Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

Dosen Pengampu TM VI oleh Wulan Kusumastuti, S.H., M.H.


MAKALAH PENGANGGARAN BISNIS / PERUSAHAAN
Kelompok 8 Kelas RPL
disusun oleh :

ANNISA NURHIDAYATI NIM 25000121183378


AULIYA RAHMADANI NIM 25000121183388
ERMA SURYANDARI NIM 25000121183379
HANIF ASSHIDIQI NIM 25000121183389
HETTY MF TUMELUK NIM 25000121183384
MARIA YOSEFA MOA NIM 25000121183380
SITI MADAYANTI NIM 25000121183376
SUCI UJIANI NIM 25000121183390

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penganggaran adalah proses penyusunan anggaran yang dimulai dari pembuatan
panitia, pengumpulan, dan pengklasifikasian data, pengajuan rencana kerja fisik
dan keuangan tiap-tiap seksi, bagian, divisi, penyusunan secara menyeluruh,
merevisi, dan mengajukan kepada pimpinan puncak untuk disetujui dan
dilaksanakan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penganggaran
mencakup beberapa proses yaitu melakukan persiapan penyusunan
rencana/anggaran seperti halnya pembuatan panitia, melakukan pengumpulan data
dan informasi yang diperlukan, melakukan penyusunan anggaran secara sistematis,
mengkoordinasikan pelaksanaan anggaran atau tahap implementasi anggaran,
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran, menyusun kebijaksanaan
sebagai follow up dari hasil evaluasi.
Anggaran untuk pengelolaan bisnis, dikategorikan sebagai suatu hal yang krusial.
Perencanaan anggaran tidak hanya sistematis, tetapi juga harus teliti mengingat
anggaran memfasilitasi keseluruhan program dan aktivitas bisnis.
Idealnya, dalam menyusun suatu perencanaan penganggaran bisnis harus
memperhatikan beberapa kriteria seperti:
Angggaran sebagai suatu terjemahan dari rencana strategis bisnis, termasuk
rencana anggaran tahunan dan rencana anggaran jangka panjang yang sesuai
dengan tujuan pendirian dan misi bisnis.
1. Anggaran disusun secara partisipatif, artinya seluruh komponen dianggap
penting dalam memberikan kontribusi dalam berjalannya suatu bisnis nirlaba,
termasuk penyusunan anggaran. Sehingga informasi terkait anggaran menjadi
dokumentasi bersama. Misalnya dalam proses penerimaan dan pengeluaran
anggaran.
2. Anggaran dimonitor dan evaluasi secara periodik, karena bisa saja anggaran
perlu direvisi sesudahnya dengan tujuan dapat menjadi panduan pelaksanaan
kegiatan dengan lebih baik dalam artian anggaran mencerminkan lebih
mendekati kondisi nyata.
Disamping hal tersebut diatas, anggaran juga mempunyai siklus tersendiri. Karena
dalam suatu bisnis memiliki suatu siklus yang dikenal dengan istilah Siklus
Anggaran (Budget cycle). Siklus anggaran ini merupakan jangka waktu/masa mulai
direncanakannya suatu anggaran hingga saat perhitungan anggaran. Perencanaan
ini ditetapkan oleh dewan pendiri/pembina, pimpinan lembaga, disertai dengan
adanya dokumentasi lengkap mengenai pencapaian angaraan, sumber daya yang
dmiliki, dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menetapkan besaran
maksimum yang diserap oleh bisnis.

B. Fungsi Anggaran
1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool); Anggaran sektor publik
dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh sektor
publik dari belanja perusahaan tersebut.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool) Anggaran sebagai
instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya pengeluaran
yang terlalu besar.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal (Fiscal Tool) Anggaran sebagai alat
kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (Coordination and
Communication Tool) Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian
dalam pemerintah. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu
mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan
organisasi.
5. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja (Performance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif), kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan
pencapaian target anggaran dan efesiensi pelaksanaan anggaran
6. Anggarn sebagai alat motivasi (Motivation Tool) Anggaran dapat digunakan
sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya secara ekonomis, efektif,
dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siklus penganggaran bisnis
2. Untuk mengetahui anggaran operasional (anggaran pendapatan, anggaran
produksi dan anggaran laba)
3. Jenis anggaran keuangan (anggaran investasi, anggaran kas dan proyeksi
neraca)
4. Permasalahan dalam penyusunan anggaran bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siklus Penganggaran Bisnis


Anggaran dalam suatu bisnis memiliki suatu siklus yang dikenal dengan istilah
Siklus Anggaran (Budget cycle). Siklus anggaran ini merupakan jangka
waktu/masa mulai direncanakannya suatu anggaran hingga saat perhitungan
anggaran. Perencanaan ini ditetapkan oleh dewan pendiri/pembina, pimpinan
lembaga, disertai dengan adanya dokumentasi lengkap mengenai pencapaian
angaraan, sumber daya yang dmiliki, dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk
menetapkan besaran maksimum yang diserap oleh bisnis.
Secara skematis struktur siklus anggaran adalah sebagai berikut:
Berdasarkan siklus anggaran (budget cycle) tersebut, memungkinkan bisnis
untuk menyusun anggaran dengan memperhatikan tahapan-tahapan berikut:
1. Tahap Persiapan (Preparation)
a. Pemberian arahan berdasarkan Rencana Strategis Bisnis
Hal ini dapat disampaikan melalui pimpinan bisnis/ dewan pembina
bisnis dengan memberikan pandangannya mengenai berbagai peluang
serta kemungkinan/arahan stategis terkait kegiatan yang akan dilakukan.
b. Usulan/Masukan dari tingkatan unit kerja/program
Arahan dari pimpinan bisnis/dewan pembina akan ditindaklanjuti oleh
unit kerja/program melalui pengajuan disain program yang dilengkapi
dengan estimasi biaya yang diperlukan. Selain itu, dibutuhkan juga
indikator pencapaian untuk memudahkan proses monitoring dan
evaluasi.
Dalam mengembangkan anggaran dibutuhkan pula sifat fleksibiltasnya,
yang dikenal dengan Anggaran Fleksibel. Anggaran yang menyesuaikan
(flexes) untuk perubahan volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang
dianggarakan. Anggaran ini sangat bermanfaat untuk mengendalikan
biaya produksi dan beban operasi.
Fleksibilitas anggaran ini disusun berdasarkan pola perilaku biaya berupa
biaya tetap dan biaya variable sehingga dapat membantu dalam membuat
perbandingan dengan lebih valid karena besarnya tingkat pengeluaran
dan pendapatan dapat teridentifikasi dengan baik dengan analisis yang
terperinci terkait bagaimana setiap biaya dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan kegiatan bisnis.
Anggaran fleksibel memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Disusun untuk suatu rentangan aktivitas dan bukan untuk satu
tingkat aktivitas saja.
2) Memberikan dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan-
perbandingan, karena mereka secara otomatis akan memberikan
informasi yang menyangkut tingkatan volume yang berbeda-beda.
Dalam penyusunan anggaran yang perlu diperhatikan adalah adanya
kegiatan prioritas. Kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan yang
menempati urutan teratas untuk segera dilakukan sebelum melakukan
kegiatan lainnya.

2. Tahap Ratifikasi (Ratification)
Proses selanjutnya adalah pengumpulan/kompilasi seluruh usulan anggaran
dan mendiskusikannya bersama. Hal ini penting dilakukan, karena pada
tahapan ini usulan dari berbagai pihak unit kerja/program akan digabungkan
menjadi rencana anggaran bisnis. Dengan dilakukannya penggabungan ini,
sinkronisasi antar program dapat terjalin satu sama lain.
Namun perlu diingat, setiap masukan/usulan yang diberikan dan
sinkronisasi program yang diajukan senantiasa harus memperhitungkan
kepentingan bisnis dan realitas yang ada dilapangan. Oleh karena itu
pengkategorian dan skala prioritas usulan anggaran penting dilakukan.

3. Tahap Implementasi (Implementation).


a. Anggaran Penerimaan
Tahapan terpenting dalam proses penyusunan anggaran bisnis adalah
memprediksi sumber dana untuk membiayai kegiatan yang direncanakan.
Padahal sumber dana dikenal sebagai bagian dari anggaran yang tidak
dapat dikontrol oleh bisnis. Oleh karena itu, penting untuk melihat dan
menghitung kembali besaran perkiraan dengan menggunakan data
historis yang dimiliki karena perkiraan pendapatan akan mempengaruhi
secara langsung tingkat kegiatan yang akan dilakukan.

Hal ini tidak lepas dari peran bagian keuangan sebagai penyusun dan
pengelola anggaran kas bisnis. Anggaran ini akan menunjukkan rencana
dan penggunaan kas dalam satu tahun anggaran. Dalam penganggaran ini
terdiri dari rencana aliran kas masuk dan juga rencana aliran kas keluar.
Sifat dari aliran kas tersebut baik aliran kas masuk maupun aliran kas
keluar maka akan bersifat dengan terus menerus. Dengan membuat
anggaran kas yang juga menjadi aktivitas dalam manajemen keuangan
tersebut maka bisnis bisa mempersiapkan pengelolaan untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Adanya anggaran kas juga bisa
digunakan sebagai dasar kebijakan untuk mendapatkan modal. Yang
lebih penting bahwa dalam pembuatan anggaran kas ini maka bisa
dijadikan penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya.

b. Skenario Anggaran.
Untuk mengantisipiasi sulitnya memprediksi besaran anggaran
penerimaan, dapat dibuat anggaran penerimaan dalam berbagai skenario
yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu konservatif, moderat, dan
agresif. Tingkat konservatif berarti, perkiraan sumber dana diprediksi
berdasakan pada sumber dana dengan tingkat kepastiannya yang tinggi,
yaitu dari sumber dana yang sudah pasti didapatkan. Tingkatan moderat,
artinya anggaran ini mempertimbangkan sumber dana yang relatif lebih
rendah tingkat kepastiannya. Dengan demikian, sumber dana suatu bisnis
akan lebih besar diperhitungkannya dibandingkan dengan tingkatan
konservatif. Sedangkan anggaran dengan tingkat agresif,
mempersepsikan sumber dana yang akan diperoleh termasuk dana yang
lebih kecil kepastian perolehannya. Dengan demikian, pada tingkatan ini
anggaran suatu bisnis memiliki sumber dana lebih dibandingkan
konservatif maupun moderate.
Berdasarkan skala prioritas, skenario konservatif menunjukkan bahwa
kegiatan yang dimiliki mempunyai priortas utama dengan mementingkan
hal-hal esesnsial yang mempengaruhi periode yang bersangkutan. Lain
halnya dengan moderate maupun agresif, skenario ini cenderung
memiliki kegiatan-kegiatan yang berada pada prioritas yang lebih rendah
dalam pengerjaannya dapat dilakukan kemudian disesuaikan dengan
ketersediaan sumber dana.
c. Penentuan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Setelah menentukan skenario yang digunakan, langkah selanjutnya
adalah menentukan besaran biaya yang akan dianggarkan, yaitu
identifikasi biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang harus dikeluarkan
tidak tergantung pada tingkat kegiatan yang dilakukan bisnis atau dengan
kata lain ada atau tidak ada kegiatan biaya-biaya tersebut harus
dikeluarkan. Misalnya, biaya sewa kantor, gaji pegawai keuangan dan
administrasi, gaji pimpinan dan overhead lainnya bersifat tetap dan terus
menerus.
Cara yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan data historis
yang dimiliki dari periode yang lalu dijadikan sebagai dasar perkiraan
dikaitkan dengan beban yang dikerjakanjuga mempertimbangkan dengan
memperkirakan kenaikan harga yang mungkin akan terjadi.
Biaya lain dengan karakter yang berbeda adalah biaya variabel. Biayaini
adalah biaya-biaya yang diperkirakan akan timbul sejalan dengan
volumekegiatanyang direncanakan oleh bisnis.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel, maka
bilapendapatan bisnis terbatas, prioritas utama diberikan kepada
pemenuhanbiaya tetap. Hal ini dilakukan karena biaya tetap merupakan
biaya yang sulit untuk dihindarkan. Bahkan meskipun bisnis tidak
memiliki aktivitas programapapun, biaya tetap ini senantiasa muncul.

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi


Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, tahapan akhir adalah menyusun
anggaran menggunakan komponen anggaran penerimaan yang terdiri dari
tiga skenario yang tersedia, pengeluaran per unit kerja/program dengan
menggunakan skenario yang sama, menetapkan  biaya tetap (fixed cost)
pengelolaan bisnis sebagai minimum pendapatan yang harus diperoleh.
Apabila sudah disepakati bersama, maka bagian keuangan dapat membuat
proyeksi arus kas. Proyeksi arus kas ini bertujuan untuk memperhitungkan
jadwal kegiatan dari masing-masing program. Proyeksi arus kas ini juga
penting untuk melihat adanya kemungkinan bisnis menghadapi periode
defisit anggaran akan terjadi. Dikuatirkan hal ini menyebab tidak adanya
alternatif pendanaan pendanaan lainnya sehingga pilihan yang akan diambil
adalah pengunduran jadwal kegiatan atau bahkan pengurangan kegiatan.

B. Anggaran Operasional (Anggaran Pendapatan, Anggaran Produksi Dan


Anggaran Laba)
1. Anggaran Produksi
Anggaran produksi adalah rencana perusahaan untuk menghasilkan produk
perusahaan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan penjualan dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan penjualan dengan mempertimbangkan
jumlah persediaan pada awal dan akhir periode tertentu. Perusahaan harus
mampu memproduksi barang sesuai kebutuhan, dengan mempertimbangkan
jumlah penjualan yang direncanakan dan persediaan pada akhir periode
untuk menjamin ketersediaan barang pada periode berikutnya
Dalam penyusunan anggaran produksi, perusahaan dapat menggunakan
beberapa metode produksi, yaitu:
a. Metode Produksi Stabil, yaitu suatu metode produksi dimana perusahaan
menetapkan volume produksi yang relatif sama dari bulan ke bulan,
kecuali untuk bulan tertentu yang volume penjualannya lebih tinggi.
Metode ini mengakibatkan volume persediaan menjadi tidak stabil dari
bulan ke bulan.
b. Metode Persediaan Stabil, yaitu suatu metode produksi dimana
perusahaan menetapkan volume persediaan yang relatif sama dari bulan
ke bulan, kecuali untuk bulan tertentu. Metode ini mengakibatkanm
volume produksi menjadi tidak stabil dari bulan ke bulan.
c. Metode Fleksibel, yaitu suatu metode produksi dimana perusahaan
menetapkan volume produksi yang berubah terus dari bulan ke bulan.
Metode ini mengakibatkan volume persediaan dan volume produksi
menjadi tidak stabil dari bulan ke bulan.
Anggaran produksi adalah anggaran yang merencanakan secara sistematis
dan lebih terperinci tentang jumlah satuan (unit) barang yang akan
diproduksikan oleh perusahaan selama periode tertentu yang akan datang, di
dalamnya meliputi tentang jenis (kualitas) barang yang akan diproduksikan,
serta waktu (kapan) produksi akan dilakukan (Munandar, 2007: 81).
Secara khusus, anggaran produksi mempunyai beberapa kegunaan penting,
antara lain:
a. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran bahan baku, karena jumlah
satuan (unit) bahan baku yang dibutuhkan ditentukan oleh beberapa
banyak perusahaan yang bersangkutan akan memproduksi barang –
barang.
b. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung,
karena besarnya upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung
ditentukan oleh berapa banyak perusahaan yang bersangkutan akan
memproduksi barang – barang.
c. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya overhead, karena biaya
overhead ditentukan oleh berapa banyak perusahaan yang bersangkutan
akan memproduksi barang – barang.
d. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya administrasi karena
besarnya biaya administrasi dipengaruhi oleh berapa banyak perusahaan
yang bersangkutan akan memproduksi barang – barang.

2. Anggaran Pendapatan
Anggaran pendapatan terdiri dari proyeksi penjualan dalam unit dikalikan
dengan harga jual. Anggaran pendapatan umumnya mengandung
ketidakpastian yang tinggi karena sebagian besar faktor pretasi dari luar
yang umumnya sulit dikendalikan oleh manajer pemasaran. Karakteristik
anggaran pendapatan adalah sebagai berikut :
a. Anggaran disusun untuk mengukur efektivitas pemasaran.
b. Manajer pemasaran tidak bisa diminta pertanggungjawaban
terhadap semua tujuan yang ingin dicapai di dalam anggaran
pendapatan karena terdapat hal-hal yang berada di luar
pengendaliannya.

3. Anggaran Laba
Merupakan kombinasi dari anggaran biaya dan anggaran pendapatn.
Anggaran ini digunakan oleh organisasi yang manajernya mempunyai
pengendalian yang baik dalam hal pengendalian biay dan pendapatan.
Manfaat anggaran laba antara lain :
a. Bagi perusahaan secara keseluruhan dan masing-masing pusat laba:
1) Untuk alokasi sumber,
2) Untuk perencanaan dan koordinasi aktivitas perusahaan atau divisi,
3) Untuk mengecek cukup tidaknya anggaran biaya,
4) Untuk membedakan tanggung jawab masing-masing manajer,
5) untuk memberikan kontribusi terhadap prestasi keuntungan
perusahaan atau divisi.
b. Bagi top manajemen, anggaran laba divisi digunakan untuk :
1) Mereview total prestasi keuangan perusahaan dan mengambil
tindakan apabila prestasi tersebut tidak memuaskan,
2) Merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh aktivitas perusahaan,
3) Melakukan pengendalian terhadap divisi.
C. JENIS ANGGARAN KEUANGAN
Anggaran keuangan adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan
yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan).
1. Anggaran Investasi
Jenis investasi antara lain: gedung, infrastruktur, peralatan dan sumber daya
manusia. Sumber keuangan yang dapat digunakan sebagai patokan dalam
menyusun anggaran investasi antara lain: - Perkiraan sisa hasil usaha
a. Penggunaan kembali biaya penyusutan
b. Bantuan dari instansi atau donator
c. Pinjaman dari lembaga keuangan
2. Anggaran kas
Kas adalah alat pembayaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan untuk
investasi maupun menjalankan operasi perusahaan setiap saat dibutuhkan. Kas
merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kelancaran aktivitas
perusahaan. Sifat aliran kas dapat bersifat kontinyu atau tidak kontinyu. Aliran
kas keluar yang bersifat kontinyu antara lain: pembelian bahan baku dan
pembayaran gaji pegawai. Sedangkan aliran kas keluar yang tidak bersifat
kontinyu antara lain: kas untuk pembelian kembali saham perusahaan dan
pembelian aktiva tetap. Untuk aliran kas masuk yang kontinyu adalah
pendapatan yang berasal dari penjualan tunai dan pelunasan piutang. Untuk
penerimaan kas yang tidak bersifat kontinyu adalah penjualan saham dan
penerimaan kredit (Enni Savitri, 2008).
Anggaran kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu
yang akan datang. Anggaran kas merupakan detail anggaran keuangan.
Anggaran kas menunjukan arus uang masuk dan keluar yang direncanakan. Pada
dasarnya anggaran kas menggambarkan rencana penerimaan dan pengeluaran
selama satu periode anggaran. Budget kas dapat disusun untuk periode bulanan
atau kuartalan. Penyusunan anggaran kas merupakan cara yang efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan arus kas, memperkirakan keperluan kas, dan
secara efektif menggunakan kas yang berlebihan maupun kas yang kurang.
Anggaran kas dapat disusun dalam bentuk anggaran kas bentuk tunggal dan
anggaran kas bentuk campur. Anggaran kas bentuk tunggal disusun dengan
cara mengelompokan satu kelompok kas masuk dan satu kelompok kas
keluar. Sedangkan anggaran kas bentuk campuran disusun dengan cara
setiap kegiatan kas masuk dikurangkan dengan kas keluar.
Faktor yang mempengaruhi anggaran kas antara lain:
a. Kegiatan operasi
Kegiatan perusahaan yang bersifat rutin dan terus menerus.
b. Kegiatan investasi
Kegiatan yang dapat meningkatkan dan menurunkan aset tak lancar yang
digunakan perusahaan.
c. Kegiatan pendanaan
Kegiatan yang berkaitan dengan utang dan modal sendiri.
Anggaran kas dibagi menjadi anggaran kas metode langsung dan tidak
langsung (Nafarin, 2004). Anggaran kas metode langsung dibuat
berdasarkan:
a. Anggaran utang
b. Anggaran piutang
c. Anggaran jualan
d. Anggaran beban usaha
e. Anggaran biaya bahan baku
f. Anggaran tenaga kerja langsung
g. Anggaran biaya overhead pabrik
Sedangkan anggaran kas metode tidak langsung dibuat berdasarkan:
a. Anggaran rugi-laba
b. Anggaran neraca
Penyusunan anggaran kas terdiri dari:
a. Menyusun anggaran penerimaan kas
b. Menyusun anggaran pengeluaran kas
c. Menyusun anggaran kas sementara
d. Menyusun anggaran kas final
1. Proyeksi Neraca
Neraca adalah laporan sistematis yang mununjukan keadaan keuangan.
Neraca menunjukan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban dan modal pada
waktu tertentu. Anggaran neraca adalah anggaran yang merencanakan
keadaan keuangan sebuah perusahaan pada suatu periode. Anggaran neraca
dibuat berdasarkan:
a. Anggaran kas
b. Anggaran piutang
c. Anggaran persediaan
d. Anggaran perlengkapan usaha
e. Anggaran cadangan depresiasi aktiva tetap
f. Anggaran modal
g. Laba ditahan
h. Anggaran utang
i. Obligasi
j. Anggaran penambahan utang
D. PERMASALAHAN DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN BISNIS.
Dalam penyusunan anggaran bisnis biasanya terdapat kesulitan-kesulitan. Kesulitan
tersebut antara lain
1. Terdapat anggaran yang sulit diukur (discretionary).
Anggaran yang bersifat discretionary tersebut misalnya biaya pemakaian
telepon, biaya transportasi, biaya promosi, listrik, dan air.
a. Biaya telepon : biaya telepon masuk ke dalam anggaran yang sulit diukur
karena tergantung dengan jumlah pemakainya dan kebutuhan yang
dibutuhkan. Biasanya hal ini sulit diprediksi.
b. Biaya transportasi : tergantung dari aktivitas operasional perusahaan
c. Biaya promosi : sifatnya mengikuti kondisi pasar
d. Biaya listrik dan air : selalu berfluktuasi tiap bulan
Biaya-biaya tersebut berfluktuasi setiap bulannya dan memiliki deviasi yang
relatif jauh dari yang dianggarkan sehingga biaya-biaya ini perlu
dikendalikan melalui anggaran.
2. Menyalin anggaran tahun lalu; Hal ini hampir sering terjadi di beberapa
instansi. Menyalin anggaran tahun lalu yang kemudian menaikkan
nominalnya sekian persen merupakan jalan pintas untuk menyusun anggaran
dengan cepat. Tentunya hal ini tidak disarankan karena pastinya visi instansi
setiap tahunnya berbeda, yang juga akan berpengaruh pada kegiatan-
kegiatan yang dianggarkan pada tahun tersebut.
3. Deviasi/gap yang jauh antara anggaran dengan pengeluaran; Sulitnya
menghubungkan biaya masukan dengan keluaran baik produk, jasa atau
pendapatan penjualan
4. Pengajuan anggaran terlambat; Penyebab dari keterlambatan dalam
pengajuan anggaran bisa dari banyak faktor. Misalnya saja karena media
pengajuan anggaran yang masih offline. Di beberapa institusi mengeluhkan
hal yang sama yaitu kesulitan mereka dalam menggabungkan dokumen
pengajuan anggaran dari unit-unit kerja di bawah kantor pusat. Hal ini
menyebabkan “kerja ekstra” bagi bagian perencanaan kantor pusat untuk
menerjemahkan kemudian menggabungkan pengajuan anggaran unit kerja
satu dengan lainnya. Belum lagi karena unit kerja terlambat mengumpulkan
dokumen ajuan anggaran mereka, kantor pusat pun tidak bisa melihat sudah
sejauh mana sebuah unit kerja dalam menyusun pengajuan anggarannya
karena masih menggunakan media offline.
5. Proses persetujuan yang membutuhkan waktu relatif lama. Proses pengajuan
anggaran tidak lepas dari yang namanya “Persetujuan” oleh pimpinan.
Review anggaran dari pimpinan sangat penting untuk memastikan para
pengguna anggaran tidak mengusulkan anggaran yang tidak sewajarnya.
Namun dalam proses review atau peninjauan ulang oleh pimpinan ini pun
tak lepas dari kendala. Kendala yang paling sering dihadapi oleh para
pengguna anggaran adalah ketika dibenturkan pada tingginya mobilitas
pimpinan. Hal tersebut sering kali menyebabkan terlambatnya proses review
yang nantinya akan merembet pada terlambatnya pengajuan anggaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Melihat pentingnya perencanaan angaraan ini, sudah seharusnya bisnis
memperhatikan arahan, masukan, dan situasi yang ada. Hal ini tidak terlepas dari
kontribusi dari berbagai pihak, sehingga nantinya anggaran dapat berjalan sesuai
dengan fungsinya.

B. Saran
1. Dilakukan pengawasan secara berkala terhadap tahapan penyusunan anggaran
2. Membuat jadwal proses penganggaran, mulai dari jadwal pengajuan anggaran,
jadwal review pengajuan anggaran hingga jadwal publish anggaran. Jadwal akan
membantu dalam menentukan target dan prioritas pekerjaan
3. Menggunakan Alat bantu untuk memudahkan proses penganggaran dapat berupa
Sistem Informasi yang berbasis web yang dapat diakses kapanpun dan
dimanapun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Firdaus, M. K. (2017). PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN


BUDGET EMPHASIS TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN (Studi Pada
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat) (Doctoral dissertation, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unpas Bandung).
2. Herlianto, Didit. (2011). Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
3. Munandar M, (2001). Budgeting, Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja,
Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
4. Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta:
Yayasan Bina IntegrasiEdukasi
5. Savitri, E. (2016). Penganggaran Perusahaan II (M., Ed.; 1st ed.) [E-book].
PUSTAKA SAHILA YOGYAKARTA.
6. Subagyo, Ahmad. 2021. Buku Manajemen Pembiayaan Mikro (Koperasi
Simpan Pinjam dan Lembaga Keuangan Mikro). Yogyakarta: Deepublish
7. https://blog.ecampuz.com/5-kendala-perencanaan-anggaran-2/

Anda mungkin juga menyukai