Anda di halaman 1dari 15

PERMASALAHAN TERKAIT LOGAM

DOSEN PENGAMPU :
Dian Nirwana Harahap, S.Pd., M.Si

Disusun oleh :
Teddy Hardiansyah
NPM: 71200517003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
T.A. 2021-2022
Permasalahan Tentang Logam

Masalah yang terjadi:


Logam Nikel sebagai komponen pada baterai kendaraan listrik
Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat beberapa negara mulai
memperhatikan keadaan lingkungan yang semakin memperihatinkan, terutama pada kondisi
udara yang semakin buruk akibat polusi dari kendaraan bermotor, maka dari pada itu
beberapa ngara mualai melirik mobil listrik sebagai pengantai kendaraan bermotor
konvensional. Perkembangan dalam perubahan kendaraan bermotor konvensional menjadi
kendaraan listrik membuat produsen-produsen mobil dunia berlomba-lomba membuat
kendaraan bermotor sebagai pengganti kendaraan konvensional yang mereka produksi,
banyaknya produsen yang memproduksi kendaraan listrik pada akhirnya meciptakan masalah
baru, yakni pemilihan bahan baku tambahan pada baterai kendaraan listrik selain logam
lithium sebagai bahan baku baterai pada kendaraan listrik, sehingga beberapa ahli mulai
meneliti beberapa logam yang dapat digunakan sebagai bahan baku baterai, salah satunya
logam nikel. Pemilihan logam nikel sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pembuatan
baterai pada kendaraan listrik, untuk memproduksi baterai berbahan dasar nikel diperlukan
senyawa dari nikel seperti nikel sulfat, nikel klorida, nikel oksalat, dan nikel oksida. Senyawa
tersebut diperoleh dari proses ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit. Indonesia merupakan
salah satu negara yang mempunyai cadangan nikel yang begitu banyak, tetapi produksi untuk
menghasilkan nikel murni di indonesia, menyebabkan nikel yang diproduksi belum cukup
layak untuk digunakan sebgai komponen pada baterai kendaraan listrik, untuk itu pada
akhirnya ahli metalurgi di indonesia membuat sebuah kajian untuk mengekstrakdsi biji nikel
yang melimpah dengan kualitas yang bagus. Dari gagasan diatas mencul sebuah pertanyaan ,
yakni “Bagaimana cara memproduksi nikel dengan menggunakan metode ekdtraksi
sehingga dihasilkan nikel yang bagus dan melimpah?”

Penyelesaiannya:
Potensi pertumbuhan kendaraan listrik memberikan peluang bagi sektor
pertambangan nikel, sebab baterai lithium kendaraan listrik yang mengandung nikel akan
mampu menahan daya lebih banyak untuk jarak perjalanan yang lebih jauh. Saat ini, nikel
menjadi salah satu topik perbincangan hangat di seluruh dunia. Sebagai salah satu komponen
penting dalam produksi baterai kendaraan listrik, nikel menjadi pendorong perubahan dalam
pemanfaatan energi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa baterai lithium dengan
persentase nikel yang lebih besar memiliki kelebihan dalam hal daya simpan energi yang
lebih besar. Indonesia merupakan slah satu dari banyaknya negara yang mempunyai peranan
penting dalam industri nikel dunia, baik dalam hal besarnya sumberdaya maupun kapasitas
produksi.
Nikel adalah unsur logam yang terbentuk secara alami dan memiliki ciri yang
mengkilap (lustrous) serta berwarna putih keperak-perakan (silvery white). Nikel merupakan
salah satu dari lima unsur logam yang paling umum dan di jumpai di bumi dan ditemui secara
luas terutama di kerak bumi. Nikel juga merupakan penghantar (konduktor) listrik dan panas
yang cukup baik.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, sumberdaya nikel dalam bentuk bijih nikel
laterit di Indonesia diperoleh dari penambangan di Pomalaa (Sulawesi Tenggara), Soroako
(Sulawesi Selatan), Morowali (Sulawesi Tengah), Pakal, Konawe (Sulawesi Tenggara),
Tanjung Buli (Maluku Utara) dll.
Balai Penelitian Teknologi Mineral BRIN mempunyai visi menciptakan teknologi
pengolahan dan pemurnian mineral yang berbasis sumber daya mineral Indonesia. Teknologi
yang dimaksud adalah yang rendah investasi, ramah lingkungan, zero waste process dan tepat
diaplikasikan untuk mineral Indonesia. Teknologi ini ditargetkan mendukung hilirisasi
mineral dan batubara. Selain itu, membantu penyediaan bahan material maju yang semakin
banyak dibutuhkan untuk berbagai sektor dan program prioritas nasional, salah satunya
Program Kendaraan Listrik.
Sebenarnya manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali mulai dari
sebagai material Pembuatan Koin, sebagai pembuatan rangka otomotif, sebagai material
pembuatan kawat, sebagai bahan pelapis anti karat, dan masih banyak lagi. Namun manfaat
nikel yang juga tak kalah penting dan menarik untuk dibahas adalah nikel sebagai bahan
utama pembuatan baterai. Sudah tidak asing lagi kan dengan baterai,terlebih konsumsi baterai
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan sumber Macquire May 2021 kebutuhan
baterai EV naik pesat dari 1.024.000 ton Ni pada periode 2020-2030 dibandingkan 160.000
ton Ni pada periode 2000-2020.
Terdapat lima jenis baterai isi ulang dengan basis Lithium-ion Battery (LiB) yang
kerap digunakan untuk menopang perkembangan mobil listrik dan EBT. Dari lima jenis
baterai tersebut, dua di antaranya yang paling banyak digunakan adalah jenis NCM (Nickel-
Cobalt-Manganese) dan NCA (Nickel-Cobalt-Aluminium). Penamaannya didasarkan pada
material inti pembentuk baterai (precursor). Kedua jenis material tersebut memiliki densitas
energy sangat tinggi (5-7 kali aki timbal), cepat penuh ketika diisi ulang, tahan lama ketika
digunakan dan stabil saat pemakaian sehingga bisa lebih menjamin keselamatan saat
beroperasi. Berbeda dengan baterai sekali pakai, baterai yang terbuat dari nikel merupakan
baterai sekunder yang bisa diisi ulang. Dua jenis baterai berbahan nikel yang populer dan
paling banyak digunakan adalah Lithium-ion (Li-ion) Nickel-Cadmium (Ni-Cd) dan Nikel
Metal Hidrida (NiMH).
“Untuk memproduksi baterai berbahan dasar nikel diperlukan senyawa dari nikel
seperti nikel sulfat, nikel klorida, nikel oksalat, dan nikel oksida. Senyawa tersebut diperoleh
dari proses ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit yang cadangannya melimpah di Indonesia”.
Salah satau Bada riset did indonesia yakni BRIN Balai Riset Industri Nasional, melakukan
sebuah penelitian pada tahun 2021 mengenai “Ekstraksi menggunakan metode
hidrometalurgi dan menghasilkan produk senyawa campuran nikel dan cobalt dengan
kadar nikel di atas 70%.. Penelitian ini selanjutnya akan dilakukan sampai didapatkan
memperoleh produk nikel dengan kemurnian tinggi (>95%) yang dapat digunakan sebagai
prekursor katoda baterai kendaraan listrik..
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperolehnya satu metode pengolahan dan
ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit Indonesia. Metode ini sederhana dan ramah lingkungan,
serta sangat mudah diaplikasikan di industri pertambangan lokal skala kecil dan menengah.
Metode ini merupakan metode baru dengan kebaruan yang tinggi dan sudah didaftarkan
patennya. Diharapkan, metode ini bisa segera dialih teknologikan kepada industri
pertambangan lokal.  Tujuannya, memberikan kontribusi pada program hilirisasi mineral dan
batubara yang dicanangkan oleh Pemerintah.
Salah satu penelitian ini, yakni yang dilakukan FATHAN BAHFIE, dkk. Yakni
anggota tim Balai Penelitian Teknologi Mineral, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan
juga Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia,. Yang mempunyai Judl penelitian
“TINJAUAN TEKNOLOGI PROSES EKSTRAKSI BIJIH NIKEL LATERIT”. Pada
penelitian ini digunakan metode Reduksi Selektif.
Teknologi pengolahan nikellaterit secara umum ada 3 metode yaitu hidrometalurgi,
pirometalurgi dan reduksi selektif. Proses hidrometalurgi sangat kompleks dan panjang
(Zheng dkk., 2014), tetapi energinya rendah. Sebaliknya, proses pirometalurgi sederhana
tetapi padat energi, dan memiliki persyaratan pada bijih nikel laterit mentah yang
mengandung nikel tinggi (Ma, Cui dan Zhao, 2016). Untuk mengatasi keterbatasan proses
pirometalurgi, para ahli telah mengusulkan mengganti tahap peleburan dengan pemisahan
magnetik untuk recovery partikel feronikel yang dihasilkan selama tahap roasting.
Awal Mula Reduksi Selektif
Roasting-pemisahan magnetik adalah proses ekstraksi nikel baru dan menunjukkan
potensi yang bagus karena memiliki keuntungan seperti kesederhanaan dan konsumsi energi
yang rendah secara bersamaan dan dapat digunakan untuk menangani berbagai jenis bijih
laterit. Pada tahap roasting, nikel dan besi direduksi menjadi keadaan logam pada temperatur
1000 ~ 1200 °C. Partikel feronikel dipisahkan dari terak pada tahap pemisahan magnetik
setelah hasil roasting dihaluskan. Tingkat recovery nikel umumnya lebih tinggi dari 90%.
Proses pemisahan reduksi selektif-magnetik terutama dilakukan untuk meningkatkan kadar
nikel produk feronikel. Nikel didapatkan sebanyak mungkin dan metalisasi besi harus ditahan
untuk mencapai reduksi selektif yang optimal dan mendapatkan produk feronikel dengan
kadar nikel tinggi. Berkenaan dengan selektivitas reduksi, seleksi ini masih kurang sempurna,
karena besi harus metalisasi sampai batas tertentu dan bertindak sebagai pembawa nikel
Selain itu, sangat penting untuk memaksimalkan ukuran partikel feronikel sehingga
paduan feronikel dapat diperoleh kembali dengan penggilingan berikutnya dan pemisahan
magnetik. Zhu (Zhu dkk., 2012) mempelajari ekstraksi bijih laterit limonitik dan saprolitik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan mineral silikat yang berguna untuk
meningkatkan konsentrasi nikel dengan menekan pengurangan oksida besi. Hasil lainnya
menunjukkan bahwa penambahan kalsium sulfat sangat mendorong pertumbuhan partikel
feronikel. Selain itu, kadar dan tingkat recovery nikel dipengaruhi oleh dosis reduktan.
Realisasi reduksi selektif sangat tergantung pada dua aspek, yaitu mengendalikan
atmosfer reduksi yang memiliki korespondensi yang dekat dengan jenis dan dosis reduktor;
dan memilih aditif yang sesuai. Aditif yang dapat mengoptimalkan proses reduksi selektif,
menghambat reduksi besi, meningkatkan ukuran partikel feronikel, dan meningkatkan efek
pemisahan magnetik selanjutnya. Pertumbuhan partikel feronikel dalam tahap pemanggangan
reduksi cukup penting untuk menentukan apakah pemisahan efektif partikel feronikel dari
pengotor selama tahap pemisahan magnetik selanjutnya dapat dicapai, yang didominasi oleh
temperatur reduksi, waktu proses dan aditif yang sesuai. Berdasarkan penelitian terbaru dari
Nurjaman dkk. (2019) terkait penggunaan aditif dalam proses reduksi selektif dilakukan
untuk meningkatkan kadar dan recovery nikel dalam konsentrat (Bunjaku dkk., 2011). Salah
satu unsur yang dapat digunakan sebagai aditif adalah sulfur, dalam bentuk sodium sulfat.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan aditif sodium sulfat memberikan peningkatan
kadar dan recovery nikel yang optimal jika dibandingkan dengan penggunaan aditif lainnya,
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1.
Penambahan dosis natrium sulfat dapat menurunkan metalisasi Fe dikarenakan
terbentuknya senyawa FeS dengan titik lebur yang rendah, yaitu 980°C, sehingga
meningkatkan laju transfer massa ion -ion logam selama proses reduksi dan menyebabkan
partikel feronikel mengalami agregasi. Ukuran partikel feronikel yang besar akan
meningkatkan efektivitas proses pemisahan feronikel terhadap slag/pengotor melalui proses
penggerusan yang dilanjutkan dengan separasi magnetik. Selain itu, ada proses reduksi
selektif dengan dua tahap pemanasan. Dua tahap pemanasan atau thermal upgrading adalah
penambahan proses panas pada proses selektif reduksi. Thermal upgrading adalah teknik
yang ditujukan untuk memperlakukan bijih nikel kadar rendah supaya lebih memberikan nilai
lebih ketika dilakukan proses benefisiasi fisik. Teknik ini mengacu pada adanya proses
reduksi dari nikel dan kobalt yang terkandung dalam bijih limonit untuk menjadi logam yang
dapat dipisahkan dari mineral-mineral pengganggu. Berbagai kondisi operasi seperti
temperatur, waktu tahan, suasana reduksi, dan penambahan reagen/bahan aditif bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan ukuran partikel logam yang menguntungkan jika
dilakukan pemisahan secara magnetik atau flotasi. Inovasi lain dalam kaitannya dengan
thermal upgrading telah dilakukan, bijih yang digunakan berupa nikel kadar rendah yang
dicampur dengan 6% batubara dan 4% sulfur serta menerapkan metode dua tahap thermal
upgrading dan di akhiri dengan pemisahan magnet (Elliott, 2015). Tujuan dari metode dua
tahap thermal upgrading adalah untuk men-treatment bijih nikel kadar rendah agar
didapatkan feronikel yang memiliki kadar dan perolehan kembali logam nikel yang tinggi
dengan penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi (≤ 1000°C) dan penambahan sulfur yang
relatif sedikit (≤ 10%). Tahap pertama pemanasan dilakukan pada bijih yang dicampur
batubara dan sulfur pada temperatur 600°C selama satu jam untuk mereduksi nikel oksida
dengan sempurna dan mendapatkan fasa Fe-Ni-S yang kaya nikel. Kondisi standar dengan
tekanan atmosfir, temperatur minimum untuk terjadinya reduksi nikel oksida dengan
pereduksi karbon adalah 440°C, dan optimal pada temperatur 600°C. Tahap kedua atau
disebut pemanasan lanjut dilakukan dengan melakukan treatment panas pada temperatur
1000°C dan ditahan satu jam untuk membentuk fasa Fe-Ni-S semi-liquid yang mempermudah
berkumpulnya partikel feronikel, selain itu dalam proses pemanasan lanjut juga terjadi
pertumbuhan partikel feronikel (Li, Wang dan Wei, 2011). Sesuai dengan penelitian Yang
dkk. (2016) menyatakan bahwa pengaruh dua tahap pada laterit dilakukan melalui pengujian
DTA seperti pada Gambar 9.

Berdasarkan hasil DTA tersebut, diperlukan adanya tahap pertama untuk menjadikan
struktur -OH menjadi oksida sehingga dapat meningkatkan laju difusi nikel pada besi dan
akan mengurangi pembentukan metal besi. Penelitian reduksi selektif dapat dilihat pada
Tabel 1 yang menyatakan bahwa reduksi selektif ini merupakan metode baru untuk
meningkatkan kadar nikel pada bijih nikel laterit kadar rendah dengan metode penambahan
aditif untuk mengurangi temperatur leleh dan pembentukan FeO.
Dari proses ekstraksi nikel tersebut diperoleh dari bijih laterit untuk menghasilkan
konsentrat dengan kadar nikel di atas 5% yang dapat dikembangkan melalui metode
hidrometalurgi untuk mencapai bahan baku baterai berbasis nikel. Pengujian baterai dengan
bahan nikel ini terdapat pada jurnal yang saya lampirkan.
PENGUJIAN PERFORMA BATERAI NICKEL-METAL
HYDRIDE
(NiMH) UNTUK MOBIL LISTRIK SATU PENUMPANG PADA
KOMPETISI BALAP MOBIL LISTRIK ENE1-GP JEPANG
2017

Dedy Ramdhani Harahap1


1

Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung


Kawasan Industri Air Kantung, Sungailiat-Bangka, 33211
Tel: 0717-93586, Fax: 0717-93585
rdhanie84@gmail.com

Abstract
The use of electric vehicles (EVs) is viewed as an attractive solution to reduce CO2
emissions and fuel consumption resulted from transport sector, but the EVs implementation is
limited to driving distance and and the charging process that inconvenience. The analysis of
energy consumption characteristics of Nickel-Metal Hydride (NiMH) battery that commonly
used as the energy source for EVs become an important foundation to study the durability
and performance of the battery when applied in addition to increase the driving range from
this EVs. This research aims to test the durability and the performance of the Eneloop type of
Nickel-Metal Hydride (NiMH) battery that used for the racing car competed on ENE1-GP
Japan at Suzuka Circuit Japan. From this experiment will be achieve the energy consumption
estimation systematically, based on this data the parameters can be decided accurately for
the EVs that attend the competition. The battery will be test under room temperature and the
load given during the test from 0.1A to 10A. The average temperature during the
performance test were observed using thermal camera. The best result from this experiment
is on 5A, the battery will effectively use and can fit the requirement to complete the race in 18
minutes and 49 seconds for 3 cycles (laps). On the other hand, this data also can become the
foundation to develop the electric vehicle which has similar specification.

Keywords: Electric vehicle, Nickel-Metal Hydride (NiMH), battery.

Abstrak
Penggunaan mobil listrik dipandang sebagai sebuah pilihan menarik untuk mengurangi
emisi karbon dioksida (CO2) dan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan dari sektor
transportasi, namun penggunaan mobil listrik saat ini masih terkendala pada jarak tempuh
dan proses pengecasan baterai. Analisa terhadap karakteristik konsumsi energi seperti pada
baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH) yang umum digunakan sebagai sumber energi pada
mobil listrik menjadi landasan yang sangat penting untuk mempelajari ketahanan baterai
ketika digunakan, yang nantinya akan berguna untuk meningkatkan jarak tempuh dari mobil
listrik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan serta performansi dari
baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH) jenis Eneloop yang digunakan pada mobil balap yang
berkompetisi pada ajang ENE1-GP Jepang di Sirkuit Suzuka Jepang. Dari hasil penelitian
ini akan diperoleh estimasi konsumsi energi mobil listrik secara sistematis sehingga
berdasarkan data tersebut dapat ditentukan parameter yang tepat untuk kompetisi tersebut.
Pengujian baterai dilakukan pada temperatur ruangan dan beban yang diberikan selama
pengujian dimulai dari 0.1A hingga 10 A. Temperatur rata-rata dari pengujian performansi
ini diamati menggunakan kamera pengukur panas. Hasil terbaik dari eksperimen ini pada
5A, baterai dapat digunakan dengan efektif dan sesuai dengan persyaratan untuk
menyelesaikan lomba selama 18 menit 49 detik 3 putaran (laps). Disamping itu data ini juga
dapat dijadikan acuan untuk pengembangan mobil listrik dengan spesifikasi yang sama.

Kata kunci: Mobil listrik, Nickel-Metal Hydride (NiMH), baterai.

1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan akan energi khususnya yang ramah lingkungan. Hal ini didorong
karena tingginya harga minyak dunia sehingga mebuat banyak industri manufaktur mencari
alternatif energi sebagai solusi untuk menekan ketergantungan pada energi fosil seperti
bensin. Beberapa diantaranya berhasil menerapkan energi terbarukan seperti pemanfaatan
sinar matahari (solar energy), tenaga angin (wind energy), dan baterai yang juga
diaplikasikan pada peralatan-peralatan elektronik seperti laptop, UAV, televisi. Dibidang
transportasi, banyak industri otomotif turut mengembangkan sistem pembangkit energi yang
lebih efisisien, bersih, dan ramah lingkungan dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas
buang dari kendaraan serta untuk melindungi ozon serta menurunkan efek rumah kaca[1].
Perkembangan mobil listrik juga telah menunjukan potensi yang sangat besar sebagai
solusi yang tepat untuk masalah global yang dihadapi dunia saat ini terkait dengan
penggunaan energi, keamanannya, dan pengaruhnya terhadap polusi lingkungan. Namun
demikian, penerapannya masih sangat terbatas dikarenakan jumlahnya kendaraannya masih
sedikit, jarak tempuh yang masih pendek, dan prosedur pengecasan baterai yang belum
memadai[1, 2]. Hal ini juga berbanding lurus dengan harga unit kendaraannya yang masih
relatif mahal. Salah satu penelitian yang sering dilakukan terkait permasalahan tersebut
diantaranya dengan meningkatkan optimasi kapasitas baterai yang digunakan pada mobil
listrik khususnya mobil listrik yang sumber energinya dihasilkan dari baterai Nickel-Metal
Hydride (NiMH).
Penggunaan baterai jenis Nickel-Metal Hydride (NiMH) pada umumnya digunakan
karena jenis baterai ini memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis baterai
lainnya seperti Nickel Cadmium (NiCd) dan Lithium-Ion (Li-On)[3]. Baterai Nickel-Metal
Hydride (NiMH) dapat menghasilkan energi dengan cara melepas dan menyerap elektron
hidrogen (OH-) melalui anoda nickel oxide dan katoda metal-hydride sebesar 50-70 Wh.kg-1
[4-6]. Baterai NiMH dipertimbangkan sebagai solusi pengganti terbaik dari baterai Lithium
yang juga sering digunakan di mobil listrik. Baterai ini cocok digunakan karena memiliki
densitas energi yang dua kali lebih besar dibandingkan baterai NiCd. Disamping itu
penggunaan jenis baterai ini juga telah diterapkan pada mobil listrik konvensional sehingga
menjadi salah satu alasan dipilihnya jenis baterai ini sebagai energi utama mobil listrik
ENE1GP Jepang. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian tes untuk mengetahui ketahanan dan
performa baterai ketika digunakan untuk berkompetisi pada ajang balap mobil listrik tersebut.
2. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pengujian baterai Nickel-Metal Hydride
ini, maka dirumuskan langkah-langkah eksperimen yang tepat, dimulai dengan melakukan
analisa terhadap masalah yang ada pada baterai serta parameter-parameter yang
mempengaruhi pada saat pengujian dilakukan seperti suhu atau temperatur baik ruang atau
baterai, instrumen atau alat uji yang digunakan, dan jenis pengujiannya. Langkah-langkah
dibuat secara sistematis agar setiap kegiatan mampu ditelusuri ketika ditemui kesalahan atau
hasil yang diperoleh belum sesuai dengan diinginkan. Berikut ini akan diuraikan tahapan
pengujian baterai NiMH dengan menerapkan metode experimental kuantitatif.

Mulai A

Analisa Menampilkan hasil


masalah pengujian

Menentukan Menentukan
jenis baterai instrumen uji Sesuai?

Ya
Menentukan jenis
pengujian atau Dokumentasi
strategi

A Selesai

Gambar 2. Diagram Metode Eksperimental Kuantitatif

2.1. Analisa Masalah


Pada tahap ini dianalisa tegangan ideal yang dibutuhkan oleh mobil listrik, berapa
arus yang harus dibebankan pada baterai agar kemampuan baterai dapat digunakan
semaksimal mungkin pada mobil listrik. Disamping itu perubahan temperatur yang mungkin
terjadi juga menjadi perhatian dalam tahapan pengujian baterai tersebut.
2.2. Menentukan jenis baterai dan instrumen pengujian
Jenis baterai yang akan digunakan adalah baterai Eneloop NiMH dengan kapasitas
1800 mAH. Baterai jenis ini dipilih karena memiliki kemampuan menyimpan energi lebih
baik dibandingkan baterai jenis lain. Disamping itu jenis baterai ini adalah jenis yang
disyaratkan untuk digunakan pada saat lomba. Untuk mengetahui berapa lama baterai bisa
gunakan maka baterai harus di-discharge dengan alat uji electronic load. Alat uji ini akan
menampilkan diagram polarisasi baterai sehingga dapat dianalisa pada tegangan dan arus
berapa baterai mencapai performa terbaiknya.
2.3. Menentukan jenis pengujian dan strategi
Pada tahap ini pengujian baterai dilakukan menggunakan metode kelvin contact
dimana pada baterai dipasang pelat untuk mengurangi resistensi baterai dan hambatannya.
Pengujian dilakukan pada suhu ruangan agar baterai tidak mudah panas ketika dilakukan
proses discharge.
2.4. Menampilkan Hasil Pengujian
Hasil uji performa baterai ditampilkan secara otomatis kemudian data tersebut
dikumpulkan dan diolah menggunakan software Matlab untuk mendapatkan hasil pengujian
yang optimal. Dari serangkaian pengujian ini, baterai yang memiliki performa ideal terhadap
aturan lomba dipilih sebagai acuan dalam perencanaan manajemen energi mobil listrik.
2.5. Dokumentasi
Setiap data yang diperoleh dari pengujian ini direkam dan disimpan untuk digunakan
pada tahap pengujian lainnya terkait dengan penerapannya pada mobil listrik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH)
Baterai jenis NiMH yang digunakan pada mobil listrik ini berjumlah 40 buah dan
dirangkai dengan rangkaian seri. Baterai ini dapat menyimpan energi listrik meskipun kondisi
bebannya rendah. Ada empat jenis pengujian yang dapat dilakukan diantaranya pengujian
berdasarkan resistive-capacity model, internal resistance model, basic lead-acid model, dan
neural network model [7]. Baterai yang akan diuji didefinisikan dengan open circuit voltage
(OCV), internal resistance terhadap temperature dan State-of-Charge (SoC). Data tersebut
diambil dari baterai Eneloop tipe AA dengan kapasitas 1.9 Ah.
Terdapat dua jenis baterai Eneloop yang dipasarkan di dunia yaitu baterai Eneloop
BK-3MCCE (pasar global) dan Eneloop BK-3MCC (hanya di Jepang). Pada pengujian ini
baterai yang digunakan adalah tipe BK-3MCC dikarenakan jenis baterai inilah yang nantinya
akan digunakan pada saat kompetisi berlangsung.

(A) (B)
Gambar 2. NiMH Eneloop BK-3MCCE (A) and BK-3MCC (B)

Sedangkan alat uji yang digunakan untuk melihat ketahanan dan performansi dari
baterai ini adalah Maynuo Electronic Load 0-150V/ 300W. Data yang dapat ditampilkan dari
alat uji ini adalah tegangan (V), Arus (I), Daya (P), serta temperatur (T). Pada praktiknya,
baterai akan diberi beban dari arus 1 A hingga 10 A untuk memonitor kapasitas baterai serta
berapa lama baterai tersebut dapat digunakan selama kompetisi berlangsung.

Gambar 3. Maynuo DC Electronic Load


3.2. Hasil Pengujian
Baterai harus dicas pada temperatur antara 0°C hingga 40°C menggunakan arus yang
konstan. Pada banyak kasus, untuk efisiensi pengecasan baterai yang baik antara 10°C hingga
30°C. Mengulang pengecasan pada temperatur tinggi atau rendah akan mempengaruhi
kualitas baterai. Lebih lanjut, overcharge berulang harus dihindari karena hal tersebut akan
menurunkan kualitas dari baterai.

Gambar 4. Kurva discharge baterai NiMH Eneloop tipe AA

Gambar 4 menunjukkan hasil pengujian dari alat electronic load yang digunakan
untuk menguras energi pada baterai secara komputerisasi. Dari hasil pengukuran yang
dilakukan dari 0.1A hingga 10A terhadap 2 (dua) jenis baterai tersebut menunjukkan bahwa
baterai BK-3MCC memiliki performa yang lebih baik namun demikian perbedaan energi
yang dapat disimpan oleh kedua jenis baterai ini sangat kecil sehingga perbedaan tersebut
dapat diabaikan.Sehingga untuk menyimpan energi bagi mobil listrik dapat dipilih diantara
keduanya.
Gambar 5. Kurva discharge baterai Eneloop AA BK-3MCC dari 1A-10A
Dari grafik diatas dapat diketahui perbandingan yang terjadi antara temperatur (oC),
kapasitas baterai (AH), lama pemakaian (menit) terhadap perubahan arus yang diberikan
pada baterai. Dari grafik tersebut dipilihlah arus 5A untuk menyelesaikan lomba dengan
waktu tempuh rata 19 menit dengan waktu tempuh masing-masing lap adalah 6.3 menit.

Gambar 5. Kurva discharge baterai Eneloop AA BK-3MCC pada 5A

4. SIMPULAN
Kompetisi balap mobil listrik ENE1-GP merupakan ajang kontes teknologi bagi
mahasiswa dan merupakan kesempatan bagi penggiat teknologi untuk mengasah pengetahuan
dalam pengembangan mobil listrik. Mobil listrik yang dikompetisikan menggunakan baterai
Nickel-Metal Hydride (NiMH) sebagai sumber energi utama dan dapat menempuh jarak
5.807 km (panjang sirkuit Suzuka Jepang).
Dari hasil pengujian baterai NiMH tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu
tempuh yang dapat diraih oleh mobil listrik adalah 18 menit/ 3 lap, dengan masing-masing
lap dapat diselesaikan dengan waktu rata-rata 6 menit dengan temperatur baterai yang
dihasilkan adalah 41.1 oC dimana kondisi ini masih ideal untuk diterapkan pada mobil listrik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. C. W. T. Siang Fui Tie, "A review of energy sources and energy management system
in electric vehicles," Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 20, pp. 82-102,
2013.
[2]. L. C. Rosario, "Power and Energy Management of Multiple Energy Storage Systems
in Electric Vehicles," Ph.D. Electric Vehicle, Department of Aerospace Power &
Sensors, Cranfield University, United Kingdom, 2007.
[3]. C. E. Kristian Larsson, Arvid Ødegaard-Jensen, "Dissolution and characterization of
HEV NiMH batteries," Waste Management, vol. 33, pp. 689-698, 2013.
[4]. X.-P. G. T.-K.Ying, W.-K. Hu, F.Wu,D. Noréus, "Studies on rechargeable NiMH
batteries," International Journal of Hydrogen Energy, vol. 31, pp. 525-530, 2006.
[5]. M. Y. Peyman Taheri, Majid Bahrami, "Analytical assement of the thermal behaviour
of NickelMetal Hydride battery during fast charging," Journal of Power Source, vol.
245, pp. 712-720, 2014.
[6]. A. P. C. F. Sarah J. Gerssen-Gondelach, "Performance of batteries for electric
vehicles on short
[7]. P. M. Hien, "A Simulation and Experiment Study of Small Fuel Cell/ Battery Hybrid
Vehicle," Master Thesis, Department of Mechanical Engineering, Southern Taiwan
University of Science and Technology, Taiwan - R.O.C., 2009.

Anda mungkin juga menyukai