Anda di halaman 1dari 16

Kata pengantar

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini membahas tentang trend dan issue dalam kesehatan yang berinti membahas
tentang “tradisi leluhur dalam kesehatan spiritual”.

Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, 6 november 2012


Penulis

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................3
1.1. Latar belakang…………………………………………………………….....3
1.2. Tujuan dan manfaat................................................................................................4

BAB II landasan teori......................................................................................................5


Trend dan issue dalam kesehatan spiritual……………….......................................5-9

BAB III PENBAHASAN……………………………………………………………….10


Tradisi leluhur dalam kesehatan spiritual……………………………………………….10-15

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 16


5.1. Kesimpulan ........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

Bab I
2
Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Sebagai perawat yang profesional perawat harus dapat memandang klien sebagai
makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik
terhadap perubahan kesehatan klien.

Untuk mempermudah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat


mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritual
tentang hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, maupun hubungan
dengan ketuhanan.

Oleh karena itu keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku klien.

1.2 Tujuan

3
supaya kita sebagai calon perawat mengetahui tentang trend dan issue yang terjadi pada
saat ini,sehingga kita dapat mempelari semua trend dan issue dalam kesehatan spiritual
dengan baik sebagai bekal kita besok ketika telah menjadi seorang perawat.

1.3 Manfaat

Dapat mengetahui trend dan issue dalam kesehatan spiritual yang banyak terjadi di
masyarakat.

Bab II
4
Landasan teori

2.1. Trend dan issue dalam kesehatan spiritual

Hubungan social antar manusia dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang
hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi
adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut
waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat
rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika
bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan
perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan
sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.

Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga
mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik
tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut
dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai
kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami
bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep
dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi
spiritual.

Pengertian Dimensi Spritual

Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari bahasa
latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian yang sangat
prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah
dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus
bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual
berarti kejiwaan, rohani, mental atau moral.

Spritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia untuk berhubungan
dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi kekuatan kehidupan dan kekuatan
yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai bagian dari sesuatu yang datang untuk
diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada Tuhan, dengan kata lain hubungan tanpa batas, dan
5
pengalaman yang mempunyai kekuatan yang menyeluruh.

Menurut Fish dan Shelly, 1978 ( dari Taylor, dkk,1997 ) kebutuhan spiritual membawahi
semua tradisi agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan akan arti dan
tujuan, cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.

Dari semua pengertian diatas spiritual merupakan kebutuhan dari setiap individu, sehingga
individu akan puas jika kebutuhan spritualnya terpenuhi. Sebaliknya jika tidak terpenuhi,
individu tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.

Dimensi spritual dalam kesehatan

Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis melainkan antara
keduanya sudah terintegrasi ( saling menunjang ). Seperti yang dikatakan oleh Albert
Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi
agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.

Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak
penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak
terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung
telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental
mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.

( Amir Syam,S.Kep,Ns)

6
TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA
Trend Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, p a d a
tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
t e n a g a professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi
suatum a s a t r a n s i s i / p e rg e s e r a n p o l a k e h i d u p a n m a s y a r a k a t d i m a n a p o l a
kehidupanmasyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang
maju. Keadaan itum e n y e b a b k a n b e r b a g a i m a c a m d a m p a k p a d a
a s p e k k e h i d u p a n m a s y a r a k a t khususnya aspek kesehatan baik yang berupa
masalah urbanisaasi, pencemaran, k e c e l a k a a n , d i s a m p i n g m e n i n g k a t n y a
a n g k a k e j a d i a n p e n y a k i t k l a s i k y a n g berhubungan dengan infeksi, kurang
gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai
dalam keluarga dan umur harapan hidup yang m e n i n g k a t j u g a m e n i m b u l k a n
m a s a l a h k e s e h a t a n y a n g b e r k a i t a n d e n g a n kelompok lanjut usia serta
penyakit degeneratif.Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-
masalah yangsedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapatdianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa
baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend penting yangmenjadi
perhatian dalam Keperawatan Jiwa di antaranya adalah masalah berikut :- Kesehatan jiwa
dimulai masa konsepsi
- Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
- Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
- Kecenderungan situasi di era globalisasi
- Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
- Kecenderungan penyakit jiwa
- Meningkatnya post traumatik sindrom
- Meningkatnya masalah psikososial
- Trend bunuh diri pada anak
- Masalah AIDS dan Napza
- Pattern of parenting
- Presfektif life span history
- Kekerasan
- Masalah ekonomi dan kemiskinana.

7
Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsiDahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya
dimulai padasaat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. b. Trend
peningkatan masalah kesehatan jiwaMasalah jiwa akan meningkat di era globalisasi.c.
Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan JiwaTerjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis
ekonomi berkepanjangan merupakansalah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi,
dan berbagai gangguankesehatan jiwa pada manusia.d. Kecenderungan situasi di Era
GlobalisasiEra globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antar Negara-
negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politike. Globalisasi danPerubahan
Orientasi SehatGlobalisasi atau era pasar bebas disadari atau tidak telah berdampak
pada pelayanan kesehatan.f. Kecenderungan Penyakit1. Meningkatnya post traumatic
syndrome disorder 2. Meningkatnya masalah psikososial3. Trend bunuh diri pada anak dan
remaja4. Masalah Napza dan HIV/AIDSg. Trend dalam pelayanan keperawatan mental
psikiatri1. Sekilas tentang Sejarah2. Trend pelayanan keperawatan mental psikiatri di Era
Globalisasih. Issue Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri1. Pelayanan
keperawatan mental psikiatri yang ada kurang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah hal
ini karena masih kurangnya hasil-hasil risetkeperawatan tentang keperawatan jiwa klinik.

2. Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang
rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang bias diakuisecara internasional.3.
Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalamanseringkali tidak jelas
dalam “Position Description”, job responsibility dan systemreward di dalam pelayanan
keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen,1998).4. Menjadi perawat psikiatri
bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswakeperawatan)i. Bagaimana profesi
keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya?
a. Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara
global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(community based care) yang member penekanan pada preventif dan promotif.
b. Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangatcepat, perlu
peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan caramengembangkan institusi
pendidikan yang telah ada dan mengadakan programspesialisasi keperawatan jiwa.
c. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungikonsumen,
sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan

8
d. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengannarasumber,
yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Baratterutama Amerika, maka
perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatanmental psikiatri yang didapatkan dari luar.

Bab III

Pembahasan

Tradisi leluhur dalam kesehatan spiritual

9
Konsepsi pencegahan terhadap suatu penyakit tampak dari tradisi upacara ritual yang
berkaitan dengan siklus kehidupan manusia madura. Terdapat upacara adat yang didalamnya
dilakukan permohonan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan hidup kepada Tuhan.
Upacara tersebut meliputi upacara nandhai (jika seorang istri ada tanda-tanda hamil), upacara
pelot pertama (bila kehamilan mencapai 3 bulan), upacara pelot betteng atau pelet kandhung
(jika kehamilan mencapai usia 7 bulan), upacara kelahiran (menjelang kelahiran), upacara
toron tanah (jika bayi telah lahir berusia 7 bulan) dan upacara khitan (usia 10 tahun, bagi
anak laki-laki).

Ada satu lagi ritual masyarakat madura berkaitan dengan upaya penolakan terhadap
kemungkinan terjadinya bala’ (musibah, wabah penyakit). Upacara adat ini disebut Rokat
Tolak Balak. Misalnya di suatu tempat terjadi berjangkit wabah penyakit muntah dan berak
(muntaber), tentu hal ini sangat merisaukan masyarakat. Maka kemudian datanglah seorang
berilmu (kiyahi) yang menyarankan perlunya dilakukan upacara rokat dengan bahan upacara
yang sudah ditentukan.

Bahan upacara yang diperlukan terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Bahan dari
tumbuhan misalnya bigilan (biji buah nangka = panjilan) yang ditaruh di leppe’ (piring kecil
atau piring untuk cangkir) untuk upacara nandhai. Jumlah bigilan tergantung umur
kehamilan, jika kehamilan usia 1 bulan, maka ditaruh sebuah bigilan, jika usia kehamilan
bertambah 2 bulan, maka ditaruh 2 buah bigilan, dan seterusnya. Bunga rampai yang terdiri
dari kembang babur, dua buah kelapa gading, jamu tradisional dek ceceng (bahannya : temu,
jerango, kunyit, daun pepaya), jamu bengkes, dan cengkele serta nasi ketan untuk upacara
pellet beteng atau pellet kandhung. Bubur nasi dengan gula merah, bunga telon (kantil,
mawar, kenanga) untuk upacara rokat. Bahan dari hewan terdiri dari ayam, telur dan ayam
polos (putih atau hitam) untuk upacara daur hidup dan upacara rokat tolak bala’.

Semua ritual yang dilakukan menunjukkan bahwa budaya Madura erat kaitannya dengan
konsep makrokosmos-mikrokosmos pada pemahaman (budaya) Jawa. Keserasian hubungan
antara mikrokosmos (alam kecil = alam manusia) dan makrokosmos (alam besar, jagad raya,
Tuhan Semesta Alam) mrupakan pangkal tolak terwujudnya kesehatan, kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup. Sementara itu ketidak harmonisan hubungan antaranya merupakan
pangkal dari gangguan kesehatan, wabah penyakit dan ketidak tentraman. Akulturasi budaya
Jawa-Madura ini memang terjadi sejak masa lampau, yaitu ketika masa kejayaan kerajaan

10
hindu Singosari, Mojopahit dan kerajaan Islam Demak, Pajang di Jawa Tengah dan Mataram
di Yogyakarta. Madura merupakan wilayah teritorial dari kerajan-kerajaan besar di Jawa.

Jenis-jenis upacara selamatan yang ada kepentingannya dengan pencegahan penyakit pada
masyarakat Madura dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

Aburdah (menambah ketenangan /kekuatan batin bagi orang yang sakit) dan Rabu bekasan
(yang didoakan untuk pengobatan penyakit).

Rokatan Rokat asal kata barokah, umumnya dilakukan di bulan Muharram tgl 1 atau 10 yaitu
rokat pekarangan, rokat bumi. Dengan tujuan mengharap terhindar dari penyakit dan
gangguan kesehatan, nasib buruk dan segala bentuk gangguan kejahatan. Rokat pekarangan
sejajar tidak ditanam, sedangkan rokat bumi sejajar ditanam.

Rokat Prakarya dan Rokat Bumih Dua jenis rokat ini hampir sulit dibedakan, di suatu
daerah rokat bumih dianggap rokat prakarya demikian sebaliknya. Akan tetapi di daerah
Dasuk dipahami rokat prakarya dilakukan dengan sesajen ayam yang disembelih tetapi
bagian ayam telah dikubur sedangkan. Sedangkan rokat bumih menurut masyarakat Dasuk
bagian ayam dan sesajen lainnya ditanam kebumi. Sedangkan cara melakukannya relatif tidak
ada perbedaan.

Rokat Beliunih Upacara selamatan ini dilakukan untuk mengembalikan kebahagiaan dan
harta yang hilang ketika meninggalnya salah satu keluarganya. Beliunih artinya kembali asal
dilakukan pada hari ke-7 dari kematiannya. Cara melakukan sama dengan rokat diatas
perbedaannya: ayam tidak usah dipilih yang berbulu tertentu, tidak ada yang ditanam, tidak
ada jarum, telur dan ramuan. Do’a sama yang dilakukan

Rokat ngalle Upacara ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu keberkatan hidup di suatu
tempat yang baru ditempati dirumah baru. Ngalle artinya pindah, menurut Bapak Nasibah
desa Gadu Barat, cara-caranya sama dengan rokat pekarangan, tetapi secara jelas belum kami
ketahui karena adat ini sudah jarang dilakukan

Rokat Disah Upacara rokatan ini adalah selamatan untuk keamanan desa dan terhindarnya
dari serangan penyakit mendadak biasanya dilakukan di tengah desa. Belum ditemukan cara-
cara yang sebenarnya karena sudah jarang dilakukan dan dirubah pada cara-cara Islami yaitu
dengan menghatamkan Al-Qur’an di Masjid. Dilakukan oleh 30 orang, kebagian membaca 1
juz do’anya sama dan makanan terserah kesepakatan masyarakat tanpa ada cara-cara yang

11
berbau mistis, biasanya diawali dengan pembacaan al-Fatihah pada Nabi, sahabat, thabi’ien,
waliyullah, para guru dan sesepuh desa yang sudah meninggal, kemudian baca Al-Qur’an
sendiri-sendiri setelah selesai baca do’a pangrokat ditambah do’a khatmil Qur’an (do’a yang
ada diakhir surat-surat Al-Qur’an ) baru kemudian makan bersama.

Rokat petik laut Yaitu selamatan para pelaut karena banyaknya ikan yang bisa ditangkap
berupa sesajen makanan dan kepala hewan yang dibawa ketengah laut dan ditenggelamkan
cara yang sebenarnya belum diperoleh informasi yang falid karena letaknya jauh dari
jangkauan kami.

Rokat sangke Bumih Adalah suatu selamatan yang mirip rokat pekarangan ditujukan untuk
memperoleh keselamatan di suatu tempat yang sering terjadi kecelakaan dilakukan pada
tanggal yang disukai. Do’anya sama dan tanpa ada peralatan yang ditanam, air ramuan
menggunakan air kumkuman yang dibuat dari air dicampur bidan dan bunga-bungaan.
Sesajen yang diletakkan diambil dari makanan yang dimasak. Sedangkan ayam yang
disembelih berbulu apa saja asal didada dan leher bagian bawah hingga ekor bawah berbulu
orange atau dikenal dengan ayam sangke bumih.

Ajenneng Adalah suati prosesi untuk mengawinkan suatu bangunan dengan bumi yang
ditempati kalau dulu tiang kayu dikawinkan dengan pondasi dilakukan agar penghuni rumah
senang menempati rumah tersebut yang diwujudkan dengan rajinnya seseorang merawat
rumah seperti menyapu tiap hari dan lainsebagainya. Ajennang suatu rumah biasanya
biasanya dilkukan setelah rumah tersebut selesai dibangun para peserta upacara dalah para
tukang bangunan yang telah melakukan pengajian rumah hingga selesai.

• perawat perlu memahami dan peka tentang beragam etnik,budaya dan spiritual yg
memiliki makna subyektif thd kesehatan, keadaan sakit,asuhan,& praktek penyembuhan

• Perspektif etnik,budaya dan spiritual visi dianggap penting bagi perawat & pelayanan
kesehatan profesional lainnya dlm mengantarkan pelayanan kesehatan yg berkualitas kepada
semua kliennya

• perawat harus mengerti bagaimana budaya dan keyakinan mereka sendiri kepercayaan
rohani terkait dg keyakinan & budaya klien yg berbeda

"Memiliki pengetahuan tentang budaya sebelum mencoba untuk membantu klien dan
keluarga analog dengan perawat atau dokter yang memiliki pengetahuan dasar tentang

12
anatomi dan fisiologi sebelum melakukan penilaian fisik atau berusaha untuk memenuhi
kebutuhan fisik pasien." (Madeleine Leininger)

Memiliki keterampilan, baik akademis dan interpersonal, yang memungkinkan seseorang


untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya dan persamaan di dalam, antara, dan di
antara kelompok-kelompok.

Sebuah proses dimana penyedia layanan kesehatan berusaha untuk bekerja dalam konteks
budaya masyarakat dari latar belakang budaya atau etnis yang beragam.

Ketika klien menerima pesan keseluruhan, disampaikan secara lisan dan non-verbal,
validasi pribadi dan budaya.

Penyedia mengintegrasikan sistem nilai klien, pengalaman hidup, dan harapan tentang
pengobatan ke dalam proses terapi, bahkan ketika klien tidak menyadari bahwa hal itu terjadi.

"Meskipun secara teknis kompeten, perawat dapat kompeten, merumuskan intervensi tidak
bisa dijalankan karena ketidakmauan atau ketidakmampuan untuk memahami pasien budaya
yang berbeda." (West, 1994, 0,232)

Budaya Perawatan

Budaya yang beragam asuhan keperawatan modus optimal penyediaan layanan kesehatan,
mengacu pada variabilitas pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
perawatan sesuai dengan budaya yang menggabungkan nilai-nilai budaya individu,
kepercayaan, dan praktek-praktek termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang dan untuk yang individu pada akhirnya dapat kembali. (Leininger, 1985)

Beberapa contoh tradisi leluhur

Beberapa contoh tradisi leluhur yang masih dilakukan adalah pijat bayi dan ibu, perawatan
spa ibu pasca bersalin, dan metode-metode relaksasi berupa gending maupun lagu-lagu dari
musik tradisional bagi ibu yang akan bersalin. Bahkan di antara ilmu itu malah sempat
diusung ke luar negeri dan dipelajari di sana. Misalnya tradisi lulur dari Bali dan lulur atau
ratus dari Keraton Yogyakarta maupun Solo.

Tradisi ruwahan

13
tradisi Ruwahan yang sudah turun temurun sejak ratusan atau bahkan mungkin ribuan tahun
silam itu adalah terjadinya interaksi dan bahkan komunikasi dua pihak. Yakni pihak orang-
orang yang masih hidup dengan pihak leluhur. Bahkan saat bulan Arwah tiba, para leluhur
menghentikan “aktivitasnya” untuk suatu “aktivitas” khusus yakni menyambut anak cucu
keturunannya, maupun semua orang yang melakukan kegiatan bakti kepadanya, yang
diwujudkan dalam berbagai kegiatan seperti membersihkan makam, sedekah dan sesaji,
komat-kamit mengucapkan doa, dikir, mengucapkan mantera dan berbagai kalimat yang
keluar dari hati nuraninya yang intinya berusaha sambung rasa dengan para leluhurnya.
Artinya sejauh apa yang dapat kami saksikan, Tradisi Ruwahan ternyata bukanlah kegiatan
yang sia-sia saja. Selain manfaat yang nyata dari kegiatan kebersihan, sungguh ada makna
tersirat yang mendalam dan manfaat inheren yang sangat besar di dalamnya. Manfaat itu akan
dialami bagi siapapun yang tulus dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Sebab
apa yang saya dan teman-teman pernah saksikan, pada bulan arwah ini komunikasi dan
interaksi dengan para leluhur terjadi lebih intens. Bisa diartikan bahwa para leluhur juga
menganggap bulan arwah ini sebagai momentum rutin yang dulakukan setahun sekali untuk
lebih intens berkomunikasi dengan anak cucu keturunan dan semua orang yang
menghaturkan sembah bekti kepadanya. Itu artinya, leluhur mencurahkan perhatian kepada
siapapun yang mewujudkan sembah baktinya kepada leluhur. Perhatian leluhur tidak sekedar
“sowang-sowang nyawang saka kadohan” atau mengikuti sepak terjang kehidupan anak cucu
keturunannya, lebih dari itu, mereka bahkan membimbing dan mengarahkan apabila anak
cucu keturunannya akan menempuh jalan yang salah. Leluhur yang semakin tinggi derajat
kemuliaannya tentu akan lebih mampu melakukan segala sesuatu kepada anak cucu
keturunannya dan semua orang yang berbakti kepadanya. Anda jangan pernah pesimis tidak
yakin apakah leluhurnya ada yang berprestasi meraih kemuliaan yang sejati. Di antara sekian
ribu leluhur kita tentu tidak hanya satu dua saja yang mencapai kamulyan sejati. Persoalannya
kemudian ada pada diri kita masing-masing, apakah masih mau menganggap penting sikap
berbakti pada leluhur ataukah sebaliknya menganggap mereka sudah tak bisa apa-apa lagi,
nun jauh di negeri antah berantah, tak bisa lagi berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak
cucu keturunannya. Atau sikap lebih ekstrim yang menganggap interaksi dan kehadiran
leluhur sebagai perwujudan godaan iblis setan jin peri prayangan. Jika demikian yang terjadi
sangat mungkin leluhur sudah enggan membimbing dan mengarahkan kita sehingga sikap
ekstrim kita semakin menjadi-jadi. Namun juga tak jarang terjadi sebaliknya, pada saat ada

14
salah satu anak keturunannya bersikap terlampau ekstrim, ada satu dua leluhurnya yang
kemudian menyadarkannya.

Bab IV

Penutup

Kesimpulan

15
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan
masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatumasa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupanmasyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itumenyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakatkhususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran,kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yangmeningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengankelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yangsedang hangat dibicarakan dan dianggap penting.

Bagi calon perawat sangat penting mempelajari perkembangan trend dan issue yang terjadi
saat ini dikalangan masyarakat tentang kesehatan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Http//qie30.wordpress.com/2009/05/07 diakses pada tanggal 04/07/2010


Mubarak, Wahit Iqbal, dkk..2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Gresik: Salemba Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai