TOKSISITAS NIKEL
Disusun Oleh:
24020117130074
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tosikologi yang diampu oleh:
Departemen Biologi
Universitas Dipnegoro
Semarang
2020
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Nikel (Ni) terbentuk alami pada kerak bumi dan berasal dari sisa fosil hewan dan
tumbuhan yang hidup jutaan tahun yang lalu serta tersebar di lingkungan. Nikel terdapat
dalam campuran arsen, antimony (Sb), oksigen, sulfur, oksida, serta aresenida. Nikel juga
beraliasi dengan besi ( Fe ) dalam sejumlah meteor yang ditemukan, sedangkan bumi
mengandung Ni dalam jumlah cukup banyak. Ni biasanya terbentuk bersama-sama dengan
kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit.
Nikel merupakan komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat
mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari
pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru, Australia,
Cuba, dan Indonesia.
Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya
kupfernickel (nikolit). Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja
tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok dan
peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Kemajuan yang sangat pesat dari teknologi yang diciptakan oleh manusia telah
memberikan banyak kemudahan bagi manusia. Tetapi ternyata kemudian, kemajuan yang
pesat dari teknologi tersebut juga memberikan dampak yang kurang baik dan bahkan sangat
buruk bagi manusia itu sendiri. Bahan – bahan yang merupakan bahan buangan dari industri
berteknologi tinggi tersebut mempunyai daya racun yang kuat dan bahkan dapat
mengakibatkan kematian, bukan saja terhadap tumbuhan dan hewan, tetapi juga manusia.
Buangan industri yang mengandung unsur dan atau senyawa logam berat juga
merupakan toksikan yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun atau toksisitas yang
dimiliki oleh bahan buangan industri memang tidak sama. Toksikan yang sangat berbahaya
umumnya berasal dari buangan industri, terutama industri kima dan industri yang melibatkan
logam berat dalam proses produksinya. Pada umumnya, logam terdapat di alam dalam bentuk
batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara. Macam-macam logam beracun yaitu
raksa/merkuri (Hg), kromium (Cr), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Sn), nikel (Ni),
arsene (As), kobalt (Co), aluminium (Al), besi (Fe), selenium (Se), dan zink (Zn). Dalam hal
ini akan dibahas lebih jauh masalah toksisitas dari logam nikel ( Ni ).
III. Tujuan
PEMBAHASAN
I. Definisi Nikel
Nikel adalah unsur kimia dengan lambang Ni dan nomor atomnya adalah 28.
Nikel termasuk dalam logam transisi yang keras dan ulet. Secara fisik, Nikel tampak
berkilau dengan sedikit warna keperakan. Nikel bersifat ferromagnetik dalam suhu
ruangan. Nikel sangat reaktif dengan oksigen. kondisi ini menyebabkan nikel sangat
langka dalam keadaan murni di bumi ini. Kandungan nikel yang tinggi biasanya
dipastikan berasal dari meteorit. dimana pada saat diluar angkasa, nikel terlindung dari
pengaruh oksigen. Nikel di bumi ini biasanya bercampur dengan besi yang berarti harus
menggunakan proses khusus untuk memurnikan nikel tersebut. Nikel campuran, yang
biasanya bercampur degan besi, memiliki cadangan-cadangan yang bertebaran di pelosok
bumi.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan
mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton danWilkinson, 1988).
Nikel adalah logam berwarna putih perak dengan berat jenis 8,5 dan berat atom
58,71 g/mol. Walaupun reaktif dengan oksigen, nikel tidak mengalami korosi. Kondisi
yang menguntungkan ini membuat nikel digunakan secara luas dalam pengolahan baja.
Baja yang dibuat dengan campuran nikel memiliki tingkat ketahanan korosi yang lebih
tinggi dari baja biasa. Campuran dari nikel, krom, dan besi bahkan menghasilkan baja
tahan karat yang biasa disebut stainless steel. Logam Ni memiliki sifat kuat, dapat
ditempa, serta tahan terhadap karat dan tahan terhadap oksidasi.
II. Keberadaan Nikel
Nikel dan senyawanya tidak memiliki karakteristik bau atau rasa. Nikel terdapat
di udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan. Nikel adalah
komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang
membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung
alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan
pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan
dunia akan nikel. Nikel dapat dengan mudah dijumpai dimana saja, dalam air minum,
makanan, perhiasan, koin, bingkai kacamata, tambalan gigi dan prostesis, kancing,
resleting, alat-alat rumah tangga maupun insektisida.
Sumber utama nikel berasal dari pengikisan batuan yang ada di sungai Nikel di
muara sungai menunjukkan konsentrasi yang semakin meningkat dengan peningkatan
kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi
terjadi karena proses desorbsi dari partikel-partikel yang ada di muara sungai dan proses
tersuspensi. Di perairan, nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel
misalnya nikel amonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air.
7. instalasi proses penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi air segar(dalam
bentuk alloy tembaga-nikel)
9. pelindung tembaga
Nikel dapat bermanfaat bagi tubuh jika membentuk suatu senyawa kompleks.
Senyawa kompleks memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi
senyawa ini meliputi bidang kesehatan, farmasi, industri, dan lingkungan. Senyawa
kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara suatu atom atau
ion logam dengan suatu ligan (ion atau molekul netral). Logam yang dapat membentuk
kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau alkali tanah. Studi
pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena kompleks yang
terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya untuk ekstraksi dan
penanganan keracunan logam berat (Miessler and Tarr : 1991).
IV. Efek Toksik Nikel
Pembuangan limbah yang mengandung Ni mengakibatkan pencemaran Ni pada
tanah, air, dan tanaman. Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/L.
Pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter. Untuk melindungi kehidupan
organisme akuatik, kadar nikel sebaiknya tidak melebihi 0,025 mg/liter. Untuk air minum
< 0,1 mg/L.
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap
kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan
keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari
konsentrasi logam dalam air
4. Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam
yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial
dalam skala waktu tertentu
Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam
air dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami
oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi
konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan
tersuspensi total atau seston.
Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, Nikel cukup berperan
bagi kesehatan tubuh sehingga tubuh dapat memproduksi sel darah
merah dan hemoglobin sintesis. Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi
menstabilisasi struktur asam nukleat dan protein dan sebagai kofaktor berbagai enzim.
Nikel juga berperan mengatur kadar lipid dalam jaringan dan dalam sintesis fosfolipid
juga merupakan nonspesifik aktifator enzim.
Tetapi bila terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk
kesehatan manusia. Pada umumnya orang bisa terpapar Ni di tempat kerja dalam
produksi atau proses yang menggunakan bahan Ni atau bisa juga melalui kontak dengan
perhiasan yang mengandung Ni, stainless steel, serta peralatan masak yang mengandung
Ni atau bahan asam tembakau. Paparan nikel (Ni) bisa terjadi melalui inhalasi, oral, dan
kontak kulit. Manusia pada umumnya mengonsumsi makanan sebesar 150 μg/hari,intake
Ni asal makanan pada orang dewasa rata-rata sebesar 100 – 300 μg/hari.
Paparan akut Ni dosis tinggi melalui inhalasi bisa mengakibatkan kerusakan berat
pada paru-paru dan ginjal serta gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan
diare. Berdasarkan uji toksisitas akut pada hewan, diketahui bahwa tingkat toksisitas
bervariasi dipengaruhi oleh tingkat kelarutan senyawa Ni. Senyawa larut seperti nikel
asetat lebih toksik dibandingkan senyawa Ni yang tidak larut, seperti nickel powder.
Paparan Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala, antara lain
dermatitis nikel berupa eksema (kulit kemerahan, gatal) pada jari-jari, tangan,
pergelangan tangan, serta lengan. Paparan kronis Ni secara inhalasi bisa mengakibatkan
gangguan pada alat pernafasan, berupa asma, penurunan fungsi paru-paru, serta bronkitis.
Paparan inhalasi nikel oksida, nikel subsulfida, nikel sulfat heptahidrat pada
hewan uji bisa mengakibatkan munculnya gangguan paru-paru dan gangguan sistem
imunitas.
Salah satu kasus lainnya adalah. Beberapa lama ini dokter di Inggris
dibingungkan dengan berbagai penderitaan di telinga dan pipi para penduduk, yang
ditandai dengan adanya peradangan pada kulit, dan merupakan tanda adanya alergi.Nikel
adalah logam yang banyak ditemukan di berbagai produk, baik dari HP sampai ke
perhiasan dan bahkan ditemukan juga di kepala ikat pinggang, dan logam ini sangat
sering menimbulkan radang pada kulit akibat kontak, demikian penelitian yang dilakukan
oleh Mayo Clinic di Amerika (Artisita, 2009).
Akibat Paparan Nikel pada handphone Akibat Paparan Nikel pada jam tangan
- Karsinogenitas
Logam nikel dan senyawa nikel merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu
mengandung Ni-sulfida. Ni-subsulfida dapat mengakibatkan kanker paru-paru, kanker
rongga hidung, kanker pita suara, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Nikel
merupakan bahan karsinogenik alat respirasi, terutama bagi pekerja di industri pemurnian
nikel. Pekerja yang terpapar Ni ditempat kerja selama 40 tahun bisa mengalami kanker
paru-paru dan kanker nasal. Para pekerja permurnian Ni di Britain menunjukkan risiko
terkena kanker paru-paru sebesar 5 kali lipat dan risiko 150 kali lipat terkena kanker nasal
dibandingkan penduduk lainnya. Demikian pula di Norwegia, terjadi peningkatan risiko
terkena kanker larink bagi pekerja di pemurnian nikel (Ni), meningkatnya risiko kanker
lambung, sarkoma jaringan lunak bagi pekerja tambang Ni di Uni Soviet, serta
meningkatnya kasus kanker ginjal di antara para pekerja pemurnian Ni di Kanada dan
Norwegia.
The Environtmental Protection Agency (EPA) menetapkan debu nikel murni dan
nikel subsulfida sebagai bahan karsinogen klas A, nikel karbonil sebagai karsinogen klas
B pada manusia, dan garam nikel larut yang tidak bersifat karsinogen. Nikel sulfat bisa
terpapar melalui inhalasi. Sementara itu, Nikel asetat dalam air minum tidak bersifat
karsinogenik pada hewan uji tikus maupun mencit.
EPA menghitung inhalation unit risk pemicu kanker sebesar 2,4 x 10-4 (mg/m3)-1
untuk debu nikel murni di udara. Hitungan itu berdasarkan pada kemampuan bernafas
seseorang setiap hari dengan kadar debu Ni di udara sebesar 0,004 mg/m3 atau kadar
debu Ni mencapai 4 x 10-6 mg/m3 sepanjang hidup manusia sehingga tidak seorang pun
dari satu juta orang yang terserang kanker. Apabila kadar debu nikel udara sebesar 0,04
mg/m3, maka tak seorang pun dari seratus ribu orang yang terserang. Apabila kadar debu
nikel di udara sebesar 0,4 mg/m3, maka tidak seorang pun dari sepuluh ribu orang yang
akan terserang kanker (US Environmental Protection Agency, 2000).
EPA menghitung inhalation unit risk pemicu kanker sebesar 4,8 x 10-4 (mg/m3)-1
untuk nikel subsulfida di udara. Hitungan tersebut terjadi berdasarkan kemampuan
bernafas seseorang setiap hari dengan kadar debu Ni-sulfida di udara sebesar 0,002
mg/m3 atau kadar debu Ni mencapai 2 x 10-6 mg/m3 sepanjang hidup manusia sehingga
tidak seorang pun dari satu juta orang yang terserang kanker. Jika kadar niklel subsulfida
udara sebesar 0,02 mg/m3, maka tidak seorang pun dari seratus ribu orang yang terserang
kanker. Jika kadar debu nikel di udara sebesar 0,2 mg/m3, maka tak seorang pun dari
sepuluh ribu orang terserang kanker (US Environmental Protection Agency, 2000).
Keracunan Nikel
Disekitar kita banyak penyakit yang tak terduga mengancam kesehatan kita.
Beberapa lama ini dokter di Inggris dibingungkan dengan berbagai penderitaan di telinga
dan pipi para penduduk yang ditandai dengan adanya peradangan pada kulit, dan
merupakan tanda adanya alergi. Nikel adalah logam yang banyak ditemukan diberbagai
produk, baik HP sampai ke perhiasan bahkan ditemukan juga di kepala ikat pinggang,
dan logam ini sangat sering menimbulkan radang pada kulit akibat kontak, demikian
yang dilakukan oleh Mayo Clinic di Amerika.
Demikian pula di Norwegia, terjadi peningkatan risiko terkena kanker larink bagi
pekerja di pemurnian nikel (Ni), meningkatnya risiko kanker lambung, sarkoma jaringan
lunak bagi pekerja tambang Ni di Uni Soviet, serta meningkatnya kasus kanker ginjal di
antara para pekerja pemurnian Ni di Kanada dan Norwegia.
BAB III
KESIMPULAN
1. Nikel dan senyawanya tidak memiliki karakteristik bau atau rasa. Nikel terdapat
di udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan. Nikel adalah
komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya.
2. Nikel digunakan sebagai pelapis logam tahan karat, membuat aliasi logam seperti
monel, nikron dan alkino, dan serbuk nikel digunakan sebagai katalis pada
hidrogenasi lemak dalam pembuatan margarine
3. Paparan akut Ni dosis tinggi melalui inhalasi bisa mengakibatkan kerusakan berat
pada paru-paru dan ginjal serta gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah
dan diare. Paparan Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala antara
lain dermatitis nikel berupa eksema ( kulit kemerahan, gatal ) pada jari-jari,
tangan, pergelangan tangan, serta lengan. Paparan kronis Ni , secara inhalasi bisa
mengakibatkan gangguan pada alat pernafasan, berupa asma, penurunan fungsi
paru-paru, serta bronchitis.
4. Metode yang biasa digunakan untuk membersihkan/mengurangi pencemaran
adalah menggunakan tanaman yang disebut fitoremediasi.Tanaman
hiperakumulator Ni mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm.Tanaman jenis
Alyssum sp dan Berkheya sp Sebertia acuminate mampu menyerap nikel (Ni)
hingga lebih dari 2% dari biomassa kering.
5. Pembuangan limbah yang mengandung Ni mengakibatkan pencemaran Ni pada
tanah, air, dan tanaman. Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003
mg/L. Pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter. Untuk
melindungi kehidupan organisme akuatik, kadar nikel sebaiknya tidak melebihi
0,025 mg/liter. Untuk air minum < 0,1 mg/L.
6. Nikel diketahui memiliki peranan penting dalam biologis mikroorganisme dan
tumbuhan. Hal ini dibuktikan bahwa dalam urease ( enzim yang berperan dalam
hidrolisis urea ) mengandung nikel. Tetapi apabila kandungan nikel yang diserap
dalam tubuh berlebih akan menyebabkan gangguan pernafasan, asam, sakit perut,
kidney ( kadar protein berlebih dalam urine), kanker, dan gangguan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA