Anda di halaman 1dari 6

Keracunan Nikel

1. Definisi
Nikel adalah unsur kimia metalik yang memiliki simbol Ni. Nikel mempunyai sifat ta
han karat. Nikel adalah senyawa yang tidak memiliki karateristik bau atau rasa.

2. Dampak terhadap lingkungan dan kesehatan


Penggunaan di bidang Industri

Nikel (Ni) sebagai bahan paduan logam banyak digunakan di berbagai industri logam,
berbagai macam baja, serta electroplating. Untuk mandayagunakan karakteristik logam yang
kuat, tahan tempa, anti-karat, tahan temperature rendah maupun tinggi, nikel banyak digunakan
sebagai campuran baja nirkarat, campuran baja berbasis logam Ni, untuk memproduksi baterai
dan katalis, sebagai bahan campuran kawat las cast iron (besi tuang) karena Ni memiliki
karakteristik low solubility pada karbon (C), nickel screen, yaitu screen pada mesin rotary print
dalam industri printing tekstil, berbagai jenis alloy nikel, koin, industri plumbing, peralatan
listrik, dan stainless stell.
Berbagi macam industri menggunakan bahan baku Ni atau garam nikel, antara lain
industri kimia, industri elektronik, serta industri logam. Berbagai macam jenis produk yang
dihasilkan oleh industri logam berbahan baku Ni, antara lain compact disc (CD), baterai kering
(Ni-MH), pigmen (pewarna) cat, pelapisan permukaan (plating) logam/nonlogam, serta bahan
magnetik. Baterai nikel dalam keadaan padat tahan terhadap udara dan air pada suhu kamar
sehingga Ni sering disepuh sebagai lapisan pelindung.
Nikel dalam kesehatan
(1)Menurut Agency for Toxic Subtances & Disease Registry, Keracunan oleh nikel
juga terdapat dalam tiga bentuk pertama, kontak dengan larutan, larutan agram nikel,
yang terjadi ditempat pengolahan bijih atau galvanisasi, yang megakibatkan
dermatitis. Kedua, oleh karena menghirup persenyawaan Ni carbonyl semacam gas
yang sangat beracun dan dapat mengakibatkan kematian oleh karena
bronchopneumonia hemmoragik. Ketiga penghirupan debu nikel yang menyebeabkan
tumor ganas paru-paru.
Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan pajanan nikel antara lain:

(2)Sistem Saraf Pusat


Sakit kepala, rasa lelah, mual dan muntah.
Delirium, kejang-kejang dan koma dapat terjadi sampai kematian.

Sistem Respirasi
Rhinitis, sinusitis dan anosmia.
Batuk dan mengi pada asma akibat Nikel.
Sakit kepala, rasa lelah, mual dan muntah.
Pada kasus yang berat dapat terjadi Pneumonitis interstitial difuse dengan gejala
demam menggigil batuk, nyeri dada dan sesak nafas.
Merupakan karsinogen saluran pernafasan (kanker sinus dan
kanker paru).

Sistem Integumen
(1)Gangguan kesehatan kulit pada paparan langsung kulit terhadap Nikel dapat
mengakibatkan dermatitis kontak iritan dan kontak alergi. Prevalensi dermatitis
kontak nikel bervariasi di berbagai negara, yaitu 4- 13,1%. Prevalensi pada wanita
lebih tinggi disebabkan kontak dengan alat-alat yang mengandung nikel, seperti
perhiasan, kancing, retsleting dan pengait pada baju, peralatan rumah tangga maupun
dari telepon seluler. Sedangkan pada pria, sebagian besar terpapar pada saat bekerja,
salah satunya pada pekerjaan pelapisan logam yang menggunakan nikel. Dermatitis
kontak Nikel secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya,
terutama mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan penderita seperti mempengaruhi
penampilan penderita maupun menghambat pekerjaannya. Berdasarkan Agency for
Toxic Subtances & Disease Registry, Dermatitis kontak ditemukan pada 15,5% dari
sekitar 75.000 orang yang menjalani patch test dengan Nikel Sulfat (5 % dalam
petrolatum), studi skala yang lebih kecil dilaporkan serupa Frekuensi : 19,1 % dari
542 subyek , 21,2% dari 1,729 subyek, dan 20,13 % dari 3.040 subyek. Dermatitis
kontak lebih sering terjadi pada wanita, khususnya wanita muda, dibandingkan pada
laki-laki atau orang yang lebih tua. Peningkatan prevalensi dapat terjadi karena
riwayat paparan sebelumya dan adanya peningkatan kerentanan kulit terhadap
paparan nikel.

