Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENENTUAN INSTITUSI KEMITRAAN dan PERANNYA


(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Advokasi Kesehatan kelas A)

Dosen Pengampu :
Erwin Nur Rif’ah, S. Sos., M. A., Ph. D.

Disusun oleh kelompok 5:

Cinta Nirmala Dewi Irawati (212110101002)


Windu Rahayu Ning Dyah (212110101003)
Cindy Puspitasari (212110101006)
Bilqis Hadiqotun Nuha (212110101011)
Rizka Amalia Sophianti Putri (212110101015)
Esa Hidayatul Khusnia (212110101019)
Laily Nur Khalimatus Sa’diah (212110101023)
Saddam Qolbi Yusuf (212110101035)
Adhwa Wanodya Frameswari (212110101037)
Mochammad Rino Firmansyah (212110101048)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat Menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penentuan Institusi Kemitraann dan
Peranannya” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini dibuat guna untuk
memenuhi syarat pengumpulan tugas mata kuliah Advokasi Kesehatan.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Erwin Nur Rif’ah, PhD. Selaku dosen pengampu mata kuliah Advokasi Kesehatan
yang telah memberikan arahan serta petunjuk dalam teknis pengerjaan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan tidak lupa juga kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Kami berharap para pembaca dapat memahami apa yang telah dijelaskan dan
dapat menambah wawasan bagi kita semua, khususnya teman-teman mahasiswa. Kami
meminta maaf apabila dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik penulisan
maupun materi yang dijelaskan.

Jember, 16 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Kemitraan ..................................................................................... 3
2.3 Peran Kemitraan ............................................................................................. 5
2.4 Langkah-langkah penentuan mitra ................................................................. 6
2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kemitraan ......................... 13
2.6 Kunci Keberhasilan Kemitraan .................................................................... 15
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemitraan merupakan suatu proses Kerjasama keterkaitan/hubungan


usaha secara langsung ataupun tidak dengan dasar prinsip yang saling
menguntungkan dan saling percaya (Rina, Abdulhak and Shantini, 2020).
Menurut Nonoatmodjo (2003) mengatakan bahwa kemitraan merupakan suatu
Kerjasama formal antar individu dengan individu, kelompok dengan kelompok
atau organisasi dengan organisasi dalam mencapai tujuan yang sama.
Sedangkan advokasi merupakan suatu upaya untuk mendekati, mendampingi
dan mempengaruhi para stakeholder pembuat kebijakan secara bijak sehingga
dapat memberikan dukungan terhadap pembangunan Kesehatan (Khumairah,
Angraeni and Darwis, 2022). Sehingga advokasi ini merupakan kombinasi
antara kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk mendapat komitmen
serta dukungan dan penerimaan sosial dalam program tertentu.
Sehingga kemitraan dalam advokasi merupakan suatu usaha untuk
menjalin hubungan dengan pihak lain dengan dasar saling percaya dan saling
menguntungkan dalam mencapai tujuan advokasi itu sendiri. Dalam
mewujudkan program advokasi tentunya tidak dapat dilakukan sendiri, sebab
advokasi merupakan proses yang panjang dan perlu dilakukan peninjauan serta
pemantauan secara berkala, sehingga perlu adanya penentuan mitra
danperannya dalam proses jalannya suatu program advokasi. Peran mitra dalam
advokasi yang dipilih secara tepat dapat mewujudkan lancarnya program
advokasi yang dijalankan. Di dalam proses penentuan mitra, terdapat banyak
pertimbangan sebab tidak ada pihak yang ingin dirugikan dan dapat
melakukannya sendirian serta adanya resiko-resiko yang akan terjadi juga
membuat pertimbangan pembentukan mitra perlu dikaji secara matang dan
runtut. Kemitraan merupakan salah satu kunci utama dalam membangun
sinergitas yang baik dalam suatu hubungan komunikasi.

1
2

1.2 Rumusan masalah

a. Apa definisi dari kemitraan dalam Advokasi Kesehatan?


b. Apa saja instansi kemitraan dalam Advokasi Kesehatan?
c. Apa saja peran dari kemitraan?
d. Bagaimana langkah-langkah dalam menentukan mitra?
e. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan mitra?
f. Apa saja kunci keberhasilan kemitraan?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari kemitraan dalam Advokasi Kesehatan.


b. Untuk mengetahui apa saja instansi kemitraan dalam Advokasi Kesehatan.
c. Untuk mengetahui apa saja peran dari kemitraan.
d. Untuk mengetauhi bagaimana langkah-langkah dalam menentukan mitra.
e. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan mitra.
f. Untuk mengetauhi apa saja kunci keberhasilan kemitraan.
3

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk mencapai
tujuan bersama, dimana masing-masing pihak memiliki hak dan tanggung
jawab sesuai dengan kesepakatan (Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, 2019a).
Sedangkan menurut (Tumurang N. Marjes, 2018) dalam bukunya, disebutkan
beberapa pengertian terkait dengan kemitraan:
1. Adanya interaksi dua pihak atau lebih, dimana kedua pihak merupakan
mitra atau partner.
2. Upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, Lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja
sama mencapai tujuan Bersama berdasarkan atas kesepalkatan, prinsip,
dan peran masing-masing.
3. Suatu bentuk ikatan Bersama anntara dua atau lebih pihak yang
bekerjasama mencapai tujuan dengan cara berbagi kewenangan dan
tanggungjawab dala bidang Kesehatan, saling mempercayai, berbagi
pengelolaan, investasi dan sumber daya untuk program Kesehatan
memperoleh keuntungan Bersama dari kegiatan yang dilakukan.

Kemitraan dalam advokasi Kesehatan menjadi hal yang tidak dapat


dipisahkan. Kemitraan di bidang kesehatan juga merupakan salah satu strategi
dalam upaya promosi kesehatan sebagaimana dala Piagam Ottawa terkait
perlunya melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan
kesehatan. Sehingga menjalin kemitraan dalam proses advokasi Kesehatan ini
penting, karena beberapa hal berikut:

1. Pembangunan Kesehatan yang merupakan tanggung jawab secara


Bersama.
4

2. Kesehatan menjadi modal dasar bagi keberhasilan pembangunan


Kesehatan sektor lain non Kesehatan.
3. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat terhadap
bidang Kesehatan, khususnya pada bagian promotif preventif.
4. Peluang sumber daya yang berasal dari mitra potensial.

2.2 Institusi kemitraan dalam advokasi Kesehatan

Pengembangan upaya advokasi Kesehatan dalam meningkatkan derajat


Kesehatan masyarakat diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Kerjasama
lintas sektor sangat perlu dilakukan dalam mendukung keberhasilan program
yang maksimal. Seperti yang kita ketahui bahwasannya permasalahan terkait
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, sehingga semua pihak
memiliki andil dalam upaya pengentasan masalah Kesehatan dan peningkatan
derajat Kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2022).
1. Institusi pelayanan Kesehatan
Meliputi rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya
yang mampu mendukung program yang dijalankan. Kemitraan dengan
institusi pelayanan Kesehatan ini diharapkan mampu meningkatkan dan
mengembangkan upaya-upaya Kesehatan menjadi lebih baik dalam segi
kualitas maupun kuantitas.
2. Institusi Pendidikan
Institusi Pendidikan disini dapat meliputi dinas Pendidikan, ssekolah, serta
perguruan tinggi. Seperti contohnya kemitraan antara dinas kesehatan
dengan institusi Pendidikan Kesehatan melalui pelatihan maupun
penempatan magang sehingga institusi Pendidikan dapat mengembangkan
kualitas dari peserta didiknya denganbaik sesuai kondisi lapangan yang saat
ini dibutuhkan.
5

3. Media
Media menjadi salah satu komponen penting yang tidak dapat ditinggalkan
dalam upaya kemitraan dan advokasi kesehatan. Kemitraan dengan media
dapat membantu menyebarluaskan informasi dalam upaya advokasi.
Bertujuan agar semakin luas masyarakat yang dapat mengakses informasi
kesehatan dan program-program kesehatan yang gencar dijalankan.
Kemudian diharapkan masyarakat dengan akses informasi yang semakin
baik dapat terus meningkatkan dan mempertahakan status dan pola hidup
sehat. Kemitraan dengan media ini dapat meliputi media cetak, media
elektronik, bahkan media social dan internet.

2.3 Peran Kemitraan

1. Inisiator artinya mitra berperan sebagai penggagas utama yang inisiatif


dalam memprakarsai ide-ide yang nantinya akan dilaksanakan bersama
guna mencapai tujuan.
2. Advokator artinya mitra berperan untuk melakukan pendekatan kepada
seseorang atau suatu organisasi yang memiliki pengaruh dalam
masyarakat.
3. Katalisator artinya mitra berperan sebagai pengaruh yang dapat
mempercepat suatu peristiwa serta menyebabkan terjadinya suatu
perubahan.
4. Fasilitator artinya mitra memiliki peranan untuk memfasilitasi segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam upaya advokasi.
5. Donatur artinya mitra berperan sebagai pemberi atau penyumbang tetap
kepada advokator, donasi tersebut dapat berupa uang atau kebutuhan
lainnya yang berguna untuk menunjang keberlanjutan advokasi.
6. Pendukung Sumberdaya artinya mitra menjadi pendukung utama sumber
daya yang ada di kegiatan advokasi. Dengan peranan ini maka kegiatan
advokasi dapat berjalan dengan penuh semangat.
6

7. Penggerak masyarakat artinya mitra menjadi penggerak masyarakat untuk


mendukung advokator dan pada akhirnya melaksanakan hasil advokasi
secara konsisten dan berkelanjutan sebagai output jangka panjang demi
pembangunan kesehatan masyarakat. (Mediani et al., 2020)
8. Dinamisator artinya mitra membantu mendorong advokator untuk
mencapai tujuan meskipun berbagai tantangan dan hambatan yang ada.
Sehingga dibutuhkan sikap pantang menyerah, sabar, dan pengetahuan
yang tinggi.
9. Komunikator artinya mitra menjadi pengirim pesan atau informasi yang
ditujukan kepada masyarakat agar nantinya mendukung advocator.
Sebagai komunikator, mitra harus memiliki sikap sabar dan akuntabilitas
agar komunikasi berjalan dengan baik. (Rachmawati, 2020).
10. Motivator artinya mitra berperan dalam membangkitkan semangat dan
potensi-potensi yang dimiliki oleh pihak advocator agar terus berjuang.
11. Pembimbing teknis artinya mitra menjadi orang yang menuntun atau
memberi petunjuk advokator secara profesional, berdasarkan pengalaman,
dan aturan yang ada.
12. Pengembang model promosi kesehatan artinya mitra harus mengetahui
perilaku yang ada di dalam suatu masyarakat, sebab munculnya model
promosi kesehatan ini berdasarkan atas sosial budaya dan potensi daerah
tempat masyarakat tinggal.

2.4 Langkah-langkah penentuan mitra

1. Identifikasi calon mitra potensial


Langkah ini memiliki tujuan untuk lebih mengenal dan
menetapkan pihak yang terkait serta dapat diajak bermitra dengan maksud
untuk malaksanakan sebuah gagasan kemitraaan. Output yang dihasilkan
dari langkah ini yakni berupa daftar pihak-pihak yang diajak bermitra.
Langkah ini memerlukan inisiator dalam proses mengidentifikasi calon
7

mitra. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi calon mitra


antara lain dengan Studi kepustakaan dan studi lapangan. Perlu adanya
penggalian potensi ataupun program dari mitra yang dapat sepadankan
dengan program Kesehatan kain (Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan pada
landasan kemitraan, Adapun kriteria calon mitra yang baik dicari antara
lain:
a. Peduli pada masalah yang dihadapi.
b. Siap mengembangkan komunikasi dua arah.
c. Memiliki cara berpikir dan bekerja yang sistematis.
d. Dapat melakukan pembagian kerja dan koordinasi yang baik.
e. Tulus dalam membantu pelaksanaan kegiatan kemitraaan.
f. Siap berikan saran dan support yang konstruktif bagi implementasi
gagasan kemitraan.
g. Fleksibel, Informal, serta mudah dihubungi.
h. Bersedia menyediakan waktu, tenaga, dan sumber daya lain untuk
kepentingan kemitraan.
i. Mengetahui cara dalam bermitra, lebih baik jika sudah
berpengalaman bermitra.
j. Bersedia dan dapat berkontribusi dalam bentuk gagasan ataupun
“proyek kemitraan” yang sesuai dengan kesepakatan dua pihak.
k. Mempunyai relasi yang baik ataupun bersedia membangun
kedekatan secara sosial, psikologis, dan membantu dalam kesiapan
akses.
l. Siap bergabung pada tim yang solid, dalam satu konsep dan satu
bahasa.
m. Kontribusinya berlanjut dan taat kepada kesepakatan yang telah
dirumuskan bersama.
2. Mencari peluang kerja sama
Langkah ini mempunyai tujuan untuk mengimplementasikan
bagaimana cara membangun kemitraan dengan calon mitra. Tahap ini
8

merupakan saat untuk menjangkau, mendekati, menjajaki, peluang kerja


sama dengan mitra. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mulai menjalin komunikasi dengan mitra antara lain (Bappenas, 2021) :
a. Jejaring pertemanan, mencari peluang kemitraan dapat diawali
dengan pemanfaatan jejaring pertemanan sebagai upaya mendapatkan
dukungan kemitraan. Hal ini dapat dimulai dengan pembuatan daftar
perusahaan atauapun institusi yang berpotensial dapat menjadi mitra.
b. Penggunaan media sosial, dalam hal ini media sosial dapat menjadi
sumber informasi untuk membuka peluang kemitraan. Semakin
menarik program yang dikemas serta informatif dapat berpeluang
besar menarik perusahaan atau institusi untuk bermitra.
c. Pertemuan jejaring kemitraan, dampak dari pertemuan ini
menghasilkan peluang baru untuk menggapai lebih banyak mitra yang
bergabung dalam program yang ingin dicapai.
d. Pengelolaan Mitra lama, adanya kemitraan lama ini dapat
melahirkan mitra-mitra baru semakin bagus reputasi, kepercayaan,
kesamaan visi serta komitmen antara tim dan mitra yang berkembang
sejak lama dapat menjadi modal dalam perluasaan mitra baru
selanjurnya.
e. Pertemuan pembelajaran, hasil dari pertemuan ini berupa
munculnya diskusi-diskusi yang mendalam dari para mitra yang
hasilnya terjadi kesepakatan menjalin kemitraan.
f. Pendekatan formal, pedekatan ini dilakukan dengan mendatangi
langsung ke perusahaan atau institusi yang mau dijadikan mitra,
pendekatan ini membutuhkan usaha dan kesabaran lebih besar. Dapat
saja mitra menolak ataupun tidak ingin bertemu langsung dengan
orang yang tepat di perusahaan ataupun institusi calon mitra, hal ini
menjadi penyebab pendekatan mengunakan cara ini berpeluang
rendah.
9

Adapun Langkah Langkah yang dapat dilakukan dalam mencari


peluang kemitraan dianntaranya:

1. Memilih pendekatan yang paling mungkin dapat memperlancar


komunikasi.
2. Menetapkan agenda dan rencana kapan kegiatan mencari peluang
kemitraan ini dilakukan, hal ini dikarenakan setiap pendekatan
memiliki persiapan waktu yang berbeda beda.
3. Menjalankan rencana mencari peluang dengan pilihan pendekatan
yang sudah ditetapkan.
4. Melakukan evaluasi berkala.
3. Mengenal dan mendalami kepentingan calon mitra
Langkah ini merupakan proses komunikasi antara perusahaan dan
Lembaga untuk mengenal dan meyakinkan bahwa program yang
diusulkan dapat memenuhi kepentingan kedua pihak terkait. Adapun
Langkah Langkah yang dapat dilakukan dalam mengenal dan mendalami
kepentingan calon mitra dianntaranya:
a. Mengumpulkan profil perusahaan calon mitra, seperti lokasi,
gambaran usaha, pasar dan lain sebagainya.
b. Mencari titik kesamaan kebutuhan.
c. Merumuskan manfaat kemitraan bagi perusahaan calon mitra.

4. Membangun kepercayaan dan meyakinkan calon mitra


Dalam menentukan dan menjalin kemitraan langkah yang penting
adalah dengan membangun kepercayaan juga meyakinkan kepada calon
mitra bahwa ketika mereka menjalin kemitraan akan mampu
meningkatkan produktivitas dalam perusahaan atau organisasi mitra dan
juga akan meningkatkan citra yang baik dalam masyarakat sekitar. Rasa
kepercayaan yang dimiliki oleh mitra tidak bisa dijalankan dengan adanya
paksaan maupun adanya tekanan dari kebijakan dan regulasi yang ada,
melainkan rasa kepercayaan dari mitra bisa dimiliki ketika mitra
10

melakukan pertimbangan rasional yang akan menguntungkan bagi


mereka baik dari segi bisnis, ekonomi dan dari segi sosial. Dalam
menumbuhkan rasa percaya serta yakin oleh calon mitra dapat dilakukan
beberapa hal berikut:
a. Melakukan pertemuan secara intensif dengan calon mitra untuk
membangun kedekatan dan juga keakraban yang nantinya dapat
meyakinkan calon mitra.
b. Melakukan komunikasi dengan cara terbuka kepada calon mitra
agar dari kedua belah pihak tidak terjadi kesalahpahaman satu sama
lain.
c. Menjaga kenyamanan dengan calon mitra ketika sudah berhasil
mendapatkan rasa kepercayaan dan keyakinan dari calon mitra.
5. Menyepakati tujuan dan target capaian
Ketika akan menyepakati tujuan dan target capaian bersama
dengan mitra dapat dilaksanakan dengan keadaan nyaman dan akrab
meskipun dalam saat dilakukannya kesepakataan mungkin akan
membahas hal-hal sensitif yang berkaitan dengan regulasi atau kebijakan
yang dikeluarkan nantinya. Dalam menyepakati tujuan untuk mencapai
target capaian sesama mitra bisa dilakukan dengan cara menguraikan
secara terperinci pokok persoalan yang akan dibahas, melampirkan data
disertai fakta-fakta dari persoalan untuk memperkuat masalah yang akan
dibahas, lalu jelaskan kebijakan atau sikap yang akan atau telah dilakukan
untuk persoalan yang dibahas dengan mengkaitkan tujuan serta target
capaian dan yang terakhir kepentingan apa yang bersangkutan dengan
kerja sama antar mitra untuk mengatasi persoalan yang telah dibahas
meliputi skema yang digunakan saat kerja sama, tanggung jawab
dipegang oleh siapa, kejelasan mengenai hak dan kewajiban antar sesama
mitra, dan lainnya sampai persoalan dapat diatasi secara baik juga
terselesaikan. Saat penyampaian tujuan dan target capaian baiknya
memberikan waktu untuk calon mitra melakukan klarifikasi atau bertanya
11

dan memberi perbaikan tentang tujuan dan target yang telah dibuat. Catat
dan konfirmasi kembali mengenai perbaikan yang diusulkan diterima atau
tidak karena usulan atau pendapat yang diberikan harus menguntungkan
dari kedua belah pihak.
Setelah menyepakati tujuan dan target capaian hal selanjutnya
adalah berbagi peran dan sumber daya dari masing-masing mitra.
Pembagian peran dan sumber daya ini adalah wujud nyata dari komitmen
kemitraan yang sebenarnya juga dapat disebut sebagai titik yang
mendasar dalam sebuah jalinan kemitraan. Dalam diskusi penentuan
peran ini dapat dibantu dengan pembuatan matriks yang memudahkan
proses ini karena dalam pembagian peran ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk memberi gambaran peran dan sumber daya yang
diperuntukkan untuk kepentingan kemitraan ini.
6. Menegaskan komitmen dalam perjanjian kerja sama
Bentuk komitmen dalam perjajian kerja yang dimaksud dapat
berupa adanya MOU (Memorandum of Understanding) yang kemudian
bisa ditetapkan dalam bentuk perjanjian kerja sama. Pembuatan MOU ini
bisa memerlukan banyak waktu karena harus memiliki kesepakatan yang
dirinci dari kedua belah pihak dan membutuhkan tanda tangan yang
melibatkan proses hukum yang legal. Dalam menyusun perjanjian
kemitraan ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu sebagai
berikut:
a. Menyusun draft perjanjian yang dapat berupa rincian secara detail
menurut pada kesepakatan peran dan alur pembagian kerja yang
telah disepakati sebelumnya.
b. Menyepakati draft perjanjian yang telah dibuat. Draft nantinya
dikirimkan terlebih dahulu untuk dipelajari oleh calon mitra.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kesepakatan draft
yang dibuat yaitu mengenai anggaran, bagaimana cara pencairan
pendanaan, kepemilikan, logo yang dimuat, dan lainnya.
12

c. Penandatanganan perjanjian yang telah dibuat. Disaat perjanjian


telah disepakati oleh kedua belah pihak, perjanjian bisa
ditandatangani dan perlu untuk dicatatkan dalam berita acara. Jika
perlu dalam proses penandatanganan dapat mendatangkan media
untuk kelancaran penandatanganan perjanjian.
7. Merawat relasi dan hubungan kemitraan
Tahap penandatanganan perjanjian telah dilakukan selanjutnya
tahap untuk merawat hubungan kemitraan yang telah dibangun. Dalam
pelaksaan hubungan kemitraan tentunya tidak mungkin berjalan mulus
tanpa ada masalah yang mendatangi. Ketika dalam suatu hubungan
kemitraan mendapati adanya masalah yang datang dan adanya beberapa
hal yang melenceng dari perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya
tahap perawatan hubungan kemitraan ini dapat dilakukan dengan
melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan sesuai dengan keadaan
yang sedang dihadapi. Untuk merawat relasi dan hubungan kemitraan ini
dapat juga dilakukan dengan beberapa cara berikut:
a. Perawatan relasi menurut prinsip sebaiknya dilakukan secara
berkala tanpa menunggu munculnya masalah atau tantangan yang
akan datang.
b. Perawatan relasi ketika masalah atau tantangan telah muncul dalam
sebuah kemitraan dapat dilakukan dengan peran fasilitator
kemitraan untuk dapat menumbuhkan rasa peka dan mampu
menelisik kemunculan masalah disertai dengan cara antisipasinya.
c. Bersikap terbuka dan menerima pendapat lain untuk menemukan
jalan keluar dari sebuah masalah yang dihadapi dengan
menomorsatukan komunikasi dalam hubungan kemitraan karena
tantangan atau masalah yang terjadi dalam kemitraan merupakan
masalah yang dimiliki bersama yang tentunya harus diselesaikan
secara bersama.
13

d. Ketika pihak mitra tidak dapat menyelesaikan masalah yang timbul


maka hal yang dapat dilakukan adalah menghadirkan mediator
untuk menengahi penyelesaian masalah melalui musyawarah untuk
menjaga relasi dan keakraban dari kemitraan tetap terjaga.
e. Dalam upaya penyelesaian masalah atau tantangan ini pihak
masyarakat atau pihak yang menerima manfaat dari adanya
kemitraan yang telah dibangun ini perlu dihadirkan dalam upaya
pemecahan masalah tertentu karena hadirnya masyarakat juga dapat
dijadikan sebagai penengah jika terjadi konflik atau perseteruan
kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam menyelesaikan
masalah yang ada.

2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kemitraan

Tahapan sebelum menjalin kemitraan pasti harus mempertimbangkan


siapa dan instritusi apa yang menjadi mitra. Pertimbangan dalam hal memilih
dan mencari mitra mana yang cocok dengan maksud dan tujuan yang ingin
dicapai. Sehingga diharapkan kerja sama yang terjalin mendapat hasil yang
sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menjalin kemitraan
dalam hal memilih dan mencarinya adalah: (Darwis and Lagora, 2022):

1. Mitra Memiliki Pengalaman Bekerja Sama


Mitra yang baik adalah yang memiliki pengalaman dalam hal kerja sama.
Hal tersebut dapat dilihat saat diskusi bersama, bagaimana cara mitra
berpikir secara cepat, lalu kemampuan Analisa, dan menyimpulkan suatu
nasalah bahan diskusi. Selain itu, yang terpenting adalah keputusan yang
diberikan apakah sesuai harapan pihak yang meminta kerja sama atau
tidak.
2. Mitra Memiliki Motivasi yang Sama
Masing-masing mitra pasti memiliki karakteristis yang berbeda-beda
termasuk dalam menumbuhkan motivasi dalam institusinya. Pihak
peminta kerja sama dengan mitra harus memiliki kesamaan motivasi, visi,
14

dan misi. Hal tersebut agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
beriringan dan menghindari konflik di pertengahan jika dari awal sudah
memiliki arah yang berbeda.
3. Mitra Dapat Menjadi Pendukung
Jalinan kerja sama berfungsi untuk saling melengkapi satu sama lain yang
diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimal. Mitra yang baik
dapat menjadi penguat kelebihan dan pelengkap kekurangan. Jadi,
sebelum bermitra harus saling mengetahui satu sama lain agar menemukan
kecocokan untuk menjalin kerja sama yang baik.
4. Memahami Arti Kata The Power of Two
Kerja sama harus sama-sama berjalan keduanya agar tujuan yang ingin
divapai berhasil, tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri. Semakin banyak
program kerja yang dijalankan bersama, maka semakin banyak pula
kemungkinan konflik yang terjadi. Maka, pimpinan kedua belah pihak
harus membuat keputusan yang sepakat dan berdampak baik bagi
keduanya.
5. Memilih Mitra Faktor Pertemanan
Memilih mitra karena pertemanan tidak boleh dilakukan karena dalam
memilih mitra harus objektif dan sesuai kebutuhan. Faktor pertemanan
dalam kemotraan dapat mengganggu jalinan kerja sama yang dipengaruhi
urusan pribadi. Apabila kemitraan selesai, pertemanan juka akan ikut
selesai berdasarkan beberapa pengalaman. Maka dari itu, dalam memilih
mitra tidak dianjurkan bersama orang-orang terdekat agar dapat berjalan
sesuai tujuan.
6. Mengatahui Kapan Harus Berpisah
Saat awal ingin bermitra harus ada perjanjian secara tertulis hingga
berpisah untuk memudahkan saat memutus hubungan di kemudian hari.
Hal tersebut dikarenakan jalinan kerja sama pasti akan ada saatnya selesai
karena beberapa hal. Jadi, sebelum memutuskan bermitra pastikan mitra
15

yang akan diajak kerja sama menyetujui adanya perjanjian secraa tertulis
di awal hingga akhir atau tidak.
2.6 Kunci Keberhasilan Kemitraan

Menjalin kemitraan selain harus memperhatikan saat memilih dan


mencari, juga memerlukan pertimbangan terkait keberhasilan kerja sama yang
terjalin. Berikut merupakan beberapa hal agar dalam menjalin kemitraan dapat
berhasil sesuai tujuan awal (Darwis and Lagora, 2022):
1. Cooperation (adanya sharing visi dan misi)
Seluruh pihak yang akan atau sedang menjalin kemitraan pastinya
mempunyai visi dan misi tersendiri. Pada saat menjalin kemitraan sudah
seharusnya terdapat kerja sama yang menguntungkan antar mitra dalam
tercapainya visi dan misi tersebut. Oleh karena itu, visi dan misi harus
dapat diketauhi dan dipahami.
2. Coordination (adanya sharing tujuan)
Pada saat melaksanakan rangkaian kegiatan pada kemitraan, antar pihak
harus mempunyai tujuan yang jelas dalam pelaksanaan setiap kegiatan.
Setiap pihak perlu adanya koordinasi terkait apa yang akan dilakukan,
tujuan yang akan dicapai, dan teknis untuk pelaksaannya. Antar pihak juga
memerlukan komunikasi yang efektif, baik seacra formal maupn non
formal, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung, dan dapat
memanfaatkan media komunikasi dengan bijak.
3. Collaboration (adanya sharing sumber daya)
Seluruh pihak yang terlibat dalam kemitraan pasti memiliki keterbatasan
dalam hal persoalan sumber daya. Maka dari itu, pada saat membangun
dan melaksanakan kemitraan seharusnya dapat saling menutupi dan
mengisi antar sumber daya. Hal ini berrtujuan agar kegiatan advokasi dapat
berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi
yang optimal dapat terjalin apabila masing-masing pihak telah memahami
sejauh mana kekuatan setiap sumber daya dan adanya koordinasi antar
16

pihak yang terkait. Dalam mencapai keberhasilan pada kemitraan,


diperlukan totalitas antar pihak yang harus diperhartikan dan dilaksanakan
pada kegiataan advokasi.
4. Creation of Dynamic Team (terbentuknya tim yang dinamis)
Tim yang dinamis adalah tim yang antar anggotanya memiliki kierja yang
tinggi dan dapat memanfaatkan seluruh energi dengan optimal agar dapat
menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Para anggota seharusnya telah
memahami potensi dan kelemahan pada tim untuk tercapainya tujuan yang
sudah disepakati bersama. Tim yang dinamis diharapkan dapat menopang
kreatifitas untuk membantu pencapaian dalam tujuan.
5. Commitment (adanya kesepakatan bersama)
Selain memiliki kerrsama dan kemampuan kerja yang baik, komitmen juga
merupakan hal yang penting sebagai kunci keberhasilan kemitraan.
Komitmen antar setiap pihak dalam kemitraan bertujuan sebagai
pembangunan kesehatan dalam jangka panjang sehingga kegiatannya
dilaksanakan secara berkesinambungan. Komitmen dibutuhkan dalam
melaksanakan fungsi dan tugas sesuai dengan jobdesk yang telah
disepakati. Antar anggota juga harus paham terhadap tanggung jawab
terhadap program kegiatan yang saling berkaitan dan mempengaruhi pihak
lainnya
17

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemitraan dalam advokasi dilaksanakan untuk menjalin hubungan


dengan pihak lain supaya mendapatkan dukungan dalam mencapai tujuan
advokasi. Institusi yang bisa menjadi mitra antara lain instansi pemerintahan,
institusi pendidikan, dan media massa. Peran mitra dapat berupa katalisator,
fasilitator, donatur, penggerak masyarakat, advokator, pendukung sumber daya,
dinamisator, pengembang model promosi, hingga pembimbing teknis. Dalam
menentukan mitra, langkah-langkah yang perlu diambil yaitu: mengidentifikasi
calon yang potensial, mencari peluang kerja sama, mengenal calon mitra,
membangun kepercayaan, menyepakati tujuan serta target capaian, dan
menegaskan komitmen kerja sama. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain: mitra memiliki pengalaman kerja sama, motivasi yang sama, bisa
menjadi pendukung, memahami kekuatan kerja bersama, tidak memilih hanya
karena faktor pertemanan, dan mengetahui waktu berpisah.

3.2 Saran

Pemilihan institusi kemitraan penting untuk diperhatikan sebab mitra


yang tepat akan mempermudah mencapai tujuan advokasi. Oleh karena itu,
pihak yang ingin melakukan advokasi harus memerhatikan kesesuaian jenis
institusi dan perannya, kerjasama apa yang akan dilakukan, serta benefit yang
akan didapatkan kedua belah pihak. Selain itu juga harus mengikuti langkah-
langkah serta memberikan perhatian pada hal-hal yang perlu diperhatikan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas (2021). Panduan membangun kemitraan.

Darwis and Lagora, M. R. (2022). Membangun Kemitraan Kesehatan. 1st edn, CV.
Green Publisher Indonesia. 1st edn. Edited by Komarudin. Cirebon: CV. Green
Publisher.

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (2019a) Buku Panduan


Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gerakan
Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (GERMAS).

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (2019b) Buku Panduan


Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Gerakan
Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (GERMAS). Available at:
https://promkes.kemkes.go.id/pub/files/files68278Final BUKU KEMITRAAN
2019.pdf.

Kemenkes RI (2019). Buku Panduan Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan,


Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Gerakan Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (GERMAS).

Khumairah, P. V., Angraeni, R. and Darwis, D. (2022). ‘Advokasi Kesehatan’, Jurnal


Kesehatan USIMAR, 1(1), pp. 1–13.

Rina, B., Abdulhak, I. and Shantini, Y. (2020). ‘Jalinan Kemitraan Program


Posyandu dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan’,
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 4(2), pp. 112–123. doi:
10.21831/diklus.v4i2.31620.

Tumurang N. Marjes (2018). ‘Buku Promosi Kesehatan-Marjes Tumurang’, pp. 1–


164.

Anda mungkin juga menyukai