Anda di halaman 1dari 7

Paket Intensif UTBK

SBMPTN 2020

Kimia
Termokimia

Buat pemahamanmu lebih mantap!

Untuk mempermudah kamu dalam menguasai materi Termokimia, ada baiknya


kamu memantapkan diri dengan menonton video berikut.

1. Termokimia 2 – Hukum Hess

2. Kimia – Termokimia

3. Materi TKA Saintek - Kimia - Termokimia

A. Kalor dalam Reaksi


Sebelum memahami tentang termokimia, kamu perlu memahami dahulu tentang

konsep energi. Hal ini dikarenakan termokimia adalah bidang dalam ilmu kimia yang

membahas perubahan energi dalam bentuk kalor atau panas yang terlibat dalam suatu

reaksi. Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan maupun

dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain atau

mengalami perpindahan. Dalam termokimia, terjadi perubahan dan perpindahan energi.

Perpindahan energi sendiri terjadi dalam bentuk kerja (w) atau kalor (q).

Jika suatu sistem mengalami perubahan, akan terjadi perubahan energi dalam sistem

(∆U). Jika suatu sistem menerima kalor, kalor tersebut dapat disimpan sebagai energi

dalam dan sebagian akan digunakan untuk melakukan kerja. Secara matematis,

hubungan antara energi dalam sistem, kerja, dan kalor dinyatakan sebagai berikut.

q = U − w

Termokimia 1
B. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah reaksi yang tengah diamati, termasuk setiap perubahan yang

menyertainya. Sementara lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem yang dapat

memengaruhi sistem itu sendiri. Berdasarkan interaksi sistem terhadap lingkungannya,

sistem dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

Pertukaran
Jenis interaksi
Kalor Materi

Sistem terbuka √ √

Sistem tertutup √ Χ

Sistem terisolasi Χ Χ

(√ = memungkinkan terjadi; Χ = tidak dimungkinkan terjadi)

C. Reaksi Eksoterm dan Endoterm


Berdasarkan arah perpindahan kalor antara sistem dan lingkungan, reaksi kimia dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah

reaksi yang melibatkan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Dengan kata lain, reaksi

eksoterm melepaskan kalor. Sementara itu, reaksi endoterm adalah reaksi yang melibatkan

perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Dengan kata lain, reaksi endoterm menyerap

kalor. Dalam diagram energi, perubahan energi dari reaksi eksoterm dan endoterm

digambarkan sebagai berikut.

Termokimia 2
D. Entalpi dan Perubahan Entalpi dalam Reaksi
1. Entalpi dalam Reaksi
Dalam termokimia, perubahan energi yang terjadi pada suatu reaksi dikaji sebagai

entalpi (H). Entalpi adalah energi yang dimiliki suatu sistem yang diukur dalam

tekanan tetap. Dengan demikian, perubahan energi akan sama dengan perubahan

entalpinya (∆H).

Perubahan entalpi yang terlibat pada suatu reaksi kimia dinyatakan dalam persamaan

termokimia yang sudah setara. Nilai perubahan entalpi (∆H) yang dicantumkan diukur

pada tekanan 1 atm dan suhu 25 oC. Untuk reaksi eksoterm, ∆H bernilai negatif. Harga

negatif ini mengacu pada pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Sementara untuk

reaksi endoterm, ∆H bernilai postif. Harga positif ini mengacu pada penyerapan kalor

dari lingkungan ke sistem reaksi.

Contoh persamaan termokimia adalah sebagai berikut.

2H2 (g) + O2 (g) → 2H2 O (g) ∆H = -484 kJ mol-1

Ini berarti, 2 mol gas hidrogen (H2) bereaksi dengan 1 mol gas oksigen (O2)

menghasilkan 2 mol air (H2 O) disertai dengan pelepasan kalor sebesar 484 kJ.

Harga perubahan entalpi dan karakteristik dari suatu reaksi dapat disimpulkan dalam

tabel berikut.

∆H bernilai negatif ∆H bernilai positif

J• Reaksi eksoterm • Reaksi endoterm


e• Terjadi penurunan suhu sistem • Terjadi kenaikan suhu siste
n• Sistem melepas kalor ke lingkungan • Sistem menyerap kalor dari lingkungan
i
Contoh: Contoh:
s

-H2 + ½ O2 → H2O ∆H = -285,85 kJ/mol CO2 → C + O2 ∆H = +394 kJ/mol

Termokimia 3
2. Jenis-Jenis Perubahan Entalpi Standar (∆Ho)
Berdasarkan sistem reaksi yang dikaji, perubahan entalpi standar dibedakan menjadi

berikut.

a. Perubahan entalpi pembentukan standar (∆Hof)

Perubahan entalpi pembentukan standar adalah perubahan entalpi yang terjadi

pada pembentukan satu mol senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada

keadaan standar.

b. Perubahan entalpi penguraian standar (∆Hod)

Perubahan entalpi penguraian standar adalah perubahan entalpi yang terjadi pada

penguraian satu mol senyawa menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan

standar.

c. Perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hoc)

Perubahan entalpi pembakaran standar adalah perubahan entalpi yang terjadi pada

pembakaran satu mol zat secara sempurna pada keadaan standar.

3. Penentuan Perubahan Entalpi dalam Reaksi


Perubahan entalpi suatu reaksi dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu

berdasarkan eksperimen (kalorimetri), hukum Hess, energi pembentukan standar, dan

energi ikatan.

a. Kalorimetri

Pada metode ini, digunakan kalorimeter sederhana dan kalorimeter bom. Kalorimeter

sederhana adalah alat yang dibuat dari gelas atau wadah yang bersifat isolator, seperti

gelas plastik. Dengan demikian, dianggap tidak ada perpindahan kalor dari sistem ke

lingkungan, atau sebaliknya. Sementara kalorimeter bom adalah alat yang lebih teliti

dan dirancang khusus untuk mengukur kalor yang dilepaskan dalam suatu reaksi. Pada

kalorimeter bom, sistem dalam keadaan terisolasi sehingga tidak ada perpindahan

kalor dari sistem ke lingkungan.

Kalorimetri menggunakan perubahan suhu air dan kalorimeter sebagai acuan. Kalor

yang dilepaskan dari suatu reaksi akan diserap oleh air dan kalorimeter. Dengan

mengamati perubahan suhu, harga kalor yang terlibat dalam reaksi dapat ditentukan

dengan persamaan berikut.

Termokimia 4
Keterangan:

qreaksi = kalor reaksi (J);

mair = massa air dalam kalorimeter (g);

cair = kalor jenis air (J/goC atau J/gK);

ΔT = perubahan suhu (oC atau K); dan

Ckal = kapasitas kalor kalorimeter (J/oC atau J/K).

Sementara itu, harga perubahan entalpi ditentukan berdasarkan jumlah kalor yang

terlibat dengan persamaan berikut.

−qreaksi
H =
n

Keterangan:

∆H = perubahan entalpi (kJ mol-1);

qreaksi = kalor reaksi (J); dan

n = mol dari pereaksi pembatas (mol).

b. Hukum Hess

Hukum Hess menyatakan bahwa setiap reaksi memiliki harga ∆H tetap dan tidak

bergantung pada mekanisme reaksi atau tahapannya. Jadi, ∆H suatu reaksi adalah

akumulasi atau hasil penjumlahan ∆H beberapa tahapan reaksi tersebut. Sebagai akibat

dari hukum Hess, persamaan termokimia dapat dijumlahkan.

Contoh:

A→B ∆H1

B→C ∆H2

A→C ∆H3

Berdasarkan hukum Hess, ∆H (A → C) = ∆H (A → B) + ∆H (B → C). Ini berarti:

H3 = H1 + H 2

Termokimia 5
Ingat!

Dalam hukum Hess, berlaku ketentuan berikut.

Jika reaksi dibalik, nilai ∆H berubah tanda (positif menjadi negatif atau
sebaliknya).
Jika reaksi dikali atau dibagi, nilai ∆H juga dikali atau dibagi.
Jika reaksi dijumlah, nilai ∆H juga dijumlah

Hukum Hess juga dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram tingkat

energi. Sebagai contoh, diagram tingkat energi untuk reaksi pembakaran metana

adalah sebagai berikut:

Sementara itu, siklus untuk perubahan entalpinya adalah sebagai berikut.

Termokimia 6
c. Energi pembentukan standar (∆Hof)

Nilai ∆H juga dapat ditentukan dengan menggunakan data ∆Hof senyawa yang terlibat

dalam reaksi. Penentuan perubahan entalpi berdasarkan data ∆Hof dapat dirumuskan

sebagai berikut.

d. Energi ikatan

Energi ikatan rata-rata adalah rata-rata energi yang diperlukan untuk memutuskan

ikatan dari satu mol molekul yang berwujud gas menjadi atom-atomnya. Penentuan ∆H

reaksi berdasarkan energi ikatan ditentukan dengan persamaan berikut.

SUPER "Solusi Quipper"

Untuk mengingat persamaan penentuan ∆H reaksi, gunakan cara


berikut.

BENTUK KA - KI: dengan data perubahan entalpi pemBENTUKan


standar, jumlah di KANAN (produk) -KIRI (reaktan)

IKAT KI-KA: dengan data energi IKATan, jumlah di KIRI (reaktan) -


KANAN ( produk)

Termokimia 7

Anda mungkin juga menyukai