Pada umumnya, orang bisa terpapar Ni di tempat kerja dalam produksi atau proses yang
menggunakan bahan Ni atau bisa juga melalui kontak dengan perhiasan yang mengandung Ni,
stainless steel, serta peralatan masak yang mengandung Ni atau berbahan asam tembakau.
Paparan nikel (Ni) bisa terjadi melalui inhalasi, oral, dan kontak kulit. Reaksi Ni dan
karbonmonoksida (CO) menghasilkan nikel karbonil (Ni[CO]4) yang bisa terurai menjadi Ni
dan CO pada pemanasan 200o C. Proses tersebut merupakan metode yang mudah untuk
pemurnian Ni. Nikel karbonil bersifat lebih toksik dan bisa mengganggu kesehatan masyarakat
dibandingkan senyawa nikel lainnya dikarenakan nikel karbonil berbentuk cairan yang mudah
menguap (volatile liquid) dan banyak digunakan dalam berbagai industri sehingga risiko
manusia terkontaminasi nikel karbonil sangat tinggi. Gejala awal dari paparan Ni(CO)4 berupa
sakit kepala, mual, muntah, epigastrik, sakit dada, yang disertai gejala batuk-batuk, hiperpne,
sianosis, sakit lambung dan usus, serta keadaan lemah. Gejala-gejala tersebut bisa disertai
berbagai gejala demam, leukosistosis, dan pneumonia yang parah, kegagalan pernafasan,
kadang-kadang edema serebral, yang kemudian dapat mengakibatkan kematian. Berdasarkan
hasil autopsi terhadap korban yang meninggal akibat paparan Ni(CO)4, diketahui bahwa kadar
Ni tertinggi adalah di paru-paru selanjutnya dalam jumlah rendah terdapat di ginjal, hati, dan
otak.
Paparan Ni dalam jangka panjang seringkali tidak jelas. Paparan akut Ni berakibat fatal,
terutama terjadinya paparan nikel karbonil. Senyawa Ni paling berbahaya adalah
nikeltetrakarbonil yang mudah menguap bila terinhalasi sehingga menimbulkan edema paru-
paru. Orang yang minum air terkontaminasi nikel sulfat atau nikel klorida akan mengalami
gangguan neurologis. Paparan akut nikel karbonil bisa mengakibatkan fibrosis pulmo atau
edema ginjal.
Paparan akut Ni dosis tinggi melalui inhalasi bisa mengakibatkan kerusakan berat pada
paru-paru dan ginjal serta gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan diare.
Berdasarkan uji toksisitas akut pada hewan, diketahui bahwa tingkat toksisitas bervariasi
dipengaruhi oleh tingkat kelarutan senyawa Ni. Senyawa larut seperti nikel asetat lebih toksik
dibandingkan senyawa Ni yang tidak larut, seperti nickel powder.
Paparan Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala, antara lain dermatitis
nikel berupa eksema (kulit kemerahan, gatal) pada jari-jari, tangan, pergelangan tangan, serta
lengan. Paparan kronis Ni secara inhalasi bisa mengakibatkan gangguan pada alat pernafasan,
berupa asma, penurunan fungsi paru-paru, serta bronkitis.
Paparan inhalasi nikel oksida, nikel subsulfida, nikel sulfat heptahidrat pada hewan uji
bisa mengakibatkan munculnya gangguan paru-paru dan gangguan sistem imunitas.
Tingginya kadar Ni dalam jaringan tubuh manusia bisa mengakibatkan munculnya
berbagai efek samping, yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang bisa mengakibatkan
depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin di bawah normal. Akumulasi Ni pada
pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin.
Konsumsi makanan mengandung Ni 600 g/hari sudah menunjukkan toksisitas pada
manusia (MD’S Choice Inc, 2000).

3. Patofisiologi
kualitas khusus logam nampaknya penting patogenesis alergi logam selain dari
konsentrasi benda metal itu sendiri. Ion nikel yang dilepaskan dari berbagai paduan
alergen kuat atau haptens yang bisa memicu peradangan kulit. Mereka menembus
kulit dan mengaktifkan sel epitel yang menghasilkan berbagai sitokin atau kemokin.
Reaksi mengikuti respon imun kompleks yang melibatkan aktivasi sel penyajian
antigen (APC) dan sel T. Beberapa sitokin mengaktifkan APCs, seperti sel
Langerhans (LCs) atau sel dendritik (DC). APC yang diaktivasi bermigrasi ke
kelenjar getah bening pengeringan dimana mereka menghadirkan alergen atau haptens
ke sel T CD4-positif yang naif. Pemaparan ulang selanjutnya terhadap alergen atau
hapten yang sama akan menyebabkan pengaktifan sel T spesifik hapten, yang
kemudian memasuki aliran darah dan menghasilkan tanda-tanda hipersensitivitas
yang terlihat pada 48 sampai 72 jam setelah paparan alergen atau hapten. Namun,
mekanisme molekuler yang tepat yang menengahi interaksi antara sel epitel dan
kekebalan pada alergi nikel tetap tidak diketahui. (3)

4. Diagnosis
-Anamnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan
terhadap nikel (berapa lama dan seberapa besar intensitasnya)
- Pemeriksaan fisik : Sesuai keluhan
- Pemeriksaan penunjang : pengukuran kadar nikel dalam urin, patch test (bila
diperlukan)
5. Tatalaksana awal
- Pengobatan sesuai dengan gejala yang timbul
- Pada kasus berat diberi Sodium dietil tiokarbamat atau Disulfiram
- Hati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
- Dijauhkan dari pajanan.
6. Pengendalian lingkungan
(1) Nurul Miaratiska dan R.Azizah. 2015. HUBUNGAN PAPARAN NIKEL DENGAN
GANGGUAN KESEHATAN KULIT PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA
PELAPISAN LOGAM DI KABUPATEN SIDOARJO. Perspektif jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol. 1, No. 1 Januari 2015: 25-36
(2) Kemenkes RI. 2012. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Logam Berat. Jakarta
(3) Saito Masako, Arakaki Rieko, Yamada Akiko, et al. 2016. Molecular Mechanisms of
Nickel Allergy. International Journal of Molecular Sciences. Int. J. Mol. Sci. 2016,
17, 202; doi:10.3390/ijms17020202

Anda mungkin juga menyukai