Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN JAMBAN DESA DAN JAMBAN KOTA

Menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk
membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus. Menurut Kusnoputranto (2005),
jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran
sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab
suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan.
Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok karena kotoran
manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit multikompleks. Beberapa penyakit yang
dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing
(Notoadmodjo,2007).
Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut Kusnoputranto
(1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan
tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian
lain menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu
tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan
mengganggu estetika.
Menurut Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air minum.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di
sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih.
Permasalahan Jamban Desa
1. Tidak Memiliki Jamban Keluarga
Sudah menjadi tradisi masyarakat desa menggunakan jamban umum yang ada didesa
karena tidak memiliki jamban keluarga, masyarakat sudah terbiasa untuk menggunakan
kolam sebagai tempat jamban sehari-hari. Dan pembuangan limbah tinja langsung dialiri
kebadan sungai karena tidak memiliki septitenk sebagai penampuang limbah dari jamban.
Mereka menggunakan jamban secara bersamaan, biasanya letak jamban berada dibadan
sungai.
2. Sikap Dan Perilaku Masyarakat
Masyarakat desa memiliki tingkat pengetahuan yang sudah cukup baik namun sikap dan
perilaku masyarakat menunjukkan bahwa mereka sudah terbiasa untuk tidak
menggunakan jamban keluarga dan ditambah lagi dengan faktor perekonomian mereka
yang tidak mencukupi untuk membuat jamban keluarga.
3. Faktor ekonomi
Masyarakat desa tidak memiliki jamban keluarga karena faktor ekonomi yang tidak
memadai. Sebagian besar mata pencarian masyarakat desa sebagai petani, buruh dan
pedagang.

Permasalahan Jamban Kota


1. Tidak memiliki septictank
Masyarakat kota tidak memiliki septictank pribadi dikarenakan tidak memiliki lahan yang
cukup untuk membangun septictank yang sesuai standar yaitu dengan jarak minimal 10m
dari sumber air bersih agar tidak terjadinya pencemaran air oleh bakteri melalui aliran air
tanah.
2. Kontruksi Jamban Keluarga
Kontruksi pada jamban harus miring kearah lubang jamban sehingga tinja akan segera
masuk kedalam lubang yang memudahkan masuknya tinja masuk kedalam saluran
pembuangan hal ini akan mencegah serangga maupun tikus menjamah tinja. Kemudian
lantai dan dinding harus kedap air agar tinja tersebut tidak masuk dan meresap kedalam
tanah sehingga tidak mencemari tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004, syarat-syarat jamban sehat, Departemen RI, Jakarta

Kusnoputrsnto.H, 2005, Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia, Depok Jakarta.

Madjid S, 2009, Pengetahuan dan Tindakan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jamban


Keluarga.Http.//dapinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-
masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/. Diakses 27 Februari 2019.

Notoadmodjo,S,2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Novela V, dewata indang; azka nizwardi, tahun 2018, Analisis Pemanfaatan Program seribu
jamban tahun anggaran 2013-2014 di kabupaten lima puluh kota, fakultas kesehatan masyarakat,
universitas andalas padang, padang.

Pruverawati, 2012, Kesehatan Lingkungan, Alfabeta, Bandung.

Pulungan aminah arfah; hasan wirsal; nurmaini tahun 2013, faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepemilikan jamban keluarga di desa sipange julu kecamatan sayur matinggi kabupaten
tapanuli selatan , fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara, medan.

Anda mungkin juga menyukai