Anda di halaman 1dari 56

Nikel merupakan salah satu jenis unsur kimia yang berbentuk metal dan biasanya ditambang

di daerah daerah tertentu. nikel sendiri memiliki nomor atom 28 yaang saat ini dalam tabel
periodic unsur dilambangkan dengan Ni. Walaupun merupakan salah satu unsur metal,
namun nikel asli yang baru ditambang memiliki sifat lembek dan dapat dibentuk. Biasanya
nikel diolah dengan cara dipadukan dan dicampurkan dengan logam lain, seperti besi dan
krom. Nikel memiliki wana putih keperakan dan dapat ditempa. Manfaat nikel bagi manusia
dalam menunjang kehidupan sehari harinya sangat banyak.

Nikel sendiri merupakan salah satu elemen yang membentuk inti bumi. Diketahui sebanyak
10% inti bumi terbbentuk dari nikel. Karena merupakan salah satu unsur pembentuk inti
bumi, maka nikel cukup sulit ditemui dan ditambang. Biasanya nikel yang ditambang berasal
dari larutan nikel yang berada di laut, dengan kisaran jumlah sekitar 8 juta ton.

Berikut ini adalah beberapa fakta umum dari nikel :

Nama : Nikel / Nickel


Lambang : Ni
Nomor atom : 28
Massa Atom : 58.71 gr/mol
Kepadatan : 8.9 gr / cm3
Titik lebur : 1453 C
Titik Didih : 2913 C
Isotop : 10
Penemu : Alex Constedt

Nikel sendiri di dunia memiliki banyak manfaat dan kegunaan, terutama dalam bidang
industri baja dan kebutuhan hidup sehari hari.

Apa saja manfaat dan penggunaan dari nikel?

Manfaat nikel dalam kehidupan sehari hari cukup banyak bagi manusia, setidaknya ada
berbagai industri yang menggunakan nikel sebagai bahan dasarnya. Berikut ini adalah
beberapa manfaat dan penggunaan dari unsur nikel :

1. Sebagai bahan campuran dalam pembuatan stainless steel


Besi biasa atau steel memiliki kecenderungan yang mudah mengalami karat atau stain ketika
mengalami proses osidasi, seperti trkena air ataupun udara. Dengan menggunakan campura
nikel dan juga krom, maka terciptalah jenis besi yang tahan akan karat, yaitu stainless steel.
Stainless steel merupakan jenis besi anti karat yang sudah sangat populer dan banyak
digunakan dalm industry industry penyedia barang. Berikut ini beberapa benda dan hasil
produksi dari stainless steel yang akrab dalam kehidupan kita sehari hari :

Peralatan makan, seperti sendok, garpu dan sumpit


Pembuatan knalpot motor dan mobil
Rantai jam tangan
Besi besi pada konstruksi bangunan
Peralatan sanitasi, seperti kran air dan shower.

2. Campuran pada besi baja

Beberapa jenis besi baja juga melibatkan nikel dalam pembuatan campurannya. Biasanya besi
baja yang memiliki campuran nikel memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan besi
baja yang dicampu alumunium. Selain tiu besi baja yang dicampur nikel juga memiliki
ketahan terhadap karat yang lebih baik dibandingkan besi baja murni, walaupun tidak sebaik
stainless steel. Berikut ini beberapa aplikasi dari besi baja dalam kehidupan sehari hari

Sebagai pembuatan konstruksi jembatan, jalan laying, dan gedung


Sebagai rel kereta

3. Pembuatan koin

Biasanya mata uang suatu Negara memiliki 2 jenis,yaitu dalam bentuk kertas dan bentuk
koin. Mata uang yang memiliki bentuk koin dibuat dengan menggunakan bahan dasar yang
dicampur dengan unsur nikel. Hal ini dapat membuat uang koin atau yang biasa dikenal
dengan istilah uang logam memiliki daya tahan terhadap karat, dan juga memiliki tekstur
yang mengkilap.

4. Aplikasi nikel dalam dunia otomotif dan variasi

Apabila anda seorang pegiat dan orang yang hobi dengan dunia otomotif, pasti sudah cukup
akrab dengan nikel sebagai salah satu pemanis kendaraan. Biasa nikel dan krom dapat
menjadi bahan lapisan tambahan pada part part otomotif agar menjadi lebih kinclong dan
menarik. Lapisan ini biasanya selain dapat mencegah munculnya karat, dapat juga menjaga
kualitar part agar tidak cepat rusak. Berikut ini adalah beberapa part otomotif yang sering
diaplikasikan campuran nikel dan krom :

Velg
Rangka
Bumper
Knalpot
Bagian bagian kecil, seperti pijakan kaki, handle rem dan spion

5. Bahan baku pembuatan monel.


Apa anda pernah mendengar tentang monel? Monel merupakan salah satu jenis logam yang
merupakan campuran dari nikel dan tembaga. Hal ini dapat menghasilkan logam yang keras
dan kuat, tahan terhadap karat, namun dengan harga yang relative lebih terjangkau
dibandingkan jenis besi yang full stainless. Biasanya, monel ini dipergunakan sebagai :

Baling baling pada kapal laut


Sebagai aksesoris, seperti lionting, rantai kalng, gelang, dan cincin

6. Kawat

Sifat nikel yang mudah dibentuk membuat unsur ini dapat dibentuk menjadi kawat. Kawat
yang dihasilkan oleh nikel ini memiliki ketahanan yang baik, dan juga memiliki sifat yang
anti karat. Biasanya kawat yang dibuat dari bahan dasar nikel ini dipergunakan pada turbin
mesin jet.

7. Melapisi senjata

Dengan sifatnya yang kuat dan anti karat, nikel juga sering dimanfaatkan sebagai pelapis dari
berbagai jennies senjata yang diprodoksi di pabriknya. Dengan menambahkan lapisan nikel
pada senjata, maka kalitas senjata akan bertambah baik, karena menjadi lebih kuat dan tahan
karat serta tidak mudah mengalami korosi.

8. Menjadi katalis

Nikel juga dimanfaatkan sebagai katalis, ang dapat membuat minyak sayur mengalami
hidrogenasi sehingga berubah bentuk menjadi bentuk padat

9. Plating

Beberapa metode plating atau metoe penyolderan menggunakan bantuan nikel untuk
mlaksanakannya. Nikel memiliki sifat yang mudah melebur, dan dapat melapisi dengan baik,
sehingga beberapa komponen elektronik juga mengandalkan nikel dalam melakukan plating
atau pelapisannya.

10. Baterai isi ulang

Pemanfaatan lain dari nikel adalah sebagai bahan dasar dari bateai yang dapat diisi ulang,
alias rechargeable battery. Biasanya baterai yang memilikki bahan dasar nikel ini adalah
baterai aki ataupun baterai kecil yang biasa kita gunakan sehari hari.

