Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN

DIREKTIF
DI SUSUN OLEH :

HENDRIANUS 196070021

IKE WULANDARI 196070013

MARSELIA 196070007

MUSLIM 196070042

DIAN WAHYUNI 196070040


MENGAPA MASYARAKAT HARUS DI
KEMBANGKAN DAN DI ORGANISASIKAN ?

Masyarakat cerdas dalam mengatasi permasalahan kesehatan

Meningkatkan kinerja petugas kesehatan


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri.

Menurut para Ahli

Menurut Robinson (1994) Menurut Payne (1997)

 Menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah  pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu
suatu proses pribadi dan sosial; suatu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk
pembebasan kemampuan pribadi, mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan
kompetensi, kreatifitas dan kebebasan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk
bertindak mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan.
 pengaplikasian di masyarakat di temui bahwa situasi dan kondisi tiap masyarakat itu
berbeda.
 Situasi dan kondisi yang berbeda inilah dilihat sebagai suatu kendala.

 Masyarakat yang lebih siap dapat dibina dengan pendekatan non direktif, sedangkan
masyarakat yang belum siap di lakukan pendekatan direktif.
Dalam upaya melakukan intervensi masyarakat melalui pengembangan
masyarakat dibutuhkan suatu pendekatan, terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam
pengembangan masyarakat, yaitu :

PENDEKATAN DIREKTIF PENDEKATAN NON DIREKTIF PENDEKATAN NON ELEKTIF


PENDEKATAN DIREKTIF (INSTRUKTIF)
 Pendekatan ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa community worker tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang
baik untuk masyarakat.

PENDEKATAN DIREKTIF
 Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber
daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari community worker.
 Community worker-lah yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu
dilakukan untuk memperbaikinya dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.
 Dengan pendekatan ini, prakarsa dan pengambilan keputusan berada ditangan masyarakat.
Ibu-ibu dan bapak-bapak, sesuai program,
bapak dan ibu harus membuat WC leher
angsa

Pendekatan Direktif :
Petugas mempunyai wewenang dan fasilitas, petugas paling
tahu kondisi masyarakat
PENDEKATAN DIREKTIF
KELEBIHAN KEKURANGAN

 Cepat  Perubahan perilaku bersifat semu

 Mudah dilakukan  Perubahan perilaku karena keterpaksaan


 Hasil lebih cepat karena bersifat fisik  Temporer dan tidak permanen
 Tepat digunakan di masyarakat yang kurang memiliki  Sedikit melibatkan masyarakat
inisiatif, pasif dan kurang responsif.  Masyarakat tergantung dengan petugas
 Tepat digunakan pada masyarakat yang merasa tidak
 Bersifat pasif, kurang inisiatif, dan lebih banyak
memiliki masalah. menjadi pendengar.
 Fokus terhadap masalah yang ada  Masyarakat tidak memiliki kemampuan dalam
mengambil keputusan.
 Kurang efektif
PENDEKATAN NON DIREKTIF (PARTISIPATIF)

Pendekatan ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa
yang baik untuk mereka. Pada pendekatan ini, community worker tidak menempatkan diri sebagai orang yang

Pendekatan Non Direktif (partisipatif)


menetapkan apa yang baik dan buruk bagi suatu masyarakat. Pemeran utama perubahan masyarakat adalah
masyarakat itu sendiri, community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi masyarakat.

Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka
sendiri, serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mecapai tujuan yang mereka
inginkan. Tujuan dari pendekatan ini agar masyarakat memperoleh pengalaman belajar untuk mengembangkan
dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan oleh mereka.
Pendekatan non direktif :
Masyarakat lebih tahu kebutuhannya
PENDEKATAN NON DIREKTIF

KELEBIHAN KEKURANGAN
 Perubahan perilaku permanen  Tidak efisien dan sulit
 Perubahan perilaku terjadi secara sukarela  Lambat terjadi perubahan perilaku
 Alternatif tindakan beragam  Tidak efisien bagi masyarakat yang terbiasa
“direktif”
 Petuugas tidak mnejamin keberhasilan program
PENDEKATAN EKLEKTIF
Pendekatan eklektik dikenal sebagai konseling integratif. Hal ini tentu saja disebabkan karena orientasi teori
eklektik adalah penggabungan teori – teori konseling dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
pada masing – masing teori – teori tersebut. Menurut Latipun (2001), teori eklektik adalah suatu teori yang
berusaha menyelidiki berbagai system metode dan teori dengan tujuan untuk memahami dan menerapkannya
dalam situasi konseling.

Pendekatan Eklektif
Tujuan Peran dan Fungsi Konselor

peran dan fungsi konselor harus mengikuti peran


membantu klien mengembangkan integritasnya pada level dan fungsi konselor sesuai dengan konsep teori yang
tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana klien digunakannya dalam menangani kasus klien.
dapat mengaktualisasikan diri sekaligus memperoleh Konselor dapat berperan secara bervariasi, seperti :
integritas. konselor, psikiater,guru, kkonsultan, fasilitator, dan
advisor.
PENDEKATAN EKLEKTIF
KELEBIHAN KEKURANGAN

 dalam menerapkan/memadukan berbagai pendekatan,  konseling dapat merasa bingung bila konselor mengubah-
menggunakan variasi dalam prosedur dan teknik, sehingga ubah strategi yang sesuai dengan kebutuhan konseli pada
dapat melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan suatu waktu dalam proses konseling, dan yang kedua yaitu
sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya konselor bisa mengalami kesulitan dalam proses konseling,
karena konselor dituntut untuk mahir dalam menerapkan
semua pendekatan yang ada.
ENAM TAHAP PENDEKATAN ELEKTIF

Tahap awal dalam proses konseling adalah eksplorasi masalah,
1. Tahap eksplorasi masalah agar klien bersedia menyampaikan masalahnya, maka sebelum itu
harus dilakukan pengkondusifan suasana.


mengelompokkan setiap aspek dari masalah konseling, tergolong
2. Tahap perumusan masalah
aspek kognitif, afektif ataukah tingkah laku


mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan
3. Tahap identifikasi alternatif
oleh konselor dan klien, dapat disusun secara tertulis
ENAM TAHAP PENDEKATAN ELEKTIF

Pada tahap ini dilakukan oleh konselor dan klien, karena meliputi
4. Tahap perencanaan tindakan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, dan
kapan rencana akan mulai dijalankan.


Pada tahap ini akan mengaplikasikan apa yang sudah direncanakan,
merupakan aplikasi dari proses konseling. Klien akan memulai
5. Tahap tindakan/komitmen
tindakannya sesuai yang telah direncanakan sebelumnya bersama
konselor.


Penilaian konselor terhadap tindakan konseli selama proses
penyelesaian masalah. Penilaian konselor harus dilakukan dengan
objektif, yakni dengan melihat dari sudut pandang klien. Mengulangi
pertanyaan kepada konseli mengenai tujuan konseling.
DAFTAR PUSTAKA

 Ali, Arsyad, R., 2009, Pendekatan Direktif-Non Direktif Pemberdayaan Kesehatan, Arali2008.wordpress.com

 Asmani, Jamal Ma’ruf. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

 Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 Tambunan, Elistiani. 2017. Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektik Dengan Menggunakan Media Superhero pada
Siswa Kelas VIII-6 SMP Negeri 5 Sibolga. Jurnal Psikologi Konseling, 11(2), 1-13.
 Adi, Isbandi, R., 2008, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta :
Rajawali-Press
 Batten, T.R. 1967. The-Non Directive Approach in Group and Community Work. London: Oxford
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai