Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN KELOMPOK

Interaksi Sosial dalam Pengembangan Kelompok Terkait Kesehatan


Masyarakat

Disusun oleh Kelompok 10


IKM C 2017
Rika Ameiliawati 101711133164
Tisara Syafira Awanis 101711133175
Syarifa Nurul Ramadhani 101711133184
Mochamad Ali Haidar 101711133188
Alince Tekege 101711133240

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Sosial..............................................................4
2.2 Fungsi Interaksi Sosial.....................................................................4
2.3 Tujuan Interaksi Sosial....................................................................5
2.4 Syarat-syarat Interaksi Sosial..........................................................6
2.5 Bentuk Interaksi Sosial....................................................................7
2.6 Jenis Interaksi Sosial......................................................................10
2.7 Ciri-ciri Interaksi Sosial.................................................................11
2.8 Faktor Interaksi Sosial...................................................................12
2.9 Tahapan Interaksi Sosial................................................................14
2.10 Hambatan yang ada dalam Interaksi Sosial...................................15
2.11 Contoh Interaksi Sosial dalam bidang Kesehatan Masyarakat......17
2.12 Keterkaitan Interaksi Sosial dengan Pengembangan Kelompok...18
BAB III PENUTUP........................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan......................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh
timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan kehidupannya. Hubungan timbal balik antara manusia yang satu dengan
manusia lainnya di sebut interaksi.Hubungan timbal balik tersebut disertai dengan adanya
kontak sosial dan komunikasi.Dalam kehidupan sehari-hari manusia di lingkungan
masyarakat tentunya terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis.Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa
hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu
dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi
sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya
ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika
hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu
bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan
bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa
adanya interaksi sosial, maka kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat
disebut interaksi. Dalam kesehatan masyarakat, interaksi diperlukan untuk mengetahui
keadaan atau kondisi kesehatan masyarakat di suatu daerah. Dengan adanya interaksi
sosial diharapkan masyarakat dapat saling berkomunikasi untuk mengutarakan
masalahnya terutama masalah yang menyangkut kesehatan agar mendapat solusi dari
masalah yang sedang dihadapi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari interaksi sosial adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Interaksi Sosial?
2. Apa saja fungsi dari Interaksi Sosial?
3. Apa tujuan dari Interaksi Sosial?
4. Apa syarat-syarat Interaksi Sosial?
5. Apa saja bentuk Interaksi Sosial?
6. Apa saja jenis Interaksi Sosial?
7. Bagaimana ciri-ciri Interaksi Sosial?
8. Apa saja faktor-faktor Interaksi Sosial?
9. Apa saja tahapan dalam Interaksi Sosial?
10. Apa hambatan yang ada dalam Interaksi Sosial?
11. Apa saja contoh Interaksi Sosial yang ada dalam bidang Kesehatan Masyarakat?
12. Bagaimana keterkaitan Interaksi Sosial dengan Pengembangan Kelompok?
1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah dari interaksi sosial adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari interaksi sosial
2. Mengetahui fungsi dari interaksi sosial
3. Mengetahui tujuan dari interaksi sosial
4. Mengetahui syarat-syarat dalam interaksi sosial
5. Mengetahui bentuk interaksi sosial
6. Mengetahui jenis interaksi sosial
7. Mengetahui ciri-ciri interaksi sosial
8. Mengetahui faktor interaksi sosial
9. Mengetahui tahapan dalam interaksi sosial
10. Mengetahui hambatan yang ada dalam interaksi sosial
11. Mengetahui contoh interaksi sosial yang ada dalam bidang kesehatan masyarakat
12. Mengetahui keterkaitan antara interaksi sosial dengan pengembangan kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Tujuan Interaksi Sosial

Proses interaksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

misalnya melalui tatap muka langsung. Secara tidak langsung dapat melalui sarana-sarana

komunikasi misalnya surat, radiogram, telepon, dan interlokal. Tujuan dari interaksi sosial

sebagai berikut :

1. Untuk menjalin hubungan persahabatan.


2. Untuk menjalin hubungan dalam bidang perdagangan.
3. Untuk melaksanakan kerja sama yang saling menguntungkan.
4. Untuk membicarakan dan merundingkan sesuatu masalah yang timbul.
5. Untuk meniru kebudayaan orang lain yang lebih maju dan lain-lain

2.4 Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Soejono Sukanto, terdapat dua syarat yang pasti terjadi jika melakukan interaksi

sosial, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

1. Kontak Sosial

Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial
itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan
tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang
bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat
berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang
tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga
bentuk:
a. Antara orang perorangan
b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu :
a. Kontak sosial positif, merupakan kontak sosial yang mengarah pada suatu
kerja sama
b. Kontak sosial negative, merupakan kontak sosial yang mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak
sosial.
c. Primer, mengadakan hubungan langsung bertemu, bertatap muka
d. Sekunder, mengadakan hubungan yang melalui perantara
2. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain
(yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi
sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal
ini kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

2.5 Bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial yang terjadi antara orang perorangan atau orang dengan
kelompok mempunyai hubungan timbal balik dan dapat tercipta oleh adanya kontak
sosial dan komunikasi yang menimbulkan berbagai bentuk interaksi sosial. Interaksi
sosial dibagi menjadi dua bentuk, asosiatif dan disosiatif. Berikut adalah penjelasan dari
bentuk interaksi sosial :

1. Proses Asosiatif
Bentuk interaksi social asosiatif adalah interaksi social yang melahirkan kerja
sama. Adapun bentuk-bentuk interaksi social asosiatif diantaranya adalah sebagai
berikut :
A. Kerja sama

Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi social dimana ada usaha yang dilakukan
bersama-sama antara individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Ada beberapa bentuk kerja sama di dalam masyarakat diantaranya adalah :
1. Bargaining
Sebuah bentuk kerja sama dalam perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang atau jasa antara individu maupun kelompok.
2. Cooptation
Cooptation atau kooptasi meruapakan sebuah proses masuk dan diterimanya
unsur-unsur baru dalam sebuah kelompok atau organisasi, untuk menjaga
stabilitas organisasi tersebut.
3. Coalition
Coalition atau koalisi adalah sebuah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh
dua buah organisasi atau lebih demi kepentingan bersama.
4. Join venture
Join venture atau disebut dengan usaha patungan adalah bentuk kerja sama
yang tujuannya untuk menghasilkan keuntungan. Kerja sama ini dilakukan
dengan perusahaan tertentu.
B. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu bentuk interaksi sosial yang dilakukan untuk mengurangi
ketegangan – ketegangan yang terjadi anatar individu atau kelompok. Ada beberapa
bentuk – bentuk akomodasi, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap yang diambil utuk menghindari suatu
perselisihan.Kompromi
2. Kompromi
Kompromi adalah interaksi sosial di mana terjadi sikap saling pengertian antar
pihak, sehingga terjadi sebuah penyelesaian terhadap sebuah perselisihan. Kompromi
sering disebut juga dengan perundingan.
3. Coercion
Koersi adalah suatu bentuk akomodasi, di mana proses pelaksanaannya dilakukan
dengan cara paksaan. Bentuk coersi ini terjadi apabila satu pihak memiliki posisi yang
lebih kuat.
4. Arbitation
Arbitation disebut juga dengan mediasi, yaitu suatu bentuk interaksi di mana
pelaksanaannya menggunakan pihak ketiga yang memiliki kedudukan lebih tinggi di
antara kedua belah pihak yang saling bertentangan.
5. Concilation
Concilation adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mempertengahkan suatu
permasalahan dan mengambil sebuah keputusan bersama.
6. Ajudication
Ajudication adalah sebuah bentuk penyelesaian perkara yang dilakukan melalui
pengadilan. Cara ini bisanya dilakukan apabila tidak terjadi kesepakatan dalam
perundingan.
7. Stalemate
Stalemate adalah sebuah bentuk akomodasi seperti balance of power (politik
keseimbangan) di mana kedua belah pihak yang saling berselisih sama – sama
mengurangi kekuatan mereka.
8. Segregasi
Segregasi yaitu sebuah upaya yang dilakukan dengan cara saling menghindar
untuk mengurangi ketegangan.
9. Gencatan senjata
Gencatan senjata adalah sebuah pertentangan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan untuk mencari penyelesaian konflik tersebut.
C. Akulturasi
Akulturasi adalah sebuah proses yang terjadi di mana suatu kelompok manusia
dihadapakan dengan unsur – unsur kebudayaan asing. Seiring berjalannya waktu,
unsur – unsur tersebut akan diterima dan menjadi budaya mereka.
D. Asimilasi
Asimilasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial yang terjadi untuk mengurangi
suatu perbedaan yang terjadi di antara beberapa individul atau kelompok, dengan kata
lain asimilasi adalah usaha untuk menyamakan sikap, mental, dan tindakan agar
tercapainya sebuah tujuan bersama. Contoh dari bentuk asimilasi adalah pembauran
antara etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi.
2. Proses Disosiatif
Disosiatif adalah sebuah proses interaksi sosial yang mengarah kepada suatu
perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif yang terjadi di masyarakat.
Adapun jenis - jenis disosiatif adalah sebagai berikut:
A. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan sebuah bentuk sosial di mana adanya proses kompetisi
atau persaingan antara individu atau kelompok. Meskipun adanya persaingan, bentuk
sosial ini tidak menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu
kemenangan. Contoh bentuk interaksi sosial ini adalah persaingan antar siswa untuk
memperebutkan peringkat pertama di dalam kelas.
B. Kontravensi (contravention)
Kontravensi adalah bentuk proses disosatif di antara persaingan dan konflik. Ada
lima macam bentuk kontravensi, di antaranya adalah: kontravensi yang bersifat
umum, seperti penolakan, keengganan, gangguan, pengacauan, dan kekerasan.
Kontravensi yang bersifat sederhana, seperti memaki-maki, menyangkal, mencerca,
