Anda di halaman 1dari 35

1.

Rumus Mol

Keterangan:
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gram/mol)

Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-, Jika
mol zat terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol ekivalen
yaitu:

Mol ekivalen = n x a

Keterangan:
a = ekivalen suatu zat
n = mol suatu zat (mol)
untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+
untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-

Contoh Soal Menghitung Mol (n)

1. Berapa jumlah mol dari 2 gram NaOH dengan Mr= 40 gr/mol?


Jawab:
n = gram/Mr
n = 2/40
= 0.05 mol

2. Berapa jumlah mol ekivalen dari 10 gram NaOH?


Jawab:
Mol ekivalen = n x a
Mol ekivalen = 10/40 x 1 = 0,25 mol ek
2. Molalitas Larutan (m)

Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

Rumus Molalitas

Keterangan:
m = molalitas suatu zat (molal)
n = mol suatu zat (mol)
p = massa pelarut (gr)

Contoh Soal Menghitung Molalitas

1. 60 gram NaOH dilarutkan dalam 3 kg air, Mr NaOH = 40 gr/mol. Berapa


molalitas NaOH?

Diketahui:
n = 60 gram x 1000 = 60000 mol
p = 3 kg = 3000 gram
Mr = 40

Ditanya m…?

Jawab:
m = n/p
m = (gr x 1000)/(Mr x p)
m = (60 x 1000)/(40 x 3000)
m = 60000/120000
m = 0,5 molal

3. Molaritas Larutan (M)

Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau 1 mmol zat
terlarut dalam 1 ml larutan. Satuan molaritas adalah mol/L.
Rumus Molaritas

Keterangan:
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)

Contoh Soal Menghitung Molaritas

1. NaOH 1 M berarti bahwa untuk setiap 1 liter (1000 ml) larutan ini mengandung 1
mol NaOH ((atau 40 gram NaOH).

2. 120 gram NaCl (Mr = 58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest hingga volume
400 ml. Berapa M NaCl?
M = (gr x 1000) / (Mr x V)
M = (120 x 1000) / (58.5 x 400)
M = 5,1 mol/L

Normalitas Larutan (N)

Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan
normalitas adalah mol ek/L.

Rumus Normalitas

Keterangan:
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)
Contoh Soal Menghitung Normalitas

1. KOH sebanyak 112 gram dilarutkan dengan aquadest hingga volume 1000 ml (1
liter), Mr KOH = 56 gr/mol. Berapa normalitas KOH ?
N = (n x a) / V
N = (gr x a) / (Mr x V)
N = (112 x 1) / (56 x 1)
N = 2 mol ek/L

%?

Persen Volum

Simbol satuan persen volum adalah % (v/v). Rumus persen volum yaitu:

4. Perbedaan Molalitas dan Molaritas

 Molaritas (M) yakni banyaknya mol pada zat terlarut dalam 1 liter larutan.
 Molalitas (m) ialah banyaknya jumlah mol pada zat terlarut dalam 1kg
pelarut.
 Moralitas ( M ) yaitu sebuah satuan konsentrasi yang banyak dipakai dan
juga didefinisikan sebagai banyak mol pada zat terlarut dalam 1 liter
larutan dalam satuan M.
 Molalitas ( m ) yaitu suatu satuan konsentrasi yang dapat menyatakan
jumlah mol pada zat yang terdapat pada 1 kg pelarut dengan satuan mol.
Keuntungan Menggunakan Molaritas

1. Mudah dan nyaman untuk digunakan karena suatu zat terlarut dapat diukur
dalam gram, diubah menjadi mol, dan juga dicampur dengan volume.
2. Bahwa jumlah pada konsentrasi molar yakni sebuah konsentrasi molar
total. Ini dapat juga memungkinkan perhitungan kepadatan dan kekuatan
ionik.

Kerugian Menggunakan Molaritas

Kerugian yang sangat besar dari molaritas yaitu bahwa ia akan berubah sesuai
dengan suhu. Ini karena volume cairan dapat dipengaruhi oleh suhu.

Jika semua pengukuran dapat dilakukan pada suhu tunggal (misalnya pada
suhu ruang), ini bukan menjadi suatu masalah. Namun, itu praktik yang baik
untuk dapat melaporkan suhu ketika bisa mengutip nilai molaritas.

Ketika membuat suatu larutan, perlu diingat, molaritas ini akan sedikit
berubah jika kita menggunakan sebuah pelarut panas atau dingin, namun dapat
menyimpan larutan akhir pada suhu yang berbeda.
Contoh Soal Menghitung Persen Volum

1. Alkohol 65% (volum) diartikan bahwa dalam setiap 100 ml larutan ini
mengandung 65% alkohol dan 35% air.

2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan


alkohol?
5. Persen massa

Contoh

a. Berapa % gula dalam larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g gula dalam
70 g air.

b. Berapa gram gula yang terdapat dalam 500 gram larutan 12% massa gula.

Persen volume

Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan dinyatakan sebagai presentasi


volume. Hal ini bisanya dijumpai pada konsentrasi minuman beralkohol.
Misalnya vodka yang mengandung 15 persen alkohol artinya didalam 100 mL
vodka terdapat 15 mL alkohol. Misalnya menentukan % volume alkohol dari
suatu campuran. 40 mL alkohol dicampur 50 mL aseton maka:
6. Pengertian Mol

Mol merupakan jumlah tertentu untuk menyatakan banyaknya suatu zat yang
berukuran mikroskopis. Satu mol menunjukkan banyaknya partikel yang
terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama dengan jumlah partikel dalam 12
gram atom C-12. Memang, ada berapa sih partikel dalam 12 gram atom C-12?
Seorang ilmuwan bernama Avogadro berhasil menghitung banyaknya partikel
dalam 12 gram atom C-12, yaitu sebanyak 6,02 × 1023 partikel. Sungguh besaran
yang tidak dapat dijangkau dengan indera manusia. Bilangan tersebut lebih dikenal
sebagai bilangan Avogadro. Untuk 1 mol zat mengandung 6,02 × 1023 partikel.
Dengan demikian, hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel dirumuskan
sebagai berikut.

Massa Molar

Massa molar adalah massa satu mol zat yang nilainya sama dengan massa atom
relatif (Ar) pada atom dan massa molekul relatif (Mr) pada senyawa. Secara
matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Volume Molar

Volume molar ini biasanya berlaku pada gas. Volume molar menunjukkan volume
1 mol gas pada suhu dan tekanan tertentu. Pada kondisi standar (suhu 0o C dan
tekanan 1 atm), volume molar gas bernilai 22,4 L. secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.
Perhatikan contoh soal berikut.

Tentukan volume dari 2 mol O2 pada kondisi STP!

Pembahasan:

Pada kondisi STP (standar), volume molar gas O2 dirumuskan sebagai berikut.

Jadi, volume molar O2 pada kondisi STP adalah 44,8 L.

Quipperian harus ingat, bahwa persamaan di atas hanya berlaku pada kondisi STP
(standar). Jika tidak berada pada kondisi STP, volume molar gas bisa ditentukan
dengan rumus berikut.

1) Saat berada pada kondisi To C dan tekanan P atm, gunakan persamaan berikut.

Keterangan:

P = tekanan (atm);

V = volume (liter);

n = jumlah mol;

R = konstanta gas ideal (0,082 L.atm/mol.K);

T = suhu gas (K); dan

1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg.


2) Saat berada di suhu ruang (room temperature), gunakan persamaan berikut.

3) Saat diminta perbandingan antara volume gas satu dan lainnya pada suhu dan
tekanan tertentu, gunakan persamaan berikut.

Keterangan:

n1 = jumlah mol gas ke-1;

n2 = jumlah mol gas ke-2;

V1 = volume gas ke-1; dan

V2 = volume gas ke-2.

Untuk mengasah kemampuan Quipperian tentang konsep mol, simak contoh soal
berikut ini.

Contoh soal 1

Pada suhu dan tekanan massa dari 1 liter gas A adalah seperempat dari massa 1 liter
gas SO3. Tentukan massa molekul relatif gas A tersebut! (Ar O = 16, S = 32)

Pembahasan:

Sebelum menghitung massa molekul relatif gas A, Quipperian harus mencari


dahulu massa molekul relatif gas SO3.
Massa 1 liter gas A seperempat dari massa 1 liter gas SO3, sehingga:

Jadi, massa molekul relatif gas A adalah 80.

Contoh soal 2

22 gram C3H8 dibakar menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 dan H2O.


Tentukan mol gas CO2 yang terbentuk! (Ar C = 12, O = 16, H = 1, dan N = 14)

Pembahasan:

Sebelum menentukan jumlah mol gas CO2, Quipperian harus mencari persamaan
reaksi yang sudah setara berdasarkan keterangan pada soal. Adapun persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut.

Selanjutnya, tentukan massa molekul relatif C3H8.


Lalu, tentukan jumlah mol C3H8.

Menentukan jumlah mol gas CO2 yang terbentuk.

Jadi, jumlah mol gas CO2 yang terbentuk adalah 1,5 mol.

7. Rumus Fraksi Mol

Fraksi mol juga sering disebut fraksi jumlah dan slalu identik dengan fraksi
angka, yang digambarkan sebagai jumlah molekul suatu konstituen dibangi
dengan jumlah total semua molekul. Konsep ini hanya merupakan salah satu cara
menunjukkan adanya komposisi campuran dengan satuan tak berdimensi. Fraksi
mol kadang-kadang dilambangkan dengan huruf Yunani daripada abjad Romawi.
Fraksi mol zat terlarut (Xt) biasa dirumuskan dirumuskan dengan rumus seperti
berikut ini:
Keterangan :

 Xt : Fraksi mol zat terlarut


 Np : Jumlah mol zat pelarut
 Nt : Jumlah mol zat terlarut

Fraksi mol zat palarut (Xp) biasa dirumuskan dengan rumus seperti berikut
ini:

8. Rumus Empiris dan Rumus Molekuler

Kadar unsur dalam senyawa umumnya dinyatakan dalam persen massa unsur
tersebut terhadap massa senyawa. Kadar unsur juga dapat dinyatakan sebagai
massa unsur dalam 1 mol senyawa dibagi dengan massa molar senyawa tersebut
lalu dikali dengan 100 persen. Massa unsur dalam 1 mol senyawa sama dengan
jumlah mol unsur (n) dalam 1 mol senyawa dikalikan dengan massa molar unsur.

Contoh Soal Kadar Unsur dalam Senyawa dan Pembahasan

Tentukan kadar masing-masing unsur dalam senyawa aspirin (C9H8O4).

Jawab:

Dalam senyawa C9H8O4 terdapat tiga unsur, yaitu C, H, dan O.


kadar unsur C =

kadar unsur H =

kadar unsur O =

Rumus empiris senyawa dapat diketahui dari kadar unsur-unsur penyusun


senyawa dengan mengkonversi kadar unsur menjadi rasio mol unsur. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengasumsikan terdapat 100 gram sampel senyawa
sehingga massa masing-masing unsur dapat ditentukan dari kadar unsur, lalu
massa unsur dibagi dengan massa molar unsur hingga diperoleh jumlah mol
masing-masing unsur. Selanjutnya, jumlah mol masing-masing unsur
dibandingkan hingga diperoleh rasio dalam bilangan bulat yang paling sederhana.
Rasio mol unsur-unsur yang menunjukkan jumlah relatif atom unsur dalam
senyawa inilah yang merupakan rumus empiris.

Contoh Soal Rumus Empiris dan Pembahasan

Dari hasil analisis unsur pada senyawa pirimidin, diperoleh kadar unsur karbon
60%, hidrogen 5%, dan sisanya nitrogen. Tentukanlah rumus empiris senyawa
primidin.

Pembahasan:

Dalam senyawa pirimidin terdapat tiga unsur, yaitu C (60%), H (5%), dan N (35%
= 100% – 60% – 5%).

Mula-mula, kadar unsur dikonversi menjadi jumlah mol dengan mengasumsikan


bahwa terdapat 100 g senyawa:

jumlah mol C =
jumlah mol H =

jumlah mol N =

Rasio mol unsur C : H : N yaitu (kedua


ruas dibagi 2,5)

Jadi, rumus empiris senyawa pirimidin yaitu C2H2N.

Rumus molekul yang menunjukkan jumlah atom sebenarnya dari suatu


molekul senyawa dapat sama dengan rumus empiris ataupun kelipatan bilangan
bulat darinya. Namun, untuk mengetahui rumus molekul dari rumus empiris, perlu
diketahui massa molar senyawa tersebut terlebih dahulu.

rumus molekul = (rumus empiris)x

massa molar rumus molekul = x . massa molar rumus empiris

Mr rumus molekul = x . Mr rumus empiris

di mana x adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3, …)

Contoh Soal Rumus Empiris dan Rumus Molekul dan Pembahasan

Kafein (Mr = 194) adalah zat stimulan yang banyak ditemukan dalam kopi, teh,
dan minuman ringan. Analisis unsur dari senyawa kafein menunjukkan terdapat
49,47% karbon, 5,19% hidrogen, 28,86% nitrogen, dan 16,48% oksigen.
Tentukanlah rumus molekul senyawa kafein.
Jawab:

Dalam senyawa pirimidin terdapat empat unsur, yaitu C (49,47%), H (5,19%), N


(28,86%), dan O (16,48%).

Mula-mula, kadar unsur dikonversi menjadi jumlah mol dengan mengasumsikan


bahwa terdapat 100 g senyawa:

jumlah mol C = nC =

jumlah mol H = nH =

jumlah mol N = nN =

jumlah mol O = nO =

Rasio mol unsur C : H : N : O

(kedua ruas dibagi 1,03)

Jadi, rumus empiris senyawa kafein yaitu C4H5N2O.

Mr (C4H5N2O) = (4 x Ar C) + (5 x Ar H) + (2 x Ar N) + (1 x Ar O)

= (4 x 12) + (5 x 1) + (2 x 14) + (1 x 16) = 97


Mr rumus molekul = x . Mr rumus empiris

194 = x . 97

x=2

Oleh karena rumus molekul = (rumus empiris)x, maka rumus molekul =


(C4H5N2O)2 = C8H10N4O2.

Jadi, rumus molekul senyawa kafein adalah C8H10N4O2.

9. Dasar Stereokimia Larutan dan Gas Ideal

Hukum kekekalan massa

Antoine Lavoisier

Hukum kekekalan massa dikenal juga hukum Lomonosov-Lavoisier yang


merupakan suatu hukum yang menyatakan massa dari sistem tertutup akan
konstan walaupun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem itu sendiri.
Pernyataan yang umum dipakai guna menyatakan hukum kekekalan massa yaitu :

“Massa mampu berubah bentuk akan tetapi tidak bisa diciptakan


ataupun dimusnahkan”
Suatu proses kimiawi dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus
sama dengan massa produk.

Hukum kekekalan massa dipakai secara luas seperti:

 kimia
 teknik kimia
 mekanika
 dinamika fluida

Berdasarkan relativitas spesial, kekekalan massa merupakan pernyataan dari


kekekalan energi. Massa partikel yang tetap pada suatu sistem ekuivalen dengan
energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan
bahwasanya terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi saat
suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan juga sebaliknya.
Hukum Perbandingan Tetap

Joseph Louis Proust

Dalam ilmu kimia, hukum perbandingan tetap atau umum dikenal dengan
hukum Proust yang diambil dari nama kimiawan Perancis Joseph Proust yaitu
hukum hukum yang menyatakan bahwa :

“Suatu senyawa kimia terdiri atas unsur-unsur dengan


perbandingan massa yang selalu sama”
Dengan istilah lain, setiap sampel pada suatu senyawa mempunyai komposisi
unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri atas 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa
hidrogen. Bersama dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton),
hukum perbandingan tetap yaitu hukum dasar stoikiometri.

Hukum Perbandingan Berganda

John Dalton

Dalam ilu kimia, hukum perbandingan berganda yaitu salah satu hukum dasar
stoikiometri. Hukum ini juga terkadang disebut hukum Dalton yang diambil dari
nama kimiawan Inggris John Dalton, tetapi biasanya hukum Dalton merujuk
kepada hukum tekanan parsial. Hukum ini menyatakan bahwa :

“Jika dua unsur bereaksi kemudian membentuk dua atau lebih


senyawa, maka perbandingan berat salah satu unsur yang bereaksi
dengan berat tertentu dari unsur yang lain pada kedua senyawa itu
selalu merupakan perbandingan bilangan bulat sederhana”
Contohnya karbon bereaksi dengan oksigen dan membentuk karbondioksida
(CO2) dan karbonmonoksida (CO).

Jika jumlah karbon yang bereaksi pada masing-masing 1 gram, maka diamati
bahwa pada karbonmonoksida yang terbentuk akan ada 1,33 gram oksigen dan
2,67 gram oksigen pada karbondioksida.

John Dalton pertama kali mengemukakan pengamatan ini sejak tahun 1803.
Beberapa tahun sebelumnya, kimiawan Perancis sudah mengemukakan hukum
perbandingan tetap. Dalton merumuskan hukum ini berdasarkan pengamatan
kepada nilai-nilai perbandingan Proust. Kedua hukum ini merupakan penemuan
yang amat penting untuk menjelaskan bagaimana senyawa terbentuk dari
atom-atom. Kemudian pada tahun yang sama, Dalton mengajukan teori atom yang
menjadi dasar dari konsep rumus kimia dalam senyawa

Hukum Penggabungan Volume

Gay Lussac

Hukum penggabungan volume menyatakan bahwa :

“Saat gas bereaksi bersama-sama menjadi gas lain, dan semua


volume diukur pada suhu dan tekanan yang sama”
Maka rasio antara volume gas reaktan dengan produk bisa dinyatakan dalam
bilangan bulat yang sederhana. Hukum penggabungan volume gas dipublikasikan
Joseph Louis Gay-Lussac tahun 1808.

Hipotes Avogadro

Avogrado

Hukum Avogadro (Hipotes Avogadro, atau Prinsip Avogadro) yaitu suatu


hukum gas yang diberi nama sesuai dengan penemunya yaitu ilmuwan Italia
Amedeo Avogadro pada tahun 1811 mengajukan hipotesis bahwa:

“Gas-gas yang mempunyai volume sama, pada temperatur dan


tekanan yang sama, akan memiliki jumlah partikel yang sama”
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak bergantung
pada ukuran ataupun jumlah massa dari molekul gas. Misalnya 1 liter gas
hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu
dan tekanannya sama.

Rumus Hukum Dasar Kimia

Berikut adalah keteragan rumus dari huku-hukum dasar kimia yang sudah di
jelaskan di atas

Hukum Gay Lussac


Saat gas bereaksi bersama-sama menjadi gas lain, dan semua volume diukur
pada suhu dan tekanan yang sama. Maka Rumusnya yaitu :
P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2
Hukum Avogrado
“Gas-gas yang mempunyai volume sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
akan memiliki jumlah partikel yang sama”. Aspek ini mampu dinyatakan secara
matematis yaitu :

V/n = k
Keterangan:
V = Volume gas
n = jumlah mol
k = tetapan kesebandingan

10. Stoikiometrri Reaksi

1. Perhitungan Kimia Sederhana

Dalam pembahasan stoikiometri reaksi, kamu juga akan mempelajari


mengenai perhitungan kimia sederhana. Hitungan kimia sederhana itu
dikategorikan sebagai perhitungan yang tidak terlalu rumit, yang meliputi
penggunaan massa dan volume molar.

Di sini, kamu bisa memahami bahwa massa molar memiliki hubungan


dengan Ar atau Mr dari zat tersebut, sedangkan volume molar adalah volume dari
satu mol gas. Pemahaman mengenai volum molar gas ini diambil dari teori
Avogadro yang mengatakan bahwa gas gas yang bervolum sama akan memiliki
molekul yang sama pada suhu dan tekanan yang sama.

Hitungan kimia sederhana ini memang tidaklah sulit, tapi kamu juga
membutuhkan pemahaman yang baik. Untuk itu, Wardaya College memberikan
beberapa video pembelajaran yang bisa kamu jadikan sebagai pedoman belajar.
Selain itu, kamu juga bisa mengerjakan contoh soal stoikiometri reaksi yang
berhubungan dengan hitungan kimia sederhana ini.

2. Pereaksi Pembatas
Setelah memahami mengenai hitungan kimia sederhana, kamu bisa maju ke
materi selanjutnya, yaitu pereaksi pembatas. Apa sih pereaksi pembatas itu?
Pembatas reaksi adalah pereaksi yang habis lebih dahulu dibanding pereaksi
lainnya dalam suatu reaksi kimia. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
reaksi yang tepat dan efisien.

Untuk menemukan pereaksi pembatas, kamu bisa menggunakan beberapa


cara. Pertama, kamu bisa menyetarakan reaksi dengan memperhatikan
koefisiennya. Kedua, kamu bisa mengkonversikan semua reaktan ke dalam mol.
Selanjutnya, kamu bisa membandingkan mol dan koefisien reaksi untuk
menentukan reaktan mana yang habis terlebih dahulu.

Untuk semakin mendalami materi pereaksi pembatas yang dijelaskan di atas,


kamu bisa tengok di Wardaya College. Kamu akan mendapatkan beberapa video
beserta contoh soal stoikiometri reaksi kimia. Video pembelajaran diberikan
dengan gaya yang enak dan mudah dipahami. Contoh soalnya dibuat dengan 3
tingkat kesulitan yang bisa kamu kerjakan.

3. Reaksi Campuran

Selanjutnya, kamu akan belajar mengenai reaksi campuran yang ada di dalam
pelajaran kimia. Di dalam ilmu kimia, reaksi campuran bisa kamu definisikan
sebagai reaksi kimia yang dapat dialami suatu senyawa atau komponen di dalam
campurannya. Hal ini penting untuk dipelajari sehingga kamu bisa melakukan
identifikasi suatu senyawa/komponen di dalam suatu campuran.

Wardaya College merasakan bahwa kamu membutuhkan panduan untuk


mampu mempelajari reaksi campuran ini. Oleh karena itu, Wardaya College
menyediakan banyak video pembelajaran yang bisa kamu akses kapan saja dan
dimana saja. Selanjutnya, kamu bisa berlatih dengan contoh soal bervariasi yang
dimiliki oleh Wardaya College.

4. Persentase Hasil
Selanjutnya, kamu bisa mempelajari mengenai persentase hasil. Di dalam
ilmu kimia, kamu mengenai persentase Yield sebagai sebuah persentase yang
menyatakan jumlah yang didapatkan dalam suatu eksperimen dibanding dengan
jumlah yang seharusnya yang didapat dengan perhitungan teoritis.

Untuk mendapatkan persentase Yield ini, kamu bisa mulai dengan mencari
dan menemukan reaksi pembatas yang akan kamu gunakan. Setelah kamu selesai
dan menemukan reaksi pembatas yang digunakan, kamu bisa lanjut dengan
menghitung persentase Yield yang kamu inginkan.

11. Tabel Sistem Periodik Unsur

Tabel periodik unsur modern


(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter
and Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
1. Masing-masing unsur terdapat dalam satu kotak yang berisi nomor atom,
lambang unsur, dan nomor massa. Kotak-kotak tersebut berurut dari kiri ke
kanan berdasarkan kenaikan nomor atom.
2. Kotak-kotak tersebut tersusun membentuk barisan horizontal (periode) dan
barisan vertikal (golongan). Setiap periode diberi nomor dari 1 hingga 7.
Setiap golongan diberi nomor dari 1 hingga 8 dengan huruf A atau B. Pada
sistem IUPAC baru, setiap golongan diberi nomor dari 1 hingga 18 tanpa huruf
A atau B. Unsur-unsur dalam satu golongan yang sama pada tabel periodik
akan memiliki kemiripan sifat.
3. Unsur-unsur golongan 1A−8A (golongan 1−2, 13−18) merupakan unsur
golongan utama. Unsur-unsur golongan 1B−8B (golongan 3−12) merupakan
unsur logam transisi. Dua deret unsur di bagian bawah, yakni lanthanida dan
aktinida, disebut unsur logam transisi dalam.
Sifat-sifat pada sistem periodik unsur:

Sifat logam

Berdasarkan sifat, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam, nonlogam,


dan metalloid. Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat: konduktor panas dan
listrik yang baik, dapat ditempa dan ductile, titik leleh relatif tinggi, cenderung
melepaskan elektron kepada unsur nonlogam. Unsur-unsur nonlogam memiliki
sifat-sifat: nonkonduktor panas dan listrik, tidak dapat ditempa dan rapuh/getas,
kebanyakan berwujud gas pada temperatur kamar, cenderung menerima elektron
dari unsur logam. Unsur-unsur metalloid memiliki sifat-sifat seperti logam dan
juga nonlogam. Sifat logam semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah
ke atas sistem periodik unsur, kecuali hidrogen. Unsur-unsur metalloid berada
pada “tangga” yang membatasi unsur-unsur logam dan nonlogam.

Jari-jari atom

Jari-jari atom adalah setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang
sejajar atau dalam sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan, dari atas ke
bawah, jari-jari atom cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit
elektron. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom cenderung semakin
kecil, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif.
Energi ionisasi

Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam
fase gas untuk melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari atas ke
bawah, energi ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari
inti ke elektron terluar bertambah sehingga tarikan elektron terluar oleh inti
berkurang. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi pertama
cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif sehingga
tarikan oleh inti bertambah.

Ringkasan sifat-sifat sistem periodik unsur: jari-jari atom, energi ionisasi, dan
sifat logam
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and
Modern Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)

Jari-jari ion

Jari-jari ion adalah jari-jari dari kation atau anion yang dihitung berdasarkan jarak
antara dua inti kation dan anion dalam kristal ionik. Kation (ion bermuatan positif)
terbentuk dari pelepasan elektron dari kulit terluar atom netral sehingga tolakan
antar elektron berkurang, tarikan elektron oleh inti lebih kuat, dan jari-jari dari
kation lebih kecil dari atom netralnya. Anion (ion bermuatan negatif) terbentuk
dari penangkapan elektron pada atom netral sehingga tolakan antar elektron
bertambah dan jari-jari dari anion lebih besar dari atom netralnya. Dalam satu
golongan pada sistem periodik unsur, dari atas ke bawah, jari-jari ion bermuatan
sama cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron. Dalam
periode, pada deretan ion isoelektronik (spesi-spesi dengan jumlah elektron sama
dan konfigurasi elektron sama, seperti O2-, F–, Na+, Mg2+, dan Al3+ dengan 10
elektron), semakin besar muatan kation maka semakin kecil jari-jari ion, namun
semakin besar muatan anion maka semakin besar jari-jari ion.

Jari-jari atom dan ion beberapa unsur dalam satuan pm


(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter
and Change (5th edition). New York: McGraw Hill)

Afinitas elektron

Afinitas elektron adalah kuantitas perubahan energi ketika sebuah atom atau ion
dalam fase gas menerima sebuah elektron. Jika kuantitas perubahan
energi bertanda positif, terjadi penyerapan energi, sedangkan jika bertanda negatif,
terjadi pelepasan energi. Semakin negatif nilai afinitas elektron, semakin besar
kecenderungan atom atau ion menerima elektron (afinitas terhadap elektron
semakin besar). Dalam satu golongan pada tabel periodik unsur, dari atas ke
bawah, afinitas elektron cenderung semakin kecil, dengan banyak pengecualian.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, sampai golongan 7A, afinitas elektron
cenderung semakin besar, dengan banyak pengecualian.
Nilai afinitas elektron unsur-unsur golongan utama dalam satuan kJ/mol
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context
(3rd edition). New York: W. W. Norton & Company, Inc.)

Elektronegativitas

Elektronegativitas adalah ukuran kemampuan suatu atom dalam sebuah molekul


(keadaan berikatan) untuk menarik elektron kepadanya. Semakin besar
elektronegativitas, semakin mudah atom tersebut menarik elektron kepadanya
sendiri. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, elektronegativitas cenderung
semakin kecil. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, elektronegativitas
cenderung semakin besar.

Elektronegativitas dari unsur-unsur dalam skala Linus Pauling


(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and
Modern Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)
12. Struktur Molekul

Atom-atom pada umumnya tidak ditemukan dalam keadaan bebas (kecuali


pada temperatur tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok atom atau sebagai
molekul. Hal ini berarti bahwa secara energi, kelompok atom atau molekul itu
memiliki keadaan yang lebih stabil daripada atom-atom dalam keadaan bebas.
Dua atom dapat berantaraksi dan membentuk molekul. Antaraksi ini selalu
disertai dengan pengeluaran energi. Gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam
molekul disebut ikatan, yang merupakan ikatan kimia. Apabila antaraksi atom itu
menyangkut pengeluaran energi lebih dari 42 kJ per mol atom, dalam hal ini akan
terbentuk zat baru dengan sifatsifat yang khas. Pengetahuan tentang ikatan ini
adalah penting sekali dalam hubungannya dengan struktur molekul dan sifat-sifat
lainnya. Atom-atom dapat saling terikat dengan cara :

a. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom yang lain Misalnya, atom natrium
melepaskan elektron membentuk ion positif. Atom klor menerima elektron
membentuk ion negatif. Kedua ion ini yang muatannya berlawanan saling tarik
menarik secara elektrostatik dalam kisi ion. Ikatan macam ini disebut ikatan ion.
Ikatan ion adalah gaya tarik-menarik antara dua ion yang berlawanan muatan
yang terbentuk melalui perpindahan elektron. Ikatan ion disebut juga ikatan
elektrovalen.

b. Pemakaian bersama elektron oleh dua atom Dalam hal ini, kulit elektron terluar
kedua atom bertindihan dan terbentuk pasangan-elektron ikatan, yang digunakan
bersama oleh kedua atom. Ikatan ini disebut ikatan kovalen. Ikatan kovalen adalah
gaya tarik-menarik antara dua atom sebagai akibat pemakaian bersama pasangan
elektron.

Teori Oktet

Peraturan oktet Dalam usahanya untuk menerangkan pembentukan


molekul-molekul seperti H2, HCl, O2, dan sebagainya. Lewis mengemukakan
bahwa pembentukan molekul dengan cara menggunakan bersama dua elektron
atau lebih dan mencapai konfigurasi gas mulia, ns 2 np 6 (kecuali pada molekul
hidrogen). Misalnya : H + H H : H atau H H H + Cl H : Cl atau H Cl O
+O O :: O atau O = O 2 C + 2 H H:C:::C:H atau H C C H Teori ini
tidak menerangkan mengapa pengunaan bersama sepasang elektron merupakan
suatu ikatan. Rumus senyawa seperti ditulis di atas yang sesuai dengan aturan
oktet disebut rumus titik, rumus elektron, atau rumus Lewis. Menurut teori ini,
jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk oleh suatu unsur bergantung pada
jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut. Misalnya, Cl [Ne] 3s2 3px
2 3py 2 3pz 2 hanya ada satu elektron tunggal, jadi Cl hanya dapat membentuk
satu ikatan kovalen (HCl, CCl4) O [He] 2s2 2px 2 2py 1 2pz 1 di sini ada dua
elektron tunggal, sehingga O dapat membentuk dua ikatan (H O H , O = O) C
[He] 2s2 2px 1 2py1 di sini hanya ada dua elektron tunggal, sedangkan menurut
teori hibridisasi biasanya membentuk empat ikatan (CH4) B [He] 2s2 2px 1 di sini
juga hanya ada satu elektron tunggal, padahal menurut teori hibridisasi B dapat
membentuk tiga ikatan (BCl3).

Menurut teori oktet Lewis ini unsur-unsur gas mulia tidak dapat membentuk
ikatan oleh karena tiap atom sudah dikelilingi oleh 8 elektron valensi. Diketahui
bahwa Xe juga dapat membentuk senyawa-senyawa seperti XeF2 dan XeO2.

Cara Menuliskan Struktur Lewis

Rumus Lewis untuk beberapa molekul kovalen dan ion poliatomik sangat
berguna antara lain untuk mempelajari bentuk suatu molekul atau ion. cara
menuliskan rumus Lewis dapat dibagi dalam beberapa tahap. Meskipun tidak
selalu mudah, pada tahap pertama perlu menentukan letak atom-atom pada ikatan.
Dalam banyak hal dapat ditarik kesimpulan dari rumus senyawa itu, bahwa yang
ditulis lebih dahulu adalah atom pusat misalnya struktur dari CO2 dan NO3
Penyimpangan dan Keterbatasan Aturan Oktet

Seringkali dijumpai juga bahwa tidak mungkin semua atom dalam satu
molekul memenuhi aturan oktet, yang dapat dibagi dalam tiga kelompok. a. Spesi
elektron-ganjil Jika jumlah elektron valensi ganjil akan terdapat elektron yang
tidak berpasangan dan sekurang-kurangnya terdapat satu atom dengan oktet yang
tidak lengkap. Misalnya pada molekul NO2 (17 elektron valensi) yang dapat
ditulis (Gambar 3.6). Gambar 3.6 Stuktur Lewis molekul NO2 b. Oktet yang tidak
sempurna Hal ini dapat ditunjukkan oleh BeH2 : H Be H c. Oktet yang
diperluas Pada PCl5, P dikelilingi oleh 10 elektron dan SF6, S dikelilingi oleh 12
elektron (Gambar 3.7). P Cl Cl Cl Cl Cl S F F F F F F Gambar 3.7 Stuktur
molekul PCl5 dan SF6 3.4 Muatan Formal Dalam beberapa rumus, beberapa
unsur tampaknya membentuk ikatan kovalen dengan jumlah yang tidak lazim.
Ternyata menggambar rumus Lewis yang sepenuhnya benar dari
senyawa-senyawa ini tidak dimungkinkan, kecuali bila kita memberikan muatan
elektrostatik, yang disebut muatan formal, kepada beberapa unsur dalam struktur
ini. Disebut muatan formal, sebab ini hanya aturan arbiter, tidak selalu berarti
muatan sesungguhnya pada atom tersebut. Atom nitrogen dan tiap oksigen telah
mempunyai oktet lengkap, namun satu atom oksigen diikat hanya oleh satu ikatan
kovalen bukannya oleh dua seperti biasa. Seandainya elektron-elektron dalam
ikatan HNO3 dibagi antara atomatom sedemikian sehingga tiap atom yang
digabung oleh suatu ikatan kovalen diberi satu elektron dari ikatan kovalen
tersebut, maka oksigen yang hanya mempunyai satu ikatan kovalen akan
mempunyai tujuh elektron valensi-satu elektron berlebih dibandingkan atom
oksigen netral.

Oleh karena itu, oksigen ini diberi suatu muatan elektrostatik atau muatan
formal sebesar -1. Sama juga dengan atom nitrogen hanya mempunyai empat
elektron valensi-satu elektron kurang dibandingkan yang dimiliki atom nitrogen
netral. Atom nitrogen yang kekurangan elektron ini mempunyai muatan formal +1.
Atom-atom lain dalam asam nitrat semuanya memiliki elektron yang sama banyak
seperti atom-atom netral mereka, maka muatan formal mereka adalah nol. Dalam
molekul atau ion, jumlah muatan formal atom-atom harus sama dengan jumlah
muatan molekul atau ion.

13. Ikatan Kimia

Ikatan Ion
Ikatan ion timbul sebagai akibat dari gaya tarik menarik antara ion yang
bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif yang dihasilkan karena
perpindahan elektron. Pada pembentukan natrium klorida, misalnya Na
melepaskan elektron valensinya dan berubah menjadi ion Na+ ; elektron ini
diterima oleh atom Cl yang berubah menjadi ion Cl- . Antaraksi antara ion Na+
dan ion Clkemudian menghasilkan pasangan ion Na+ Clyang mempunyai energi
potensial lebih rendah dari kedua ion secara terpisah. Na (1s2 2s2 2p6 3s1 )
Na+ (1s2 2s2 2p6 ) + e Cl (1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 ) + e Cl (1s2 2s2 2p6
3s2 3p 6 ) Na + Cl Na+ Cl

Contoh di atas menggambarkan pembentukan pasangan ion dalam keadaan


gas dari atom-atom dalam keadaan bebas. Pada proses ini perubahan ini
perubahan energi menyangkut energi ionisasi (pada pembentukan kation), afinitas
elektron (pada pembentukan anion) dan energi antaraksi coulomb antara kedua
jenis ion.

Sifat Senyawa Ion

a. Hantaran Listrik Padatan senyawa ion tidak terdapat elektron yang bebas
bergerak dan tidak menghantar listrik karena tidak terdapat partikel bermuatan
yang bergerak. Ion-ion terikat erat pada kisi, sehingga tidak menghantar muatan
melalui kisi. Dalam keadaan lebur, ionion bergerak dan dapat menghantar listrik.
Dalam larutan air, ion-ion dikelilingi air dan bebas bergerak sehingga dapat
menghantar listrik.

b. Titik Leleh dan Titik Didih Titik leleh dan titik didih senyawa ion tinggi,
karena memerlukan energi termal yang besar untuk memisahkan ion yang terikat
erat dalam kisi.

c. Kekerasan Kebanyakan senyawa ion keras. Permukaan kristalnya tidak mudah


digores. Hal ini disebabkan ion-ion erat terikar dalam kisi sehingga sukar
bergerak dari kedudukannya.

d. Kegetasan Kebanyakan senyawa ion getas (brittle). Distorsi menyebabkan


tolak-menolak antara ion yang muatannya sama. e. Kelarutan Pada umumnya
senyawa ion melarut dalam pelarut polar dan tidak melarut dalam pelarut
non-polar.

Ikatan Kovalen

Pada senyawa-senyawa seperti H2, HCl, O2, C2H6, HgCl2 dan sebagainya,
tidak terjadi perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain,
sehingga ikatan pada senyawa-senyawa ini jelas bukan ikatan ion.
Senyawa-senyawa ini merupakan pengelompokkan yang stabil dari atom-atom.
Pada H2 misalnya, kurva energi potensial memperhatikan harga minimum pada
jarak antar nuklir 75 pm, hal mana menunjukkan terjadinya suatu ikatan,
pemutusan ikatan ini memerlukan energi 435 kJ/mol. Jumlah ikatan kovalen yang
dapat dibentuk oleh suatu atom disebut kovalensi. Beberapa harga kovalensi
untuk unsur-unsur yang umum adalah : hidrogen dan halogen, 1; oksigen dan
belerang, 2; nitrogen, dan fosfor, 3; karbon dan silikon, 4. Angka yang disebut di
atas untuk kovalensi sama dengan jumlah elektron yang diperlukan atom agar
menjadi isoelektronik (Struktur elektron yang sama) dengan gas mulia. Di bawah
ini terdapat rumus bangun beberapa senyawa di mana digunakan garis untuk
menyatakan ikatan kovalen

Sifat Senyawa Kovalen Senyawa kovalen memiliki sifat sebagai berikut:

a. Pada suhu kamar pada umumnya berupa gas, cairan atau padatan dengan titik
leleh rendah. Gaya antar molekul adalah lemah meskipun ikatan-ikatan itu adalah
ikatan kuat.

b. Melarut dalam pelarut non polar seperti benzena dan beberapa diantaranya
dapat berantaraksi dengan pelarut polar.

c. Padatannya, leburannya atau larutannya tidak menghantarkan listrik.

Ikatan Kovalen Koordinat

Ikatan kovalen koordinat disebut juga ikatan kovalen datif. Ikatan ini mirip
dengan ikatan kovalen, tetapi hanya satu atom yang menyediakan dua elektron
untuk dipakai bersama. Perhatikan cara pembentukan suatu kompleks BCl3.NH3
yang stabil, yang terbentuk dari amonia dan boron triklorida. Atom nitrogen
dalam amonia mengandung dua elektron yang tidak terikat (sepasang elektron
bebas) sedangkan atom boron dalam boron triklorida kekurangan dua elektron
untuk mencapai oktet yang stabil.

Oktet dapat dilengkapi dengan cara: H Cl H H N B Cl H Cl H N + H Cl B Cl


Cl Pembentukan ikatan kovalen koordinat antara NH3 dan BCl3 Jika pada rumus
Lewis digunakan garis untuk menyatakan pasang elektron, maka ikatan koordinat
kovalen dapat dinyatakan dengan tanda panah dari atom yang memberikan
pasangan elektron. Ikatan kovalen dapat ditinjau dengan dua cara. Pada cara
pertama, elektron yang digunakan bersama itu menempati orbital-orbital atom
yang saling bertindihan (overlap). Cara in dikenal sebagai Teori Ikatan Valensi
yang dikembangkan oleh Heitler dan Slater dan kemudian diperluas Pauling dan
Coulson. Pada cara kedua, molekul dianggap mempunyai orbital-orbital molekul
yang ditempati oleh elektron menurut energi yang meningkat. Cara ini yang
dikembangkan oleh Hund dan Milikan dikenal sebagai teori Orbital Molekul.
Teori ini bertitik tolak dari atom-atom secara terpisah. Ikatan antara atom-atom
terjadi dengan cara orbital-orbital atom yang masing-masing, saling bertindihan.
Agar dapat diperoleh molekul yang stabil, kedua elektron itu harus mempunyai
spin yang berlawanan; hanya dalam hal ini akan didapat suatu harga minimum
pada kurva energi potensial.

Kekuatan ikatan bergantung pada derajat pertindihan yang terjadi. Makin


besar derajat pertindihan, makin kuat ikatan. Pertindihan antara dua orbital s tidak
kuat oleh karena distribusi muatan yang berbentuk bola; pada umumnya ikatan s-s
relatif lemah. Orbital p dapat bertindih dengan orbital s atau orbital p lainnya
dengan efektif, karena orbital-orbital p terkonsentrasi pada arah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern


Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.
Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Susianto, Nirwan. 2019. Sistem Periodik Unsur (online)


https://www.studiobelajar.com/sistem-periodik-unsur/ ( Diakses pada tanggal
28 September 2019)
Yuliana, Dewi. 2014. Struktur Molekuler dan Ikatan Kimia (online)
https://www.academia.edu/8819686/struktur_molekul_dan_ikatan_kimia
(Diakses pada tanggal 30 September 2019)
MAKALAH KIMIA DASAR
DOSEN PENGAMPUH

Ir. Pamilia Conniwanty M.T

KELAS A

NAMA ANGGOTA

Alya Dewi Pritania (03031281924051)

Sonia Putri Lestari (03031281924129)

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
ANGKATAN 2019

Anda mungkin juga menyukai