Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ners Indonesia, Vol.x No.

x, Juli 2019

HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR TERHADAP KESEHATAN MENTAL


REMAJA DI SMA NEGERI 8 PEKANBARU

Rani Hardianti1, Erika2, Fathra Annis Nauli3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Riau
Fakultas Keperawatan Universitas Riau Jalan Pattimura No 9 Gedung G Pekanbaru Riau
Kode Pos 28131 Indonesia
ranihardianti17@gmail.com

Abstrak

Pentingnya menjaga kesehatan mental dapat berimbas pada kesejahteraan diri remaja . Remaja yang
memiliki kesehatan mental positif terhindar dari masalah mental emosional yang bersifat neurosis maupun
psikosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara rasa syukur terhadap kesehatan
mental remaja SMAN 8 Pekanbaru. Pendekatan cross sectional digunakan sebagai metode penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah 81 orang yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random
sampling. Pengumpulan data diambil dengan menggunakan kuesioner rasa syukur dan kesehatan mental.
Analisis data digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Berdasarkan uji statistik
dibuktikan bahwa adanya hubungan antara rasa syukur dan kesehatan mental remaja di SMA Negeri 8
Pekanbaru dengan p value 0,034 < α (0,05). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, direkomendasikan
kepada pihak sekolah untuk terus meningkatkan kegiatan yang mendorong rasa syukur remaja sebagai upaya
menjaga kesehatan mental remaja.

Kata kunci: Kesehatan Mental, Rasa Syukur, Remaja

Abstract

The importance of maintaining mental health can impact on the well-being of adolescents . Adolescents who have
positive mental health avoid mental emotional problems that are neurotic or psychotic. The aimed of this
research was to determine the correlation between gratitude on mental health adolescents of SMAN 8
Pekanbaru. This study used a cross sectional approach. The sample in this study were 81 people taken using
the stratified random sampling technique. Data collection was taken using a gratitude and mental health
questionnaire. Data analysis was used univariate and bivariate using the chi square test. Based on the
statistical test it was proven that there was a correlation between gratitude and mental health of adolescents
in Pekanbaru 8 High School with p value 0.034 <α (0.05). The results of the research showed, it is
recommended that the school continue to improve activities that encourage youth's gratitude as an effort to
maintain adolescent mental health.

Keywords: Mental Health, Gratitude, Adolescent


Rani Hardianti, Erika, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
PENDAHULUAN Pentingnya menjaga kesehatan mental
Mayoritas permasalahan kesehatan mental dapat berimbas pada kesejahteraan diri remaja
yang dialami remaja adalah konflik pertemanan itu sendiri. Remaja yang sehat mentalnya adalah
(Mubasyiroh, Putri & Tjandrarini, 2017). individu yang terhindar dari keluhan dan
Konflik pertemanan terjadi karena gangguan mental baik berupa neurosis maupun
ketidakmampuan remaja dalam menjalin relasi psikosis. Orang yang sehat mental akan
pertemanan yang baik dengan teman sebayanya senantiasa merasa aman dan bahagia dalam
(Rohman & Mugiarso, 2016). Hubungan yang kondisi apapun, dan akan melakukan introspeksi
harmonis dengan teman sebaya selama masa atas segala hal yang dilakukannya sehingga akan
remaja, berhubungan dengan kesehatan mental mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya
yang positif pada masa dewasa (Desmita, 2013). sendiri (Yeli, 2012). Arus positif yang kuat pada
Kesehatan mental yaitu suatu keadaan kesehatan mental dapat mengembangkan
kesejahteraan ketika seseorang menyadari kekuatan remaja dalam menghadapi kehidupan
keterampilannya, mampu mengatasi tekanan sehari-hari (Nasilah & Marettih, 2015). Selain
kehidupan yang normal, mampu berkegiatan itu, temuan Tambunan dan Ediati (2016)
produktif, dan dapat berkontribusi kepada diketahui bahwa problem emosi remaja dapat
komunitas dan masyarakat (WHO, 2016). beresiko bunuh diri.
Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan Terdapat banyak faktor yang
bahwa 10,1% penduduk Indonesia dengan usia mempengaruhi kesehatan mental diantaranya
diatas 15 tahun mengalami gangguan kesehatan religiusitas, fisik, psikis, dan lingkungan
mental dan emosional (Riskesdas, 2018). seseorang (Primaswari, 2017). Kesepian dan
Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, penyakit mental semakin meningkat secara
menjelaskan bahwa remaja adalah penduduk signifikan karena kurangnya rasa syukur yang
dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut dimiliki remaja (Caputo, 2015). Rasa syukur
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana merupakan ciri kepribadian positif klasik dan
(BKKN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dianggap sebagai salah satu prediktor penting
dan belum menikah. Menurut Statistik dalam kesejahteraan (Aghababae & Tabik,
Pendidikan dan Kebudayaan, usia 15-18 tahun 2013).
berada pada bangku Sekolah Menengah Atas Listiyandini et al., (2015) berpendapat
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa rasa syukur adalah dampak moral yang
2016). Prevalensi gangguan mental emosional dapat mendorong perilaku untuk perduli pada
pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Riau adalah kesejahteraan orang lain. Rasa syukur dapat
sebesar 8,9% yang meningkat dari 2,3% menumbuhkan optimisme, memperbaiki kualitas
(Riskesdas, 2018). hidup, membentuk hubungan persahabatan yang
Jurnal Ners Indonesia, Vol.x No.x, Juli 2019

lebih baik (Husna, 2014). Penelitian terdahulu mewawancari tujuh orang siswa di Sekolah
telah menemukan bahwa rasa syukur dapat tersebut. Lima diantaranya mengakui bahwa
mencegah depresi dan kondisi patologis rutinnya ibadah, mengikuti ekstrakulikuler di
(Listiyandini et al., 2015). Seseorang yang sekolah, menambah wawasan dan mengucapkan
memiliki rasa syukur tinggi akan memiliki syukur terhadap sesuatu membuat mereka
kendali yang lebih tinggi terhadap keadaan menjadi lebih berlapang dada dan bersabar
lingkungan, perkembangan personal, memiliki dalam menghadapi masalahnya.
tujuan hidup, dan menerima keadaan dirinya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
Rasa syukur seseorang akan mendorongnya hubungan antara rasa syukur terhadap kesehatan
memiliki coping yang baik pada kesulitan mental remaja SMAN 8 Pekanbaru.
hidup, mencari dukungan sosial dari orang lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menginterpretasikan pengalaman dengan sudut bermanfaat bagi masyarakat dan remaja.
pandang berbeda, serta memiliki rencana dalam Diharapkan dapat memberikan informasi
memecahkan masalah (Listiyandini et al., 2015). hubungan antara kesehatan mental dan rasa
Studi pendahuluan melalui wawancara syukur remaja di bangku sekolah menengah atas.
dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di Sehingga masyarakat mampu berkontribusi
SMAN 8 Pekanbaru mengatakan bahwa cukup dalam mendukung terjaganya kesehatan mental
banyak siswa yang mengeluhkan masalah- para remaja usia sekolah dalam lingkungan
masalah pribadi yang berhubungan dengan masyarakat. Bagi remaja sendiri diharapkan
emosional siswa misalnya masalah pertemanan, mampu menjadi pengetahuan dan menambah
susahnya beradaptasi di sekolah dan wawasan sehingga bisa meningkatan rasa syukur
menyesuaikan dengan peraturan sekolah, kelola dan meningkatkan kesehatan mental dalam
emosi negatif seperti mood tidak stabil dan belajar di kelas.
uring-uringan (gelisah), tekanan atau stres
akademik akibat tingginya tuntutan belajar dari METODE PENELITIAN
orang tua, ketatnya daya saing di kelas. Penelitan ini dilakukan di SMAN 8
Gangguan jiwa berat belum pernah dilaporkan Pekanbaru yang dari bulan Januari-Juni 2019.
tetapi guru BK pernah menemukan beberapa Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif
orang siswa yang melaporkan dirinya stres korelasi dengan pendekatan cross sectional.
karena susah beradaptasi dengan teman dan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
terdapat siswa yang mengalami masalah tekanan siswa kelas X berjumlah 432 Orang pada SMAN
akademik yang tinggi yang menyebabkan siswa 8 Pekanbaru, dengan jumlah Sampel 81 Orang,
gelisah sehingga jika ini dibiarkan akan pemilihan sampel melalui Stratified Random
berdampak pada kesehatan mental. Peneliti juga Sampling. Kuesioner digunakan sebagai alat
Rani Hardianti, Erika, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
pengumpul data. Kuesioner yang digunakan islam sebanyak 77 responden (95,1%).
adalah kuesioner modifikasi tentang rasa syukur
menggunakan kuesioner dari Listiyandini et al., Tabel 2
Distribusi frekuensi tingkat rasa syukur
(2015) sebanyak 29 pertanyaan dan kuesioner No Tingkat Rasa Frekuensi Persentase (%)
kesehatan mental menggunakan kuesioner Syukur
1 Tinggi 41 50,6%
Merino et al., (2017) sebanyak 39 pertanyaan. 2 Rendah 40 49,4%
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan Jumlah 81 100
terhadap kuesioner rasa syukur dan kesehatan
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 81
mental. Uji Chi-Square dilakukan sebagai uji
responden, mayoritas responden memiliki
hipotesis untuk mengetahui apakah ada
tingkat rasa syukur tinggi sebanyak 41 orang
hubungan antara variabel rasa syukur dengan
(50,6%).
kesehatan mental pada remaja dengan batas
kepercayaan = 0,05.
Tabel 3
HASIL PENELITIAN Distribusi frekuensi aspek-aspek kesehatan
mental
1. Analisis Univariat
Aspek-aspek Negatif Positif
Tabel 1 No Kesehatan N % N %
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Mental
1 Kepuasan 3 46,9 43 53,1
umur, jenis kelamin, agama Personal 8
No Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)
2 3 45,7 44 54,3
responden Sikap Prososial
7
1 Umur
3 3 46,9 43 53,1
14 Tahun 1 1,2 Kontrol Diri
8
15 Tahun 34 42,0
4 3 40,7 48 59,3
16 Tahun 44 54,3 Kemandirian
3
17 Tahun 2 2,5
5 Penyelesaian 2 34,6 53 65,4
2 Jenis Kelamin masalah dan 8
Laki-laki 27 33,3 Aktualisasi
Perempuan 54 66,7 Diri
3 Agama 6 Kemampuan 3 40,7 48 59,3
Islam 77 95,1 hubungan 3
Protestan 3 3,7 Interpersonal
Katolik 1 1,2
Jumlah 81 100
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa
Tabel 1 menunjukkan distribusi frekuensi 81 orang responden yang diteliti diperoleh hasil
umur terbanyak adalah berusia 16 tahun mayoritas responden memiliki penyelesaian
sebanyak 44 responden (54,3%). Distribusi jenis masalah dan aktualisasi diri yang positif
kelamin terbanyak adalah perempuan dengan sebanyak 53 orang (65,4%).
jumlah 54 responden (66,7%) dan distribusi
agama responden Mayoritas adalah beragama Tabel 4
Distribusi frekuensi kesehatan mental
Jurnal Ners Indonesia, Vol.x No.x, Juli 2019

