Disusun Oleh:
1. Adellia Zahara 25000121130136
2. Beauty Laksmi Bathari 25000121130087
3. Bela Amalia Nur Aisya 25000121130096
4. Diandra Syifa Aulia 25000121130086
5. Giananda Al Aurasesar 25000121130130
6. Khairun Nisa 25000121130151
7. Kinanti Rahaytomo 25000121130092
8. Mirza Nazarudin Adzani 25000121130108
9. Roudhotun Nur Wahab 25000121130098
10. Zhafira Farah Sabrina 25000121130154
11. Zhanuar Hendra Adiansyah 25000121130126
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 3
2.1 PRECEDE-PROCEED..................................................................................................... 4
ii
3.7 Kepadatan Penduduk ...................................................................................................... 16
iii
10.4 Metode Evaluasi ........................................................................................................... 95
11.1 Kesimpulan................................................................................................................... 99
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
viii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Melakukan Perencanaan dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan dan
Pembangunan Kesehatan di Kota Tegal Menggunakan Kerangka Konsep PRECEDE-
PROCEED.
B. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan profil dan gambaran umum dari Kota Tegal
2. Mengidentifikasi permasalahan yang memengaruhi kualitas hidup masyarakat di
Kota Tegal
3. Menjelaskan tahapan diagnosis sosial terkait permasalahan yang ada di Kota
Tegal
4. Menjelaskan tahapan diagnosis epidemiologi terkait masalah sosial yang ada di
Kota Tegal
5. Menjelaskan tahapan diagnosis perilaku dan lingkungan terkait masalah
kesehatan yang menjadi prioritas di Kota Tegal
6. Menjelaskan tahapan diagnosis pendidikan dan organisasi terkait penyebab
terjadinya masalah perilaku kesehatan yang diprioritaskan di Kota Tegal
7. Menjelaskan tahapan diagnosis administrasi dan kebijakan setempat terkait
program promosi kesehatan yang ada di Kota Tegal
8. Menjelaskan tahapan evaluasi dan akuntabilitas terkait program kesehatan yang
ada di Kota Tegal
1.4 Manfaat
1. Sarana belajar mahasiswa untuk mengimplementasikan teori PRECEDE-PROCEED
yang sudah didapatkan.
2. Dapat menemukan permasalahan-permasalahan apa saja yang berada di sekitar
masyarakat.
3. Dapat menciptakan rancangan program kesehatan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan kesehatan sesuai kebutuhan dan kualitas hidup masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PRECEDE-PROCEED
PRECEDE adalah singkatan dari Predisposing (Pemudah), Reinforcing (Penguat),
Enabling (Pemungkin), Causes (Penyebab), Educational Diagnosis (Diagnosis
Pendidikan), dan Evaluation (Evaluasi). Sedangkan PROCEED merupakan singkatan dari
Policy (Kebijakan), Regulatory (Regulasi), Organizational (Organisasional), Construct
(Membangun), in Educational and Environmental Development (pada pendidikan dan
pengembangan lingkungan). PRECEDE dapat membantu dalam mengenali masalah,
mulai dari kebutuhan pendidikan hingga pengembangan program dalam memenuhi
kebutuhan. Pada 1991, Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE-
PROCEED.
PRECEDE merupakan pendahulu dalam sebuah kerangka kerja, PRECEDE melihat
faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana memfokuskan dalam
menentukan target intervensi. Dalam membuat program intervensi kesehatan, dimulai dari
menganalisis outcome dari kualitas hidup manusia. PRECEDE mengarahkan untuk fokus
terhadap keluaran.
PROCEED adalah proses yang berlangsung dalam Promosi Kesehatan dan hasilnya,
menampilkan tahapan kebijakan, proses implementasi serta evaluasi. PROCEED dibuat
dalam kerangka berpikir bahwa implementasi program kesehatan harus di evaluasi dari
input (evaluasi proses) – proses (evaluasi dampak) – output (evaluasi hasil). PROCEED
menjamin bahwa program akan tersedia sumber dayanya, mudah diakses, dapat diterima,
dan dapat dievaluasi oleh pembuat kebijakan, konsumen, dan administrator.
Model PRECEDE-PROCEED diaplikasikan secara bersama-sama, model ini
diaplikasikan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penentuan prioritas, dan tujuan program
sedangkan PROCEED digunakan dalam menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
pelaksanaan, evaluasi. Kombinasi model ini memberikan struktur yang komprehensif
dalam menilai kesehatan, kualitas hidup, serta hal yang dibutuhkan masyarakat untuk
melakukan perencanaan dan evaluasi program kesehatan.
4
Gambar 1 Framework PRECEDE-PROCEED
5
tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda, dan gejala yang timbul). Pada tahap ini
dapat juga ditemukan cara untuk menanggulangi masalah kesehatan. Informasi yang
didapatkan pada tahap ini memiliki peran yang sangat penting untuk penentuan prioritas
masalah yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan,
serta kemungkinan untuk diubah.
6
yang berisi penelusuran masalah-masalah yang berpengaruh/menjadi penyebab terjadinya
masalah perilaku yang telah diprioritaskan. Dalam kegiatannya pada tahap ini antara lain
:
1. Melakukan identifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang
berhubungan dengan status kesehatan/kualitas hidup dengan memperhatikan
faktor-faktor penyebabnya.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diubah untuk keberlangsungan
perubahan perilaku dan lingkungan.
3. Merancang target antara atau tujuan dari program.
Proses identifikasi ini dilakukan berdasarkan beberapa determinan yang mana dapat
memengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu:
1. Faktor Pemudah (Predisposing factors) adalah faktor yang mempermudah dan
mendasari terjadinya perilaku tertentu seperti pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan
budaya, kepercayaan dari orang tersebut terhadap perilaku tersebut dan beberapa
karakteristik individu misal : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan.
2. Faktor Pemungkin (Enabling factors) mencakup berbagai keterampilan dan
sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan yakni adalah faktor
yang memungkinkan atas terjadinya perilaku tertentu atau lingkungan yang
memfasilitasi perilaku seseorang seperti ketersediaan pelayanan kesehatan,
ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan
sosial, adanya peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku
tertentu tersebut.
3. Faktor Penguat (Reinforcing factors) adalah faktor yang memperkuat atau
terkadang juga dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang
termasuk dalam kelompok faktor penguat adalah pendapat, dukungan, kritik, baik
dari keluarga, teman-teman kerja, atau pihak lain yang ada lingkungan sekitarnya
bahkan juga dari petugas kesehatan sendiri.
Adapun langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi dan menetapkan tujuan
organisasional berdasarkan faktor penguat dan pemungkin yang telah diidentifikasi
melalui upaya pengembangan terhadap organisasi dan segala sumber daya yang ada di
sekitar.
7
2.6 Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Diagnosis administrasi dan kebijakan adalah proses untuk menganalisis kebijakan,
sumber daya, dan peraturan yang berlaku, yang berpotensi memfasilitasi atau menghambat
pengembangan program intervensi dan promosi kesehatan.
Dalam proses diagnosis administrasi terdapat tiga indikator yang dinilai, yaitu sumber
daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program, sumber daya yang terdapat pada
organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Sedangkan dalam
diagnosis kebijakan, indikator yang diidentifikasi adalah dukungan dan hambatan politis,
peraturan dan kegiatan organisasi yang memfasilitasi program, serta pengembangan
lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
8
d. Empat teknik media:
Pada dasarnya terdapat 3 strategi yang digunakan dalam teknik media
ini, yakni pameran, pemutaran film, dan siaran terprogram.
Pameran berarti mengajarkan memperkenalkan, mempertunjukkan,
mempromosikan atau bahkan ingin memengaruhi pengunjung tentang suatu
proses atau produk dari proses tersebut. Sedangkan film adalah suatu alat
yang dapat menghasilkan gambar dengan suara atau gambar saja. Pemutaran
film dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung. Beberapa jenis film
yang sering digunakan sebagai media penyuluhan adalah pemutaran film,
film strip, dan slide. Dan yang terakhir adalah siaran terprogram yang
merupakan kegiatan penyampaian dan penyebarluasan pesan/informasi
kepada khalayak sasaran dengan menggunakan media elektronik berupa
radio atau televisi secara terprogram (Communication for Child Survival,
1988). Ketiganya dapat dilakukan melalui 4 teknik media sebagai berikut:
1) Media massa (pameran)
2) Alat bantu audiovisual (pemutaran film/siaran terprogram)
3) Televisi pendidikan (pemutaran film)
4) Belajar terprogram (siaran terprogram)
2. Metode Pelatihan
a. Pengembangan keterampilan
Menjelaskan suatu kebutuhan untuk suatu prosedur dan bagaimana
prosedur itu dilakukan, demonstrasi prosedur ke kelompok, menyediakan
kemungkinan untuk belajar praktik keterampilan, digunakan untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi melalui pengembangan
psikomotor, dapat dievaluasi dengan kasar, membutuhkan partisipasi yang
tinggi di antara peserta dan staf, memerlukan pengaturan ruang khusus.
b. Simulasi dan permainan
Simulasi adalah suatu peniruan karakteristik-karakteristik atau perilaku
tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga para peserta latihan dapat
mereaksikannya seperti keadaan yang sebenarnya. Sedangkan permainan
simulasi merupakan gabungan role playing dan diskusi kelompok yang
dikemas melalui metode permainan atau games. Dalam metode ini pesan
kesehatan disajikan dalam bentuk permainan.
c. Inquiry learning
9
Fokus pada proses belajar, motivasi siswa cepat muncul,
mengembangkan kemampuan kognitif, peningkatan hasil yang efektif, dapat
pas/kompak dengan informasi kesehatan yang komplek, dapat digunakan
untuk seluruh kelompok umur, mendekati efektivitas di dalam memperoleh
informasi dengan segera dan aktual, sulit dievaluasi, memerlukan waktu yang
cukup dan perlu melibatkan semua staf dan partisipan.
d. Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil digunakan karena banyak masalah yang ingin
dipecahkan bersifat pribadi dan peka. Mereka tak ingin membicarakan
masalah mereka di hadapan orang banyak serta setiap anggota harus
mendapat kesempatan untuk berbicara. Lima orang adalah jumlah yang baik.
e. Peneladanan (modeling)
Istilah modeling merupakan istilah umum untuk menunjukkan terjadinya
proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan yang terjadi
karenanya melalui peniruan. Modeling merupakan sebuah teknik belajar
yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku model secara langsung
maupun tidak langsung (Albert Bandura).
f. Modifikasi perilaku
Memiliki karakteristik yaitu tingkat interaksi tinggi, mempunyai potensi
untuk digunakan di bagian klinis, berdasar pada konsep manajemen dan
rangsang kendali, penghargaan dan hukuman, mempromosikan
pengembangan keterampilan psikomotor, dapat dievaluasi,
mempertimbangkan suatu yang ekstrim di dalam metode pendidikan
kesehatan, belum cukup teruji untuk penggunaan di masyarakat, memerlukan
suatu kelompok sasaran yang bermotivasi tinggi.
g. Lokakarya
Lokakarya adalah suatu pertemuan dari beberapa orang yang
berpengalaman dan bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan atau tugas
yang sama, dengan dibimbing oleh tenaga ahli dalam memecahkan masalah
yang sulit dipecahkan sendiri.
h. Sosiodrama
Peniruan kejadian atau masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat
oleh beberapa anggota peserta. Kejadian atau masalah itu disusun sedemikian
rupa sehingga merupakan cerita yang menarik.
10
i. Demonstrasi
Penyajian materi pendidikan dengan cara memperlihatkan bagaimana
melakukan suatu tindakan atau bagaimana memakai suatu prosedur yang
disertai penerangan-penerangan secara lisan, gambar atau ilustrasi lain.
j. Studi kasus
Studi kasus adalah suatu metode belajar mengajar yang memungkinkan
peserta latih untuk meningkatkan kemampuan dalam menganalisis dan
memilih alternatif-alternatif pemecahan masalah tertentu secara menyeluruh.
3. Metode Organisasi
a. Pengembangan masyarakat
Usaha-usaha yang menyadarkan dan menanamkan pengertian kepada
masyarakat agar dapat menggunakan dengan lebih baik semua kemampuan
yang dimiliki baik alam maupun tenaga serta menggali inisiatif setempat
untuk lebih banyak melakukan kegiatan investasi dalam mencapai
kesejahteraan yang lebih baik.
b. Aksi sosial
Suatu gaya pengorganisasian masyarakat di mana suatu segmen yang
tidak berkembang pada suatu masyarakat diorganisir untuk dikelola kembali
menjadi sumber daya. Memiliki karakteristik antara lain yaitu tidak harus
selalu ada konsensus di antara kelas sosial didalam masyarakat; berhadapan
dengan lingkungan dan masalah ekonomi, sering tidak digunakan oleh
pendidikan kesehatan sejak ia merepresentasikan suatu filosofi mereka,
keterampilan atau perintah, sukar untuk mengevaluasi; memerlukan
sejumlah keterlibatan dan waktu yang tinggi dari staf dan peserta.
c. Perencanaan sosial
Proses dimana para ahli memecahkan permasalahan sosial melalui
deliberation yang masuk akal dan perubahan yang dikendalikan oleh tenaga
ahli. Dengan karakteristik yaitu menggunakan teknik pemecahan masalah
yang masuk akal, pencapaian dari tujuan umum di dalam suatu Konteks
kelembagaan, berhadapan dengan lingkungan dan masalah ekonomi, dapat
efektif dengan kelompok yang terintegrasi, sukar untuk mengevaluasi,
memerlukan keterlibatan dan sejumlah waktu yang tinggi dari staf dan
kelompok sasaran.
d. Pengembangan organisasi
11
Implementasi dari perubahan yang direncanakan di dalam organisasi.
Dengan karakteristik adanya penggunaan dalam pembentukan regu,
Pengendalian konflik, umpan balik Data dan Pelatihan, mencapai kondisi
kerja efektif antara institusi, para agen pembaharu dan sekelompok tenaga di
dalam suatu masyarakat, berhadapan dengan lingkungan dan masalah
ekonomi, sukar untuk mengevaluasi, memerlukan sejumlah keterlibatan dan
waktu yang lama dari staf dan peserta.
12
6. Tingkat 6: Overall Appropriateness. Pada tingkat ini menunjukkan kesesuaian
program dalam sistem pelayanan kesehatan.
Terdapat tiga jenis evaluasi yang dapat dilakukan dalam setiap pelaksanaan program
kesehatan, yaitu:
1. Evaluasi proses ialah evaluasi kegiatan intervensi PKM yang dilaksanakan.
2. Evaluasi dampak (impact) ialah evaluasi untuk tercapainya objective goals yang
telah dibuat baik pada fase pendidikan maupun perilaku.
3. Evaluasi hasil (outcome) ialah evaluasi terhadap masalah pokok pada awal
perencanaan yang akan diperbaiki dan dirasakan oleh masyarakat maupun
petugas kesehatan.
13
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA TEGAL
Sumber: papgeo.id
Gambar 2 Peta Kota Tegal
Kota Tegal Terletak di antara 109°08’ - 109°10’ Bujur Timur dan 6°50’ - 6°53’
Lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 km² atau kurang lebih 3.968 Hektar. Kota
Tegal berada di Wilayah pantai utara, dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah berada di
Wilayah Barat, dengan bentang terjauh utara ke Selatan 6,7 km dan Barat ke Timur 9,7
km. Dilihat dari Letak Geografis, Posisi Kota Tegal sangat strategis sebagai Penghubung
jalur perekonomian lintas nasional dan regional di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura)
yaitu dari barat ke timur (Jakarta-Tegal-Semarang-Surabaya) dengan wilayah tengah dan
selatan Pulau jawa (Jakarta-Tegal-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya) dan sebaliknya.
14
TIMUR Kabupaten Pemalang
Sumber: tegalkota.go.id
Tabel 1 Batas wilayah Kota Tegal
3.4 Iklim
Kota Tegal memiliki suhu rata-rata 28 C dengan suhu harian minimum berada di suhu
23,5 C dan suhu harian maksimum 32,9 C. Rata-rata kelembaban udara di kota ini sebesar
75% dengan penyinaran matahari sepanjang tahun 79%. Curah hujan di Kota Tegal relatif
kecil karena berada di wilayah pesisir. Bulan dengan curah hujan tinggi berada di
November-April dan terendah berada di Mei-Oktober.
3.6 Administratif
Secara administrasi wilayah Kota Tegal terbagi dalam 4 Kecamatan dan 27 Kelurahan
15
Sumber: BPS Kota Tegal, 2014
Gambar 3 Wilayah Administratif Kota Tegal
16
pendidikan di Kota Tegal. Sedangkan Kecamatan Margadana memiliki angka rata-rata
kepadatan penduduk paling rendah, yakni 4.438 jiwa/km².
3.8 Pendidikan
Berdasarkan data disdukcapil Kota Tegal tahun 2022, mayoritas masyarakat adalah
belum sekolah (25%) disusul urutan kedua adalah tamat SD/Sederajat yaitu 24,24%.
3.9 Ekonomi
Pada tahun 2020 PDRB Kota Tegal atas dasar harga berlaku mencapai 15,24 triliun
rupiah dan PDRB atas harga konstan mencapai 10,95 triliun rupiah. Perekonomian Kota
Tegal sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar minus
2,25 persen. Kontraksi ekonomi Kota Tegal sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020
tercatat sebesar minus 2,07 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
17
sebesar minus 2,65 persen. Kondisi ini merupakan kondisi terburuk sejak krisis ekonomi
tahun 1998. Dampak Pandemi Covid-19 yang melanda sepanjang tahun 2020 sangat
memengaruhi kondisi perekonomian pada semua sektor di seluruh wilayah tak terkecuali
Kota Tegal.
18
Gambar 6 Kondisi Jalan
19
Gambar 8 Jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, dan poliklinik
20
BAB IV
DIAGNOSIS SOSIAL
21
Grafik 1 Jumlah penduduk miskin
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk miskin dan
persentase penduduk miskin terus mengalami kenaikan dari rentang tahun 2019-2021.
Angka kemiskinan di Kota Tegal pada 2021 mencapai 8,12 persen dari jumlah
penduduk 287.959 jiwa. Angka ini meningkat dari tahun 2020 yang mencapai 7,80
persen dan tahun 2019 yakni sebesar 7,47 persen. Kondisi ini dapat disebabkan karena
pandemi covid 19 pada periode tersebut dimana aktivitas sosial dibatasi yang
menyebabkan sektor informal terbatas dan PHK yang banyak terjadi. Sesuai yang
disampaikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Industri Kota Tegal tercatat
sebanyak 541 orang pekerja Kota Tegal dirumahkan dan 72 perusahaan terdampak
Covid-19.
Kondisi kemiskinan dapat menimbulkan beberapa masalah sosial lainnya.
Menurut Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan, dan Kebudayaan 16(1), beberapa
dampak kemiskinan di Indonesia seperti: banyaknya kasus putus sekolah,
pengangguran, muncul berbagai masalah kesehatan di masyarakat, menurunnya
kualitas generasi penerus, dan muncul tindakan kriminalitas.
22
jumlah penduduk usia kerja, yaitu 15 tahun atau lebih yang bekerja atau punya
pekerjaan, tetapi sementara tidak bekerja dan menganggur.
Tabel Tingkat Pengangguran dan Angkatan Kerja Kota Tegal 2018-2020
Data di atas merupakan jumlah pengangguran, jumlah penduduk angkatan kerja, dan
jumlah penduduk usia kerja yang terus mengalami kenaikan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Tegal
(Persen), 2017-2020
23
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja, TPT didapatkan dari perbandingan
jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja dikalikan dengan 100 persen.
Tingkat pengangguran terbuka digunakan untuk mengidentifikasi besaran persentase
angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka
yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyaknya angkatan kerja yang tidak
terserap kedalam pasar kerja suatu daerah. Berdasarkan data, persentase tingkat
pengangguran terbuka Kota Tegal sejak tahun 2018 - 2020 menunjukkan tren
kenaikan. TPT di Kota Tegal pada 2020 mencapai 8,40 persen. Angka ini meningkat
dari tahun 2019 yang mencapai 8,07 persen dan tahun 2018 yakni sebesar 7,94 persen,
yang artinya terdapat banyak penduduk usia angkatan kerja yang tidak terserap dalam
lapangan pekerjaan di Kota Tegal.
24
menghilangkan mata pencaharian dan pendapatan, kehilangan/berkurangnya
keterampilan, serta lebih parahnya lagi pengangguran dapat menyebabkan
ketidakstabilan sosial dan politik. Berdasarkan data yang kami peroleh tersebut, kami
ingin mengangkat masalah pengangguran dan angkatan kerja di Kota Tegal sebagai
salah satu masalah sosial yang perlu diperhatikan.
3. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan BPS, kepadatan penduduk merupakan banyaknya penduduk per
satuan luas. Data kepadatan penduduk dapat berguna sebagai dasar kebijakan
pemerataan penduduk dalam program transmigrasi. Kepadatan penduduk kasar atau
Crude Population Density (CPD) menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap
kilometer persegi luas wilayah. Luas wilayah yang dimaksud adalah luas seluruh
daratan pada suatu wilayah administrasi.
Menurut Soerjani, dkk (dalam Fajri dan Rizki, 2019), kepadatan penduduk
banyak memunculkan persoalan dalam menata ruang dampak dari tingginya tekanan
penduduk terhadap lahan. Selain itu, merujuk pada data dari BPS tentang angka
kejahatan dan resiko terjadinya kejahatan pada penduduk, dapat diasumsikan bahwa
jumlah penduduk yang banyak serta kepadatan penduduk yang tinggi akan berakibat
pada tingginya angka kejahatan pula.
Gambar 12 Jumlah penduduk, luas wilayah, rasio jenis kelamin, dan tingkat kepadatan
penduduk tahun 2020
25
Gambar 13 Jumlah penduduk, luas wilayah, rasio jenis kelamin, dan tingkat
kepadatan penduduk tahun 2021
2018 6275
2019 6297
2020 7336
2021 7257
26
Pada tahun 2020, kepadatan penduduk Kota Tegal mencapai angka 7336
penduduk per km2. Kemudian, pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 7257
penduduk per km2. Menurut Undang-Undang Nomor 56 tahun 1960 tentang
penetapan luas tanah pertanian, tingkat kepadatan penduduk per kilometer persegi
dapat dikategorikan sebagai berikut:
≤ 50 Tidak Padat
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Kualitas Pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa Pendidikan
menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang semakin bermutu. Untuk itu
perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga
27
pengajar yang memadai. Selain itu, Nilai Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka
Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) juga merupakan salah
satu indikator tercapainya pembangunan dalam bidang pendidikan di suatu
wilayah.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah murid
kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam
persentase. Semakin tinggi APS berarti semakin banyak usia sekolah yang
bersekolah di suatu daerah.
Tabel Angka Partisipasi Sekolah (APS) Total (Persen)
Dilihat dari ketiga nilai APS pada tabel APS data anak usia 16-18, pada tahun
2019 dan 2020 memiliki nilai yang paling kecil, hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak penduduk yang belum menempuh pendidikan setingkat SLTA/Sederajat.
Namun, untuk usia 7-12 tahun mencapai 99.95 persen, ini berarti bahwa penduduk
yang berusia tersebut seluruhnya menempuh sekolah. Angka APS Kota Tegal 2018
pada rentang umur 7-12 Tahun serta 16-18 Tahun menunjukkan angka yang lebih
tinggi dari rata-rata APS Jawa Tengah.
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu
jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang
pendidikan tersebut.
28
Sumber: BPS, Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Tegal,
2019
Grafik 5 Angka partisipasi kasar
Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah
di jenjang pendidikan tertentu atau banyak anak di luar usia sekolah. Jika nilai APK
mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah
belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Berdasarkan data
tersebut diperoleh bahwa tiga tahun terakhir (2019-2020) nilai APK pada jenjang
sekolah SD, SMP & SMA mencapai angka 100 persen. Dapat disimpulkan bahwa
wilayah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang
sesungguhnya.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada suatu
kelompok tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok
umurnya. APM selalu lebih rendah dibanding APK karena pembilangnya lebih
kecil sementara penyebutnya sama.
29
Sumber: BPS, Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kota
Tegal, 2019
Grafik 6 Angka partisipasi murni
Semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yg bersekolah
sesuai usia resmi di jenjang pendidikan tertentu. Nilai ideal dari APM adalah 100%.
APM dapat bernilai lebih dari 100 persen ketika banyak siswa luar daerah masuk ke
suatu daerah untuk bersekolah. Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa tiga tahun
terakhir (2019-2020) nilai APM pada jenjang sekolah SD, SMP & SMA tidak
mencapai angka 100 persen. Jadi APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia
sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang
pendidikannya. Melalui data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh anak
usia sekolah pada Kota Tegal dapat bersekolah tepat waktu.
Pendidikan diakui secara luas bahwa memiliki peran sebagai pemimpin dalam
instrumen pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan semakin
dikembangkan. Hal tersebut dilakukan karena pendidikan mampu memperbaiki
kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan (Bloom, 2006). Pendidikan memiliki peran
penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang. Baik secara tidak
langsung melalui perbaikan produktivitas dan efisiensi secara umum, maupun secara
langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan
untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada waktunya akan meningkatkan
pendapatan mereka (Arsyad, 2010). Semakin rendah tingkat pendidikan maka
30
semakin tinggi tingkat kemiskinan, begitu pula sebaliknya semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin rendah tingkat kemiskinan.
Pendidikan merupakan isu sosial yang memiliki dampak tidak langsung tetapi
dampak yang ditimbulkan cukup luas. Tinggi pendidikan yang buruk membuat
masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang dan tidak memiliki keterampilan. Hal
ini akan berujung pada peningkatan tingkat pengangguran serta kemiskinan.
Skor Keterangan
● Seriousness: Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau
31
akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Jadi semakin banyak masalah yang ditimbulkan semakin besar.
Sko Keterangan
r
Skor Keterangan
Kemiskinan 5 5 5 15
Kepadatan Penduduk 3 4 4 11
32
Pendidikan 3 4 4 11
1. Kemiskinan
a. Urgency : Pemberian skor 5 dikarenakan apabila kemiskinan tidak
segera diatasi, ditakutkan tahun-tahun kedepannya indeks keparahan
kemiskinan akan semakin parah. Selain itu, kemiskinan juga masuk dalam
isu strategis Kota Tegal 2019-2024 sehingga kemiskinan dikategorikan ke
dalam permasalahan sosial yang penting dan mendesak.
b. Seriousness : Kemiskinan diberi skor 5 karena kemiskinan jelas
sangat memengaruhi sektor lain seperti kemiskinan dapat meningkatkan
kasus putus sekolah, pengangguran, munculnya berbagai masalah
kesehatan di masyarakat, menurunnya kualitas generasi penerus, dan
muncul tindakan kriminalitas.
c. Growth : Kemiskinan diberi skor 5 karena permasalahan
kemiskinan di Kota Tegal semakin meningkat yang ditandai dengan
kenaikan jumlah penduduk miskin dari tahun 2019-2021 dengan persentase
kenaikan dari 2019 ke tahun 2020 sebesar 0,33%. Persentase tersebut naik
kembali pada tahun 2020 ke tahun 2021 sebesar 0,32%.
33
terakhir yaitu pada tahun 2018 sebesar 7,94%, tahun 2019 sebesar 8,07%,
dan tahun 2020 sebesar 8,40%.
3. Kepadatan Penduduk
a. Urgency : Pemberian skor 3 karena kepadatan penduduk merupakan
masalah sosial yang cukup penting karena tingginya kepadatan penduduk
dapat menyebabkan masalah-masalah sosial lainnya. Akan tetapi, masalah
kepadatan penduduk di Kota Tegal tidak tergolong mendesak untuk
diselesaikan dalam waktu dekat karena terdapat masalah sosial yang lebih
mendesak untuk diatasi seperti kemiskinan yang memiliki grafik
peningkatan cukup signifikan.
b. Seriousness: Pemberian skor 4 dikarenakan kepadatan penduduk akan
menyebabkan timbulnya masalah sosial lain seperti kemacetan, naiknya
angka kriminalitas, pemukiman kumuh, lingkungan tempat tinggal yang
tidak sehat, dan lain sebagainya, tetapi tidak berdampak ke kemiskinan.
Kepadatan penduduk akan berdampak langsung ke kemiskinan apabila
tidak disertai dengan keterampilan individu dan lapangan pekerjaan yang
mencukupi.
c. Growth : Pemberian skor 4 didasarkan pada data terkait tingkat
kepadatan penduduk Kota Tegal yang trennya cenderung meningkat pada
periode tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2018 sebesar 6275/km2, tahun
2019 sebesar 6297/km2, dan pada tahun 2020 sebesar 7336/km2, meskipun
sempat terjadi penurunan pada tahun 2021 yaitu menjadi 7257/km2.
4. Pendidikan
a. Urgency : Pendidikan diberi skor 3 karena cukup penting melihat dari
pemanfaatan pendidikan pada masyarakat akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, serta tidak mendesak karena dilihat dari data Angka
Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka
Partisipasi Kasar (APK) di Kota Tegal sudah mencapai target nasional yang
menandakan kualitas pendidikan di Kota Tegal sudah baik.
b. Seriousness: Pemberian skor 4 karena status pendidikan di Kota Tegal
memengaruhi secara tidak langsung terhadap timbulnya masalah sosial
34
lainnya seperti tingkat kemiskinan, pengangguran, ketimpangan sosial akan
tetapi berdampak langsung terhadap kualitas SDM.
c. Growth : Pendidikan diberi skor 4 karena ditandai dengan data tren
Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada tahun 2018-2020 yang cenderung
meningkat yaitu sebesar 78,40% pada tahun 2018, tetapi sempat
mengalami sedikit penurunan pada tahun 2019 yaitu sebesar 78,12%.
35
BAB V
DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI
5.1 Diagnosis Epidemiologi
Diagnosis epidemiologi merupakan tahap pencarian mengenai permasalahan
kesehatan yang menimbulkan atau menjadi penyebab masalah sosial prioritas, masalah
sosial tersebut merupakan masalah sosial yang akan berdampak pada kualitas hidup
individu atau masyarakat. Diagnosis ini memerlukan data kesehatan masyarakat yang
bersifat negatif seperti angka kesakitan dan kematian, maupun positif seperti cakupan
imunisasi. Pada fase ini, dapat dicari kelompok mana yang terkena masalah (umur dan
jenis kelamin), pengaruh atau akibat masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas,
disabilitas, tanda gejala yang timbul) dan penanggulangannya. Informasi ini sangat penting
untuk menetapkan prioritas masalah yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan
akibat yang ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah (Maulana, 2009).
36
Hal ini bisa terkait dengan tingginya kepadatan penduduk yang terjadi di Kota
Tegal sehingga persaingan kerja juga menjadi ketata karena jumlah penduduk tidak
sebanding dengan jumlah kesempatan kerja yang ada.
4. Urbanisasi
Ketika bertambahnya jumlah populasi penduduk di perkotaan karena adanya
urbanisasi, jika tidak diikuti atau diimbangi bertambahnya tingkat taraf hidup yang
memadai bagi masyarakat justru akan menimbulkan kenaikan jumlah angkatan kerja
yang melonjak akibat urbanisasi, serta tidak diiringi dengan bertambahnya lapangan
pekerjaan maupun peningkatan mutu bagi tenaga kerja yang akan menjadi daya saing
tinggi, serta menyebabkan menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk di perkotaan.
37
Tahun Jumlah Kasus Diare
2018 38547
2020 7390
2021 1696
Diare dapat menyebabkan gangguan gizi akibat adanya penurunan berat badan
secara singkat yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi orang yang diare karena
ditakutkan diare yang dialami akan semakin parah. Selain itu, diare dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi darah yang berdampak pada hipoksia, asidosis berat,
perdarahan dalam otak, kesadaran menurun, bahkan kematian apabila tidak segera
ditangani.
2. HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem
imunitas. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia dalam
melawan benda–benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal infeksinya
dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV adalah virus
yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
38
turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV
dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian,
orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan
hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat suntik dengan orang lain.
HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan
menghancurkan sel CD4. Jika semakin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh
akan semakin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Penyakit
HIV/AIDS masih saja menjadi masalah kesehatan dunia. HIV/AIDS seperti
Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merujuk pada kondisi penampakan
puncak gunung es di atas permukaan air yang sebenarnya merupakan bagian kecil dari
bongkahan gunung es di bawah permukaan air yang tidak tampak dan jauh lebih besar.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dengan jumlah
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sebanyak 39,05 juta orang atau
17,75% dari jumlah total penduduk. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan meningkat secara drastis setelah krisis ekonomi tahun 1997. Krisis
ekonomi bersama dengan HIV/AIDS merupakan dua hal yang sangat berhubungan.
Kemiskinan merupakan faktor yang menyebabkan orang dekat dengan perilaku
berisiko terkena HIV(+)/AIDS yang mempunyai dampak terhadap sikap seseorang di
mana orang tersebut berisiko terkena infeksi HIV.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tegal, Jawa Tengah mencatat
Penurunan jumlah kasus tercatat pada tahun 2018, dimana terdapat 84 kasus
HIV/AIDS. Menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 127 kasus. Sementara
kasus pada tahun 2019 kembali meningkat sebanyak 86 kasus dan terus meningkat
pada tahun berikutnya yaitu tahun 2020, tercatat jumlah kasus HIV/AIDS mencapai
107 kasus.
2017 127
2018 84
2019 86
2020 107
39
Tahun Jumlah Kasus HIV/AIDS
2021 399
HIV/AIDS dapat menurunkan sistem kekebalan atau imunitas tubuh ibu hamil
sehingga dapat memengaruhi perkembangan janin di dalam kandungan. HIV/AIDS
juga dapat memperparah penyakit bawaan seseorang karena imunitas tubuh yang
berkurang secara drastis akibatnya kematian jadi mungkin terjadi.
3. Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target
organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan
berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada
kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri/bilik kiri (terjadi
pada otot jantung).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering dijumpai.
Hipertensi dibagi dalam dua kelompok berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, sementara hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang
40
muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan dan
sebagainya.
Berdasarkan data dari BPS, pada tahun 2020 angka kasus hipertensi di Kota
Tegal, Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan menjadi 6.823 kasus dari
sebelumnya yaitu 13.410 kasus pada tahun 2019. Namun, pada tahun 2021 angka kasus
hipertensi di Kota Tegal melejit tinggi mencapai angka 21.893 yang berarti mengalami
kenaikan sangat tinggi daripada tahun 2020.
2019 13.410
2020 6.823
2021 21.893
41
muncul gejala. Disamping itu faktor resiko lain yang memungkinkan munculnya
hipertensi seperti pola makan yang kurang sehat dan kurangnya kegiatan fisik/olah raga.
4. TBC
Indonesia merupakan salah satu penyumbang kasus TBC yang besar di dunia.
Kementerian Kesehatan mencatat, saat ini kasus TBC di Indonesia sebanyak 301 kasus
insidens per 100 ribu penduduk dengan angka kematian mencapai 34 orang per 100 ribu
penduduk. Penyakit tuberculosis (TBC) di Indonesia sendiri menempati peringkat
ketiga setelah India dan Cina. Sedangkan Jawa Tengah sendiri menempati urutan kedua
nasional Provinsi dengan jumlah kasus TBC terbanyak.
TBC juga menjadi masalah kesehatan yang serius di Kota Tegal. Data di atas
merupakan data angka penemuan kasus TBC serta keberhasilan penemuan TBC dalam
42
persen di Kota Tegal. Angka penemuan TBC adalah jumlah semua kasus tuberkulosis
yang diobati dan dilaporkan /Jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu ×
100.000. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR) pasien
tuberkulosis semua kasus = Jumlah semua kasus tuberkulosis yang sembuh dan
pengobatan lengkap / Jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan
pada kohort yang sama× 100%. Dari tahun ke tahun, angka penemuan TBC di Kota
Tegal terus menurun, tetapi angka ini masih cukup tinggi. Success Rate (SR) atau
angka keberhasilan pengobatan TB di Kota Tegal pada tahun 2021 menurun sebesar
78,90 persen, namun telah mencapai target Kota Tegal 70% (Renstra Dinkes Kota Tegal
2019-2024).
TBC merupakan salah satu penyakit berbahaya yang pengobatannya
membutuhkan waktu yang tidak sebentar. TBC dapat menjadi pertanda untuk penyakit
serius seperti HIV karena TBC rentan menyerang kelompok yang imunitasnya rendah.
TBC lebih banyak menyerang organ paru-paru. Jika dibiarkan lebih lanjut, maka TBC
mampu menimbulkan infeksi penyakit paru-paru yang dapat memperparah kesehatan
di masa depan. Jika dibiarkan tanpa perawatan intensif, maka penyakit TBC ini dapat
merenggut nyawa. Jika seseorang sudah terserang penyakit TBC, maka akan sangat
mudah baginya untuk mendapatkan berbagai komplikasi penyakit lain. Hal ini bisa
terjadi karena bakteri yang telah berkembang di dalam paru-paru akan menyebar ke
organ tubuh lain seperti jantung, ginjal, dan hati melalui pembuluh darah.
43
Skor Keterangan
● Seriousness: Seberapa serius penyakit tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pengobatan yang menimbulkan penyakit tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain.
Skor Keterangan
Skor Keterangan
44
Skor 3 Tren masalah stagnan
Diare 1 3 1 5
HIV/AIDS 4 4 5 13
Hipertensi 5 5 4 14
TBC (Tuberculosis) 2 5 1 8
1. Diare
a. Urgency : Diberi skor 1 karena kasus diare berdasarkan data 3 tahun
terakhir dapat ditangani oleh pemerintah dengan sangat baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari angka penurunan kasus diare 1 tahun terakhir sebesar
5.694 dan dari sejumlah kasus diare tersebut, sebanyak 1.180 kasus atau
100 % telah mendapat penanganan sesuai standar sehingga kasus diare di
Kota Tegal bukan suatu masalah yang mendesak untuk diselesaikan.
b. Seriousness : Diberi skor 3 karena penyakit diare cukup memberikan
dampak terhadap penyakit lain, seperti gangguan gizi akibat kekurangan
asupan gizi makanan. Namun, diare dapat memberi dampak yang cukup
serius apabila menyerang bayi dan balita bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila tidak segera mendapat perawatan yang baik.
c. Growth : Diare diberi skor 1 karena pada data terakhir diare mengalami
penurunan yang drastis, yaitu tahun 2018 ke 2020 dari 38574 menjadi 7390,
dan tahun 2021 menjadi 1696.
45
2. HIV/AIDS
a. Urgency : Diberi skor 4 karena kasus HIV/AIDS di Kota Tegal pada satu
tahun terakhir mengalami lonjakan kasus sebanyak 292 kasus. Hal tersebut
berbanding terbalik dengan target pemerintah Kota Tegal untuk mencapai
zero HIV/AIDS pada tahun 2030.
b. Seriousness : Diberi skor 4 karena HIV/ AIDS memberi dampak
besar kepada sistem imunitas seseorang. Selain itu, HIV/AIDS juga dapat
memperparah penyakit bawaan seseorang karena imunitas tubuh yang
berkurang secara drastis akibatnya kematian menjadi lebih mungkin terjadi.
Akan tetapi, apabila orang dengan HIV/AIDS rutin mengonsumsi ARV
dapat menekan aktivitas virusnya.
c. Growth : Diberi skor 5 karena kasus HIV/AIDS dalam tiga tahun terakhir
mengalami tren kenaikan yaitu pada tahun 2018 sebanyak 84 kasus, 2019
sebanyak 86 kasus, dan tahun 2020 sebanyak 107 kasus dan di satu tahun
terakhir mengalami kenaikan yang drastis yaitu sebanyak 199 kasus.
3. Hipertensi
a. Urgency : Hipertensi diberi skor 5 karena pada satu tahun terakhir (2020-
2021) mengalami lonjakan kasus 3x lebih tinggi dari tahun sebelumnya
yaitu pada angka 21.893. Selain itu, berdasarkan data BPS Kota Tegal 2020
hipertensi merupakan penyakit tidak menular no 1 terbanyak di Kota Tegal.
b. Seriousness : Diberi skor 5 karena dapat menyebabkan komplikasi
beberapa penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal,
gangguan penglihatan, dan gangguan saraf serta menyebabkan kematian.
c. Growth : Diberi skor 4 karena angka kenaikan kasus hipertensi di
tiga tahun terakhir relatif naik, yaitu sebanyak 13.410 kasus pada tahun
2019, 6.823 kasus pada 2020, serta 21.893 kasus pada 2021. Meskipun
sempat turun di tahun 2020, tetapi kasusnya naik sebesar 3x lipat di tahun
2021.
4. TBC (Tuberculosis)
a. Urgency : Diberi skor 2 karena pemerintah Kota Tegal sudah
dapat menangani TBC di Kota Tegal dengan baik yang dibuktikan dengan
angka keberhasilan penemuan yang dapat melebihi target capaian Kota
46
Tegal. Pada tahun 2021 sebesar 78,90% yang melebihi IKU Kota Tegal
sebesar 70%.
b. Seriousness : Diberi skor 5 karena TBC salah satu penyakit berbahaya
yang pengobatannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. TBC dapat
menjadi pertanda untuk penyakit serius seperti HIV karena TBC rentan
menyerang kelompok yang imunitasnya rendah.
c. Growth : TBC diberi skor 1 karena angka penemuan TBC per
100.000 penduduk terus menurun selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun
2019-2020 dari 1461,76 menjadi 770,00 dan pada tahun 2021 menjadi
762,10 per 100.000 penduduk.
Setelah melakukan perhitungan dengan metode USG, ditemukan permasalahan
di Kota Tegal dengan tingkat Urgency, Seriousness, dan Growth yaitu pada masalah
hipertensi. Berikut tinjauan mengenai analisis USG hipertensi di Kota Tegal :
a. Urgency : Hipertensi diberi skor 5 karena pada satu tahun terakhir (2020-
2021) mengalami lonjakan kasus 3x lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu
pada angka 21.893. Selain itu berdasarkan data BPS Kota Tegal 2020 hipertensi
merupakan penyakit tidak menular no 1 terbanyak di Kota Tegal.
b. Seriousness : Diberi skor 5 karena dapat menyebabkan komplikasi beberapa
penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, gangguan
penglihatan, dan gangguan saraf serta menyebabkan kematian.
c. Growth : Diberi skor 4 karena angka kenaikan kasus hipertensi di tiga tahun
terakhir relatif naik. Meskipun sempat turun di tahun 2020 tetapi kasusnya naik
sebesar 3x lipat di tahun 2021 yaitu dari 6.823 kasus menjadi 21.893 kasus.
47
BAB VI
DIAGNOSIS PERILAKU DAN LINGKUNGAN
Faktor Perilaku
1. Perilaku konsumsi garam berlebih
Menurut Indonesian Society of Hypertension (InaSH), penyebab
utama penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah asupan garam
yang berlebihan. Konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat
mengakibatkan kenaikan tekanan darah karena banyaknya natrium yang
48
terkandung dalam makanan tersebut. Tingginya jumlah natrium dalam sel
dan mengganggu keseimbangan cairan. Natrium berlebih dapat menahan
air (retensi) sehingga terjadi peningkatan jumlah volume darah, yang
karena peningkatan jumlah volume darah tersebut jantung harus bekerja
lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik
(Situmorang, 2015). Menurut peneliti pola konsumsi garam terhadap
responden sangat berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Garam
memiliki hubungan yang sebanding dengan timbulnya hipertensi. Semakin
banyak jumlah garam dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan volume
plasma, curah jantung, dan tekanan darah.
2. Perilaku kebiasaan merokok
Menurut Permenkes No. 28 Tahun 2013, rokok merupakan suatu
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau
dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan. Batang rokok memiliki lebih dari 4000 jenis
bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Empat ratus di antaranya memiliki
efek racun, sedangkan 40 diantaranya bisa mengakibatkan kanker.
Bahan kimia yang terkandung dalam rokok antara lain nikotin, tar,
karbon monoksida (CO), dan bahan-bahan kimia. Nikotin memiliki sifat
toksik bagi saraf yang dapat memberikan efek rileks dan tenang kepada
seseorang, serta dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Selain
itu, nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memicu kerja
jantung lebih cepat sehingga peredaran darah mengalir lebih cepat dan
terjadi penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang
dapat menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh. Hal ini berpengaruh terhadap tekanan darah.
3. Perilaku tidak patuh konsumsi obat hipertensi teratur
Menurut penelitian oleh Nurlaili (2021) bahwa sebagian penderita
hipertensi Kota Tegal tidak meminum obat secara rutin dengan alasan sudah
tidak merasakan gejala hipertensinya Jika dihubungkan dengan tingginya
angka hipertensi yang tidak terkontrol, maka boleh jadi penyebabnya adalah
ketidakpatuhan minum obat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
49
(Riskesdas) 2007, sebesar 37,1% dari 76,1% angka kejadian hipertensi di
Indonesia disebabkan karena ketidakpatuhan minum obat. Akibatnya,
tingkat keberhasilan dalam menurunkan jumlah penderita hipertensi
sangatlah rendah.
4. Perilaku kurangnya olahraga
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi yang dihasilkan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Sedangkan, Olahraga adalah bentuk khusus dari aktivitas
fisik yang terencana dan sengaja dilakukan untuk menyehatkan badan.
Menurut KBBI, olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan
menyehatkan tubuh. U.S. Department of Health and Human Services
merekomendasikan untuk melakukan olahraga setidaknya 150 menit atau
2,5 jam per minggu dengan intensitas olahraga sedang (berenang maupun
jalan cepat) atau selama 75 menit per minggu dalam bentuk olahraga
intensitas tinggi (berlari).
Olahraga mampu merilekskan pembuluh darah sehingga menurunkan
tekanan darah. Analoginya seperti pipa air, semakin melebar pipa air maka
tekanan air akan turun. Olahraga dapat menyebabkan aktivitas saraf,
reseptor, hormon, dan produksi hormon-hormon tertentu menurun.
Olahraga secara rutin dapat menurunkan hormon norepinefrin
(noradrenalin), yaitu zat yang dikeluarkan oleh sistem saraf dan dapat
menaikkan tekanan darah.
5. Perilaku tidak mau rutin cek tekanan darah
Kasus hipertensi pada tahun 2021 di Kota Tegal ada sebanyak 21.893
dan selama tahun 2021 dilaporkan sebanyak 62.588 kasus dari 73.126 jiwa
yang terduga hipertensi. Hal ini berarti prevalensi hipertensi di Kota Tegal
pada tahun 2021 sebesar 31,57 %. Masih tingginya kasus hipertensi
disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk secara
rutin memeriksakan tekanan darahnya sejak dini sebelum muncul gejala.
Menurut Suiraoka (2012) upaya untuk menurunkan resiko terjadinya
hipertensi adalah dengan pemeriksaan tekanan darah secara periodik. Cek
tekanan darah secara rutin sangat penting untuk mendeteksi kelainan yang
ada pada tubuh sejak awal hingga kita pun bisa melakukan pencegahan atau
pengobatan sejak dini terutama pada penyakit hipertensi. Menurut
50
penelitian oleh Purnamasari (2019) menyatakan bahwa hasil uji Chi Square
diperoleh nilai p value 0,025 yang berarti < α (0,05) maka dapat
disimpulkan ada hubungan cek kesehatan secara rutin setiap bulan dengan
hipertensi.
6. Perilaku sering begadang/kurang tidur
Tidur yang berkualitas adalah suatu keadaan dimana tidur yang
dijalani oleh seseorang menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika
terbangun di pagi hari (Nashory dan Diana, 2005). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Rinda dkk. (2017) pada anak remaja bahwa semakin
baik kualitas tidur maka semakin normal tekanan darah dan semakin buruk
kualitas tidur maka semakin tinggi tekanan darah.
Studi menyebutkan, bahwa orang yang hanya tidur lima jam sehari
punya potensi mengidap penyakit darah tinggi lebih besar. Hal itu
disebabkan metabolisme di dalam tubuh yang tidak lancar. Salah satunya
menyebabkan hormon stres yang bertumbuh lebih banyak dari kondisi
normal. Kemudian hormon stres seperti adrenalin dan kortisol yang
berlebih tersebut akan memicu denyut jantung yang lebih cepat dan jumlah
glukosa di dalam sel darah meningkat. Dampaknya akan membuat tekanan
darah ikut meningkat. Kondisi ini akan semakin parah apabila kurang tidur
terjadi secara terus menerus seperti yang terjadi pada sebagian besar
nelayan.
Nelayan adalah jenis pekerjaan yang waktu bekerja sebagian besar
dilakukan pada malam hari. Kota Tegal berada di wilayah pesisir laut utara
di mana jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan
tinggi.
51
Primer Sekunder Tersier
52
- Perilaku sering begadang (kurang
tidur)
Dari matriks diagnosis perilaku di atas, prioritas yang dipilih adalah perilaku
konsumsi garam berlebih pada kuadran II. Meskipun lebih sulit diubah, konsumsi
garam mempunyai pengaruh nyata dan langsung terhadap kejadian hipertensi.
Natrium yang diserap ke dalam pembuluh darah yang berasal dari konsumsi garam
yang tinggi mengakibatkan adanya retensi air, sehingga volume darah meningkat.
Asupan natrium yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah
(hipertensi).
53
What Perilaku mengurangi konsumsi garam
Pada Desember 2023, sebanyak 75% remaja di Kota Tegal yang berusia 15-19 tahun
dapat mengurangi konsumsi garam.
54
Faktor Non-Perilaku
1. Tingginya salinitas air di Kota Tegal
Kota Tegal yang secara geografis terletak di pesisir utara Pulau Jawa,
memiliki kadar garam yang tinggi pada airnya. Hal ini berkaitan dengan
intrusi air laut yang terjadi di Kota Tegal. Intrusi air laut adalah masuk atau
menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah
yang terkandung di dalamnya, proses masuknya air laut mengganti air tawar
disebut sebagai intrusi air laut. Persebaran intrusi air laut di Kota Tegal
dibagi menjadi 3 yaitu pengaruh intrusi air laut tinggi sebesar 1.343 Ha atau
34,3% dari total luas Kota Tegal, pengaruh intrusi air laut sedang sebesar
498 Ha atau 12,7% dari total luas Kota Tegal, dan pengaruh intrusi air laut
rendah sebesar 2.072 Ha atau 53% dari total luas Kota Tegal. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat Kota Tegal memiliki tingkat konsumsi garam
yang relatif tinggi. Konsumsi garam yang tinggi, dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah di tubuh, sehingga tekanan darah akan
mengalami peningkatan dan mampu menyebabkan hipertensi.
2. Beban pekerjaan yang berat
Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu dan sebagai sumber
ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan
kuantitatif (Manuaba, 2004). Salah satu penyebab stres dari luar individu
adalah beban kerja, yakni keadaan individu mendapatkan tekanan berat
akibat tuntutan dan desakan yang terkait dengan pekerjaan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Parikh (2011)
dalam jurnal The Study of Epidemiology & Determinants of Hypertension
in Urban Health Training Centre (UHTC) menunjukkan bahwa aktivitas
fisik beban kerja memiliki hubungan dengan terjadinya Hipertensi dan
responden yang memiliki beban kerja berat beresiko terjadi hipertensi
(Sunarsih dkk 2017).
3. Tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah adalah intensitas
kebisingan dengan risiko sebesar 19,8 kali untuk mengalami peningkatan
tekanan darah. Hal tersebut terjadi karena terdapat berbagai mekanisme
55
bahwa kebisingan menyebabkan meningkatnya stress pada seseorang.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan ketika seseorang terpapar kebisingan. Saat seseorang mengalami
stres maka corticotropin-releasing hormone (CRH) dan arginine-
vasopressin (AVP) akan disekresi oleh hipotalamus. CRH akan
menstimulasi sekresi hormon kortikotropin. Akibatnya kortikotropin akan
menstimulasi peningkatan produksi kortikosteroid termasuk kortisol.
Sedangkan hormone vasopressin akan meningkatkan reabsorbsi air oleh
ginjal dan menginduksi terjadinya vasokonstriksi sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Menurut data Jurnal Ilmu Lingkungan, kebisingan pada salah satu
Kota Tegal memiliki nilai diatas baku mutu menurut SK Menteri LH
Nomor 48 Tahun 1996 sebesar 70 dBA. Nilai kebisingan yang cukup tinggi
disebabkan salah satunya oleh padatnya aktivitas kendaraan yang keluar-
masuk terminal Kota Tegal. Tingginya kebisingan secara tidak langsung
merupakan salah satu alasan tingginya kasus hipertensi di Kota Tegal.
56
Tahap 3 : Melihat importance faktor non perilaku
57
Lebih Penting Kurang Penting
Dari matriks diagnosis non perilaku di atas diperoleh prioritas non perilaku
yang berpotensi tinggi menyebabkan hipertensi yaitu tingginya salinitas air di Kota
Tegal. Dengan tingginya tingkat salinitas air di masyarakat yang secara tidak
langsung dapat menyebabkan hipertensi akibat banyaknya kadar garam yang masuk
ke dalam tubuh.
Pada Desember 2024, terjadi peningkatan intensitas hutan mangrove yang ada di
pesisir Kota Tegal sebesar 60%.
58
BAB VII
DIAGNOSIS PENDIDIKAN DAN ORGANISASI
59
natrium berperan dalam kejadian hipertensi. Selain itu konsumsi
makanan laut yang tinggi juga berperan dalam kecenderungan hipertensi
di daerah pesisir pantai. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah
kandungan lemak di dalam tubuh seperti yang dinyatakan bahwa
hiperkolesterolemia menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.
60
3. Kelompok Faktor Penguat (Reinforcing factors) di Kota Tegal
a. Dukungan Ibu dalam Pembatasan Konsumsi Garam
Peran anggota keluarga dalam meningkatkan pengetahuan
penderita hipertensi dalam bentuk sering mengingatkan penderita untuk
menghindari makanan berlemak dan tinggi natrium. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslakplak et.al. Pada penelitian
tersebut ditunjukkan bahwa keluarga perlu berperan dalam memberikan
edukasi kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi (Maslakpak
et al., 2018). Selain itu keluarga memiliki peran dalam manajemen
penyakit pasien, dimulai dari makan harian, aktivitas fisik, serta
manajemen stres. Anggota keluarga memutuskan makanan apa yang
akan dikonsumsi, aktivitas fisik yang sesuai dan bagaimana kesehatan
menjadi prioritas dalam keluarga.
Peran ibu sangatlah penting bagi pencegahan hipertensi yang
terjadi di keluarga. Apabila seorang ibu dalam keluarga sembarangan
dalam menyediakan makanan untuk keluarganya, memasak dengan
banyak monosodium glutamat (MSG) atau garam ataupun tidak
mendidik anggota keluarga untuk senang berolahraga, tentunya hal
tersebut akan menambah tinggi resiko terkena hipertensi pada anggota
keluarga.
b. Dukungan Teman Sebaya dalam Perilaku Konsumsi Garam Berlebih
Perilaku konsumsi remaja cenderung dipengaruhi oleh teman
sebayanya selain keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Peter dan
Olson (2010) yang menyatakan bahwa selain bapak dan ibu, keputusan
pembelian pada anak-anak dan orang dewasa keduanya sangat
dipengaruhi oleh teman sebayanya. Remaja yang berusia belasan tahun,
mungkin menjadikan teman-temannya sebagai model perilaku
disamping anggota keluarga.
c. Dukungan Kader Kesehatan
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat
dengan masyarakat. Peran serta kader terhadap pengendalian hipertensi
terutama dalam hal peningkatan kesehatan dan penggerak perilaku hidup
sehat sangat diperlukan, agar tidak terjadi tingkat keparahan dan risiko
hipertensi.
61
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Purwaningsih, dkk)
dukungan kader terkait sosialisasi hipertensi di Kota Tegal masih
terbilang rendah. Hal ini diperkuat dengan pengetahuan kader di Kota
Tegal terkait penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi yang masih
terbatas, rendahnya kemauan kader untuk dapat berperan aktif dalam
program kesehatan, serta kurangnya kemampuan kader dalam
melakukan pengukuran tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan
IMT.
62
7.1.2 Merancang target antara atau tujuan dari program
Pada Juni 2023, sebanyak 90% Ibu Rumah Tangga di Kota Tegal memiliki
keterampilan mengolah masakan rendah garam (natrium) yang lebih baik.
63
BAB VIII
METODE DAN STRATEGI PENDIDIKAN
Penetapan metode dan strategi pendidikan adalah tahap dimana metode-metode dan
strategi pendidikan yang akan digunakan dipilih. Beberapa pertimbangan pemilihan strategi
atau metode pendidikan yaitu :
1. Menyesuaikan dengan tujuan pendidikan.
2. Menyesuaikan dengan kemampuan pengajar dan pihak yang belajar.
3. Menyesuaikan dengan sasaran (baik kemampuan SDM, lokasi, dan ketersediaan sarana
pendukung).
4. Melihat besarnya kelompok sasaran yang dituju.
5. Menyesuaikan dengan waktu dan fasilitas yang ada.
Pemilihan metode ini sangat bergantung pada objective goals yang telah dibuat pada
tahap 4, terutama dalam hal :
1. Siapa (who), dan
2. Perilaku apa yang akan dicapai (what)
Berikut ini berbagai macam metode pendidikan yang kelompok kami gunakan dalam
proses perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan masyarakat :
1. Metode Komunikasi
Kuliah–Diskusi (Menggunakan media alat bantu audiovisual: pemutaran video hipertensi
dari kemenkes)
Dasar pemilihan metode ini dalam metode komunikasi yaitu karena metode kuliah
dirasa efektif dan efisien waktu untuk menyampaikan materi kepada peserta dengan
jumlah yang banyak. Didukung dengan adanya media alat bantu audiovisual atau
pemutaran video hipertensi dari Kemenkes dapat membantu pemateri dalam
menyampaikan pesan penting kepada peserta. Selain itu, alat bantu audiovisual juga dapat
memudahkan peserta untuk mencerna materi yang disampaikan pembicara dengan baik .
2. Metode Pelatihan
Demonstrasi
Dasar pemilihan metode ini dalam metode demonstrasi yaitu karena dalam
menyampaikan pesan kepada Ibu PKK Kota Tegal untuk mengurangi konsumsi garam
berlebih, diperlukan demonstrasi pengolahan makanan rendah natrium tetapi masih
menghasilkan makanan yang sehat dan bergizi. Metode demonstrasi secara langsung
64
dirasa tepat karena Ibu PKK dapat menyaksikan secara langsung cara memasak dengan
takaran garam dengan jumlah kecil atau bisa dibilang diet garam untuk mengurangi
konsumsi garam berlebih di Kota Tegal. Tentunya demonstrasi tidak hanya dilakukan
dengan menunjukkan tata cara memasak, tetapi juga diselingi dengan penjelasan seperti
batas konsumsi garam per hari, nilai gizi, tips makanan sehat, dan lain sebagainya. Maka
dari itu Demonstrator yang diundang haruslah memiliki kompetensi di bidang kuliner dan
kesehatan khususnya gizi makanan.
3. Metode Organisasi
Pengembangan Masyarakat
Metode pengembangan masyarakat dipilih dengan tujuan supaya ibu rumah tangga
secara sadar dan mandiri dapat mengurangi konsumsi garam sebagai salah satu
pencegahan hipertensi di keluarga.
69
5) Perencanaan program yang sudah dipilih oleh masyarakat setempat untuk segera
dijalankan.
6) Pelaksanaan program yang direncanakan.
7) Penyebaran angket evaluasi penerapan masakan rendah garam bagi keluarga
e. Hal yang Harus Diperhatikan
1) Menumbuhkan partisipasi masyarakat.
2) Memastikan keberlanjutan program.
3) Tercapainya perubahan perilaku pada masyarakat.
Timeline Kegiatan
Pengembangan masyarakat Program yang telah disusun oleh Ibu PKK minimal
dilaksanakan satu kali pada masing-masing RW yang ada
di Kota Tegal dalam jangka waktu Maret - Mei 2023.
70
BAB IX
DIAGNOSIS ADMINISTRATIF DAN KEBIJAKAN
71
Peserta 158 orang (1 Perwakilan Ibu PKK tiap RW)
72
2) Perwakilan PKK tidak maksimal dalam melanjutkan program ke kelompok PKK
RW masing-masing.
d. Kesesuaian Prosedur dan Metode Kerja
1) Komunikasi antar pelaksana program tidak berjalan baik.
2) Daya tangkap terhadap materi berbeda-beda pada masing-masing perwakilan Ibu
PKK.
3) Materi yang diberikan pembicara spontan dan keluar dari topik.
e. Kompleksitas
Kesalahpahaman masyarakat tentang materi mengurangi konsumsi garam berlebih.
f. Jarak Pelaksanaan Program
1) Adanya kendala akan memakan waktu mengingat waktu yang dimiliki juga
singkat.
2) Pemanfaatan waktu yang tidak efektif.
g. Kerjasama Lintas Sektoral
1) Kurangnya dukungan dari stakeholder setempat.
2) Kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain pihak kecamatan,
Bagian P2PTM Dinkes Kota Tegal, dan Bagian Kesehatan Keluarga Gizi Dinas
Kesehatan Kota Tegal sehingga memungkinkan terjadinya miss-communication
pada saat keberlangsungan program.
73
dan demonstrasi masak.
Biaya
A. KESEKRETARIATAN
B. KONSUMSI
74
@Rp20.000,00)
C. PERLENGKAPAN
D. LAIN-LAIN
75
@Rp250.000,00)
Note:
11 sama dengan 14
12 sama dengan 15
10 sama dengan 13 dan 16
76
Waktu Pelaksanaan Rincian Kegiatan
Perencanaan
Pelaksanaan
77
setempat.
12. Ibu PKK melaksanakan program yang dipilih
dalam pengembangan masyarakat.
13. Monitoring selama keberjalanan program
pengembangan masyarakat di tiap Kecamatan.
Evaluasi
Pelaksanaan
Tahapan Program
2023
Ja Fe Ma Ap Me Ju Jul Ag Se Ok No De
n b r r i n s p t v s
Perencanaan
- Penyusunan dan
pengajuan
rancangan kegiatan
- Melakukan
advokasi kepada
Bagian P2PTM
78
Dinkes Kota Tegal,
dan Bagian
Kesehatan
Keluarga Gizi
Dinas Kesehatan
Kota Tegal, dan
pihak kecamatan
- Pembuatan
susunan kepanitian
program
- Pendataan PKK
tiap RW di masing-
masing kecamatan
- Perizinan dan
koordinasi dengan
pihak terkait
- Pencairan dana
kegiatan
- Persiapan tempat
dan sarana
Pelaksanaan
- Demonstrasi
- Pengembangan
masyarakat
Evaluasi
- Monitoring
79
program
pemberdayaan
- Evaluasi
keberjalanan
program
80
d. Ruang, pendanaan, dan sistem pendukung umum
Pendanaan dari program ini berasal dari :
1) Dana dari Dinas Kesehatan Kota Tegal.
2) Dana dari kemitraan.
3) Donasi yang diberikan donatur secara sukarela.
Dengan rincian :
Kemitraan 5% Rp 294.150
Donasi 5% Rp 294.150
Total Rp 5.883.000
81
9.4.3 Inter Organizational Analysis
Inter Organizational Analysis (Analisis Antar Organisasi) adalah analisis
untuk menentukan perlu tidaknya sektor lain dan sektor yang akan diajak kerja sama.
Analisis antar organisasi memeriksa besarnya pengaruh organisasi luar sponsor
terhadap perkembangan program. Setor lain yang diperlukan untuk bekerjasama
dalam menyukseskan keberjalanan program ini yaitu masing masing kecamatan
yang ada di Kota Tegal. Dalam kegiatan ini pihak kecamatan bertanggung jawab
dalam membantu keberjalanan kegiatan, seperti perpanjangan tangan antara Dinas
Kesehatan dengan sasaran, pihak yang menyukseskan kegiatan dengan dukungan
sarana prasarana, dan pihak yang akan membantu dalam monitoring keberjalanan
program pengembangan masyarakat.
b. Penilaian Regulasi
Regulasi mengenai hipertensi yang diterapkan, antara lain:
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
a) Pasal 4 ayat 1
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat bertanggung
jawab menyelenggarakan Penanggulangan PTM serta akibat yang
ditimbulkannya.
b) Pasal 8 ayat 2
Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dititikberatkan pada
pengendalian faktor risiko PTM yang dapat diubah.
83
c) Pasal 8 ayat 4
Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui
kegiatan promosi kesehatan, deteksi dini faktor risiko, dan perlindungan
khusus.
2) Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No.30 Tahun 2013 tentang
pencantuman informasi kandungan gula, garam, dan lemak serta pesan
kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji.
3) Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi
Terdapat indikator global untuk penurunan rata-rata asupan garam pada
populasi sebesar 30%.
c. Penilaian Organisasi
Pemerintah membentuk Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Menular
(Posbindu PTM), dalam upaya pemantauan kondisi kesehatan masyarakat dan
menumbuhkan kesadaran akan perilaku sehat.
Pada Dinas Kesehatan Provinsi melakukan analisis data dan identifikasi
permasalahan capaian SPM kabupaten/kota, memberi pendampingan dan
bimbingan secara teknis pada suatu program.
85
Dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi, Dinas Kesehatan Kota Tegal
membangun Pengembangan Komitmen dan Jejaring Penyakit Tidak Menular (PTM)
dengan pembentukan forum komunikasi dan koordinasi. Pengendalian PTM dilakukan
melalui lima sub jejaring yaitu kerja bina aktivitas fisik, kerja bina pola makan sehat
dan seimbang, kerja bina gaya hidup sehat, bina mental sehat dan pengendalian
gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Selain itu, juga penguatan program CERDIK
terutama dalam melibatkan Puskesmas, kelurahan dan masyarakat. Belum ada program
pengendalian asupan garam secara spesifik.
86
BAB X
EVALUASI DAN AKUNTABILITAS
88
Evaluasi yang dilakukan terkait dengan seberapa baik program untuk
menghasilkan produk yang diinginkan.
a. Sumber daya sesuai dengan tupoksi dan terlibat aktif.
b. Anggaran sesuai dengan perencanaan antara pengeluaran dan pemasukan.
c. Program dilaksanakan sesuai dengan waktu perencanaan.
d. Tempat pelaksanaan kegiatan memenuhi kriteria.
e. Program dengan metode yang telah direncanakan sebelumnya berjalan sesuai
dengan sasaran.
f. Stakeholder terkait bersedia untuk mengikuti kerjasama sesuai yang telah
disepakati.
10.1.5 Tingkat 5 : Outcome Validity
Evaluasi untuk mengukur kebenaran hasil dan mencerminkan pemahaman
dari masalah masyarakat dan kesesuaian program dengan yang diharapkan.
a. Ibu Rumah Tangga di Kota Tegal memiliki keterampilan mengolah masakan
rendah garam yang lebih baik
b. Ibu rumah tangga dapat mengaplikasikan keterampilan tersebut dalam
pengolahan masakan di rumah.
c. Remaja di Kota Tegal yang berusia 15 - 19 tahun dapat mengurangi konsumsi
garam.
d. Angka kasus kejadian hipertensi di Kota Tegal mengalami penurunan.
e. Kemiskinan Kota Tegal menurun.
10.1.6 Tingkat 6 : Overall Appropriateness
“Mama Resah (Masak Makanan Rendah Uyah)” merupakan program yang
tepat untuk diselenggarakan di Kota Tegal. Dengan sasaran yang berupa Ibu PKK,
tujuan dan hasil akhir yang diharapkan dari diadakannya program “Mama Resah
(Masak Makanan Rendah Uyah)” bisa dicapai karena metode yang dilakukan dari
program ini berupa pemberian materi dengan tema menarik dan diselipkan video
interaktif dapat membuat para Ibu PKK yang mengikuti program ini dapat dengan
mudah memahami informasi yang disampaikan. Selain itu, hal menarik yang
menjadi pembeda dari program “Mama Resah (Masak Makanan Rendah Uyah)”
dengan kegiatan serupa lainnya adalah dengan adanya demonstrasi langsung di
depan sasaran dan setelahnya masakan siap dihidangkan untuk dimakan bersama.
89
10.2 Jenis Evaluasi
10.2.1 Evaluasi Proses
Dalam evaluasi proses, pemantauan dilakukan sejak awal perencanaan
program sampai pada tahap pelaksanaan dan diharapkan mampu memberikan
masukan untuk keberlanjutan dan pengembangan program. Masalah kesehatan
yang kami temukan di Kota Tegal yaitu hipertensi dimana hal ini berkaitan dengan
permasalahan sosial yang juga terjadi di Kota Tegal. Setelah itu analisis kami
lanjutkan pada perilaku masyarakat Kota Tegal yang berkaitan dengan hipertensi
untuk kemudian ditarik suatu intervensi yang sesuai untuk memecahkan masalah
perilaku ini. Perilaku yang kami dapatkan berkaitan dengan masalah hipertensi di
Kota Tegal yaitu perilaku mengkonsumsi garam secara berlebih dimana
berdasarkan analisis pendidikan, kami menemukan hal ini didasari oleh dukungan
terutama dari keluarga karena sasaran utama yang kita harapkan untuk pencegahan
hipertensi sendiri adalah remaja usia 18-24 tahun dimana pada usia tersebut,
makanan yang dikonsumsi oleh kelompok usia ini berdasarkan menu keluarga.
Maka dari itu kami menginisiasi program untuk Ibu rumah tangga di Kota Tegal
yaitu “Mama Resah (Masak Makanan Rendah Uyah)”. Program ini pada dasarnya
berisi pengembangan pengetahuan masyarakat mengenai takaran garam maksimal
yang bisa dikonsumsi per hari dan referensi masakan rendah garam yang tetap
nikmat untuk dikonsumsi.
Program yang akan dilaksanakan dalam rentan 6 bulan ini akan melibatkan
perwakilan Ibu PKK sebagai pelopor yang diharapkan akan meneruskan
pengetahuan dan keterampilan setelah pelaksanaan program ke RW masing-
masing. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan antara lain kuliah-diskusi,
demonstrasi, dan pengembangan masyarakat.
Evaluasi yang dilakukan yaitu pemantauan kesesuaian realisasi program
dengan rencana yang dibuat termasuk timeline kegiatan dan sumber daya yang
dibutuhkan serta sasaran target yang diraih. Beberapa bentuk indikator
keberhasilan program ini antara lain:
90
tugas sesuai dengan waktu < 90% : Kurang
yang ditargetkan
91
RW masing-masing
Pengembangan
masyarakat
- 95% - 100% : Baik
- 90% - 95% :
Cukup
- < 90% : Kurang
92
diharapkan pada bulan Juni 2023, sebanyak 90% Ibu Rumah Tangga di Kota Tegal
memiliki keterampilan mengolah masakan rendah garam yang lebih baik. Pada
diagnosis perilaku diharapkan pada bulan Desember 2023, sebanyak 75% remaja
di Kota Tegal yang berusia 15 - 19 tahun dapat mengurangi konsumsi garam.
93
≥ 5%: sangat baik
94
Evaluasi dilaksanakan dengan melakukan monitoring pada keberjalanan
kuliah-diskusi, demonstrasi, dan pengembangan masyarakat. Selain itu,
evaluasi juga dilakukan mulai dari awal pelaksanaan program, seperti kesiapan
kader, kesiapan desain program (kuliah-diskusi, demonstrasi, dan
pengembangan masyarakat), kesiapan sarana dan prasarana, serta peningkatan
keterampilan kader terhadap pengolahan masakan rendah garam sebelum
terjun ke masyarakat.
10.3.4 Perencanaan pengumpulan data
Diambil dari data Puskesmas, Dinas Masyarakat yang mulai melakukan cek
Kesehatan, dan BPS Kota Tegal tekanan darah
Diambil dari data pre-test dan post-test Ibu PKK yang berpartisipasi dalam
yang dilakukan oleh ibu PKK sebelum mengikuti kuliah-diskusi, demonstrasi,
mengikuti kuliah-diskusi dan pengembangan masyarakat
95
3) Dinas Kesehatan Kota Tegal Bagian P2PTM
4) Dinas Kesehatan Kota Tegal Bagian Kesehatan Keluarga dan Gizi
b. Money
1) Dana yang dibutuhkan selama menjalankan program “Mama Resah
(Masak Makanan Rendah Uyah)” adalah sebesar Rp 5.883.000,00
2) Sumber dana:
● Dana dari Dinas Kesehatan Kota Tegal.
● Dana dari kemitraan.
● Donasi yang diberikan donatur secara sukarela.
3) Keperluan:
● Kesekretariatan (Cetak banner dan proposal kegiatan)
● Konsumsi
● Kebutuhan alat dan bahan untuk keberjalanan program
● Biaya honorarium
● Plakat
● Biaya kebersihan
c. Method
1) Kuliah-diskusi
2) Demonstrasi
3) Pengembangan Masyarakat
d. Material
1) Meja
2) Kursi
3) PPT materi
4) Video interaktif
5) Alat peraga demonstrasi
e. Machine
1) Proyektor
2) LCD
3) Sound system
4) Laptop
f. Market
1) Ibu PKK di Kota Tegal
2) Ibu rumah tangga di Kota Tegal
96
10.4.2 Proses
Program “Mama Resah (Masak Makanan Rendah Uyah)” dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan ibu rumah tangga di Kota Tegal dalam mengolah
masakan rendah garam (natrium). Program ini dilaksanakan dengan menggunakan
metode kuliah-diskusi, demonstrasi, dan pemberdayaan masyarakat. Kuliah-
diskusi melibatkan bagian Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tegal,
sebagai tenaga ahli sebagai fasilitator yang memimpin berjalannya kuliah-diskusi.
Sedangkan demonstrasi melibatkan bagian P2PTM Dinas Kesehatan dan Bagian
Kesehatan keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Tegal. Penyampaian materi
dilaksanakan dengan menggunakan media PPT dan alat peraga atau penunjang
lainnya. Program dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Maret-Mei 2023 dengan
rincian kegiatan:
a. Melaksanakan program kuliah diskusi dan demonstrasi.
b. Memberikan arahan kepada perwakilan Ibu PKK untuk melanjutkan program
pengembangan.
c. Ibu PKK menyampaikan materi yang didapat dan membimbing ibu rumah
tangga wilayah setempat.
97
KERANGKA KERJA PRECEDE – PROCEED
Berikut kerangka PRECEDE-PROCEED dari program kami :
98
BAB XI
PENUTUP
11.1 Kesimpulan
Permasalahan sosial utama yang terjadi di Kota Tegal adalah kemiskinan.
Persentase kemiskinan di Kota Tegal dari tahun 2019 sampai tahun 2021 yang semakin
meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kota Tegal yaitu
faktor kesehatan dengan penyakit Hipertensi. Penyakit Hipertensi dapat mempengaruhi
produktivitas dari orang yang menderita penyakit tersebut. Berdasarkan BPS Kota Tegal
2020 hipertensi menjadi penyakit tidak menular no. 1 terbanyak di Kota Tegal. Kasus
Hipertensi di Kota tegal mengalami kenaikan pada tahun 2021 sebesar 3 kali lipat,
walaupun pada tahun 2020 mengalami sedikit penurunan kasus.
Masalah perilaku yang menjadi penyebab terjadinya penyakit hipertensi di Kota
Tegal yaitu perilaku konsumsi garam berlebih sedangkan masalah lingkungan atau non
perilaku yaitu tingginya salinitas air di Kota Tegal. Konsumsi garam dalam jumlah yang
tinggi mengakibatkan kenaikan tekanan darah karena banyaknya natrium yang
terkandung dalam makanan tersebut. Tingginya salinitas di Kota Tegal berkaitan dengan
intrusi air laut yaitu proses masuknya air laut mengganti air tawar, pengaruh intrusi air
laut di Kota Tegal ada tiga yaitu intrusi air laut tinggi, air laut sedang, dan air laut rendah.
Perlunya dilakukan intervensi mendorong perilaku mengurangi konsumsi garam
oleh remaja usia 15-19 tahun. Pada program ini, target intervensi yang kelompok kami
lakukan adalah perwakilan ibu PKK setiap RW di Kota Tegal yang akan dilaksanakan di
4 Kecamatan yaitu Kecamatan Tegal Selatan, Tegal timur, Tegal Barat, dan Margadana.
Metode dan strategi pendidikan yang digunakan adalah kuliah-diskusi, demonstrasi, dan
pengembangan masyarakat. Dengan adanya program-program tersebut diharapkan dapat
mendorong perilaku mengurangi konsumsi garam pada remaja usia 15-19 tahun.
11.2 Saran
Berlatar belakang dari berbagai penjelasan di atas serta kesimpulan yang didapat,
menjadi sebuah penyadaran tersendiri bagi kami bahwa mahasiswa adalah agen
perubahan. Dimana harus membawa ke arah positif dan harus senantiasa membuka mata
terhadap segala permasalahan yang ada di sekitar kita. Masalah sosial, masalah kesehatan,
hingga masalah lingkungan yang senantiasa kita temui juga merupakan tanggung jawab
kita. Dengan demikian, kita sebagai mahasiswa yang juga bergerak dalam bidang
99
kesehatan masyarakat harus selalu memberikan ide inovasi serta mengajukan segala
rancangan perubahan yang tentunya berbasis kemanfaatan bagi masyarakat tanpa adanya
unsur tertentu yang merugikan pihak lainnya. Tidak hanya itu, selain sebagai mahasiswa,
kita sebagai sesama manusia pun seharusnya mencurahkan simpati maupun empati kita
kepada lingkungan sekitar dengan sepenuh hati.
100
DAFTAR PUSTAKA
Aji, A., Maulinda, L., & Amin, S. (2015). Isolasi Nikotin Dari Puntung Rokok Sebagai
Insektisida. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 4(Mei), 100–120.
http://ft.unimal.ac.id/teknik_kimia/jurnal
Angka Melek Huruf Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten /Kota di Jawa
Tengah (2015-2017). https://jateng.bps.go.id/indicator/28/783/1/angka-melek-huruf-
penduduk-berusia-15-tahun-ke-atas-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-tengah.html
Arsyad, L. (2010), Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.
Astutik, E., Wahyuni, C. U., Manurung, I. F. E., & Ssekalembe, G. (2021).
Integrated model of a family approach and local support in tuberculosis case
finding efforts in people with HIV/AIDS. Kesmas: National Public Health Journal,
16(4), 250–256. https://doi.org/10.21109/kesmas.v16i4.4955
BAPPEDA. (2017). Studi Analisis Dampak Intrusi Air Laut Kota Tegal Tahun Anggaran 2017.
Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah,
November.
Bloom, David; Canning, David and Chan, Kevin. (2006), Higher Education and Economic
Development in Africa. Human Development Research, Vol. 5, No. 1, (PP: 25-90).
BPS Kota Tegal. (2020). Profil Kesehatan Kota Tegal 2019. Tegal: BPS Kota Tegal.
Chumaida, Zahry., Ariadi, Bambang. (2022). Kebijakan Penanganan Pelayanan Kesehatan di
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Hukum dan Keadilan, Universitas Dr. Soetomo
Surabaya, 6(1), 158–183.
Dinas Kesehatan Kota Tegal. (2022). Indeks Kepuasan Masyarakat dan Rencana
Tindak Lanjut Dinas Kesehatan Kota Tegal Tahun 2022. Tegal: Dinas Kesehatan Kota
Tegal.
Purnamasari, Endah Y. (2019). HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN CEK KESEHATAN
RUTIN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POSBINDU WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS GARUDA KOTA BANDUNG TAHUN 2019.
Ismawan, M. F., 2016. Kajian Intrusi Air Laut Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Di
Pesisir Kota Tegal. Geo-Image, 5(1).
Istiqomah, A., Sukidin, S., & Suharso, P. (2018). Analisis Partisipasi Pendidikan Pada
Masyarakat Miskin Dusun Gumuk Limo Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji
101
Kabupaten Jember. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, 12(2), 227-235.
Jannah, Anis Rosatil, dkk. 2020. Metode stimulasi dan Metode Modeling terhadap Cara
Menggosok Gigi yang Benar pada Anak Prasekolah. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(2),
139-146.
Kemendikbud. (2017). Sistem Informasi APK-APM. Diakses melalui
https://apkapm.data.kemdikbud.go.id/
Kemenkes RI. (2013). Permenkes RI No. 28 Tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 1–46.
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta : 95.
Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nurlaili, A. R. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi di RW
011 Kelurahan Mintaragen Kota Tegal. (Doctoral dissertation, Politeknik Harapan
Bersama Tegal).
Purwaningsih, T., Ulfah, M., Prihandana, S., & Hudinoto, E. Y. (2020). Pelatihan Dan
Pendampingan Kader Posyandu Lansia Untuk Pencegahan Penyakit Kardiovaskuler Di
Kelurahan Bandung Kota Tegal. JABI: Jurnal Abdimas Bhakti Indonesia, 1(2), 12-12.
Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12):580- 587.
Sabiq, R. M., & Nurwati, N. (2021). Pengaruh Kepadatan Penduduk Terhadap Tindakan
Kriminal. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 3(2), 161-167.
Sakinah, A. S., Utomo, W., & Agrina, A. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran
Tenaga Kesehatan dengan Kepatuhan Kontrol ke Pelayanan Kesehatan pada Lansia
Penderita Hipertensi Selama Pandemi Covid-19. BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa
Ilmu Keperawatan Indonesia), 9(2), 99-108.
Setiyaningsih, R., & Ningsih, S. (2019). Pengaruh motivasi, dukungan keluarga dan peran
kader terhadap perilaku pengendalian hipertensi. Indonesian Journal On Medical
Science, 6(1).
Setyaningsih, Anita. (2006). Implikasi Pemanfaatan Lahan dan Manajemen Lalu Lintas Jalan
Terhadap Konsumsi BBM di Kota Tegal. Masters thesis, program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Sigarlaki, HJO. 2006. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi Di Desa
Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006.
Makara, Kesehatan. 10 (2): 78-88
102
Sunarsih & Ilyas, H,. (2017). HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TERJADINYA
PENYAKIT HIPERTENSI DI POLIKLINIK UNIVERSITAS LAMPUNG. Jurnal
Keperawatan, 13(1), 42-47
Tempo.co. (2019, 19 Mei). Aturan Antar Instansi, Tantangan Pembatasan Asupan Garam
Makanan. Diakses pada 30 November 2022, dari
https://gaya.tempo.co/read/1206600/aturan-antar-instansi-tantangan-pembatasan-
asupan-garam-makanan
Mayuri, S. M. dkk. (2017). STRATEGI TIDUR SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
TERHADAP HIPERTENSI DINI. Jurnal Infokar, 1(2), 74-77.
Nugraheni, W. P., & Hartono, R. K. (2018). Strategi Penguatan Program Posbindu Penyakit
Tidak Menular. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan: 9(29), 198–206
P2ptm.kemkes.go.id. (2018). Apa pengaruh konsumsi GARAM berlebih terhadap penyakit
tidak menular? Diakses pada 31 oktober 2022, melalui
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/page/49/apa-pengaruh-konsumsi-garam-berlebih-terhadap-penyakit-
tidak-
menular#:~:text=Konsumsi%20garam%20berlebih%20Akan%20meningkatkan,yang
%20berakibat%20meningkatnya%20tekanan%20darah.
Prasetyo, Y. (2015). Olahraga Bagi Penderita Hipertensi. Medikora, 1.
https://doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4721
Purwaningsih, T., Ulfah, M., Prihandana, S., & Hudinoto, E. Y. (2020). Pelatihan Dan
Pendampingan Kader Posyandu Lansia Untuk Pencegahan Penyakit Kardiovaskuler Di
Kelurahan Bandung Kota Tegal. JABI: Jurnal Abdimas Bhakti Indonesia, 1(2), 12-12.
Umbas, I. M., Tuda, J., & Numansyah, M. (2019). Hubungan Antara Merokok Dengan
Hipertensi Di Puskesmas Kawangkoan. Jurnal Keperawatan, 7(1).
https://doi.org/10.35790/jkp.v7i1.24334
Widiandari, T. D., Widiani, E., & Rosdiana, Y. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
Motivasi Lansia dalam Pengelolaan Penyakit Hipertensi di Poli Interna RST Dr.
Soepraoen Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1).
103