PEMBAHASAN
1
2.2 Fase-Fase dalam Siklus Kemitraan
2
Fase Implementasi
Fase implementasi adalah masa pelaksanaan kegiatan hingga menghasilkan keluaran
(output) dan dampak (outcome) yang direncanakan bersama. Fase ini mencakup
sejumlah proses penting yang harus berlandaskan pada tata kelola dan struktur kerja
sama yang jelas. Pada tahapan ini terbentuk perjanjian kerja sama yang lebih spesifik
mengenai peran setiap mitra. Perjanjian kerja sama tersebut bisa bersifat transaksional
(subkontrak) atau kolaborasi murni (saling berkontribusi) satu sama lain.
Sebagai upaya memahami mitra, anggota staf lembaga/perusahaan/institusi yang
terkait akan menjalani masa pendalaman hubungan kerja berdasarkan pengalaman yang
dijalani bersama. Umumnya, konsentrasi mitra tertuju pada pencapaian hasil kerja, baik
keluaran maupun dampak, sesuai dengan indikator capaian yang disepakati bersama.
Fase Keberlanjutan
Dalam fase ini, kemitraan telah mencapai tahap matang hubungan antarmitra dan
membuahkan hasil. Kemitraan sudah siap berbagi keberhasilan dan mereplikasi
program, serta menyiapkan langkah keberlanjutan atau memutuskan berhenti bila tujuan
telah tercapai.
Keberlanjutan prakarsa dimaknai sebagai kesinambungan semangat dan usaha untuk
mencapai tujuan akhir, yaitu solusi atas masalah pada awal niat kemitraan timbul.
Karena itu, fase keberlanjutan mencakup tahap berbagi pengalaman dan cara yang dapat
ditiru oleh pihak lain yang memiliki tujuan serupa dalam pembangunan.
Prinsip keberlanjutan dalam pembangunan adalah memastikan berlanjutnya misi dan
tujuan program pembangunan dalam masa yang panjang, meskipun para pihak yang
memprakarsai sudah tidak lagi terlibat. Para pihak perlu memikirkan sejak awal strategi
masing-masing dalam kemitraan yang dibangun. Pilihannya adalah terus-menerus
3
terlibat atau berhenti pada waktu yang ditentukan.
Ada beberapa skenario keberlanjutan yang mungkin terjadi, yaitu:
1) Pergantian Kepemimpinan
Dalam setiap prakarsa yang melibatkan kemitraan banyak pihak, kadang terjadi
pergantian kepemimpinan, baik yang terjadi di lembaga masing-masing maupun dalam
dalam kemitraan. Kedua kondisi tersebut melibatkan proses penyerahan kemitraan dari
“pendiri” kepada “penerus”. Individu yang mewakili lembaga mitra dapat meninggalkan
kemitraan (karena alasan tertentu). Rencana pergantian perwakilan dari mitra penting
dibuat untuk:
a) memastikan kemitraan berlanjut setelah individu yang sebelumnya berpengaruh
pergi;
b) memudahkan penggantinya untuk menyesuaikan diri dengan cepat; dan
c) membangun keterlibatan aktif orang-orang yang bergabung belakangan, meski
gaya bekerja mereka berbeda dengan pendahulunya.
2) Perubahan Peran Organisasi Mitra
Salah satu atau beberapa organisasi mitra merasa perlu mengubah perannya dalam
kemitraan. Misalnya, karena berkurangnya dana yang sudah dialokasikan atau
perubahan prioritas kerja. Bisa juga, ada mitra yang mengundurkan diri dari kemitraan
karena merasa tugasnya sudah selesai atau dinamika kemitraan tidak lagi sejalan dengan
visi dan misi organisasinya.
Hal lain yang mungkin terjadi adalah para mitra melihat salah satu lembaga/badan/
entitas memiliki kemampuan untuk meneruskan program tersebut secara berkelanjutan.
Karenanya, para mitra kemudian menyerahkan hasil kerja sekaligus aset kemitraan
kepada lembaga tersebut. Individu-individu dari kemitraan awal dapat diminta duduk
sebagai penasihat atau dewan pembina, meskipun tidak lagi atas nama lembaganya.
3) Pembentukan Lembaga Resmi
Para mitra memutuskan untuk mendirikan institusi baru antar sektor yang
mengambil alih seluruh manajemen dan hasil yang sudah diinisiasi dalam prakarsa awal.
Individu-individu dari kemitraan awal bisa saja menjadi penasihat atau pembina,
setidaknya dalam masa peralihan.
4) Kemitraan Berakhir
Kemitraan bisa berakhir karena memang dirancang untuk jangka waktu tertentu yang
disepakati bersama atau merupakan periode uji coba bersama, sehingga berakhirnya
kemitraan adalah tanda tercapainya tujuan, bukan kegagalan. Alasan lainnya, para mitra
4
merasa kurang nyaman dan mengundurkan diri akibat salah satu mitra terlalu dominan
dan tidak mempertimbangkan pihak lain dalam kemitraan tersebut
CSR adalah konsekuensi dari kenyataan, bahwa lembaga atau organisasi selain berdimensi
ekonomi juga berdimensi sebagai institusi sosial, demikian dikutip dari buku bahan ajar
Kemdikbud bertajuk 'Corporate Social Responsibility (CSR) oleh BP-PAUD dan Dikmas.
Pengertian CSR menurut Kotler dan Nancy adalah sebuah komitmen suatu perusahaan
yang bertujuan untuk membantu dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik
bisnis yang baik. Dalam memenuhi hal tersebut, perusahaan bisa mengkontribusikan sebagian
dari sumber daya perusahaan kepada pihak yang terlibat di dalam atau disekitarnya.
Pengertian CSR menurut Kast (2003,12) adalah suatu bentuk keterlibatan sebuah
organisasi dalam upaya mengatasi kemiskinan dan juga kelaparan. Kemudian juga membantu
dalam mengurangi pengangguran serta memberikan sebuah tunjangan di bidang kesenian atau
pendidikan.
Di sini, Kast juga menjelaskan bahwa CSR merupakan bagian cukup penting, sebab dapat
menunjukkan bahwa sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan yang ada di
sekitarnya. Sebuah perusahaan juga mempunyai ketergantungan terhadap lingkungan. Apabila
5
lingkungan yang ada disekitarnya baik, maka akan baik pula dampak yang ada diterima oleh
perusahaan.
Kemudian, CSR diartikan sebagai sebuah program yang mempunyai konsep bahwa sebuah
perusahaan memang mempunyai tanggung jawb kepada semua pihak yang ada di perusahaan
tersebut. Sederhananya, CSR dapat diartikan sebagai suatu bentuk tanggung jawab perusahaan
kepada semua aspek soisal dan juga lingkungan yang ada disekitar lokasi bisnis tersebut.
Sehingga, disamping mengejar sebuah profit, suatu perusahaan juga harus bertanggungjawab
atas orang-orang yang ada disekitarnya. Salah satu caranya yaitu dengan menyediakan suatu
program yang sekarang ini disebut dengan istilah CSR.
CSR memiliki bentuk yang sangat beragam. Dimana setiap perusahaan mempunyai
metode dan modelnya sendiri dalam melaksanakannya. Biasanya, perusahaan yang ada di
Indonesia melakukan suatu program CSR dengan menggunakan salah satu dari empat metode
berikut ini:
a. Keterlibatan Langsung
Model pelaksanaan yang pertama yaitu model keterlibatan langsung. Ini adalah sebuah metode
dimana perusahaan akan melakukan CSR secara langsung pada masyarakat umum. Misalnya,
perusahaan menyediakan bantuan berupa uang tunai dan dibagikan kepada masyarakat sekitar
yang kurang mampu. Kemudian bantuan tersebut diserahkan langsung oleh pihak perusahaan
kepada masyarakat.
Model selanjutnya yaitu dengan melalui sebuah yayasan atau pihak perusahaan membangun
yayasan sosial sendiri. Metode yang satu ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh
perusahaan di berbagai negara maju. Tujuan dari model CSR ini yaitu untuk membangun
yayasan sosial yang menyediakan bantuan untuk masyarakat sosial secara berkelanjutan.
Berikut ini adalah contoh-contoh yayasan yang didiran oleh perusahaan yang kemudian
digunakan sebagai media untuk memberikan bantuan kepada masyarakat umum:
2. Sahabat Aqua
Kegiatan yang dilakukan sebagian besar adalah kegiatan sosial. Kemudian, selain dua model
CSR seperti di atas, banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan model CSR ketiga
yaitu Menjalin Kemitraan. Model yang satu ini dilakukan dengan cara menjalin kemitraan
dengan pihak luar atau pihak lainnya. Mitra yang diajak bekerjasama biasanya adalah mitra
yang memang sudah mempunyai fokus utama di dalam bidang kegiatan sosial. Entah itu
lembaga sosial yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah, dan lainnya. Berikut adalah
contohnya:
1. PMI (Palang Merah Indonesia): dengan mengandeng PMI, perusahaan bisa melakukan acara
donor darah yang dapat diikuti oleh karyawan maupun masyarakat secara umum. Sehingga hal
tersebut akan mendorong siapapun untuk ikut menolong sesama melalui donor darah.
2. Dompet Duafa: melalui lembaga ini, perusahaan bisa menyediakan jasa atau layanan
pengelolaan dana sosial. Misalnya, dana kemanusiaan, sedekah, zakat, dan lainnya.
Model yang terakhir adalah dengan bergabung maupun hanya mendukung konsorsium. Apa itu
konsorsium? Konsorsium adalah sebuah bentuk kerjasama antar dua pihak perusahaan guna
melakukan sebuah proyek. Dimana proyek tersebut merupakan sebuah proyek sosial yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Misalnya saja, proyek perbaikan jalan,
pembangunan gedung sekolah, pembangunan jembatan, dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi
masyarakat secara umum yang ada di sekitar perusahaan.
7
e.Memperbaiki hubungan dengan regulator.
1. Mampu untuk lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat, baik secara
ekonomi, kelembagaan sosial, dan memperkecil terjadinya konflik sosial.
2. Membuka ruang kerja dan kesempatan, untuk pengetahuan maupun keterampilan bagi
masyarakat sekitar (sebagai upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat).
3. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, di sekitar dunia usaha atau industri.
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berusaha.
5. Turut membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, dengan
menggunakan pekerja yang berasal dari sekitar dunia usaha atau industri.
6. Melalui CSR akan tercipta hubungan antara pemerintah, lembaga kursus atau pelatihan,
serta dunia usaha atau industri dalam mengatasi berbagai masalah sosial.
1. Cause Promotions
8
Jenis yang pertama ini bertujuan untuk membantu meningkatkan awareness
(kesadaran) masyarakat akan suatu masalah sosial atau cause yang ingin diangkat oleh
perusahaan. Dengan demikian, masyarakat akan terdorong untuk ikut berpartisipasi
mendukung masalah sosial ini.
Selain sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada pihak yang terkait, kegiatan
ini juga bisa dijadikan sebagai sarana promosi. Perusahaan akan mengeluarkan
sejumlah dana atau sumber daya lain sebagai bentuk kontribusinya, sehingga
masyarakat akan makin mengenal produk atau brand mereka.
Jenis kegiatan CSR ini adalah bentuk komitmen suatu perusahaan untuk
menyumbangkan sejumlah tertentu dari keuntungan yang diterima dalam suatu
kegiatan sosial. Hasil yang terkumpul akan diserahkan pada pihak tertentu, yang
kemudian bisa digunakan untuk melakukan pembangunan di area tersebut.
Perusahaan bisa memperoleh banyak pelanggan baru dengan melakukan program ini,
penjualan yang meningkat, serta membangun citra positif untuk brand identity.
Jenis program ketiga ini adalah kampanye perusahaan yang memiliki tujuan akhir
untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Perubahan
ini mencakup kesehatan dan keselamatan publik, kelestarian lingkungan hidup,
sekaligus kesejahteraan masyarakat.
4. Corporate Philanthropy
Reputasi perusahaan tentu akan meningkat dengan dilakukannya program ini. Citra
yang baik juga bisa berpengaruh pada masa depan perusahaan, yang memberi dampak
positif pada penyelesaian suatu masalah sosial di komunitas lokal.
5. Community Volunteering
9
Saat melakukan program ini, perusahaan akan memberikan pelayanan untuk membantu
kelompok masyarakat lokal ataupun kelompok target sasaran secara sukarela.
Biasanya, perusahaan akan mengikutsertakan karyawan, rekan-rekan pedagang, hingga
pemegang franchise untuk menyisihkan waktu mereka.
6. Rehabilitasi Alam
Jenis CSR selanjutnya adalah program rahbilitasi alam. Disini perusahaan mempunyai
tanggung jawab untuk menjaga alam, terutama untuk perusahaan yang menghasilkan
limbah. Adapun beberapa contoh program rehabilitasi yang bisa dilakukan antara lain,
penanaman bakau, reboisasi hutan, penanaman bibit tanaman produktif, dan lainnya.
2.4 Filantropi
10
Aksi filantropi kemudian diwujudkan dengan perilaku dermawan dan kecintaan pada
sesama. Tradisi filantropi ini sebetulnya sudah ada sejak zaman Yunani dan Romawi Kuno
ketika mereka menyumbangkan harta bendanya untuk perpustakaan dan pendidikan. Begitu
pula di zaman Mesir Kuno yang mewakafkan tanahnya untuk dimanfaatkan para pemuka
agama.
Seseorang dermawan yang melakukan kegiatan filantropi ini disebut sebagai seorang
filantropis. Biasanya, filantropis merupakan orang kaya raya yang sering menyumbang untuk
orang-orang miskin.
Dalam perkembangannya, konsep filantropi telah berkembang menjadi lebih luas dan
melibatkan lebih banyak orang dan organisasi. Banyak perusahaan dan organisasi di seluruh
dunia yang telah memperkenalkan program filantropi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial
mereka.
Contoh yang populer adalah Gates Foundation yang dibentuk oleh Bill Gates. Yayasan
tersebut merupakan salah satu lembaga filantropi terbesar di dunia dengan fokus pada
kesetaraan gender, kesehatan global, dan pengentasan kemiskinan.
Tujuan Filantropi
Kegiatan filantropi dapat berperan dalam memperbaiki kondisi sosial dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Banyak organisasi nirlaba yang bergantung pada sumbangan
filantropis untuk membiayai program-program yang mereka jalankan. Hal ini membantu
mereka memenuhi misi mereka dalam memperbaiki kondisi masyarakat.
Melalui kegiatan filantropi, seseorang juga dapat merasa lebih terhubung dengan
komunitas sekitar. Selain itu, kegiatan filantropi juga dapat membantu seseorang membangun
hubungan sosial yang lebih baik dan meningkatkan keterampilan interpersonal.
11
Meningkatkan kesadaran sosial
Pengumpulan uang dan atau barang melalui lembaga filantropi tentu saja memberikan
banyak manfaat bagi masyarakat. Namun, dalam konteks manajemen dan transparansi
12
pertanggungjawaban dana publik, hal itu masih menjadi misteri. Kemudian, urusan
pendistribusian bantuan yang terkadang masih belum tepat sasaran juga menjadi tantangan
tersendiri.
Peran serta masyarakat dijelaskan dalam Permenkes No. 8 Tahun 2019. Pada Pasal 23
Permenkes No. 8 Tahun 2019, diatur soal pendanaan penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat berasal dari APBN/APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota/Desa, dana swadaya
masyarakat, bantuan swasta, dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang–undangan.
13
DAFTAR PUSTAKA
TNP2K, 2019. Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan.
Jakarta, Indonesia
Coyle, Mary. 2016. Model Baru Kemitraan Universitas - Masyarakat Untuk Perguruan Tinggi
di Indonesia. Misthohizzaman. Kementerian Agama Republik Indonesia : Jakarta, Indonesia.
14