Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS POLARISASI HARGA DAN KETERSEDIAN KOMODITAS BAHAN

GALIAN NIKEL DI PASAR INTERNASIONAL


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonometri dan Peramalan

Dibimbing Oleh : Marwan Zam Mili, S.T., M.T


Disusun Oleh : Gary Purbaya
NIM : R1D121041
Kelas : A
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Ilmu Dan Teknologi Kebumian

Kendari
2022

Unsur logam di alam bebas merupakan komoditas berharga yang penting untuk
menunjang kehidupan manusia. Itulah sebabnya kemajuan teknologi terus dimanfaatkan
untuk modifikasi logam sehingga bisa menghasilkan produk-produk berkualitas. Salah
satu unsur logam yang erat kaitannya dengan kebutuhan masyarakat modern adalah nikel.
Nikel merupakan mineral tambang yang keras tetapi bisa dibentuk. Mineral ini pertama
kali ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1971 dan diberi nama kupfernickel (nikolit).
Awalnya, nikel dianggap sebagai logam pengotor pada tembaga. Namun, kemajuan
teknologi membuat para peneliti berhasil mengungkap manfaat nikel sebagai logam
berharga.

Dalam kondisi murni, logam dengan lambang kimia Ni ini bertekstur lembek. Sifat
fisiknya tahan karat dan dapat bertahan dari paparan suhu ekstrem. Meskipun teksturnya
lembek, nikel yang dipadukan dengan besi dan krom akan menghasilkan baja tahan karat
(stainless steel) yang kuat tetapi ringan. Indonesia memiliki cadangan nikel melimpah.
Menurut data BKPM, Indonesia memiliki 30% cadangan nikel dunia, yaitu sebesar 21
juta ton. Nikel dapat ditemukan di berbagai wilayah, seperti Halmahera Timur di Maluku
Utara, Morowali di Sulawesi Tengah, Pulau Obi di Maluku Utara, dan Pulau Gag di
Kepulauan Raja Ampat.

Bijih nikel laterit (limonit dan saprolit) merupakan komoditas umum di industri
nikel di Indonesia. Jumlah bahan baku tersebut di Indonesia sangat berlimpah. Kondisi ini
menjadi alasan dibangunnya industri baterai kendaraan listrik berjenis NCA (nikel kobalt
aluminium oksida) dan NMC (nikel mangan kobalt oksida).
Empat badan usaha milik negara, yaitu PLN, Antam, Inalum, dan Pertamina
membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mendukung upaya pemerintah
meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis. IBC membuka
kesempatan bekerja sama untuk proyek sektor hilir berdasarkan profitabilitas. Kerja sama
ini mencakup kemampuan akses pasar dan pendanaan untuk mengembangkan produksi
mineral dari cadangan perusahaan. Selain itu, IBC juga turut serta dalam upaya hilirisasi
nikel dengan membangun smelter feronikel di Halmahera Timur bernama Haltim.
Smelter ini memiliki kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
Investasi di pengolahan nikel merupakan salah satu dari investasi di 17 sektor
usaha yang berhak mendapatkan insentif fiskal dan nonfiskal. Investor yang
mengajukan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Berbasis Risiko
(OSS-RBA) akan langsung ditawari insentif fiskal dan non fiskal. BKPM juga
mempermudah akses ke perizinan usaha.
LME Nickel Official Prices Graph

Grafik di atas merupakan grafik yang menggambarkan kenaikan harga nikel


di pasar internasional, dimana grafik di atas bersumber dari London Metal
Exchange (LME), Grafik diatas menggambarkan polarisasi harga nikel di pasaran
internasional dalam 1 tahun terakhir. Berdasarkan grafik di atas polarisasi harga
nikel dimulai pada tanggal 23 September tahun 2021 dimana harga nikel di pasar
internasional menyentuh harga US$19.255, 9. Lalu pada bulan berikutnya yakni
pada tanggal 7 Oktober tahun 2021 terjadi penurunan harga nikel menjadi
US$17.255,9 per ton, hal ini di karenakan lonjakan ketersediaan stok nikel di
pasar internasional sebagai akibat dari diproduksinya komoditas bahan galian
nikel dari Filipina dan Indonesia yang telah memenuhi 8% kebutuhan nikel dunia,
akibatnya harga nikel menjadi turun. Lalu pada tanggal 21 Oktober 2021 kembali
terjadi penaikan harga nikel di pasaran internasional yakni mencapai US$19.527,6
per ton. Lalu polarisasi harga nikel terus mengalami pasang surut dimana pada
tanggal 4 November 2021 harga nikel di pasaran internasional menyentuh harga
US$ 18.848,4 per ton harga ini relatif stabil sampai pada tanggal 18 November
2021. Harga nikel kembali mengalami kenaikan pada tanggal 2 Desember 2021
dimana harga nikel di pasaran Internasional menyentuh harga US$19.576,6 per
ton hal ini disebabkan oleh meningkatnya industri stainless di beberapa negara
seperti China dan jepang yang secara otomatis meningkatkan kebutuhan pasar
terhadap nikel. Polarisasi harga nikel terus berlanjut dimana pada tanggal 16
Desember 2021 harga nikel turun kembali menjadi US$18.984,3 per ton.

Polarisasi harga nikel di pasar internasional terus berlanjut dimana pada awal
tahun 2022 harga nikel di pasaran Internasional menembus harga US$ 19.935,1
per ton harga ini relatif lebih stabil di karenakan persaingan pasar dari negara-
negara penghasil nikel seperti Filipina ,Indonesia, Rusia dan lain sebagainya
masih dalam keadaan normal. Pada tanggal 18 Januari 2022 harga nikel melonjak
tinggi mencapai harga US$ 22432.2 per ton. Pada tanggal 1 Februari 2022 dimana
harga nikel di pasaran internasional mencapai US$22.224,2 per ton, dimana
kenaikan harga ini terjadi karena pada awal Februari 2022 industri stainless Steel
di China mengalami peningkatan produksi stainless. Polarisasi harga nikel di
pasaran internasional tetap stabil sampai akhir bulan Februari 2022. Pada bulan
Maret tahun 2021 terjadi kenaikan harga yang sangat tinggi, hal ini di akibatkan
oleh invasi Rusia ke Ukraina yang mengakibatkan Rusia tidak memasok nikel ke
pasaran internasional dimana Rusia sebagai salah satu negara yang menjadi
pemasok nikel yang sangat besar bagi pasaran internasional (lebih dari 10%)
kebutuhan nikel dunia, akibatnya ketersediaan nikel di pasar internasional
mengalami penurunan, hal ini mengakibatkan harga nikel di pasaran internasional
mengalami kenaikan harga yang tinggi, selain di akibatkan oleh konflik perang
yang terjadi di Rusia, Rusia mendapatkan sanksi dari negara-negara barat
sehingga Rusia tidak bisa menjual nikelnya ke pasaran internasional hal ini
mengakibatkan ketersediaan nikel di pasaran internasional mengalami
kelangkaan, karena sebagaimana kita tahu Rusia merupakan negara pemasok nikel
terbesar di dunia. Pada bulan Maret ini harga nikel di pasaran internasional
melonjak tinggi menjadi US$43.756,5 per ton Tradingeconomics menyebutkan
bahwa lonjakan harga nikel ini setidaknya tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Penguatan harga ini disebabkan oleh adanya sanksi Barat terhadap Rusia, setelah
negara itu menginvasi Ukraina. Langkah politik Presiden Rusia Vladimir Putin itu
dinilai dapat memicu kekhawatiran akan pasokan logam. Sanksi yang diberikan
kepada Rusia memberikan pukulan telak bagi pasokan nikel dunia. Pasalnya,
Rusia menjadi produsen ketiga terbesar di dunia mencapai 250.000 ton pada 2021.
Nikel mulai mengalami penurunan kembali setelah Kenaikan tersebut
merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, karena dampak dari sanksi negara-
negara sekutu memblokir akses bank-bank Rusia dari sistem pembayaran global
(SWIFT). Padahal, Rusia merupakan produsen nikel terbesar ketiga dunia. Selain
itu produksi baja stainless Cina telah naik sampai dengan 2,3 juta ton pada bulan
Mei, dibandingkan pada bulan Februari yang jumlah produksinya masih di kisaran
1,9 juta ton. Hal ini menyebabkan persediaan nikel di London Metal Exchange
(LME) berkurang sampai dengan 12,4 persen jadi 228.000 wet metric ton.
Harganya pun menjadi naik sebanyak 14,9 persen di angka US$18.769 per ton.
Sementara itu, jumlah produksi nikel pig iron Cina mengalami penurunan cukup
