Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

GEOLOGI MINERAL LOGAM

PEMROSESAN NIKEL LATERIT MENGGUNAKAN


METODE PIROMETALURGI

Disusun Oleh:

Afif Sulestianson

21100116120018

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

NOVEMBER 2019
1. Pendahuluan Nikel Laterit
Nikel merupakan salah satu komoditi tambang utama Indonesia yang
masih menjadi komoditi penghasil devisa cukup besar bagi negara. Nikel
merupakan salah satu logam dasar non-ferrous (non-besi) yang paling banyak
diproduksi sesudah aluminium dan tembaga. Penggunaan nikel yang utama
adalah sebagai unsur pemadu untuk pembuatan baja tahan karat (stainless
steel). Sebagai bahan paduan logam, nikel menempati urutan kedua setelah
mangan. Keberadaannya dalam inti bumi kira-kira 3% sedangkan di dalam
kerak bumi sebesar 0,003%. Terdapat 3 sumber primer utama nikel yang
berasal dari tambang yaitu dari bijih sulfida magmatik, bijih oksida lateritik
dan sea nodule. Sekitar 60% produksi nikel saat ini berasal dari bijih sulfida
yang merupakan 30% dari total cadangan nikel dunia dan sisanya dari bijih
nikel laterit. Selain dari sumber primer di alam, nikel juga diproduksi dari
proses daur ulang (recycling) scrap baja tahan karat dan baterai bekas yang
anodanya menggunakan paduan nikel. Sebanyak 70% cadangan nikel di dunia
terkandung dalam bijih nikel laterit.Cadangan nikel laterit di Indonesia sendiri
menempati peringkat ke-enam dengan potensi cadangan sebesar 5% dari total
seluruh cadangan nikel didunia.
2. Genesa Nikel Laterit
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan
ultrabasa,dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak
mengandung olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral
tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.
Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air.
Air tanah yang kaya akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan,
akan mengurai mineral-mineral yang terkandung dalam batuan harzburgit
tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium silikat, besi, nikel dan silika
akan terurai dan membentuk suatularutan, di dalam larutan yang telah
terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa denganoksida dan mengendap
sebagai ferri hidroksida.
Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air,
sehinggakandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida
menjadi mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dan
cobalt. Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”.
Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah,
sedangkan magnesium, nikel dan silica akan tetap tertinggal di dalam larutan
dan bergerak turunselama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus
berlangsung. Rangkaian proses inimerupakan proses pelapukan dan leaching.
Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahandi dalam batuan ultrabasa.
Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni beradadalam ikatan
serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X 2-3
SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe,
Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa
kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan
terkumpul di zona air sudahtidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus
bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H
akan membentuk mineral garnierit denganrumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4.
Apabila proses ini berlangsung terus menerus, makayang akan terjadi adalah
proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan
supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil
laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal
tersebutdapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama
dari perubahanmusim.
Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer
yangtidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering
disebut sebagaizona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan
Harzburgit.
3. Pirometalurgi Nikel Laterit
Dalam memproses feronikel dari bijih aterit memerlukan energy yang
besar, dikarenakan dala pemrosesannya langsung meleburkan bijih pra-reduksi
untuk mendapatkan produk nikel laterit , bijih nikel laterit tidak dapat
diupgrade menggunakan penghaluskan dan metode fisikal lainnya, sehingga
harus mengunakan metode pirometalurgi, proses-prosesnya antara lain sebagai
berikut:
a) Rotary kiln electric furnance (RKEF)
Proses RKEF banyak digunakan untuk menghasilkan feronikel dan
nikel-matte diawali dengan pengeringan kandungan air hingga 45% melalui
rotary dryer yang memiliki temperature 250oC hingga kadar air menjadi 15-
20% . selanjutnya masuk ketahap kalsinasi pada suhu 800-900 oC ada pun
proses yang terjadi adalah penguapan air disosiasi dari mineral-mineral pada
temperatur 700 oC menjadi oksida-oksida dan uap air, reduksi dari nikel
oksida dan besi oksida gas reduktor pada temperatur sekitar 800 oC. Hasil
proses kalsinasi kemudian dilebur di dalam electric furnace pada temperatur
1500-1600oC menghasilkan feronikel. Pada electric furnace terjadi
pemisahan feronikel dari terak silika-magnesia, terjadi reduksi nikel oksida
dan besi oksida kalsin menjadi nikel logam, dan pelelehan dan pelarutan
nikel dalam feronikel. Proses ini yang paling umum digunakan dalam
industry pirometalurgi nikel saat ini karena tahapan proses dianggap lebih
sederhana dan dapat diaplikasikan terhadap bijih dari berbagai lokasi.
b) Nippon Yakin Oheyama Process (NYOP)
Nippon Yakin Oheyama Process merupakan proses reduksi langsung
garnierite ore yang menghasilkan feronikel dalam suatu rotary kiln. Silicate
ore (2,3-2,6% Ni, 12-15%Fe) bersama antrasit, coke breeze, dan batu kapur
dicampur dan dibuat menjadi briket. Briket tersebut kemudian diumpankan
ke dalam rotary kiln yang menggunakan pembakaran batu-bara dengan
gradien temperatur 700-1300 oC. Dalam rotary kiln tersebut, briket akan
mengalami proses pengeringan, dehidratasi, reduksi, dan dilebur
membentuk feronikel yang disebut luppen. Hasil proses tersebut kemudian
didinginkan cepat dalam air (quenching), dan luppen yang berukuran 2-3
mm dengan grade 22% Ni dan 0.45% Co dipisahkan dari teraknya melalui
proses grinding, screening, jigging, dan magnetic separation. Recovery
awal melalui proses ini hanya berkisar 80% diakibatkantingginya
kandungan pengotor dalam bijih yang sulit dipisahkan dengan rotary kiln.
Proses ini mempunyai energi yang relatif rendah dibandingkan dengan
pembuatan feronikel menggunakan ELKEM proses karena tidak dibutuhkan
energi yang tinggi pada proses pemisahan feronikel dari pengotornya.
Beberapa hal yang kritis dari proses ini yaitu masalah kontrol moisture
briket yang sangat ketat karena menentukan reduksibilitas dan penggunaan
antrasit yang relatif mahal dan kemungkinan ketersediannya semakin
menurun
c) Nickel Pig Iron (NPI)
Nickel Pig Iron diproduksi di china mulai tahun 2006 untuk menjawab
tingginya harga dan permintaan nikel. Nickel Pig Iron (NPI) merupakan
ferronickel yang memiliki kadar nikel yang rendah (1,5-8%). Pembuatan
NPI dilakukan dengan mini blast furnace dan electric arc furnace (EF).
Proses produksi NPI pada mini blast furnace menggunakan kokas sebagai
reduktor dan sumber energi. Karbon akan mereduksi besi sehingga
kandungan FeO di dalam terak akan sangat kecil. Pada proses ini juga
ditambahkan bahan imbuh berupa limestone untuk mengatasi temperatur
leleh terak tinggi akibat rendahnya kandungan FeO dan tingginya kadar
silika dan magnesia di dalam terak. NPI ini disebut sebagai dirty nickel‖
karena akan menghasilkan slag yang banyak, konsumsi energi yang tinggi,
polusi lingkungan dan menghasilkan produk dengan kualitas rendah. Tetapi
bagaimanapun produksi NPI akan tetap menjadi sesuatu yang ekonomis
selama harga nikel relatif tinggi. Proses produksi NPI yang lain yaitu
menggunakan electric furnace. Dengan peningkatan kualitas EF maka
proses ini diyakini mempunyai efisiensi energi yang lebih tinggi dari proses
blast furnace. Sehingga pada prakteknya dalam 10 tahun terakhir
pembuatan NPI meningkat signifikan terutama di China dan Indonesia.
Kelebihan utama dalam proses ini yaitu dapat mengolah bijih kadar rendah
yang sulitdilakukan dengan proses pirometalurgi lain.
Dari proses-proses tersebut diatas dapat dibuat suatu ringkasan tahapan
proses utama ekstraksi nikel secara pirometalurgi yaitu sebagai berikut:
1. Pengeringan (drying) yaitu eliminasi sebagian besar air bebas yang
terdapat dalam bijih
2. Kalsinasi-reduksi yaitu eliminasi air bebas yang tersisa dan eliminasi air
kristal, pemanasan awal bijih dan reduksi sebagian besar unsur nikel dan
pengontrolan terhadap reduksi besi.
3. Electric furnace smelting yaitu reduksi nikel yang tersisa dan pemisahan
feronikel dari hasil sampingnya yaitu slag besi magnesium silikat.
4. Refining yaitu eliminasi unsur minor yangtidak dikehendaki dari produk
ferronickel untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Anda mungkin juga menyukai