Anda di halaman 1dari 21

GANGGUAN KESEHATAN DAN PENYAKIT KERJA AKIBAT

PERSENYAWAAN LOGAM NIKEL

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah K3

Disusun oleh :
Jarisa Alfi Yuliyanti (17010115)

PROGRAM STUDI S1 REGULER KHUSUS FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI
INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
C. TUJUAN ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. PENYAKIT AKIBAT KERJA..................................................................... 3
B. EFEK NIKEL............................................................................................... 3
C. PENYAKIT KERJA AKIBAT LOGAM NIKEL ........................................ 6
D. CONTOH KASUS AKIBAT PAPARAN NIKEL ................................... 12
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan Makalah Gangguan Kesehatan dan Penyakit Kerja
Akibat Persenyawaan Logam Nikel ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Nanang Hermawan ST selaku Dosen mata kuliah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Makalah ini berisi penjabaran tentang pengertian penyakit kerja,
pengenalan tentang logam nikel ,gangguan kesehatan akibat logam nikel,
serta contoh kasus yang di alami oleh para perkerja yang terpapar logam
nikel.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai gangguan
kesehatan dan penyakit kerja akibat logam nikel. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan
saran dari dosen pengampu, teman-teman maupun mahasiswa/i Sekolah
Tinggi Teknologi dan Industri Farmasi Bogor dan para pembaca makalah
ini.

Bogor, Maret 2018

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Logam secara alami terdapat di alam dan digunakan sebagai
bahan baku berbagai jenis industri yang memproduksi berbagai
kebutuhan manusia. Benda yang berasal dari logam banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari antara lain untuk alat perlengkapan
rumah tangga, memberi warna terang pada perkakas, sebagai pelarut
emas, dan lain-lain.
Dengan meningkatnya industrialisasi dimana banyak yang
menggunakan unsur logam sebagai bahan baku, meningkatkan risiko
terjadinya pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap
kesehatan baik pada manusia, hewan, tanaman. Selain itu pekerja
yang bekerja menggunakan logam atau memproduksi logam sangat
berisiko terjadinya gangguan kesehatan akibat logam tersebut.
Efek toksik dari logam berat dapat menghalangi kerja enzim
yang berakibat mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi,
bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen baik bagi manusia
maupun hewan. Dengan banyaknya masalah kesehatan akibat logam
ini, dokter perlu mengetahui lebih lanjut tentang gejala-gejala yang
timbul akibat logam ini dan penatalaksanaannya sehingga mengurangi
kejadian kecacatan atau kematian.
Pada makalah ini hanya akan dibahas penyakit akibat logam
Nikel (Ni). Logam nikel dapat menyebabkan angguan kesehatan yang
timbul dapat berupa gangguan sistemik, gangguan imunologi,
gangguan neurologis, gangguan reproduksi, gangguan perkembangan,
efek karsinogenik, dan kematian. Nikel dapat masuk ketubuh melalui
jalan oral,inhalasi dan dermal. Makalah ini hanya akan membahas efek
yang akan ditimbulkan jika terapar melalui jalan dermal/kulit yaitu
penyakit Dermatitis kontak alergi

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyeakit akibat kerja ?
2. Bagaimana efek persenyawaan logam nikel jika terpapar pada
pekerja ?
3. Apa yang dimaksud dengan dermatitis ?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian tentang penyakit akibat keja
2. Mengetahui efek persenyawaan loga nikel jika terapar
BAB II PEMBAHASAN
A. PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22
Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan faktor
fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat kerja.
World Health Organization (WHO) membedakan empat kategori
Penyakit Akibat Kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di
antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, misalnya asma.

B. EFEK NIKEL
Industri logam di Indonesia mengalami perkembangan yang
ditandai dengan penggunaan teknologi modern, bahan baku dan
bahan kimia yang beraneka ragam. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam industri memiliki nilai positif salah satunya adalah meningkatkan
kualitas produk. Sedangkan nilai negative yaitu memberi dampak bagi
lingkungan akibat limbah industri yang mengkontaminasi elemen-
elemen lingkungan baik air, tanah, maupun udara (Mukono, 2005).
Limbah hasil industri terdapat dalam bentuk padat, gas maupun
cair yang mengandung senyawa organik dan anorganik dengan jumlah
yang seringkali melebihi nilai ambang batas yang ditentukan. Logam
berat yang dibebaskan oleh proses industri antara lain Alminium (Al),
Antimony (Sb), Cadmium (Cd),Chromium (Cr), Cobalt (Co), Cufrum
(Cu),Ferrum (Fe),Manganese (Mn), Merkuri (Hg), Molybdenum (Mo),
Salenium (Se), Silver (Ag), Tin (Sn), Plumbum (Pb), Vanadium (V) dan
Zinc (Zn) ( Suprihatin,2009 ; Ginting, 2008).
Proses finishing produk logam menggunakan Nikel sebagai
pelapis yang berfungsi untuk memperbaiki sifat logam agar tahan
korosi dan dan memperindah penampilan permukaan logam. Proses
pelapisan logam ini dilakukan dengan teknik elektroplating dengan
Nikel yang bertindak sebagai anoda, sedangkan benda yang dilapisi
tersebut dicelupkan dalam suatu elektrolit yang mengandung Nikel
Sulfat (Suhendro,dkk, 2011).
Nikel merupakan logam berwarna putih keperakan, memiliki
sifat yang apabila digabungkan dengan logam lain dapat membentuk
campuran yang disebut paduan. Nikel Institute menyebutkan bahwa
Nikel dapat ditemukan pada lebih dari 300.000 produk yang untuk
konsumen, industri, militer, transportasi, kedirgantaraan, kelautan, dan
aplikasi arsitektur. Industri yang menggunakan Nikel diantaranya
adalah industri yang memproduksi ponsel, peralatan makan, perhiasan
imitasi, peralatan medis, transportasi, bangunan atau konstruksi,
pembangkit listrik. Perpaduan Nikel dengan stainless steel digunakan
dalam aplikasi peralatan turbin gas dan pabrik kimia. Perpaduan Nikel
dan Besi digunakan dalam elektronik dan rekayasa spesialis,
sedangkan paduan tembaga dannikel digunakan untuk mata uang dan
teknik kelautan. Rekayasa spesialis dari Nikel digunakan pada proses
pelapisan logam menggunakan teknik electroplating dan
elektroforming.
Penggunaan Nikel dalam industry dapat memberikan dampak
buruk jika tidak diperhatikan dengan baik untuk dosis dan
penangannannya. Menurut Agency for Toxic Subtances & Disease
Registry, absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi, oral, dan dermal.
Gangguan kesehatan yang timbul dapat berupa gangguan sistemik,
gangguan imunologi, gangguan neurologis, gangguan reproduksi,
gangguan perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian).
Gangguan tersebut akibat paparan secara akut (14 hari atau kurang),
menengah (15-364 hari), dan kronis (365 hari atau lebih). Paparan
melalui inhalasi dapat menimbulkan terjadinya kematian, efek
sistemiknya dapat menyebabkan gangguan pernapasan, gangguan
kardiovaskular, gangguan gastrointernal, gangguan hematologi,
gangguan pada ginjal, efek pada imunologi dan kelenjar limfe,
gangguan reproduksi, dan kanker. Paparan melalui jalan oral dapat
menyebabkan kematian, efek sistemiknya dapat menyebabkan
gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointernal, gangguan
hematologi, gangguan otot berupa nyeri, gangguan pada hati,
gangguan pada ginjal, gangguan kesehatan kulit dapat berupa
dermatitis, gangguan neurologi. Paparan melalui jalan dermal yaitu
melalui kulit dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Nikel yang
bersifat asam sangat korosif pada kulit serta membran mukasoid
(selaput lendir). Kontak dengan Nikel secara langsung dan terus
menerus pada kulit yang sensitif dapat menyebabkan korengan
(ulkus). Hal ini dapat dipengaruhi oleh riwayat alergi (Hernita,
2011).Paparan Nikel berlangsung lebih cepat meskipun dalam dosis
rendah sehingga dapat menyebabkan kulit gatal dan luka yang tidak
lekas sembuh. Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang berfungsi
sebagai pelindung, penyerap, indera perasa (Djuanda, 2007).
Gangguan kesehatan kulit berupa dermatitis kontak, pada
paparan langsung kulit terhadap Nikel dapat mengakibatkan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergi. Prevalensi dermatitis kontak nikel
bervariasi di berbagai negara, yaitu 4-13,1%. Prevalensi pada wanita
lebih tinggi disebabkan kontak dengan alat-alat yang mengandung
nikel, seperti perhiasan, kancing, retsleting dan pengait pada baju,
peralatan rumah tangga maupun dari telepon seluler. Sedangkan pada
pria, sebagian besar terpapar pada saat bekerja, salah satunya pada
pekerjaan pelapisan logam yang menggunakan nikel (Brown,et.al,
2005). Menurut Dr. Stephen Rothman dalam, pendiri American
Investigative Dermatology, pada tahun 1930 pertama kali
mempublikasikan bahwa nikel adalah salah satu pencetus dermatitis
kontak dan pada tahun 2008 Nikel ditetapkan sebagai “Contact
Allergen of the Year” oleh American Contact Dermatitis Society karena
dianggap sebagai penyebab masalah kesehatan yang signifikan.
Selama beberapa decade terakhir ini, Nikel merupakan penyebab
alergi yang paling sering terdeteksi melalui pemeriksaan uji tempel di
seluruh dunia. Dermatitis kontak Nikel secara signifikan dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, terutama mempengaruhi
gaya hidup dan pekerjaan penderita seperti mempengaruhi
penampilan penderita maupun menghambat pekerjaannya
(Djuanda,2007).
Berdasarkan Agency for Toxic Subtances & Disease Registry,
Dermatitis kontak ditemukan pada 15,5% dari sekitar 75.000 orang
yang menjalani patch test dengan Nikel Sulfat (5 % dalam petrolatum),
studi skala yang lebih kecil dilaporkan serupa Frekuensi : 19,1 % dari
542 subyek , 21,2% dari 1,729 subyek, dan 20,13 % dari 3.040
subyek. Dermatitis kontak lebih sering terjadi pada wanita, khususnya
wanita muda, dibandingkan pada laki-laki atau orang yang lebih tua.
Peningkatan prevalensi dapat terjadi karena riwayat paparan
sebelumya dan adanya peningkatan kerentanan kulit terhadap
paparan nikel. Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan
untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja,
dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami perbaikan baik
dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup
kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan
logam merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk.

C. PENYAKIT KERJA AKIBAT LOGAM NIKEL


1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang
disebabkan oleh faktor eksternal, substansi-substansi partikel yang
berinteraksi dengan kulit (National Occupational Health and Safety
Commision, 2006). Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat
bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2008). jenis dermatitis kontak
yang diakibatkan oleh logam nikel adalah dermatitis kontak alergi. jadi
pada bahasan ini hanya dibahas dermatitis kontak alergi dan
dermatitis kontak akibat kerja

a. Dermatitis kontak akibat kerja


1) Definisi

Dermatitis yang terjadi pada pekerja adalah dermatitis


kontak akibat kerja. Dermatitis kontak akibat kerja didefinisikan
sebagai penyakit kulit dimana pajanan di tempat kerja merupakan
faktor penyebab yang utama serta faktor kontributor. Selain itu
menurut American Medical Association, dermatitis seringkali cukup
digambarkan sebagai peradangan kulit, timbul sebagai turunan
untuk eksim, kontak (infeksi dan alergi) (HSE UK, 2004). Dermatitis
kontak merupakan suatu respon inflamasi dari kulit terhadap
antigen atau iritan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan
rasa malu dan merupakan kelainan kulit yang paling sering pada
para pekerja (Michael, 2005). Menurut Hayakawa (2000) dermatitis
kontak merupakan inflamasi non-alergi pada kulit yang diakibatkan
senyawa yang kontak dengan kulit tersebut, dan menurut Hudyono
(2002) dermatitis kontak adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh
bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme imunologik
(melalui reaksi alergi), maupun non-imunologik (dermatitis kontak
iritan).

2) Etiologi

Salah satu penyebab dari dermatitis kontak akibat kerja yaitu


bahan kimia yang kontak dengan kulit saat melakukan pekerjaan.
Bahan kimia (kontaktan) untuk dapat menyebabkan dermatitis
kontak akibat kerja, pertama harus mengenai kulit kemudian
melewati lapisan permukaan kulit dan kemudian menimbulkan
reaksi yang memudahkan lapisan bawahnya terkena. Lapisan
permukaan kulit ini ketebalannya menyerupai kertas tissue,
mempunyai ketahanan luar biasa untuk dapat ditembus sehingga
disebut lapisan barrier. Lapisan barrier menahan air dan
mengandung air kurang dari 10 % untuk dapat berfungsi secara
baik. Celah diantara lapisan barrier ada kelenjar minyak dan akar
rambut yang terbuka dan merupakan tempat yang mudah ditembus
(HSE UK, 2004).
3) Penegakan dermatitis kontak akibat kerja
Pada dermatitis kontak tidak memiliki gambaran klinis yang
tetap. Untuk menegakkan diagnosis dapat didasarkan pada:
a) Anamnesis, harus dilakukan dengan cermat. Anamnesis
dermatologis terutama mengandung pertanyaan-pertanyaan:
onset dan durasi, fluktuasi, perjalanan gejala-gejala, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat keluarga, pekerjaan dan hobi,
kosmetik yang digunakan, serta terapi yang sedang dijalani.
b) Pemeriksaan klinis, hal pokok dalam pemeriksaan dermatologis
yang baik adalah:
1)) Lokasi dan atau distribusi dari kelainan yang ada.
2)) Karakteristik dari setiap lesi dilihat dari morfologi lesi
(eritema, urtikaria, likenifikasi, perubahan pigmen kulit).
3)) Pemeriksaan lokasi-lokasi sekunder.
4)) Teknik-teknik pemeriksaan khusus dengan patchtest.
Untuk memastikan bahwa dermatitis kontak tersebut akibat kerja,
maka harus ditemukan minimal empat dari tujuh kriteria dibawah ini
a) Apakah gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak
b) Apakah ada paparan terhadap iritan atau alergen kulit yang
potensial pada tempat kerja
c) Apakah distribusi anatomik dari dermatitisnya sesuai dengan
bentuk paparan terhadap kulit dalam hubungannya dengan
tugas pekerjaannya
d) Apakah hubungan waktu antara paparan dan awitannya
sesuai dengan dermatitis kontak
e) Apakah paparan non-pekerjaan telah disingkirkan sebagai
penyebab yang mungkin
f) Apakah menghindari paparan memberikan perbaikan pada
dermatitisnya

b. Dermatitis Kontak Alergi


1) Definisi

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan


oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan
kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi
alergi (National Occupational Health and Safety Commision,
2006).

2) Epidemiologi

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan jumlah


penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit karena hanya
mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun
sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini
dimasyarakat (Djuanda, 2008). Angka kejadian dermatitis kontak
alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat
pekerjaan mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat
kerja (DKAK) (Trihapsoro,2003). Angka kejadian ini sebenarnya
20-50 kali lebih tinggi dari angka kejadian yang dilaporkan
(National Institute of Occupational Safety Hazards,2006).

3) Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen paling


sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-
1000Da yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis
yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat
pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Djuanda,2003). Penyebab
utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami
sensitisasi terhadap tanaman dari genus Toxicodendron misalnya
poisonivy, poisonoak dan poison sumac. Toxicodendron
mengandung urushiol yaitu suatu campuran dari highly antigenic
3-entadecylcathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-
bahan logam), potassium dichromat (semen,pembersih alat-alat
rumah tangga), formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-
obatan), mercaptobenzotiazol (karet), tiuram (fungisida) dan para
fenilen diamin (catrambut, bahan kimia fotografi)
(Trihapsoro,2003).

4) Diagnosis

Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis


kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit
yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel (Trihapsoro,2003).
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya ada kelainan kulit berupa
lesi numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,
likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan
apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami,
serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik)
(Djuanda, 2008).
Pemeriksaan fisik sangat penting karena dengan melihat
lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di
pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh
sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh
permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain
karena sebab-sebab endogen (Djuanda, 2008).
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan
papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan
membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul
pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah
sekitarnya, karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi
dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional akan
sangat membantu penegakan diagnosis (Trihapsoro, 2003).
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh bila
mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di
punggung dapat pula dibagian luar lenganatas. Bahan uji diletakkan
pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh
ditutup dengan bahan impermeabel kemudian direkat dengan plester.
Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72jam dan atau 96
jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi reaksi setelah satu
minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtikaria (Djuanda,
2008).

5) Diagnosis Banding

Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak


menunjukkan gambaran morfologik yang khas dapat menyerupai
dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau
psoriasis. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitis
kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu
dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena
kontak alergi (Djuanda, 2008).

6) Pengobatan

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak


adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen
penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul (Djuanda, 2008).
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada dermatitis kontak alergik akut yang ditandai dengan
eritema, edema, bula atau vesikel serta eksudatif. Umumnya kelainan
kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup
dikompres dengan larutan garam faal. Untuk dermatitis kontak alergik
yang ringan atau dermatitis akut yang telah mereda setelah mendapat
pengobatan kortikosteroid sistemik, cukup diberikan kortikosteroid
topikal (Djuanda, 2008).

7) Prognosis

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik sejauh bahan


kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis numularis atau psoriasis), atau pajanan
dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari (Djuanda, 2008).

D. CONTOH KASUS AKIBAT PAPARAN NIKEL

1. Hubungan Paparan Nikel dengan Gangguan Kesehatan Kulit


Berdasarkan hasil uji Chisquare didapatkan nilai p = 0,001
yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paparan
Nikel dengan gangguan kesehatan kulit.

Tabel diatas menunjukkan bahwa yang terpapar Nikel merupakan


pekerja dengan gangguan kesehatan paling banyak yaitu sebanyak 7
orang pekerja.Berdasarkan Agency for Toxic Subtances & Disease
Registry yang menyatakan bahwa dermatitis kontak ditemukan pada
15,5% dari sekitar 75.000 orang yang menjalani patch test dengan
nikel sulfat (5 % dalam petrolatum). Paparan Nikel terjadi pada
pekerja industri rumah tangga pelapisan logam yang meggunakan
nikel sulfat dalam proses pelapisannya. Pekerja mengalami kontak
langsung dengan Nikel ketika melakukan proses pelapisan dan
proses pembilasan. Kadar Nikel yang terukur pada bak proses
pelapisan adalah sebesar 15,99 mg/l. Kadar nikel yang cukup tinggi
dan adanya faktor yang mempengaruhi yaitu tidak digunakannya
APD, lama kerja per hari yang lebih dari 8 jam serta frekuensi yang
tinggi yaitu 400 kali pencelupan dalam setiap 9 jam kerja
memperparah terjadinya gangguan kesehatan kulit pada pekerja.

2. GANGGUAN KESEHATAN YANG DIALAMI PARA PEKERJA

Gangguan kesehatan kulit yang dialami oleh pekerja di industry


rumah tangga pelapisan logam Karya mandiri dapat dilihat pada

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 4 dari 10 orang pekerja


di industri rumah tangga pelapisan logam Karya Mandiri mengalami
dua keluhan kesehatan kulit sekaligus dan 3 orang diantaranya tidak
mengalami keluhankesehatan kulit apapun. Terdapat empat jenis
keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja yaitu kulit terasa gatal,
kulit kemerahan, kulit terasa perih dan kulit mengelupas. Rasa gatal
dirasakan pada tangan dan badan.
Berdasarkan hal-hal tersebut bahwa setelah kontak dengan
nikel pekerja meraskan gatal pada tangan dan badan serta dari obat
yang dikonsumsi dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan
kulit dan cenderung mengarah pada dermatitis kontak alergi. Karena
jika yang dialami adalah dermatitis kontak iritan maka yang akan
mengalami dermatitis hanya terbatas pada bagian yang kontak
langsung dengan nikel yaitu tangan.
Dr. Stephen Rothman dalam pendiri American Investigative
Dermatology, pada tahun 1930 pertama kali mempublikasikan bahwa
nikel adalah salah satu pencetus dermatitis kontak dan pada tahun
2008 Nikel ditetapkan sebagai “Contact Allergen of the Year” oleh
American Contact Dermatitis Society karena dianggap sebagai
penyebab masalah kesehatan yang signifikan.
Jenis pekerjaan yang berbeda memiliki risiko dan akibat yang
berbeda. Untuk jenis pekerjaan pada industry pelapisan logam yang
menggunakan bahan kimia nikel sebagai pelapis tentu juga memiliki
risiko yaitu terjadinya dermatitis kontak pada pekerja terlebih yang
tidak menggunakan APD secara disiplin. Dermatitis merupakan
sejenis pola reaksi peradangan kulit yang bisa dicetuskan oleh
berbagai faktor. Tanda-tanda klinis yang ada tergantung pada etiologi,
lokasi dan durasinya, yang biasanya terdiri dari eritema, papula,
vesikel. Pada dermatitis akut semua gambaran tersebut dapat
ditemukan. Pada dermatitis kronis didapatkan epidermis yang
menebal dan garis-garis pada permukaan kulit menjadi jelas atau
disebut likenifikasi (Brown,et.al, 2005).
Hasil observasi yang dilakukan oleh perawat, didapatkan 7
orang pekerja yang teridentifikasi tanda klinis berupa papul, eritema,
vesikel dan likenifikasi yang merupakan pekerja dengan lama kerja di
atas 2 tahun.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 6 dari 10 orang pekerja


teridentifikasi memiliki tanda klinis gangguan kesehatan berupa papul
dan eritema. Terdapat 1 orang pekerja yang teridentifikasi memiliki tiga
tanda klinis sekaligus yaitu papul, eritema dan likenifikasi. Gangguan
kesehatan kulit ang dialami pekerja selain adanya kontak langsung
dengan nikel dalam bekerja juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan tersebut. Faktor yang
dapat mempengaruhi antara lain usia, jenis kelamin, lama kerja,
frekuensi kontak, riwayat alergi, kebiasaan menggunakan Alat
Pelindung diri dan personal higiene.

3. TINDAKAN PERBAIKAN

A. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Kebiasaan menggunakan APD adalah salah satu cara yang
efektif untuk menghindarkan pekerja dari kontak langsung dengan
bahan kimia. Pekerja di industri pelapisan logam nikel rentan
bersentuhan dengan bahan kimia sehingga penggunaan APD sangat
penting untuk menghindari adanya gangguan kesehatan dari bahan
kimia di lingkungannya bekerja. Para pekerja di industri rumah tangga
pelapisan logam Karya Mandiri masih sangat rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa 90% pekerja tidak menggunakan APD apapun
dan hanya 10% pekerja yang menggunakan APD berupa sarung
tangan dan masker penutup hidung. Penggunaan APD oleh pekerja
mengganggu kenyamanan dalam bekerja sehingga pekerja jarang
menggunakan APD. Dengan membiasakan diri menggunakan APD
maka kemungkinan para pekerja terpapar lebih rendah, perusahaan
harus lebih mengawasi para pekerja agar selalumenggunakan APD.

B. Personal Higiene
Personal higiene merupakan salah satu faktor yang dapat
mencegah terjadinya dermatitis kontak. Salah satu hal yang menjadi
penilaian adalah mencuci tangan dan memotong kuku. Kebiasaan
mencuci tangan ini dapat mengurangi potensi penyebab gangguan
kesehatan kulit akibat bahan kimia nikel yang menempel setelah
bekerja, namun tetap berpotensi untuk terkena gangguan kesehatan
kulit itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat
menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam
mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang
menempel pada permukaan kulit pekerja. Berdasarkan hasil penelitian,
seluruh pekerja industri rumah tangga pelapisan logam Karya Mandiri
selalu mencuci tangan setelah bekerja. Pekerja mencuci tangan
menggunakan sabun krim (biasa digunakan untuk mencuci) dan
kemudian dicuci lagi menggunakan sabun mandi. Pemilihan jenis
sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan
sekaligus kesehatan kulit pekerja. Sebaiknya memilih sabun cuci
tangan yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan namun tidak
merusak lapisan pelindung tangan. Jika jenis sabun ini sulit ditemukan
dapat menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha
mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam
mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab.
Selain mencuci tangan, pemotongan dan pemeliharaan kuku tangan
yang pendek dan bersih sangat diperlukan. Diketahui terdapat 20%
pekerja yang memiliki kuku panjang yang mengalami gangguan
kesehatan kulit. Kuku yang panjang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi ketika pekerja menggaruk bagian tubuhnya. Keadaan ini dapat
menimbulkan rasa perih ketika kulit kontak langsung dengan bahan
kimia nikel karena kulit sudah luka terkena garukan kuku yang
panjang.
BAB III KESIMPULAN

Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun


1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja.
Nikel merupakan logam berwarna putih keperakan, memiliki sifat yang
apabila digabungkan dengan logam lain dapat membentuk campuran
yang disebut paduan. Penggunaan Nikel dalam industry dapat
memberikan dampak buruk jika tidak diperhatikan dengan baik untuk dosis
dan penangannannya. Menurut Agency for Toxic Subtances & Disease
Registry, absorpsi Nikel dapat melalui inhalasi, oral, dan dermal.
Gangguan kesehatan yang timbul dapat berupa gangguan sistemik,
gangguan imunologi, gangguan neurologis, gangguan reproduksi,
gangguan perkembangan, efek karsinogenik, dan kematian). Salah satu
penyakit yang timbul akibat kontak langsung dengan persenyawaan nikel
adalah Dermatitis Kontak Alergi, untuk penghindari paparan nikel saat
bekerja penggunaan APD dan personal higiene harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,R.Miaratiska,Nurul.2015.HUBUNGAN PAPARAN NIKEL DENGAN


GANGGUAN KESEHATAN KULIT PADA PEKERJA INDUSTRI
RUMAH TANGGA PELAPISAN LOGAM DI KABUPATEN
SIDOARJO. Surabaya : Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Effendi, MS, SpOk, Dr. dr. Fikry,dkk.2012. PENYAKIT KERJA AKIBAT
PEJANAN LOGAM BERAT. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan
Kerja dan Olahraga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Novtikasari,Ria.2017. Penyakita Akibat Kerja. Semarang : Universitas
Muhammadiyah Semarang

Anda mungkin juga menyukai