Anda di halaman 1dari 12

TUGAS LATIHAN SOAL KASUS KEPEMIMPINAN SISTEM BERFIKIR

Nama : 1. Indah Puspa Wijaya Zebua (0801183359)


2. Khairul Amri (0801183305)
3. Khairunnisa (0801183496)
4. Khofifah Octavia (0801183368)
5. Lili Surya Pratiwi (0801182213)
6. Muhammad Alfarisi Hasibuan (0801183305)
7. Nuraini Rosif Harahap (0801181101)
8. Widya Pratiwi Ningtiaz (0801183438)

Kelas : 3 IKM 8
Kelompok : 2 ( Dua )
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu : Yulia Khairina Ashar, SKM, M.K.M.
Mata Kuliah : Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan
Masyarakat
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan Rahmat,Hidayat dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kasus mengenai sistem berfikir tepat pada waktunya.
Penyusunan tugas ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung dari berbagai
pihak terkhusus untuk keluarga yang selalu menyuport segala kegiatan kami, sehingga dapat
memperlancar dalam penyusunannya .Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Namun tidak terlepas dari semua itu, bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan baik dari
segi penyusunan maupun kata-kata yang dipergunakan. Oleh karena itu,dengan lapang dada
kami menerima segala kritikan dan saran.
Demikian yang bisa kami sampaikan semoga tugas ini bisa memberi manfaat bagi semua pihak
yang membacanya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi

Pembahasan
Latihan Kasus 1.................................................................................. 1
Latihan Kasus 2.................................................................................. 2
Latihan Kasus 3.................................................................................. 3
Latihan Kasus 4.................................................................................. 6
Latihan Kasus 5.................................................................................. 7

Penutup
Kesimpulan........................................................................................ 9
PEMBAHASAN

LATIHAN KASUS
1
Setelah 21 orang meninggal dan 13 luka-luka di Pasuruan, anak ke dua H Syaikon di tetapkan
sebagai tersangka. Yang meninggal diidentifikasi dengan cepat. Polisi mempermaslahkan karna
tidak adanya koordinasi, pemerintah menyatakan prihatin. MUI/badan ziswaf berhimbauuntuk
berzakat melalui amil/badan resmi.Ketua fatwa MUI Jatim jugamenyatakan haram. Diskusikan
apa yang dilakukan bila kita berfikir reaktif, responsive, dan generatif?
Pembahasan :
 Mengenai kasus ditas bila kita berfikir secara reaktif maka dalam kasus ini yang
bertindak sebagai objek adalah korban 21 orang meninggal dan 13 luka-luka.
Terutama penerima zakat yang sampai kehilangan nyawa. Disatu sisi dapat kita lihat
bahwa subjek atau tersangka dalam tragedi ini ialah anak kedua H Syaikon karna
sebelumnya ketua fatwa MUI Jatim telah menyatakan hal ini haram, MUI atau badan
ziswap telah menghimbau untuk berzakat melalui amil/badan resmi serta tidak adanya
koordinasi terhadap aparat pemerintah dan polisi.
 Mengenai kasus diatas bila kita berfikir secara responsive maka kasus ini sering
terjadi pada waktu saat pemberian zakat. Dalam tragedi ini 21 orang meninggal dan
13 orang luka-luka, yang menjadi korban tersebut segera diidentifikasi dengan cepat.
Setelah identifikasi dengan lanjut anak H Syaikon di tetapkan sebagai tersangka
dengan bukti-bukti yang kuat.
 Mengenai kasus diatas bila kita berfikir secara generatif maka dapat kita ketahui
bahwa penyebab terjadinya tragedi ini adalah anak kedua H Syaikon tidak
menerapkan peraturan yang telah dikeluarkan MUI yang telah menghimbau utuk
berzakat melalui amil/badan resmi serta tidak adanya koordinasi terhadap aparat
pemerintah dan polisi. Sehingga pemberian zakat ini berjalan tidak kondusif dan
banyak menimbulkan korban.

