Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Megawati Nasehatul Aminati (101611133018)
2. M. Baharuddin Wisudawan P. (101611133063)
3. Nadya Destyara Putri Ismanto (101611133130)
4. Nur Afiddah Novitasari (101611133149)
5. Selly Anggita Krisdiyani (101611133198)
6. Dwi Ghunayanti Novianda (101611133206)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
A. Teori
1. Definisi Psikologi Kesehatan
a. Definisi Psikologi
Psikologi berasal dari Bahasa Inggris “Psychology”. Kata psychology
merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu:
psyche yang berarti jiwa; logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi
adalah ilmu jiwa atau bisa di sebut ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan Pengertian Psikologi
menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) yaitu; Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat
secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hubungan antar manusia, secara
singkat bisa diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa/mental. Psikologi tidak
mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya abstak, tetapi
psikologi membatasi pada menifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni
berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa psikolohi sebagai studi
ilmiah mengenai proses perilaku dan proses-proses mental. Psikologi merupakan
salah satu bagian dari ilmu perilaku atau ilmu sosial.
b. Definisi Kesehatan
Pengertian sehat menurut UU pokok kesehatan yang terbaru tahun 2009 pada
bab 1 pasal 1 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani
(mental), spiritual dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat,
dan kelemahan, melainkan juga berkepribadian yang mandiri dan produktif. Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat dalam undang-undang nomor 36 tentang kesehatan:
“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”
Menurut WHO, Health is a state of co

mplete physical, mental and social well-being and not merely the absence of
disease or infirmity. Sehat menurut pengertian tersebut adalah suatu kondisi yang
terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental dan sosial.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosio budaya.
c. Defiisi Psikologi Kesehatan
Dila dilihat dari sudut terminology maka kata psikologi terdiri dari dua macam
kata yakni psyche berarti jiwa dan logos yang kemudian menjadi logi berarti ilmu.
Maka kata psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa, tidak terbatas pada jiwa
manusia saja akan tetapi termasuk juga jiwa binatang dan sebagainya.
Seperti yang kita lihat, renovasi-renovasi didalam pendekatan-pendekatan
memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya
minat terhadap bidang baru ini, suatu displin baru muncul; Psikologi Kesehatan.
Stone (1991) meringkaskan tahun-tahun pertama kemunculan ini. Psikologi
kesehatan ini diakui oleh “American Psychological Association” tahun 1978. Lima
tahun kemudian di tahun 1982, “The Interamerican Congress of Psychology” di
Quito, Ecuador, mencurahkan perhatian sebagian besar dari program ini untuk
memperbaharui nama kegiatan ini dan pada pertemuan tersebut menekankan suatu
“Task Force” pada Psikologi Kesehatan.
Psikologi kesehatan mungkin merupakan perkembangan terbaru dalam proses
memasukkan psikologi ke dalam pemahaman tentang kesehatan. Matarazzo
digambarkan sebagai agregat kontribusi pendidikan khusus, ilmiah dan profesional
dari disiplin psikologi untuk promosi dan pemeliharaan kesehatan, promosi dan
pengobatan penyakit dan disfungsi terkait. (Matarazzo 1980: 815).
Psikologi kesehatan kembali menantang pemisahan pikiran-tubuh dengan
menyarankan peran pikiran dalam penyebab dan pengobatan penyakit tetapi
berbeda dari pengobatan psikosomatik, kesehatan perilaku dan kedokteran perilaku
dalam penelitian bahwa dalam psikologi kesehatan lebih khusus untuk disiplin
psikologi.
Psikologi Kesehatan memiliki pengertian yaitu ilmu yang mempelajari,
memahami bagaimana pengaruh faktor psikologis dalam menjaga kondisi sehat,
ketika mengalami kondisi sakit, dan baimana cara merespon ketika individu
mengalami sakit.
Apabila mengacu pada pengertian sehat menurut WHO tahun 1948,
menunjukkan adanya keselarasan antara pengertian psikologi kesehatan dengan
pengertian sehat menurut WHO, yang tidak hanya menekankan pada ada atau tidak
adanya penyakit. Pengertian sehat menurut WHO (1948) yang dimaksud yaitu
kondisi sehat atau sejahtera pada aspek fisik, aspek mental maupun aspek sosial.
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan ilmu psikologi
kesehatan adalah:
1. Perubahan penyakit dari penyakit akut hingga menuju penyakit kronis
2. Perkembangan teknologi dan penelitian yang kian maju
3. Peran penting epidemiologi
4. Perkembangan pelayanan perawatan kesehatan
5. Meningkatnya respon positif komunitas medis
6. Kontribusi psikologi kesehatan dalam kesehatan
7. Kontribusi metodologi penelitian terhadap kesehatan
8. Peran dari bentuk atau macam-macam penelitian seperti penelitian
korelasional,eksperimen,prospective,retrospective.
2. Model Biopsikososial
Psikologi kesehatan dapat dipahami dalam hal pertanyaan yang sama yang
ditanyakan dari model biomedis:
a. Apa yang menyebabkan penyakit?
Psikologi kesehatan menunjukkan bahwa manusia harus dilihat sebagai sistem yang
kompleks dan bahwa penyakit disebabkan oleh banyak faktor dan bukan oleh faktor
penyebab tunggal. Karena itu, psikologi kesehatan berupaya untuk beralih dari model
kesehatan linier sederhana dan mengklaim bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
kombinasi faktor biologis (mis. Virus), psikologis (mis. Perilaku, kepercayaan) dan
sosial (mis. Pekerjaan). Pendekatan ini mencerminkan model biopsikososial dari
kesehatan dan penyakit, yang dikembangkan oleh Engel (1977, 1980) dan
diilustrasikan dalam Gambar 1.1. Model biopsikososial mewakili upaya untuk
mengintegrasikan psikologis ('psiko') dan lingkungan ('sosial') ke dalam model
kesehatan biomedis tradisional ('bio') sebagai berikut:
(1) Faktor-faktor yang berkontribusi termasuk genetika , virus, bakteri, dan cacat
struktural.
(2) Aspek psiko kesehatan dan penyakit dijelaskan dalam pengertian kognisi (mis.
Harapan kesehatan), emosi (mis. Ketakutan terhadap pengobatan), dan perilaku
(mis. Merokok, diet, olahraga atau konsumsi alkohol).
(3) Aspek sosial kesehatan dijelaskan dalam norma sosial perilaku (misalnya norma
sosial merokok atau tidak merokok), tekanan untuk mengubah perilaku (misalnya

harapan kelompok sebaya, tekanan orang tua), nilai-nilai sosial pada kesehatan
(misalnya apakah kesehatan dianggap sebagai hal yang baik atau buruk), kelas
sosial dan etnis.

b. Siapa yang bertanggung jawab atas penyakit?


Karena penyakit dianggap sebagai hasil dari kombinasi berbagai faktor, individu
tidak lagi hanya dipandang sebagai korban pasif. Sebagai contoh, pengakuan akan
peran perilaku dalam penyebab penyakit berarti bahwa individu tersebut dapat
dianggap bertanggung jawab atas kesehatan dan penyakitnya.
c. Bagaimana seharusnya penyakit diobati?
Menurut psikologi kesehatan, seluruh orang harus dirawat, bukan hanya
perubahan fisik yang telah terjadi. Ini bisa berupa perubahan perilaku, mendorong
perubahan keyakinan dan strategi koping serta kepatuhan dengan rekomendasi medis.
d. Siapa yang bertanggung jawab atas perawatan?
Karena seluruh orang dirawat, bukan hanya penyakit fisiknya, pasien juga ikut
bertanggung jawab atas perawatan mereka. Ini mungkin mengambil bentuk tanggung
jawab untuk minum obat, tanggung jawab untuk mengubah keyakinan dan perilaku.
Mereka tidak dilihat sebagai korban.
e. Apa hubungan antara kesehatan dan penyakit?
Dari perspektif ini, kesehatan dan penyakit tidak secara kualitatif berbeda, tetapi
ada dalam sebuah kontinum. Daripada menjadi sehat atau sakit, individu maju
sepanjang kontinum ini dari kesehatan ke sakit dan kembali lagi.
f. Apa hubungan antara pikiran dan tubuh?
Abad ke-20 telah melihat tantangan terhadap pemisahan tradisional antara pikiran
dan tubuh yang disarankan oleh model dualistik kesehatan dan penyakit, dengan
semakin meningkatnya fokus pada interaksi antara pikiran dan tubuh. Pergeseran
dalam perspektif ini tercermin dalam pengembangan pendekatan holistik atau
keseluruhan orang terhadap kesehatan. Karena itu, psikologi kesehatan menyatakan
bahwa pikiran dan tubuh berinteraksi. Namun, meskipun ini merupakan
penyimpangan dari perspektif medis tradisional, di mana dua entitas ini dipandang
saling memengaruhi, mereka masih dikategorikan sebagai terpisah - keberadaan dua
istilah yang berbeda (pikiran / tubuh) menunjukkan tingkat pemisahan dan 'interaksi'
hanya dapat terjadi di antara struktur yang berbeda.
g. Apa peran psikologi dalam kesehatan dan penyakit?
Psikologi kesehatan menganggap faktor-faktor psikologis tidak hanya sebagai
konsekuensi yang mungkin timbul dari penyakit tetapi juga berkontribusi terhadap
etiologinya. Psikolog Kesehatan mempertimbangkan hubungan langsung dan tidak
langsung antara psikologi dan kesehatan. Jalur langsung direfleksikan dalam literatur
fisiologis dan diilustrasikan oleh penelitian yang mengeksplorasi dampak stres pada
penyakit seperti penyakit jantung koroner dan kanker. Dari perspektif ini cara
seseorang mengalami kehidupannya ('Saya merasa tertekan') memiliki dampak
langsung pada tubuh mereka yang dapat mengubah status kesehatan mereka. Jalur
tidak langsung lebih tercermin dalam literatur perilaku dan diilustrasikan oleh
penelitian yang mengeksplorasi merokok, diet, olahraga, dan perilaku seksual. Dari
perspektif ini, cara seseorang berpikir ('Saya merasa stres') memengaruhi perilaku

mereka ('Saya akan merokok') yang pada gilirannya dapat berdampak pada kesehatan
mereka. Jalur langsung dan tidak langsung diilustrasikan pada Gambar 1.2.

3. Tujuan Psikologi Kesehatan


Psikologi kesehatan menekankan peran faktor psikologis dalam penyebab,
perkembangan dan konsekuensi kesehatan dan penyakit. Tujuan psikologi kesehatan
dapat dibagi menjadi (1) memahami, menjelaskan, mengembangkan dan menguji teori
dan (2) mempraktikkan teori ini.
(1) Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami, menjelaskan, mengembangkan
dan menguji teori dengan:
(a) Mengevaluasi peran perilaku dalam etiologi penyakit. Misalnya: Penyakit
jantung koroner berhubungan dengan perilaku seperti merokok, asupan
makanan, kurang olahraga. Banyak kanker terkait dengan perilaku seperti
diet, merokok, alkohol, dan kegagalan menghadiri pemeriksaan kesehatan
atau pemeriksaan kesehatan. Stroke terkait dengan merokok, kolesterol dan
tekanan darah tinggi. Penyebab kematian yang sering diabaikan adalah
kecelakaan. Ini mungkin terkait dengan konsumsi alkohol, obat-obatan dan
mengemudi yang ceroboh.
(b) Memprediksi perilaku yang tidak sehat. Misalnya: Merokok, konsumsi
alkohol, dan diet tinggi lemak terkait dengan kepercayaan. Keyakinan tentang
kesehatan dan penyakit dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.
(c) Mengevaluasi interaksi antara psikologi dan fisiologi. Misalnya: Pengalaman
stres berkaitan dengan penilaian, koping, dan dukungan sosial. Stres
menyebabkan perubahan fisiologis yang dapat memicu atau memperburuk
penyakit. Persepsi nyeri dapat diperburuk oleh kecemasan dan dikurangi
dengan gangguan.
(d) Memahami peran psikologi dalam pengalaman penyakit. Misalnya:
Memahami konsekuensi psikologis penyakit dapat membantu meringankan
gejala seperti rasa sakit, mual dan muntah. Memahami konsekuensi
psikologis penyakit dapat membantu meringankan gejala psikologis seperti
kecemasan dan depresi.
(e) Mengevaluasi peran psikologi dalam pengobatan penyakit. Sebagai contoh:
Jika faktor psikologis penting dalam penyebab penyakit, mereka mungkin
juga memiliki peran dalam pengobatannya. Mengubah perilaku dan
mengurangi stres dapat mengurangi kemungkinan serangan jantung lebih
lanjut. Pengobatan konsekuensi psikologis dari penyakit mungkin berdampak
pada umur panjang.

(2) Psikologi kesehatan juga bertujuan untuk mempraktikkan teori. Ini dapat
diimplementasikan dengan:
(a) Mempromosikan perilaku sehat. Misalnya: Memahami peran perilaku dalam
penyakit dapat memungkinkan perilaku yang tidak sehat menjadi sasaran.
Memahami keyakinan yang memprediksi perilaku dapat memungkinkan
keyakinan ini ditargetkan. Memahami keyakinan dapat membantu keyakinan
ini diubah.
(b) Mencegah penyakit. Misalnya: Mengubah keyakinan dan perilaku dapat
mencegah timbulnya penyakit. Memodifikasi stres dapat mengurangi risiko
serangan jantung. Intervensi perilaku selama sakit (mis. Berhenti merokok
setelah serangan jantung) dapat mencegah penyakit lebih lanjut. Melatih para
profesional kesehatan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka
dan melakukan intervensi dapat membantu mencegah penyakit.

B. Kasus
C. Opini
1. Dinamika Psikologi Sebelum Sakit
Terdapat beberapa respon emosional yang muncul dari penderita penyakit
anorexia sebelum terjadinya sakit.
a. Depresi
Depresi dialami oleh penderita anorexia yang bernama Elle saat dia sering di
bully oleh teman sekolanya dengan cara ditendang, didorong, dan diejek "paus
gendut" karena memiliki tubuh yang besar dan gemuk sehingga ini menyebabkan
bahwa Elle tidak memiliki seorang teman sama sekali.
b. Senang
Respon senang ini dialami oleh penderita ketika ia tidak sengaja menjadi lebih
kurus karena mengikuti ekstrakurikuler olahraga renang di sekolahnya sehingga ia
memilik banyak teman.
c. Ambisius
Respon emosional ambisius adalah berkeinan keras untuk mencapai sesuatu
(KBBI, 2019). Penderita memiliki respon emosional ambisius ketika ia ingin berat
badannya tetap stabil karena ia berhenti atau sudah tidak mengikuti
ekstrakurikuler olahraga renang di sekolahnya. Untuk menjaga kestabilan berat
badan, penderita melakukan olahraga selama dua jam sebelum berangkat sekolah,
melakukan olahraga jalan hingga cukup jauh dari rumahnya, dan melakukan diet
ketat yaitu hanya makan sayuran dan ikan saja. Dari semua kegiatan yang telah
penderita lakukan menghasilkan berat badan yang turun sebanyak 12 Kilogram
dalam kurun waktu 2 bulan.
2. Dinamika Psikologi Saat Sakit
Pada dinamika psikologis saat sakit penderita mengalami dua respon emosional
yaitu
a. Semangat/mendapat dukungan/dorongan
Respon emosional ini muncul ketika penderita telah sakit dan harus menaikkan
berat badannya supaya sehat kembali hal ini juga didukung oleh keluarga serta
temannya sehingga Elle melakukannya.
b. Depresi
Respon emosional depresi muncul saat penderita merasa tubuhnya sangat gemuk
sehingga melakukan diet yang menyiksa yaitu hanya makan kubis yang diberikan
garam lalu berhenti makan dan minum total selama seminggu. Hal yang dilakukan
penderita ini menghasilkan turun berat badan sebanyak 40 Kilogram serta
menjadikan tubuhnya sangat sakit sehingga harus selalu berbaring di tempat tidur
dan membutuhkan perawatan rumah sakit karena hati dan ginjalnya mengalami
masalah.
3. Dinamika Psikologi Sesudah Sakit
Penyakit yang diderita oleh wanita tersebut membawanya untuk sadar bahwa yang
dilakukannya tidak benar, sehingga ia melakukan sebuah perubahan yang membuat
tubuhnya lebih sehat dari sebelumnya. Ia sadar bahwa yang bisa menyadarkan dan
menyelamatkan hidupnya adalah dirinya sendiri. Perubahan yang ia lakukan
membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu lebih mudah bergaul bahkan
menginspirasi orang lain. Ia menginspirasi orang lain melalui media sosial yang aka
dilihat banyak orang dan akan menghasilkan keuntungan yang menjanjikan, sehingga
hidupnya sangat terjamin. Selain keuntungan yang didapatkan, ia juga mendapat
banyak teman baru dan akan banyak orang yang mengenalnya, sehingga ia sangat
mudah dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan keinginannya menjadi populer
menjadi kenyataan. Setelah sembuh dari penyakit yang dialami akibat diet ketat, ia
lebih bahagia menjalani hidupnya dengan pola hidup sehat.

4. Perilaku Sebelum Sakit


Psikologi kesehatan memiliki beberapa tugas yang salah satu diantaranya adalah
mengidentifikasikan faktor risiko untuk penyakit yang paling banyak terjadi, dan
interaksi diantaranya untuk menerangkan perubahan perilaku secara tepat disesuaikan
dengan penyakit yang dialami beserta latar belakangnya (Matarazzo, 1980). Maka dari
itu penting bagi seorang tenaga kesehatan yang mendalami ilmu psikologi kesehatan
utuk dapat mencari perilaku yang merupakan faktor resiko atau faktor pemicu
terjadinya suatu penyakit. Sehingga tenaga kesehatan akan mendapatkan output berupa
program intervensi yang tepat sasaran didasarkan pada psikologi kesehatan yang telah
dianalisa sebelumnya. Interensi yang tepat sasaran akan menghasikan perubahan
perilaku yang cepat pula pada individu ataupun kelompok intervensi.
Manusia sendiri pada dasarnya memiliki latar belakang yang berbeda-beda
sehingga memunculkan pula sifat manusia yang berbeda-beda. Hal tersebut yang
menyebabkan akhirnya setiap manusia memiliki respons berbeda terhadap stimulus
yang diberikan atau didapatkan. Menurut Notoadmodjo (2010) faktor yang
membedakan respons terhadap stimulus disebut dengan determinan perilaku.
Determinan perilaku dibagi menjadi dua yakni determinan internal, yaitu karateristik
perilakunya yang merupakan bawaan seperti tingkat kecerdasan, emosional, dan
sebagainya, serta determinan eksternal, yaitu faktor lingkungan diantaranya lingkungan
fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Pada kasus Elle Lietzow ini dijelaskan pada
berita apabila dihubungkan dengan teori determinan perilaku Notoadmodjo dapat
ditarik kesimpulan apabila saat stimulus yang diberikan adalah untuk menjaga pola
makan dan pola hidup yang sehat pada Elle Lietzow ini justru mengarah kepada diet
ekstrim yang disebabkan oleh determinan internal Elle yakni tingkat emosional, Elle
mengaku memiliki obsesi untuk menjadi gadis populer akhirnya menuntun Elle
memiliki tingkat emosional yaitu depresi akibat tekanan pribadinya yang menuntut dia
untuk menjadi gadis populer serta obesinya menjadi kurus menyebabkan pola makan
sehat berubah menjadi pola diet ketat yang berujung pada penyakit anorexia tersebut
dikarenakan penurunan berat badan yang ekstrim. Rasa kurang percaya diri juga
menjadi penyebab Elle mengalami anorexia itu sendiri. Melihat tubuhnya sendiri Elle
selalu merasa kurang puas atau merasa tubuhnya memiliki badan yang kurang ideal
sehingga diet ketat hingga puncaknya sampai tidak makan dan minum selama 1 minggu
menjadi jalannya. Selain itu determinan eksternal juga ada dalam kasus Elle ini. Elle
juga mengaku bahwa dirinya sering di-bully walupun berat bedannya hanya kelebihan
beberapa kilogram dari berat badan ideal yang menyebabkan ia medapat julukan paus
gendut di sekolahnya serta sering mendapat bully-an fisik seperti ditendang yang
akhrinya Elle mendapat tekanan dari lingkungan sosial pertemanannya untuk menjadi
gadis kurus. Sehingga ia memutuskan untuk melakukan diet ketat tersebut.
Teori Lawrence Green menyebutkan beberapa faktor yang memunculkan perilaku
tersebut, antara lain faktor predisposisi, yakni faktor yang mempermudah terjadinya
perilaku seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, dan sebagainya, lalu
faktor kedua adalah faktor pendukung, yakni faktor yang mendukung atau
memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
penyelanggara, dan sebagainya, serta faktor terakhir adalah faktor penguat seperti
dukungan keluarga, dan sebagainya. Dalam kasus Elle tersebut apabila dihubungkan
dengan Teori Lawrence Green tersebut sebenarnya faktor yang tidak memungkinakna
Elle untuk melakukan pola makan yang sehat adalah faktor predisposisi. Faktor
predisposisi Elle yakni keyakinan Elle tersebut bahwa pola makan yang sehat belum
cukup untuk dapat membuat berat badannya menjadi “ideal” menurut pandangan Elle
tersebut sendiri. Menurut Elle sendiri bahwa tubuhnya akan menjadi ideal apabila ia
melakukan diet ketat dan menurunkan berat badannya dengan cepat dan dengan
penurunan yang drastic hingga lebih dari 10 kg dengan cara yang cukup ekstrim.
Walaupun 2 faktor lain sudah terpenuhi seperti faktor pendukung dimana Elle memiliki
kemudahan dalam mendapatkan menu makanan yang sehat di rumahnya serta faktor
penguat seperti dukungan keluarga Elle yang menginginkan Elle untuk dapat hidup
dengan pola yang sehat akan tetapi apabila kepercaayan dan sikap Elle tersebut sendiri
apabila pola makan yang baik untuk tubuhnya adalah diet ketat maka intervensi untuk
dapat melakukan pola makan sehat tidak dapat diterima karena keyakinan Elle sendiri
menolak untuk melaksanakan hal tersebut.
Dari pernyataan teori tersbeut dapat disimpulkan apabila perilaku Elle yang
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit anorexia tersebut adalah pola makan yang
tidak baik seperti diet ketat yang ekstrim. Elle memilih melakukan pola diet ekstrim
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tekanan dari dirinya sendiri yang
memiliki obsesi untuk menjadi gadis populer serta faktor tekanan eksternal yakni dari
lingkungan sosial pertemanan di sekolahnya yang menyebutkan apabila gadis populer
memiliki badan yang kurus serta terlalu seringnya ia di-bully di sekolahnya dengan
sebutan paus gendut serta bully-an fisik yang mengharuskan ia mengambil jalan diet
ekstrim.
5. Perilaku Saat Sakit
Perilaku penderita anoreksia pada kasus ini adalah:
a. Menyadari bahwa yang dilakukan itu salah
Pada awalnya orang yang mengalami anoreksia merasa tidak memiliki masalah.
Dan menyangkal bahwa mereka memiliki pola makan yang tidak sehat. Namun
setelah mengalami gangguan parah dan perubahan drastis maka penderita sudah
mulai sadar. Dalam kasus ini gangguan yang dialami Elle diantaranya jempol kaki
dan jari-jari yang tidak mendapat aliran darah, kuku menghitam, mudah patah dan
rapuh serta siklus haid yang berhenti. Elle pun sudah mengalami kesakitan yang
luar biasa. Dan jika dibiarkan lama-lama akan mengancam keselamatan jiwa Elle.
b. Melakukan perawatan medis
Penderita mulai mencari perawatan medis. Perawatan tersebut meliputi terapi
dokter, terapi keluarga ataupun terapi khusus. Penderita sudah mulai nyaman dan
serius menjalani perawatan dengan harapan agar memiliki tubuh yang kembali
normal. Penderita mengonsumsi beberapa obat-obatan seperti antidepresi,
antipsikotik, dan penstabil mood yang dapat membantu beberapa penderita anorexia
saat diberikan sebagai bagian dari program perawatan yang komplit. Obat-obatan
tersebut dapat membantu menangani depresi maupun perasaan gelisah.

6. Perilaku Sesudah Sakit


Setelah sadar dan mengatahui bahwa yang telah dilakukan itu salah. Pola perilaku
yang dipilih berubah menjadi lebih sehat baik fisik maupun mental, yakni :
a. Menjadi Lebih Terbuka
Setelah proses penyembuhan, pergaulan dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih
mudah bergaul, sering jalan-jalan dengan teman-teman dan tidak lagi menutup diri.
b. Memilih Menjadi Vegetarian
Setelah menyadari pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Pola makan yang
diterapkan sekarang menjadi lebih sehat. Misalnya sarapan dengan makan buah
seperti pepaya, apel, kiwi dan pisang, makan siang dengan makan ubi manis dan
salsa alpukat serta sop kare Thailand, dan makan malam dengan ubi bakar.
c. Menjadi Influencer
Setelah merasakan bahwasanya anoreksia itu salah dan juga sangat berbahaya.
Keinginan untuk berbagi dan berjuang agar tidak ada yang bernasib sama. Pilihan
untuk menjadi influencer dilakukan melalui Instagram dan Youtube. Karena
dengan usaha tersebut ada pesan yang ingin disampaikan kepada penderita
anoreksia bahwasanya satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan dari bahaya
anoreksia adalah diri sendiri. Karena perubahan berasal dari diri sendiri jika
memang ingin tetap hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Edwi Arief Sosiawan, SIP, Msi. Definisi Psikologi.


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf. Diakses pada 13 Februari 2019.
HA Setiawan. 2016. http://repository.wima.ac.id/7886/3/BAB%201.pdf. Diakses pada 13
Februari 2019.
U Hidayati. 2012. Relevansi Tata Cara Makan yang Diajarkan Nabi dengan Ilmu Kesehatan.
http://eprints.walisongo.ac.id/319/3/094211028_Bab2.pdf. Diakses pada 13 Februari 2019.
Val Morrison. 2006. An introduction to Health Psychology.
https://www.mheducation.co.uk/openup/.../0335214878.pdf. Diakses pada 13 Februari
2019.

Anda mungkin juga menyukai