OLEH:
Disusun Oleh :
FARAH NUR AZIZAH
NPM.15.07.0250
DI PUSESMAS SUNGAI BESAR TAHUN 2019
Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh:
Dosen Pembimbing Pembimbing Instansi
Mengetahui,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedesaegepty dan Aedes albopictus yang tersebar luas di rumah-
rumah dan tempatumum diseluruh wilayah Indonesia, kecuali yang
ketinggiannya lebih 1000 meter di atas permukan laut. Penyakit ini
terutama menyerang anak yang ditandai dengan panas tinggi, perdarahan
dan dapt mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah (Djunaedi,
2006).
Data Depkes RI tahun 2013, Hingga pertengahan tahun ini, kasus
demam berdarah terjadi di 31 provinsi dengan penderita 48.905 orang,
376 di antaranya meninggal dunia. Jumlah penderita demam berdarah
pada semester pertama tahun ini menunjukkan kenaikan dibanding tahun
lalu. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat 90.245 penderita. tahun 2010
angka kematian mencapai 0,87 persen, pada tahun 2011 meningkat
menjadi 0,91 persen dan sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 0,90
persen dengan total kasus tahun 2012 sebanyak 90245 penderita dan
jumlah kematian 816 penderita. Tahun 2013 selama Januari-Juni DBD
dilaporkan terjadi di 31 provinsi dnegan jumlah kasus sebanyak 48.905
penderita, dan 376 diantaranya meninggal dunia. Provinsi yang dilaporkan
KLB DBD tahun 2013 yaitu Lampung,Sulsel, Kalteng, dan Papua.
Di Pulau Kalimantan, Kalsel menempati urutan kedua terbanyak
penderita DBD setelah Kalimantan Tengah. Pada 2016, ia mencontohkan
ada 4.085 pasien kasus DBD se-Kalsel, 29 orang di antaranya meninggal
dunia. Perinciannya, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut
masing-masing tercatat ada lima orang tewas, Kabupaten Tabalong ada
empat orang meninggal, dan Kabupaten Tanah Bumbu, Tapin, dan Kota
Banjarbaru masing-masin 2 orang tewas.Kemudian Kabupaten Kotabaru
ada 3 orang tewas, dan Kabupaten Barito Kuala, Balangan, Hulu Sungai
Selatan, dan Hulu Sungai Tengah masing-masing satu orang meninggal
dunia. Menurut dia, mayoritas korban tewas akibat DBD berusia 2 - 12
tahun. Untuk tahun 2017 tercatat ada 547 pasien kasus DBD se-Kalsel,
dua di antaranya tewas asal Kabupaten Tanah Laut dan Kandangan
(Kabupaten HSS). Sedangkan di tahun 2018 baru tercatat 103 pasien
hingga bulan Februari dan belum ada laporan pasien yang meninggal
dunia. Untuk tahun 2019 sejak Januari sampai 5 Februari 2019 sudah ada
508 kasus.Untuk kematian ada tiga di Banjarbaru, satu di Tanah Laut dan
satu lagi di Tapin.
Sadar atas ancaman DBD, Dinkes Kalsel terus melakukan
pelatihan kepada petugas di Puskesmas dan mengaktifkan lagi juru
pemantau jentik (jumantik), setelah sempat vakum karena keterbataan
anggaran. Pihaknya sudah mengusulkan agar bisa mengaktifkan kembali
petugas jumantik dengan insentif memakai Dana Desa. “Nilai uang
insentifnya antara Rp 100 ribu dan Rp 200 ribu per bulan, karena petugas
jumantik kerjanya tak setiap hari, hanya sewaktu waktu dibutuhkan.
Pola pembasmian nyamuk dengan cara fogging kurang efektif
karena hanya membunuh nyamuk dewasa sementara bibit atau sarang
nyamuknya telur tak terjangkau. Jadi yang lebih praktis dengan PSN dan
mengaktifkan gerakan bersama Jumat Bersih. Meningkatnya jumlah kasus
serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin
baiknya transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya
perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya
vector nyamuk hampir diseluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel
tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. faktor yang mempengaruhi
kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor host,
lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat serta faktor virusnya sendiri.
Faktor host yaitu kerentanan dan respon imun; faktor lingkungan yaitu
kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin,
kelembapan, musim); kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku,
adat istiadat) (Depkes RI, 2004).
Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan (penyakit DBD), masih banyak berorientasi pada
penyembuhan penyakit. Dalam arti apa yang dilakukan masyarakat dalam
bidang kesehatan hanya untuk mengatasi penyakit yang telah terjadi atau
menimpanya, di mana hal ini dirasa kurang efektif karena banyaknya
pengeluaran. Upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah
kesehatan sebenarnya adalah dengan memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit denganberperilaku hidup sehat, namun
hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat
(Kusumawati, 2004).
Memasuki 2019, Demam Berdarah Dengue (DBD) di Banjarbaru
semakin mengancam. Sejak Januari hingga 4 Februari lalu sudah ada 148
kasus yang ditemukan, tiga pengidap diantaranya meninggal dunia.
Jumlah penderita DBD di banjarbaru yang melonjak tajam cukup
mengkhawatirkan. Mengingat di tahun 2018, hanya ada 269 kasus.
Masih tingginya kejadian DBD di Banjarbaru khususnya Desa
Sungai Besar dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun ekstrenal
seperti pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat dalam memahami dan
melakukan kegiatan kebersihan lingkungan rumah dalam pencegahan
kejadian DBD terulang kembali.Dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang masalah kesehatan, diperlukan suatu upaya nyata
seperti dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
seperti dengan ceramah adalah salah satu contoh dari metode pendidikan
kesehatan yang ada. Pendidikan kesehatan seperti ceramah merupakan
metode konvensional yang umumnya dilakukan karena mudah dan murah.
Metode ini juga memilki keunggulan yaitu praktis, relatif murah, mudah
dilakukan dan disesuaikan untuk berbagai kondisi (Notoatmodjo, 2005).
Tingginya angka kejadian DBD mengakibatkan tingginya biaya
sakit yang harus di tanggung oleh pasien DBD.Pada tahun 2017, tercatat
kasus DBD yang terjadi di Indonesia menyebabkan kerugian ekonomi
masyarakat sekitar 986 milyar.Kerugian tersebut meliputi biaya berobat,
kerugian waktu produktif penderita dan keluarga.data studi pendahuluan
yang di dapat oleh peneliti tentang kejadian demam berdarah pada anak di
Puskesmas Sungai Besar terus meningkat semenjak tahun 2018. Pada
bulan Januari – Desember 2018 terdapat 6 Kasus DD (Demam Dengue)
dan terdapat 16 kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di Puskesmas
Sungai Besar.(Data P2PL Puskesmas Sungai Besar, 2018 )
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang Upaya Menurunkan Peningkatan Kasus DBD (Demam
Berdarah Dengue) Melalui Metode Penyuluhan Di Puskesmas Sungai
Besar Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang peneliti ingin mengetahui apakah
Metode Penyuluhan dapat menurunkan peningkatan kasus DBD (Demam
Berdarah Dengue) , dengan cara meningkatkan pengetahuan dan perilaku
pencegahan demam berdarah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Besar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya menurunkan
peningkatan kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) melalui metode
penyuluhan di Puskesmas Sungai Besar Tahun 2019?
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas Sungai Besar sebelum dan setelah diberi penyuluhan.
b. Mengetahui perilaku masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Besar tentang pengurasan bak mandi sebelum dan
sesudah diberi penyuluhan.
c. Mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat di wilayah
Kerja Puskesmas Sungai Besar tentang kebiasaan menutup bak
air sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
d. Mengetahui perubahan perilaku masyarakat di wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Besar mengenai mengubur atau membakar
sampah sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada institusi
pendidikan khususnya bidang kesehatan dan diharapkan menjadi
suatu masukan bagi mahasiswa tentang pengurasan bak mandi dengan
kejadian demam berdarah dengue (DBD), menutup bak air minum,
dan mengubur sampah yang ada di rumah.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan ilmu
pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang pengurasan bak
mandi dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), menutup bak
air minum, dan mengubur sampah yang ada di rumah.
3. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah
kesehatan mengenai pencegahan kejadian demam berdarah dengue
(DBD) dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan program-
progam pencegahan penyakit DBD dengan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).
4. Bagi Masyarakat Setempat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
pengurasan bak mandi dengan kejadian demam berdarah dengue
(DBD), menutup bak air minum, dan mengubur sampah yang ada di
rumah
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG
KEPALA PUSKESMAS
dr.SYACHDIANI
NIP.19731213 200212
2002
KEPALA
UNIT HJ.AIDA MULYANI
NIP.19620905
LK Pr LK Pr LK Pr
1. SD I/a Non
Eselon
2. SLTP I/b I.a
4. DI 2 I/d II.a
7. D IV 1 3 II/c 1 III.b
8. S1 3 11 II/d 4 IV.a 1
9. S2 0 III/a 9 IV.b 1
13. IV/a 1 2
14. IV/b 2
15. IV/c
16. IV/d 1
17. IV/e
JUMLAH 7 37 7 37 2
No Program Kegiatan
Tabel 3
Jumlah Kunjungan Pada Pu
Tabel 5
Puskesmas Kunjungan Pada Puskesmas Pembantu (Pustu)
Tahun 2018
Puskersmas keliling dilaksanakan setiap hari kamis, lokasi
pelayanan terletak di Bumi Berkat RT.2, Intan Sari Kelurahan Sungai Besar,
sedangkan tim puskesmas keliling tersebut adalah dokter, perawat, bidan,
kesling, dan petugas, gizi. Adapun masyarakat yang datrang untuk
mendapatkan pelayanan setiap bulan rata-rata 8 orang/kunjungan dari jumlah
yang mendapatkan pelayanan selama setahun yaitu 428 orang, seperti pada
tabel di bawah ini yaitu:
Tabel 6
Jumlah Kunjungan Pada Puskesmas Keliling
Tahun 2018
2. Derajat Kesehatan
Sasaran kesakitan/derajat kesehatan yang dapat dimonitor di
wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:
Tabel 7
Cangkupan Derajat Kesehatan Pada Puskesmas Sungai Besar
Tahun 2018
No. Cangkupan Derajat Kesehatan Jumlah
1. Kematian Ibu 0
2. Kematian Perinatal 0
3. Kematian Neonatal 0
4. Lahir mati 0
5. Lahir hidup 355
6. Kematian bayi 1
7. Kematian balita 0
8. Kematian IUFD 0
Tabel 2.3
Data 10 Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Sungai BesarTahun 2018
No Penyakit Jumlah %
11 Osteoporosis 0 0%
1. Bumi Berkat 6 5
2. Sri Kandi 6 5
3. Kelapa Sawit 7 6
4. Merah Jingga 8 6
5. Stawberry 7 6
6. Griya Kartika 7 6
7. Kenanga 8 7
8. Persada 7 6
9. Mekar Sari 8 7
10. Anggrek 7 6
11 Matahari 8 6
Jumlah 79 66
Jumlah 41
Bangunan:
1. Puskesmas Sungai Besar 1 Tanah Baik
2. Puskesmas Pembantu 1 Desa Baik
3. Rumah Paramedis 1 Tanah Baik
Desa
Tanah
Desa
Peralatan dan Mesin
1. Kendaraan roda dua 7 Dinkes Baik
2. Kendaraan roda empat 1 Dinkes Baik
KETERANGAN
Dinas Kesehatan
Puskesmas
Koordinator Bagian
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Uraian Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 11 Februari sampai dengan
08 Maret 2019 di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru.Pada Kegitan ini peserta di
libatkan langsung oleh pembimbing Instansi tempat magang dalam rutinitas di
Puskesmas Sungai Besar sesuai jadwal yang telah ditentukan dan melakukan
penelaahan permasalahan yang ada, Adapun kegiatan yang di lakukan selama magang
adalah sebagai berikut.
Uraian Kegiatan Selama Magang
No Tanggal Tempat Kegiatan Dokumen
1. Senin, 11 Puskesmas 1. Apel pagi
Februari Sungai Besar 2. Mencatat data
2019 dan Ruang Tata masuk di buku kir
Usaha
2. Selasa, 12 Ruang Tata 1. Mencatat data
Februari Usaha masuk di buku kir
2019
Lingkungan kurangnya
pengetahuan masyarakat
kurang bersih dalam pencegahan Upaya dalam
penyakit DBD menurunkan angka
kejadian Demam
Berdarah Dengue
*ABJ Kurangnya anggaran kader (DBD) di Puskesmas
Sungai Besar
*fogging
*3M Plus
Metode Dana
Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, penyebab masalah terdiri dari
beberapa aspek, yaitu :
1. Manusia
Aspek manusia disini adalah berasal dari masyarakat. yaitu masih
kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit
demam berdarah. Masih banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa
penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh gigitan nyamuk ke manusia ini
sangat berbahaya bahkan bisa jadi penyakit yang mematikan. Contohnya,
beberapa masyarakat tahu bahwa nyamuk berkembang biak di daerah yang
banyak genangan air, tumpukan kaleng-kaleng serta lingkungan yang tidak
bersih. Namun, wadah berkembangbiaknya nyamuk tersebut masih saja terlihat
di lingkungan hunian mereka.
2. Metode
a. Program ABJ ( Angka Bebas Jentik)
Program ini dilakukan pada 100 rumah yang kondisi lingkungannya
tergenang dengan air.
4. Lingkungan
Lingkungan seringkali didapati genangan air, baik yang berasal dari kaleng
bekas atau lingkungan yang masih kurang bersih.
1. Community Concern
yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting atau
dapat juga disebut perhatian atau kepentingan masyarakat dan pemerintah
atau instansi terkait terhadap masalah tersebut.
2. Prevalensi
yakni berapa banyak penduduk yang terkena masalah (penyakit) tersebut.
3. Seriousness
yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut atau
tingginya angka morbiditas atau mortalitas serta kecenderungannya.
4. Manageability
yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untukmengatasinya dengan
ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, saranadan metode/cara).
Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian
masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-
masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat
prioritas yang tinggi pula. Metode Bryant menggunakan skor yang berdasarkan
pada kriteria :
P = besarnya kelompok atau staf yang terkena masalah,
S = tingkat keseriusan atau kegawatan masalah,
C = dampak masalah terhadap perusahaan atau istansi terkait,
M = ketersediaan teknisi atau kesediaan perangkat.
Kriteria P diatas skornya didapatkan dari rumus berikut :
Skor:
1 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sedikit
3 = jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar
4 = jumlah individu/masyarakat yang terkena besar
5 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar
Kriteria S skor didapatkan dari tingkat keseriusan atau kegawatan suatu masalah.
Skor:
1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat
2 = masalah yang ditimbulkan sedikit berat
3 = masalah yang ditimbulkan cukup berat
4 = masalah yang ditimbulkan berat
5 = masalah yang ditimbulkan sangat berat
Kriteria C merupakan dampak masalah terhadap perusahan atau instansi terkait.
Skor:
1 = tidak mendapat perhatian masyarakat
2 = kurang mendapat perhatian masyarakat
3 = cukup mendapat perhatian masyarakat
4 = mendapat perhatian masyarakat
5 = sangat mendapat perhatian masyarakat
Kriteria M dimaksudkan sebagaiketersediaan teknisi atauketersediaan perangkat.
Skor:
1 = tidak dapat dikelola dan diatasi
2 = kurang dapat dikelola dan diataso
3 = cukup dikelola dan diatasi
4 = dapat dikelola dan diatasi
5 = sangat dapat dikelola dan diatasi
Adapun penentuan prioritas masalah berdasarkan metode bryant dengan
Rumus: Total skor =P x S x C x M Untuk mendapatkan skor dari kriteia P, S, C,
dan M yaitu dengan cara berikut ini :
Tabel 3.2 Penetapan Prioritas Penyebab Masalah dengan Metode Bryant
Selanjutnya hasil analisis SWOT ditentukan tingkat kegawatannya dengan analisis USG
yakni Menurut Kepner Tregoe, ada 3 (tiga) aspek penting dalam menentukan prioritas ,
yaitu dilihat dari tingkat Kegawatan (Urgency), Mendesak (Seriousness) dan
Pertumbuhan (Growth). Teori ini sangat dikenal dengan singkatan ’U S G’. Yang
dimaksud dengan :
1. Urgency (kegawatan) adalah besarnya dampak yang timbul terhadap
keselamatan jiwa manusia, uang, produksi, dan atau reputasi baik individu maupun
organisasi.
2. Seriousness (mendesaknya) adalah banyaknya waktu yang tersedia untuk
penanganan suatu masalah.
3. Growth (pertumbuhan) adalah perkiraan akan bertambah buruknya suatu
keadaan dibandingkan dengan sebelumnya/keadaan sekarang Urgent (gawat), s dan
growth (pertumbuhan)
STRENGTHS WEAKNESSES
Faktor Kunci ( Kekuatan ) ( Kelemahan )
Keberhasilan Internal 1. Kemampuan SDM dalam 1. Keterbatasan dana untuk penyuluhan
menegakkan diagnosa cukup baik kader jumantik
2. Tersedianya Sarana dan Prasarana 2. Terbatasnya jumlah SDM
dalam penanganan kasus DBD
Faktor Kunci
Kerberhasilan Eksternal
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas untuk semua program kegiatan
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru adalah sebagai
berikut :
1. Identifikasi masalah: DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan penyakit
yang masih mengancam kesehatan masanyarakat, dan upaya sosialisasi
pencegahan penyakit DBD yang dilakukan pemerintah masih belum berhasil
memberantas penyebaran penyakit DBD secara total di Indonesia.
2. Perioritas masalah: Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
DBD (Demam Berdarah Dengue) baik dari gejala penyakitnya maupun
pencegahan yang harus dilakukan oleh masyarakat, prilaku hidup masyarakat
baik di rumah maupun di lingkungan, kuranya bimbingan dan factor lingkungan
yang tidak mendukung.
3. Alternative pemecahan masalah: Sumber manusia atau tenaga kesehatan
merupakan salah satu factor utama dalam penunjang kesehatan, selain
mengurangi angka kesakitan supaya tidak KLB pada penyakit DBD maka tenaga
kesehatan juga harus memberikan bimbingan konseling dengan memberikan
leaflet dan juga melakukan penyuluhan tentang PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk).
B. Saran
1. Bagi mahasiswa: pengalaman yang dapat di tempat magang dijadikan
sebuah pembelajaran perkulihan meskipun berada di luar gedung
perkuliahan, serta semakin giat lagi untuk mengaplikasikan ilmu yang di
dapat.
2. Bagi Instansi kerja: Membantu dalam menyelengarakan program tentang
penyakit menular yaitu penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) dan
terjun langsung melakukan pelayanan tentang penyakit DBD (Demam
Berdarah Dengue).
Daftar Pustaka