di daerah daerah tertentu. nikel sendiri memiliki nomor atom 28 yaang saat ini dalam tabel
periodic unsur dilambangkan dengan Ni. Walaupun merupakan salah satu unsur metal,
namun nikel asli yang baru ditambang memiliki sifat lembek dan dapat dibentuk. Biasanya
nikel diolah dengan cara dipadukan dan dicampurkan dengan logam lain, seperti besi dan
krom. Nikel memiliki wana putih keperakan dan dapat ditempa. Manfaat nikel bagi manusia
dalam menunjang kehidupan sehari harinya sangat banyak.
Nikel sendiri merupakan salah satu elemen yang membentuk inti bumi. Diketahui sebanyak
10% inti bumi terbbentuk dari nikel. Karena merupakan salah satu unsur pembentuk inti
bumi, maka nikel cukup sulit ditemui dan ditambang. Biasanya nikel yang ditambang berasal
dari larutan nikel yang berada di laut, dengan kisaran jumlah sekitar 8 juta ton.
Nikel sendiri di dunia memiliki banyak manfaat dan kegunaan, terutama dalam bidang
industri baja dan kebutuhan hidup sehari hari.
Manfaat nikel dalam kehidupan sehari hari cukup banyak bagi manusia, setidaknya ada
berbagai industri yang menggunakan nikel sebagai bahan dasarnya. Berikut ini adalah
beberapa manfaat dan penggunaan dari unsur nikel :
Beberapa jenis besi baja juga melibatkan nikel dalam pembuatan campurannya. Biasanya besi
baja yang memiliki campuran nikel memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan besi
baja yang dicampu alumunium. Selain tiu besi baja yang dicampur nikel juga memiliki
ketahan terhadap karat yang lebih baik dibandingkan besi baja murni, walaupun tidak sebaik
stainless steel. Berikut ini beberapa aplikasi dari besi baja dalam kehidupan sehari hari
3. Pembuatan koin
Biasanya mata uang suatu Negara memiliki 2 jenis,yaitu dalam bentuk kertas dan bentuk
koin. Mata uang yang memiliki bentuk koin dibuat dengan menggunakan bahan dasar yang
dicampur dengan unsur nikel. Hal ini dapat membuat uang koin atau yang biasa dikenal
dengan istilah uang logam memiliki daya tahan terhadap karat, dan juga memiliki tekstur
yang mengkilap.
Apabila anda seorang pegiat dan orang yang hobi dengan dunia otomotif, pasti sudah cukup
akrab dengan nikel sebagai salah satu pemanis kendaraan. Biasa nikel dan krom dapat
menjadi bahan lapisan tambahan pada part part otomotif agar menjadi lebih kinclong dan
menarik. Lapisan ini biasanya selain dapat mencegah munculnya karat, dapat juga menjaga
kualitar part agar tidak cepat rusak. Berikut ini adalah beberapa part otomotif yang sering
diaplikasikan campuran nikel dan krom :
Velg
Rangka
Bumper
Knalpot
Bagian bagian kecil, seperti pijakan kaki, handle rem dan spion
6. Kawat
Sifat nikel yang mudah dibentuk membuat unsur ini dapat dibentuk menjadi kawat. Kawat
yang dihasilkan oleh nikel ini memiliki ketahanan yang baik, dan juga memiliki sifat yang
anti karat. Biasanya kawat yang dibuat dari bahan dasar nikel ini dipergunakan pada turbin
mesin jet.
7. Melapisi senjata
Dengan sifatnya yang kuat dan anti karat, nikel juga sering dimanfaatkan sebagai pelapis dari
berbagai jennies senjata yang diprodoksi di pabriknya. Dengan menambahkan lapisan nikel
pada senjata, maka kalitas senjata akan bertambah baik, karena menjadi lebih kuat dan tahan
karat serta tidak mudah mengalami korosi.
8. Menjadi katalis
Nikel juga dimanfaatkan sebagai katalis, ang dapat membuat minyak sayur mengalami
hidrogenasi sehingga berubah bentuk menjadi bentuk padat
9. Plating
Beberapa metode plating atau metoe penyolderan menggunakan bantuan nikel untuk
mlaksanakannya. Nikel memiliki sifat yang mudah melebur, dan dapat melapisi dengan baik,
sehingga beberapa komponen elektronik juga mengandalkan nikel dalam melakukan plating
atau pelapisannya.
Pemanfaatan lain dari nikel adalah sebagai bahan dasar dari bateai yang dapat diisi ulang,
alias rechargeable battery. Biasanya baterai yang memilikki bahan dasar nikel ini adalah
baterai aki ataupun baterai kecil yang biasa kita gunakan sehari hari.
Walaupun memiliki banyak manfaat, namun demikian terlalu banyak terkontaminasi dengan
unsur nikel dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti :
Itulah beberapa manfaat nikel yang ada di bumi. Semoga artikel ini bermanfaat
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor
atom 28.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika
dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang
keras.
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen
rumah dan gedung, serta komponen industri.
Daftar isi
1 Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Nikel
o 1.1 Kominusi
o 1.2 Sizing
1.2.1 Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
1.2.2 Klasifikasi (Classification)
o 1.3 Pengeringan (Drying)
o 1.4 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
o 1.5 Peleburan di Tanur Listrik
o 1.6 Pengkayaan di Tanur Pemurni
o 1.7 Granulasi dan Pengemasan
2 Lihat pula
3 Referensi
4 Pranala luar
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga tahapan proses,
yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan pengolahan ini
bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak
berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan dihasilkan
konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode yang dipakai
bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu
sendiri. Nikel merupakan logam berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat antin karat,
bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak
baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga. Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik lebur
14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut
dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan
asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida dan
mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing
mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam
bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu Saprolit
dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah
kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah
dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade
Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai
kadar Ni. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel
melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.
Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih
kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral
pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut :
1. Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini
bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari
tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm)
menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang digunakan
pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain :
o Jaw crusher
o Gyratory crusher
o Cone crusher
o Roll crusher
o Impact crusher
o Rotary breaker
o Hammer mill
2. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang
diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga,
Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang
memenuhi persyaratan proses.
Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran yang
dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan berdasarkan
ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara lain :
Hand sieve
Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
Sieve shaker / rotap
Wet and dry sieving
Stationary grizzly
Roll grizzly
Sieve bend
Revolving screen
Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
Shaking screen
Rotary shifter
Klasifikasi (Classification)
Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.
Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar)
disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :
Partition concept
Tapping concept
Rein concept
Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat
dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang dipakai ada
bermacam-macam, yaitu antara lain:
1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai
oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
o tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 1000).
o rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan
di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel
oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi
pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang.
Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 7000oC.
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag.
Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan
kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan.
Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag.
Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui
balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarkan berat jenisnya. Slag kemudian
diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75
persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni /
converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur
pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida
dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi
mudah untuk dipisahkan.
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor
setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin
yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan
siap dikemas
I. Nikel
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi
ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh
secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah
daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel
ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah
yang terletak di atas batuan basa. Di indonesia, tempat ditemukan nikel adalah
Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai berhubungan erat
dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri,
melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah
garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton
danWilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan
industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai,
elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik
bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom),
kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi lain
(Gerberding J.L., 2005).
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik.
Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang
sangat berharga.
a. Ciri-Ciri Fisik
Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki massa jenis sekitar
8,908 g/cm3 serta massa jenis cair saat melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik
lebur dari Nikel adalah 1455oC, sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor
peleburan Nikel adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan kalor penguapan Nikel adalah
377,5 kJ/mol, dan kapasitas kalor saat suhu ruang adalah 26,07 J/(molK).
Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan
unsur paduan utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan
korosi. Yang biasanya digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan
berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel digunakan pada aplikasi
temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket, dan pembangkit listrik tenaga
nuklir), dalam penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia, koin, dan
dalam perangkat kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat magnetik, paduan nikel
juga digunakan dalam aplikasi elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan
utama nikel yaitu sebagai logam untuk electroplating dari part untuk permukaannya
dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi dan keausan. Paduan nikel
memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur tinggi. Pemaduan unsur
nikel kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat paduan nikel dalam mesin, pembentuk,
casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.
Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang
berbeda, telah dikembangkan .Meskipun nama dagang masih digunakan secara
umum, paduan nikel sekarang diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N. Jadi,
hastelloy G yang sekarang adalah N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga.
Inconel adalah paduan nikel-kromium dengan tegangan tarik hingga 1400 MPa.
Superalloy
Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi, oleh karena itu,
mereka juga dikenal sebagai paduan tahan suhu panas atau tinggi. Superaloy
umumnya memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi, kelelahan mekanis dan
termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi pada temperatur tinggi.
Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk mesin jet dan turbin gas. Aplikasi lain
mesin torak, mesin roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam, nuklir,
kimia, dan industri petrokimia. Secara umum, superalloy diidentifikasi dengan nama
dagang atau sistem penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai
bentuk. Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu maksimum sekitar 1000 o C
dalam aplikasi struktural. Suhu dapat setinggi 1.200 o C untuk komponen bantalan
non beban.
Superaloy terdiri dari berbasis besi, berbasis kobalt, atau berbasis nikel:
Superalloy berbasis Besi pada umumnya mengandung 32-67% Fe, dari 15
sampai dengan 22% Cr, dan 9-38% Ni. Paduan umum dalam kelompok ini adalah
seri incoloy.
Superalloy berbasis Cobalt pada umumnya mengandung 35-65% Co, dari 19
menjadi 30% Cr, dan naik 35% Ni. Superalloy ini tidak sekuat superalloy berbasis
nikel, tetapi mereka mampu mempertahankan kekuatan mereka pada suhu yang
lebih tinggi.
Superalloy berbasis Nikel adalah yang paling umum dari superalloy, dan mereka
tersedia dalam berbagai macam komposisi (tabel 6.9). komposisi nikel adalah 38-
76%. Mereka juga mengandung 27% Cr dan 20% paduan Co. Biasanya paduan
dalam kelompok ini adalah Hastelloys, Inconel, Nimonic, Rene, udimet, astroloy, dan
seri waspaloy.
Stainless Steel
Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat
tinggi di berbagai kondisi lingkungan. Nikel digunakan sebagai unsur penstabil
austenit, yang berarti penambahan nikel pada besi paduan mempromosikan
perubahan struktur kristal dari bcc (ferritic) ke fcc (austenitic). Jadi nikel digunakan
untuk menaikkan kekuatan, memperbaiki sifat kelelahan dan meningkatkan keuletan
besi.
Copper-Nikel-Silikon Alloys
Nikel Silver
BAB I
a. Sejarah Nikel
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat
mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari
pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan
dalam mineral pentlandit dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
Gambar 1. Nikel butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel
biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Di indonesia, tempat
ditemukan nikel adalah Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit tu
sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah
garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam berwarna
putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat
tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan
sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton danWilkinson, 1989). Nikel digunakan
dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti pelindung baja (stainless steel),
pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai
fungsi lain .
1. Sifat Mekanik
Seperti halnya dengan logam yang lain nikel mempunyai sifat yang sangat khusus
Keras
kekuatan tarik cukup tinggi (50 kp/mm2 )
Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat
berharga.
2. Sifat Fisik
Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki
Massa Jenis :
Electrical Conductivity : 14.6 x 106
Thermal Conductivity : 90.7
Titik Lebur : 1455C
Titik Didih : 2913C
Warna : Berkilau dan Perak dengan Semburat Emas
3. Sifat Kimia
Tahan Korosi
( sedikit ) Ferromagnetik
4. Sifat Teknologi
Mampu Tempa
Dapat di solder
Mudah di poles
BAB II
a. Kegunaan
Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan alloy lain
yang bersifat tahan korosi, seperti Invar, Monel , Inconel , dan Hastelloys . Alloy tembaga-
nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan
garam untuk mengubah air laut menjadi air segar.Nikel, digunakan untuk membuat uang
koin,dan baja nikel untuk melapisi senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang
sangat halus, digunakan sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur
(menjadikannya padat). Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan
baterai penyimpanan Edison . Bijih nikel dialam semesta digolongkan dalam dua jenis, yaitu:
bijih nikel sulfida berada didaerah subtropis, dan bijih nikel oksida yang lazimnya disebut
laterit berada didaerah khatulistiwa. Cadangan bijih nikel dunia sekitar 61 % berupa laterit
sedangkan kebutuhan nikel dunia yang berasal dari laterit sekitar 40 %. Indonesia yang
memiliki cadangan bijih nikel nomor dua (2) di dunia dan sampai tahun 1999 memasok
kebutuhan nikel dunia sekitar 7 %, mempunyai peran strategis untuk pemanfaatan laterit
untuk memasok kebutuhan nikel dunia.
Karena sumber daya alam laterit yang berlimpah maka negara-negara besar terutama
yang bergabung dalam G8 sangat berminat untuk mengeksploitasi laterit di Indonesia,
diantaranya Amerika Serikat (USA) melalui PT Pasific Nickel pada tahun 1970-an, Canada
melalui PT INCO pada tahun 1970-an, Jepang mengimpor saprolit untuk bahan baku ferro
nikel (FeNi), dan Canada melalui PT Weda Bay Nickel (WBN) pada tahun 1998. Karenan PT
Pasific Nickel sampai saat ini tidak merealisasi maka pemerintah RI mengalihkan kepada PT
BHP Australia pada tahun 1990-an untuk mengeksploitasi laterit di pulau Gag-Papua.
Demikian juga dengan WBN yang ditunda walaupun menurut rencana pada tahun 2003 mulai
melakukan aktifitas penambangan, dan pada tahun 2004 mulai memproduksi NiS di Weda
Halmahera untuk memasok 10 % kebutuhan nikel dunia. Sejak maret 2006, WBN telah
berpindah kepemilikan ke ERAMET Perancis. Berdasarkan uraian singkat diatas, dalam
tulisan ini akan dikaji sampai sejauh mana potensi laterit yang telah dimanfaatkan, dan
bagaimana prospeknya kedepan untuk laterit yang belum dimanfaatkan.
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan
bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap
pemisahan dan tahap dewatering.
Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk Membebaskan
mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), Memisahkan mineral berharga dari
pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi
ukuran), Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar
bijih mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga, Menurunkan
kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan
mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan,
Mengurangi ongkos / biaya peleburan, serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada
saat peleburan.
Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km.
Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.
1. Pemboran
pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
3. Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke tempat
pengolahan.Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel
loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan
nickel. Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi beberapa tahapan proses utama
Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel
melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.
1. Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini
hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak
dibutuhkan grinder.
Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder
ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt conveyor
menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan
bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air
dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian
dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte
dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur
dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat
penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte
dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air
melalui balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag
kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
5. Pengkayaan
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi
di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur
pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka.
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan dan siap dikemas.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmuteknik.info/2011/07/nikel.html
http://angghajuner.blogspot.com/2011/10/makalah-nikel.html
http://describe-kyvlan.blogspot.com/2013/03/sifat-fisik-sifat-teknologi-dan-sifat.html
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat
antin karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Spesifik gravity nya 8,902
dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik
oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam
hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk
kristal tunggal.
I-2
Batuan ultra basa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt, peridotit dan norit.
Endapan nickel tembaga sulfide dihasilkan dari pemisahan lelehan sulfida oksida dari lelehan
silikat bersulfur pada sebelum, selama atau sesudah proses alihan pada suhu diatas 9000C,
mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8. mineral lainnya antara lain nikolit (NiAs),
skuterudit (Co, Fe, Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4)
Di indonesia endapan Bijih Nickel banyak terdapat didaerah sulawesi. Bijih Nickel
berbeda dengan bahan tambang lainnya dikarenakan Bijih Nickel tidak dapat diketahui
secara Spontanitas dengan pengamatan mata biasa, Oleh kaerna itu diperlukan penelitian
serta pengamatan di ruang Khusus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Calcining (Kalsinasi)
Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi hydrate
seperti ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau dekomposisi kalsium
karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon diosida dan atau besi karbonat menjadi
bsi oksida.Proses kalsinasi membawa dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft
furnace, rotary kilns dan fluidized bed reactor.
3. Roasting (Pemanggangan)
Adalah pemanasan dengan kelebihan udara dimana udara dihembuskan pada
bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia dan pemanasan ini tidak
mencapai titik leleh (didih).
Kegunaan Roasting adalah :
a. Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya
b. Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
c. 2 ZnS + 3O2 2 ZnO + 2 SO4
d. Membentuk material menjadi porous
e. Menguapkan impurity yang foltair.