dan memfitnah. Kontravensi yang bersifat intensif, seperti penghasutan, penyebaran
isu, dan mengecewakan. Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti membongkar
rahasia lain dan berkhianat. Kontravensi yang bersifat taktis, seperti intimidasi,
provokasi, dan mengganggu pihak lawan.
C. Konflik
Konflik adalah suatu bentuk proses sosial di mana adanya sebuah pertentangan
anatara individu atau kelompok yang diwarnai dengan ancaman dan kekerasan.
2.6 Jenis Interaksi Sosial
Ada tiga jenis interaksi sosial, yakni interaksi antar individu dengan individu, interaksi
antar individu dan kelompok, serta interaksi kelompok dan kelompok. Interaksi sosial
dapat berbentuk kerja sama, persaingan, pertikaian, maupun sejenisnya (dalam hal ini
dilihat dari kerjasama dan pertentangan antara dokter dan pasien) dalam pelayanan
kesehatan yang meliputi pemeriksaan dan pengobatan. Ketiga jenis interaksi tersebut kita
jelaskan berikut ini (M.Sitorus, 2000: 12).
1. Interaksi Antar Individu dan Individu
Interaksi jenis ini bisa sangat konkret atau jelas, akan tetapi bisa juga sebaliknya.
Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial pun sudah mulai. Walaupun kedua
individu tersebut tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial
telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini sangat dimungkinkan oleh
faktor-faktor tertentu seperti bau asap rokok atau bau keringat yang menyengat, bunyi
penyakit tertentu seperti batuk atau bisa juga bunyi yang dihasilkan saat bersin dan hal
lain yang mengundang reaksi orang lain (seperti menutup hidung).
2. Interaksi Antara Kelompok dan Kelompok
Interaksi sosial juga bisa terjadi antara kelompok dan kelompok. Interaksi jenis ini
terjadi pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota
kelompok yang bersangkutan. Contohnya, adanya perbedaan pendapat mengenai
tindakan selanjutnya terhadap pasien antara pihak rumah sakit dengan pihak keluarga
pasien.
3. Interaksi Antara Individu dan Kelompok
Interaksi sosial bisa juga terjadi antara individu dan kelompok. Bentuk interaksi
disini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala
terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.
Misalnya, dilakukannya penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif kepada
masyarakat yang lebih spesifik yaitu kepada ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan
ataupun ibu-ibu yang sudah menginginkan mendapat momongan.
2.7. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Ciri-ciri Interaksi Sosial Menurut Soleman B. Taneko antara lain:
(1) adanya dua orang pelaku atau lebih
Karena jika tidak melibatkan 2 orang atau lebih kita tidak mengalami hubungan.
Sedangkan pengertian interaksi sosial adalah adanya hubungan/komunikasi yang
melibatkan 2 orang atau lebih, sebab interaksi pasti melibatkan pengirim pesan dan
penerima pesan. Tanpa adanya itu, maka interaksi sosial tidak akan tercapai.
(2) adanya hubungan timbal balik antar pelaku
terjadinya hubungan timbal balik ini disebabkan oleh adanya tindakan (perlakuan)
dan tanggapan (respon), antara dua pihak. Contohnya interaksi antar pemberi materi
kesehatan dan peserta dengan timbal balik berupa pertanyaan.
(3) proses diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung (kontak sosial
primer : hubungan timbal balik antarindividu atau antarkelompok yang terjadi secara
fisik (tatap muka). Misalnya, berbicara dan berjabat tangan), maupun secara tidak
langsung (kontak sosial sekunder: hubungan timbal balik antarindividu atau
antarkelompok melalui perantara, seperti komunikasi melalui media seperti
telepon, chatting, ataupun menyampaikan pesan lewat orang lain),
(4) adanya dimensi waktu (lampau, sekarang, dan akan datang) yang menentukan sifat
hubungan timbal balik yang sedang berlangsung
Dalam proses interaksi dibatasi oleh dimensi waktu sehingga dapat menentukan sifat
aksi yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam interaksi.
Contohnya saat berbicara dengan tenaga kesehatan yang lebih tua menggunakan
bahasa yang sopan.
(5) adanya tujuan dari masingmasing pelaku.
Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi terletak pada kesadaran
mengarahkan tindakan pada orang lain. Harus ada orientasi timbal-balik antara pihak-
pihak yang bersangkutan, tanpa menghiraukan isi perbuatannya: cinta atau benci,
kesetiaan atau pengkhianatan, maksud melukai atau menolong.

2.8. FaktorDasar Terbentuknya Interaksi Sosial


Interaksi sosial tidak terjadi begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai dasar timbulnya interaksi sosial. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mendasari terjadinya interaksi sosial.
1. Faktor Imitasi
Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik
seseorang secara berlebihan. Sebagai suatu proses, ada kalanya imitasi berdampak positif
apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik menurut pandangan umum
masyarakat. Akan tetapi, imitasi juga berdampak negatif apabila sosok individu yang
ditiru berlawanan dengan pandangan umum masyarakat.
Contoh:
 Seorang siswa meniru penampilan seorang bintang film terkenal, seperti rambut
gondrong (panjang), memakai anting, memakai gelang dan kalung secara
berlebihan. Tindakan seperti itu akan mengundang reaksi dari lingkungan sosial
yang menilai penampilan itu sebagai urakan atau tidak sopan.
 Seorang pemuda dengan tekun mengamati pola interaksi antarpenduduk di suatu
desa kecil dan terbelakang karena ingin meniru upaya keras dan tekun yang
dilakukan seorang pakar sosiologi terkenal.
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. Akan
tetapi, imitasi yang berlebihan dapat pula melemahkan perkembangan daya nalar dan
daya kreasi seseorang.
2. Faktor Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak ke pihak lain.
Akibatnya, pihak yang lain akan tergerak mengikuti pengaruh/pandangan itu dan
menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang (mengabaikan
rasionalitas). Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang berwibawa dan memiliki
pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari
kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas), ataupun orang dewasa
kepada anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat bergantung pada usia,
kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang.
Contoh:
 Seorang kakak akan lebih mudah menganjurkan adiknya yang masih duduk di
bangku sekolah dasar untuk menabung agar kelak menjadi orang kaya, daripada
sebaliknya.
 Pimpinan partai politik melakukan kampanye di depan khalayak ramai agar
memilih partai politiknya. Tindakan itu dilakukan untuk meyakinkan dan
mempengaruhi orang banyak untuk mengikuti partainya.
Kalangan yang tingkat pendidikannya rendah ataupun terbelakang cenderung mudah
terkena pengaruh orang lain, mulai dari himbauan sampai dengan hasutan. Sedangkan
kalangan berpendidikan tinggi cenderung berpikir kritis sehingga tidak mudah terkena
sugesti.
3. Faktor Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi
dinamakan idola (kata idol berarti sosok yang dipuja).
Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang
pengaruhnya telah amat kuat. Misalnya, seseorang remaja mengidentifikasikan dirinya
dengan seseorang penyanyi terkenal yang ia kagumi. Lalu, ia akan berusaha mengubah
penampilan dirinya agar sama dengan penyanyi idolanya, mulai dari model rambut,
pakaian, gaya bicara, bahkan sampai makanan kesukaan.
Pada umumnya, proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang.
Namun, yang pasti sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal,
entah langsung (bertemu berbicara) ataupun tak langsung (melalui media informasi).
4. Faktor Simpati
Simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa
tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain
untuk memahami perasaannya ataupun bekerjasama dengannya.
Dibanding ketiga faktor interaksi sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui proses yang
relatif lambat. Namun, pengaruh simpati lebih mendalam dan tahan lama. Agar simpati
dapat berlangsung, diperlukan adanya saling pengertian antar kedua belah pihak. Pihak
yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun hatinya. Sedangkan pihak yang lain
mau menerimanya. Contoh simpati misalnya ketika ada teman yang menjuarai lomba
cerdas cermat, kemudian kita merasa simpati untuk menyampaikan ucapan selamat
kepadanya.

5. Faktor Motivasi

Motivasi yaitu rangsangan pengaruh,stimulusyangdiberikanantarmasyarakat,yangdapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yangdikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya melalui sikap kritis dan akal budinya (rasional).Motivasi biasanya
diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya
dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.

6. Faktor Empati
Empati adalah proses larutnya kejiwaan dalam kedukaan atau kesukaan yang dialami
oleh orang lain. Empati dapat terjadi saat kita mendengar berita menyedihkan atau berita
membahagiakan dari orang lain sehingga seolah kita jadi merasakan kesedihan maupun
kebahagiaan tersebut. Contoh empati misalnya ketika melihat seorang pengemis di
jalanan dan merasakan kasihan kepadanya sehingga kita memutuskan untuk memberikan
sedekah.
2.9 Tahapan Interaksi Sosial

Menurut Mark L. Knapp dalam buku Social Intercourse: From Greeting to Goodbye
(1978), dalam interaksi sosial terdapat tahap yang bisa mendekatkan dan tahap yang bisa
merenggangkan hubungan orang-orang yang berinteraksi. Di bawah ini adalah penjelasan
kedua tahap tersebut.

1) Tahap yang Mendekatkan

Tahap yang mendekatkan dijabarkan menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki


(experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating), dan
mempertalikan (bonding). Contoh, pada saat kami akan melakukan pengembangan
kelompok, kami harus memulai (initiating) terlebih dahulu dengan cara mencari
kelompok mana yang akan kami tuju dan mendatangi kelompok yang kami tuju.
Kemudian melakukan menjajaki (experimenting) dengan cara mengetahui
polahidupmasyarakat yang ada di kelompok tersebut. Kemudian meningkat
(intensifying), setelah mengetahui kebiasaan masyarakat kami meningkatkan seperti
kunjungan terhadap kelompok tersebut. Setelah itu menyatupadukan (integrating),
setelah mengenal kehidupan masyarakat di kelompok tersebut, kami dapat mengetahui
apa yang mereka hadapi permasalahan apa yang mereka hadapi, jadi kami dapat
menyatupadukan pengembangan seperti apa yang akan kita lakukan terhadap kelompok
tersebut. Selanjutnya yang terakhir yaitu mempertalikan (bonding), setelah
menyatupadukan dann mengetahui apa yang akan kami lakukan, kami harus melakukan
bonding agar masyarakat yang berada di dalam kelompok tersebut nyaman dengan kami
dan akhirnya rencana yang sudah kita program akan lebih mudah untuk dilaksanakan dan
memperoleh keberhasilan dalam upaya pengembangan kelompok tersebut.
2) Tahap yang Merenggangkan
Dalam interaksi, selain terjadi proses pendekatan, terjadi juga proses perenggangan.
Proses ini terdiri dari tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi
(circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan
(terminating). Contoh pada pengembangan kelompokyaitu apabila di dalam kelompok
yang akan kami kembangkan para anggota kelompok tersebut membeda-bedakan
(differentiating) mulai dari membedakan tingkat ekonomi, budaya hingga agama. Setelah
differentianting mereka akan mulai membatasi (circumscribing) diri mereka, sehingga
mereka tidak dapat memberikan kami informasi yang mendetail karena mereka sudah
membangun batasan di diri mereka. Kemudian memacetkan (stagnating), upaya stagnating
disini dapat berupa tidak melaksanakan program yang sudah kami rencanakan untuk
pengembangan kelompok, sehingga upaya tersebut dapat macet atau tidak berjalan.
Sehingga sampai pada tahap menghindari avoiding), misalnya pada acara berkumpul
mereka mulai tidak datang dengan beragam alasan dan sampai pada tahap memutuskan
(terminating, mereka memutuskan untuk tidak bergabung dengan kelompok tersebut.
2.10 Hambatan dalam Interaksi Sosial

Faktor-faktor hambatan interaksi :


1. Fisiologi
a. Organ pendengaran yang berfungsi sebagai penerima rangsang bunyi dari
lingkungan dan diteruskan ke otak untuk memahami pesan, yang apabila organ
pendengaran ini tidak berfungsi dengan baik,akan menghambat kelancaran
berinteraksi dan berkomunikasi.
b. kondisi organ-organ bicara yang meliputi organ suara dan artikulasi (bibir
bawah/atas, lidah, gigi atas/bawah, langit-langit keras/lunak, rongga mulut, hidung,
dsb.) yang kalau salah satuorgan ada kerusakan akan menghambat proses bicara
sehingga menghambat komunikasi.
c. persyarafan pusat berfungsi mengkoordinirsensorimotoris dalam berinteraksi dan
komunikasi berfungsi untuk mengelola pikiran dan organ-organ pola tindakan.
Dengan terganggunya fungsi susunan syaraf sensomotoris akan menghambat
kemampuan memahami dan membentuk bunyi bahasa sehingga mengakibatkan
gangguan interaksi dan komunikasi.
Contoh : seseorang yang mengalami kerusakan pada organ pendengaran (tuli) akan
menghambat kelancaran berinteraksi dan beromunikasi yang dapat menyebapkan salah
paham pada anggota kelompok lain.
2. Psikologi
a. Kecerdasan yang rendah akan mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan
bahasa dan menghambat perkembangan dalam berinteraksi
b. Minat yang kurang pada lingkungan yang dilihat dan didengarnya akan menghambat
terhadap perkembangan komunikasi.
Contoh : seseorang yang memiliki pengetahuan/ wawasan yang minim akan
menghambat interaksi sosial karena kurangnya bahasan ataupun topik pada antar
kelompok maupun anggota kelompok sehingga mengakibatkan minimnya interaksi
sosial.
3. Lingkungan
Keluarga tersebut tidak mendukung, seperti pasif atau tidak adanya akses bahasa, tidak
ada stimulus untuk berinteraksi, serta penggunaan biblingualism pada awal
perkembangan komunikasi akan berpengaruh kepada perkembangan anak untuk bisa
berbicara danmenjadikan gangguan dalam berinteraksi dan komunikasi.
Contoh : kurangnya akses misalkan kendaraan untuk berkomunikasi dengan anggota
ataupun kelompok lain.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa :
1. Faktor Kondisi Fisik dan Kemampuan Motorik
Seorang anak dengan kondisi fisik yang sehat, penuh energi, akan selalu bergairah
untuk bergerak dan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.
2. Faktor Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, cenderung memiliki kemampuan
yang tinggi untuk menangkap banyak kata-kata dari lingkungannya,mengingatnya
dengan baik, serta dapat mengatakannya kembali dalam situasi yang tepat.
3. Faktor Sosial – Ekonomi
Orang tua dari status sosial ekonomi yang tinggi yang memilki kesibukan yang
luar biasa,sehingga lebih banyak membiarkan anaknya berinteraksi dengan fasilitas
yangtersedia, akan mengakibatkan kemampuan verbal anak tersebut kurang
berkembang.
4. Faktor Lingkungan
Peranan Orang –orang yang berada disekelilingnya terutama ibunya, dapat
mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa anak.
5. Faktor Jenis Kelamin
Perkembangan bicara dan bahasa anak perempuan relatif lebih baik dibanding
dengan anak laki-laki, baik dalam tempo perkemangannya, koakata, maupun
kemampuan berartikulasinya.
6. Faktor Kewibahasaan
Pemakaian dwibahasa atau lebih pada anak, dalam masa perkembangan,akan
mempengaruhi kemampuan bicara dan bahasanya, terutama pada anak yang memilki
kelainan. Hal itu karena anak akan bingung memilh kata –kata yang akan diucapkanya,
karena rangsangan yang didengar dengan rangsangan yang diucapkannya berbeda
untuk satu pengertian.
2.11 Contoh Interaksi Sosial dalam Kesehatan Masyarakat

2.12 Keterkaitan Interaksi Sosial Dengan Pengembangan Kelompok


Sutherland (Santoso, 2010:164) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan yang mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan
antara individu dengan kelompok dalam situasi sosial. Maka dari itu hal tersebut selalu
terjadi dalam situasi sosial serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik dari
individu yang ikut berpartisipasi dalam situasi sosial itu sehingga menimbulkan pengaruh
dalam suatu kegiatan kelompok tersebut.
Keberadaan interaksi sosial harus ada dalam pengembangan kelompok, dan hal
tersebut sangat menentukan keberhasilan pengembangan kelompok itu sendiri. Interaksi
sosial dalam ruang lingkup kelompok terlihat dari hubungan timbal balik anatara individu
dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta antara individu dengan kelompok yang
merupakan hubungan sosial yang dinamis dan merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial yang dapat berbentuk kerja sama, persaingan, pertikaian, maupun sejenisnya dalam
bidang kesehatan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan dan
pengobatan, pelayanan administrasi, serta berbagai bentuk penyuluhan promotive
preventif.
Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial,suatu individu dengan sekumpulan
kelompok masyrakat,baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan
kelompok-kelompok dan antar kelompok masyarakat itu sendiri, menciptakan
segi dinamika dari sisi perubahan dan perkembangan masyarakat. Adanya tingkat
kesadaran di dalam berkomunikasi di antara warga-warga dalam kehidupan bermasyarakat
dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai suatu kesatuan dan menciptakan apa
yang dinamakan sebagai suatu sistem komunikasi. Sistem komunikasi ini mempunyai
lambing- lambang yang diberi arti dan menghasilkan persepsi khusus dalam memahami
lamabang-lambang tersebut oleh masyarakat.Karena kelangsungan kesatuannya dengan
jalan komunikasi itu, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem
komunikasinya masing-masing. Sehingga dalam hal ini, interaksi sosial penting dalam hal
penyampaian informasi dengan tujuan meningkatkan taraf hidup sehat bagi tenaga
kesehatan masyarakat di lapangan.
Interaksi sosial dalam pengembangan kelompok dengan kelompok pada program
kesehatan masyarakat dapat terjadi di berbagai jenis kegiatan, contohnya penyuluhan dari
dinas kesehatan maupun LSM terkait kepada masyarakat. Dalam hal ini, terjadi berbagai
bentuk komunikasi dan timbal balik antar individu yang mana hal ini menentukan
keberkembannya suatu kelompok masyarakat dalam menghadapi suatu permasalahan yang
terkait kesehatan masyarakat. Semakin terbuka kelompok tersebut terhadap tenaga
kesehatan, maka semakin besar interaksi sosial yang dapat terjadi. Dengan begitu, semakin
besar pula pengaruh yang diterima kelompok masyarakat, yang nantiya dapat mengubah
pola, perilaku dan kebiasaan mereka terkait dengan kesehatan promotive preventif.
Selain itu, interaksi sosial juga terjadi dalam interaksi dokter dan pasien. Penelitian
mengenai interaksi dokter dan pasien dilakukan oleh Lesley Fallowfiled (2002) di beberapa
rumah sakit khusus kanker di London. Penelitian ini menghasilkan 3 hipotesis antara lain :
dominasi dokter yang lebih kuat dari pada pasien ketika menjalani konsultasi; tingkat
psikososial yang rendah antara dokter-pasien; dan karakter pasien seperti jenis kelamin,
usia, dan kategori prognostik yang mempengaruhi perilaku dokter. Tiga hal tersebut
menentukan seberapa besar interaksi sosial yang dapat terjadi. Contohnya saja, jika pasien
tidak terlalu memahami tentang masalah penyakitnya, maka dokter akan menyarankan hal-
hal yang seperlunya saja, dan terkadang tidak merinci, sehingga besar kemungkinan pasien
melakukan suatu hal yang salah dan dapat menganggu jalannya pengobatan. Hal ini tentu
saja merugikan pasien itu sendiri.
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antar individu, antar individu dan kelompok, serta antar
kelompok. Proses interaksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung misalnya melalui tatap muka langsung. Secara tidak langsung dapat melalui
sarana-sarana komunikasi misalnya surat, telepon dan lain-lain. Tujuan interaksi sosial
pada dasarnya adalah untuk menjalin hubungan timbal balik bagi setiap individu maupun
kelompok yang melakukan interaksi sosial dengan didukung adanya syarat-syarat, faktor-
faktor, ciri-ciri dan bentuk dari interaksi sosial.
Fungsi interaksi social sendiri adalah untuk menjalankan kehidupan
social,menjalin tali silaturahmi,melakukan kerja sama, menjalin hubungan
usaha,mendiskusikan persoalan. Syarat dari interaksi social sendiri adalah kontak social
dan komunikasi. Cir-ciri interaksi social sendiri adalah ada pelaku dengan jumlah lebih
dari satu orang,ada komunikasiantar pelakudengan menggunakan symbol-simbol,ada
dimensi waktu(masa lampau,,masa kini,dan masa mendatang) yang menentukan sifat aksi
yang sedang berlangsung,ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan
tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.
3.2. SARAN
Saran yang dapat diberikan pada interaksi sosial dalam pengembangan kelompok
terkait kesehatan masyarakat sebagai berikut :
1. Interaksi sosial saat ini sudah berjalan dengan baik tanpa disadari oleh
manusia tetapi perlu pengembangan yang lebih bagi masyarakat agar lebih
memahami
2. Interaksi sosial bisa digunakan sebagai media dalam mempromosikan
kesehatan kepada masyarakat
3. Dengan banyaknya fungsi interaksi sosial seperti menjalankan kehidupan
sosial, menjalin tali silaturrahmi, melakukan kerjasama, menjalin
hubungan usaha, dan mendiskusikan persoalan diharapkan bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari karena begitu bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Fallowfield, L. 2002. Communication about sexual problems and sexual concerns in ovarian
cancer: a qualitative study176 (2)
Farid,M. 2014. Pola dan Tahap Interaksi Sosial. www.centrawayang.blogspot.co.id. 5 November
2018(14:35)
https://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi_sosial. 5 November 2018(15:55)
https://kbbi.web.id/motivasi.5 November 2018(15:20)
Taneko,S. B. 1984. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.
Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Knapp, M.L. 1985. Tahap-Tahap Interaksi. Terjemahan K. Sunarto Pengantar Sosiologi, Sebuah
Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Santoso. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai