Anda di halaman 1dari 12

STOIKIOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Oleh Kelompok :
Marta Duwi Lestari (522019021)
Samuel Atmaja Kristy (522019022)
Joshua Albertino Darmawan (522019023)
Ivan Aditya Santoso (522019024)

FAKULTAS ILMU PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2019
I. DASAR TEORI
Stokiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (Unsur) dan metrein
(mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur unsur dalam hal ini adalah
partikel ion,molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam
reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia)
yang didasarkan pada hokum-hukum dasar dan persamaan reaksi. (Ahmad, 1985).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah,salah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu,yang mekanismenya yaitu
dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar totalnya sama. Sifat fisika
tentunya (massa,Volume,Suhu,Daya Serap) diperiksa, dan perubahannya
digunakan untuk meramal stoikiometri system. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi,akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai
dengan stoikiometri system,yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi
dalam senyawa (Mahrudin, 2011)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan massa unsur-unsur dalam senyawa
pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri,biasanya
diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia (Brady, 1986)
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa,yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa (Hiskia,
1991)
Dalam ilmu kimia,stoikiometri reaksi adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan unsur-unsur dalam senyawa
dalam pembentukan senyawanya (Alfian 2009)
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa,yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia
biasa. Hubung perbandingan tetap dari Joseph Proust menyatakan bahwa zat kimia
murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula tertentu (Keeran 1984).
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat murni.
Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran adalah larutan reaksi kimia telah
mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam
larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita, tumbuhan maupun hewan, merupak
larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumya berlangsung
dalam lapisan tipis lerutan yang diabsorbsi pada padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia
seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi
tenaga tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang
digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi,
pati tanaman dalam daun disintesi dan O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran
yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagai “stokiometri”.
Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kunatitatif antara
zat yang berkaitan dalam reaksi kimia

II. TUJUAN
1. Pemahaman terhadap konsep dasar pembuatan dan pengenceran suatu
larutan.
2. Keterampilan dalam pembuatan larutan dan pengenceran larutan dan
pengenceran dengan konsentrasi tertentu

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
- Gelas beker (100 ml - Pipet ukur (10 ml)
dan 200 ml) - Gelas ukur (100 ml)
- Gelas takar (10 ml, - Pilius
50ml,100 ml) - Corong kaca
- Tabung reaksi - Stirrer
- Rak tabung reaksi - Batang pengaduk
- Pipet tetes - Timbangan digital

B. Bahan :
- Akuades
- Padatan Kalium Dikromat (K2Cr2O7 )
- Padatan Barium Hidroksida (Ba(OH)2 )
- Padatan Kalium Permanganat (KMnO4 )

IV. CARA KERJA


 Larutan K2Cr4O7
1. Timbang K2Cr4O7 sebanyak 0,5 gram, masukkan kedalam gelas
beaker.
2. Tambahkan aquades, aduk hingga K2Cr4O7 larut sempurna.
3. Masukkan larutan K2Cr2O7 kedalam gelas takar, tambahkan larutan
aquades sampai tanda batas. Kocok hingga homogen.
4. Catat serta hitung hasil konsentrasi yang didapat.
5. Foto hasil pengamatan.

 Larutan Ba(OH)2 :
1. Timbang Ba(OH)2 sebanyak 0,6 gram, masukkan kedalam gelas
beaker.
2. Tambahkan aquades, aduk hingga Ba(OH)2 larut sempurna.
3. Masukkan larutan Ba(OH)2 kedalam gelas takar, tambahkan larutan
aquades dengan takaran 30 ml. Kocok hingga homogen. (Larutan A).
4. Buat larutan B dengan mengencerkan 5 ml larutan A dengan 95 ml
aquades.
5. Buat larutan C dengan mengencerkan 10 ml larutan A dengan 90 ml
aquades.
6. Buat larutan D dengan mengencerkan 25 ml larutan A dengan 75 ml
aquades.
7. Catat serta hitung hasil konsentrasi yang didapat.
8. Foto hasil pengamatan

 Larutan KMnO4 :
1. Timbang KMnO4 sebanyak 0,4 gram, masukkan kedalam gelas
beaker
2. Larutkan KMnO4 dalam gelas beker dengan 25 ml akuades
hingga larut sempurna
3. Masukkan larutan KMnO4 kedalam gelas takar 50 ml, Terakan
dan kocok hingga homogen.
4. Hitung larutan Induk (V1) untuk membuat 10 ml larutan baru
0,0001 M; 0,0005M

V. HASIL PENGAMATAN
 Pada larutan K2Cr4O7
Diketahui :
m = 0,5 gram
Mr = 294 gram
V = 100ml
= 0,1 L
m
n Mr m 0,5 g
M = = = = = 0,17 gram/Liter
v v Mr x 0,1 L 294 x 0,1

m 1000 0,5 g
M = x = = 0,017 gram/Liter
Mr v (ml) 294 x 0,1

 Pada Larutan KMnO4


Diketahui :
m = 0,4 gram V = 50 ml
Mr = 158 V2 = 10 ml
M1 = 0,0001 M V1 = ?
M2 = 0,0005 M

m 1000
M1 = x
Mr ml
0,4 1000
= 158 x 50
8
= 158 = 0,05

M 1 x M2 = V1 x V2
0,05 x 0,0005 = V1 x 10
25 x 10-6 = V1 x 10
25 x 10-7 = V1

M 1 x M2 = V1 X V2
0,05 x 0,0001 = V1 x 10
5 x 10-6 = V1 x 10
5 x 10-7 = V1

 Pada Larutan Ba(OH)2


m 1000
a. M1 = Mr x ml
0,6 1000
= 171 𝑥 50

= 0,07 M

b. Larutan B
M1 x M 2 = V1 x V2
5 100
0,07 x M2 = 1000 x 1000
0,005 𝑋 00,1
M2 = 0,07

M2 = 0,007 M

M1 x M 2 = V1 x V2
10 100
0,07 x M2 = 1000 x 1000
0,01 𝑋 0,1
M2 = 0,07

M2 = 0,014 M

M1 x M 2 = V1 x V2
25 100
0,07 x M2 = 1000 x 1000
0,25 𝑋 0,1
M2 = 0,07

M2 = 0,035 M
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami membuat dan mengencerkan serta menghitung
konsentrasi beberapa larutan, yaitu larutan K2Cr2O7, larutan Ba(OH)2 dan larutan
KMnO4.
Pada percobaan pertama, kami mencampur padatan K2Cr2O7 = 0,30 g dengan
100 ml akuades, kemudian dengan menggunakan rumus molaritas didapatkan
konsentrasi larutan sebesar 0,102 mol/L.
Pada percobaan kedua, kami mencampurkan padatan Ba(OH)2 = 0,1 g dengan
30 ml akuades, kemudian larutan tersebut diterakan dan dihomogenkan
menggunakan labu takar 50 ml. Lalu bagi larutan menjadi beberapa bagian dengan
ukuran larutan B = 5 ml; larutan C = 10 ml; larutan D = 25 ml. Kemudian encerkan
masing-masing larutan dengan akuades hingga mencapat 100 ml larutan.
Menggunakan rumus molaritas didapatkan konsentrasi larutan sebesar, larutan B =
0,116; larutan C = 0,0058; larutan D = 0,023.
Pada percobaan ketiga, kami mencampurkan padatan KMnO4 = 0,15 g dengan
25 ml akuades, kemudian larutan tersebut diterakan dan dihomogenkan
menggunakan labu takar 50 ml. Lalu selanjutnya, kami membuat larutan baru
dengan konsentrasi 0,0005 M 10 ml, menggunakan rumus yang ada didapatkan
hasil volume yang dibutuhkan adalah 0,000015 liter.

1. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)


Kalium dikromat adalah padatan ion kristalin dengan warna merah-orange yang
digunakan sebagai oksidator di berbagai bidang, tidak menimbulkan bau (tak
berbau). Kalium dikromat mempunyai struktur kristal berupa triklinik. Sistem
kristal triklinik merupakan kristal yang memiliki tiga sumbu yang tegak lurus satu
sama lain. Kalium dikromat mempunyai kemurnian tidak kurang 99,9%. Kalium
dikromat memiliki titik leleh 398oC, titik didih 500oC.
Kalium merupakan unsur dalam tabel periosik memiliki lambang K, nomor atom
19, kalium termasuk golongan logam alkali karena memiliki sifat lunak, berwarna
silver, mengkilap, beraksi dengan air, kondukter yang baik, larut dalam air laut dan
bagian dari mineral. Ion dikromat mengandung kromium yang mempunyai
bilangan oksidasi +6 yang merupakan keadaan oksidasi tertinggi dari krom. Pada
reaksi kimia ion kromat dan dikromat bergantung pada tingkat keasaman larutan.

2. Barium Hidroksida (Ba(OH)2)


Barium hidroksida ialah kristal monoklinik yang tidak berwarna, yang meleleh
pada suhu sekitar 78 derajat Celcius dan larut dalam air, namun tidak larut dalam
aseton, digunakan dalam penyabunan lemak dan peleburan silikat (Angga Murjana,
2019). Barium hidroksida dibuat dengan cara melarutkan barium oksida di dalam
air.
Barium ialah logam putih yang berwarna perak yang bisa ditemukan di alam.
Barium juga digunakan untuk membuat cat, batu bata, kaca, ubin, dan karet dari
barium sulfat. Selain itu, barium juga digunakan oleh dokter dalam melakukan tes
medis maupun pengambilan foto sinar-x. Barium hidroksida biasa digunakan untuk
menghilangkan sulfat ion dari hewan dan minyak nabati, industri solusi dan juga
dalam menyiapkan cesium dan rubidium hidroksida sebagai komponen pelumas.

3. Kalium Permanganat (KMnO4)


Kalium permanganat adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai pembersih
luka hingga mengusir bakteri maupun bakteri ataupn jamur penyebab infeksi.
Sering juga digunakan sebagai air mandi untuk menghindari infeksi pada kulit yang
luka. Kalium permanganat termasuk golongan peroksida yang dapat melepaskan
oksigen dalam proses oksidasi jika bersentuhan dengan zat organik.
Kalium permanganat adalah senyawa yang mengandung kalium, mangan, dan
oksigen. Senyawa kalium permanganat memiliki bentuk sediaan berupa serbuk
kristsal berwarna unu. Sifat kimia permanganat adalah mudah larut, juga termasuk
dalam golongan peroksidan. Hal ini karena senyawa kimia ini dapat melepaskan
oksigen. Beberapa penyakit kulit yang dapat diobati dengan menggunakan larutan
dari senyawa permanganat di antaranya adalah impetigo, kutu air, iritasi urin.

4. Molaritas
Molaritas menyatakan konsentrasi berupa jumlah mol zat terlarut dalam satu liter
larutan. Molaritas dirumuskan :
𝑛 𝑚/𝑀𝑟 m 𝑚 1000
M= = = = x
𝑉 𝑉 𝑀𝑟 𝑥 𝑉 𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝑙)
Dengan,
M = Molaritas (mol/l)
n = jumlah mol zat telarut (mol)
v = volume larutan (l)
m = massa zat terlarut (gr)
Mr = massa rumus molekul zat terlarut (gr/mol)

5. Molalitas (m)
Molaritas adalah jumalh mol zat terlarut dalam 1000 g atau 1 kg pelarut. Satuan
molal tidak tergantung pada suhu dan biasanya digunakan untuk menyatakan
banyaknya partikel zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut. Molaritas
dirumuskan:
𝑛 𝑚1
m= =
𝑚2 𝑀𝑟 𝑥 𝑚2
Dengan,
m = molalitas (mol/kg)
n = jumlah mol zat telarut (mol)
m1 = massa zat terlarut (gr)
m2 = massa pelarut (gr)
Mr = massa rumus molekul zat terlarut (gr/mol)

6. Normalitas (N)
Normalitas adalah jumlah gram ekivalen (grek) zat terlarut dalam satu liter
larutan. Normalitas menyatakan konsentrasi larutan berupa jumlah ekuivalen zat
terlarut dalam 1 liter larutan (ek/l). Normalitas dirumuskan :
𝑒𝑘 𝑚
N= =
𝑉 𝐵𝐸 𝑥 𝑉
Dengan,
N = normalitas (mol/l)
Ek = jumlah mol ekuivalen zat terlarut (ek)
v = volume larutan (l)
m = massa zat terlarut (gr)
BE = berat ekuivalen zat terlarut (g/ek)
7. Persen berat (%w/w atau %b/b)

Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 g larutan. Persen berat
biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen yang berupa zat padat.
Persen berat menyatakan persentase konsentrasi zat terlarut dalam proporsi berat.
Persen berat dirumuskan :
g zat terlarut
%b/b = x 100%
g zat terlarut+g pelarut

8. Persen volume (%v/v)


Persen volume adalah jumlah volume (mL) zat terlarut dalam 100 mL larutan.
Persen volume biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen berupa zat
cair atau gas. Persen volume menyatakan presentase konsentrasi zat terlarut dalam
proposi volume. Persen volume dirumuskan:
mL zat terlarut
%v/v = x 100%
mL zat terlarut+mL pelarut

9. Persen berat-volume (%w/v atau %b/v)


Persen berat per volume menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 mL.
Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan kadar zat padat dalam suatu cairan atau
gas.
g zat terlarut
%b/v = x 100%
mL larutan
10. Bagian per juta atau part per milliion (bpj atau ppm)
Bpj atau ppm adalah satu bagian zat terlarut dalam satu juta bagian larutan (mg/L
atau mg/kg). Satuan ppm sering digunakan untuk menyatakan konsentrasi zat yang
sangat kecil dalam larutan gas, cair atau padat.
m
Ppm = ′
m atau V
Dengan,
m = massa zat terlarut (mg)
m’ = massa campuran (kg, bila berbentuk padatan
v = volume larutan (L), bila berbentuk cairan
11. Menghitung konsentrasi dari beberapa larutan yang dicampur
V1 x M1+V2 x M2+⋯
Mcampuran =
V1+V2+⋯

VII. KESIMPULAN
1. Kita dapat memahami konsep dasar membuat dan mengencerkan suatu
larutan lewat praktik yang kita lakukan.
2. Teruji keterampilan individu dalam pembuatan dan pengenceran larutan
dengan konsentrasi tertentu.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta : UT
Muhrudin, Udin. 2011. Praktikum Stoikiometri Reaksi.
http://chemistapolban.blogspot.com/2011/06/praktikum-stoikiometri-
reaksi.html.
Diakses tanggal 12 Oktober 2019
Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York : John
Willey and Sons.
Hiskia, A dan Tupamahu. 1991. Stoikiometri Energi Kimia. Bandung : ITB
Press.
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU press
Lampiran

Bahan Gambar Hasil Pembuatan Larutan

kalium
dikromat,
(K₂Cr₂O₇)

kalium
permanganat
(KMnO4)
barium
hidroksida
(Ba(OH)2)

Anda mungkin juga menyukai