Anda di halaman 1dari 5

SOAL FILSAFAT ILMU

SOAL. TULIS TANGAN

1. Jelaskan konsep2 yang membangun Ilmu yang mnjadi minat Anda dari sudut pandang
Filsafat (Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi ilmu)
2. Jelaskan PERAN Logika dalam penyusunan Kerangka Pikir (Konseptual) sebuah penelitian
ilmiah
3. Sebutkan dan jelaskan 10 prinsip dalam etika penulisan peneltian
4. Dalam Era New Wave (Social Media) ada terjadi dampak positif dan negatif bagi Budaya dan
Perkembagnan Ilmu. Jelaskan dampak tersebut dan beri contohnya!!
5. Teleologi dari penelitian ilmu dapat menjelaskan proposisi (hubungan konsep) dalam
kerangka pikir penelitian: selain itu juga digunakan untuk meramal hasil temuan proposisi,
mengontrol fenomena sosial dan lain lain. Jelaskan manfaat teleologi penelitian tersebut

Ora et Labora

Landasan Ontologi Ilmu Promosi Kesehatan


Dari sudut pandang keilmuan, Promosi kesehatan merupakan suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, serta mencapai derajat
kesehatan yang sempurna secara fisik, mental, dan sosial dimana masyarakat harus mampu mengenal,
mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(Ottawa Charter, 1986). WHO (1984) menyatakan bahwa promosi kesehatan merupakan sebuah proses
untuk membuat seseorang mampu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya.

Promosi Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam mewujudkan pembangunan kesehatan dan
upaya kesehatan yang sangat pentin. Hal ini dikarenakan tidak ada program pembangunan kesehatan
yang dapat berhasil tanpa didukung dengan Promosi Kesehatan yang baik. Promosi kesehatan tidak
hanya sebatas pendidikan atau penyuluhan kesehatan, tetapi juga termasuk pemberdayaan masyarakat
guna meningkatkan status kesehatan yang berdampak terhadap kualitas hidup masyarakat.Ilmu promosi
kesehatan memiliki beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi baik dari objek material dan objek formal
sebagai berikut :

Objek material merupakan objek yang dijadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu atau objek yang
dipelajari oleh ilmu itu. Objek material dari ilmu promosi kesehatan adalah upaya promosi dan preventif,
pendidikan kesehatan, perubahan perilaku sehat (PHBS), pemberdayaan masyarakat.

Objek formal merupakan hakikat atau esensi dari ilmu pengetahuan, yaitu bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dana pa fungsi ilmu itu bagi manusia. Objek formal dari ilmu promosi kesehatan adalah
meningkatkan status kesehatan masyarakat yang berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat.

Landasan Epistemologi Ilmu Promosi Kesehatan

Istilah promosi kesehatan telah muncul pada tahun 1986 saat diadakan Konferensi Internasional
pertama mengenai Health Promotion di Ottawa Canada yang berlangsung tanggal 17 21 November
1986. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini mengambil tema Menuju Kesehatan Masyarakat
Baru (The Move Towards New Public Health) dengan mencanangkan the Ottawa Charter, yang
didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun, pada waktu itu istilah
tersebut di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal
hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan
lain sebagainya.
Konferensi tersebut diikuti oleh perwakilan dari kurang lebih 100 negara, baik yang berasal dari
negara-negara maju dan maupun negara berkembang. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini
tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary
Health Care. Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konferensi ini merupakan peletakan dasar
pembaharuan Promosi Kesehatan, dalam konteks seperti tema konferensi ini, yakni Gerakan Menuju
Kesehatan Masyarakat Baru. Kesepakatan bersama tersebut dituangkan dalam Piagam Ottawa (Ottawa
Charter). Piagam ini menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap negara, termasuk
Indonesia. Isi dari Piagam Ottawa antara lain memberikan penegasan kembali terhadap definisi Promosi
Kesehatan seperti yang dicetuskan dalam WHO tahun 1986, selain itu juga memberikan batasan
terhadap Promosi Kesehatan serta penjelasan yang lebih luas tentang strategi promosi kesehatan.
Menurut Piagam Ottawa, Promosi Kesahatan adalah suatu proses yang memungkinkan orang
untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka
(Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health).
Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial, setiap individu
atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi untuk memenuhi kebutuhan, dan
mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan.
Lebih lanjut lagi, promosi kesehatan dalam Ottawa Charter memberikan acuan prasyarat
kesehatan yang memuat faktor yang harus diintervensi, karena faktor tersebut sangat mempengaruhi
kesehatan masyarakat dalam suatu negara. Faktor tersebut antara lain : peace, shelter, education, food,
income, a stable eco-sistem, sustainable resources, social justice, and equity. Mengingat faktor tersebut
tidak hanya menjadi urusan lembaga kesehatan, oleh karena itu dalam pembatasan definisi promosi
kesehatan ditetapkan bahwa semua sektor terlibat dan bertanggung jawab dalam peningkatan
kesahatan masyarakat.
Piagam Otawa tidak hanya mencetuskan definisi promosi kesehatan akan tetapi juga
merumuskan makna atau arti dari gerakan kegiatan promosi kesehatan untuk pengertian yang lebih jelas.
Selanjutnya gerakan ini dapat dipandang sebagai strategi promosi kesehatan, sebagi pelengkap dari
strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan oleh WHO tahun 1984.
1. Mengembangkan Kebijakan Publik Berwawasan Sehat (Build Healthy Public Policy)
Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering diabaikan, oleh karena itu adanya
kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan
dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil
kebijakan ( policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah
maupun swasta.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Masyarakat bersifat sangat kompleks, saling terkait, saling mempengaruhi dan saling tergantung satu
dengan lainnya. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup lainnya. Hubungan yang tak
terpisahkan antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar pendekatan sosio-ekologis untuk
mewujudkan kesehatan.
3. Memperkuat Aksi/Gerakan Masyarakat (Strengthening Community Action)
Mekanisme promosi kesehatan difungsikan melalui aksi atau gerakan masyarakat yang konkret dan
efektif dalam penentuan prioritas, pengambilan keputusan, strategi perencanaan serta penerapannya
untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah pemberdayaan
masyarakat (empowerment), kepemilikan (ownership), serta kendali (control) terhadap keinginan dan
nasib masyarakat.
4. Pengembangan Keterampilan Perseorangan (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan menunjang pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan akses
informasi, pendidikan kesehatan serta peningkatan keterampilan diri. Dengan demikian, maka
promosi kesehatan dapat memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi anggota masyarakat dalam
menggunakan kendali (control) terhadap kesehatan dan lingkungan, serta menentukan pilihan yang
bermanfaat bagi kesehatan.
5. Reorientasi sistem Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Sistem pelayanan kesehatan tidak lagi berorientasi kuratif, tetapi juga mencakup upaya-upaya
preventif, rehabilitatif dan promotif, disamping upaya-upaya lainnya yang memungkinkan berbagai
pihak terlibat dalam memecahkan masalah kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Peran sektor
pelayanan kesehatan harus bergerak dengan cepat mengikuti arah perkembangan program-program
promosi kesehatan disamping tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan klinis dan
kuratif. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga harus menaruh perhatian pada riset-riset
kesehatan serta perubahan yang terjadi, arah pendidikan profesi dan pendidikan keterampilan.

Landasan Aksiologi Ilmu Promosi Kesehatan


Salah satu upaya promosi kesehatan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah adalah Promosi
Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Fakta menunjukkan bahwa munculnya DBK di
10 provinsi di Indonesia disebabkan oleh adanya kesenjangan pelayanan kesehatan dan derajat
kesehatan yang diukur dengan 24 indikator dari Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPkM).
Apabila indicator tersebut dicermati, ternyata berbagai kendala yang dijumpai di DBK umumnya
berkaitan erat dengan faktor perilaku masyarakat. Oleh karena itu, penanganan dan intervensi yang
tepat dilakukan adalah dengan menggunakan prinsip pemberdayaan dan kemandirian masyarakat,
agar masyarakat memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi permasalahan kesehatan
yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki. Salah satu program penting yang
dilaksanakan adalah Promosi kesehatan yang tidak hanya dilakukan secara tersendiri melainkan
harus terintegrasi dengan program kesehatan lain. Strategi promosi kesehatan meliputi
pemberdayaan, bina suasana, advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas.
Dalam penyelenggraan promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak.
Promosi kesehatan dengan pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mengaktifkan kembali
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes, Desa Siaga,
dan lainnya guna memampukan masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan
dilaksanakan dengan pemberdayaan keluarga melalui Dasawisma, yang didukung oleh bina suasana
dan advokasi. Sedangkan pemberdayaan individu dilakukan dalam berbagai kesempatan khususnya
pada saat individu anggota rumah tangga dan anggota keluarga berkunjung dan memanfaatkan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes, dan lainnya
melalui pemberian informasi dan konsultasi. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan
pengetahuan kesehatan yang mendorong terjadi perubahan perilaku sehat sehingga meningkatkan
status kesehatan masyarakat yang pada akhirnya terjadi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

2. Logika merupakan kecakapan bernalar yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa atau alat
untuk berpikir lurus. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis dan sebagai dasar ilmu.
Oleh karena itu, bernalar yang baik harus dilandasai logika agar penalarannya logis dan kritis. Fungsi
logika mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan, dan rumus berpikir. Dalam penyusunan
kerangka pikir sebuah penelitian ilmiah, logika dapat meningkatkan kemampuan berpikir abstrak,
cermat, objektif, rasional, kritis, tertib, metodis dan koheren, serta meningkatkan ketajaman dan
kemandirian berpikir. Pemikiran logika menggunakan cara berpikir sistematik (menyelidiki, menyaring,
dan menilai pemikiran) dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran,
terlepas dari kepentingan dan perorangan. Dalam hal ini logika merumuskan dan menerapkan hukum
dan patokan yang harus ditaaati agar pneliti dalam berpikir benar, efisien, dan teratur.
Kerangka konseptual atau kerangka pikir memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi
mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, sehingga memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam
merumuskan masalah. Oleh karena itu dalam menyusun kerangka konseptual harus dilakukan secara
tepat. Penyusunan kerangka konseptual yang tepat pada sebagian besar penelitian ditentukan oleh
landasan pertama berpikir menggunakan logika deduktif; analisis teori; konsep; prinsip; premis yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sehingga peneliti harus membuat analisis secara hati-
hati dan kritis serta menelaah semua kepustakaan yang berhubungan dengan subjek penelitian
secara cermat, sebelum memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan
penelitian tersebut. Landasan kedua berpikir menggunakan logika induktif yaitu analisis penelusuran
terkait dengan masalah dan tujuan penelitian. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan
dan penetapan tujuan penelitian atas dasar sintesis dari hasil analisis landasan pertama dan kedua.
Landasan keempat berpikir kreatif dan inovatif, menghasilkan ide, hubungan konsep, teori baru yang
dituangkan dalam kerangka konseptual/kerangka pikri penelitian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir menggunakan logika mutlak diperlukan
dalam penyusunan kerangka konseptual terlebih apabila disertai dengan modifikasi konsep berupa
ide atau gagasan baru inovatif dan rasional yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi dimana
penelitian tersebut dilakukan sehingga menghasilkan pengetahuan baru.

3.

Anda mungkin juga menyukai