Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH AGENT PENYAKIT

“KONSEP SEHAT SAKIT”

KELOMPOK III :
CHICI INDAR PARAWANSA (14120190060)
IIN KURNIATI (14120190061)
RINDA NURUL QARIMA (14120190062)
NURASIFAH HASSYARI (14120190063)
DIANNE DARRE ABDOE (14120190064)
WA SARAH (14120190066)
KURMALASARI (14120190067)
ANJAR PUTRI ZAKIA LESTARI (14120190068)
RAHMADANI (14120190069)
ALIFIA NURMAWARNI SUNI (14120180349)
SHOFIYYA (14120180348)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Konsep Sehat Sakit .
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Sehat
Sakit ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 06 Oktober 2020

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. PENGERTIAN SEHAT 3
B. PENGERTIAN SAKIT 4
C. RENTANG SEHAT SAKIT 6
D. FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN INDIVIDU 8
E. KONSEP SEGITIGA EPIDEMIOLOGI 9
F. HUBUNGAN HOST, AGENT, ENVIRONMENT 10
G. KONSEP TERJADINYA PENYAKIT 10
BAB III PENUTUP 21
A. KESIMPULAN 21
B. SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan
orang bilang sehat itu mahal, tetapi benarkah tentang fakta itu, tapi menurut
pendapat para ilmu kesehatan dunia (WHO), memang sehat itu mahal, karena kita
harus memakan-makanan yang penuh dengan gizi, akan kaya protein, zat besi dan
lain-lain. Sementara itu kita harus membeli makanan itu dengan harga yang cukup
mahal, apalagi harga sayur-mayur, susu, beras, lauk pauk, dll, munkin sedang
melonjak harganya dipasar-pasarnal.
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan
bahwa sesuatu dapar bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti
kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal maka
seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat.
Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman.
Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut
hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien
berfungsi secara normal.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat di pahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep
sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosial budaya.

iv
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sehat?
2. Apa pengertian sakit?
3. Bagaimana rentang sehat sakit itu?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu?
5. Bagaimana konsep dari segitiga Epidemiologi?
6. Bagaimana hubungan antara Host, Agent dan Environment?
7. Bagaimana konsep terjadinya penyakit?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari sehat.
2. Untuk mengetahui pengertian dari sakit.
3. Untuk mengetahui rentang sehat sakit.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu.
5. Untuk mengetahui konsep segitiga Epidemiologi
6. Untuk mengetahui hubungan Host, Agent, Environment.
7. Untuk mengetahui konsep terjadinya suatu penyakit.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SEHAT
Sehat sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang termasuk aspek fisik,
emosi, sosial dan spiritual.
Berikut ini beberapa definisi sehat menurut para ahli:
1. Sehat menurut WHO (1927)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, fisik, mental, dan sosial dan bukan
hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik yaitu:
a. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
c. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif
2. Sehat menurut UU No.23 / 1992 tantang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani)
dan sosial yang mendukung hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
3. Sehat menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh yang dapat bertahan sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan
dari luar.
4. Sehat menurut Zaidin Ali (1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara status kesehatan biologis
(jasmani), psikologis, psikologis, dan spiritual yang memungkinkan orang
tersebut hidup secara mandiri dan produktif.
5. Sehat menurut Pender (1982)
Sehat adalah aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu melalui
kepuasan hubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten dan diperlukan untuk mempertahankan stabilitas
dan integritas struktural.

vi
6. Konsep Sehat ( Travis dan Ryan , 1998)
a. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan.
b. Sehat gaya hidup, desain gaya hidup menuju terap potensial tertinggi
untuk sehat.
c. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak
pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen,
"disini dan sekarang."
d. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari
lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk
mempengaruhi lingkungan sekitar.
e. Sehat Integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia
lakukan, rasakan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status
kesehatan.
f. Sehat adalah penerimaan terhadap diri sendiri.

B. PENGERTIAN SAKIT
Berikut beberapa konsep sakit maupun definisi dari sakit itu sendiri yaitu:
1. Sakit adalah suatu gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas kerja
(kegiatan) terganggu.
2. Definisi Sakit Menurut UU No.23, (1992) adalah jika seseorang menderita
penyakit menahun (kronis) atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan
aktivitas kerja atau kegiatan lainnya terganggu.
3. Kriteria sakit menurut Bauman, 1985 terdiri dari 3 bagian penting yaitu :
adanya gejala, persepsi tentang keadaan yang dirasakan, kemampuan dalam
aktivitas sehari-hari.
Beberapa definisi sakit menurut para ahli:
1. Pepkin's
Suatu kedaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas
jasmani, maupun rohani maupun sosial.

vii
viii
2. Kleinman
Gangguan fungsi atau adaptasi dari proses biologi dan psikofisiologis pada
seseorang.
3. Parson
Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia termasuk sejumlah
sistem biologis dan kondisi penyesuaian
4. Oxford English Dictionary
Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan
dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
5. Zaidin Ali
Keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh,
produktivitas dan kemandirian indivisu baik secara keseluruhan maupun
sebagian.
Ciri-ciri Sakit :
1. Suhu abnormal yaitu > 38°C.
2. Tubuhnya lemas, lunglai, letih, dan tidak semangat dalam melakukan segala
aktifitas.
3. Wajahnya pucat dan tubuh terasa nyeri.
4. Adanya gangguan fisik, psikis, maupun sosial.
5. Selalu berfikir bahwa dirinya sakit (sugesti dalam dirinya sendiri).
Tahapan Sakit :
1. Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai
adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll
sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh.
2. Tahap asumsi terhadap sakit
Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian
berespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan
ketakutan, kecemasan-konsultasi dengan orang yang dianggap lebih tahu atau
pelayan kesehatan.

ix
3. Tahap kontak dengan pelayan kesehatan
Tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes,
meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang
dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari pembenaran tentang sakitnya.
Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien mengaggap
dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya
akan datang ke yankes kembali.
4. Tahap ketergantungan
Tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan
mendapat bantuan pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai
tergantung, tetapi ti dak semua orang mempunyai tingkat katergantungan
yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga
penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan
terhadap ketergantungan dan diberi support agar seseorang mengalami
kemandirian.
5. Tahap penyembuhan
Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk
berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini adalah
membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan
dan kehidupan menuju kesejahteraan.

C. RENTANG SEHAT SAKIT


Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan
kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita
berada dalam area sakit (area sakit), dan status kesehatan kita bergerak ke arah
sehat maka kita berada dalam arealasehat (area Wllness). Jadi, status kesehatan
selalu dinamis dan berubah setiap saat.
Sesuai dengan rentang sehat-sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam
keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai
meinggal dunia. Jika individu berada dalam area sehat maka dilakukan

x
pencegahan primer (pencegahan primer), yaitu perlindungan kesehatan (Health
protection) dan perlindungan khusus (Specific protection) agar terhindar dari
penyakit. Jika individu berada dalam area sakit maka dilakukan pencegahan
sekunder dan tersier, yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat,
pencegahan perburukan penyakit dan rehabilitasi.
Status kesehatan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam rentang sehat-sakit
yang dinamis dan dinamis oleh perkembangan sosial budaya, pengalaman masa
lalu, harapan seseorang tentang dirinya, keturunan, lingkungan, dan pelayanan.
1. Perkembangan
Status perubahan kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan.
2. Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang yang terbantu oleh pemikiran dan
keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
3. Pengalaman masa lalu
Perubahan status kesehatan dapat diandalkan juga oleh pengalaman masa
lalu. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak
diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar
dalam status kesehatan selanjutnya.
4. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
status perubahan kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat
menghasilkan status kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun
psikologis.
5. Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang
mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor
genetik.
6. Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta

xi
rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat mengubah status kesehatan.
7. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan
yang dapat mempengaruhi status kesehatan.

D. FAKTOR- FAKTOR KESEHATAN INDIVIDU


Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Individu:
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan
adalah faktor-faktor yang berpengaruh baik yang bersifat mendukung atau
menghambat terhadap keadaan sehat-sakit. Ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan individu yaitu:
1. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan
karena faktor-faktor penyebab penyakit pada lingkungan. Demikian penting
dan sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar
pengaruhnya terhadap kesehatan. Seperti,
a. Tingkah laku, kebisaaan, dan adat istiadat
b. Kepercayaan, pandangan hidup, dan nilai-nilai
c. Sosial ekonomi, taraf hidup dan tahap
d. Demografi, populasi penduduk
e. Pendidikan
3. Fasilitas kesehatan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah:
a. Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dicapai dan diketahui oleh
masyarakat atau tidak
b. Usaha informasi dan motivasi
c. Program, apakah termasuk semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau
tidak.

xii
4. Keturunan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah:
a. Sebuah Genetik
b. Struktur tubuh
Keempat faktor di atas dapat mendukung maupun menghambat kesehatan,
sehingga dapat memudahkan atau menyulitkan timbulnya penyakit yang sehat,
dan juga faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi.

E. KONSEP SEGITIGA EPIDEMIOLOGI (HOST, AGENT, DAN


ENVIRONMENT)
Konsep segitiga yang dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950) ini
merupakan gambaran interaksi antara tiga faktor host (tuan rumah = pejamu),
Agent (agent = faktor penyebab), environment (Lingkungan).
Timbulnya penyakit berkaitan dengan terjadinya ketidakseimbangan
interaksi antara ketiga faktor ini. Keterkaitan antara pejamu, agent, dan
lingkungan merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam
seimbangan (equilibrium) pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan
terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilH yang menimbulkan sataus sakit
(Bustan, 2012).
Gangguan keseimbangan yang memungkinkan terjadinya penyakit
berkaitan dengan:
1. tersedianya pejamu yang rentan (susceptible host)
2. keterpaparan oleh faktor agent yang potensial berisiko (faktor risiko)
3. keadaan perubahan lingkungan yang mendukung keterpaparan oleh agent dan
pejamu yang makin rentan.
Host (pejamu) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.
Agent (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman
infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
Environment (lingkungan) adalah semua faktor luar dari suatu individu
yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosial.

xiii
xiv
F. HUBUNGAN HOST, AGENT, ENVIRONMENT
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi
gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya
penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan
interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment
(lingkungan).
1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan
terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit. Misalnya: Viabilitas
bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang pendingin,
penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan
Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada
fase pre-patogenesis. Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat
dan menyediakan makanan.
3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit
Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat
merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan,
atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa
sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.
4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama
saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk
ke dalam tubuh manusia. Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran
manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease.

G. KONSEP TERJADINYA PENYAKIT


Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang
tidak beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa, dicium, atau

xv
diukur. Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula gejala yang baru
dapat diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu diadakan pemeriksaan.
Apabila tingkat kesakitan dalam suatu populasi penduduk diketahui, maka kita
perlu membedakan antara populasi yang mempunyai dan tidak mempunyai
penyakit yang spesifik. Pada prakteknya cara membedakannya sangat sulit.
Umumnya penyakit-penyakit menahun mempunyai sejarah alamiah penyakit
(Natural history of disease) yang menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu
penyakit dapat dipakai sebagai cara dalam usaha pencegahan attaupun
pengontrolan dari penyakit tersebut.
1. Tingkat Alamiah penyakit
Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of disease)
adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)
Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan
antara host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan
environment(lingkungan). Adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara ketiga faktor tersebut di atas, akan menimbulkan suatu hal yang
disebut faktor risiko (risk factor). Sebagai contoh ialah sebagai berikut:
1) Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol
yang berlebihan (agent), maka akan memudahkan menderita (risk
factor) penyakit infeksi saluran nafas (pneumonia).
2) Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan
darah yang tinggi disertai perokok berat, maka orang tersebut akan
mempunyai resiko mendapat serangan jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai
hal, yaitu sebagai berikut:
1) Umur seseorang
2) Jenis kelamin
3) Gaya hidup seseorang (life style)
4) Keadaan budaya
b. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)

xvi
Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan
interaksi antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai
tampak adanya perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun
demikian, perubahan-perubahan ini masih tetap berada di bawah garis
yang disebut linical horizon, yaitu garis perbatasan antara keadaan
penyakit yang sudah jelas tanda-tandanya (secara klinis) dan terjadiya
perubahan secara patologis. Perubahan atherosklerotik pada pembuluh
darah koroner, sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).
c. Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)
Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional.
Adanya perubahan tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda
dari suatu penyakit. Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit
dapat diklasifikasikan, misalnya berdasarkan lokasi, gambaran histologis
serta fungsionalnya (psychososial).
d. Tingkat kecacatan (stage of disability)
Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan suatu
pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama
walaupun sudah mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat
menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh dan akan memberikan
kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut adalah makin lamanya proses
penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada bagian tubuh
tertentu. Sebagai contoh adalah Penykit virus tertentu (campak) dapat
sembuh dengan sendirinya, akan tetapi jika kondisi penderita amat jelek
dan tanpa pengobatan, dapat menimbulkan komplikasi radang otak.
Tingkat kecacatan sebenarnya dapat diartikan dalam beberapa pengertian.
Pengertian cacat dalam masyarakat dapat berarti terbatasnya aktivitas
seseorang, misalnya terbatasnya komunikasi seseorang karena ia tuli.
2. Faktor Lingkungan
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut
memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.

xvii
a. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara
lain meliputi:
1) Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
2) Vektor pembawa infeksi
3) Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-
obatan),maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara
(host intermedia)
4) Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu
terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang
peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu
dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang
menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang
mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
b. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia
baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan
lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi
serta radiasi) meliputi:
1) Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
2) Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk
pemencaran pada air, dan
3) Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan
lain sebagainya.
4) Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak
pula yang timbul akibat manusia sendiri.
c. Lingkungan sosial

xviii
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem
organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang
membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi:
1) Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem
ekonomi yang berlaku
2) Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
3) Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat
4) Kebiasaan hidup masyarakat
5) Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya

3. Masa Tunas
Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan pathogen yang sifatnya
infeksius. Dengan kata lain seseorang harus diinokulasikan denan penyakit.
Hal ini menyebabkaan kita membayangkan seekor nyamuk anopheles yang
menggigit ( inokulai melalui gigitan) korban tidak menyangka dirinya rentan
disore hari yang hagat, yang kemudian menulari orang tersebut dengan
penyakit, seperti malaria. Masa inkubasi/ masa tunas adalah rentang waktu
yang berlalu diantara waktu inokulasi dan waktu penampakan tanda atau
gejala pertama penyakit itu. Ada kasus dengan korban yang terkena gigitan
nyamuk, masa inkubasi penyakit malaria adalah sekitar 15 hari (10-35 hari),
dari saat digigit sampai korban menggigil, demam, berkeringat, malaise, dan
sakit kepala sela kurang lebih 1 hari, yang hilang muncul selama 48 jam
interval diantara ajanan malaria dan penampakan tanda atau gejala pertama
yang dapat terdeteksi dari penyakit itu merupakan masa inkubasi malaria.
Kesulitan yang dihadapi daklam menentukan pajanan terhadap inokulasi atau
pajanan suatu penyakit membuat titik awal masa inkubasi sulit dipastikan
tanda prodomal yang sama dari penyakit ini membuat titik akhir sulit
dipastikan. Disamping itu tanda-tanda gejala penyakit lain serig kali terlihat
sama misal malaria disangka flu b.

xix
4. Riwayat Alamiah
Riwayat Alamiah adalah Proses Perjalanan suatu penyakit yang alami
(tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan
terencana) sejak dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.
a. Patogenik
Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit
yang disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang
bersangkutan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
1) Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung
berapi.
2) Intervensi orang yang bersangkutan,
a) Disengaja: Kebiasaan merokok, minum alcohol
b) Tidak disengaja: Termakan atau terminum makananan atau
minuman yang sudah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang
dapat menimbulkan penyakit.
b. Patogresif
1) Eksperiment alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan
klinis suatu penyakit.
2) Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan
gejala klinis yang diikuti perkembangannya.
3) Leavell dan Clark menggambarkan riwayat perjalan penyakit seperti

c. Prapatogenesis
Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis (masa tunas)
dan ini berbeda pada tiap penyakit tergantung pada sifat bakteri
(patogenitas, virulensi, juml.bakteri, dan lain-lain)
d. Patogenesis
Periode pada awalnya seseorang telah sakit dan timbul gejala yang
mengikuti perjalanan penyakit dikembangkan menjadi 4 fase/tahap, yaitu:
5. Tahap Rentan/peka

xx
Tahap berlangsungnya proses etiologik, dimana faktor penyebab
pertama untuk pertama kalinya bertemu penjamu. Disini faktor
penyebab pertama belum menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai
meletakkan dasar-dasar bagi penyakit nantinya. Faktor penyebab
pertama termasuk juga faktor resiko, yaitu faktor yang kehadirannya
meningkatkan probabilitas kejadian penyakit.
Contoh:
a) Kebiasaan merokok → Ca Paru
b) Kolesterol LDL yang tinggi → Penyakit Jantung Korener
c) Gizi yang buruk → TBC
d) Radiasi sinar–X → Leukemia

1) Tahap Presimptomatik/Pra gejala


Tahap berlangsungnya proses perubahan patologik yang diakhiri
dengan keadaan ireversibel (manifestasi penyakit tidak dapat dihindari
lagi). Disini belum terjadi manifestasi penyakit, tetapi telah terjadi
tingkat perubahan patologik yang siap untuk dideteksi tanda dan
gejalanya pada tahap berikutnya. Contohnya yaitu Perubahan
aterosklerosisi arteri coronaria sebelum seseorang memperihatkan
tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner.
2) Tahap Klinis
Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup
banyak, sehingga tanda dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi.
Disini telah terjadi manifestasi klinik penyakit.
3) Tahap Ketidakmampuan/terminal
Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit
mungkin sembuh spontan, sembuh dengan terapi, remisi (kambuh),
perubahan beratnya penyakit, kecacatan atau kematian.
6. Konsep Tingkat Pencegahan
Beaglehole membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian primordial
prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention

xxi
(pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific
protection, secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early
diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat
ketiga) yaitu dissability limitation. Untuk lebih lanjut, akan diuraikan sebagai
berikut:
a. Pencegahan Premordial
Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya
perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular
dalam hubungannya dengan diet, dll. Pencegahan ini sering terlambat
dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena sering harus ada
keputusan secara nasional. Tujuan premordial prevention ini adalah untuk
menghindari terbentuknya pola hidup sosia-ekonomi dan kultural yang
mendorong peningkatan resiko penyakit. Upaya ini terutama sesuai untuk
ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini
cenderung menunjukkan peningkatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penegahan awal ini
diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan
masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan
suatu penyakit atau faktor resiko dapat berkembang atau memberikan efek
patologis. Faktor-faktor itu tampaknya bersifat sosial atau berhubungan
dengan gaya hidup danpola makan. Upaya awal terhadap tingkat
pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi
kesehatan yang posotif yang dapat melindingi masyarakat dari gangguan
kondisi kesehatannya yang sudah baik.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini bertujuan untuk mengurangi incidence
dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan
kondom dan jarum suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV,
imunisasi, dll. Biasanya merupakan Population Strategi sehingga secara
individual gunanya sangat sedikit seperti penggunaan seat-belt, program
berhenti merokok, dll.

xxii
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menyembuhkan dan
mengurangi akibat yang lebih serius lewat diagnosis & pengobatan yang
dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu
didiagnosis & usaha ↓ prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan
periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga perkembangan
kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman & tepat untuk
mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal : Screening
pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin, dll
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi penting
pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi
yang tak dapat disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis,
Stroke, kecelakaan dll.
7. Mekanisme Transmisi
Penularan penyakit infeksi adalah mekanisme dimana penyakit infeksi
ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Penularan ini
dapat terjadi melalui tiga cara sebagai berikut :
a. Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya
kepada orang atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa
melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman,
hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari
mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah,
bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter).
b. Penularan Tidak Langsung
1) Penularan Melalui Alat
Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau
duk; air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma,
jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai

xxiii
perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang /
binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.
Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat
tersebut sebelum ditularkan kepada orang / binatang yang rentan.
2) Penularan Melalui Vektor
a) Mekanis: Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti
terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik
terbawa pada kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit
penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga. Bibit
penyakit tidak mengalami perkembangbiakan.
b) Biologis: cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan
(propagasi/multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan
atau kombinasi kedua-duanya. (“cyclopropagative”) sebelum bibit
penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang/binatang lain.
Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga
menjadi infektif. Bibit penyakit bisa ditularkan secara vertikal dari
induk serangga kepada anaknya melalui telur (“transovarium
transmission”) atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari
satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit
didalam tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa.
Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga
menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau dengan cara
regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga pada kulit
sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia
melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti
ini bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana sehingga
serangga yang menularkan penyakit dengan cara ini masih bisa
disebut sebagai vektor penyakit.
3) Penularan Melalui Udara
Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai,
biasanya saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini

xxiv
sebagian atau keseluruhannya mengandung mikro organisme. Partikel
ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam waktu yang lama
sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan
virulensinya. Partikel yang berukuran 1–5 micron dengan mudah
masuk kedalam alveoli dan tertahan disana. Percikan (droplet) dan
partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan melalu udara
(airborne). Droplet terbagi atas:
a) Droplet Nuclei
Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil
penguapan dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang
terinfeksi. “Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan
semacam alat, atau secara tidak sengaja terjadi di labortorium
mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan, di tempat perawatan
tanaman atau di kamar otopsi. Biasanya “Droplet Nuclei” ini
bertahan cukup lama di udara.
b) Debu
Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari
tanah (misalnya spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara
atau secara mekanisme), dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu
yang tercemar.

xxv
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas
dari penyakit tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Sehat juga
memanfaatkan beberapa faktor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sakit
adalah suatu gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas kerja (kegiatan)
terganggu. Adapun ciri- ciri sakit antara lain: suhu abnormal yaitu > 38°C,
tubuhnya lemas, lunglai, letih, dan tidak semangat dalam melakukan segala
aktifitas, wajahnya pucat dan tubuh terasa nyeri, adanya gangguan fisik, psikis,
maupun social, dan selalu berfikir bahwa dirinya sakit (sugesti dalam dirinya
sendiri).
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan
oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang
menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya
seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit
secara lengkap maka penanganan akan akan dapat dilakukan dengan lebih
komprehensif.
Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga,
jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan
penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent
dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan
memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat
ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi lingkungan
dan internal.

B. SARAN
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena
sikap akan menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang
lain dalam menentukan perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan
sebuah perilaku tertentu tetap tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang

xxvi
harus diperhatikan dalam berperilaku adalah kontrol perilaku karena dengan
begitu kita akan lebih mengetahui apakah kita mampu untuk berperilaku sesuai
dengan apa yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan mengetahui halangan atau
hambatan yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku yang akan kita
lakukan.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

Jewson, N. D. (1976). The disappearance of the sick-man from medical


cosmology, 1770-1870. Sociology, 10(2), 225-244.

Scrimshaw, N. S. (1995). Viewing disease as the synergistic interaction of host,


agent, and environment. Food and Nutrition Bulletin, 16(3), 1-6.

Lee, A. (2003). Host and environment are key factors. Journal of Epidemiology &
Community Health, 57(10), 770-770.

Devasia, T., Lopman, B., Leon, J., & Handel, A. (2015). Association of host,
agent and environment characteristics and the duration of incubation and
symptomatic periods of norovirus gastroenteritis. Epidemiology &
Infection, 143(11), 2308-2314.

Triyono, S. D. K., & Herdiyanto, Y. K. (2017). KONSEP SEHAT DAN SAKIT


PADA INDIVIDU DENGAN UROLITHIASIS (KENCING BATU) DI
KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI. Jurnal Psikologi Udayana, 4(2), 263-276.

Wijayanti, Y., & Widyastari, H. (2018). Dasa Wisma Bebas Penyakit Berbasis
Lingkungan melalui Home Environmental Health and Safety. HIGEIA (Journal of
Public Health Research and Development), 2(2), 171-180.

Harisma, F. B., Syahrul, F., Mubawadi, T., & Mirasa, Y. A. (2018). Analisis
Kejadian Luar Biasa Hepatitis A Di SMA X Kabupaten Lamongan Tahun 2018. J
Berk Epidemiol, 6(2), 112-21.

Sinaga, Munator. 2019. DASAR EPIDEMIOLOGI. Yogyakarta : Deepublish.

xxviii
Budiarto, Eko., Anggraeni, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta : Absolute Media

xxix

Anda mungkin juga menyukai