Walaupun memiliki banyak manfaat, namun demikian terlalu banyak terkontaminasi dengan
unsur nikel dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti :

1. Kemungkinan mengalami gejala penyakit paru paru


2. Sakit kepala dan pusing
3. Asma
4. Gangguan jantung

Itulah beberapa manfaat nikel yang ada di bumi. Semoga artikel ini bermanfaat
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor
atom 28.

Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika
dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang
keras.

Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen
rumah dan gedung, serta komponen industri.

Daftar isi
1 Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Nikel
o 1.1 Kominusi
o 1.2 Sizing
1.2.1 Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
1.2.2 Klasifikasi (Classification)
o 1.3 Pengeringan (Drying)
o 1.4 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
o 1.5 Peleburan di Tanur Listrik
o 1.6 Pengkayaan di Tanur Pemurni
o 1.7 Granulasi dan Pengemasan
2 Lihat pula
3 Referensi
4 Pranala luar

Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Nikel


Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya
kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan
menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara
komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang
menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di
Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia.

Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga tahapan proses,
yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan pengolahan ini
bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak
berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan dihasilkan
konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode yang dipakai
bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu
sendiri. Nikel merupakan logam berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat antin karat,
bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak
baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga. Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik lebur
14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut
dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan
asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.

Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida dan
mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing
mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam
bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).

Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu Saprolit
dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah
kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah
dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade
Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai
kadar Ni. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel
melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.

Kominusi

Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih
kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral
pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut :

1. Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini
bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari
tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm)
menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang digunakan
pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain :
o Jaw crusher
o Gyratory crusher
o Cone crusher
o Roll crusher
o Impact crusher
o Rotary breaker
o Hammer mill
2. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang
diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga,
Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang
memenuhi persyaratan proses.

Sizing

Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran yang
dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan berdasarkan
ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara lain :

Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)


Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan
penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk dari proses
pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :

Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).


Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain :

Hand sieve
Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
Sieve shaker / rotap
Wet and dry sieving

Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain :

Stationary grizzly
Roll grizzly
Sieve bend
Revolving screen
Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
Shaking screen
Rotary shifter

Klasifikasi (Classification)

Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya dalam


suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut classifier.
Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:

Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.
Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar)
disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :

Partition concept
Tapping concept
Rein concept

Pengeringan (Drying)

Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat
dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang dipakai ada
bermacam-macam, yaitu antara lain:

1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai
oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
o tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 1000).
o rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.

Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan
di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel
oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi
pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang.
Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 7000oC.

Peleburan di Tanur Listrik

Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag.
Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan
kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan.
Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag.
Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui
balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarkan berat jenisnya. Slag kemudian
diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

Pengkayaan di Tanur Pemurni

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75
persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni /
converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur
pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida
dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi
mudah untuk dipisahkan.

Granulasi dan Pengemasan

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor
setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin
yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan
siap dikemas
I. Nikel
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi
ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh
secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah
daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel
ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah
yang terletak di atas batuan basa. Di indonesia, tempat ditemukan nikel adalah
Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai berhubungan erat
dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri,
melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah
garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton
danWilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan
industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai,
elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik
bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom),
kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi lain
(Gerberding J.L., 2005).

I. Tambang Nikel di Indonesia


Tambang Nikel di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Maluku, Papua,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Di alam, proses penambangan nikel dimulai dengan mengupas tanah
permukaan (10-20meter) kemudian dibuang ketempat tertentu atau digunakan untuk
menutup lokasi purnatambang. Lapisan tanah mengandung nikel berkadar tinggi
selanjutnya diambil dengan menggunakan alat mekanis atau non mekanis dan
diangkut untuk diolah di pabrik dan sebagaianditimbun di sekitar wilayah perairan
pesisir untuk selanjutnya dalam bentuk mentah di ekspor keluar negeri. Nikel
terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan arsenikdalam
galian nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam (nikel glance). Nikel
juga terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina dalam batuan ultrabasa.
Terdapat dua jenisendapan nikel, yaitu sebagai hasil konsentrasi residu silika dan
pada proses pelapukan batuanbeku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga
sulfida, yang biasanya berasosiasi denganpirit, pirotit, dan kalkopirit.
Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel misalnya
nikelamonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada
kondisi aerob dan pH< 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida,
karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada
kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut(Moore, 1990dalam Effendi, 2003). Di
muara sungai, nikel menunjukan konsentrasi yang semakin meningkat dengan
peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat
kekeruhan yang tinggi terjadi karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada
dimuara sungai dan proses resuspensi.

II. Sifat-Sifat Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik.
Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang
sangat berharga.

a. Ciri-Ciri Fisik

Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki massa jenis sekitar
8,908 g/cm3 serta massa jenis cair saat melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik
lebur dari Nikel adalah 1455oC, sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor
peleburan Nikel adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan kalor penguapan Nikel adalah
377,5 kJ/mol, dan kapasitas kalor saat suhu ruang adalah 26,07 J/(molK).

III. Manfaat dan Penggunaan Nikel

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti :


pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,
aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga
gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu
listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L.,
2005)

IV. Paduan Nikel

Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan
unsur paduan utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan
korosi. Yang biasanya digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan
berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel digunakan pada aplikasi
temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket, dan pembangkit listrik tenaga
nuklir), dalam penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia, koin, dan
dalam perangkat kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat magnetik, paduan nikel
juga digunakan dalam aplikasi elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan
utama nikel yaitu sebagai logam untuk electroplating dari part untuk permukaannya
dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi dan keausan. Paduan nikel
memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur tinggi. Pemaduan unsur
nikel kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat paduan nikel dalam mesin, pembentuk,
casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.
Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang
berbeda, telah dikembangkan .Meskipun nama dagang masih digunakan secara
umum, paduan nikel sekarang diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N. Jadi,
hastelloy G yang sekarang adalah N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga.
Inconel adalah paduan nikel-kromium dengan tegangan tarik hingga 1400 MPa.

Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi yang baik dan


kekuatan tinggi pada suhu yang tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium, dan besi)
memiliki ketahanan listrik tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan
digunakan untuk elemen pemanas listrik. Invar dan kovar (paduan besi dan nikel)
memiliki sensitivitas yang relatif pada suhu rendah

Superalloy
Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi, oleh karena itu,
mereka juga dikenal sebagai paduan tahan suhu panas atau tinggi. Superaloy
umumnya memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi, kelelahan mekanis dan
termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi pada temperatur tinggi.
Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk mesin jet dan turbin gas. Aplikasi lain
mesin torak, mesin roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam, nuklir,
kimia, dan industri petrokimia. Secara umum, superalloy diidentifikasi dengan nama
dagang atau sistem penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai
bentuk. Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu maksimum sekitar 1000 o C
dalam aplikasi struktural. Suhu dapat setinggi 1.200 o C untuk komponen bantalan
non beban.

Superaloy terdiri dari berbasis besi, berbasis kobalt, atau berbasis nikel:
Superalloy berbasis Besi pada umumnya mengandung 32-67% Fe, dari 15
sampai dengan 22% Cr, dan 9-38% Ni. Paduan umum dalam kelompok ini adalah
seri incoloy.
Superalloy berbasis Cobalt pada umumnya mengandung 35-65% Co, dari 19
menjadi 30% Cr, dan naik 35% Ni. Superalloy ini tidak sekuat superalloy berbasis
nikel, tetapi mereka mampu mempertahankan kekuatan mereka pada suhu yang
lebih tinggi.
Superalloy berbasis Nikel adalah yang paling umum dari superalloy, dan mereka
tersedia dalam berbagai macam komposisi (tabel 6.9). komposisi nikel adalah 38-
76%. Mereka juga mengandung 27% Cr dan 20% paduan Co. Biasanya paduan
dalam kelompok ini adalah Hastelloys, Inconel, Nimonic, Rene, udimet, astroloy, dan
seri waspaloy.

Stainless Steel

Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat
tinggi di berbagai kondisi lingkungan. Nikel digunakan sebagai unsur penstabil
austenit, yang berarti penambahan nikel pada besi paduan mempromosikan
perubahan struktur kristal dari bcc (ferritic) ke fcc (austenitic). Jadi nikel digunakan
untuk menaikkan kekuatan, memperbaiki sifat kelelahan dan meningkatkan keuletan
besi.

Penambahan nikel menunda pembentukan fasa intermetalik yang merusak


pada austenitic ss tetapi nikel kurang efektif dibanding nitrogen pada DSS. Sruktur
fcc membuat austenitic stainless steels memiliki ketangguhan tinggi. Kehadirannya
dari sekitar setengah struktur mikro duplex meningkatkan ketangguhan duplex
dibanding Ferritic SS.

Copper-Nikel-Silikon Alloys

Nickel Silicon Bronze Alloys, which is an age-hardening alloy, higher alloyed


in comparison with CuNi1.5Si, for current-carrying formed parts. It has an a-structure
with very fine precipitations and recommends itself both for lead frames which
require a high rigidity of the pins and for connector with high demands on the
electrical conductivity, strength and relaxation behavior. In addition, the CuNi2Si can
also be used for current-carrying formed parts and contact springs due to its good
fatigue strength, forming and spring properties.(ecplaza.com,2010)
Jika Nikel dan Silikon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nikel dan 1
bagian Silikon dipadukan di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur tinggi maka
akan terbentuk sebuah unsur yang disebut Nikel Silicide (Ni2Si) dan pada
Temperatur rendah paduan ini akan sesuai untuk pengendapan dalam perlakuan
panas, dimana proses pelarutan akan diperoleh dalam proses Quenching dari
Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan ulet,
kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemanasan pada Temperatur 450 0C
maka akan meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut.
Persentase kadar Nikel dan Silikon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat yang
dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1 % hingga 3 % . Paduan Tembaga
Sehingga akan memiliki sifat Thermal dan electrical Conductivity yang baik dan
tahan terhadap pembentukan kulit dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat
mekaniknya pada Temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Nikel Silver

Nickel silver,also known as German


silver, paktong, newsilver or alpacca (or alpaca), is a copper alloy with nickel and
often zinc. The usual formulation is 60% copper, 20% nickel and 20% zinc.
(wikipedia.org,2010)
Nikel Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver, penamaan ini
dikarenakan penampilan dari paduan ini menyerupai silver. Komposisinya terdiri
atas Copper, Nikel dan Seng (Zinc). Semua paduan dari jenis ini dapat dikerjakan
atau dibentuk dengan pengejaan dingin (cold working), akan tetapi dengan
meminimalkan tingkat kemurniannya paduan ini juga memungkinkan untuk
pengerjaan panas (hot working). Nikel Silver mengandung kadar Tembaga antara 55
% sampai 68 % dan paduan dengan kadar Nikel antara 10 % hingga 30 % banyak
digunakan dalam pembuatan sendok dan garpu. Paduan yang dibuat dalam bentuk
plat dengan type EPNS sebagai derajat kesatu dengan kadar Nikel 18 % digunakan
sebagai bahan pegas pada kontaktor peralatan listrik.

V. Bahaya Toksik Nikel


Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok
logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm 3 (Hutagalung et
al., 1992). Logam beratadalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari
5 gr/cm3, terletak di sudut kananbawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomoratom 22 sampai 92 dari perioda 4
sampai 7 (Miettinen, 1977). Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan
logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan
menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi
dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran
yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel (Manahan, 1977).
Di perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak
terlarut. Logamberat terlarut adalah logam yang membentuk senyawa kompleks
dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut
merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal
yang teradsorbsi pada partikelpartikel yang tersuspensi.
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi,
logam beratdapat dibagi dalam dua jenis.Pertama, logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalamjumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam
berat ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis
kedua, logam berat tidak esensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,seperti
Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Connel dan Miller 1995).
Logam berat umumnya ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur
lain, dan sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi
suhu kamar tidak selaluberbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair. Logam
berat di perairan memiliki sifat konserfatif dan nonkonservatif. Sifat konservatif
menunjukan kestabilan konsentrasi suatu komponen, hal ini berarti bahwa
konsentrasi suatu komponen cenderung tetap dan tidakterpengaruh dengan proses-
proses fisik dan biologi yang ada di perairan, ditunjukkan dengan proses pergerakan
(removal), peningkatan konsentrasi (addition), dan pergerakan sekaligus
peningkatan konsetrasi (removal dan addition) (Hutagalung dan Razak, 1992).
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan
haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota (Darmono, 1995).
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat ataudaya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri
(Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt
(Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas
logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan
adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ >
Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (1990) sifat toksisitas logam beratdapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu :
a. Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn)
b. Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co)
c. Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).
Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 0,003 mg/liter (Scoullos
danHatzianestis, 1989,in Moore,1990in Effendi 2003); sedangkan pada perairan laut
berkisarantara 0,005 0,007 mg/liter (Mc Neely et al., 1979).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap
kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Hal ini berkaitandengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997;
Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan
dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari
konsentrasi logam dalam air
4. Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali
logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber
pencemar potensial dalamskala waktu tertentu
Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya
dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses
yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang
mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH
dan padatan tersuspensi total atau seston.
Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam
jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, Yaitu :
menyebabkan kanker paru-paru,kanker hidung, kanker pangkal tenggorokan dan
kanker prostat, merusak fungsi ginjal,meyebabkan kehilangan keseimbangan,
menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran cacat,menyebabkan penyekit asma
dan bronkitis kronis serta merusak hati.
Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di
tanah berpasir merusak tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat
pertumbuhan algae. Lebih lanjut dikatakan bahwa nikel juga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, tetapimereka biasanya mengembangkan perlawanan
terhadap nikel setelah beberapa saat. Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik
bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain(Blaylock dan
Frank, 1979)
Makalah tentang Nikel

BAB I
a. Sejarah Nikel

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat
mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari
pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel.

Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan
dalam mineral pentlandit dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
Gambar 1. Nikel butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel
biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Di indonesia, tempat
ditemukan nikel adalah Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit tu
sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah
garnerit.

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam berwarna
putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat
tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan
sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton danWilkinson, 1989). Nikel digunakan
dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti pelindung baja (stainless steel),
pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai
fungsi lain .

b. Beberapa Sifat sifat pada Nikel :

1. Sifat Mekanik

Seperti halnya dengan logam yang lain nikel mempunyai sifat yang sangat khusus
Keras
kekuatan tarik cukup tinggi (50 kp/mm2 )

Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat
berharga.

2. Sifat Fisik
Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki
Massa Jenis :
Electrical Conductivity : 14.6 x 106
Thermal Conductivity : 90.7
Titik Lebur : 1455C
Titik Didih : 2913C
Warna : Berkilau dan Perak dengan Semburat Emas

3. Sifat Kimia
Tahan Korosi
( sedikit ) Ferromagnetik

4. Sifat Teknologi
Mampu Tempa
Dapat di solder
Mudah di poles

BAB II
a. Kegunaan

Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan alloy lain
yang bersifat tahan korosi, seperti Invar, Monel , Inconel , dan Hastelloys . Alloy tembaga-
nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses penghilangan
garam untuk mengubah air laut menjadi air segar.Nikel, digunakan untuk membuat uang
koin,dan baja nikel untuk melapisi senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang
sangat halus, digunakan sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur
(menjadikannya padat). Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan
baterai penyimpanan Edison . Bijih nikel dialam semesta digolongkan dalam dua jenis, yaitu:
bijih nikel sulfida berada didaerah subtropis, dan bijih nikel oksida yang lazimnya disebut
laterit berada didaerah khatulistiwa. Cadangan bijih nikel dunia sekitar 61 % berupa laterit
sedangkan kebutuhan nikel dunia yang berasal dari laterit sekitar 40 %. Indonesia yang
memiliki cadangan bijih nikel nomor dua (2) di dunia dan sampai tahun 1999 memasok
kebutuhan nikel dunia sekitar 7 %, mempunyai peran strategis untuk pemanfaatan laterit
untuk memasok kebutuhan nikel dunia.

Karena sumber daya alam laterit yang berlimpah maka negara-negara besar terutama
yang bergabung dalam G8 sangat berminat untuk mengeksploitasi laterit di Indonesia,
diantaranya Amerika Serikat (USA) melalui PT Pasific Nickel pada tahun 1970-an, Canada
melalui PT INCO pada tahun 1970-an, Jepang mengimpor saprolit untuk bahan baku ferro
nikel (FeNi), dan Canada melalui PT Weda Bay Nickel (WBN) pada tahun 1998. Karenan PT
Pasific Nickel sampai saat ini tidak merealisasi maka pemerintah RI mengalihkan kepada PT
BHP Australia pada tahun 1990-an untuk mengeksploitasi laterit di pulau Gag-Papua.
Demikian juga dengan WBN yang ditunda walaupun menurut rencana pada tahun 2003 mulai
melakukan aktifitas penambangan, dan pada tahun 2004 mulai memproduksi NiS di Weda
Halmahera untuk memasok 10 % kebutuhan nikel dunia. Sejak maret 2006, WBN telah
berpindah kepemilikan ke ERAMET Perancis. Berdasarkan uraian singkat diatas, dalam
tulisan ini akan dikaji sampai sejauh mana potensi laterit yang telah dimanfaatkan, dan
bagaimana prospeknya kedepan untuk laterit yang belum dimanfaatkan.

b. Proses Pengolahan Nikel

Gambar 2.0 Ferronickel Process

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan
bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap
pemisahan dan tahap dewatering.
Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk Membebaskan
mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), Memisahkan mineral berharga dari
pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi
ukuran), Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar
bijih mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga, Menurunkan
kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan
mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan,
Mengurangi ongkos / biaya peleburan, serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada
saat peleburan.

Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km.
Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.

Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka dengan


tahapan sebagai berikut:

1. Pemboran

pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.

2. Pembersihan dan pengupasan

lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.

3. Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke tempat
pengolahan.Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel
loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan
nickel. Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi beberapa tahapan proses utama
Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel
melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.

1. Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini
hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak
dibutuhkan grinder.

2. Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)

Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder
ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt conveyor
menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan
bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air
dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian
dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).

3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi


Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian
nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang
tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena
itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta
mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih
dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan
ratio tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan
operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan
pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi
reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah
belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700C

4. Peleburan di Tanur Listrik

Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte
dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur
dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat
penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte
dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air
melalui balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag
kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

5. Pengkayaan

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi
di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur
pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka.

6. Granulasi dan Pengemasan

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan dan siap dikemas.

Gambar 2.1 Batangan


Nikel

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmuteknik.info/2011/07/nikel.html
http://angghajuner.blogspot.com/2011/10/makalah-nikel.html
http://describe-kyvlan.blogspot.com/2013/03/sifat-fisik-sifat-teknologi-dan-sifat.html
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstraksi metalurgi adalah praktek menghapus logam berharga dari sebuah bijih
dan pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni. Metalurgi adalah
seni dan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan logam dari bijihnya dan pembuatan
logam menjadi berbagai produk. Ruang lingkup metalurgi terbagi menjadi dua bagian
yaitu mineral processing dan metal processing. Mineral processing yaitu perlakuan bijih
untuk mendapatkan logam atau konsentrat mineral. Sedangkan metal processing yaitu
pembuatan produk dari logam.
Adapun proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara
lain adalah pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan padatemperatur tinggi),
hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah
dengan cara pelindian dengan media cairan), dan electrometalurgy (proses ekstraksi yang
melibatkan penerapan prinsip elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada
temperatur tinggi).
Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu Nickel
yang merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
I-1

Adapun sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat
antin karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Spesifik gravity nya 8,902
dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik
oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam
hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk
kristal tunggal.
I-2

Batuan ultra basa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt, peridotit dan norit.
Endapan nickel tembaga sulfide dihasilkan dari pemisahan lelehan sulfida oksida dari lelehan
silikat bersulfur pada sebelum, selama atau sesudah proses alihan pada suhu diatas 9000C,
mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8. mineral lainnya antara lain nikolit (NiAs),
skuterudit (Co, Fe, Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4)
Di indonesia endapan Bijih Nickel banyak terdapat didaerah sulawesi. Bijih Nickel
berbeda dengan bahan tambang lainnya dikarenakan Bijih Nickel tidak dapat diketahui
secara Spontanitas dengan pengamatan mata biasa, Oleh kaerna itu diperlukan penelitian
serta pengamatan di ruang Khusus.

1.2. Tujuan Makalah


Tujuan darri makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan secara umum
mengenai Proses Pengolahan Bijih Nickel.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II-1

2.1 Ekstraksi Metalurgi


Ekstraksi metalurgi adalah praktek menghapus logam berharga dari sebuah bijih
dan pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni.
Metalurgi adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan logam dari
bijihnya dan pembuatan logam menjadi berbagai produk. Ruang lingkup metalurgi
terbagi menjadi dua bagian yaitu mineral processing dan metal processing. Mineral
processing yaitu perlakuan bijih untuk mendapatkan logam atau konsentrat mineral.
Sedangkan metal processing yaitu pembuatan produk dari logam
Proses mineral dibedakan menjadi dua kegiatan. Pertama ada yang disebut mineral
dressing atau beneficiation dan yang kedua disebut metalurgi ekstraksi. Perbedaan
keduanya, yaitu beneficiation dilakukan pada temperatur dan tekanan normal sedangkan
metalurgi ekstraksi biasanya dilakukan pada temperatur tinggi dan kadang-kadang juga
pada tekanan tinggi.

2.2 Dasar Fisika Ekstraksi Metalurgi


Mineral dressing adalah pengolahan mineral secara fisika. Tujuan dari mineral
dressing adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang bagian-
bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses mineral dressing
akan dihasilkan tiga kategori produk yaitu:
a. Konsentrat, dimana logam-logam berharga terkumpul dan dengan demikian kadarnya menjadi
tinggi.
b. Tailing, dimana bahan-bahan tidak berharga (bahan ikutan, gangue mineral) terkumpul.
c. Middling, yang merupakan bahan pertengahan antara konsentrat dan tailing.
II-2

Teknik mineral dressing bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat tergantung pada jenis


bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Pemilihan teknik didasarkan pada
perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih tersebut.
Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam proses mineral dressing di antaranya
adalah antara lain:
a. Konsentrasi gravitasi, Teknik ini memanfaatkan perbedaan berat jenis antara mineral-mineral.
Mineral-mineral dipisahkan dengan peralatan yang berprinsip pada pemisahan berat jenis
seperti jigging, rake classifier, spiral classifier, vibrating table, dll.
b. Flotasi Teknik ini memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral-mineral. Dengan
menambahkan reagen kimia yang bisa membuat permukaan salah satu mineral menjadi
hidrofil sementara bagian reagen itu sendiri memiliki sifat hidrofob, maka mineral
bersangkutan dapat diangkat oleh gelembung yang ditiupkan ke permukaan untuk dipisahkan.
Biasnya mineral-mineral sulfida dipisahkan dengan cara ini.
c. Magnetic Separation Cara ini memanfaatkan sifat magnet dari mineral-mineral. Mineral yang
bersifat feromagnetik dipisahkan dari mineral yang bersifat diamagnetik.Dan teknik-teknik
lainnya, seperti electric separator, dll.
Metalurgi ekstraksi yang terjadi pada proses fisika ini adalah pada bagian mineral
dressing, konsentrat yang mengandung logam berharga dipisahkan dari pengotor (gangue
mineral) yang menyertainya. Sedangkan ilmu extractive metallurgy adalah untuk
memisahkan logam berharga dalam konsentrat dari material lain.
II-3

2.3 Dasar Kimia Ekstraksi Metalurgi


Metalurgi didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi untuk memperoleh sampai
pengolahan logam yang mencakup tahapan dari pengolahan bijih mineral,pemerolehan
(ekstraksi) logam, sampai ke pengolahannya untuk menyesuaikan sifat-sifat dan
perilakunya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pemakaian untuk pembuatan
produk rekayasa tertentu.
Berdasarkan tahapan rangkaian kegiatannya, metalurgi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisika.
Metalurgi ekstraksi yang banyak melibatkan proses-proses kimia, baik yang
temperatur rendah dengan cara pelindian maupun pada temperatur tinggi dengan cara
proses peleburan utuk menghasilkan logam dengan kemurnian tertentu, dinamakan juga
metalurgi kimia. Meskipun sesungguhnya metalurgi kimia itu sendiri mempunyai
pengertian yang luas, antara lain mencakup juga pemaduan logam denagn logam lain atau
logam dengan bahan bukan logam. Beberapa aspek perusakan logam (korosi) dan cara-
cara penanggulangannya, pelapisan logam secara elektrolit,dll.
Adapun proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara
lain adalah pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan padatemperatur tinggi),
hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah
dengan cara pelindian dengan media cairan), dan electrometalurgy (proses ekstraksi yang
melibatkan penerapan prinsip elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada
temperatur tinggi).

2.4 Proses Pirometalurgi

Adapun proses pirometalurgi terbagi atas 5 proses, yaitu antara lain :


1. Drying (Pengeringan)
Adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material. Pengeringan
biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap denganpembakaran gas yang
panas oleh pembakaran bahan bakar fosil. Pada beberapa kasus, panas pada
pengeringan bisa disediakan oleh udara panas gas yang secara tidak langsung
memanaskan.Biasanya suhu pengeringan di atur pada nilai diatas titik didih air sekitar
120oC.pada kasus tertentu, seperti pengeringan air garam yang dapat larut, sushu
pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.
2.
II-4

Calcining (Kalsinasi)
Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi hydrate
seperti ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau dekomposisi kalsium
karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon diosida dan atau besi karbonat menjadi
bsi oksida.Proses kalsinasi membawa dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft
furnace, rotary kilns dan fluidized bed reactor.
3. Roasting (Pemanggangan)
Adalah pemanasan dengan kelebihan udara dimana udara dihembuskan pada
bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia dan pemanasan ini tidak
mencapai titik leleh (didih).
Kegunaan Roasting adalah :
a. Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya
b. Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
c. 2 ZnS + 3O2 2 ZnO + 2 SO4
d. Membentuk material menjadi porous
e. Menguapkan impurity yang foltair.
Adapun jenis-jenis roasting, yaitu antara lain:
a. Oksida Roasting
Biasanya dilakukan terhadap mineral-mineral sulfida pada temperatur
tinggi (direduksi langsung).
b. Reduksi Roasting
Adalah suatu proses pemanggangan dimana suatu oksida mengalami proses
reduksi oleh suatu reduktor gas yang dimaksudkan untuk menurunkan derajat
oksidasi suatu logam. Peristiwa reduksi ini tidak dapat tercapai untuk suatu oksida
yang sangat stabil..
c.
II-5

Chlor Roasting
Dalam proses ini, bijih/konsentrat dipanggang bersama senyawa klorida
(CaCl2,NaCl) atau dengan gas Cl2.
4. Smelting
Adalah proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam meleleh
dan mecair setelah mencapai titik didihnya.
Smelting terbagi beberapa jenis, yaitu antara lain:
a. Reduksi smelting
b. Oksidasi smelting
c. Netral smelting
d. Sementasi smelting
e. Sulfida smelting
f. Presipitasi smelting
g. Flash smelting (peleburan semprot)
h. Ekstraksi timbal dan seng secara simultan.
5. Refining (Pemurnian)
Pemunian adalah pemindahan kotoran dari material dengan proses panas dengan
tujuan agar mendapatkan logam.

BAB III

PROSES PENGOLAHAN NIKEL

3.1. Genesa Pembentukan Bijih Nickel


Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan)
antara besi (ferrum) dan nikel.
Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides)
hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses
magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite,
Lherzolite,Serpentinite, dll.
Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan
batuan (bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine lebih tinggi
dibanding mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar nya kecil sekali
(<0.7%), kandungan dibedrock didominasi oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%),
proses pengkayaaan Ni terjadi karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yg
mudah larut dan punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air
sehingga %Ni yg tinggal di profile jadi tinggi (>2%).
Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan
tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg "gentle"
termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk "mencuci/mengeluarkan" Silica dan
magnesia, jika terlalu terjal hasil pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan
dihasilkan tipis. Kalo terlalu landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang
bagus. Struktur geologi yang intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.
III-2
III-1

GAMBAR 3.1.
LAPISAN PENYUSUN BIJIH NICKEL
Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi) dan
Saprolite (bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite proses pelapukan
sudah sangat lanjut sehingga hampir semua Silica dan magnesia sudah tercuci dan sisa-
sisa struktur/tekstur batuan sudah boleh dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah
jadi tanah), lapisan limonite mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe
sangat suka lingkungan oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana
masih ditemukan sisa-sisa batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat pada zona
saprolite karena Ni lebih stabil di zona reduksi.

3.2. Sifat kimia, Fisika, serta Karakteristik Nikel


1. Sifat kimia Nikel
Adapun sifat-sifat kimia dari nikel yaitu antara lain:
- Pada suhu kamar nikel bereaksi lambat dengan udara.
- Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO.
- B e r e a k s i d e n g a n C l 2 membentuk Klorida (NiCl2).
-
III-3

B e r e a k s i d e n g a n s t e a m H 2O membentuk Oksida NiO.


- Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulfat encer, ya n g
r e a k s i n ya berlangsung lambat.
- Bereaksi dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Ni + HNO3 Ni(NO3)2+ NO + H2O
- Tidak beraksi dengan basa alkali
- B e r e a k s i d e n g a n H 2S menghasilkan endapan hitam.
2. Sifat fisika Nikel
Adapun sifat-sifat fisika dari nikel yaitu antara lain:
- Logam putih keperak-perakan yang berkilat, keras
-Dapat ditempa dan ditarik.
-Feromagnetik
-TL : 1420C, TD : 2900C
3. Karakteristik Nikel
No Karakteristik Keterangan lain
1 Nama Nikel
2 Lambing Ni
3 Nomor atom 28
4 Deret kimia Logam transisi
5 Golongan VIII B
6 Periode 4
7 Blok d
8 Penampilan Kemilau, metalik
9 Massa atom 58,6934(2) g/mol
10 Konfigurasi electron [Ar] 3d8 4s2
11 Jumlah electron tiap kulit 2 8 16 2
3.3. Sumber dan Pembentukan Bijih Nikel.
Adapun mineral-mineral utama pada logam bijih nikel yaitu antara lain :
a. Millerit, NiS
b. Smaltit (Fe,Co,Ni)As
c. Nikolit (Ni)As
d. Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
e. Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O
III-4

Nikel berwujud secara gabungan dengan belerang dalam millerite,


dengana r s e n i k d a l a m g a l i a n n i c c o l i t e , d a n d e n g a n a r s e n i k d a n b e l e r a n g
d a l a m ( n i c k e l glance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina
dalam batuanultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak.
Terdapat dua jenisendapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil
konsentrasi residu silikad a n p a d a p r o s e s p e l a p u k a n b a t u a n b e k u u l t r a b a s a
s e r t a s e b a g a i e n d a p a n n i k e l - tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit,
pirotit, dan kalkopirit.

3.4. Penambangan Nikel


Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik
yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120
km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan
Tenggara.
Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemboran
pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah
guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
2. Pembersihan dan pengupasan
lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat
tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
3. Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke
tempat pengolahan.

3.5. Pengolahan Bijih Nickel


III-5

Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfida dan
mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing
mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam
bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui
yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2
jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit
mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih
Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade
Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar
Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus
digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang
digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan
refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga
menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan
mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang
III-6

terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.

GAMBAR 3.2
KESETIMBANGAN METAL-SLAG
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel
loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses
pengolahan nickel. Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi beberapa tahapan
proses utama (Gambar 3.2.) yaitu :
GAMBAR 3.3

NICKEL PROCESS ILLUSTRATION


III-7

Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader) menuju
ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan nickel. Adapun
tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel melalui beberapa
tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan
Pengemasan.
1. Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral
berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap
ini untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Pengeringan di Tanur Pengering (Drying)
Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder ore
mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt
conveyor menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat
alat pembakar yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak
residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan
sebagian kandungan air dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian
dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).
Dimana drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture
dalam bijih. Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan
dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang
dibuat). Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan gas
panas yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam Hot
Air Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperature sampai 200 C.
GAMBAR 3.4
TANUR PENGERING DAN GUDANG BIJIH KERING
3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
III-8

Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan
di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel
oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi
pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang.
Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC.
III-9

Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih,air kristal
yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan goethite (Fe2O3.H2O).
Proses dekomposisi ini dilakukan dalam Rotary Kiln dengan tempetatur sampai 850 oC
menggunakan pulverized coal secara Counter Current. Reaksi dekomposisi air kristal yang
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:

3MgO.2SiO2.2H2O = 3 MgO + 2 SiO2 + 2 H2O


Reaksi ini terjadi pada temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi
endotermik. Pemanasan lebih lanjut MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite
dan enstatite yang merupakan reaksi eksotermik.
2MgO + SiO2 = 2MgO.SiO2
MgO + SiO2 = MgO.SiO2
b. Goethite
Reaksi dekomposisi dari goethite adalah sebagai berikut:
Fe2O3.H2O = Fe2O3 + H2O

Reaksi ini terjadi pada 260C 330C dan merupakan reaksi endotermik.
Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya didesain
sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp rent,
semua reduksi dilakukan dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan
dalam technology Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara tidak
langsung dalam rotary kiln
III-10

menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan dalam electric
furnace. Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture
sekitar 2% dan siap dilebur dalam electric furnace.

GAMBAR 3.5
TANUR REDUKSI
4. Peleburan di Tanur Listrik (smalting)
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur
pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke
tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase
lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang
didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah
berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan
kendaraan khusus.
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam rangkaian
proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20%
III-11

secara tidak langsung pada temperature sampai 1650 C. Reaksi reduksi langsung yang terjadi
adalah sebagai berikut:

NiO(l) + C(s) = Ni(l) + CO(g)


FeO(l) + C(s) = Fe(l) + CO(g)
Beberapa material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen juga
tereduksi dan menjadi pengotor dalam logam.

SiO2(l) + 2C(s) = Si(l) + 2CO(g)


Cr2O3(l) + 3C(s) = 2Cr(l) + 3CO(g)
P2O5(l) + 5C(s) = 2P(l) + 5CO(g)
3Fe(l) + C(s) = Fe3C(l)
Karbon disupplay dari Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi pada zona
leleh elektroda. CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah dengan CO(g) dari
reaksi boudoard mereduksi NiO dan FeO serta Fe2O3 melalui mekanisme solid-gas
reaction (reaksi tidak langsung):

NiO(s) + CO(g) = Ni(s) + CO2(g)


CoO(s) + CO(g) = Co(s) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g) = Fe(s) + CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(s) + CO2(g)
Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui reaksi tidak
langsung. Sampai di sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan proses sudah bisa
dikatakan selesai.
GAMBAR 3.6
PELEBURAN DITANUR LISTRIK
5. Pengkayaan di Tanur Pemurni (refining)
III-12

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75
persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni /
converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur
pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida
dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi
mudah untuk dipisahkan.
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/memperkecil
kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi. Dilakukannya
proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni
sebagai umpan untuk pembuatan Baja dimana baja yang bagus harus mengandung
Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih
sekitar 0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak diturunkan maka pada proses
pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk menurunkan kandungan sulfur ini.
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2 (S) + S = CaS (S) + 2C (Sat)
Na2CO3 + S + Si = Na2S + (SiO2) + CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2 + CO2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan
pemanasan lagi pasca smelting.
III-13

Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam bagian refining
hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan menurunkan pengotor lain
seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan prosesnya sama hanya saja
reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.

Si (l) + O2 (g) = SiO2 (l) SiO2 (l) + CaO (l) = CaO . SiO2 (l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) CaO (l)+P2O5 (l)= CaO. P2O5 (l)
C(l) + O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)

GAMBAR 3.7
TANUR PEMURNI
6. Granulasi dan Pengemasan
III-14

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor
setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin
yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan
siap dikemas.
GAMBAR 3.8
GRANULASI DAN PENGEMASAN

3.6. Bagan Alir Pengolahan Nikel


III-15

III-8

Dari mekanisme pengolahan nikel di atas dapat dibuat bagan alir pengolahan nikel seperti
pada gambar di bawah ini.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini meliputi :


1. Ekstraksi metalurgi adalah praktek menghapus logam berharga dari sebuah bijih dan
pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni.
2. proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain adalah
pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan padatemperatur tinggi), hydrometalurgy
(proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah dengan cara pelindian
dengan media cairan), dan electrometalurgy (proses ekstraksi yang melibatkan penerapan
prinsip elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada temperatur tinggi).
3.
IV-1

Adapun sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak perakan, ringan, kuat
antin karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Spesifik gravity nya 8,902
dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik
oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam
hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk
kristal tunggal.
4. Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung
nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi
(ferrum) dan nikel.
5.
IV-1

untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen
6.
IV-2

Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel melalui
beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.

4.2. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan yaitu semoga apa yang telah kita pelajari
pada pelajaran Ekstraksi Metalurgi ini dapat kita terapkan dengan kemampuan kita
masing-masing.

PROSES PENGOLAHAN NIKEL

EKSTRAKSI METALURGI

Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah Ekstraksi Metalurgi

Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh

Ariadika Pristiawan (53081002007)

Al Akbar Husaini (53081002029)

Jefri Hansen (53081002045)

Anggreadi Ridho Permana (53081002061)

Anggha Putra Pratama (53081002063)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

2011

PROSES PENGOLAHAN NIKEL


TUGAS EKSTRAKSI METALURGI

Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan

oleh Pembimbing :

Ir. A. Taufik Arief.MS.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang begitu melimpah sehingga Penulis dapat menyelesaikan tulisan ini pada
waktunya.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :


1. Ir. A. Taufik Arief, MS. selaku dosen pengasuh mata kuliah Ekstraksi Metalurgi.
2. Rekan-rekan yang telah membantu penulisan tulisan ini.

Penulis sadar bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat bermanfaat untuk penyempurnaan
tulisan ini.

Akhir kata Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Palembang, Maret 2011 Penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Bates, R.L., 1960. Geology of The Industrial
III Rocks And Minerals, Harper And Raw
Publisher, New York.
Kuzvart, M., 1984. Industrial Minerals And
Rocks, Development in Economic Geology 18, Elsevier, Amsterdam.
_____. 1986-1990. Pengembangn Kapasitas Nasional Sektor Industri. Departemen
Perindustrian.
Power, T., 1985 Limestone Spesifications, Limiting Constrants on The Market, Industrial
Minerals.

R. F. Tylecote (1992) A History of Metallurgy


www.bukukita.com

www.google.com

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

BAB
I. PENDAHULUAN ........................................................................... I-1
1.1 Latar belakang .............................................................................. I-1
1.2 Tujuan penulisan ........................................................................... I-2
II. TINJAUN PUSTAKA......................................................................... II-1
2.1 Ekstraksi Metalurgi......................................................................... II-1
2.2 Dasar Fisika Ekstraksi Metalurgi ................................................... II-1
2.3 Dasar Kimia Ekstraksi Metalurgi.................................................... II-3
2.4 Proses Pyrometalurgi ..................................................................... II-3
III.
iv
PROSES PENGOLAHAN NIKEL.................................................... III-1
3.1 Genesah Pembentukan Bijih Nikel................................................. III-1
3.2 Sifat Kimia, Fisika, Serta Karakteristik Nikel ............................... III-2
3.3 Sumber dan pembentukan Bijih Nikel ........................................... III-4
3.4 Penambangan Nikel ....................................................................... III-4
3.5 Pengolahan Bijih Nikel................................................................... III-5
3.6 Bagan Alir Pengolahan Nikel ........................................................ III-15
IV. PENUTUP............................................................................................ IV-1
4.1 Kesimpulan..................................................................................... IV-1
4.2 Saran............................................................................................... IV-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

IV
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman
3.1. Lapisan Penyusun Bijih Nikel....................................................................... III-2

3.2. Kesetimbangan Metal-Slage......................................................................... III-6

3.3. Nikel Prosess Ilustration............................................................................... III-6

3.4. Tanur Pengering dan Gudang Bijih Kering.................................................. III-8

3.5. Tanur Reduksi............................................................................................... III-10

3.6. Peleburan Ditanur Listrik.............................................................................. III-12

3.7 Tanur Pemurni............................................................................................... III-13

3.8 Granulasi dan Pengemasan........................................................................... III-14


Luwu Timur - PT Vale Indonesia Tbk menjadi salah satu perusahaan produsen nikel
terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki pabrik pemurnian mineral (smelter) yang
mampu memproduksi 240 ton nikel setiap hari.

Melalui kegiatan media visit, detikFinance berkesempatan melihat proses pemurnian nikel
dengan menggunakan smelter di Vale, Kabupaten Luwu Timur, Sorowako, Sulawesi Selatan,
Rabu (27/5/2015). Perusahaan yang beroperasi sejak 1968 itu, memiliki satu smelter yang
dilengkapi dengan 4 unit furnise.

Manager Process Plant Vale Indonesia, Mappaselle menjelaskan, setiap jamnya mereka
mengelola 1.200 ton tanah kering. Dari lump cutter, tanah yang mengandung kadar air 34%,
diolah menggunakan tanur pengeringan hingga kadar yang tersisa sebesar 20%.

"Jadi produk dari sini berupa tanah kering kadar air 34%, keluar untuk masuk ke gudang jadi
20% kadar airnya, lalu terakhir nikelnya 2%. Fungsi tanur pengeringan mengeluarkan
sebagian air. Total yang masuk 1.200 ton per jam," terang Mappaselle.

Selanjutnya, tanah tersebut diolah lagi dengan tanur reduksi (kilen) menggunakan tenaga dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sampai kadar airnya hilang. Dalam proses ini, terjadi
pula pengolahan nikel oksida menjadi nikel metal.

"(Dari) tanur reduksi (kilen) air yang 20 persen hilang sama sekali di sini. Setelah airnya
hilang, perlahan direduksi hasilnya terbentuk kalsain 700 derajat celcius. Di kalsain sebagian
nikel berbentuk nikel metal. Asalnya dari bumi nikel oksida. Ini masih pakai energi minyak,"
sambungnya.

Tahap akhir dari semuanya adalah furnise dengan hasil berbentuk seperti lava panas.
Ditampung dalam satu wadah besar. Nikel matte itu nantinya dimurnikan hingga mencapai
kadar 78% melalui proses konversi. Di dalam granulasi area, converter, and packaging area,
Vale memiliki 4 unit furnise untuk mengeluarkan nikel matte menggunakan oksigen dan besi
panjang.

"Dari peleburan jadinya nikel matte kadarnya 25 persen. Dimurnikan lagi dikonverter jadi 78
persen. Smelter itu dilebur sambil direduksi," kata Mappaselle.

Setelah itu, nikel matte berbentuk pasir hitam siap dimasukkan ke dalam setiap karung
seberat 2.970 kilogram, untuk kemudian diekspor ke perusahaan Jepang, Sumitomo.

"Dalam sebulan itu 2 kali pengiriman (ke Jepang)," pungkasnya


PROSES PENGOLAHAN NIKEL DAN HASILNYA

PROSES PENGOLAHAN NIKEL

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan
bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap
pemisahan dan tahap dewatering.
Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk Membebaskan
mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), Memisahkan mineral berharga dari
pengotornya, Mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi
ukuran), Mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar
bijih mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga, Menurunkan
kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga). Dengan demikian kita akan
mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan,
Mengurangi ongkos / biaya peleburan, serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada
saat peleburan.
Preparasi merupakan proses tahap awal dalam pengolahan bahan galian yang meliputi :

Sampling merupakan pengidentifikasian bahan galian baik sifat fisik, kimia,


kemagnetan, serta kelistrikan dari mineral yang terkandung dalam bahan galian diantaranya
Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian, Kadar masing-masing mineral dalam
bahan galian, Besar ukuran
dan distribusi ukuran, Distribusi mineral-mineralnya, Macam dan tipe ikatan mineral-
mineralnya, Derajat liberasi mineral-mineralnya, Sifat-sifat fisik mineralnya seperti berat
jenis, kemagnetan, konduktivitas listrik, sifat-sfat permukaan mineralnya dan sebagainya.
Genesa Pembentukan Bijih Nickel

Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung
nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi (ferrum)
dan nikel.

Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides) hasil
proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses
magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite, Lherzolite,Serpentinite,
dll.

Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan batuan
(bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine lebih tinggi dibanding
mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar nya kecil sekali (<0.7%),
kandungan dibedrock didominasi oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%), proses
pengkayaaan Ni terjadi karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yg mudah
larut dan punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg
tinggal di profile jadi tinggi (>2%).

Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan tinggi dan
banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg "gentle" termasuk plateua
karena sirkulasi air bagus untuk "mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu
terjal hasil pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo terlalu
landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus. Struktur geologi yang
intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.
LAPISAN PENYUSUN BIJIH NICKEL

Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi) dan Saprolite
(bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite proses pelapukan sudah sangat
lanjut sehingga hampir semua Silica dan magnesia sudah tercuci dan sisa-sisa struktur/tekstur
batuan sudah boleh dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah jadi tanah), lapisan
limonite mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe sangat suka lingkungan
oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana masih ditemukan sisa-sisa
batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat pada zona saprolite karena Ni lebih stabil
di zona reduksi.

Penambangan Nikel

Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km.
Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.

Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka dengan


tahapan sebagai berikut:

1. Pemboran

pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
2. Pembersihan dan pengupasan

lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.

3. Penggalian
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke tempat
pengolahan.
Pengolahan Bijih Nickel

Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader)
menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan nickel.
Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi beberapa tahapan proses utama (Gambar 3.2.)
yaitu :

NICKEL PROCESS ILLUSTRATION

Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel loader)
menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan

proses pengolahan nickel. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses
pengelolahan nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,
peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.
1. Crushing

Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini
hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak
dibutuhkan grinder.

2. Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)

Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder ore
mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt conveyor
menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan
bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air
dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian
dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).

TANUR PENGERING DAN GUDANG BIJIH KERING

3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel
oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan
di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel
oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi
pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang
telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang.
Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC

TANUR REDUKSI

4. Peleburan di Tanur Listrik

Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag.
Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan
kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan.
Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag.
Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui
balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian
diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

PELEBURAN DITANUR LISTRIK

5. Pengkayaan di Tanur Pemurni

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di
atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur
pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat
besi oksida dan membentuk ikatan yang memiliki

TANUR PEMURNI

6. Granulasi dan Pengemasan

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan dan siap dikemas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Nikel

http://bilangapax.blogspot.co.id/2011/02/nikel-dan-paduannya.html

http://arsyadmarzuqi.blogspot.co.id/2016/01/nickel.html

http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/makalah-nikel.html

https://finance.detik.com/energi/2927092/begini-proses-pengolahan-nikel-di-ltigtsmelterltigt-milik-
vale

Anda mungkin juga menyukai