah buah apel dan jeruk.
Dalam penelitian ini, limbah buah apel dan jeruk di sentra hortikultura wilayah Batu
jumlahnya sangat melimpah namun belum mendapat perhatian yang lebih dari pengelola
perkebunan sehingga menjadi penumpukan sampah yang penangananya sangat tradisionil
yaitu ditimbun atau dibakar untuk mereduksinya. Buah apel dan jeruk mengandung kadar
gula yang tinggi, disamping itu juga mengandung zat pati (amilum), sehingga apabila
difermentasi akan merubah larutan kadar gula menjadi larutan berkadar alkohol yang
kemudian didestilasi dapat menghasilkan alkohol dengan kadar tertentu.
Pembuatan bioethanol dari limbah buah apel dan jeruk meliputi tiga tahap, yaitu
pemerasan,fermentasi dan destilasi. Pada proses awal buah-buah akan dipotong menjadi
bagian-bagian kecil. Pemotongan ini bertujuan supaya pada saat bahan organik menjadi lebih
cepat dan lebih homogen ukurannya jika diproses dalam mesin yang dirancang khusus untuk
pengolahan awal. Proses pertama adalah pemerasan buah apel dan jeruk. Di mana kadar gula
apel rata-rata 70,60%, sedangkan jeruk 84,60%. Selanjutnya, proses fermentasi. Di dalam
buah apel dan jeruk terdapat kadar gula yang tinggi dan mengandung zat pati (amilum),
sehingga apabila difermentasi akan merubah larutan kadar gula menjadi larutan berkadar
alkohol (C6H12O6). Pada proses fermentasi akan ditambahkan enzim Sacaromises Cerevasise
(SC) sebanyak 10%. Penggunaan enzim ini berfungsi untuk meningkatkan kadar gula dan
mempercepat fermentasi. Apabila larutan kadar beralkohol didestilasi dapat menghasilkan
alkohol dengan kadar tertentu yang disebut etanol (C2 H5OH). Proses terakhir adalah
destilasi, etanol akan terdestilasi pada suhu titik didih 78- 80°C yang akan mereduksi kadar
hidrogen (H), sehingga dapat meningkatkan kadar karbon (C) yang diperlukan sebagai syarat
untuk bahan bakar alternatif.

B. Rumusan Masalah
1. Berapa lama inkubasi yang diperlukan untuk fermentasi enzim Sacaromises
Cerevasiae (SC) untuk menghasilkan bioethanol dengan kadar tinggi?
2. Berapa kadar bioethanol tertinggi dari fermentasi enzim Sacaromises Cerevasiae
(SC)?

C. Tujuan
1. Mengetahui lama waktuinkubasi yang diperlukan untuk fermentasi enzim
Sacaromises Cerevasiae (SC) menghasilkan kadar bioetanol yang tinggi.
2. Mengetahui kadar bioetanol tertinggi dari proses fermentasi enzim Sacaromises
Cerevasiae (SC).

D. Manfaat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengolah limbah buah apel dan
jeruk untuk bahan bakar alternatif.
2. Pemanfaatan limbah buah apel dan jeruk untuk produksi bioetanol dapat
meningkatkan nilai ekonomi dan nilai ekologi dari limbah buah apel dan jeruk.

Anda mungkin juga menyukai