KELOMPOK VII
DESA KABALLANGAN
KECAMATAN DUAMPANUA
KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2020
KELOMPOK 7
Menyetujui,
Kepala Desa Kaballangan Dosen Pembimbing
Ketua Prodi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Parepare
Posko VII
RINGKASAN
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.5 Evaluasi...................................................................................................27
BAB III..................................................................................................................32
METODE KEGIATAN.........................................................................................32
BAB IV..................................................................................................................34
BAB V....................................................................................................................41
5.2 Pembahasan.............................................................................................46
BAB VI..................................................................................................................52
PENUTUP..............................................................................................................52
7.1 Kesimpulan..............................................................................................52
7.2 Saran........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................56
DAFTAR TABEL
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kegiatan PBL II ini terdiri dari :
1.2.1 Tujuan Umum:
Tujuan umum dari PBL II yaitu melakukan evaluasi
terhadap kegiatan intervensi kesehatan masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus:
Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki
kemampuan:
a. Melakukan pertemuan secara virtual dengan masyarakat dan
instansi terkait dalam mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan.
b. Melakukan penilaian keberhasilan program
1.3 Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan PBL II dapat dirasakan bagi masyarakat di
lokasi, serta mahasiwa PBL II dan pemerintah setempat sebagai berikut :
Manfaat Bagi Masyarakat
1.3.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu menerapkan informasi kesehatan yang
telah diberikan dan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program
kerja
1.3.2 Manfaat Bagi Peserta PBL
Mampu melaksanakan program yang telah direncanakan
untuk memberikan berbagai informasi mengenai kesehatan baik
secara fisik maupun nonfisik kepada masyarakat.
1.3.3 Manfaat Bagi Pemerintah Setempat
Kegiatan PBL II ini dapat menjadi bahan informasi bagi
Dinas Kesehatan dan Pemerintah Setempat dalam melaksanakan
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
terkhusus di Desa Kaballangang Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sampah
2.1.1 Pengertian Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh
manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses
alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi
menurut jenis-jenisnya(Widawati, Harlianto, Iskandar, & Budiono,
2014).
2.1.2 Berdasarkan sifat, sumber, dan bentuk
1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah organik yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun
kering, dan sebagainya.Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos.
b. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,
kayu, dan sebagainya.
2. Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Sampah alam
b. Sampah manusia
c. Sampah konsumsi
d. Sampah nuklir
e. Sampah industri
f. Sampah pertambangan.Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak
dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah
dapat dibagi menjadi :
a. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah
tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran,
hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan
diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat dibagi
lagi menjadi:
1) Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan
secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau
anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan,
sampah pertanian dan perkebunan.
2) Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa
diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi
menjadi:
a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan
digunakan kembali karena memiliki nilai secara
ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-
lain.
b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki
nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah
kembali seperti tetra packs, carbon paper,
thermo coal dan lain-lain.
b. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan
dan tidak diperluka kembali dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah.
1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari
toilet dan industri. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan
dari dapur, kamar mandi dan tempat
cucian. Sampah ini mungkin
mengandung patogen.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang
dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah),
misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah
konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik
tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke
selokan.
c. Sampah Alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti
halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah.
Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman
d. Sampah Manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah
yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia,
seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan
sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama
gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa
dikaitkan dengan polusi.
e. Limbah Radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi
nuklirmenghasilkan uranium dan thorium yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh
karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak
berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat
yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar
laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan)(Subekti,
2010).
2.1.3 Pengaruh sampah terhadap lingkungan
Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan
berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup yang berada
disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak
negatif dan bencana seperti :
a. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat
yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai
binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut:
1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat
dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah
satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa
sisa makanan/sampah.
4) Sampah beracun:
Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah
terkontaminasi oleh raksa (Hg).Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai
dan akumulator.
5) Rusaknya Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase
atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk
ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti
metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi
tinggi dapat meledak.
6) Terjadinya Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang
biasanya kering) karena volume air yang meningkat.Banjir
dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu
tempat akibat akibat hujan besar dan peluapan air
sungai.Sampah yang dibuang ke dalam got/saluran air yang
menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum
disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan
memampatkan aliran dan menyebabkan polusi sampah di
muara pantai,sungai dan danau.
Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian
golongan sangat berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana
sampah mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan
sampah.bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam
dari itu adalah masalah kesejahteraan.
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari
warga yang bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak
mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang
dikoordinir lingkungannya.Ini berkaitan juga dengan kebiasaan
warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya
polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini
berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang
artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi(Sukrorini,
Budiastuti, Ramelan, & Kafiar, 2014).
2.1.4 Upaya-upaya pengelolahan sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan
dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material
sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk
masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke
Negara yang lain (sesuai budaya yang berkembang) , dan hal ini
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan ,
serta rberbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah
industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman
dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan
dengan menerapkan beberapa metode atau cara sebagai berikut :
a. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk
menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode
paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di
tanah yg tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang
lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan
dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan
berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah ,
menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah.
Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari
penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau
pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah
kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik
hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai
sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang
terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat
penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di
mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
b. Melakukan Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari
sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada
beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar
untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :
1) Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur
ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali
sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum
alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol bekas,
kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan
biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari
awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari
sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang
dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di
daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya
harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.
2) Pengolahan kembali secara biologis
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa
makanan / kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses
biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian
ba han-bahan organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.Aktivitas
mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan
pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu
dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering),
dan aerasi yang baik (kandungan oksigen).Secara umum,
metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang
ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan.
Serta sangat memungknkan melibatkan langsung masyarakat
sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen
sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau metode Inti
(Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha di masyarakat).
Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan
pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat perhatian
serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota).
Proses pembuatan kompos adalah dengan
menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan
dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme
dalam media cair yang berfungsi untuk mempercepat
pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang
digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah
organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan Air. Sedangkan
peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor,
Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos
dan Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik
pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong
hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga
seperti sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di
kantong khusus untuk di komposkan.
c. Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah
pencegahan zat sampah bentuk, atau dikenal juga dengan
“Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan
kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak,
mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan
barang sekali pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan
yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama(Kurniaty, Nararaya,
Turawan, & Nurmuhamad, 2016).
2.1.5 Penggunaan Papan Wicara
Papan wicara kami gunakan untuk sebagai media
informasijuga sebagai pengingat mereka sebelum melakukan hal
yang kurang tepat seperti membuang sampah sembarang tempat
dan juga pada tempat yang kurang tepat.
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya
dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan
dan karatina di rumah sakit rujukan
Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan
sesuai kondisi penderita
Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh
2.5 Evaluasi
2.5.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur/ menilai
apakah suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai(Munthe, 2015).
Evaluasi menurut para ahli :
1. Anne Anastasi
Menurut Anne Anastasi (1978), arti evaluasi adalah proses
sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan instruksional
dicapai oleh seseorang. Evaluasi merupakan kegiatan untuk
menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah
berdasarkan tujuan yang jelas.
2. Sajekti Rusi
Menurut Sajekti Rusi (1988), pengertian evaluasi adalah
proses menilai sesuatu, yang mencakup deskripsi tingkah laku
siswa baik secara kuantitatif (pengukuran) maupun kualitatif
(penilaian).
3. Suharsimi Arikunto
Menurut Suharsimi Arikunto (2003), arti evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan suatu program pendidikan.
4. A.D Rooijakkers
Menurut A.D Rooijakkers, pengertian evaluasi adalah suatu
usaha atau proses dalam menentukan nilai-nilai. Secara khusus
evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian
nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan.
5. Norman E. Gronlund
Menurut Norman E. Gronlund (1976), pengertian evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai siswa.
6. Abdul Basir
Menurut Abdul Basir (1996), arti evaluasi adalah proses
pengumpulan data yang deskriptif, informative, prediktif,
dilaksanakan secara sistematik dan bertahap untuk menentukan
kebijaksanaan dalam usaha memperbaiki pendidikan.
7. William A. Mehrens dan Irlin J. Lehmann
Menurut William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1978),
pengertian evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan(Munthe, 2015).
2.5.2 Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilakukan bukan tanpa tujuan, tetapi ada hal-hal
yang ingin dicapai melalui kegiatan ini. Secara khusus, adapun
beberapa tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa baik tingkat penguasaan seseorang
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami seseorang
dalam kegiatannya sehingga dapat dilakukan diagnosis dan
kemungkinan memberikan remedia teaching.
3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas suatu metode,
media, dan sumber daya lainnya dalam melaksanakan suatu
kegiatan.
4. Sebagai umpan balik dan informasi penting bagi pelaksana
evaluasi untuk memperbaiki kekurangan yang ada dimana hal
tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil
keputusan di masa mendatang.
2.5.3 Fungsi Evaluasi
Kegiatan evaluasi memiliki beberapa fungsi yang
bermanfaat bagi pihak yang melakukan evaluasi maupun pihak
yang dievaluasi. Adapun beberapa fungsi evaluasi adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi Selektif
Fungsi selektif adalah fungsi yang dapat menyeleksi
seseorang apakah memiliki komptensi yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Misalnya; menentukan seseorang
diterima kerja atau tidak, menentukan seseorang naik jabatan
atau tidak, dan lainnya.
2. Fungsi Diagnosa
Fungsi diagnosa bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan seseorang dalam bidang kompetensi tertentu.
Misalnya untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan seorang
siswa dalam bidang studi yang didapatkannya di sekolah.
3. Fungsi Penempatan
Fungsi penempatan bertujuan untuk mengetahui di mana
posisi terbaik seseorang dalam suatu bidang tertentu. Misalnya
untuk mengetahui posisi terbaik seorang karyawan sesuai
dengan bidangnya di dalam suatu perusahaan.
4. Fungsi Pengukuran Keberhasilan
Dalam hal ini, evaluasi berfungsi untuk mengukur tingkat
keberhasilan suatu program, termasuk metode yang dipakai,
penggunaan sarana, dan pencapaian tujuan.
2.5.4 Tahapan Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi terdapat beberapa tahapan penting
yang saling mendukung satu sama lainnya. Mengacu pada
pengertian evaluasi, adapun tahapan-tahapan evaluasi adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan topik evaluasi, yaitu kegiatan penentuan topik
yang akan dievaluasi. Misalnya; evaluasi hasil kerja, atau
evaluasi rencana kerja.
2. Merancang kegiatan evaluasi, yaitu kegiatan mendesain proses
evaluasi sehingga dalam pelaksanaannya tidak melewatkan hal-
hal yang penting.
3. Pengumpulan data, yaitu kegiatan mengumpulkan dan
mencatat setiap informasi sesuai dengan perencanaan
berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
4. Pengolahan dan analisis data, yaitu kegiatan mengolah
informasi dengan cara mengelompokkan data agar lebih mudah
dalam melakukan analisis, serta menentukan tolak ukur waktu
sebagai hasil evaluasi.
5. Pelaporan hasil evaluasi, yaitu membuat laporan hasil evaluasi
agar diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan(Putri,
2019).
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Metode Kegiatan
Setelah dilakukan intervensi baik fisik maupun non fisik pada PBL
I,selanjutnya dilakukan evaluasi intervensi pada PBL II. Evaluasi
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara virtual, dan metode
pemberian post test dengan menggunakan google form padamasyarakat di
Desa Kaballangang Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.Evaluasi
intervensi dilakukan berdasarkan sesuai dengan jenis intervensi.
Luas Presentase
No. Kelurahan/Desa
(km²) (%)
1 2 3 5
1 Kelurahan Pekkabata 678 2,31
2 Kelurahan Tatae 1.076 3,69
3 Kelurahan Lampa 3.632 12, 44
4 Kelurahan Bittoeng 1.170 4,01
5 Kelurahan Data 4.340 14,87
6 Desa Massewae 2.912 9,98
7 Desa Kaballangang 1.532 5,25
8 Desa Katomporang 3.903 13,37
9 Desa Kaliang 1.200 4,11
10 Desa Paria 1.790 6,13
11 Desa Bababinanga 1.831 6,27
12 Desa Buttusawe 3.261 11,17
13 Desa Bungi 1.161 3,98
14 Desa Maroneng 704 2,41
Jumlah 29.186 100,00
Jumlah Penduduk
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 667 46.9
Perempuan 754 53.1
Total 1421 100.0
Papan wicara
Kondisi papan wicara
Ya Tidak
Masih berdirih kokoh -
Tulisan dapat dibaca -
Kondisi cat dan gambar Bagus -
Kondisi kesadaran masyarakat
-
disekitar
Sumber : Data Sekunder PBL II,2020
Berdasarkan tabel 5 yang didapat dari data sekunder, hal ini dapat
menunjukkan bahwa papan wicara yang dibuat pada saat PBL I
masih dalam keadaan yang sangat baik baik dari kondisi papan dan
juga tulisan yang ada di papan tersebut walau yang bertahan hanya
ada dua dari tiga yang telah dipasang. Untuk kondisi kesadaran
masyarakat di sekitar papan wicara juga mulai ada. Indikator
keberhasilan papan wicara tentang membuang sampah pada
tempatnya yang dipasang di Dusun Batri dan di Dusun Sokang yaitu
berhasil, hal ini dibuktikan bahwa kegunaannya sebagai media
informasi dan pengingat masyarakat berjalan dengan baik, dalam
kondisi tulisan dan gambar yang ada di papan wicara masih terjaga
dengan rapi.
5.1.2 Evaluasi Intervensi Non-Fisik
Evaluasi intervensi non-fisik merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan
perubahan perilaku dari masyarakat. Evaluasi intervensi non-fisik
yang dilakukan pada PBL II adalah sosialisasi mengenai penyakit
Gastritis (Maag) dan penyakit Asam Urat.
Adapun hasil kegiatan evaluasi intervensi non fisik berupa
post-test dan wawancara dengan menggunakan metode menjawab
kuesioner yang diberikan Via Whatsapp atau Daring dan hasilnya
sebagai berikut:
a) Evaluasi Penyuluhan Penyakit Gastritis (Maag)
Evaluasi penyuluhan penyakit gastritis (maag) dilakukan
dengan membagikan post test yang dilakukan dengan
mengirimkan kuesioner kepada responden Via Whatsapp.
Evaluasi dilaksanakan tanggal 24 agustus 2020 . Hasil
analisis post test evaluasi sosialisasi mengenai penyakit
gastritis (maag) ialah sebagai berikut :
Tabel 6. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Pre Test 1 dan Post Test 2
mengenai Penyakit Gastritis di MA PesantrenDesa Kaballangan Kecamatan
Duampanua Kabupaten Pinrang
Mengetahui apa
3 yang dapat 21 70 9 30 22 73,3 8 26,7 +(3,3)
memicu Gastritis
Mengetahui
4 gejala Gastritis 23 76,7 7 23,3 26 86,7 4 13,3 +(10)
Mengetahui
dampak dari
6 Gastritis pada 18 60 12 40 21 70 9 30 +(10)
penderita
Mengetahui
upaya yang
7 dapat mencegah 26 86,7 4 13,3 30 100 0 0 +(13,3)
Gastritis
Mengetahui cara
87, 12, 87,
3 mengobati asam 7 1 7 1 12,5 +/-(0)
5 5 5
urat
Sumber : Data Primer PBL II, 2020
Berdasarkan tabel 7 yang didapat dari data primer, hal ini dapat
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada Masyarakat Desa
Kaballangan dengan nilai persentase kenaikan tertinggi 25% dari sebelum
penyuluhan 62,5% menjadi 87,5% setelah penyuluhan dan dievaluasi 6 bulan
setelah penyuluhan.
5.1.3 Status kesehatan masyarakat Desa Kaballangan dan
penerapan protokol kesehatan dimasa pandemi
Berdasarkan informasi dari kepala desa dan staf desa
kaballngan, bahwa di desa kaballangan hingga saat ini belum
ditemukan kasus positif covid19, namun terdapat 6 orang PDP.
Enam orang tersebut sempat dicurigai terkena covid19 namun
setelah dilakukan tes hasilnya negatif. Himbauan untuk menerapkan
protokol kesehatan dengan baik dan benar sebagai pencegahan
covid19 dilakukan dengan cara mensosialisasikan kepada
masyarakat dan memasang poster di beberapa titik di desa
kaballangan, namun masih terdapat masyarakat beberapa mayarakat
yang tidak menggunakan masker saat bepergian ke tempat-tempat
ramai seperti pasar, pesta pernikahan, ataupun kegiatan lainnya yang
melibatkan banyak orang.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Evaluasi Intervensi Fisik
Pada evaluasi intervensi fisik yang kami lakukan yakni berupa
evaluasi pengadaan papan wicara. Adapun pembahasan evaluasi intervensi
fisik tersebut, dapat dilihat sebagai berikut :
a) Evaluasi Pengadaan Papan Wicara
Evaluasi intervensi fisik pengadaan papan wicara
dilakukan melalui observasi dalam hal ini diwakili oleh
informan yang telah ditunjuk untuk melihat keberhasilan
program pengadaan papan wicara dan menilai sejauh mana
peningkatan pengetahuan masyarakat Desa Kaballangan
mengenai isi dan manfaat papan wicara dan
mempraktekkan isi papan wicara. Evaluasi ini dilakukan
dengan cara yaitu informan yang telah ditunjuk mendatangi
beberapa tempat disekitar pengadaan papan wicara tersebut
dan mengirimkan file berupa foto kepada kami melaui
Whatsapp. Evaluasi ini dilakukan di titik pengadaan papan
wicara yaitu di 2 titik yaitu di Dusun Batri dan di Dusun
Sokang dimana kami melakukan evaluasi pada tanggal 25
Agustus 2020. Target dan indikator keberhasilan dari
evaluasi ini yakni masyarakat telah membaca papan wicara
dan mulai mengubah kebiasaan mereka. Sebagaimana kami
melihat dari hasil observasi sudah mulainya masyarakat
setempat sadar tentang kebersihan mengenai sampah
dengan menjaga di area Perairan dan sekitar Tempat
Pembuangan Sampah.
5.2.2 Evaluasi Intervensi Non-Fisik
Evaluasi intervensi non-fisik merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku
dari masyarakat. Evaluasi intervensi non-fisik yang dilakukan pada PBL II
adalah evaluasi penyuluhan mengenai penyakit Gastritis (Maag) dan
penyakit Asam Urat. Adapun hasil kegiatan evaluasi intervensi non fisik
berupa post-test Via Whatsapp.
a) Evaluasi Penyuluhan Mengenai Penyakit Gastritis
(Maag)
Evaluasi penyuluhan mengenai penyakit Gastritis
(Maag) dilakukan dengan membagikan post test yang yang
dilakukan secara Daring pada siswa-siswi MA Pasantren
Desan Kaballanganuntuk mengukur tingkat keberhasilan
program intervensi. Evaluasi dilaksanakan tanggal 24
Agustus 2020. Evaluasi penyuluhan penyakit Gastritis
(Maag) dilakukan untuk menilai sejauh mana peningkatan
pengetahuan siswa-siswi di MA Pasantren Desa
Kaballangan mengenai Penyakit Gastritis (Maag). Jumlah
responden untuk evaluasi sosialisasi sebanyak 34
responden. Indikator keberhasilan evaluasi penyuluhan
penyakit gastritis (Maag) yaitu adanya peningkatan
pengetahuan responden sebelum dan setelah intervensi dan
alat ukur keberhasilan yang digunakan saat penyuluhan
adalah pembagian kuesioner post-test yang diberikan pada
saat evaluasi. Untuk mengukurnya digunakan metode
scoring atau pemberian angka dari setiap jawaban yang
dipilih dan dianalisis melalui aplikasi SPSS. Berdasarkan
hasil analisis, menunjukkan bahwa hal ini dapat
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
setelah penyuluhan dan dievaluasi 6 bulan setelah
penyuluhan. Hal ini dapat dikatakan bahwa program
intervensi penyuluhan penyakit Gastritris (Maag) berhasil
karena terdapat peningkatan dari pre test 1 ke post test 2
yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan siswa-siswi
setelah penyuluhan mengenai penyakit Gastritis pada PBL
1. Peningkatan pengetahuan responden didukung oleh
antusias responden mengikuti penyuluhan serta sangat baik
dalam menanggapi kami.
b) Evaluasi Penyuluhan Mengenai Penyakit Asam Urat
Evaluasi penyuluhan mengenai penyakit asam urat
dilakukan dengan membagikan post test yang yang
dilakukan secara daring kepada masyarakat Kaballangan
tempat intervensi pada PBL I untuk mengukur tingkat
keberhasilan program intervensi. Evaluasi dilaksanakan
tanggal 26 Agustus 2020. Evaluasi penyuluhan dilakukan
untuk menilai sejauh mana peningkatan pengetahuan dan
perubahan prilaku masyarakat di Desa Kaballangan
mengenai penyakit Asam Urat. Jumlah responden untuk
evaluasi penyuluhan sebanyak 9 responden. Indikator
keberhasilan evaluasi penyuluhan penyakit Asam Urat yaitu
adanya peningkatan pengetahuan dan perubahan prilaku
responden sebelum dan setelah intervensi dan alat ukur
keberhasilan yang digunakan saat penyuluhan adalah
pembagian kuesioner post-test yang diberikan pada saat
evaluasi. Untuk mengukurnya digunakan metode scoring
atau pemberian angka dari setiap jawaban yang dipilih dan
dianalisis melalui aplikasi SPSS. Berdasarkan hasil analisis,
menunjukkan bahwa hal ini dapat menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan.Hal ini dapat dikatakan
bahwa program intervensi penyuluhan penyakit asam urat
berhasil karena terdapat peningkatan dari pre test 1 ke post
test 2 yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan
setelah penyuluhan mengenai penyakit asam urat pada PBL
1. Peningkatan pengetahuan responden didukung oleh
antusias responden mengikuti penyuluhan serta sangat baik
dalam menanggapi kami.
5.2.3 Status kesehatan masyaraka Desa Kaballangan dan penerapan
protokol kesehatan dimasa pandemi
Kegiatan ini dilakukan dengan mencari informasi langsung kepada
staf desa dan juga kepala desa kaballngan dengan turun langsung ke
lapangan dengan perwakilan empat orang peserta PBL yang berdomisili
di kabupaten Pinrang.
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan selama PBL2,
dikarenakan kasus covid19 di Indonesia semakin hari semakin
bertambah, namun hal ini di imbangi dengan jumlah pasien yang sembuh
lebih banyak dari jumlah pasien yang meninggal. Dilihat dari data per 7
september 2020 provinsi sulawesi selatan menempati urutan ke-5 dengan
jumlah kasus tertinggi di Indonesia. Kabupaten pinrang sendiri pernah
ditemukan kasus positif covid19 dan telah sembuh.
7.1 Kesimpulan
Berdasasrkan hasil evaluasi program kerja kami, pada Pengalaman
Belajar Lapangan II yang telah dilaksanakan di Desa Kaballangang
Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang dari tanggal 24 sampai dengan
31 Agustus 2020, maka dapat disimpulkan:
7.2 Saran
7.2.1 Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam mengikuti
kegiatan yang diadakan, baik kegiatan yang diadakan oleh pemerintah
maupun pihak manapun.Selanjutnya diharapkan untuk lebih
memperhatikan lingkungan sekitarnya khususnya sampah dan kesehatan
mereka serta dapan mengubah kebiasaan yang buruk setelah mengikuti
penyuluhanserta dapat menerapkan PHBS yang baik bukan hanya di
rumah tapi dimanapun mereka berada terutama dimasa pandemi ini sangat
dianjurkan untuk menerapkan protokol kesehatan secara benar.
7.2.2 Pengelola PBL II
Sebaiknya dapat memberikan pembekalan yang maksimal
kemudian lebih memperhatikan mahasiswa PBLsaat berada di lapangan
serta mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan PBL jauh
sebelum hari yang telah ditentukan agar segala hal sesuatunya dapat
dipersiapkan dengan baik lagi.
7.2.3 Pihak Desa
Sebaiknya pemerintah lebih berperan aktif dalam berbaur dengan
masyarakat dari segala bidang aspek manapun terkhusus mengenai
kesehatan.
Hasibuan, S. S., Syahrizal, M., & Saputra, I. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa
Penyakit Maag Pada Fase Akut Dan Kronis Dengan Metode Hybrid Case
Based. Pelita Informatika: Informasi Dan Informatika, 18(2), 186–191.
Retrieved from https://ejurnal.stmik-
budidarma.ac.id/index.php/pelita/article/view/1257
Sukrorini, T., Budiastuti, S., Ramelan, A. H., & Kafiar, F. P. (2014). Kajian
Dampak Timbunan Sampah Terhadap Lingkungan Di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Putri Cempo Surakarta. Jurnal EKOSAINS, 6(3), 56–70.
Widawati, E., Harlianto, T., Iskandar, I., & Budiono, C. (2014). Kajian potensi
pengolahan sampah. Jurnal Metris, 15, 119–126.
DAFTAR LAMPIRAN