Adapun jenis-jenis roasting, yaitu antara lain:
a. Oksida Roasting
Biasanya dilakukan terhadap mineral-mineral sulfida pada temperatur
tinggi (direduksi langsung).
b. Reduksi Roasting
Adalah suatu proses pemanggangan dimana suatu oksida mengalami proses
reduksi oleh suatu reduktor gas yang dimaksudkan untuk menurunkan derajat
oksidasi suatu logam. Peristiwa reduksi ini tidak dapat tercapai untuk suatu oksida
yang sangat stabil..
c.
II-5
Chlor Roasting
Dalam proses ini, bijih/konsentrat dipanggang bersama senyawa klorida
(CaCl2,NaCl) atau dengan gas Cl2.
4. Smelting
Adalah proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam meleleh
dan mecair setelah mencapai titik didihnya.
Smelting terbagi beberapa jenis, yaitu antara lain:
a. Reduksi smelting
b. Oksidasi smelting
c. Netral smelting
d. Sementasi smelting
e. Sulfida smelting
f. Presipitasi smelting
g. Flash smelting (peleburan semprot)
h. Ekstraksi timbal dan seng secara simultan.
5. Refining (Pemurnian)
Pemunian adalah pemindahan kotoran dari material dengan proses panas dengan
tujuan agar mendapatkan logam.
BAB III
GAMBAR 3.1.
LAPISAN PENYUSUN BIJIH NICKEL
Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi) dan
Saprolite (bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite proses pelapukan
sudah sangat lanjut sehingga hampir semua Silica dan magnesia sudah tercuci dan sisa-
sisa struktur/tekstur batuan sudah boleh dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah
jadi tanah), lapisan limonite mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe
sangat suka lingkungan oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana
masih ditemukan sisa-sisa batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat pada zona
saprolite karena Ni lebih stabil di zona reduksi.
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida dan
mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing
mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam
bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui
yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2
jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit
mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih
Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade
Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar
Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus
digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang
digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan
refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga
menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan
mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang
III-6
terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.
GAMBAR 3.2
KESETIMBANGAN METAL-SLAG
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel
loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses
pengolahan nickel. Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi beberapa tahapan
proses utama (Gambar 3.2.) yaitu :
GAMBAR 3.3
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader) menuju
ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan nickel. Adapun
tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel melalui beberapa
tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan
Pengemasan.
1. Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral
berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap
ini untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Pengeringan di Tanur Pengering (Drying)
Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder ore
mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt
conveyor menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat
alat pembakar yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak
residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan
sebagian kandungan air dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian
dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).
Dimana drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture
dalam bijih. Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan
dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang
dibuat). Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan gas
panas yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam Hot
Air Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperature sampai 200 C.
GAMBAR 3.4
TANUR PENGERING DAN GUDANG BIJIH KERING
3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
III-8
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan
di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel
oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi
pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang.
Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC.
III-9
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih,air kristal
yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan goethite (Fe2O3.H2O).
Proses dekomposisi ini dilakukan dalam Rotary Kiln dengan tempetatur sampai 850 oC
menggunakan pulverized coal secara Counter Current. Reaksi dekomposisi air kristal yang
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:
Reaksi ini terjadi pada 260C 330C dan merupakan reaksi endotermik.
Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya didesain
sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp rent,
semua reduksi dilakukan dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan
dalam technology Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara tidak
langsung dalam rotary kiln
III-10
menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan dalam electric
furnace. Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture
sekitar 2% dan siap dilebur dalam electric furnace.
GAMBAR 3.5
TANUR REDUKSI
4. Peleburan di Tanur Listrik (smalting)
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur
pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke
tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase
lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang
didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah
berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan
kendaraan khusus.
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam rangkaian
proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20%
III-11
secara tidak langsung pada temperature sampai 1650 C. Reaksi reduksi langsung yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75
persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni /
converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur
pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida
dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi
mudah untuk dipisahkan.
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/memperkecil
kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi. Dilakukannya
proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni
sebagai umpan untuk pembuatan Baja dimana baja yang bagus harus mengandung
Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih
sekitar 0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak diturunkan maka pada proses
pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk menurunkan kandungan sulfur ini.
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2 (S) + S = CaS (S) + 2C (Sat)
Na2CO3 + S + Si = Na2S + (SiO2) + CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2 + CO2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan
pemanasan lagi pasca smelting.
III-13
Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam bagian refining
hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan menurunkan pengotor lain
seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan prosesnya sama hanya saja
reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.
Si (l) + O2 (g) = SiO2 (l) SiO2 (l) + CaO (l) = CaO . SiO2 (l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) CaO (l)+P2O5 (l)= CaO. P2O5 (l)
C(l) + O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)
GAMBAR 3.7
TANUR PEMURNI
6. Granulasi dan Pengemasan
III-14
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor
setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin
yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan
siap dikemas.
GAMBAR 3.8
GRANULASI DAN PENGEMASAN
III-8
Dari mekanisme pengolahan nikel di atas dapat dibuat bagan alir pengolahan nikel seperti
pada gambar di bawah ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat
antin karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Spesifik gravity nya 8,902
dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik
oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam
hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk
kristal tunggal.
4. Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung
nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi
(ferrum) dan nikel.
5.
IV-1
untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen
6.
IV-2
Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel melalui
beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.
4.2. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan yaitu semoga apa yang telah kita pelajari
pada pelajaran Ekstraksi Metalurgi ini dapat kita terapkan dengan kemampuan kita
masing-masing.
EKSTRAKSI METALURGI
Oleh
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2011
oleh Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang begitu melimpah sehingga Penulis dapat menyelesaikan tulisan ini pada
waktunya.
Penulis sadar bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat bermanfaat untuk penyempurnaan
tulisan ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, R.L., 1960. Geology of The Industrial
III Rocks And Minerals, Harper And Raw
Publisher, New York.
Kuzvart, M., 1984. Industrial Minerals And
Rocks, Development in Economic Geology 18, Elsevier, Amsterdam.
_____. 1986-1990. Pengembangn Kapasitas Nasional Sektor Industri. Departemen
Perindustrian.
Power, T., 1985 Limestone Spesifications, Limiting Constrants on The Market, Industrial
Minerals.
www.google.com
DAFTAR ISI
Halaman
BAB
I. PENDAHULUAN ........................................................................... I-1
1.1 Latar belakang .............................................................................. I-1
1.2 Tujuan penulisan ........................................................................... I-2
II. TINJAUN PUSTAKA......................................................................... II-1
2.1 Ekstraksi Metalurgi......................................................................... II-1
2.2 Dasar Fisika Ekstraksi Metalurgi ................................................... II-1
2.3 Dasar Kimia Ekstraksi Metalurgi.................................................... II-3
2.4 Proses Pyrometalurgi ..................................................................... II-3
III.
iv
PROSES PENGOLAHAN NIKEL.................................................... III-1
3.1 Genesah Pembentukan Bijih Nikel................................................. III-1
3.2 Sifat Kimia, Fisika, Serta Karakteristik Nikel ............................... III-2
3.3 Sumber dan pembentukan Bijih Nikel ........................................... III-4
3.4 Penambangan Nikel ....................................................................... III-4
3.5 Pengolahan Bijih Nikel................................................................... III-5
3.6 Bagan Alir Pengolahan Nikel ........................................................ III-15
IV. PENUTUP............................................................................................ IV-1
4.1 Kesimpulan..................................................................................... IV-1
4.2 Saran............................................................................................... IV-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
IV
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
3.1. Lapisan Penyusun Bijih Nikel....................................................................... III-2
Melalui kegiatan media visit, detikFinance berkesempatan melihat proses pemurnian nikel
dengan menggunakan smelter di Vale, Kabupaten Luwu Timur, Sorowako, Sulawesi Selatan,
Rabu (27/5/2015). Perusahaan yang beroperasi sejak 1968 itu, memiliki satu smelter yang
dilengkapi dengan 4 unit furnise.
Manager Process Plant Vale Indonesia, Mappaselle menjelaskan, setiap jamnya mereka
mengelola 1.200 ton tanah kering. Dari lump cutter, tanah yang mengandung kadar air 34%,
diolah menggunakan tanur pengeringan hingga kadar yang tersisa sebesar 20%.
"Jadi produk dari sini berupa tanah kering kadar air 34%, keluar untuk masuk ke gudang jadi
20% kadar airnya, lalu terakhir nikelnya 2%. Fungsi tanur pengeringan mengeluarkan
sebagian air. Total yang masuk 1.200 ton per jam," terang Mappaselle.
Selanjutnya, tanah tersebut diolah lagi dengan tanur reduksi (kilen) menggunakan tenaga dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sampai kadar airnya hilang. Dalam proses ini, terjadi
pula pengolahan nikel oksida menjadi nikel metal.
"(Dari) tanur reduksi (kilen) air yang 20 persen hilang sama sekali di sini. Setelah airnya
hilang, perlahan direduksi hasilnya terbentuk kalsain 700 derajat celcius. Di kalsain sebagian
nikel berbentuk nikel metal. Asalnya dari bumi nikel oksida. Ini masih pakai energi minyak,"
sambungnya.
Tahap akhir dari semuanya adalah furnise dengan hasil berbentuk seperti lava panas.
Ditampung dalam satu wadah besar. Nikel matte itu nantinya dimurnikan hingga mencapai
kadar 78% melalui proses konversi. Di dalam granulasi area, converter, and packaging area,
Vale memiliki 4 unit furnise untuk mengeluarkan nikel matte menggunakan oksigen dan besi
panjang.
"Dari peleburan jadinya nikel matte kadarnya 25 persen. Dimurnikan lagi dikonverter jadi 78
persen. Smelter itu dilebur sambil direduksi," kata Mappaselle.
Setelah itu, nikel matte berbentuk pasir hitam siap dimasukkan ke dalam setiap karung
seberat 2.970 kilogram, untuk kemudian diekspor ke perusahaan Jepang, Sumitomo.
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan
bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap
pemisahan dan tahap dewatering.
Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk Membebaskan
mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), Memisahkan mineral berharga dari
pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi
ukuran), Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar
bijih mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga, Menurunkan
kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan
mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan,
Mengurangi ongkos / biaya peleburan, serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada
saat peleburan.
Preparasi merupakan proses tahap awal dalam pengolahan bahan galian yang meliputi :
Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung
nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi (ferrum)
dan nikel.
Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides) hasil
proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses
magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite, Lherzolite,Serpentinite,
dll.
Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan batuan
(bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine lebih tinggi dibanding
mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar nya kecil sekali (<0.7%),
kandungan dibedrock didominasi oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%), proses
pengkayaaan Ni terjadi karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yg mudah
larut dan punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg
tinggal di profile jadi tinggi (>2%).
Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan tinggi dan
banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg "gentle" termasuk plateua
karena sirkulasi air bagus untuk "mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu
terjal hasil pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo terlalu
landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus. Struktur geologi yang
intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.
LAPISAN PENYUSUN BIJIH NICKEL
Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi) dan Saprolite
(bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite proses pelapukan sudah sangat
lanjut sehingga hampir semua Silica dan magnesia sudah tercuci dan sisa-sisa struktur/tekstur
batuan sudah boleh dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah jadi tanah), lapisan
limonite mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe sangat suka lingkungan
oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana masih ditemukan sisa-sisa
batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat pada zona saprolite karena Ni lebih stabil
di zona reduksi.
Penambangan Nikel
Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km.
Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.
1. Pemboran
pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
2. Pembersihan dan pengupasan
lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
3. Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke tempat
pengolahan.
Pengolahan Bijih Nickel
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader)
menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan nickel.
Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi beberapa tahapan proses utama (Gambar 3.2.)
yaitu :
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader)
menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan
proses pengolahan nickel. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses
pengelolahan nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,
peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.
1. Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini
hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak
dibutuhkan grinder.
Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder ore
mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt conveyor
menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan
bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air
dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian
dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan
di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel
oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi
pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang.
Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC
TANUR REDUKSI
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag.
Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan
kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan.
Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag.
Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui
balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian
diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di
atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur
pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat
besi oksida dan membentuk ikatan yang memiliki
TANUR PEMURNI
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan dan siap dikemas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikel
http://bilangapax.blogspot.co.id/2011/02/nikel-dan-paduannya.html
http://arsyadmarzuqi.blogspot.co.id/2016/01/nickel.html
http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/makalah-nikel.html
https://finance.detik.com/energi/2927092/begini-proses-pengolahan-nikel-di-ltigtsmelterltigt-milik-
vale