Anda di halaman 1dari 21

METALURGI UMUM

PENGOLAHAN EKSTRAKTIF NICKEL


(FERRONIKEL)

KELOMPOK 9 :
1. Bella Puspa Octaviani
(11160980000044)
2. Rangga Gusti Pradana
(11160980000045)
3. Fajar Muharram Rizkiardi
(11160980000046)
Abstrak

Nikel tebentuk dari dua proses genesa yang berbeda yaitu


nikel sulfida dan nikel laterit. Bijih nikel sulfida adalah
endapan nikel yang terjadi sebagai mineral kompleks yang
mengandung tembaga, dan sedikit logam mulia dan kobalt.
Bijih laterit terjadi sebagai endapan yang massive di
permukaan tanah atau tidak jauh di dalam tanah.bijih laterit
merupakan bijih dengan karakteristik mineralogis yang
cukup kompleks.

Diantara Non-Ferrous Metal, Nickel digolongkan pada logam


berat seperti halnya dengan Cu, Pb, Zn, dan lain-lain.
Sifatnya pada udara terbuka atau air laut, lebih stabil dari
besi, lebih sulit teroksidasi, dan sifat-sifat mekanisnya juga
baik sekali. Nikel merupakan jenis logam yang berwarna
kelabu perak dan memiliki sifat logam yang kekuatan dan
kekerasannya menyerupai besi. Daya tahan terhadap korosi
dan karat lebih dekat dengan tembaga.
Salah satu pemakaian nikel dalam bentuk logam murni
adalah pelapisan untuk menambah kekerasan, daya tahan
terhadap korosi, ketahanan terhadap kepudaran dan
kekaratan terhadap permukaan. Selain itu digunakan sebagai
bahan pelapis mata uang dan industri kimia.

Pemakaian dalam bentuk aliase terutama aliase dengan besi


terdapat dalam industri alat angkut, permesinan baja,
konstruksi baja, alat pembangkit tenaga listrik, alat
pertanian, alat pertambangan, bagian dari mesin
berkecepatan tinggi dan bagian yang bersuhu tinggi. Dan
terutama dengan makin bertambahnya pemakaian stainless
steel, disamping juga untuk kebutuhan nikel sebagai paduan
elemen pada mesin-mesin lainnya.
TAHAP PEMROSESAN

Nikel dihasilkan dari pemrosesan dari dua tipe sumber nikel


yaitu dari mineral laterit oksida dan dan sulfida dengan
pemrosesan yang berbeda. Logam ferronikel dihasilkan dari
bijih nikel laterit. Bijih nikel laterit tidak dapat ditingkatkan
kadarnya dengan cara konvensional pada umumnya karena
karakteristik mineralnya yang kompleks, sehingga
dibutuhkan jumlah yang sangat banyak dengan kadar nikel
yang sangat rendah.

Pada proses ekstraksi nikel terdapat dua pilihan cara yang


biasa dilakukan yaitu pirometalurgi dan hidrometalurgi.
TAHAP PEMROSESAN (1)

Proses pirometalurgi menggunakan tipe laterit nikel


saplorit melalui tahapan pengeringan, reduksi, dan
peleburan pada suhu tinggi dengan produk nikel berupa
feronikel, pig iron, dan mate nikel.
Proses hidrometalurgi menggunakan laterit limonit dan
laterit saprofit yang kadar nikelnya lebih tinggi
dibandingkan lapisan limonit, proses ini melalui proses
pelindian dengan prinsip melarutkan logam-logam yang
terdapat dalam bijih nikel (nikel dan kobalt) tanpa
terjadinya pelarutan logam lain yang tidak diinginkan
(besi), produknya antara lain adalah Nikel Briket, Cobalt
Briket, dan Amonium Sulfate.
TAHAP PEMROSESAN (2)

Diagram Alir Proses Pengolahan Nikel Laterit


TAHAP PEMROSESAN (2)

Terdapat berbagai tahapan saat produksi


FerroNikel, antara lain:
1 Tahap Praolahan (Ore Preparation)
2. Tahap Peleburan (Smelting)
3. Tahap Pemurnian (Refining)
4. Tahap Pencetakan dan Pengepakan
(Casting)
1. TAHAP PRA-OLAHAN (KALSINASI)

Pada umumnya pada tahap praolahan terjadi proses yang


pada umumnya pada pengolahan bahan galian hanya ada
satu tambahannya yaitu proses kalsinasi dimana proses ini
menghasilkan crude FeNi (Crude FerroNikel) yang bertujuan
sebagai umpan saat proses peleburan.

Material yang sudah tercampur seperti ore dryer, antrasit,


limestone dan coal yang telah ditimbang di poidmeter,
diangkut oleh belt conveyor ke rotary kiln untuk mengalami
proses kalsinasi. Rotary kiln dilengkapi dengan barner yang
terpasang pada ujungnya, udara panas yang dihembuskan
berlawanan arah dengan laju material yang masuk. Proses
kalsinasi ini bertujuan untuk mengurangi kadar LOI (Lost of
Ignation) 0,01. Kadar LOI yang tinggi akan mengganggu
kestabilan dalam tanur yang dapat mengakibatkan
goncangan yang kuat di dalam tanur. Rotary Kiln memiliki
dimensi panjang 90 m untuk FeNi I dan II, sedangkan FeNi III
110 m, diameter 3 m dan kemiringan 20 derajat.
2. TAHAP PELEBURAN

Proses peleburan adalah proses dimana calcine hasil dari


proses kalsinasi pada rotary kiln diolah dalam tanur listrik
untuk memisahkan crude FeNi dengan slag melalui proses
reduksi. Proses peleburan dilakukan dalam tanur listrik yang
berkapasitas 25 MVA unit 1, 40 MVA unit 2, dan 60 MVA unit
3 yang bagian dalamnya dilapisi brick.

Calcine yang dihasilkan oleh rotary kiln dengan temperatur


45o C sebelum diumpankan dalam tanur listrik diangkut
dengan menggunakan sistem container car, kemudian
diangkat ke atas dengan menggunakan over head crane dan
ditampung dalam 10 buah top bin yang berkapasitas masing-
masing 50 ton, yang terpasang di lantai bangunan tanur
listrik. Dari top bin calcine diumpankan ke dalam tanur
melaui chute yang kakinya terpasang mengelilingi tanur
listrik. Dalam tanur listrik terjadi peleburan calcine dan
menyelesaikan reduksi senyawa yang terdapat di dalam bijih
oleh fixed carbon.
2. TAHAP PELEBURAN (1)

Dari leburan itu terbentuk dua fase yaitu, fase cair yaitu fase
slag dan fase metal / nikel. Slag berperan penting dalam
mengatur komposisi logam cair karena merupakan bahan
perantara terjadinya reaksi kimia.

Unsur yang terbentuk dari hasil reduksi di dalam bijih adalah


logam ferronikel. Pemisahan antara logam ferronikel dan slag
di dalam tanur adalah lapisan atas adalah Slag dengan tebal
lapisan mencapai 1-1,5 m, sedangkan lapisan logam
ferronikel berkisar anatara 4080 cm.

Slag dikeluarkan dari tanur listrik setiap 90.000 KWh


sebanyak 90 ton dengan temperatur dengan kira-kira 1550
C dan dialirkan ke dalam kolam air sehingga tergranilasi
menjadi butiran-butiran yang berukuran 510 cm. Logam
(metal) ferronikel dikeluarkan dalam tanur listrik. Logam ini
disebut crude ferronikel yang masih perlu dimurnikan di
departemen pemurnian untuk mendapatkan ferronikel
dengan komposisi sesuai permintaan.
3. TAHAP PEMURNIAN

Tahap pemurnian bertujuan untuk


memurnikan crude FeNi menjadi metal FeNi
(produk) sesuai standar produk. Proses
pemurnian terdiri dari lima proses yaitu :
a. Proses De-Sulphurisasi (De-S)
b. Proses Oksidasi
c. Proses De-Silikonisasi
d. Proses De-Carbonisasi
e. Proses De-Phosporisasi
A. Proses De-Sulphurisasi (De-S)

Proses ini bertujuan untuk menurunkan kadar sulfur yang


terdapat pada crude Fe-Ni hasil peleburan menjadi < 0,03.
Bahan yang digunakan yaitu :
calsium carbide 200 kg/heat
soda ash 10 kg/heat
fluor spar 10 kg/heat

Bahan-bahan tersebut digunakan untuk mengikat sulphur


pada proses de-S. Prosesnya yaitu crude FeNi dicampur dan
diaduk dengan calsium carbide, soda ash, fluor spar dalam
satu ladle yang disebut shaking converter dengan kapasitas
16 ton FeNi. Proses De-S ini berlangsung sekitar 35 menit.
Temperatur metal selama proses harus berkisar 1350C.
Hasil dari proses ini akan menghasilkan metal FeNi high
carbon dan low carbon.
B. Proses Oksidasi

Proses Oksidasi dilakukan pada produk low carbon


untuk menurunkan kadar silika, fosfor melalui proses
peniupan oksigen ke dalam crude FeNi dengan
menggunakan bahan:
Oksigen
Kapur bakar dan batu kapur berfungsi untuk
mengontrol basicity dan temperatur
C. Proses De-Silikonisasi

Proses De-Silikonisasi dilakukan untuk menghilangkan


kandungan silica dalam crude FeNi < 0,05. Jika kadar
silica dalam crude FeNi tinggi maka proses
desilikonisasi berlansung dua kali.
D. Proses De-Carbonisasi

Proses De-Carbonisasi dilakukan untuk menghilangkan


kandungan unsur pengotor seperti 1,5% C, 0,3% Si dan
0,8% Cr di dalam crude FeNi yang akan dimurnikan
untuk mendapatkan kadar yang diinginkan melalui
peniupan oksigen.
E. Proses De-Phosporisasi

Proses De-Phosporisasi dilakukan untuk


menghilangkan kadar Fosfor dalam crude FeNi. Fosfor
ini akan mengalami oksidasi yang akan diikat oleh CaO
untuk membentuk slag. Proses Oksidasi berlangsung
1,5 jam dengan temperatur crude FeNi 14500 C.
Proses ini menghasilkan metal FeNi dan slag dimana
slag tersebut akan dibuang.
3. Tahap Pencetakan dan
Pengepakan

Metal FeNi yang telah mengalami pemurnian


selanjutnya dibawa ke Departemen Casting untuk
dicetak menjadi bentuk yang diinginkan oleh pihak
pembeli.
Ada 2 (dua) hasil cetakan pada yang dapat diproduksi
pabrik nikel yaitu :
a) Ingot
b) Shot
3. Tahap Pencetakan dan
Pengepakan(1)
Ingot

Ingot merupakan metal FeNi dalam bentuk batangan


dengan berat 1 batang ingot sekitar 100 kg. Proses
pencetakannya dimulai dari metal FeNi hasiL
peleburan dituangkan kedalam sebuah ladle yang
mempunyai lubang kemudian melalui lubang tersebut
metal akan mengalir ke cetakan/mold yang bergerak
pada link berbentuk rantai dimana kecepatan
pergerakan mold dikendalikan oleh operator pada
control room. Metal pada mold kemudian didinginkan
dengan air yang disemprotkan kemudian ingot akan
jatuh dengan sendirinya pada bagian depan chute ke
kereta ingot.
3. Tahap Pencetakan dan
Pengepakan(2)
Shot
Sama seperti ingot metal dari hasil pemurnian
dimasukkan ke dalam ladle shot yang kemudian
dituang ke dalam kolam granulasi dengan kecepatan
penuangan 800 1200 kg/mnt. Bersamaan dengan itu
disemprotkan dengan air bertekanan tinggi dari jet
pump sehingga akan terbentuk granul atau bulatan.
Metal yang sudah berbentuk shot yang ada dalam
kolam granulasi ditransfer oleh belt conveyor ke alat
pengering lalu dimasukkan ke dalam pengayak putar
yang selanjutnya ditampung dalam shot car lalu
ditimbang dan dibungkus dalam bag (pembungkus
khusus) yang berkapasitas 1000 kg.
3. Tahap Pencetakan dan
Pengepakan(2)
Ada 2 jenis produksi yang dihasilkan PT.ANTAM Tbk
UBPN OPERASI POMALAA
yaitu:
1. Produksi High Carbon (HC)
a. High Carbon Ingot ( batangan)
b. High Carbon Shot (butiran)
2. Produksi low Carbon (LC)
a. Low Carbon Ingot (Tidak diproduksi lagi, karena
sudah tidak ada permintaan selain itu dapat
menimbulkan kerak pada mold)
b. Low Carbon Shot
Thanks

Anda mungkin juga menyukai