tajam sejak bulan September tahun lalu, sebesar 38.900 ton. Pada tanggal 15
Maret tahun 2022 harga nikel kembali mengalami penurunan dikarenakan pada
tanggal 15 Maret 2022 Indonesia kembali menjual dan memasok 1 juta ton nikel
di pasaran internasional, akibatinya harga nikel menurun di karenakan stok atau
ketersediaan nikel di pasaran internasional meningkat. Nikel terus mengalami
polarisasi harga setiap harinya, terhitung pada tanggal 29 Maret 2022 harga nikel
di pasaran internasional kembali naik hingga menyentuh harga US$32.296,4 per
ton harga ini mengalami stabilitas hingga pertengahan bulan April. Kemudian
harga nikel kembali menurun pada tanggal 28 April 2022 harga nikel di pasaran
internasional turun menjadi US$29.987,2 per ton.
Polarisasi harga nikel terus mengalami penurunan selama periode bulan
April sampai bulan September 2022 dari harga normal sebelumnya, tercatat pada
tanggal 21 September tahun 2022 harga nikel di pasaran internasional yakni
US$22.787,7 per ton. Penurunan harga yang sangat tajam selama periode April-
September bukanlah tanpa alasan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya: pemerintah Indonesia yang melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri
dan juga pemerintah Filipina yang memutuskan untuk menutup tambang nikel
mereka. Diperkirakan defisit atas komoditas nikel pig iron sekitar 56.100 ton
sampai 67.300 ton sampai dengan tahun depan. banyak faktor mulai dari lonjakan
ketersediaan nikel di pasaran internasional yang semakin banyak sebagai akibat
dari di ekspornya nikel dari negara-negara penghasil nikel terbesar di dunia seperti
Indonesia, Filipina, Kaledonia dan Australia yang mengakibatkan harga nikel
menjadi turun serta minat pasar yang berkurang. Analis NH Korindo Sekuritas 
Indonesia Maryoki Pajri Alhsunah menilai, penurunan harga nikel ini dikarenakan
pasokan yang bertambah. Pasokan yang bertambah ini tidak terlepas dari beroperasinya
kembali Norilsk Nickel (Nornickel). Nornickel  sendiri adalah perusahaan pertambangan
nikel dan palladium raksasa yang berasal dari Rusia. Di sisi lain, perusahaan nikel dari
China, yakni Tsingshan juga akan menggenjot produksi untuk menyuplai kebutuhan
industri baterai. “Jadi dengan dua latar belakang itu dapat memicu naiknya pasokan nikel,
sehingga harganya menurun,” terang Maryoki kepada Kontan.
NH Korindo Sekuritas memperkirakan harga nikel akan cenderung stabil di kisaran
US$ 16.000- US$ 17.000 per ton tahun ini. Gerakan green energy yang dikampanyekan
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, akan menjadi katalis positif untuk komoditas
logam ini. Selain itu faktor yang mempengaruhi semakin menurutnya harga nikel di
pasaran internasional adalah karena menurunnya minat pasar sebagai antisipasi untuk
menghindari Resesi ekonomi, dimana resensi ekonomi adalah penurunan
aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-
bulan hingga bertahun-tahun. Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan
perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.
LME Nikel Closing Prices Graph

Grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan polarisasi harga penutup dari
komoditas nikel di pasaran internasional. Harga penutupan ini akan menjadi acuan harga
pembukaan di keesokan harinya. Namun harga pembukaan di keesokan harinya belum
tentu sama dengan harga penutupan, bisa lebih rendah, lebih tinggi, tapi bisa juga sama.
Hal ini karena saat terjadi penutupan harga, ada banyak informasi yang bisa memengaruhi
keputusan para investor untuk investasi di keesokan harinya.

Berdasarkan grafik diatas polarisasi harga penutupan nikel dimulai pada tanggal 23
September 2021 harga nikel pada pasar internasional menembus US$ 18.575,3 per ton
selanjutnya pada tanggal 07 Oktober 2021 harga nikel pada pasar internasional
menurun hingga US$ 17.873,4 per ton. Harga nikel pasar internasional pada tanggal 21
Oktober 2021 mengalami kenaikan polarisasi harga sebesar US$ 23.474,1 per ton.
Selanjutnya pada tanggal 04 November 2021 mengalami penurunan sebesar US$ 18,
721,5 per ton. Selanjutnya polarisasi harga nikel pada tanggal 18 September 2021 yaitu
sebesar US$ 19.812,7 per ton harga tersebut relatif stabil hingga pada tangga 02
Desember 2021. Polarisasi harga pada tanggal 16 Desember 2021 harga nikel pada pasar
internasional mengalami penurunan sebesar US$ 17.233,1 per ton. Harga nikel pasar
internasional pada tanggal 04 Januari 2022 mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu
US$ 20.000,0 per ton selanjutnya pada tanggal 18 Januari 2022 harga nikel pada pasar
internasional yaitu seharga US$ 21.101,2 per ton. Polarisasi harga pasar internasional
pada nikel yaitu seharga US$ 24.571,2 per ton. Pada tanggal 15 Februari 2022 harga
nikel pada pasar internasional mencapai US$ 25.671,2 per ton. Polarisasi harga nikel
pada pasar internasional pada tanggal 01 Maret 2022 mencapai US$ 28.271,1 per ton.
Polarisasi harga nikel terus mengalami kenaikan , dimana tanggal 15 Maret 2022 harga
nikel pada pasar internasional mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu US$
46.271,1 per ton. Selanjutnya pada tanggal 29 Maret 2022 harga nikel di pasar
internasional kembali mengalami penurunan yaitu mencapai US$ 28.721,1 per ton.
Pada tanggal 12 April 2022 harga nikel pada pasar internasional mengalami kenaikan
yaitu sebesar US$ 34,771.2 Polarisasi harga nikel di pasar internasional pada tanggal 28
April 2022 yaitu sebesar US$ 33.505 per ton. Harga nikel pasar internasional pada
tanggal 13 Mei 2022 mengalami penurunan polarisasi harga yaitu sebesar US$ 26,311,5
per ton yang di pengaruhi oleh polarisasi harga nikel pada tanggal
28 Juni 2022 mengalami penurunan yaitu sebesar US$ 23,158 per ton. Pada tanggal 26
Juli 2022 harga nikel di pasar internasional US$ 21,813 per ton harga tersebut relatif
stabil hingga pada tanggal 23 Agustus 2022. Hingga terakhir pada tanggal 21 September
2022 harga nikel pada pasar internasional yaitu sebesar US$ 24,949 per ton.
Kesimpulan

Nikel kini menjadi salah satu topik perbincangan hangat di seluruh dunia.
Menjadi komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik, nikel
menjadi pendorong perubahan dalam pemanfaatan energi. Diperkirakan ada
3.269.671 unit kendaraan listrik di pasar kendaraan listrik global pada tahun 2019
dan jumlahnya akan mencapai 26.951.318 unit pada tahun 2030. Makin tingginya
permintaan kendaraan listrik secara otomatis akan membuat industri kendaraan
listrik menjadi salah satu yang paling populer. Oleh karena itu, nikel sebagai
komponen penting akan menjadi incaran negara-negara di dunia.

Indonesia akan ikut menyongsong tren kendaraan listrik ini dengan


mempromosikan mobil hemat energi dan mempercepat produksi baterai
kendaraan listrik. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan
Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle)
untuk Transportasi Jalan mendukung percepatan produksi tersebut. Berdasarkan
data yang dihimpun Investor Daily, situs web Kementerian Perindustrian
menyebutkan target jumlah mobil listrik di Indonesia. Jumlah mobil listrik
ditargetkan mencapai 400.000 unit pada tahun 2025, lalu meningkat menjadi 5,7
juta unit pada tahun 2035.

Saat ini, Indonesia masih menjadi produsen terbesar nikel dunia dengan mencapai 1
juta ton pada 2021. Disusul Filipina 370.000 ton, Rusia, Kaledonia Baru 190.000 ton
serta Australia 160.000 ton. Selain itu produksi baja stainless Cina telah naik sampai
dengan 2,3 juta ton pada bulan Mei, dibandingkan pada bulan Februari yang jumlah
produksinya masih di kisaran 1,9 juta ton. Hal ini menyebabkan persediaan nikel di
London Metal Exchange (LME) berkurang sampai dengan 12,4 persen jadi 228.000 wet
metric ton. Harganya pun menjadi naik sebanyak 14,9 persen di angka US$18.769 per
ton. Sementara itu, jumlah produksi nikel pig iron Cina mengalami penurunan cukup
tajam sejak bulan September tahun lalu, sebesar 38.900 ton. Adapun penyebab penurunan
itu adalah karena kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor bijih nikel ke
luar negeri dan juga pemerintah Filipina yang memutuskan untuk menutup tambang nikel
mereka. Diperkirakan defisit atas komoditas nikel pig iron sekitar 56.100 ton sampai
67.300 ton sampai dengan tahun depan.

Anda mungkin juga menyukai