1
LATIHAN KASUS
2
Umi 12 thn dilarikan ke RSUD Mamuju Sulbar dalam keadaan pingsan tak mampu menahan
sakit karena sekujur tubuhnya telah dipenuhi ulat sesudah 2 tahun lamanya sakit dan tak mampu
berobat. Berita tsb dimuat di media masa, Presiden SBY memerintahkan Kadinkes untuk
menangani. Diskusikan apa yang dilakukan bila kita berpikir reaktif, responsif dan generatif?
Pembahasan :
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara reaktif
dapat saya temukan yang sebagai objek adalah umi. Orang tuanya yang tak mampu
membawa dirinya berobat dengan layak karena Ekonomi . Sedangkan di sisi lain yang
bertindak sebagai subjek atau pelaku nya ada dipihak RSUD Mamuju Sulbar yang tidak
bisa melanjutkan pengobatan yang selama ini sudah dijalankan oleh umi demi untuk
kesehatan dirinya dikarenakan kekurangan biaya administrasi yang selama ini menjadi
problem utama di pihak keluarga nya. Kemudian disini juga ada Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono yang memerintahkan langsung Kadinkes untuk bergerak
membantu kesehatan dari Umi yang tak mampu membiayai dirinya untuk layanan
kesehatan terhadap penyakit yang dimiliki nya tindakan seperti ini sangat layak untuk
dilaksanakan namun lebih baiknya lagi ketika permasalahan terhadap administari di
rumah sakit di Indonesia itu mudah diselesaikan.
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melalukan dan berfikir secara responsive
maka hasil dalam kasus yang seperti ini bukan Cuma sekali dua kali kejadian seperti ini
sering terjadi terutama di Indonesia sendiri tidak hanya dipedesaan tapi juga diperkotaan.
Contohnya dalam penelitian kami terhadap beberapa kasus yang sama pernah terjadi
seperti ini pada umumnya sedikit kurangnya ada sekitar 300 lebih kasus penolakan
dikarenakan administrasi selama satu tahun yang sekarang menjadi permasalahan dan
problem dalam kesehatan, adanya layanan kesehatan BPJS tidak sangat begitu pengaruh
ke layanan kesehatan yang ada, tetapi malahan sekarang banyak sekali permasalahan
yang ada di layanan yang kita harap sangat berperan penting dalam kesehatan kita.

2
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara generative
bahwasannya banyak sekali kemungkinan terjadinya hal yang seperti ini. Yang pertama
disebabkan karena faktor ekonomi keluarga yang sangat mungkin menjadi faktor utama,
yang kedua dari faktor ketidaksiapan sebuah rumah sakit terhadap pasien yang memiliki
penyakit seperti itu dikarenakan tidak lengkapnya sarana dan prasarana yang memadahi
yang mewajibkan rumah sakit untuk sangat memperhatikan hal tersebut yang sudah
diterah dalam pasal UU kesehatan. Kemudian harus adanya support atau dukungan dan
kestabilan layanan kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia mau dimana pun dan
seperti apa.

LATIHAN KASUS
3
PENERTIBAN PKL & DAN TEMPAT HIBURAN MALAM PADA SAAT RAMADHAN
1. Seorang psk menceburkan diri ke kali menghindari kejaran tamtib.

Pembahasan :
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara reaktif
maka dalam kasus ini yang pelakunya adalah psk, psk melakukan seks bebas pada saat
bulan ramadhan, sehingga ia sampai dikejar-kejar oleh tamtib, seharusnya pada saat
bulan ramadhan para psk berhenti untuk bekerja sebagai psk dan jika bisa mencari
pekerjaan yg lebih layak atau yg lebih pantas untuk para wanita.

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara
responsive maka dalam kasus ini banyak terjadi terutama di kota- kota besar yg
melakukan hubungan seksual seperti di daerah bandung, Sulawesi dan di tempat daerah-
daerah lainnya. Umumnya sering terjadi terlebih pada saat menjelang bulan Ramadhan
dan hari raya Idul Fitri. Hal ini membuat semakin banyaknya orang yang terkena
penyakit hiv-aids, serta merugikan diri sendiri dan orang.

 Mengenai kasus diatas maka jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara
3
generative kita dapat mengetahui bahwa para pekerja psk mencari atau mendapatkan
uang dengan cara menjual diri mereka kepada lelaki hidung belang, minimnya lapangan
kerja juga membuat mereka beralih sebagai psk disamping ingin hasil yang banyak dan
dalam waktu yang cepat namun mereka tidak memikrikan bahaya kesehatan baik diri
sendiri dan orang lain. Tugas kita hanya bisa memngingatkan akan resiko besar yang
berkaitan dengan kesehatan mereka dibalik pekerjaan psk juga memberi masukan kepada
mereka supaya mencari pekerjaan yg lebih baik untuk mereka.

2. Tangisan para pkl saat seluruh barang dagangannya digaruk

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara reaktif
maka dalam kasus ini yang pelakunya adalah satpol pp, dan korbannya adalah pedagang
kaki lima, namun dalam hal ini satpol pp bukan berarti menjadi pihak yang bersalah
mereka hanya mengikuti perintah dari atasan yang seharusnya dilakukan malah
sebaliknya seharusnya pedagang kaki lima berjualan di tempat-tempat yg sudah ada
aturannya untuk tidak boleh berjualan ditempat tersebut, tetapi mereka melanggarnya dan
terpaksa barang dagangan mereka di angkut oleh satpol pp dan meminta pedagang untuk
datang ke kantor agar bisa dapat mengambil barang dagangan mereka kembali.

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara
responsive maka dalam kasus ini banyak terjadi di tempat-tempat seperti taman kota,
pinggir jalan, balai kota, serta tempat-tempat umum lainnya. Hal ini menyebabkan tempat
umum tersebut banyak sampah berserakan dan merusak keindahan suatu tempat.

 Mengenai kasus diatas maka jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara
generative kita dapat mengetahui bahwa para pedagang seharusnya berjualan di tempat-
tempat yang telah di tentukan atau yang diperbolehkan, agar tidak menggangu yang lain.

3. Kerusuhan karena PKL melakukan perlawanan karena selama ini selalu membayar pada
petugas
4
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara reaktif
maka dalam kasus ini PKL sebagai pelaku kerusuhan terhadap petugas yang menjadi
korban. Dalam sisi lain dapat kita ketahui bahwa petugas sedang menjalankan tugasnya
untuk mengamankan tempat kejadian peristiwa (TKP), kericuhan ini pada dasarnya
dilandasi rasa kekecewaan terhadap petugas yang menimbulkan adanya perlawanan.

 Mengenai kasus diatas jika kita berfikir secara responsive hal hal seperti ini sudah tidak
asing lagi terdengar tercatat dalam beberapa kasus yang terjadi di awal tahun di Jakarta
polisi sudah menetapkan 2 tersangka kericuhan PKL dengan petugas di tanah abang. Dan
kasus seperti ini selalu terjadi di setiap bulannya bahkan di setiap ada penertiban PKL.

 Mengenai kasus diatas jika kita berfikir secara generative hal ini di dasari rasa kecewa
terhadap petugas. Mereka merasa sudah membayar tempat kepada petugas lantas kenapa
masih di lakukan penertiban dan penggusuran tempat lokasi berjualan. Jika memang
terbukti bahwa petugas yang melakukan penertiban lokasi berjualan sama dengan petugas
yang menerima uang pembayaran dari para PKL maka dalam hal ini petugas dapat di
ganjar hukuman. Namun berdasarkan fakta di lapangan terkait dengan berita dan data
yang kami cari biasanya para PKL membayar pada preman setempat yang bukan
merupakan petugas dan motif kerusuhan juga pada dasarnya di provokasi oleh para PKL
yang menentang petugas.

Menyikapi kasus diatas yang dapat kita lakukan ialah penegakkan hukum yang bersifat
independen dan permanen. Dalam arti ketika upaya penertiban sudah dilakukan maka
usahakan untuk mensterilkan lokasi tempat PKL biasa berjualan seperti taman kota, pusat
kota, pinggir jalan, trotoar, dll. Agar hal serupa tidak terulang lagi. Jika penertiban hanya
dilakukan sebatas mengusir para PKL maka hal serupa akan terus menerus terjadi tanpa
ada penegakkan hukum yang pasti. Dan seharusnya apara pemerintah menentukan dan
membuatkan lokasi berjualan untuk para PKL agar terlihat bersih dan tertib.

5
LATIHAN KASUS
4

Seorang bayi ditolak beberapa rumah sakit di DKI Jakarta saat membutuhkan NICU, hingga
akhirnya meninggal dunia. Ramai-ramai media massa memberitakan & mengecam rumah sakit.
Diskusikan apa yang dilakukan bila kita berpikir reaktif, responsif dan generatif?
Pembahasan :
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara reaktif
maka dalam kasus ini yang bertindak sebagai objek adalah bayi, orang tua bayi dan
keluarga bayi. Terutama bayi yang posisinya sampai kehilangan jiwa dan orang tua yang
kehilangan anaknya. Sedangkan di satu sisi kita dapat melihat bahwa subjek atau pelaku
dalam kejadian tersebut ialah pihak rumah sakit terutama dalam bagian administrasi
pelayanan kesehatan karena ketika seseorang memutuskan untuk melakukan pengobatan
atau perobatan di suatu rumah sakit maka yang pertama akan kita lakukan adalah
mengenai administrasi.

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melalukan dan berfikir secara responsive
maka dalam kasus ini sering terjadi terutama di Indonesia sendiri. Contohnya dalam studi
jurnal yang kami ambil berdasarkan data ada sekitar 300-400 persen kasus penolakan
yang terjadi setap tahunnya. Dan hal ini meningkat setiap tahunnya terlebih lagi dengan
adanya pelayanan seperti BPJS yang membuat angka pengobatan di rumah sakit semakin
meningkat dan tidak menutup kemungkinan angka penolakan juga tinggi. Berkaitan
dengan kasus itu proses hukum telah tertera dalam.

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara generative
kita dapat mengetahui bahwa penyebab mengapa hal ini dapat terjadi bisa saja rumah
sakit mengatakan terbatasnya saran dan prasarana padahal dalam pasal 32 UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan tegas menyatakan bahwa, fasilitas kesehatan baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
6
Kewajiban memberikan pertolongan kepada pasien ini juga berlaku bagi tenaga
kesehatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 59 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan. Pimpinan rumah sakit atau tenaga kesehatan yang menolak
pasien dalam keadaan darurat bisa dipidana dan dikenakan denda sebagaimana diatur
dalam Pasal 190 UU Kesehatan.

LATIHAN KASUS
5
Misran, perawat dari Kaltim divonis hakim dengan 3 bulan percobaan karena telah memberikan
obat keras (daftar G/K) kepada pasiennya. Ia bertanggungjawab terhadap 9 desa di sana tanpa
bantuan tenaga kesehatan lain. Ramai-ramai wacana Pro-Kontra, ada gugatan ke MK untuk UU
Kesehatan
Pembahasan :

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara reaktif
maka dalam kasus ini yang bertindak sebagai pelaku adalah Misran seorang tenaga
kesehatan yang berprofesi sebaga perawat. Dalam kasus diatas belum ditemukan adanya
korban jiwa namun resiko ini dapat terjadi dengan pemberian obat keras terhadap objek
dan sasaran dari orang orang atau pasien yang diberikan obat keras oleh Misran di 9 desa.

 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melalukan dan berfikir secara responsive
maka dalam kasus ini umumnya dapat kita temukan di pedesaan yang notabene nya
memiliki tenaga kesehatan yang minim, terlihat dalam keterangan kasus Misran seorang
diri yang menanggung jawabin sebanyak 9 desa. Hal ini tentu tidak boleh karena akan
terjadi pelayanan yang tidak efektif mengingat Misran hanya seorang diri dan berprofesi
sebagai perawat bukan dokter atau spesialis lainnya. Hal ini sesuai dengan informasi
yang kami dapat kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 128
daerah/kabupaten terpencil kekurangan tenaga kesehatan.

7
Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kemenkes Usman Sumantri mengatakan, daerah-daerah ini disebut terpencil karena
secara ekonomi tertinggal dibandingkan kabupaten lain.
 Mengenai kasus diatas jika kita mengambil atau melakukan dan berfikir secara generative
kita dapat mengetahui bahwa penyebab mengapa hal ini dapat terjadi adalah sebagai
berikut
 Misran merupakan seorang perawat dengan tanggung jawab yang besar hal ini dapat
mempengaruhi daya kerja nya yang salah
 Kelalaian Misran dapat menjadi penyebab dalam kasus ini
 Terbatasnya keuangan dan ekonomi di pedesaan membuat Misran membuat pasokan
obat-obatan yang apa adanya
 Minimnya pengetahuan dasar tentang obat-obatan membuat Misran salah dalam
member obat.

Hal ini didukung dengan pernyataan Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), Harif Fadillah, mengungkapkan realita terkait minimnya tenaga kesehatan,
khususnya perawat di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari ratio perbandingan tenaga
kesehatan per jumlah penduduk. Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh World
Health Organization (WHO), seharusnya ratio perawat di Indonesia berada di level
18:10.000.

8
PENUTUP
Kesimpulan

Dalam sistem berfikir kita dituntut untuk menyikapi segala suatu baik masalah ataupun
peristiwa dengan teroganisir di mulai dari bagaimana perilaku kita, respon terhadap masalah dan
pengetahuan kita tentang hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Hal ini nantinya akan
sangat bermanfaat dalam menyikapi kehidupan sehari hari. Berfikir sistem juga menuntut kita
untuk tidak cepat dalam memberikan suatu kesimpulan tehadap permasalahan yang terjadi. Di
Indonesia sendiri banyak peristiwa yang dapat diidentifikasi terkait dengan sistem berfikir.
Terlebih lagi masalah kesehatan baik dari siapa pelaku dan siapa obejk atau sasarannya.

Anda mungkin juga menyukai