No Skor Kesehatan Frekuensi Persentase responden yang memiliki tingkat rasa syukur
Mental (%)
1 Positif 41 50,6 yang rendah.
2 Negatif 40 49,4
Jumlah 81 100
PEMBAHASAN
Tabel 4 menggambarkan bahwa 81 1. Analisis Univariat
responden yang diteliti didapatkan hasil a. Umur
mayoritas responden memiliki kesehatan mental Penelitian yang melibatkan 81 responden
positif sebanyak 41 orang (50,6%). diperoleh hasil bahwa umur responden terbanyak
yaitu berumur 16 tahun sebanyak 44 responden
2. Analisi Bivariat
(54,3%), dimana dengan rentang usia 14-16
Tabel 5 tahun maka responden dapat dikategorikan
Hubungan rasa syukur dengan kesehatan mental sebagai remaja. Putro (2017) berpendapat bahwa
pada remaja
Rasa Kesehatan Mental OR proses perkembangan pada remaja yang meliputi
Syukur Negatif Positif Total (95% p
CI) value perubahan seperti pada perkembangan
Rendah 26 14 40 psikoseksual, hubungan dengan orangtua dan
(32,1%) (17,3%) (51,9%) 3,582
Tinggi 14 27 41 1,433- 0,011 cita-cita. Chabbra dan Sodhi (2011) juga
(17,3%) (33,3%) (48,1%) 8,950
Total 40 41 81 menemukan bahwa masalah psikologis secara
(49,4%) (50,6%) (100%)
signifikan lebih tinggi pada remaja pertengahan
(14-16 tahun).
Hasil analisis hubungan rasa syukur dengan
kesehatan mental pada remaja didapatkan hasil
b. Jenis Kelamin
bahwa dari 81 responden yang di teliti lebih
Karakteristik reponden berdasarkan jenis
banyak yang memiliki rasa syukur yang tinggi
kelamin yang diteliti terhadap 81 responden
dan kesehatan mental yang positif sebanyak 27
diperoleh mayoritas responden perempuan
orang (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan
berjumlah 54 orang (66,7%). Sughayr dan
uji Chi-Square, didapatkan p value 0,011 < α
Ferwana (2012) mengatakan bahwa anak
(0,05), disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima,
perempuan lebih stres daripada laki-laki. Wuon,
menunjukkan adanya hubungan antara rasa
Bidjuni dan Kallo (2016) berpendapat bahwa
syukur dengan kesehatan mental pada remaja.
depresi sering terjadi pada perempuan hal ini
Hasil analisis diperoleh nilai OR=3,582, artinya
dikarenakan perempuan mengedepankan
dapat dikatakan bahwa responden yang memiliki
perasaan emosional sehingga cepat merasa
tingkat rasa syukur yang tinggi cenderung
bersalah dan memiliki kecemasan yang
berpeluang memiliki kesehatan mental yang
cenderung tinggi daripada laki-laki.
positif sebesar 3,58 kali lebih besar dari
c. Agama
Rani Hardianti, Erika, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
Hasil penelitian sebagian besar pendidikan syukur memiliki ciri-ciri seperti tidak merasa
terakhir responden SMA sebanyak 46 orang kekurangan dalam hidupnya, memiliki
(31,9%). Hasil penelitian didapatkan bahwa kecenderungan untuk menghargai dan
mayoritas agama responden adalah beragama merasakan kesenangan yang sederhana (simple
islam dengan 77 responden (95,1%). Dalam pleasure). Orang yang selalu merasakan rasa
setiap agama selalu mengajarkan hal baik syukur terhadap setiap apa yang terjadi dalam
kepada setiap penganutnya, seperti halnya setiap hidupnya akan selalu merasakan hal positif, yang
manusia dianjurkan untuk selalu bersyukur atas juga dapat mempengaruhi jiwa, mental, hati dan
apa yang dimiliki. Pemahaman agama yang baik pikiran tetap terjaga kondisinya.
akan menumbuhkan perilaku yang baik. Hal ini Rasa syukur merupakan proses yang
dikarenakan remaja memerlukan kemampuan berorientasi pada perilaku prososial (Petrocchi &
pemecahan masalah yang baik, sehingga remaja Couyoumdjian, 2016). Rasa syukur
mampu menyelesaikan masalah mereka dengan memungkinkan seseorang untuk memperkuat
efektif. Hal ini dikarenakan Agama Islam adalah ikatan sosial dan persahabatan dengan adanya
agama yang memiliki konsep rasa syukur yang kepuasan hubungan (Armenta, Fritz &
tertuang dalam rasa sabar dan menerima Lyubomirsky, 2016), dan hal ini mendorong
(Haryanto & Kertamuda, 2016). seseorang untuk terlibat dalam perilaku
pemeliharaan hubungan yang lebih baik
d. Gambaran Rasa Syukur Responden (Lambert & Fincham, 2011).
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada Rasa syukur juga dikaitkan dengan
81 responden diperoleh hasil mayoritas hubungan yang membaik dengan diri, dalam
responden memiliki rasa syukur tinggi berjumlah bentuk cara perawatan yang lebih positif dan
41 orang (50,6%), sehingga dapat dikatakan berbelas kasih terhadap diri sendiri ketika ada
bahwa mayoritas responden memiliki perilaku yang salah dalam hidup, sehingga menjadikan
yang cukup baik dalam memperhatikan dan orang yang memiliki rasa syukur tinggi
menghargai kepositifan dalam hidup. Sesuai cenderung kurang tertekan dan cemas. Dapat
dengan teori Wood, Froh dan Graghty, (2010), dikatakan bahwa orang yang memiliki rasa
berpendapat bahwa rasa syukur terlihat dari syukur yang tinggi dapat menjadikan seorang
karakter dan orientasi hidup terhadap tersebut memiliki pelindung terhadap rasa
pembentukan dan penghargaan pada hal-hal depresi dan cemas karena rasa syukur terhubung
positif. dengan perasaan yang baik dan rendah hati. Rasa
Listiyandini et al., (2015) juga syukur merupakan mediator yang jauh lebih kuat
mengemukakan bahwa orang yang memiliki rasa dalam meningkatkan kepercayan diri, dengan
demikian, orang yang memiliki rasa syukur yang
Jurnal Ners Indonesia, Vol.x No.x, Juli 2019

tinggi cenderung mengalami lebih sedikit merupakan periode kritis perkembangan anak
kecemasan terutama karena mereka mampu menjadi dewasa, pada saat ini terjadi
mendorong diri, berbelas kasih dan meyakinkan perkembangan hormonal, fisik, psikologis dan
diri mereka sendiri ketika ada yang salah dalam sosial yang cepat. Macam-macam perubahan
hidup (Petrocchi & Couyoumdjian, 2016). perilaku remaja sering menyebabkan konflik
e. Gambaran Kesehatan Mental antara lingkup pergaulan dan dirinya sendiri
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada sehingga terjadi konflik internal maupun
81 responden diperoleh hasil bahwa mayoritas eksternal. Remaja yang tidak memiliki coping
remaja memiliki kesehatan mental positif yang baik cenderung memiliki permasalahan
diperoleh sebanyak 41 orang (50,6%), sehingga yang bersifat negatif dan akan berimbas pada
dapat dikatakan mayoritas responden memiliki perkembangannya, misalnya pada pematangan
atau menyadari keterampilannya dan mampu karakter dan hal inilah yang menjadi pemicu
mengatasi tekanan kehidupan yang normal, gangguan terhadap kesehatan mental.
seperti definisi dari WHO (2016) bahwa Emosi yang tidak stabil juga akan
kesehatan mental yaitu suatu keadaan berdampak pada pergaulan remaja. Teman
kesejahteraan di mana individu menyadari sebaya ataupun orang lain akan sulit memahami
keterampilannya, mampu mengatasi tekanan apa yang dirasakan remaja tersebut (Maulana,
kehidupan yang normal, dapat bekerja secara Elita & Misrawati, 2015).
produktif, dan mampu memberikan kontribusi Pada masa remaja juga terjadi adanya
kepada komunitas dan masyarakat. tekanan akademik yang dapat menyebabkan
Karaktertistik orang yang memiliki mental sehat penurunan kesehatan mental. Jayanthi,
adalah terhindar dari gejala-gejala gangguan Thirunavukarasu dan Rajkumar (2015)
jiwa dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, menemukan bahwa remaja dengan stres
mengembangkan potensi semaksimal mungkin, akademik memiliki risiko depresi lebih tinggi
tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain daripada remaja tanpa stres akademik.
(Yusuf, 2018).
Kesehatan mental dapat berupa berbagai 2. Analisis Bivariat
gejala, diantaranya kecemasan (ansietas), depresi Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
yang dapat digambarkan dari kehilangan hubungan variabel rasa syukur dengan kesehatan
semangat, mengalami gangguan tidur, hingga ide mental pada remaja. Berdasarkan data yang di
untuk menyakiti diri sendiri bahkan hingga olah dengan program statistik komputer
timbulnya keinginan untuk bunuh diri. menggunakan uji Chi-Square didapatkan
(Maulana, Elita & Misrawati, 2015). Remaja didapatkan p value 0,011 < α (0,05), dimana
hasil dapat dikatakan bermakna sehingga Ho
Rani Hardianti, Erika, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
ditolak dan Ha diterima, menunjukkan adanya hipotesis lebih lanjut dan lebih spesifik bahwa
hubungan antara rasa syukur dengan kesehatan efek tersebut disebabkan oleh rasa syukur yang
mental pada remaja. dimiliki seseorang.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada Penelitian ini juga sesuai dengan teori
81 responden diperoleh hasil yaitu 26 (32,1%) Listiyandini dkk, (2015) yang mengatakan
responden remaja yang memiliki rasa syukur bahwa orang yang memiliki rasa syukur
yang rendah juga memiliki kesehatan mental memiliki ciri-ciri seperti tidak merasa
yang negatif dan 27 (33,3%) responden remaja kekurangan dalam hidupnya, memiliki
yang memiliki rasa syukur yang tinggi juga kecenderungan untuk menghargai dan
memiliki kesehatan mental yang positif. Analisis merasakan kesenangan yang sederhana (simple
yang menunjukkan responden dengan rasa pleasure). Orang yang selalu merasakan rasa
syukur rendah namun memiliki kesehatan mental syukur terhadap setiap apa yang terjadi dalam
yang positif berjumlah 14 (17,3%) dan hidupnya akan selalu merasakan hal positif, yang
responden dengan rasa syukur tinggi namun juga dapat mempengaruhi jiwa, mental, hati dan
memiliki kesehatan mental yang negatif pikiran tetap terjaga kondisinya.
berjumlah 14 (17,3%). Ini dapat diartikan bahwa Rasa syukur dapat menumbuhkan
rasa syukur juga dapat mempengaruhi kesehatan optimisme, memperbaiki kualitas hidup,
mental pada remaja. membentuk hubungan persahabatan yang lebih
Hasil penelitian ini sejalan dengan baik kepada orang lain yang berada disekitarnya
penelitian yang dilakukan oleh Aghababaei dan yang dimana hubungan dengan orang lain dapat
Tabik (2013) dengan hasil penelitian yang mempengaruhi tingkah laku, pemikiran dan
menunjukkan bahwa rasa syukur memiliki suasana hati (Husna, 2014). Rasa syukur tinggi
korelasi negatif sedang sampai kuat dengan akan menyebabkan seseorang memiliki coping
penyakit mental dan korelasi positif dengan yang baik dalam menghadapi permasalahan
kesejahteraan subjektif. penelitian menunjukkan dalam hidup. Rasa syukur mendorong seseorang
bahwa rasa syukur religius dalam kaitannya untuk mencari dukungan sosial dari orang lain
dengan kesehatan mental dan kesejahteraan serta memahami pengalaman dari sudut pandang
subyektif. Ini menunjukkan bahwa orang yang berbeda, sehingga membantu remaja untuk
bersyukur dan memiliki religiustitas agama yang menyusun rencana untuk memecahkan masalah
baik memiliki efek terhadap kesehatan mental. (Listiyandini, 2015). Remaja yang memiliki rasa
Penelitian ini, memberikan konfirmasi lintas syukur tinggi cenderung memiliki kontrol diri
budaya untuk kesimpulan bahwa rasa syukur yang lebih tinggi terhadap lingkungan pergaulan,
dapat mempengaruhi kesehatan mental dan perkembangan personal, tujuan hidup, dan
fungsi positif diri, dan data ini mendukung memiliki penerimaan diri yang baik sehingga
Jurnal Ners Indonesia, Vol.x No.x, Juli 2019

berdampak pada tingkat kesehatan mental sampel sebanyak 81 responden, diperoleh


remaja tersebut. kesimpulan bahwa mayoritas responden berusia
Petrocchi dan Couyoumdjian (2016) 16 tahun sebanyak 44 responden (54,3%),
mengatakan bahwa orang yang memiliki rasa dengan responden berjenis kelamin paling
syukur merupakan faktor pelindung terhadap banyak adalah perempuan yang berjumlah 54
kesehatan mental karena secara signifikan rasa responden (66,7%). Untuk agama responden,
syukur terhubung ketingkat yang lebih rendah mayoritas responden beragama islam yang
dari perasaan tidak mampu dan rasa percaya diri. berjumlah 77 responden (95,1%).
Rasa syukur juga cenderung memperlihatkan Gambaran tingkat rasa syukur didapatkan
seseorang memiliki kebaikan, pemahaman, hasil mayoritas responden memiliki tingkat rasa
dukungan dan kasih sayang terhadap diri mereka syukur tinggi yang berjumlah 41 orang (50,6%).
sendri disaat mereka mengalami frustasi dan Gambaran kesehatan mental remaja didapatkan
kemunduran dalam kehidupan. Rasa syukkur hasil mayoritas responden memiliki kesehatan
merupakan mediator yang jauh lebih kuat dalam mental tinggi diperoleh sebanyak 41 orang
meningkatkan kesehatan mental. Dengan (50,6%). Berdasarkan uji statistik yang
demikian, orang yang memiliki rasa syukur yang dilakukan dengan uji Chi-Square didapatkan p
tinggi cenderung mengalami lebih sedikit value kurang dari nilai alpha (0,011< 0,05). Hal
kecemasan dan memiliki kesehatan mental ini menunjukkan Ho ditolak sedangkan Ha
positif terutama karena mereka mampu diterima dan dapat disimpulkan bahwa adanya
mendorong dan berbelas kasih dan meyakinkan hubungan antara rasa syukur dengan kesehatan
diri mereka sendiri ketika ada yang salah dalam mental pada remaja. di SMAN 8 Pekanbaru.
hidupnya.
Rosmarin et al. (2011) menemukan adanya SARAN
hubungan antara rasa syukur agama dan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
kesehatan mental dapat dimoderasi oleh dijadikan referensi penelitian lebih dalam lagi
keterlibatan agama. Rasa syukur yang hadir untuk melihat faktor lain yang akan berdampak
dalam wujud religiusitas maupun rasa sykur kepada kesehatan mental remaja dan
secara umum adalah penting untuk kesehatan menggunakan alat ukur yang berbeda agar lebih
mental dan kesejahteraan. efektif untuk diberikan kepada remaja.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Aghababaei, N., & Tabik, M. T. (2013)
Hasil penelitian yang dilakukan tentang Gratitude and mental health: differences
hubungan rasa syukur dengan kesehatan mental between religious and general gratitude in
a Muslim context, Mental Health, Religion
remaja di SMAN 8 Pekanbaru dengan jumlah
Rani Hardianti, Erika, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
& Culture. Vol. 16 (8), 761-766 H. (2017). Determinan Gejala Mental
Armenta, C. N., Fritz, M. M., & Lyubomirsky, Emosional Pelajar SMP-SMA di Indonesia
S. (2016). Functions of Positive Emotions: Tahun 2015. Buletin Penelitian Kesehatan.
Gratitude as a Motivator of Self- 45 (2), 103-112
Improvement and Positive Change. Nasilah, S., & Marettih, A. K. E. (2015)
Emotion Review. Vol. 1 (8). DOI: Integrasi Diri Sebagai Konsep Sehat
10.1177/1754073916669596 Mental Orang Melayu Riau. Jurnal
Caputo, A. (2015). The Relationship Between Psikologi Volume 11, Nomor 1
Gratitude and Loneliness: The Potential Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014
Benefits of Gratitude for Promoting Social tentang Upaya Kesehatan Anak Jakarta,
Bonds. Europe’s Journal of Psychology. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Vol. 11 (2), 323-334 Petrocchi, N., & Couyoumdjia, A. (2016). The
Chhabra, G. S., & Sodhi, M. K. (2011). Factors impact of gratitude on depression and
Contributing to psychosocial ill health in anxiety: the mediating role of criticizing,
male adolescents. Online Journal of attacking, and reassuring the self, Self and
Health and Allied Sciences, 10, (3), pp. 1-4 Identity. Journal of Self and Identity.Vol.
Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. 15 (2), 191-205
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Primaswari, M. (2017). Perbedaan Kualitas
Haryanto, H.C & F.E Kertamuda. Syukur Tidur dan Kesehatan Mental pada Perokok
sebagai Sebuah Pemaknaan. Insight. 18 dan Bukan Perokok. Jurnal Psikologi
(2), 1-10 Universitas Muhammadiyah Surakarta. 12
Husna & Nurihsan, J. (2014). Landasan (1), 1-15
bimbingan dan konseling. Bandung: PT. Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas
Remaja Rosda Karya. Perkembangan Masa Remaja. APLIKASIA:
Jayanthi, P., Thirunavukarasu, M., & Rajkumar, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. 17 (1),
R. (2015) Academic Stress and Depression 25-32.
among Adolescents: A Cross-sectional, Ranasinghe, S., & Ramesh, S. (2016). Hygiene
Indian Pediatrics, 52, p-271-219. and mental health among middle school
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. students. India Journal of Infection and
(2016). Statistik Sekolah Menengah Atas Public Health. 9 (1).
(SMA) 2015/2016. Jakarta: Kemendikbud Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar.
Lambert, N. M., & Fincham, F. D. (2011). Badan Penelitian dan Pengembangan
Expressing gratitude to a partner leads to Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
more relationship maintenance behavior. Rohman, Y. N., & Mugiarso. (2016). Pengaruh
Emotion, 11, 52–60. layanan bimbingan kelompok terhadap
Listiyandini, R. A., Nathania, A., Syahniar, D., kemampuan menjalin relasi pertemanan.
Sonia, L., & Nadya, R. (2015). Mengukur Jurnal Pendidikan dan Edukasi. 5 (1), 13-
rasa syukur: pengembangan awal skala 18. doi: 0065-2407102.
bersykur versi Indonesia. Jurnal Psikologi Rosmarin, D. H., Pirutinsky, S., Cohen, A. B.,
Ulayat. 2 (2), 473-496. Galler, Y., & Krumrei, E. J. (2011).
Merino, J. R, et.al. (2017). Reliability and Grateful to God or just plain grateful? A
Validiity of the Positive Mental Health comparison of religious and general
Questionnaire in a Sample of Spanish gratitude. The Journal of Positive
University Student. Journal of Psyciatric Psychology, 6, 389–396.
and Mental Health Nursing. 24 (2) Tambunan, Y. G. T., & Ediati, A. (2016).
Maulana, R., Elita, V., & Misrawati. (2015), Problem Emosi Remaja Ditinjau Dari Pola
Pengaruh Murotal Al Qur’an Terhadap Asuh Orang Tua: Studi Komparasi Pada
Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Siswa Parulian 1 Medan. Jurnal Empati
Orthopedi, JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015 Fakultas Psikologi UNDIP, Vol. 5 (2)
Mubasyiroh, R., Putri, I. Y. S., & Tjandrarini, D. WHO. (2016). Mental Health: Strengthening
Jurnal Ners Indonesia, Vol.x No.x, Juli 2019

Our Response. World Health Organization


Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets
/fs220/en/. Diakses tanggal 20 Oktober
2018
Wood, A.M., Froh, J. J., Geraghty, A. W. A.
(2010). Gratitude and well-being: A review
and theoretical integration. Clinical
Psychology Review.
doi:10.1016/j.cpr.2010.03.005
Wuon, A.S, H. Bidjuni & V. Kallo. (2016).
Perbedaan Tingkat Depresi pada Remaja
yang Tinggal di Rumah dan Yang Tinggal
di Panti Asuhan Bakti Mulia Karombasan
Kecamatan Wanea Manado. Ejournal
keperawatan. 4 (2), 1-8
Yeli, S. (2012). Psikologi Agama. Pekanbaru:
Zanafa Publishing.
Yusuf, S. (2018). Kesehatan Mental Perspektif
Psikologi dan Agama. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rani Hardianti, Erika, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap
Kesehatan Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai