OLEH:
NAMA : SRI SEMINARWATI
STAMBUK : 15020190205
KELAS : C1
DOSEN : ANDI EMELDA
1
INFLAMASI
Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan. Hal tersebut
terjadi melalui media pelepasan autacoid serta pada umumnya didahului oleh
pembentukan respon imun. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu
menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau
substansi antigenik yang terlepas selama respons terhadap inflamasi akut serta
kronis. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak
menonjol dalam respon akut (Katzung, 2002). Lima ciri khas dari inflamasi,
dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi adalah kemerahan, panas,
pembengkakan (edema), nyeri, dan hilangnya fungsi jaringan (Kee dan Hayes,
1996).
Inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan kronis. Pada inflamasi
akut terjadi dalam waktu yang lebih singkat yang melibatkan sistem vaskular
lokal, sistem imun dan beberapa sel. Tanda-tanda paling khas yang menandakan
adanya inflamasi adalah kemerahan (rubor), panas Proses terjadinya inflamasi 7
(kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor) dan disertai dengan perubahan fungsi
lokal. Sedangkan pada inflamasi kronis berlangsung pada waktu yang lebih lama
2
(beberapa bulan bahkan bertahun). Pada inflamasi kronis melibatkansel darah
putih terutama pada sel mononuklear pada prosesnya (Nugroho,2012)
C. Mediator inflamasi
PERBAIKAN JARINGAN
A. Proliferasi sel
Proliferasi sel adalah siklus pembelahan sel, dimana pada keadaan normal
terjadi pembelahan DNA induk dan membagi dirinya menjadi dua sel anak.
Siklus pembelahan sel diatur oleh Cyclin Dependent Kinase (CDK) family of
serine/threonine kinase dan siklin (Garret et al., 2008). Proses ini dibagi menjadi
fase G1 (parasintesis), S (sintesis), G2 (premitosis), M (mitosis) dan G0 (istirahat)
(Robbin et al., 2010; Yerushalmi et al., 2010).
3
D. Proses perbaikan jaringan
a. Fase inflamasi Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang
dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah
cidera. Proses perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis),
mengirim darah dan sel ke arah yang mengalami cidera, dan membentuk sel-sel
epitel pada tempat cedera (epitelialisasi).
b. Fase ploliferasi (regenerasi) Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai
hasil rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama
selama fase regenarasi ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung
atau jaringan gramlasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan
epitelisasi. Gengguan proses penyembuhan selama fase ini biasanya disebabkan
oleh faktor, seperti usia, anemia, hipo proteinemia dan defisiensi zat besi.
c. Maturasi (remodeling) Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses
penyembuhan luka, dapat memerlukan waktu lebih dari 1 tahun. Bergantung
pada kedalaman dan keluasan luka, jaringan parut kolagen terus melakukan
reorganisasi dan akan menguat setelah beberapa bulan. 9 Namun, luka yang
telah sembuh biasanya tidak memiliki daya elastisitas yang sama dengan
jaringan yang digantikannya. Serat kolagen mengalami remodeling atau
reorganisasi sebelum mencapai bentuk normal. Biasanya jaringan parut
mengandung lebih sedikit sel-sel pigmentasi (melanosit) dan memiliki warna
yang lebih terang dari pada warna kulit normal.