Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN

DISUSUN OLEH:

1. ADHELLA KINASIH
2. ANI MESNAWATI
3. BOBY SARASKI
4. HERVINA
5. INDRI MUSTIKA BAHUGA
6. KITRI WARDANI
7. NI WAYAN DEFTA UTAMI

KELAS : 1E

DOSEN PENGAMPUH : WATI NINGSIH M,Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-PGRI KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman


Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju jalan
yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan kontets perubahan zaman sekarang,
bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia.
Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan
sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.
Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”.Dari
ayat Al-Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan
keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.
Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab,
ataupun keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar.
Yang harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat, yaitu
ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi
pengganti Nabi.
Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi
keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”
Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap
permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan
perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa sesama muslim diibaratkan satu
tubuh,
“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi,
seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah
tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim).
Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;
“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)
Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;
1) Adanya pergolakan politik dalam negeri,
2) Mengalirnya pemikiraan non-muslim,
3) Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke modern
dan dari politik regional ke dunia. (Adeng, 2008)
Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami pruralisme ini.
a) Prinsip keberagamaan yang lapang
Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim
kebenaran. ). Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada tuhan (makna
generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan bukan hanya
ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa
dikatakan sebagai makna terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi
bersabda kepada sahabat Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama
disisi Allah adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al
Samhah) “.
b) Keadilan yang objektif
Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan kita
terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita tidak
suka dan menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita (outsider)
maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan hukum, interkasi
sosial maupun hal-hal lain.
Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan pandangan
ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like and dislike). Seperti
yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,
“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu
lebih dekat kepada taqwa”
c) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk ketika
melakukan dakwah
“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana dan pelajaran
yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An Nahl ayat 12
“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256
Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara
argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya sendiri
dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan
untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman, dan
mempertahankan keyakinan kita
“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik
pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64

d) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan


“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka
berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148
Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan
advokasi terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan
sebagainya maka kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan
atau bahkan berusaha menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu
bagi kita kaum muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal
amal sosial.
Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta hubungan yang
lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap saling menghargai,
menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial. Sehingga kehadiran agama
(khususnya islam) tidak lagi menjadi momok bagi kemanusiaan tetapi malah menjadi rahmat
bagi keberadaan tidak hanya manusia tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu A’lam
Bishawab).
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

1. Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Adapun Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa adalah:

a. Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)


Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia
waspada dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra Islam
dengan mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah agama yang
sangat toleransi. Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang ekstrim dan
radikal. Apalagi dengan mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari
semua teror.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam
Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan
masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:
‫ال إكراه في الدين‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)
Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh beliau
dalam memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang tertulis dalam
“Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam disebutkan tentang
adanya kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan terhadap kota Madinah atau
penduduknya, maka semua ahlu shahifah (yang terlibat dalam Piagam Madinah) wajib
mempertahankan dan menolong kota Madinah dan penduduknya tanpa melihat
perbedaan agama dan qabilah

b. Batasan toleransi dalam perspektif islam


Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah
Al Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi
Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan
membiarkan pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu
ada mashlahah untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury
(primer) dalam kehidupan umat Islam. Allah telah berfirman dengan tegas dan jelas
bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah
Nabi Muhammad.
‫ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول هللا وخاتم النبيين وكان هللا بكل شيء عليما‬
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)
Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang
yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada
nabi setelah Nabi Muhammad saw.

1. Al Asas al fikri li tasamuh al muslimin


2. Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan
beberapa faktor toleransi muslim terhadap non-muslim:

B. Nilai kemanusiaan yang mulia.


‫ولقد كرمنا بني آدم‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)

Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang
Maha Pencita alam semesta dan isinya.
‫ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة وال يزالون مختلفين‬
“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah
di akhirat nanti.
‫وإن جادلوك فقل هللا أعلم بما تعملون هللا يحكم بينكم يوم القيامة فيما كنتم فيه تختلفون‬
“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui
tentang apa yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari
kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)

Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.


‫يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين هلل شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن قوم على أال تعدلوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

C. Implementasi Keragaman dalam Keberagaman


Mencermati berbagai ulasan mengenai keragaman dan keberagaman dalam perspektif
islam dan juga agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa
diatas, maka langkah konkrit untuk menyikapi itu semua adalah membangun tali
silaturrahmi yang mengedepankan toleransi intern umat islam.
“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka hendaklah
dia bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam berbagai
aspek kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan mengundang rezki
material dan spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang untuk memutus tali
silaturrahmi, jika terjadi pertikaian harus segera berdamai.
Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan
dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup
damai, rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah
toleransi maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal yang dimiliki oleh
seseorang maupun kelompok.

“hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena boleh jadi) mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wantita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) lebih baik daripada wanita-
wanita (yang mengolok-olok0 dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buru. Seburuk-buruk panggilan
ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang lalim”Q.S. Al-Hujurat.11

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan kesatuan
di kalangan umat antara lain (Sudarto,2014;100):
1) Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap kelompok
lain
2) Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa bukti
yang berujung pada konflik
3) Mencari kejelekan-kejelekan orang lain
“hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang” Q.S. Al-Hujurat ayat 12

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya perpecahan dalam persatuan dan kesatuan
bangsa maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menjaga tali
silaturrahmi dalam berbagai aspek kehidupan. Berlomba-lomba berbuat kebaikan
untuk mengharapkan ridho-Nya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Membangun persatuan di tengah keberagaman dalam perspektif islam memerlukan


tindakan konkrit yang nyata. Ajaran islam telah mengajarkan umatnya untuk hidup dalam
toleransi. Untuk menjaga persatuan ini maka umat harus menjaga tali silaturrahmi antar
manusia dan juga menjunjung tinggi toleransi.

Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Quran untuk hidup dengan damai sekalipun berada
di antara perbedaan. Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat
berhubungan dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu
hidup damai, rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam seorang
muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk Islam dengan
terpaksa, karena Allah telah berfirman:

‫ال إكراه في الدين‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Maka sudah seharusnya kita mampu menyikapi perbedaan dari sudut pandang yang berbeda,
saling menghargai adanya keberagaman maka akan terjadi keharmonisan dalam hubungan
masyarakat, sehingga kedamaian akan terus berjalan dan perpecahan tidak akan terjadi.

B. Saran

Makalah yang berjudul Membangun Persatuan di Tengah Keberagaman dalam Perspektif


Islam ini telah kami selesaikan dengan semaksimal mungkin. Namun, kesempurnaan hanya
milik Allah SWT, maka pasti ada kekurangan dari isi makalah ini. Kami dengan terbuka
menerima berbagai saran dan kritik yang kami perlukan untuk bahan evaluasi makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

(Rohmatunnisa, Siti Ines. 2014. http://sitiinesrohmatunnisa.blogspot.co.id/2014/05/persatuan-


bangsa-menurut-agama.html, diakses 28 september 2016)

(Sulaiman, Ibrahim. 2012. http://sulaimanibrahim.blogspot.co.id/2012/01/pluralisme-dalam-


perspektif-islam.html, diakses 28 september 2016)

(Khoiri, Muhammad. 2011. http://httpkhoiriblogspotcom.blogspot.co.id/2011/07/islam-


memandang-keberagamanpluralisme.html, diakses 28 september 2016)

______ . 2015. Pendidikan Agama Islam Kontekstual di Perguruan Tinggi. Cetakan ke X.


Surabaya : Surabaya University Press

Sudarto,2014, Wacana Islam Progresif, Yogyakarta, IRCisoD

Syarbini, dkk. 2011, Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Umat Beragama,


Jakarta, PT.ElexMedia Komputindo

Anda mungkin juga menyukai