Anda di halaman 1dari 16

Pelayanan Sosial untuk Lanjut Usia di Jepang*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Workers Training
Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/Zenshakyou)
Demografi Negara Jepang berada pada posisi piramida terbalik, dimana jumlah penduduk
terbanyak didominasi oleh para lansia, sedangkan jumlah anak-anak sangat sedikit. Hal tersebut
cukup mengkhawatirkan, karena salah satu sumber pendanaan negara adalah berasal dari pajak
konsumsi dan penghasilan, sedangkan jumlah orang dewasa yang produktif bekerja jumlahnya
sedikit, sehingga menyebabkan budget yang diputar untuk menyediakan fasilitas umum,
khususnya fasilitas pelayanan sosial menjadi semakin menipis. Angka harapan hidup untuk wanita
mencapai angka 86 tahun, dan 78 tahun untuk laki-laki.
Tidak seperti di negara Indonesia dimana panti-panti pelayanan sosial untuk lansia berstatus
negeri yang merupakan milik negara dan pengelolanya juga para pegawai negeri sipil. Jepang telah
meninggalkan sistem tersebut, dan 20 tahun belakangan ini menyerahkan pelayanan langsung
terhadap masyarakatnya ke pihak swasta, sedangkan negara bertindak sebagai regulator dan
penyedia alokasi dana. Hal tersebut dipandang sangat efektif dan mampu meningkatkan kompetisi
pelayanan terbaik yang disediakan bagi kepentingan klien (masyarakat).
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk menimba sedikit ilmu selama dua pekan di salah
satu lembaga pelayanan sosial untuk Lansia, yang terletak di Kota Ebina Perfektur Kanagawa,
Jepang. Dari proses pembelajaran tersebut, saya benar-benar mendapatkan pelajaran baru tentang
bagaimana orang Jepang memberikan pelayanan terbaik untuk kalangan lanjut usia, karena
lembaga semacam tersebut sama sekali tidak ada di Indonesia. Meski saya hanya akan
menceritakan dari salah satu lembaga saja, namun bisa dikatakan lembaga ini mewakili mengenai
gambaran lembaga yang sama di seluruh Jepang.
Gambaran Struktur Lembaga Pelayanan Sosial
Hampir seluruh pelayanan sosial di Jepang ini dikerjakan oleh NPO (Houjin). NPO ini di bawahnya
akan memiliki banyak shisetsu (institusi/lembaga) dengan fokus pelayanan yang berbeda-beda.
Misalkan Chusinkai Houjin dimana saya belajar selama 1 bulan kemarin, memiliki jidou yougo
shisetsu (institusi perlindungan anak) dan koureisha shisetsu (pelayanan untuk lanjut usia). Di
NPO-NPO yang lain biasanya memiliki lembaga pelayanan untuk difabel,homeless, penitipan anak
dan lain-lain. Saat ini direct service yang masih dikelola oleh pemerintah barangkali hanya kurang
dari 10% saja. Hal ini, tentu saja sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia.
Jenis Pelayanan Secara Umum
Adapun pelayanan (service) sebuah lembaga pelayanan sosial untuk lansia diantaranya yaitu
1)Tinggal menetap di lembaga (); 2)Short stay (); 3)Day service (
); 4)Home-visit care (). Selain keempat layanan tersebut yang sifatnya tetap
dan berkelanjutan, ada dua bagian lagi yang posisinya tidak kalah penting dalam upaya
memberikan pelayanan terbaik untuk klien. Yaitu Care Manager ( ) dan Soudan
in (Consultative person). Posisi yang terakhir itulah yang benar-benar hampir 100% mengerjakan
pekerjaan dari seorang Pekerja Sosial. Alhasil pekerjaan tersebut juga digawangi oleh seorang
Pekerja Sosial yang berlisensi ().

Sumber gambar dari sini

Tinggal Menetap dan Short Stay


Setiap lembaga pemberi pelayanan terhadap lansia pada umumnya minimal bisa menampung 50
orang, dan maksimal bisa mencapai 150 orang. Jumlah tersebut adalah gabungan dari yang tinggal
menetap di dalam lembaga atau yang hanya dalam jangka pendek saja (short stay). Fasilitas ini
penting, karena mengingat saat ini jumlah anggota keluarga inti masyarakat Jepang itu sangat
kecil, sedangkan dari jumlah kecil tersebut, rata-rata suami-isteri bekerja dari pagi sampai petang.
Alhasil, lansia yang sejatinya adalah orang tua kandungnya sendiri tersebut, tidak ada yang
mengurus di rumah, karenanya fasilitas ini sangat penting dan amat diminati oleh kebanyakan
masyarakat Jepang.
Jangan dibayangkan lembaga ini sama dengan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) di Indonesia.
Sangat jauh, baik dari segi fasilitas, keramahan karyawan dan juga suasana nyaman dan penuh

rasa kekeluargaan. Hampir semua turis mengakui bahwa di semua sektor dimana konsumen
mengeluarkan uang, pelayanannya prima dan sangat mengesankan keramahannya.
Di lembaga ini, yang datang juga merupakan orang yang mampu secara materi, namun karena
kesibukan masing-masing anggota keluarga, maka sendirian di rumah adalah suatu
ketidaknyamanan untuk para lanjut usia. Di lembaga ini, mereka bisa bertemu, bertegur sapa,
ngobrol dan banyak aktivitas lain yang telah disusun oleh lembaga.
Untuk klien yang tinggal menetap, pengertiannya sudah jelas bahwa mereka sedari awal masuk ke
lembaga, akan secara kontinyu mendapakatkan pelayanan sampai akhir hayat, atau pembatalan
kontrak pelayanan atas kesepakatan bersama. Namun, menariknya adalah pengguna jasa short
stay, istilahnya yang hanya menggunakan fasilitas pelayanan lembaga dalam jangka pendek,
ternyata para klien tersebut adalah orang-orang yang berkali-kali, bahkan rutin setiap bulan
menggunakan fasilitas short stay.
Pemerintah Jepang juga telah memiliki social security system yang mereka sebut dengan nenkin,
yaitu semua lansia sejak usia 65 tahun akan mendapatkan nenkin (uang cash) setiap bulan sampai
akhir hayat, yang besarannya ditentukan dari jumlah pembayaran yang mereka lakukan sedari
muda (sejak usia 20 tahun). Sistem itu amat sangat penting, namun yang juga tak kalah penting
adalah para pelaku sistem itu sendiri. Sistem semacam ini berjalan mulus di Jepang karena orangorang Jepang menjunjung tinggi amanah, kejujuran dan pelayanan terbaik terhadap konsumen. Hal
yang sampai saat ini masih sulit untuk diterapkan di Indonesia, yakni ketika sistem yang telah
dibuat sangat bagus sedemikian rupa, tapi ternyata sikap rakus-tamak dengan jalan korupsi masih
menjadi momok yang harus diperjuangkan bersama pelibasannya. Bukan berarti pesimis, namun
ini menjadi cambuk bahwa ke depannya Indonesia akan menjadi lebih baik lagi, dimulai dari diri
sendiri.

Sumber Gambar dari sini

Day Service
Pelayanan Day Service menyuguhkan kegiatan yang selalu menarik dan senantiasa berbeda setiap
harinya. Datangnya para volunteer untuk menyuguhkan seseuatu menjadi hiburan tersendiri untuk
hari-hari senja para klien. Pengguna fasilitas ini pada umumnya adalah mereka
yangYoukaigo (istilah untuk menyatakan level perawatan ringan, sedang, atau berat) level ringan.
Di sini mereka mendapatkan pelayanan antar-jemput dari dan sampai ke rumah. Kemudian
berendam di ofuro(fasilitas yang lengkap menjadikan proses mudah dan aman untuk lansia),
makan siang, dan banyak aktivitas hiburan lainnya. Di sini, para klien juga bisa mendapatkan
banyak teman, meski secara fisik sudah susah untuk berjalan-jalan keliling rumah tetangga.
Home-Visit Care
Jumlah para lansia yang mengantri untuk masuk ke pelayanan lembaga itu jumlahnya amat sangat
banyak. Namun di sisi lain, mereka yang lebih senang tinggal di rumahnya sendiri juga tidak
sedikit, padahal biasanya para lansia tersebut hanya tinggal sendiri dan susah untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah sendirian.
Nah, pelayanan Home visit care ini membantu para lansia untuk mengerjakan tugas-tugas
pekerjaan rumah yang tidak bisa ia kerjakan. Mulai dari tingkat paling ringan adalah dengan
bantuan menyapu dan mengepel rumah, memasak, mencuci baju, hingga membantu mandi
di ofuro. Semua pelayanan ditandatangani di awal kontrak, dan dibayar sesuai dengan tarif
pelayanan.
Tidak perlu takut karena tidak punya uang, karena sudah ada sistem nenkin dan asuransi
kesehatan yang amanah. Maka, klien sendirilah yang menentukan jenis pelayanan yang
dikehendaki dengan memanfaatkan uang yang dimiliki.
Hal lain yang menarik adalah peraturan yang diundangkan, para lansia tersebut wajib turut serta
mengerjakan sesuatu yang bisa dikerjakannya sendiri ketika para helper (yang memberikan
bantuan pelayanan home care) datang. Hal tersebut dimaksudkan agar para lansia juga terus
menggunakan tenaga yang dimiliki, supaya tidak cepat pikun.
Pekerjaan Care Manager

Care Manager pekerjaannya lebih luas. Seseorang yang menjadi klien sebuah lembaga, secara
komprehensif akan mendapatkan pelayanan manajemen dari care manager. Di sini care
manager membantu klien untuk menentukan pilihan-pilihan fasilitas pelayanan yang dikehendaki,
apakah itu day service, short stay, home care dan lain-lain. Beban pekerjaan seorang Care
Manager cukup sibuk dengan tanggung jawab setiap satu orang Care Manager harus bisa
memanajemen 30-40 orang klien setiap bulannya. Pekerjaan semacam ini juga paling layak
disematkan kepada seorang pekerja sosial profesional.
Pekerjaan Soudan in
Soudan in bertugas sebagai pelaku manajemen untuk pelayanan short stay, tinggal menetap, dan
juga day service. Segala hal terkait manajemen pembaruan data, pelayanan dan perubahan
pelayanan diakomodir oleh Soudan in. Secara ringkas tugas dari Soudan in adalah 1)Manajemen
klien baru; 2)Manajemen klien yang keluar; 3)Manajemen pembiayaan layanan; 4)Konsultasi;
5)Pembuatan rencana pelayanan. Tugas Soudan in juga merupakan murni tugas seorang Pekerja
Sosial.
Community General Support Center/Chiki Houkatsu Shien Senta ()
Di dalam area Kota Ebina, terdapat beberapa bagian lagi. Dalam satu bagian area yang lebih kecil
tersebut, akan ditunjuk oleh pemerintah agar salah satu lembaga membuat Community General
Support Center. Community centertersebut bertugas untuk terus berkoordinasi dengan masyarakat
guna mendapatkan update data-data para lansia yang kebingungan atau membutuhkan bantuan.
Oleh karenanya, setiap bulan diadakan pertemuan dengan masyarakat lokal mengenai laporanlaporan mengenai lanjut usia yang membutuhkan bantuan. Dalam pertemuan tersebut dibahas
secara lebih detil dan kemungkinan solusi terbaiknya. Bukan berarti, setiap lansia yang butuh
bantuan, hanya akan dibantu oleh lembaga, tapi juga memanfaatkan banyak sistem sumber yang
lainnya. Ini adalah peran nyata kebermanfaatan lembaga terhadap masyarakat sekitar.
Partisipasi Aktivitas bersama Masyarakat
Para klien juga secara aktif diikutsertakan pada agenda-agenda kemasyarakatan. Orang Jepang
adalah orang yang gemar mengadakan matsuri (perayaan), karena suasana matsuri adalah
suasana kebahagiaan untuk melepaskan diri dari kepenatan dunia kerja yang menjemukan. Jenis
matsuri nya pun bermacam-macam, mulai dari peruntukannya untuk anak-anak, agama, dan juga
lanjut usia. Di sini terlihat sangat jelas mengenai hubungan harmonis antara lembaga dan juga
masyarakat sekitar.
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah.
Kokuryo
chou,
Choufu
shi

Tokyo,
JAPAN
Sabtu pagi, 06 Dzulhijjah 1436 H/19 September 2015 pukul 08.18 waktu Jepang
Dipublikasikan
otomatis
secara
terjadwal
oleh
WordPress
pada
hari Sabtu, 19 September 2015 pukul09.00 waktu Jepang

berusaha menjadi yang terbaik


KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. wb. Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami
panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karuniaNYA ma...

ASKEP PADA KLIEN ANAK DENGAN DIFTERI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN DIFTERI BAB I PENDAHULUAN Difteri
merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagi...

ASKEP MANOPAUSE

Contoh Kasus Seorang ibu rumah tangga nyonya A umur 50 Tahun datang dirumah sakit
X dengan keluhan tidak haid 3 bulan, disertai deng...

ASKEP PNEUMONIA

ASKEP PNEUMONIA LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA 1. DEFINISI Pneumonia adalah


suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru y...

kesehatan kerja secara nasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang
sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh ...

Kamis, 09 Juni 2011

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb. Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami
panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karuniaNYA makalah kami
yang berjudul kebijakan dan program kesehatan lansia telah dapat
terselesaiakan. Kemudian tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu dosenyang telah banyak memberikan pengetahuan kepada
kami demi terciptanya tugas ini.
Sesuai dengan temanya makalah ini menyajikan
tentang bagaimana tingkat keberhasilan program tersebut baik tingkat
nasional maupun tingkat propinsi.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak
kekurangan, kelemahan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik,
masukan dan saran, demi penyempurnaan makalah kami dimasa yang
akan datang..
.

Kendari, Mei 2011

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk
mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia
sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan sebagai
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta
ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia
dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang kesehatan dan
keperawatan.
Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat
kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Salah satu
pelayanan kesehatan di masyarakat adalah posyandu lansia.
Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
didirikan di desadesa kecil yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau
klinik. Tujuan program posyandu lansia adalah memberdayakan kelompok
lansia sehingga mereka mampu untuk menolong dirinya sendiri dalam
mengatasi masalah kesehatannya serta dapat menyumbangkan tenaga
dan kemampuannya untuk kepentingan keluarga dan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia akan dikembangkan lebih
bersifat mempertahankan derajat kesehatan, meningkatkan daya ingat,
meningkatkan rasa percaya diri dan kebugaran lansia).

2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka latar belakang rumusan


permasalahan ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan dan tingkat
ketergantungan lansia di masyarakat serta pelayanan kesehatan lansia.
3.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang kami gunakan adalah :

Bab I Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah


Bab II memuat kebijakan dan keberhasilan kesehatan lansia ditingkat
nasional.
Bab II memuat kebijakan dan keberhasilan kesehatan lansia ditingkat
Propinsi
Bab IV pembahasan
Bab V penutup yang memuat kesimpulan dan saran

BAB II
KESEHATAN LANSIA SECARA NASIONAL
A. KEBIJAKAN DAN

PROGRAM

KESEHATAN

LANSIA

SECARA

NASIONAL

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur


lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia
(Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk
Lansia ini antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat

yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat


pengetahuan masyarakat yang meningkat.

Jumlah Penduduk Lansia Indonesia


Tahun Usia Harapan Hidup Jumlah Penduduk Lansia %
1980 52,2 tahun 7.998..543 5,45
1990 59,8 tahun 11.277.557 6,29
2000 64,5 tahun 14.439.967 7,18
2006 66,2 tahun +19 juta 8,90
2010 (prakiraan) 67,4 tahun +23,9 juta 9,77
2020 (prakiraan) 71,1 tahun +28,8 juta 11,34

Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia
harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia
harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta
(11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun
2010, jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%)
dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang
cukup besar antara Lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan ini
bisa jadi karena antara lain Lansia yang tadinya berasal dari desa lebih memilih kembali
ke desa di hari tuanya, dan mungkin juga bisa jadi karena penduduk perdesaan usia
harapan hidupnya lebih besar karena tidak menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak
sering menghadapi hal-hal yang membuat mereka stress, lebih banyak tenteramnya
ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi karena makanan yang dikonsumsi
tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga membuat mereka tidak mudah terserang
penyakit
sehingga
berumurpanjang.
Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap mengalami
kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia yang tinggal di
perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang
tinggal
di
perdesaan
yaitu
sebesar
13.107.927
(11,51%).
Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa jadi
disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan
penduduk di suatu wilayah dapat menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu
contoh bahwa untuk membedakan wilayah rural dan urban di antara kota Jakarta dan
Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo serta kota-kota lainnya kelihatannya
semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang bahwa Pantura adalah kota
terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu kota dengan kota lainnya.
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk
Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini
sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali
ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang
berada di desa. Sumber penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi
mereka, hal ini juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari

penghidupan di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap
sebagai
sumber
penghidupankeluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting
sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai
sumber daya alam yang cukup maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa
sebagai sumber penghasilannya, contoh negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat
berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.

1.

Kebijakan
UU dan peraturan yang terkait dengan penanganan Lansia
Indonesia telah memiliki perundang-undangan, keputusan, peraturan dan
kebijakan untuk penganan lanjut usia diantaranya:
UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
UU No. 13/98 tentang kesejahteraan Lansia yang mengamanatkan
kepada
pemerintah
berkewajiban
memberikan
pelayanan
dan
perlindungan sosial bagi Lansia. agar mereka dapat mewujudkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar. Amanat terurai dalam pasal-pasal
untuk 12 departemen, lembaga non departemen serta kepada unsure
masyarakat.
UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya yang
menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009 tentang
kesejahteraan sosial
Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008
tentang pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat
RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
Identifikasi permasalahan
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan masih diperoleh kenyataan bahwa :
Sosialisasi UU, Keputusan, Peraturan, kebijakan yang terkait Lansia
minim.
Implementasi UU No. 13/98 di pusat maupun di daerah masih terbatas
Implementasi UU No. 40/2004 tentang SJSN dan UU No. 11 Tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial masih menunggu penerbitan PP nya.
Koordinasi dan keterpaduan lintas sektor (antara unsur pemerintah,
swasta dan masyarakat ) belum efektif khususnya dalam perencanaan
program yang terkait penanganan Lansia

2.

Pelayanan dan pemberdayaan Lansia oleh unsur pemerintah, masih


dihadapkan berbagai keterbatasan.
Peran Komda Lansia belum sepenuhnya efektif, perlu fungsionalisasi dan
penguatan peran kelembagaan.
Penanganan Lansia masih banyak bersandar kepada keluarga dan upaya
yang berbasis masyarakat.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bantuan kepada Lansia terlantar
(JSL dan Jamkesmas) masih terbatas.
Pemberdayaan Lansia dibidang sosial, ekonomi, diklat, dan lain-lainnya
belum optimal
Peran Komnas
Meningkatkan kesadaran tentang dampak masalah Lansia terutama
mengenai pertumbuhan yang pesat, kenaikan angka ketergantungan,
kondisi kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan pada umumnya yang
masih rendah. Mendorong masyarakat agar lebih peduli dan berperan
serta dalam penanganan Lansia.
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian dengan sosialisasi tentang UU
13/98, Keppres 52/04, RAN, Permendagri 60/08, UU 11/09 secara
berkelanjutan.
Mengkoordinasikan
upaya
pemberdayaan
Lansia
potensial untuk
berpartisipasi dalam pembangunan dan kegiatan masyarakat dengan
bekerjasama antar departemen terkait dan organisasi kemasyarakatan.
Mengkoordinasikan lintas sektor dalam Perencanaan Program agar lebih
menyentuh kepentingan Lansia.
Penguatan peran Komda sebagai ujung tombak peningkatan kesejahteraan
Lansia
Meningkatkan kepedulian kalangan swasta, perguruan tinggi dan LSM
melalui forum kerjasama,saresehan, seminar dan lokakarya.
Melakukan pengkajian dan penelitian instrumen perundang-undangan yang
terkait dengan kepentingan Lansia serta penelitian kondisi dan kebijakan
sosial ekonomi dan kesehatan Lansia
Program
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan
masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program
asuransi social federal yang dirancang untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi
lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi dua : bagian A
asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang
memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah
pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah.
Bagian B merupakan program sukarela dengan penambahan sedikit premi perbulan,
bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter.
Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan
keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat
yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi. Medical membayar sekitar biaya
kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991).

Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan
pemerintah bersangkutan. Program ini berbeda antara satu Negara dengan lainya dan
hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana
masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak
mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain
seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi.

B. KEBERHASILAN NASIONAL DALAM TINGKAT KESEHATAN LANSIA


Keberhasilan program dan kebijakan kesehatan pada lansia dapat
dilihat dari tingkat tingginya angka kesakitan lansia sepanjang tahun
2003-2007 sbb:

BAB III
TINGKAT KESEHATAN LANSIA DI PROVINSI
A. KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah
satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di
puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia.
Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan
banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat
memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini
tentunya membangun Indonesia Sehat 2010 yang salah satu
strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan
perhatian yang selayakn
Kewajiban pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam UndangUndang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5,
dituliskan delapan hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah
berkaitan dengan kesejahteraan sosialnya. Diantaranya mendapatkan
perlindungan social, bantuan social dan pelayanan kesehatan.

BAB IV
PEMBAHASAN
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan
lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam

kehidupan
keluarga
dan
masyarakat
sesuai
dengan
keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan
pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan
pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat
masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat
dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah
melalui
pelayanan
kesehatan
bagi
lansia
yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
dalam penyelenggaraannya.
Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia
Sasaran langsung:
Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
Usia lanjut 60-69 thn
Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur
60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan
Sasaran tidak langsung:
Keluarga dimana usia lanjut berada
Masyarakat di lingkungan usia lanjut
Organisasi sosial yg peduli
Petugas kesehatan
Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan
posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya

menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai


berikut :
Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan
dan atau tinggi badan
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.
Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan


posyandu antara lain :
Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan lansia
menjadi
meningkat,
yang
menjadi
dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka
untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan
atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa
mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan
kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong
minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia
jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar
atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir
atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat

dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk


bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan
fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti:
Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi


setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah
raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,
dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku
pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi
badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana,
thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan
lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan
keluarga
dan
masyarakat
sesuai
dengan
keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan
pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan
pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat
masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat
dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan
oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga,
tokoh
masyarakat
dan
organisasi
sosial
dalam
penyelenggaraannya.

B. SARAN
Kita ketahui lansia ini akan banyak menderita penyakit contoh
hipertensi, stroke, osteoporosis dll. Maka para lansia diharapkan mengikuti
program-program pemerintah untuk mengetahui perubahan atau
perkembangan kesehatannya dan keluarga juga harus mendukung
program ini
diharapkan juga para lanjut usia melakukan pola hidup sehat yakni
dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara benar dan teratur serta tidak merokok

DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra:
Salemba medika
Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta:
Sagung Seto
Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah 1.2001. Jakarta: EGC
Diposkan oleh Rhirin_muliawati di 0

Anda mungkin juga menyukai