DISUSUN OLEH :
NAMA : BAIQ EVI DAMAYANTI
NIM : E1R010031
RODY : PEND.MATEMATIKA
1
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kesadaran bahwa tak ada gading yang tak retak,
maka makalah ini pun tidak luput dari segala kekurangan. Segala kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnnya memperbaiki, menyempurnakan
dan mengembangkan makalah ini sangat saya harapkan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. 1
Kata Pengantar.............................................................................................. 2
Daftar Isi......................................................................................................... 3
BAB I STOIKIOMETRI
A. Hukum-hukum Dasar Kimia............................................... 5
B. Teori Atom Dalton................................................................. 10
C. Hukum Avogardo.................................................................. 11
D. Massa Atom Relatif................................................................ 13
E. Konsep Mol............................................................................. 14
F. Rumus Empiris dan Rumus Molekul.................................. 16
G. Persamaan Reaksi...................................................................16
H. Kemolaran............................................................................... 18
I. Molalitas.................................................................................. 20
J. Fraksi Mol................................................................................ 20
K. Bilangan Oksidasi................................................................... 21
L. Normalitas............................................................................... 27
Kesimpulan.................................................................................... 28
Soal dan Pembahasan................................................................... 29
Daftar Pustaka...............................................................................39
BAB II STRUKTUR ATOM
A. Definisi dan Sejarah Atom.................................................... 41
B. Partikel Dasar.......................................................................... 47
C. Teori Atom Thomson dan Rutherford................................ 51
D. Teori Atom Modern............................................................... 53
E. Teori Atom John Dalton........................................................ 55
F. Spektrum atom dan Teori Atom Bohr................................ 57
G. Nomor Atom dan Nomor Massa......................................... 58
H. Sifat Atom................................................................................ 59
Kesimpulan ................................................................................... 60
Soal dan Pembahasan...................................................................63
Daftar Pustaka............................................................................... 65
BAB III PERIODIK
A. Perkembangan Sistem Periodik........................................... 72
B. Pengelompokan Unsur Berdasarkan Sistem
Periodik Modern.................................................................... 75
C. Golongan dan Periode.......................................................... 76
D. Sifat Periodik Unsur.............................................................. 79
Kesimpulan................................................................................... 86
Soal dan Pembahasan.................................................................. 88
Daftar Pustaka.............................................................................. 91
BAB IV IKATAN KIMIA
3
A. Pengertian ikatan kimia........................................................ 92
B. Elektron dalam ikatan kimia................................................ 93
C. Ikatan ion................................................................................ 95
D. Ikatan Kovalen....................................................................... 97
E. Teori Orbital Molekul............................................................103
F. Ikatan Kimia Lainnya............................................................104
Kesimpulan...................................................................................113
Soal dan Pembahasan..................................................................115
Daftar Pustaka..............................................................................118
4
BAB 1
STOIKIOMETRI
5
1. HUKUM KEKEKALAN MASSA (HUKUM LAVOISIER)
Pada awal abad ke- 18, para kimiawan dalam usahanya mempelajari
kalor dan pembakaran menemukan hal yang sangat aneh. Contohnya, jika
kayu dibakar, maka akan menghasilkan residu abu (padatan) yang jauh
lebih ringan daripada kayu semula. Akan tetapi, jika logam dibakar di
udara bebas, maka akan menghasilkan oksida yang lebih berat
dibandingkan dengan logam semula. Untuk menjawab keanehan tersebut,
para kimiawan mengembangkan metode eksperimen secara cermat
dengan menggunakan neraca kimia dalam mengukur volume atau massa
gas, cair dan padat yang terjadi pada reaksi kimia. Oleh karena itu, massa
reaktan dan hasil reaksi dapat diukur dengan cermat. Hasil eksperimen
tersebut menyajikan fakta kepada pengamat dan menuntut mereka ke
perumusan hukum fundamental (dasar ) yang menguraikan sifat kimia.
Hukum dasar yang diperoleh dikenal dengan hukum kekekalan massa,
yaitu sebagai berikut.
6
’’ Dalam setiap reaksi kimia, massa zat sebelum dan sesudah reaksi
selalu sama.’’
Pada waktu itu Proust menemukan bahwa tembaga karbonat, baik dari
sumber alami maupun sintetis di laboratorium mempunyai susunan yang tetap.
Contoh :
7
S(s) + O2(g) → SO2(g)
’’Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka
perbandingan massa unsur yang satu, yang bersenyawa dengan unsur
lain yang tertentu massanya merupakan bilangan bulat dan sederhana’’.
8
Karbon + oksigen → Karbon monoksida (I)
Sampai kini hukum ini masih dapat diterima, tetapi perlu dikoreksi
mengenai bilangan sederhana. Jika perbandingan itu bilangan sederhana
(1, 2, 3, 4, 5) berarti rumus senyawa juga sederhana, seperti H2O, CO2, dan
H2SO4. Akan tetapi kini ditemukan senyawa dengan bilangan besar, seperti
sukrosa dan asam arakidonat.
9
“pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas
pereaksi dengan volume gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan
sederhana (sama dengan perbandingan koefisien reaksinya)”
Contoh :
10
John Dalton seorang guru berkebangsaan Ingris menggunakan
konsep atom untuk menjelaskan mengapa unsur selalu bereaksi dengan
perbandingan angka bulat sederhana (selanjutnya lebih dikenal dengan
hokum perbandingan berganda) dan mengapa gas lebih mudah larut
dalam air dibandingkan yang lain. Dalton menyusun teori atomnya
berdasarkan hukum kekekalan massa dan hokum perbandingan tetap.
Dimana konsep atomnya adalah sebagai berikut:
Setiap unsur tersusun dari partikel kecil yang disebut sebagai atom.
Atom dari unsur yang sama adalah identik dan atom dari unsur
yang tidak berbeda dalam beberapa hal dasar.
Senyawa kimia dibentuk dari kombinasi atom. Suatu senyawa
selalu memiliki perbandingan jumlah atom dan jenis atom yang
sama.
Reaksi kimia melibatkan reorganisasi atom yaitu berubah
bagaimana cara mereka berikatan akan tetapi atom-atom yang
terlibat tidak berubah selama reaksi kimia berjalan.
Model atom Dalton ini biasanya disebut sebagai model atom bola
billiard dimana warna bola billiard yang berbeda-beda merupakan
symbol atom unsur yang berbeda-beda.
C. HUKUM AVOGADRO
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak
tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1
liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah molekul yang
sama, selama suhu dan tekanannya sama. Aspek ini dapat dinyatakan
secara matematis,
dimana:
11
V adalah volum gas.
dimana:
T adalah temperatur
memiliki nilai yang sama untuk semua gas, tidak tergantung pada ukuran
atau massa molekul gas. Hipotesis Avogadro dibuktikan melalui teori
kinetika gas.
Satu mol gas ideal memiliki volum 22.4 liter pada kondisi standar
(STP), dan angka ini sering disebut volum molar gas ideal. Gas-gas nyata
(non-ideal) memiliki nilai yang berbeda.
H H
O O
+ O O
H H H H
H H
2 molekul H2 1 molekul O2 2 molekul H2O
Catatan :
Jika volume dan jumlah molekul salah 1 zat diketahui, maka volume dan jumlah
molekul zat lain dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
koefisienyang dicari
V yang dicari = xV
koefisien yang diketahui yang diketahui
12
dan
Keterangan :
V = volume molekul ( L )
Atom adalah partikel yang sangat kecil sehingga massa atom juga
terlalu kecil bila dinyatakan dengan satuan gram. Karena itu, para ahli
kimia menciptakan cara untuk mengukur massa suatu atom, yaitu dengan
massa atom relatif. Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa rata-
rata suatu atom dengan satu per dua belas kali massa satu atom karbon-12.
Unit terkecil suatu zat dapat juga berupa molekul. Molekul disusun
oleh dua atau lebih atom-atom yang disatukan oleh ikatan kimia. Massa
molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa rata-rata suatu molekul
dengan satu per dua belas kali massa satu atom karbon-12.
Dalam rumus di atas digunakan massa atom dan massa molekul rata-rata.
Kenapa menggunakan massa atom rata-rata? Karena unsur di alam
mempunyai beberapa isotop. Sebagai contoh, karbon di alam mempunyai
2 buah isotop yang stabil yaitu C-12 (98,93%) dan C-13 (1,07%). Jika
kelimpahan dan massa masing-masing isotop diketahui, massa atom
relatif suatu unsur dapat dihitung dengan rumus:
13
relatif dari seluruh atom penyusun molekul tersebut. Molekul yang
mempunyai rumus AmBn berarti dalam 1 molekul tersbut terdapat m atom
A dan n atom B. Dengan demikian massa molekul relatif A mBn dapat
dihitung seperti berikut.
Mr AmBn = m x Ar A + n x Ar B
E. KONSEP MOL
Untuk 1 mol zat Karbon maka memiliki massa sesuai dengan massa atom
Karbon, diketahui dari tabel periodik bahwa massa atom karbon adalah
12 sma, sehingga massa zat tersebut juga 12 gram. Untuk itu 1 mol zat
dapat kita ubah kedalam bentuk persamaan :
14
Jumlah Partikel ( X ) Kemolaran ( M )
n
X n x 6,02 x 10
23
M
V
Jumlah Mol ( n )
m n x mm
V n x Vm
Volum Gas ( V )
Massa ( m )
Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsure dalam
satu molekul zat itu.
15
G. PERSAMAAN REAKSI
16
1). Menuliskan Persamaan Reaksi.
2 H 2 ( g) + O2 (g) → 2 H 2 O (l)
Keterangan :
Contoh :
17
a). Tetapkan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya
paling kompleks = 1, sedangkan zat lain diberikan koefisien
sementara dengan huruf.
b). Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat
yang diberi koefisien 1 itu.
18
H. KEMOLARAN
Rumus Pengenceran
V1.M1=V2.M2
I. MOLALITAS
19
Molalitas menyatakan perbandingan mol zat terlarut dalam
kilogram pelarut. Molalitas dinyatakan antara jumlah mol zat terlarut
dengan massa dalam kg pelarut. Bagaimana simbol dari molalitas zat?
Molalitas disimbolkan dengan m
dengan
J. FRAKSI MOL
atau
XA + XB = 1
K. BILANGAN OKSIDASI
20
1. PENGERTIAN BILANGAN OKSIDASI
2. Oksigen
3. Hidrogen
21
Kecuali dalam hibrida = -1
4. Unsur-unsur Golongan IA
5. Unsur-unsur Golongan IIA
6. Bilangan Oksidasi molekul = 0
7. Bilangan Oksidasi ion = muatan ion
8. Unsur halogen
F : 0, -1
Alasan pengecualian
22
Oksigen dalam peroksida
23
Pengoksigenan ”. karat besi adalah oksida dengan rumus Fe2O3,
sebagaimana bijih besi pada kulit bumi, pada industri logam bijih besi
diolah menjadi besi murni menurut reaksi berikut ini :
24
Fe2+ ----> Fe3+ + e
S2- ---- >S + 2e
Zn----> Zn2+ + e
Cu2+ + 2e ---->Cu
Zn + Cu2+ ---->Zn2+ + Cu
25
Zat yang mengalami oksidasi (melepaskan elektron) disebut
reduktor (pereduksi), sebab ia menyebabkan zat lain mengalami reduksi,
sebaliknya zat yang mengalami reduksi disebut oksidator (pengoksidasi).
Pada contoh reaksi diatas Zn merupakan reduktor, sedangkan
Cu2+merupakan oksidator.
Contoh :
L. NORMALITAS
26
Untuk mendapatkan larutan 1 N, maka zat yang dibutuhkan hanya
49 gram H2SO4 dilarutkan kedalam 1 Liter air, karena dengan 49 gram
atau 0.5 molar sudah dihasilkan satu muatan dari zat-zat yang terionisasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian materi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu:
27
3. Rumus empiris dihitung gram atau persen masing-masing
penyusun senyawa dan angka tersebut dibagi dengan Ar masing-
masing diperoleh perbandingan mol terkecil dari unsur penyusun
senyawa.
4. Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya
sama, tetapi kebanyakan tidak sama.
5. Menentukan rumus molekul senyawa ada dua hal yang harus
terlebih dahulu diketahui yaitu rumus empiris senyawa dan Mr
atau BM senyawa.
6. Koefisien reaksi : Perbandingan mol seluruh zat yang ada pada
persamaan reaksi, baik reaksi ruas kiri maupun hasil di ruas kanan.
7. Jika salah satu zat sudah diketahui molnya, mk zat lain pada
persamaan reaksi dapat dicari dengan cara membandingkan
koefisien.
8. Hukum-hukum gas
Yaitu:
a. Hukum Gay-Lussac (hukum perbandingan volume).
b. Hukum Avogadro (pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas
yang bervolume sama akan memiliki mol yang sama).
c. Keadaan Standar (setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0 oC dan
tekanan 1 atm memiliki volume 22,4 liter (22,4 dm3)
Jawab :
28
m Ca = 4 gram
m O2 = ..?
m Ca + m O2 = m CaO
m O2 = m CaO - m Ca
= (5,6 – 4,0) gram
= 1,6 gram
Jawab :
Reaksi : Fe + S → FeS
7 4 11
a) Massa S = 8 gram
Massa Fe = …?
7
x 8 gram = 14 gram
Massa Fe = 4
29
b) 21 gram Fe direaksikan dengan 15 gram S, berarti :
Fe : S = 21 : 15 = 7 : 5
4
x 21 gram = 12 gram
Massa S yang bereaksi = 7
4
x 22 gram = 8 gram
m S = 11
Jawab :
C : H = 3 : 1 sehingga :
900 : m H = 3 : 1
1
x 900 gram = 300 gram
mH = 3
Tentukan :
30
a. Persamaan reaksinya!
b. Volume gas H2 yang diperlukan!
c. Volume gas NH3 yang dihasilkan!
Jawab :
a) Persamaan reaksinya :
N 2 (g) + 3 H 2 ( g) → 2 NH3 (g)
koef. H 2
x V N2
b) V H2 =
koef . N 2
3
x2L
= 1
= 6L
koef. NH3
x V N2
c) V NH3 =
koef . N 2
2
x2L
= 1
= 4L
C2 H 6 + O 2 → CO 2 + H 2 O
Jawab:
Langkah 1:
1 C 2 H 6 + a O2 → b CO 2 + c H 2 O
31
Langkah 2 :
Ato Ruas
Ruas kiri
m kanan
C 2 B
H 6 2c
O 2a 2b+c
Langkah 3:
b = 2 ……………. (i)
2c = 6 ……………. (ii)
2c =6
6
=3
c = 2 ………. (iv)
2a = {(2).(2) + 3} = 7
7
a = 2 …………... (v)
Langkah 4 :
32
7
1 C2 H6 + O → 2 CO 2 + 3 H 2 O
2 2 …………..(x 2)
2 C 2 H 6 + 7 O2 → 4 CO2 + 6 H 2 O
Langkah 6 :
2 C 2 H 6 (g) + 7 O2 (g) → 4 CO 2 ( g) + 6 H 2 O( g)
12n + 2n = 28
14n = 28
n=2
33
CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2 (g) x CO2 (g) + 1/2 y H2O (l)
Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-
zat yang terlibat dalam reaksi.
Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama,
jumlah mol berbanding lurus dengan volumenya
Maka:
mol
: mol O2 : mol CO2 = 1 : (x + 1/4y) :x
CxHy
20 : 100 : 60 = 1 : (x + 1/4y) :x
1 :5 :3 = 1 : (x + 1/4y) :x
atau:
1:3=1:x
x=3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y)
y=8
Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8
Penyelesaian :
34
8. Pada suhu dan tekanan tertentu, sebanyak 0,5 L gas hidrogen (Ar H
= 1) memiliki massa sebesar 0,05 gram. Berapakah volume gas
oksigen yang dapat dihasilkan jika sebanyak 12,25 gram padatan
KClO3 dipanaskan? (Mr KClO3 = 122,5)
Penyelesaian :
Jawab :
M= (m/n) x (1000/v)
M= (16,4/164) x (1000/250)
M=0,4 M
35
10. Sebanyak 50 ml larutan HCl 0,2 M ditambah air hingga membentuk
larutan HCl dengan konsentrasi 0,05 M. Hitunglah volume air yang
harus ditambahkan !
Jawab :
M1 . V1 = M2 . V2
0,2 . 50 = 0,05 . V2
V2 = 200 ml
11. Berapa molalitas larutan yang dibuat dari 4 gram NaOH dengan
200 gram air?
Jawab
Jawab
36
Jumlah mol glukosa = 6/180 = 0,033 mol
13. Tentukan fraksi mol etanol (Mr = 46) dalam larutan etanol 46 %
massa.
Jawab
= 1/ 1+3
=¼
= 0,25
Jawab
Jika fraksi mol glukosa = 0,2; maka fraksi mol air = 0,8
37
Massa glukosa : massa air
= (1 x 98) : (4 x 18)
= 98 : 72
Jawab
mol C : mol = 12 : 11
72
/12 : m/16 = 12: 11
72
/12x12 = m/11x16
m = 88
DAFTAR PUSTAKA
38
http : //www.google.co,id/stoikiometri (diakses tanggal 10 Oktober
2010).
BAB II
STRUKTUR ATOM
39
bahwa atom terdiri atas inti bermuatan positif dan disekitarnya terdapat
elektron yang menge,elinginya. Teoti ini memiliki kelemahan yaitu tidak
dapat menjelaskan kestabilan elektron dalam mengelilingi anti tersebut.
Namun masalah ini dapat dipecahkan oleh Bohr dalam teorinya.
Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom
serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom
terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan
netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron).
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu
sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang
mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif
atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan
jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah
proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah
neutron menentukan isotop unsur tersebut.
40
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω),
yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-
bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada
abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran
ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi
lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur
dan komponen-komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa
'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan
atom.
2. SEJARAH ATOM
41
Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang
menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang
lebih kompleks. Satu abad kemudian muncul rujukan mengenai atom di
dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh muridnya Demokritos
pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM,
Demokritos menciptakan istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang
berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi".
Teori Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk menjabarkan
suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba
untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi pada
alam. Filosofi serupa juga terjadi di India, namun demikian ilmu
pengetahuan modern memutuskan untuk menggunakan istilah "atom"
yang dicetuskan oleh Demokritos.
42
Berbagai atom dan molekul yang digambarkan pada buku John
Dalton, A New System of Chemical Philosophy (1808).
43
Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katoda, pada tahun
1897 J. J. Thomson menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal
ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-
bagi lagi. Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara
merata di seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan oleh
keberadaan lautan muatan positif (model puding prem).
44
tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui
prisma, ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-
garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital
ini.
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh
Gilbert Newton Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom
tersebut. Atas adanya keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode
kimia, kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919 berpendapat
bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah
atom saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu.
Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron
di sekitar inti atom.
45
Diagram skema spetrometer massa sederhana.
46
beberapa mikrokelvin. Hal ini mengijinkan ilmuwan mempelajari atom
dengan presisi yang sangat tinggi, yang pada akhirnya membawa para
ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.
1.ELEKTRON
Awan elektron
47
Sumur potensial yang menunjukkan energi minimum V(x) yang
diperlukan untuk mencapai tiap-tiap posisi x. Suatu partikel dengan
energi E dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom
melalui gaya elektromagnetik. Gaya ini mengikat elektron dalam sumur
potensi elektrostatik di sekitar inti. Hal ini berarti bahwa energi luar
diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom. Semakin dekat suatu
elektron dalam inti, semakin besar gaya atraksinya, sehingga elektron
yang berada dekat dengan pusat sumur potensi memerlukan energi yang
lebih besar untuk lolos.
48
energi yang lebih rendah dengan memancarkan energi yang berlebih
sebagai foton.
2. PROTON
3. INTI ATOM
49
yang bermuatan negatif. Untuk mengimbanginya sehinga atom bersifat
netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang ada
dalam inti atom, sehingga dapat dipredisi bahwa ada partikel lain dalam
inti atom.
Energi pengikatan yang diperlukan oleh nukleon untuk lolos dari inti pada
berbagai isotop.
4. NEUTRON
50
Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri
dari satu proton dan satu neutron). Satu positron (e+) dipancarkan
bersamaan dengan neutrino electron.
Model atom ini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah
dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar
marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom
Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal.Kelemahan model
atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan
negatif dalam bola atom tersebut.
51
2. TEORI ATOM RUTHERFORD
1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa
diteruskan
2. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom
emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang
bermuatan positif.
3. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom,
berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila
perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka
didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran
atom keseluruhan.
52
Kelemahan:
Persamaan Schrodinger
53
x,y dan z = Posisi dalam tiga dimensi
Y = Fungsi gelombang
m = massa
ђ = h/2p dimana h = konstanta plank dan p =
E 3,14
V = Energi total
= Energi potensial
54
hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum
susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa
total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat
hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa
unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum
tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai
berikut:
1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat
dibagi lagi
2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur
memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan
bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen
dan atom-atom oksigen
4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau
penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan.
Kelemahan:
1.SPEKTRUM ATOM
55
Kenyataan bahwa gas memancarkan cahaya dalam bentuk
spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan struktur atom. Dengan
demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan untuk menguji
kebenaran dari sebuah model atom.
deret Balmer.
56
Dimana R adalah konstanta Rydberg yang nilainya 1,097
× 10 m .
7 −1
- Deret Lyman (m = 1)
dengan n = 2, 3, 4, ….
57
Model Atom Niels Bohr
Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain.
Dengan penemuan
partikel penyusun aton dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa
(A).
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom yang diberikan
lambang
Z. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur, karena atom bersifat
netral maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya. Sehingga
nomor
atom juga menunjukan jumlah elektron.
Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur.
Nomor
atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur. Atom oksigen
mempunyai
8 proton dan 8 elektron sehingga nomor atomnya 8.
58
Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor
massa.
dimana:
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
H. SIFAT ATOM
1. Sifat-sifat nuklir
Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269
di antaranya belum pernah terpantau meluruh. Pada unsur kimia, 80 dari
unsur yang diketahui memiliki satu atau lebih isotop stabil. Unsur 43, 63,
dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki isotop stabil. Dua
puluh tujuh unsur hanya memiliki satu isotop stabil, manakala jumlah
isotop stabil yang paling banyak terpantau pada unsur timah dengan 10
jenis isotop stabil.
2.Massa
59
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk
menyatakan jumlah atom. Satu mol didefinisikan sebagai jumlah atom
yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini adalah sekitar
6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro. Dengan
demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol
atom yang bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa
atom 12 u, sehingga satu mol karbon atom memiliki massa 0,012 kg.
3.Ukuran
60
Peluruhan radioaktif
Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil
yang akan mengalami peluruhan radioaktif, menyebabkan inti
melepaskan partikel ataupun radiasi elektromagnetik. Radioaktivitas
dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar dibandingkan dengan jari-jari
gaya kuat (hanya bekerja pada jarak sekitar 1 fm).
61
Jenis-jenis peluruhan radioaktif lainnya yang lebih jarang meliputi
pelepasan neutron dan proton dari inti, emisi lebih dari satu partikel beta,
ataupun peluruhan yang mengakibatkan produksi elektron berkecepatan
tinggi yang bukan sinar beta, dan produksi foton berenergi tinggi yang
bukan sinar gama
4.Momen magnetik
62
momen magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan tersusun berjajar
ketika diberikan medan magnet.
Inti atom juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun
secara acak oleh karena kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-
unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah mungkin untuk memolarisasi
keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga spin-spin tersebut tersusun
berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai
hiperpolarisasi. Fenomena ini memiliki aplikasi yang penting dalam
pencitraan resonansi magnetik.
5.Aras-aras energi
63
berperilaku seperti bahan penyaring yang akan membentuk sederetan
pita absorpsi. Pengukuran spektroskopi terhadap kekuatan dan lebar pita
spektrum mengijinkan penentuan komposisi dan sifat-sifat fisika suatu
zat.
Kelopak atau kulit elektron terluar suatu atom dalam keadaan yang
tak terkombinasi disebut sebagai kelopak valensi dan elektron dalam
kelopak tersebut disebut elektron valensi. Jumlah elektron valensi
menentukan perilaku ikatan atom tersebut dengan atom lainnya. Atom
cenderung bereaksi dengan satu sama lainnya melalui pengisian (ataupun
pengosongan) elektron valensi terluar atom. Ikatan kimia dapat dilihat
sebagai transfer elektron dari satu atom ke atom lainnya, seperti yang
terpantau pada natrium klorida dan garam-garam ionik lainnya. Namun,
banyak pula unsur yang menunjukkan perilaku valensi berganda, atau
kecenderungan membagi elektron dengan jumlah yang berbeda pada
senyawa yang berbeda. Sehingga, ikatan kimia antara unsur-unsur ini
cenderung berupa pembagian elektron daripada transfer elektron.
Contohnya meliputi unsur karbon dalam senyawa organik.
64
7.Keadaan
65
KESIMPULAN
1. Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom
serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.
66
7. Teori atom Rutherford:
a. Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh
beredarah elektron-elektron mengelilingi inti atom.
b. Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang
mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.
8. Kelemahan teori Rutherford yaitu:
a. Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
atau tidak mendukung kemantapan atom.
b. Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spectrum
atom-atom Hidrogen adalah spektrum garis tertentu.
9. Model atom Bohr dibuat berdasarkan 2 postulatnya yaitu :
a. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang
sembarang, elektron hanya dapat berputar pada lintasan
tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini disebut
lintasan stasioner.
b. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke
lintasan yang energinya tinggi, dan sebaliknya.
67
SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Tentukan jumlah proton,neutron,dan electron dalam:
a. 35
Cl17 b. 32S16 c. 23Na11
Pembahasan:
a. Proton= 17
Electron= 17
Neutron= 35-17= 18
b. Proton= 16
Electron= 16+2= 18
Neutron= 35-16= 16
c. Proton= 11
Electron= 11-1=10
Neutron= 23-11=11
Pembahasan:
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5 (benar, orbita d, ½ penuh)
68
e. 29Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 (salah)
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10 (benar, orbital d, penuh)
Pembahasan:
3p1
n= 3 (kulit ke-3)
l= (sub kulit p)
m= -1
s= +1/2 ( ↑ ke atas)
Pembahasan :
↑ ↑↓ ↑
↓
-1 0 +1
Jadi, orbital terakhir adalah 3p5
maka konfigurasi elektronnya 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
nomor atom= 17
69
Pembahasan :
Ingat, electron yang lebih dahulu di lepas adalah electron terluar.
Fe → Fe3+ + 3e
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5
Pembahasan :
17Cl + e → 17Cl-
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
7. Bagi unsure dengan konfigurasi electron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d7 4s2
menyatakan bahwa unsure tersebut…………
Pembahasan :
Pembahasan:
Konfigurasi electron keadaan dasar: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 4s1, terletak
pada golongan VIIIA (18/gas mulia), periode 3. Bila electron
berada pada keadaan tereksitasi (energy lebih tinggi) kembali ke
keadaan dasar (energy lebih rendah) maka akan memancarkan
energy.
Pembahasan:
35Br + e → 35Br
-
[Ar] 3d 4s 4p
10 2 5
[Ar] 3d10 4s2 4p6
10. Unsur X dan Y masing-masing mempunyai konfigurasi electron:
70
X= 1s2 2s2 2p6 3p6 4s2
Y= 1s2 2s2 2p5
Pernyataan yang benar mengenai X dan Y adalah……….
Pembahasan:
X terdapat pada golongan alkali tanah (IIA/2), sedangkan Y pada
golongan VIIA (17/halogen),kemungkinan senyawa yang dapat
dibentuk adalah XY2 (ionik).
71
DAFTAR PUSTAKA
72
BAB III
SISTEM PERIODIK
73
Dobereiner mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang
disebutnya Triade. Akan tetapi, Dobereiner belum berhasil menunjukkan
cukup banyak triade sehingga aturan tersebut bermanfaat.
Rata-rata Unsur
TRIADE Ar
ditengah
Kalsium 40
Stronsium ?
Barium 137
H F Cl Co/Ni Br Pd I Pt
Li Na K Cu Rb Ag Cs Tl
Be Mg Ca Zn Sr Cd Ba/V Pb
B Al Cr Y Ce/La U Ta Th
74
C Si Ti In Zr Sn W Hg
N P Mn As Di/Mo Sb Nb Bi
O S Fe Se Ro/Ru Te Au Os
Pada waktu yang sama, Julius Lothar Meyer membuat susunan unsur-
unsur seperti yang dikernukakan oleh Mendeleyev. Hanya saja, Lothar
Meyer menyusun unsur-unsur tersebut berdasarkan sifat fisiknya.
Meskipun ada perbedaan, tetapi keduanya menghasilkan pengelompokan
unsur yang sama.
75
Period Gol.VI
Gol.I Gol.II Gol.III Gol.IV Gol.V Gol.VI Gol.VIII
e I
1 H1
2 Li 7 Be 9,4 B 11 C 12 N 14 O 16 F 19
3 Na 23 Mg 24 Al 27,3 Si 28 P 31 S 32 C 35,5
4 K 39 Ca 40 ? (44) Ti 48 V 51 Cr 52 Mn 55 Fe 56, Co 59
Ni 59, Cu
63
5 Cu 63 Zn 65 ? (68) ? (72) As 75 Se 78 Br 80
Ru 104, Rh
6 Rb 86 Sr 87 ?Yt 88 Zr 90 Nb 94 Mo 96 ? (100)
104
Pd 106, Ag
108
Ag
7 Cd 112 In 115 Sn 118 Sb 122 Te 125 I 127
108
Cs ?
8 Ba 137 ?Di 138 ?Ce 140 ? ? ?
133
9 ? ? ? ? ? ? ?
Os 195, Ir
10 ? ? ?Er 178 ?La 180 Ta 182 W 184 ?
197
Au Hg Pt 198, Au
11 Tl 204 Pb 207 Bi 208 ? ?
199 200 199
12 ? ? ? Th 231 ? U 240 ?
76
beberapa unsur yang mempunyai jumlah partikel proton atau elektron
sama, tetapi jumlah neutron berbeda. Unsur tersebut dikenal sebagai
isotop. Jadi, terdapat atom yang mempunyai jumlah proton dan sifat
kimia sama, tetapi massanya berbeda karena massa proton dan neutron
menentukan massa atom.
77
adalah sebagai berikut. Periode dibedakan menjadi periode pendek dan
periode panjang, sedangkan golongan dibedakan menjadi golongan A
(golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Periode pendek
mencakup periode 1 (terdiri dari 2 unsur), periode 2 (terdiri dari 8 unsur)
dan periode 3 (terdiri dari 8 unsur). Sedangkan periode panjang
mencakup periode 4 sampai dengan periode 7.
1. GOLONGAN
78
2. PERIODE
Begitu juga golongan IIIB periode 7 berisi 14 unsur dengan sifat mirip
dinamakan golongan aktinida.
79
D. SIFAT PERIODIK UNSUR
1. Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak elektron di kulit terluar dari inti atom.
Jari-jari atom sulit untuk ditentukan apabila unsur berdiri sendiri tanpa
bersenyawa dengan unsur lain. Jari-jari atom secara lazim ditentukan
dengan mengukur jarak dua inti atom yang identik yang terikat secara
kovalen. Pada penentuan jari-jari atom ini, jari- jari kovalen adalah
setengah jarak antara inti dua atom identik yang terikat secara kovalen.
80
Penentuan jari-jari atom
81
Jari-jari atom unsur
2. Energi Ionisasi
82
Energi ionisasi
3. Afinitas Elektron
83
Afinitas elektron dapat berharga positif dan negatif. Afinitas elektron
berharga negatif apabila dalam proses penangkapan satu elektron, energi
dilepaskan. Ion negatif yang terbentuk akibat proses tersebut bersifat
stabil. Hal sebaliknya terjadi apabila dalam proses penangkapan satu
elektron, energi diserap. Penyerapan energi menyebabkan ion yang
terbentuk bersifat tidak stabil. Semakin negatif harga afinitas lektron suatu
atom unsur maka ion yang ter bentuk semakin stabil.
4. Keelektronegatifan
84
inti atom semakin bertambah yang mengakibatkan gaya tarik antara inti
atom dengan elektron terluar juga semakin bertambah. Fenomena ini
menyebabkan jari-jari atom semakin kecil, energi ionisasi semakin besar,
afinitas elektron makin besar dan makin negatif dan akibatnya
kecenderungan untuk menarik elektron semakin besar.
Elektronegatifitas
85
Gambaran sifat periodik unsure
KESIMPULAN
86
2. Dobereiner mengungkapkan teori yang dikenal dengan triade,
yaitu: “Jika unsure disusun berdasarkan kemiripan sifat dan massa
atomnya maka akan terdapat keterkaitan antara sifat unsure dan
massa unsurnya dimana dalam setiap kelompok terdiri tiga unsure
dan massa unsure yang kedua merupakan rata-rata massa unsur
yang pertama dan ketiga.
87
jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas electron dan
keelektronegatifan.
10. Jari-jari atom adalah jarak elektron di kulit terluar dari inti atom.
Jari-jari atom dalam satu golongan akan semakin besar dari atas ke
bawah. Hal ini terjadi karena dari atas ke bawah jumlah kulit
bertambah sehingga jari-jari atom juga bertambah.
88
SOAL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan :
Pembahasan :
Pembahasan :
n=3 l=2
3d6
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
89
↓
Jadi, konfigurasi elektonnya 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d6
Periode= 4
Golongan =VIII
4. Masing-masing unsure A, B, C, D, dan E di bawah ini mempunyai
konfigurasi electron sebagai berikut:
A. 1s2 2s2 2p6 3s2
B. 1s2 2s2 2p6 3s1
C. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p2
D. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2
E. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2
Unsur-unsur tersebut terletak pada golongan dan
periode………………
Pembahasan:
Unsur Golongan Periode
A II A 3
B IA 3
C IVA 3
D II B 4
E IIA 5
Pembahasan:
Unsur yang dimaksud adalah periode 3, golongan VIIIA, yaitu
Argon.
Sifat-sifatnya:
termasuk gas mulia
energy ionisasi tinggi karena konfigurasi elektronnya stabil
sukar bereaksi (inert)
berupa gas monoatomik (berdiri sendiri)
Pembahasan:
Konfigurasi electron:
K L M
90
2 8 7
1s 2
2s 2p
2 6
3s 3p2
2
Pembahasan:
Jumlah electron M2+ =24 maka jumlah electron unsur M = 26. Jadi
unsure M mempunyai 26 proton (= nomor atomnya).
Pembahasan:
Oksigen lebih reaktif dibanding nitrogen karena:
a. Oksigen lebih elektronegatif disbanding nitrogen
b. Ikatan rangkap 3 gas nitrogen (N ≡ N) sangat kuat sehingga
sangat sukar putus, karena itu bersifat inert, sedangkan gas
oksigen (O = O) ikatan rangkapnya lebih mudah putus
dibanding N ≡ N. Jadi O2 lebih reaktif daripada N2.
9. a. Arsen b. nitrogen c. selenium d. fosfor e. bismuth
Unsur-unsur di atas berada dalam satu golongan, kecuali unsure…
Pembahasan:
Nitrogen, fosfor, arsen dan bismuth adalah golongan VA,
sedangkan selenium merupakan golongan IVA. Jadi, selenium
tidak berada satu golongan dengan keempat unsure tersebut.
Pembahasan:
Unsur X dan Y dengan nomor atom 12 dan 14 tidak terletak dalam
satu golongan karena 12X terletak pada golongan IIA (2),
konfigurasi electron terluarnya 3s2 sedangkan 24Y pada golongan
VIB (6) dengan konfigurasi electron terluar 3d5 4s1.
91
DAFTAR PUSTAKA
92
BAB IV
IKATAN KIMIA
Disamping ikatan ion dan ikatan kovalen, terdapat ikatan lain antar
atom, yaitu ikatan hidrogen, ikatan Van der Waals, dan ikatan logam.
Ikatan hidrogen adalah ikatan tambahan antara hidrogen yang berikatan
kovalen dengan atom lain yang elektromagnetif. Ikatan hidrogen antar
molekul mempengaruhi titik didih dan titik beku senyawa. Ikatan Van der
Waals adalah gaya tarik listrik antara partikel bermuatan. Pertikel itu
mungkin berupa ion, molekul dipol permanen atau dipol terinduksi.
Sedangkan ikatan logam adalah ikatan antara atom-atom logam. Ikatan ini
terjadi akibat atom logam cenderung melepaskan elektron valensinya
sehingga membentuk ion positif dan elektron
93
berpartisipasi. Ikatan kimia menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas
diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan
struktur suatu zat.
94
itu, elektron-elektron pada orbital molekul dapat dikatakan menjadi
terlokalisasi pada atom-atom tertentu atau terdelokalisasi di antara dua
atau lebih atom. Jenis ikatan antara dua tom ditentukan dari seberapa
besara rapatan elektron tersebut terlokalisasi ataupun terdelokalisasi pada
ikatan antar atom.
1. IKATAN ION
95
Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik listrik (gaya
Coulomb) antara ion yang berbeda. Ikatan ion juga dikenal sebagai ikatan
elektrovalen.
Pembentukan NaCl
96
Ikatan ion hanya dapat tebentuk apabila unsur-unsur yang
bereaksi mempunyai perbedaan daya tarik electron (keeelektronegatifan)
cukup besar. Perbedaan keelektronegati-fan yang besar ini
memungkinkan terjadinya serah-terima elektron. Senyawa biner
logam alkali dengan golongan halogen semuanya bersifat ionik.
Senyawa logam alkali tanah juga bersifat ionik, kecuali untuk beberapa
senyawa yang terbentuk dari berilium.
Contoh:
Na → Na + e-
1s2 2s2 2p6 3s1 1s2 2s2 2p6 (konfigurasi Ne)
Antara ion-ion Na+ dan Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatik,
sehingga membentuk senyawa ion Na+Cl-.
a. bersifat polar
b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik
c. titik lelehnya tinggi
d. lelehannya menghantarkan arus listrik
e. larut dalam pelarut-pelarut polar
97
menangkap satu elektron. Sehingga terlihat bahwa satu atom klorin
membutuhkan satu atom natrium. Dalam struktur senyawa ion
natrium klorida, ion positif natrium (Na+) tidak hanya berikatan
dengan satu ion negatif klorin (Cl -) tetapi satu ion Na+ dikelilingi oleh 6
ion Cl- demikian juga sebaliknya. Struktur tiga dimensi natrium
klorida dapat digunakan untuk menjelaskan susunan senyawa ion.
2. IKATAN KOVALEN
98
Ikatan kovalen yang terjadi antara dua atom yang berbeda disebut
ikatan kovalen polar.ikatan kovalen polar dapat juga terjadi antara dua
atom yang sama tetapi memiliki keelektronegatifan yang berbeda.
Contoh HF
Contoh H2
99
3. Ikatan kovalen koordinasi
Contoh BF3NH3
100
dengan interaksi elektrostatik ("ikatan ion"), kekuatan ikatan kovalen
bergantung pada relasi sudut antara atom-atom pada molekul poliatomik.
Adanya pemakaian satu pasang elektron oleh dua atom, misalnya adalah
NH3, CH4. H2O.
101
Amoniak,Metana dan air: tiga contoh ikatan kovalen tunggal
102
3. Ikatan kovalen rangkap tiga
103
Teori orbital molekul (Bahasa Inggris: Molecular orbital tehory),
disingkat MO, menggunakan kombinasi linear orbital-orbital atom untuk
membentuk orbital-orbital molekul yang menrangkumi seluruh molekul.
Semuanya ini seringkali dibagi menjadi orbital ikat, orbital antiikat, dan
orbital bukan-ikatan. Orbital molekul hanyalah sebuah orbital
Schrödinger yang melibatkan beberapa inti atom. Jika orbital ini
merupakan tipe orbital yang elektron-elektronnya memiliki kebolehjadian
lebih tinggi berada di antara dua inti daripada di lokasi lainnya, maka
orbital ini adalah orbital ikat dan akan cenderung menjaga kedua inti
bersama. Jika elektron-elektron cenderung berada di orbital molekul yang
berada di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah orbital antiikat dan akan
melemahkan ikatan. Elektron-elektron yang berada pada orbital bukan-
ikatan cenderung berada pada orbital yang paling dalam (hampir sama
dengan orbital atom), dan diasosiasikan secara keseluruhan pada satu inti.
Elektron-elektron ini tidak menguatkan maupun melemahkan kekuatan
ikatan.
104
Buku teks tahun 1939 Pauling: On the Nature of Chemical Bond
menjadi apa yang banyak orang sebut sebagai "kitab suci" kimia modern.
Buku ini membantu kimiawan eksperimental untuk memahami dampak
teori kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya gagal untuk
mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan
teori orbital molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar
tahun 1960-an dan 1970-an ketika popularitas teori orbital molekul
meningkat dan diimplementasikan pada beberapa progam komputer
yang besar. Sejak tahun 1980-an, masalah implementasi teori ikatan
valensi yang lebih sulit pada program-program komputer telah hampir
dipecahkan dan teori ini beranjak bangkit kembali.
1. IKATAN HIDROGEN
105
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada salah satu
jenis gaya antara molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua
jenis gaya antar molekul, dan hingga saat ini masih kadang digunakan
dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-
gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya
Keesom), dipol rotasi atau bebas (gaya Debye) serta pergeseran distribusi
awan elektron (gaya London). Nama gaya ini diambil dari nama
kimiawan Belanda Johannes van der Waals, yang pertama kali mencatat
jenis gaya ini. Potensial Lennard-Jones sering digunakan sebagai model
hampiran untuk gaya van der Waals sebagai fungsi dari waktu.
Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia, yang amat stabil
dan cenderung tak berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya gas mulia
untuk mengembun. Tetapi, makin besar ukuran atom gas mulia (makin
banyak elektronnya) makin mudah gas tersebut berubah menjadi cairan.
Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia, yang amat stabil
dan cenderung tak berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya gas mulia
untuk mengembun. Tetapi, makin besar ukuran atom gas mulia (makin
banyak elektronnya) makin mudah gas tersebut berubah menjadi cairan.
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu
gaya antar molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis
gaya antar molekul, dan hingga saat ini masih kadang digunakan dalam
pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya
yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol. Hal ini mencakup gaya
yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas (gaya
Debye) serta pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
Gaya van der waals : gaya tarik di antara atom atau molekul, gaya ini jauh lebih
lemah dibandingkan gaya yang timbul karena ikatan valensi dan besarnya ialah
10-7 kali jarak antara atom-atom atau molekul-molekul. Gaya ini menyebabkan
sifat tak ideal pada gas dan menimbulkan energi kisi pada kristal molekular.
106
1. Interaksi dwikutub-dwikutub, yaitu tarikan elektrostatistik di
antara dua molekul dengan moment dwikutub permanen.
2. Interaksi dwikutub imbasan, artinya dwikutub timbul karena
adanya polarisasi oleh molekul tetangga.
3. Gaya dispersi yang timbul karena dwikutub kecil dan bersifat
sekejap dalam atom.
Akan tetapi elektron terus bergerak, serta merta dan pada suatu
waktu elektron tersebut mungkin akan ditemukan di bagian ujung
molekul, membentuk ujung -. Pada ujung yang lain sementara akan
kekurangan elaktron dan menjadi +
Jika kedua elektron helium berada pada salah satu sisi secara
bersamaan, inti tidak terlindungi oleh elektron sebagaimana mestinya
untuk saat itu.
107
Dipol-dipol sementara yang bagaimana yang membemberikan kenaikan
dayaarik antarmolekul
Pada kondisi yang terakhir elektron pada bagian kiri molekul dapat
bergerak ke ujung yg lain. Pada saat terjadi hal ini, meraka akan menolak
elektron pada bagian kanan yang satunya.
108
Tidak ada alasan kenapa hal ini dibatasi pada dua molekul. Selama
molekul saling mendekat pergerakan elektron yang selaras dapat terjadi
pada molekul yang berjumlah sangat banyak.
Helium -269°C
Neon -246°C
Argon -186°C
kripton -152°C
Xenon -108°C
Radon -62°C
109
Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan
dengan menurunnya posisi unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah
elektron, dan juga tentunya jari-jari atom. Lebih banyak elektron yang
kamu miliki, dan lebih menjauh sejauh mungkin, yang paling besar
memungkikan dipol sementara terbesar dan karena itu gaya dispersi
paling besar.
Molekul yang panjang kurus juga dapat lebih dekat satu sama lain
– dayatarik meraka lebih efektif jika molekul-molekulnya benar-benar
tertutup. Sebagai contoh, molekul hidrokarbon butana dan 2-metilpropan
keduanya memiliki rumus molekul C 4H10, tetapi atom-atom disusun
berbeda. Pada butana atom karbon disusun pada rantai tunggal, tetapi 2-
metilpropan memiliki rantai yang lebih pendek dengan sebuah cabang.
110
pembentukan dipol akan menyebabkan molekul saling tarik menarik satu
sama lain lebih dari yang meraka bisa lakukan jika hanya menyandarkan
pada gaya dispersi saja.
111
Berikut ini contoh yang lain yang menunjukkan dominannya gaya
dispersi. Triklorometan, CHCl3, merupakan molekul dengan gaya dispersi
yang tinggi karena elektronegatifitas tiga klor. Hal itu menyebabkan
dayatarik dipol-dipol lebih kuat antara satu molekul dengan tetangganya.
Karena itu manakah yang memiliki titik didih yang lebih tinggi? CCl 4
tentunya, karena CCl4 molekulnya lebih besar dengan lebih banyak
elektron. Kenaikan gaya dispersi lebih dari sekedar menggantikan untuk
kehilangan interaksi dipol-dipol.
3.IKATAN LOGAM
112
pendekatan arah yang digambarkan secara 2-dimensi) juga ditandai.
Beberapa kimiawan juga menandai orbital-orbital atom, sebagai contoh
anion etena−4 yang dihipotesiskan (\/C=C/\ −4) mengindikasikan
kemungkinan pembentukan ikatan.
113
KESIMPULAN
2. Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik listrik
(gaya Coulomb) antara ion yang berbeda. Ikatan ion juga dikenal
sebagai ikatan elektrovalen.
3. Sifat-sifat senyawa ionik antara lain:
a. bersifat polar
b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik
c. titik lelehnya tinggi
d. lelehannya menghantarkan arus listrik
e. larut dalam pelarut-pelarut polar
114
ionik dengan sifat polaritasnya dan membentuk ion hidrat (ion
yang diseliputidengan mantel air).
8. Ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antarmolekul yang terjadi
antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang
berlawanan.
115
SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Mengapa titik didih H2O lebih tinggi daripada titik didih H2S ?
(nomor atom O = 8 dan S = 16)
Pembahasan:
Titik didih H2O lebih tinggi daripada titik didih H2S karena dalam
senyawa H2O terdapat ikatan hydrogen sedangkan dalam H2S
tidak, hal ini yang menyebabkan titik didih H 2O lebih tinggi
daripada titik didih H2S, meskipun massa molekul H2S lebih besar
daripada H2O.
Pembahasan;
X golongan VIIA (non logam) bersenyawa dengan H golongan IA
(non logam) maka kemungkinan rumusnya : HX dengan ikatan
kovalen.
Pembahasan:
X terdapat pada golongan alkali tanah (IIA/2), sedangkan Y pada
golongan VIIA (17/halogen),kemungkinan senyawa yang dapat
dibentuk adalah XY2 (ionik).
4. Unsur X dengan konfigurasi electron 1s2 2s2 2p6 3s2 dapat bereaksi
dengan Y, yang terletak di golongan oksigen, membentuk
senyawa………..
Pembahasan:
X, golongan IIA, logam → melepas 2 elektron
Y, golongan VIA, non logam → menerima 2 elektron
116
Diatara senyawa-senyawa tersebut, yang dapat membentuk ikatan
hydrogen adalah….
Pembahasan:
Ikatan hydrogen terjadi pada antar molekul dimana atom yang
sangat elektronegatif (F, O, atau N) menarik atom H yang terkait
pada F, O, atau N dari molekul lain.
Jadi, diantara senyawa-senyawa tersebut, yang dapat membentuk
ikatan hydrogen adalah HF, NH3, H2O. Contoh senyawa lain yang
dapat membentuk ikatan hydrogen yaitu C2H5OH, CH3COOH.
Pembahasan:
Senyawa kovalen → non logam dengan non logam
Senyawa ion → logam dengan non logam
Jadi, yang termasuk senyawa kovalen yaitu Cl2, H2O, NH3, CH4.
Sedangkan NaCl merupakan senyawa ion.
7. Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik listrik
(gaya Coulomb) antara ion yang berbeda. Bagaimana sifat-sifat
senyawa yang terbentuk dari ikatan ion?
Pembahasan:
Sifat-sifat senyawa yang terbentuk dari ikatan ion yaitu:
a. bersifat polar
b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik
c. titik lelehnya tinggi
d. lelehannya menghantarkan arus listrik
e. larut dalam pelarut-pelarut polar
8. Nomor atom Q=20 dan nomor atom S=8. Jika Q dan S membentuk
senyawa QS, maka senyawa ini memiliki ikatan…
Pembahasan:
Q golongan IIA (logam) bersenyawa dengan S golongan VIA (non
logam) kontribusi ikatan yang paling besar adalah ikatan ionic.
117
9. Apa sebab- sebab terjadinya gaya van der Waals?
Pembahasan:
Pembahasan:
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi apabila
pasangan electron yang dipakai bersama berasal dari salah satu
atom yang membentuknya.
Contoh : BF3NH3
DAFTAR PUSTAKA
118
Holmes. 1997. Prinsip Ilmu Kimia. Jakarta : Graha Pustaka.
BAB V
KIMIA LARUTAN
119
Perilaku kimia suatu larutan bergantung pada pelarut dan zat
terlarut khas yang terlibat, sedangkan perilaku fisikanya dapat
diramalkan berdasarkan beberapa hukum yang telah dikenal baik.
A.KOMPONEN LARUTAN
120
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya
tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion
< Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
B. KONSENTRASI LARUTAN
121
pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
a) Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver
like” maknanya zat- zat cair yang memiliki struktur serupa akan saling
melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan. Contohnya:
heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C2H5- OH.
b)Padat- cair
c) Gas- cairan
Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya
tarik antar molekulnya. Gas dengan titik cair lebih tinggi,
kelarutannya lebih besar.
Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik
antar molekulnya sangat mirip dengan yang dimiliki oleh suatu
gas.
Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik,
makin tinggi, dan kelarutannya makin besar.
122
penurunan temperatur menguntungkan proses eksotermis. Proses
kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm
akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan
gas dalam cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur
menurunkan kelarutan.
∆H = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair.
Hubungan ini dijelaskan dengan Hukum Henry, yaitu Cg = k . Pg
(tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi).
123
Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif,
menggunakan satuan- satuan konsentrasi:
2.Persentase
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu
sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-
masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan,
sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran. Biasanya
istilah larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut,
misalnya padatan atau gas dengan kata lain larutan tidak hanya terbatas
pada cairan saja.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat
terlarut, yang dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut
merupakan komponen yang utama yang terdapat dalam jumlah yang
banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan
terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas
bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas
adalah larutan.
JENIS-JENIS LARUTAN
Gas dalam gas – seluruh campuran gas
124
Gas dalam cairan – oksigen dalam air
Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
Padatan dalam cairan – gula dalam air
Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
Padatan dalam padatan – alloys
LARUTAN ELEKTROLIT
Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-
lain.
Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, antara
lain : NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, antara lain :
NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.
Asam lemah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-
lain.
Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO 4, PbI2 dan
lain-lain.
125
LARUTAN NON-ELEKTROLIT
Larutan urea
Larutan sukrosa
Larutan glukosa
Larutan alkohol dan lain-lain
126
dibarengi dengan pengembunan. Keadaan inilah yang disebut sebagai
keadaan uap jenuh. Jika tekanan akibat uap jenuh pada botol tersebut
kita ukur dengan alat pengukur tekanan, maka angka hasil
pengukuran itulah yang disebut sebagai tekanan uap jenuh.
Jika ke dalam botol mineral tadi kita larutkan gula atau garam
atau sirup, kemudian kita tunggu sampai keadaan uap jenuh, lalu kita
ukur tekanannya, maka hasil pengukuran akan menunjukkan angka
yang lebih kecil dari tekanan uap jenuh air murni. Hal ini
menunjukkan bahwa partikel zat terlarut akan menurunkan tekanan
uap jenuh. Kenapa terjadi penurunan tekanan uap jenuh? Hal ini
dikarenakan partikel-partikel pelarut murni yang akan menguap,
terhalang oleh partikel-partikel zat terlarut, sehingga hanya sedikit
partikel pelarut yang dapat menguap, sehingga tekanan yang
dihasilkan juga sedikit. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada sketsa
di bawah ini:
Secara matematis, penurunan tekanan uap jenuh dirumuskan
sebagai :
∆P=XB.Po
P=XA.Po
P = tekanan uap jenuh larutan
XB = fraksi mol pelarut
Po = tekanan uap jenuh air murni
127
Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida
atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan
lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat,
misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
E.TEKANAN UAP
pA = pA0 xA …
pA0 adalah tekanan uap cairan A murni pada suhu yang sama. Hubungan
yang mirip juga berlaku bagi tekanan uap B, p B. Hubungan ini ditemukan
oleh kimiawan Perancis Francois Marie Raoult (1830-1901) dan disebut
dengan hukum Raoult. Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult,
interaksi antara molekul individual kedua komponen sama dengan
interaksi antara molekul dalam tiap komponen. Larutan semacam ini
disebut larutan ideal. Gambar 1 menunjukkan tekanan uap larutan ideal
sebagai fungsi konsentrasi zat teralrut. Tekanan total campuran gas
adalah jumlah pA dan pB, masing-masing sesuai dengan hukum Raoult.
128
Gambar 1 Tekanan total dan parsial larutan ideal.
129
Gambar 2 Tekanan total dan parsial larutan nyata (25°C).
Bila dibandingkan tekanan uap larutan pada suhu yang sama lebih
rendah dari tekanan uap pelarutnya. Jadi, titik didih normal larutan, yakni
suhu saat fasa gas pelarut mencapai 1 atm, harus lebih tinggi daripada
titik didih pelarut. Fenomena ini disebut dengan kenaikan titik didih
larutan.
130
(pA0- pA)/ pA0 = 1 – xA = xB … (2)
xA dan xB adalah fraksi mol, dan nA dan nB adalah jumlah mol tiap
komponen. Persamaan ini menunjukkan bahwa, untuk larutan ideal
dengan zat terlarut tidak mudah menguap, penurunan tekanan uap
sebanding dengan fraksi mol zat terlarut.
Untuk larutan encer, yakni nA + nB hampir sama dengan nA, jumlah mol nB
dan massa pada konsentrasi molal mB diberikan dalam ungkapan.
Perbedaan titik didih larutan dan pelarut disebut dengan kenaikan titik
didih, Tb. Untuk larutan encer, kenaikan titik didih sebanding dengan
massa konsentrasi molal zat terlarut B.
Tb = Kb mB … (4)
Hubungan yang mirip juga berlaku bila larutan ideal didinginkan sampai
membeku. Titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.
Perbedaan antara titik beku larutan dan pelarut disebut penurunan titik
beku, Tf. Untuk larutan encer penurunan titik beku akan sebanding
dengan konsentrasi molal zat terlarut mB
Tf = Kf mB … (5)
131
aseton
1,69 benzen 5,1 5,07
55,9
H. TEKANAN OSMOSIS
πV = nRT …
132
I. VISKOSITAS
Viskositas
D = 6πhrU …
J. TEGANGAN PERMUKAAN
133
struktur zat yang terlibat. Molekul dalam cairan ditarik oleh molekul di
sekitarnya secara homogen ke segala arah. Namun, molekul di
permukaan hanya ditarik ke dalam oleh molekul yang di dalam dan
dengan demikian luas permukaan cenderung berkurang. Inilah asal mula
teori tegangan permukaan. Bentuk tetesan keringat maupun tetesan
merkuri adalah akibat adanya tegangan permukaan.
γ = rhdg/2 ….
KESIMPULAN
134
antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel
penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul)
dari dua zat atau lebih.
yaitu:
135
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute
dibanding solvent.
Tahap 1, yaitu: Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap
molekul- molekulnya berikatan masing- masing.
Tahap 2,yaitu:Molekul- molekul yang terdapat pada zat terlarut
memisahkan diri sehingga hanya terdiri dari 1 molekul tanpa
adanya ikatan lagi dengan molekul- molekul yang terdapat di
dalamnya, begitu pula molekul- molekul yang terdapat pada
zat pelarut.
Tahap 3, yaitu: Antara molekul pada zat terlarut akan
mengalami ikatan dengan molekul pada zat pelarut.
136
19. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang mampu
menghantarkan arus listrik dengan daya yang lemah, dengan harga
derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 < α <1).
20. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :
Asam lemah, antara lain: CH 3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan
lain-lain.
Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO 4,
PbI2 dan lain-lain.
21. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, hal ini disebabkan karena larutan tidak
dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion). Yang termasuk
dalam larutan non elektrolit antara lain :
Larutan urea
Larutan sukrosa
Larutan glukosa
Larutan alkohol dan lain-lain
22. Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan dilihat berdasarkan
jumlah partikel zat terlarut, bukan dilihat dari jenis zat terlarut.
23. Sifat koligatif larutan ada 4 yakni :
1.Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75%?
Jawab:
137
a. Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 gram
larutan alkohol.
Jawab
Bila jumlah perak nitrat yang diperlukan x g, x = [170 g mol-1 x 0,500 (dm3)
x 0,150 (mol dm-3)]/[1 (dm3) x 1 (dm3)]
x = 12,8 mg.
3. Tekanan uap cairan A dan B adalah 15 Torr dan 40 Torr pada 25°C.
tentukan tekanan uap larutan ideal yang terdiri atas 1 mol A dan 5 mol of
B.
Jawab
4. Larutan dalam air terdiri atas 100 g H 2O dan 5,12 g zat A (yang massa
molekulnya tidak diketahui) membeku pada -0,280°C. Dengan
menggunakan data di Tabel 7.3, tentukan massa molar A.
Jawab
138
Massa molar A andaikan M. Dengan menggunakan persamaan 7.7, M
dapat ditentukan dengan
M = 340 g mol-1.
5. Tekanan osmosis larutan 60,0 g zat A dalam 1,00 dm 3 air adalah 4,31 x
105 Nm–2. Tentukan massa molekul A.
Jawab
4,31 x 105 (N m-2) x 1,00 x 10-3 (m3) = [60,0 (g) x 8,314 (J mol -1 K-1) x 298
(K)]/M (g mol–1)
M = 345 (g mol-1)
6. Gambar 1 adalah diagram fasa zat tertentu. Tunjukkan fasa zat yang
ada di daerah A, B, C dan H dan fasa yang ada di titik D, E, F dan G dan
tunjukkan titik mana yang menyatakan titik tripel, titik didih normal, titik
beku normal, dan titik kritis.
139
Jawab
Jawab
Jumlah H2SO4 alam 100 g asam sulfat encer tersebut adalah 12,00/98,08 =
0,1223 mol dan jumlah airnya adalah 88,00/18,0 = 4,889 mol.
Karena 88,00 g H2O melarutkan 0,1223 mol H2SO4, jumlah mol H2SO4 yang
larut dalam 1 kg H2O, adalah 0,1223 mol x (1000 g kg –1)/(88,00 g) = 1,390
mol kg–1. Jadi konsentrasi asam sulfat encer tersebut 1,390 m.
Jumlah H2SO4 yang terlarut dalam 1 dm 3 asam sulfat encer (molar) adalah
0,1223 mol x (1078 g dm–3)/(100 g) = 1,318 mol dm–3.
Jawab
Jawab
Jumlah gliserin adalah 1,78 mol dan H2O adalah 18,63 mol
140
10. Tekanan osmosis larutan dalam air (100 cm3) yang mengandung 0,36 g
polimer adalah 3,26 x 102 Pa pada 23°C.
Jawab
(1)M =[(8,31 J mol-1 K -1) x (296 K)x(3,6 kg m-3)]/(3,26 x 102 Pa) = 2,7 kg mol-
1
= 2,7 x 104
(2) kenaikan titik didih larutan yang sama akan sebesar 0,693 x 10 -4 K, dan
penurunan titik bekunya adalah 2,48 x 10 –4 K. Perubahan temperatur yang
sangat kecil ini sukar ditentukan dengan akurat. Kedua metoda ini tidak
praktis untuk menentukan massa molekul polimer.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
141
BAB VI
KOLOID
142
Koloid bermacam-macam, yakni sol, emulsi, dan buih. Sol adalah
jenis koloid dengan fase terdispersi zat padat dan medium pendispersinya
berupa zat padat, cair dan gas. Sol mempunyai sifat-sifat karekteristik,
yaitu efek tyndall, gerak Brown, daya adsorpsi, bermuatan listrik,
koagulasi, dan koloid pelindung. Sama halnya dengan sol, emulsi dan
buih juga memiliki fase terdispersi dan medium pendispersi. Emulsi
merupakan jenis koloid yang fase pendispersinya berupa zat cair dan
medium pendispersinya berupa zat padat, zat cair dan gas. Sedangkan
buih adalah jenis koloid dengan fase pendispersi berupa zat padat, zat cair
dan gas.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara
1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar,
maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti
mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan
koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa
terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi
berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat
terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid
emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-
masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S 8. Suatu
contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai
diameter sekitar 6 x 10-7.
143
Larutan System Suspensi kasar
sejati koloid
Jumlah fase 1 2 2
Distribusi partikel Homogen Heterogen Heterogen
ukuran partikel <10-7 cm 10-7 - 10-5 cm >10-5 cm
penyaringan Tidak dapat Tidak dapat Dapat di saring
di saring. di saring
kecualidenga
n
penyaringan
ultra.
Kestabilan Stabil, tidak Tidak stabil,
memisah Stabil, tidak memisah
memisah.
Sol adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi padat dan
medium pendispersi berupa zat padat, zat cair, atau gas. Ada tiga jenis
sol, yaitu sol padat, sol cair (sol), dan sol gas (aerosol padat). Akan tetapi,
pada umumnya yang dimaksud sol adalah sol cair.
Efek Tyndall
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid,
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
144
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati.
Gerak Brown
Adsorpsi
145
Pemanfaatan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
- Filter pada rokok, yang berfungsi untuk mengikat asap nikotin dan tar
Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.
Koagulasi koloid
b. Penambahan elektrolit
d. elektroforesis
Koloid pelindung
146
Dialisis
Elektroforesis
METODE KONDENSASI
147
dengan menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau
molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.
Misalnya:
Misalanya:
Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam
air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) à Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H+)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam
air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) à Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
148
Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut
dalam air dengan mengalirinya gas H2S ;
2H2S(g) + SO2 (aq) à 3S(s) + 2H2O(l)
d.Penggatian pelarut
Misalnya;
Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah
larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air,
belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh.
Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan
menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan
belerang dalam air.
2. METODE DISPERSI
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel
berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut
penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir
sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan
kertas.
Sistem kerja alat penggilingan koloid: Alat ini memiliki 2 pelat baja
dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-partikel yang kasar akan
digiling melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut. Kemudian,
149
terbentuklah partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian
didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk
sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak,
dsb.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-
butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah
tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion
sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33
yang baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian
dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan
membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-
muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini
digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul –
150
molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu
koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena
pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion
penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam
kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan
dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih
kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-
pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat
terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu
aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput
ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti
urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah
merah.
Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh
medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui
dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga
pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan
bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya
pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian sistem
koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-
partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus
listrik.
Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring,
karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran
partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi
dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan
sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut
penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini
termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat
proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas
saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan
ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
B. KOLOID EMULSI
151
Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat
cair dan medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Ada
tiga jenis emulsi, yaitu emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat
( gel). Akan tetapi, pada umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis
emulsi yang terdispersi dalam zat cair.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan campuran dia zat cair yang tidak dapat saling
melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah
satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti
munyak (meski dapat berupa lemak). Emuldi cair yang terdiri dari air
dan minyak dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu, Emulsi minyak
dalam air dan emulsi air dalam lemak.
Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis,
dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk
semula ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak
dapat berubah ketika di beri gaya. Beberapa sifat gel yang penting adalah
152
-Sinersis.Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti
penetesan pelarut. Proses ini disebut sinersis.
Untuk jelasnya, ambil contoh sistem koloid emulsi saus salad. Saus
salad terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non polar).
Pengocokan minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan
campuran yang mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam
larutan asam cuka. Namun, setelah pengocokan dihentikan, maka butiran
-butiran tersebut secara bertahap akan bergabung kembali membentuk
partikel yang cukup besar. Akibatnya, asam cuka dan minyak akan
terpisah lagi. Untuk menstabilkan saus salad ini dapat ditambahkan zat
pengemulsi seperti kuning telur yang mengandung lesitin. Saus salad
atau sistem koloid yang terbentuk kita kenal sebagai mayones.
- Demulsifikasi
- Pengenceran
153
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium
pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan
spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat digunakan untuk
menentukan jenis emulsi.
C. KOLOID BUIH
Buih adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa gas
dan medium pendispersi berupa zat cair atau zat padat. Berdasarkan
medium pendispersinya tersebut, buih dikelompohkkan menjadi buih cair
(buih) dan buih padat.
Struktur buih cair berubah dengan waktu. Hal ini dapat disebabkan
oleh :
- Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi gelembung gas
yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan.
154
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Apabila aya
tersebut kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah
gaya tersebut ditiadakan. Namun, jika gaya yang diberikan cukup
besar, maka akan terjadi deformasi.
Beberapa contoh buih cair diberikan berikut ini :
Putih telur yang dikocok akan mengembang. Hal ini dikarenakan
udara di sekitarnya akan teraduk dan menggunakan zat pembuih,
yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri,
untuk membentuk buih yang relatif stabil.
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan
medium pendispersi zat padat. Kestabilan buih padat juga diperoleh dari
zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih padat yang kita kenal :
- Roti. Pembuatan roti melibatkan proses peragian yang akan melepas
gas CO2. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan
membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung - gelembung CO 2
untuk membentuk buih padat.
- Batu apung. Batu apung merupakan buih padat yang terbentuk
akibat proses solidifikasi gelas vulkanik.
155
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan Krim, pasta gigi, sabun
tubuh
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk
suntikan
4. Pemutihan Gula
Penggumpalan Darah
2. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel
koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan
negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum,
harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
156
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur.
Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses
penjernihan air secara lengkap:
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+,
Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu
di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan
pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan
membentuk suatu delta.
157
koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan
akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
KESIMPULAN
158
di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan),
sehingga menjadi partikel koloid.
12. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang
fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
13. Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.
Jawab:
Sol belerang dapat dibuat dengan metode kondensasi yaitu mengubah
larutan mengubah larutan menjadi koloid dengan cara menggiling serbuk
belerang dan hasilnya dicampurkan dengan air serta dengan
menambahkan asam klorida pada larutan natrium tiosulfat.
Jawab:
Koagulasi dapat terjadi jika:
a. Koloid dipanaskan
b. Dicampurkan dua macam koloid yang berbeda muatan
c. Ditambah zat elektrolit
d. Pergantian pelarut
Jawab:
Reaksi ini merupakan pembuatan sol belerang. Reaksi ini termasuk
autoredoks (disproporsionasi)
SO2(g) + 2 H2S(aq) → 3 S(s) + 2 H2O(l)
Jawab:
Air susu termasuk emulsi cair. Artinya suatu sistem koloid, zat cair dalam
medium pendispersi cair.
Jawab:
159
Cara yang digunakan untuk menghilangkan kelebihan elektrolit dalam
suatu disperse koloid yaitu dengan cara dialisis, proses pemurnian koloid
dari elektrolit (ion-ion) pengganggu.
Jawab:
Buih adalah system disperse pada mana gas terdispersi dalam zat cair.
Buih termasuk system koloid, yaitu gas(udara) dalam cair (larutan sabun).
Jawab:
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk
memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang
pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-
partikel koloid.
160
DAFTAR PUSTAKA
161
BAB VII
KINETIKA KIMIA
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi
kimia. Perubahan bertahap yang dialami pereaksi untuk menjadi produk
bersama-sama merupakan mekanisme reaksi. Tiap tahap itu disebut
proses elementer atau reaksi elementer. Bila dua partikel bertabrakan
dengan sikap yang sesuai dengan energi yang cukup, akan tebentuk
keadaan transisi atau kompleks kereaktifan untuk sekejap. Kompleks ini
segera berdisosiasi untuk menghasilkan partikel-partikel baru (terjadi
reaksi) atau menghasilkan partikel-partikel asli (tak terjadi reaksi).
Partikel-partikel baru dapat menjadi produk final dari reaksi keseluruhan
atau mereka dapat merupakan zat antar reaksi, yang biasanya merupakan
spesi tak stabil yang dapat dideteksi, tetapi jarang sekali diisolasi. Banyak
spesi semacam itu yang berupa radikal atom atau gugus atom dengan
satu elektron tak berpasangan atau lebih. Laju suatu reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi suatu spesi per satuan waktu. Hal tersebut
bergantung pada empat faktor : (1) Sifat dasar pereaksi-pereaksi yang
bervariasi secara tak hingga itu dapat menerangkan perbedaan laju reaksi
yang besar. Energi pengaktifan bergantung pada sifat dasar pereaksi dan
besarnya energi yang diperlukan untuk membentuk kompleks
teraktifkan. (2) Temperatur sistem itu penting karena semua laju reaksi
kimia meningkat dengan nyata dengan naiknya temperatur. (3) Suatu
katalis dapat meningkatkan laju reaksi dengan membentuk suatu
senyawa-antara dengan energi pengaktifan yang relatif rendah untuk
reaksi, atau dengan mengadsorpsi spesi yang bereaksi pada
permukaannya. (4) Konsentrasi-konsentrasi pereaksi terus-menerus
berkurang dengan majunya reaksi ; dalam kebanyakan hal juga berarti
bahwa laju-sekejap reaksi makin berkurang.
162
A.MEKANISME REAKSI
Jika terdapat ion hidroksi dalam konsentrasi pekat, ion positif akan
memiliki kemungkinan tinggi untuk ditumbuk oleh ion-ion hidroksi.
Langkah keseluruhan reaksi akan berlangsung cepat. Ikatan kovalen baru
akan dibentuk antara karbon dan oksigen, menggunakan satu dari
sepasang elektron kosong dari atom oksigen.
163
Karena ikatan karbon-oksigen kuat, sekali gugus OH berdempet dengan
atom karbon, mereka akan cenderung untuk terus berdempet.
Contoh 1
164
Dengan melakukan eksperimen laju reaksi, kita dapat menemukan
persamaan laju sebagai berikut :
Reaksi ini berorder satu terhadap senyawa organik dan beroder nol
terhadap ion hidrokis. Konsentrasi dari ion hidroksi tidak mempengaruhi
laju reaksi keseluruhan. Bila ion hidroksi mengambil bagian dalam
langkah reaksi lambat, peningkatan dari konsentrasi akan mempercepat
reaksi. Namun peningkatan konsentrasi ini tidak memiliki perubahaan
yang berarti, sehingga konsentrasi ion hidroksi berada dalam bagian
langkah reaksi cepat. Peningkatan konsentrasi ion hidroksi akan
mempercepat langkah reaksi cepat, tetapi hal ini tidaklah memberikan
pengaruh yang berarti pada laju reaksi keseluruhan. Dimana reaksi
keseluruhan ditentukan oleh cepatnya laju reaksi lambat.
Contoh 2
Sekilas reaksi di bawah ini tampak mirip dengan reaksi di atas. Atom
brom digantikan dengan gugus OH pada senyawa organik.
Walaupun begitu, persamaan laju dari reaksi yang terlihat mirip ini cukup
berbeda. Dimana mekanisme reaksinya berlainan.
165
Reaksi ini berorder satu terhadap senyawa organik maupun ion hidroksi.
Kedua darinya haruslah mengambil bagian dalam langkah laju reaksi
lambat. Reaksi haruslah berlangsung dalam keadaan tumbukan langsung
diantara mereka.
Atom karbon yang ditumbuk oleh ion hidroksi memiliki muatan positif
dan atom brom memiliki muatan negatif yang dikarenakan oleh
perbedaan elektronegatifas diantaranya.
Ketika ion hidroksi mendekat, brom akan tertolak dalam suatu langkah
yang mulus.
Molekularitas reaksi
166
Langkah ini memiliki molekularitas 2 atau disebut juga dengan reaksi
bimolekular.
Reaksi lainnya yang telah kita bahas terjadi dalam satu langkah yaitu :
Karena dua jenis partikel terlibat (satu molekul dan satu ion), reaksi ini
juga merupakan reaksi bimolekular.
Kecuali reaksi keseluruhan yang terjadi dalam satu langka (seperti reaksi
terakhir diatas), kita tidak dapat menentukan molekularitasnya. Kita perlu
mengetahui mekanisme dan tiap-tiap langkah reaksi memilki
molekuralitasnya sendiri.
Satu hal yang perlu diingat dan sering sekali kita dibingungkan adalah
konsep molekularitas tidak sama dengan dengan konsep order reaksi.
B.PERSAMAAN LAJU
Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu reaksi. Sebagai
contoh, jika gas dilepaskan dalam suatu reaksi, kita dapat mengukurnya
dengan menghitung volume gas yang dilepaskan per menit pada waktu
tertentu selama reaksi berlangsung.
Sebagai contoh, andaikan kita memiliki suatu reaksi antara dua senyawa
A dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa
diukur konsentrasinya-misalnya, larutan atau dalam bentuk gas.
167
Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki
berapa cepat konsentrasi, katakan A, berkurang per detik.
Hal ini berarti tiap detik konsentrasi A berkurang 0.0040 mol per
desimeter kubik. Laju ini akan meningkat seiring reaksi dari A
berlangsung.
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan
berlipat ganda pula. JIka kita meningkatkan konsentrasi A dengan faktor
4, laju reaksi pun akan menjadi 4 kali lipat.
Adalah cara yang umum menulis rumus dengan tanda kurung persegi
untuk menunjukkan konsentrasi yang diukur dalam mol per desimeter
kubik (liter).
168
Kemungkinan lainnya : Laju reaksi berbanding terbalik dengan kuadrat
konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi dari A, laju reaksi
akan bertambah 4 kali lipat (22). Jika konsentras dari Ai ditingkatkan tiga
kali lipat, laju reaksi akan bertambah menjadi 9 kali lipat (3 2). Dengan
simbol dapat dilambangkan dengan:
Secara umum,
Kita dapat melihat dari persamaan laju reaksi bahwa laju reaksi
dipengaruhi oleh pangkat dari konsentrasi dari A dan B. Pangkat-pangkat
ini disebut dengan order reaksi terhadap A dan B
Jika order reaksi terhadap A adalah 0 (no), berarti konsentrasi dari A tidak
mempengaruhi laju reaksi.
Beberapa contoh
169
Tiap contoh yang melibatkan reaksi antara A dan B, dan tiap persamaan
laju didapat dari ekperimen untuk menentukan bagaimana konsentrasi
dari A dan B mempengaruhi laju reaksi.
Contoh 1:
Dalam kasus ini, order reaksi terhadap A dan B adalah 1. Order reaksi
total adalah 2, didapat dengan menjumlahkan tiap-tiap order.
Contoh 2:
Contoh 3:
Pada reaksi ini, A berorder satu dan B beroder nol, karena konsentrasi B
tidak mempengaruhi laju reaksi. Order reaksi total adalah satu.
Tidak menjadi masalah berapa banyak reaktan yang ada. Konsentasi dari
tiap reaktan akan berlangsung pada laju reaksi dengan kenaikan beberapa
pangkat. Pangkat-pangkat ini merupakan order tersendiri dari setiap
reaksi. Order total (keseluruhan) dari reaksi didapat dengan
menjumlahkan tiap-tiap order tersebut.
Ketetapan laju
Orde Reaksi
170
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi
dalam persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh
konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.
Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi
dari hanya satu pereaksi.
Laju = k [A]
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5
merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu
berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,
Laju = k[A]2
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde
terhadap masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu
adalah orde pertama dalam A dan orde dalam B, atau orde kedua secara
keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi
lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi yang rumit,
laju itu mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A dan
orde 0,5 dalam B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.
Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam
persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien
untuk pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2
tetapi reaksi pertama bersifat orde pertama dalam N 2O5 dan yang kedua
berorde kedua dalam NO2. Seperti dilukiskan oleh contoh.
171
Tulislah persamaan laju yang paling mungkin untuk reaksi ini:
Jawaban :
Laju = k[A]°[B2]
atau
Laju = k[B2]
a. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap
reaksi yang berjalan lambat.
172
3. 2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V =
[HBr] [O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
b. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu
eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain
berubah.
Contoh:
Reaksi : P + Q + R → X + Y
orde reaksi terhadap P, dicari dengan melihat konsentrasi [Q] dan [R]
yang tetap. Dari data (1) dan (3) dari konsentrasi [Q] dan [R] tetap, [P]
dinaikkan dua kali.
2m = 2 → m = 1
- Orde reaksi terhadap Q, lihat konsentrasi [P] dan [R] yang tetap
yakni sebagai berikut.
Ingat : orde reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat 1,5 n =
1,5
173
n=1
- Orde reaksi terhadap R, lihat konsentrasi [P] dan [Q] tetap yakni
data (1) dan (2). Konsentrasi R dinaikkan 1,5 kali, ternyata reaksi
berlangsung sama cepat.1,5x = 1 x = 0 Maka persamaan laju reaksinya
sebagai berikut:
V = k[P] [Q]
D.REAKSI KIMIA
JENIS-JENIS REAKSI
N2 + 3 H2 → 2 NH3
174
Dekomposisi kimiawi atau analisis, yang mana suatu senyawa
diurai menjadi senyawa yang lebih kecil:
2 H2O → 2 H2 + O2
175
molekul. Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal
tidak termasuk dalam proses pembakaran.
2 Sn2+ → Sn + Sn4+
176
KESIMPULAN
1. Senyawa pada keadaan transisi adalah produk yang dapat diamati dan
dapat diisolasi.
2. Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi
kimia.
3. Mekanisme reaksi menjelaskan satu atau lebih langkah yang terjadi di
reaksi sehingga mampu menggambarkan bagaimana beberapa ikatan
tercerai dan terbentuk.
4. Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi
dalam persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya
pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.
5. Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan
antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa
awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan.
6. contoh-contoh klasifikasi reaksi kimia yang biasanya digunakan.
N2 + 3 H2 → 2 NH3
2 H2O → 2 H2 + O2
Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan
basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa
yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:
177
Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion
H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+)
donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi
definisi Arrhenius.
Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa
adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi
definisi Brønsted-Lowry.
178
SOAL DAN PEMBAHASAN
2NO2 → 2NO + O2
Pembahasan :
Untuk tiap dua molekul NO2 yang bereaksi, terbentuk dua molekul
NO. Jadi berkurangnya konsentrasi NO2 dan bertambahnya
konsentrasi NO berlangsung dengan laju yang sama :
-∆[NO2]/ ∆t = ∆[NO2]/ ∆t
2. Jika diketahui laju N2O5 = 2,8 x 10-6 mol. L-1.s-1 dan konsentrasinya =
0,08, berapa tetapan laju untuk N2O5 tersebut dari reaksinya dengan
NO2?
Pembahasan:
Persamaan reaksi:
2N2O5 → 4 NO2 + O2
179
3. Jika diketahui laju NO2 = 12 x 10-13 mol. L-1.s-1 dan konsentrasinya 8,0 x
10-2, berapa tetapan laju untuk NO2 tersebut dari reaksinya dengan
N2O5?
Pembahasan:
Persamaan reaksi:
2N2O5 → 4 NO2 + O2
Pembahasan:
Persamaan laju untuk penguraian adalah
Laju = k [HI]2
Laju2 = k (0,01M)2
180
Pembahasan:
Pembahasan:
k = 0,693/t½
= 0,693/80s
= 8,7 x 10-3 s-1
7. Reaksi 2NO + Br2 → 2NOBr
Mempunyai tahap-tahap reaksi
Pembahasan:
Jadi, v = k[NO][Br2]
8. Diketahi reaksi X → Y
Mula-mula konsentrasi X 0,6M
Setelah 10 detik konsentrasi X menjadi 0,2M
Tentukan laju reaksi terhadap X!
Pembahasan:
181
Vx = -∆[X]/ ∆t
= - ([X]akhir - [X]awal) / ∆t
= - ( 0,2 - 0,6 )/10
= 0,04 M/detik
9. Jika suatu reaksi naik 10oC maka laju reaksinya naik 2 kali semula. Jika
reaksi berlangsung pada suhu 25oC lajunya adalah 0,4M/menit.
Tentukan laju reaksi pada suhu 55oC.
Pembahasan:
Tt = 55oC
T0 = 25oC
Maka n = 55-25/10
=3
Jadi, Vt = 2n Vo
= 23. 0,4 M/menit
= 3,2M/menit
10. Jika pada suhu 25oC reaksi berlangsung selama 1,6 jam. Tentukan lama
reaksi jika suhu 65oC.
Pembahasan:
n = 65-25/10
=4
Tt = 2-n To
= 2-4. 1,6 jam
= 0,1 jam
= 6 menit
Jadi, lama reaksi adalah 6 menit
DAFTAR PUSTAKA
182
http : //www.google.co,id/kinetika kimia (diakses tanggal 10 Oktober
2010).
183