Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I
PERCOBAAN II

STOIKIOMETRI
GARY PURBAYA
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
Praktikum: 04 -04-2022

Histori Laporan Ringkasan Praktikum:


Konsul 1:06-04-2022 Praktikum stoikiometri bertujuan agar mahasiswadiharapkan
Konsul 2 :08-04-2022 dapat mempelajari titik stoikiometri system melalui pengamatan
ACC: terhadap perubahan suhu suatu reaksi. Dimana praktikum ini
sangatlah penting untuk dilakukan dikarenakan stioikiometri
merupakan dasar perhitungan dari kimia. Dalam kimia
stoikiometri sangatlah penting, dikarenakan stoikiometri
merupakan ilmu yang mempelajari aspek kuantitatif rumus dan
reaksi kimia, hal tersebut diperoleh melalui pengukuran massa,
volume, jumlah dan sebagainya yang terkait dengan atom, ion atau
rumus kimia serta saling keterkaitannya dalam suatu mekanisme
reaksi kimia. Praktikum ini pada dasarnya dilakukan untuk
memberikan pemahahaman lebih lanjut kepada mahasiswa terkait
dengan perhitungan dasar dalam kimia yakni stoikiometri yang
nantinya akan sangat diperlukan dalam perhitungan kimia yang
lebih lanjut lagi kedepannya.
Keywords: stoikiometri, laboratorium, praktikum, mahasiswa

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kimia adalah salah satu cabang ilmu yang penting dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena
pelajaran ini membuat siswa mampu memahami fenomena yang terjadi di sekitarnya. Ilmu
kimia juga mempelajari tentang komposisi materi, perubahan komposisi materi, dan energi yang
menyertai setiap perubahan komposisi materi tersebut (Brady, 1990). Sastrawijaya (1998) juga
mengemukakan bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari teori, fakta, aturan, deskripsi,
model dan peristilahan kimia. Dalam hal ini pemahaman yang berhubungan dengan fakta-fakta,
konsep, prinsip, hukum, teori, deskripsi, dan peristilahan kimia dikenal dengan istilah
pemahaman konseptual. (Zakiyah, 2018).
Hukum-hukum dasar kimia yang digunakan dalam perhitungan kimia, diantaranya:a.
hukum kekekalan massa. Di tahun 1774, Lavoiser memanaskan timah dengan oksigen dalam
wadah tertutup. Dengan menimbang secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi
itu tidak terjadi perubahan massa. Perubahan ini menjadi dasar hukum kekekalan massa, yang
berbunyi: “Pada reaksi kimia, massa zat pereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi” dengan
kata lain dapat dinyatakan: “Materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. b. Proust meneliti
perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa, dimana Proust merumuskan pernyataan yang
disebut hukum perbandingan tetap “ dalam suatu zat kimia murni, perbandingan massa unsur-
unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap”.c. Dalton menarik kesimpulan yang disebut hukum
perbandingan berganda yang berbunyi “ Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu
senyawa, apabila masaa salah satu unsur dalam kedua senyawa sama, maka massa dari unsur
yang lain berada dalam perbandingan bulat dan sederhana”. d.Gay Lussac membuat pernyataan
yang disebut hukum penyatuan volume: “Volume gas-gas yang terlibat dalam reaksi kimia pada
tekanan dan suhu yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana” e. Hiptesis
Avogadro, berdasarkan reaksi tersebut Avogadro menyarankan bahwa unsur gas bukan

Gary Purbaya
Stoikiometri

monoatom tetapi poliatom. Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan membuat dugaan
sementara yang disebut Hipotesis Avogadro: “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas
yang volumenya sama mempunyai jumlah molekul yang sama” (Ratulani, 2017).
Menurut Timberlake, kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang komposisi, struktur,
sifat, dan reaksi suatu materi. Oleh karena itu, konsep merupakan bagian penting dalam
mempelajari ilmu kimia. Ciri-ciri ilmu kimia menurut Kean dan Middlecamp, diantaranya
adalah sebagian besar konsep-konsep dalam ilmu kimia bersifat abstrak, berurutan, dan
berkembang dengan cepat, sehingga diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep-
konsep kimia. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar harus benar sebelum
memahami konsep-konsep kimia yang lebih kompleks. Konsep yang lebih mendasar merupakan
batu-batu pembangun berfikir bagi terciptanya gagasan yang lebih tinggi untuk merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Siswa harus mampu mengaitkan konsep yang
sebelumnya dengan konsep yang baru. Ilmu kimia selalu berhubungan dengan reaksi-reaksi
kimia. Pada dasarnya reaksi kimia yang terjadi bermacam-macam jenisnya, contohnya reaksi
penggabungan. Persamaan reaksi kimia dapat digunakan untuk menggambarkan ciri-ciri jenis-
jenis reaksi kimia tersebut. Persamaan reaksi merupakan gambaran singkat yang digunakan
untuk menunjukkan proses terjadinya reaksi. Stoikiometri merupakan ilmu yang mempelajari
kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Persamaan reaksi dan stoikiometri reaksi
kimia merupakan konsep yang harus dipahami siswa, karena keduanya merupakan konsep dasar
yang digunakan untuk mempelajari materi kimia yang lain. Konsep pereaksi pembatas
merupakan bagian dari materi stoikiometri. Keberhasilan siswa dalam memahami konsep
pereaksi pembatas sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep dasar yang menyertainya seperti
rumus kimia zat, persamaan reaksi, penyetaraan persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia,
dan konsep mol (Lailatul, 2016).
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri
(stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun
sebagaihasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam
suatu rumus kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H 2O. Kata
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang
berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah
orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri
adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar
unsur kimia yang satu dengan yang lain Mengapa kita harus mempelajari stoikiometri? Salah
satu alasannya, karena mempelajari ilmu kimia tidak dapat dipisahkan dari melakukan
percobaan di laboratorium. Adakalanya di laboratorium kita harus mereaksikan sejumlah gram
zat A untuk menghasilkan sejumlah gram zat B. Pertanyaan yang sering muncul adalah jika kita
memiliki sejumlah gram zat A, berapa gramkah zat B yang akan dihasilkan? Untuk menjawab
pertanyaan itu kita memerlukan stoikiometri. Stoikiometri erat kaitannya dengan perhitungan
kimia. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-asas stoikiometri yaitu
antara lain persamaan kimia dan konsep mol. Pada pembelajaran ini kita akan mempelajari
terlebih dahulu mengenai asas-asas stoikiometri, kemudian setelah itu kita akan mempelajari
aplikasi stoikiometri pada perhitungan kimia beserta contoh soal dan cara menyelesaikannya.
(Cok, 2012).
Reaksi kimia merupakan suatu proses, melibatkan dua atau lebih pereaksi yang
menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat fisik atau kimia yang berbeda dengan
pereaksinya. Secara umum, reaksi kimia dikelompokkan menjadi dua, yaitu reaksi asam-basa
dan reaksi reduksioksidasi.Reaksi asam-basa merupakan reaksi kimia yangmelibatkan
netralisasi ion H+ dan OH− (teori Arrhenius), akseptor-donor ion proton(H+, teori Bronsted-
Lowry), akseptor-donor pasangan elektron (teoriasam-basa Lewis), atau akseptor-donor ion
oksida (O2−). Reaksi reduksioksidasi adalah reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron
antara reduktor dan oksidator, serta adanya perubahan bilangan oksidasi. Perubahan-perubahan
yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara lain: adanya gas sebagai produk reaksi,

Gary Purbaya
Stoikiometri

adanya endapan, perubahan pH larutan, perubahan warna larutan dan perubahan suhu larutan
(Widya, 2021).
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum stoikiometri kali ini, adalah sebagai berikut:
1.1. Bagaimana cara mengetahui titik stoikiometri sistem?
1.2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi stoikiometri?
1.3. Bagaimana cara mengetahui reaksi apa saja yang terbentuk pada saat proses pencampuran
larutan?
3. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum stoikiometri ini adalah sebagai berikut.
1.1 Mahasiswa dapat mengetahui titik stoikiometri sistem.
1.2 Mahasiswa dapat mengetahui perubahan suhu yang terjadi pada larutan yang direaksikan.
1.3 Mahasiswa dapat mengetahui reaksi apa saja yang terbentuk pada saat prses pencampuran
larutan.
4. Manfaat Praktikum.
Adapun manfaat dari dilaksanakannya praktikum kali ini, adalah sebagai berikut:
1.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dari reaksi stoikiometri.
1.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stoikiometri.
1.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui reaksi apa saja yang terbentuk pada saat proses
pencampuran larutan.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kimia dasar kali ini adalah sebagai
berikut: gelas ukur 25 mL dan 10 mL, gelas kimia 100 mL, termometer, batang pengaduk, labu
semprot, statif dan pegangan
1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut: larutan
NaOH 1 M, larutan HCl 1 M, larutan CuSO4 dan larutan H2SO4
2. Prosedur Kerja
Pertama – tama praktikan menyiapkan alat dan bahan sebelum melakukan percobaan
pada larutan yang telah disediakan.Pada percobaan stoikiometri pada larutan CuSO 4 – HCl
dengan perbandingan 25:5, mengambil 25 NaOH dan 5 mL CuSO 4. Kemudian memasukan
larutan NaOH pada gelas kimia kemudian dan catat suhu temperatur awal dari larutan tersebut,
setelah itu memasukan dengan perlahan larutan CuSO 4 aduk dengan batang pengaduk hingga
larutan tercampur perhatikan suhu atau temperature akhir dari larutan tersebut. Lakukan hal
yang sama pada larutan lain untuk mendapatkan data pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
1.1 Data Pengamatan
Tabel 1. Stoikiometri sistem CuSo4 – NaOH
NaOH 1M CuSO4 1 M TM (0C) TA (0C) ∆T (0C)
(mL) (mL)
0 30 0 29 29
5 25 30 31 1
10 20 30 31 1
15 15 27 32 5

Gary Purbaya
Stoikiometri

20 10 29 35 6
25 5 29 31 2
30 0 29,5 0 29,5
Tabel 2. Stoikiometri sistem HCL – NaOH
NaOH 1M HCl1 M (mL) TM (0C) TA (0C) ∆T (0C)
(mL)
0 30 0 29 29
5 25 28 31 3
10 20 28 32 4
15 15 27 31 4
20 10 29 32 3
25 5 28 30 2
30 0 29,5 0 29,5
Tabel 3. Stoikiometri sistem H2SO4 - NaOH
NaOH 1M H2SO4 1 M (mL) TM (0C) TA (0C) ∆T (0C)
(mL)
0 30 0 29 0
5 25 30 31 1
10 20 30 32 2
15 15 27 27 0
20 10 25 35 6
25 5 29 31 3
30 0 29,5 0 -29,5
1.2Reaksi Kimia:
Adapun reaksi kimia dari setiap system perlakuan stoikiometri yang telah dilakukan, dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Stokiometri sistem CuSO4 – NaOH
CuSO4 – NaOH →…
Cu2+ SO42- + Na+ OH- → Cu(OH)2 + Na2SO4
Jadi, CuSO4(aq)– NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(s)
b. Stoikiometri sistem HCl – NaOH
HCl + NaOH →…
H+Cl- + Na+ OH- → NaCl + H2O
Jadi, HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl (s) + H2O (l)
c. Stoikiometri sistem H2SO4 – NaOH
H2SO4 + NaOH →….
H2+ SO42- + Na+OH- → Na2SO4 + 2H2O
Jadi, H2SO4(aq) + NaOH(aq) → Na2SO4 (s) + 2H2O(l)
1.3 Analisis Data
Gary Purbaya
Stoikiometri

1.3.1 Analisis Data Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH


Untuk data analisis data stoikometri sistem CuS 4 – NaOH akan diuraikan satu persatu
sebagai berikut.
Diketahui:
NaOH 1 M (mL) H2SO4 1 M (mL)
V1 =0 V1 = 30
V2 = 5 V2 = 25
V 3 = 10 V 3 = 20
V 4 =15 V 4 =15
V 5 = 20 V 5 = 10
V6 = 25 V6 = 5
V7 = 30 V7 = 0
Ditanyakan: perubahan suhu ∆T4 =…?
∆T1 =…? ∆T5 =…?
∆T2 =…? ∆T6 =…?
∆T3 =…? ∆T7 =…?
∆T4 =…?
∆T5 =…?
Penyelesaian
Setelah dilakukan pengukuran pada masing masing komposisi larutan denga volume
yang berbeda-beda dapat diperoleh data sebagai berikut.
TA1= 290C
TM1 =00C
TA2 = 310C
TM2 = 300C
TA3=310C
TM 3 = 300C
TA4=320C
TM 4 =270C
TA5 = 350C
TM 5 = 290C
TA6 = 310C
TM6 = 290C
TA7 = 00C
TM7 = 29,50C

Perubahan suhu (∆T) diperoleh dari suhu akhir dikurangi dengan suhu awal, secara
matemtis dirumuskan sebagai berikut.
∆T = Takhir – Tawal, maka berdasarkan persamaaan tersebut dapat diperoleh sebagai berikut.

∆T1 = TA1– TM1 ∆T2 = TA2– TM2

∆T1 = 290C – 00C ∆T2 = 310C – 300C

∆T1 = 290C ∆T2 = 10C

∆T3 = TA3– TM3 ∆T4 = TA4– TM4

∆T3 = 310C – 300C ∆T4 = 320C – 270C

∆T3 = 10C ∆T4 = 50C

∆T5 = TA5– TM5 ∆T6 = TA1– TM1

∆T5 = 350C – 290C ∆T6 = 310C – 290C

Gary Purbaya
Stoikiometri

∆T5 = 60C ∆T6 = 20C

∆T7 = TA1– TM1

∆T7 = 29,50C – 00C

∆T7 = 29,5 0C
1.3.2 Stoikiometri Sistem HCl – NaOH
Untuk data sistem stoikiometri HCl – NaOH data yang akan di uraikan berupa data yang
mencapai titik stoikiometri sistem, sebagai berikut.
HCl = 15 mL, NaOH = 15 mL
TM = 270C
TA = 310C
∆T = TA -TM = 310C – 270C = 40C
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya diperoleh data pada tabel 2 diatas
1.3.3 Stoikiometri system H2SO4 – NaOH
Untuk data sistem stoikiometri HCl – NaOH data yang akan di uraikan berupa data yang
mencapai titik stoikiometri sistem, sebagai berikut
H2SO4 = 10 mL, NaOH = 20 mL
TM = 290C
TA = 350C
∆T = TA - TM = 350C – 290C = 60C
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya diperoleh data pada tabel 3 diatas
1.4 Grafik Data Pengamatan
Grafik 1.4.1Stoikiometri sistem CuSO4 - NaOH

Grafik Stoikiometri
Perubahan suhu

7
6
5
4
3
2
1
0
25/5 20/10 15/15 10/20 5/25

Perbandingan volume CuSO4 - NaOH

Grafik 1.4.2 Stoikiometri sistem HCl - NaOH

Gary Purbaya
Stoikiometri

Grafik Stoikiometri
Perubahan suhu 4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
25/5 20/10 15/15 10/20 5/25

Perbandingan volume HCl - NaOH

Grafik 1.4.3 Stoikimetri Sistem H2SO4 - NaOH

Grafik Stoikiometri
Perubahan suhu

7
6
5
4
3
2
1
0
25/5 20/10 15/15 10/20 5/25

Perbandingan volume H2SO4 - NaOH

2. Pembahasan
Stoikiometri pada dasarnya merupakan suatu bagian dalam ilmu kimia yang
mempelajari hubungan kuantitatif dari suatu produk dan reaktan dalam sebuah
reaksi.Stoikiometri pada praktikum kali ini adalah suatu perhitungan kimia yang menyangkut
tentang hubungan kuantitatif antara zat yang terlibat dalam reaksi yang dilakukan titik dalam
reaksi stoikiometri sendiri, dimana reaksi yang berada di dalam reaksi kimia tersebut berupa
reaksi anatra larutan-larutan yang memiliki molaritas yang sama namun jumlah volume dari
setiap larutan memiliki jumlah yang berbeda-beda dan perbandingan kedua volume yang beda
pula yang akan habis bereaksi dalam reaksi kimia tersebut sehingga tidak ada mol sisa dalam
reaksi tersebut atau tidak adanya pereaksi pembatas. Selain itu ketika suatu reaksi asam dan
basa telah bercampur dengan jumlah yang sama maka dapat dikatakan bahwa kedua senyawa
tersebut telah mencapai titik stoikiometri sistem.
Secara teoritis apabila dua larutan atau lebih yang berbeda dicampurkan maka akan
berlangsung suatu reaksi kimia yang tentunya akan mempengaruhi beberapa aspek, yakni:
warna, suhu, volume, massa, dan lain sebagainya. Dalam praktikum stoikiometri kali ini
membahas hubungan antara volume dan molaritas dua buah larutan berbeda dengan perubahan
suhu larutan yang telah direaksikannya. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pada
percobaan pertama yaitu percobaan dengan sistem CuSO 41 M – NaOH 1 Mdiperoleh data
beberapa temperature dari masing-masing larutan sebelum direaksikan yang berbeda
temperaturnya satu dengan lainnya berdaskan perbedaan volume masing-masing larutan.
Gary Purbaya
Stoikiometri

Selanjutnya setelah direaksikan antara CuSO 41 M – NaOH 1 M maka diperoleh temperatur yang
berbeda dari kedua temperature sebelum kedua larutan tersebut direaksikan, hal ini menunukan
bahwa temperatur suatu larutan dipengaruhi oleh volume dan jenis senyawa larutan itu
sendiriyang juga apabila kemudian kedua larutan yang berbeda direaksikan satu sama lain maka
akan menimbulkan suhu akhir larutan campuran yang berbeda dari suhu awalnya sebelum
terjadi pencampuran atau pereaksian. Pada stoikiometri sistem ini perubahan suhu tetrtinggi
berada pada perbandingan antara NaOH 1 M dan CuSO 4 1 M yakni pada perbandingan 20:10
artinya pada titik ini tercapai suatu titik maksimum stoikiometri sistem. Apabila kita perhatiakan
pada reaksi yang terjadi diantara keduanya perbandingan koefisien dari kedua reaksi nya, yakni
Cu2+ SO42- + Na+ OH- → Cu(OH)2 + Na2SO4 Jadi, CuSO4(aq) – NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) +
Na2SO4(s) juga telah menunjukan perbandingan yang sama dengan perbandingan volume yang
mencapai titik stoikiometri system, yakni 2:1 artinya bahwa titik stoikiometri sistem akan
terjadia ketika kedua larutan telah bercampur dalam molaritas atau jumlah yang sama.
Pada perlakuan yang kedua yakni stoikiometri system HCl – NaOH, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya hal yang sama juga dilakukan pada stoikiometri system HCl – NaOH,
dimana praktikum stoikiometri kali ini membahas hubungan antara volume dan molaritas dua
buah larutan berbeda dengan perubahan suhu larutan yang telah direaksikannya. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, pada percobaan kedua yaitu percobaan dengan sistem HCl 1 M
– NaOH 1 M diperoleh data beberapa temperature dari masing-masing larutan sebelum
direaksikan yang berbeda temperaturnya satu dengan lainnya berdaskan perbedaan volume
masing-masing larutan. Selanjutnya setelah direaksikan antara HCl1 M – NaOH 1 M maka
diperoleh temperature yang berbeda dari kedua temperature sebelum kedua larutan tersebut
direaksikan, hal ini menunukan bahwa temperature suatu larutan dipengaruhi oleh volume dan
jenis senyawa larutan itu sendiri yang juga apabila kemudian kedua larutan yang berbeda
direaksikan satu sama lain maka akan menimbulkan suhu akhir larutan campuran yang berbeda
dari suhu awalnya sebelum terjadi pencampuran atau pereaksian. Pada stoikiometri sistem ini
perubahan suhu tetrtinggi berada pada perbandingan antara NaOH 1 M dan HCl 1 M yakni
pada perbandingan 20:10 artinya pada titik ini tercapai suatu titik maksimum stoikiometri
sistem. Apabila kita perhatiakan pada reaksi yang terjadi daintara keduanya perbandingan
koefisien dari kedua reaksi nya, yakni H+Cl- + Na+ OH- → NaCl + H2O Jadi, HCl(aq) + NaOH(aq)
→ NaCl (s) + H2O (l) juga telah menunjukan perbandingan yang sama dengan perbandingan
volume yang mencapai titik stoikiometri system, yakni 1:1 artinya bahwa titik stoikiometri
sistem akan terjadia ketika kedua larutan telah bercampur dalam molaritas atau jumlah yang
sama.
Sama seperti perlakuan pada percobaan stoikometri sistem pertama dan stoikiometri
sistem kedua paada percobaan stokiometri sistemketiga juga mendapat perlakuan yang sama
yakni pada perekasian dengan menggu nakan stoikiometri sistem H 2SO4 -NaOH diperoleh data
beberapa temperature dari masing-masing larutan sebelum direaksikan yang berbeda
temperaturnya satu dengan lainnya berdaskan perbedaan volume masing-masing larutan.
Selanjutnya setelah direaksikan antara H 2SO4 1 M-NaOH 1 M maka diperoleh temperature yang
berbeda dari kedua temperature sebelum kedua larutan tersebut direaksikan, hal ini menunukan
bahwa temperature suatu larutan dipengaruhi oleh volume dan jenis senyawa larutan itu sendiri
yang juga apabila kemudian kedua larutan yang berbeda direaksikan satu sama lain maka akan
menimbulkan suhu akhir larutan campuran yang berbeda daari suhu awalnya sebelum terjadi
pencampuran atau pereaksian. Pada stoikiometri sistem ini perubahan suhu tetrtinggi berada
pada perbandingan antara NaOH 1 M dan H 2So4 1 M yakni pada perbandingan 20:10 artinya
pada titik ini tercapai suatu titik stoikiometri sistem. Apabila kita perhatiakan pada reaksi yang
terjadi daintara keduanya perbandingan koefisien dari kedua reaksi nya, yakniH2+ SO42- +
Na+OH- → Na2SO4 + 2H2O, Jadi, H2SO4(aq) + NaOH(aq) →Na2SO4 (s) + 2H2O(l)juga telah
menunjukan perbandingan yang sama dengan perbandingan volume yang mencapai titik
stoikiometri system, yakni 1:2 artinya bahwa titik stoikiometri siste m akan terjadia ketika
kedua laruutan telah bercampur dalam molaritas atau jumlah yang sama.

KESIMPULAN

Gary Purbaya
Stoikiometri

Berdasarkan percobaaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam
melakuakan suatu pengamatan terhadap titik stoikiometri system suatu campuran, titik
stoikiometri system suatu campuran akan tercapai jika kedua larutan tersebut telah bercampur
dalam molaritas atau jumlah yang sama. Dari percobaan yang telah dilakukan perubahan suhu
suatu reaksi bergantung kepada jenis senyawa larutan, molaritas, dan juga volume dari masing-
masing larutan tersebut. Berdasarkan data pengamatan yang telah diperoleh dari hasil percobaan
didapatkan bahwa: (1). Titik stoikiometri system dari campuran CuSO 4 dan NaOHterletak pada
perbandingan volume 10:20 dengan perubahan temperature (∆T) sebesar 1 0C. (2). Titik
stoikiometri system dari campuran NaOH dan HCl terletak pada perbandingan volume 15:15
dengan perubahan temperature (∆T) sebesar 4 0C. (3). Titik stoikiometri sistem dari campuran
H2SO4 dan NaOH terletak pada perbandingan volume 10:20 dengan perubahan temperature (∆T)
sebesar 20C.

Gary Purbaya
Stoikiometri

DAFTAR PUSTAKA
Anggistina, Widya.AN. 2021. Pengembangan Modul Praktikum Kimia Stoikiometri
berbasiskan lingkungan Di SMA N 4 Kaur. Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu:Bengkulu.
Juwita, Ratulani. 2017. Kimia Dasar. Sumatera Barat: Sekolah Tinggi Ilmu Keguruaan Dan
Pendidikan PGRI: Sumatera Barat.
Kencanawati, Cok Istri Putri Kusuma. 2012. Kimia Dasar. Universitas Udayana: Bali.
Maghfiroh, Lailatul, Santosa, daan Ida Bagus Suryadharma. (2016). Jurnal Pembelajaran Kimia:
Identifikasi Tingkat Pemahaman Konnsep stoikiometri Pada Preaksi Pembata Dalam
Jenis-Jenis Reaksi Kimia Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 4 Malang. 01(2):32-37.
Zakiyah, Suhadi Ibnu, dan Subandi. (2018). EduChemia (Jurnal Kimia Dan Pendidikan):
AnalisisDampak Kesulitan Siswa Pada Materi Stoikiometri Tehadap Hasil Belajar
Temokimia. 3(1):119-134.

Gary Purbaya

Anda mungkin juga menyukai