SKRIPSI
Oleh
LISA SINULINGGA
NIM. 151000387
SKRIPSI
Oleh
LISA SINULINGGA
NIM. 151000387
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
Lisa Sinulingga
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Hipertensi dan diabetes merupakan 2 penyakit kronis yang terus meningkat dan
menyerap biaya kesehatan terbesar yaitu 54,9% dari total biaya rujukan penyakit
kronis pada 2014-2017. Salah satu upaya pengendalian hipertensi dan diabetes
adalah melalui implementasi Prolanis di FKTP. Prolanis adalah program promotif
dan preventif dengan pendekatan proaktif yang bertujuan memelihara kesehatan
peserta BPJS Kesehatan penderita hipertensi dan diabetes agar terhindar dari
komplikasi penyakit yang lebih berat. Puskesmas Parsoburan
mengimplementasikan Prolanis sejak 2013, namun dalam 10 jajaran penyakit
terbesar hipertensi berada pada posisi kedua dan diabetes di posisi ketiga. Tahun
2017 kunjungan hipertensi di Puskesmas Parsoburan merupakan yang terbanyak
di Kota Pematangsiantar yaitu 1.996 dan kunjungan diabetes mencapai 1.072.
Pengimpelentasian Prolanis di Puskesmas Parsoburan memiliki peran penting
karena karakteristik wilayah kerjanya yang tinggi penduduk berusia lanjut.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan Prolanis di Puskesmas
Parsoburan berdasarkan pendekatan sistem yaitu input, proses, dan output. Jenis
Penelitian ini kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data wawancara
mendalam dan observasi. Penentuan informan meggunakan purposive sampling,
kemudian diperoleh 13 orang informan. Hasil penelitian menunjukkan
pembentukan tim Prolanis terpadu di Puskesmas Parsoburan belum maksimal dan
sistem pembayaran klaim biaya edukasi dan senam Prolanis tidak rutin.
Puskesmas Parsoburan telah melaksanakan 7 aktivitas Prolanis, namun
pelaksanaan beberapa kegiatan belum maksimal, seperti: edukasi klub,
pemantauan status kesehatan, home visit, dan reminder. Tidak semua peserta aktif
dalam kegiatan senam dan meminum obat secara rutin. Saran kepada Kepala
Puskesmas Parsoburan agar membentuk tim Prolanis terpadu dan melakukan
pembagian tugas secara efektif. Penangung jawab Prolanis agar memberdayakan
peserta Prolanis yang aktif menjadi kader yang memotivasi peserta Prolanis
lingkungan sekitarnya untuk aktif dalam kegiatan prolanis. BPJS Kesehatan
Cabang Pematangsiantar agar memperbaiki sistem pembayaran klaim ke FKTP
Prolanis dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan Prolanis
terutama kegiatan pemantauan status kesehatan peserta yang menjadi fokus utama
Prolanis.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Hypertension and diabetes are chronic diseases that continue to increase and
absorb the largest health costs, namely 54.9% of the total chronic disease referral
costs in 2014-2017. One of the efforts to control hypertension and diabetes is by
implement prolanis. Prolanis is a promotive and preventive program that intend
maintain the heatlh of BPJS Kesehatan participants who suffer hypertension and
diabetes. Parsoburan Health Center has been implementing Prolanis since 2013,
but in the ten largest of disesases, hypertension is in the second position then
followed by diabetes. Hypertension visit at the Parsoburan Health Center were
the higest in Pematangsiantar city in 2017 namely 1.996 and diabetes visit
reached 1.072 where hypertension is first and diabetes second. The purpose is
explain the implementation of Prolanis at the Parsoburan Health Center as seen
from the system approach, namely input, process, and output. The type of
research is descriptive qualitative with indepth interview and observation
collecting data methode. Determination of informans using purposive sampling
namely as many as 12 informans. The result showed the formatoin of integrated
Prolanis team at the Parsoburan Health Center was not optimal and the payment
system for Prolanis education and gymnastic expenses was not routine.
Parsoburan Health Center has implemented 7 Prolanis activities but not all
activities are carried out by maximum. Not all participants are active in
gymnastic activities and take medicine regularly. Suggestion to the head of
Parsoburan Health Center to form an integrated Prolanis team and carry out
efective division of task. Doctor in charge of Prolanis to empower active Prolanis
participants to become cadres who motivate Prolanis participant in surrounding
environment to be active in Prolanis activities. BPJS Kesehatan, Branch
Pematangsiantar to improve the claim payment system and supervise the
implementation of Prolanis activities in health center.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Utara.
vi
Universitas Sumatera Utara
5. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan dr. Fauzi,
S.K.M. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran
6. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
Masyarakat USU.
7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
10. Hanna J. Manullang S.K.M. selaku kepala Puskesmas Parsoburan yang telah
skripsi ini.
11. dr. Olga Lumowah, selaku penanggung jawab Program Prolanis di Puskesmas
Puskesmas Parsoburan.
12. Korri M. Manurung, S.Si, Apt. selaku Kepala Bidang Penjamin Manfaat
dalam memberikan data dan informasi untuk keperluan penulisan skripsi ini.
vii
Universitas Sumatera Utara
13. Teristimewa untuk orang tua (Sofian Sinulinga dan Diana Tarigan) yang telah
memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik
14. Terkhusus untuk saudari Putri Agraini yang telah memberikan semangat
kepada penulis.
15. Nara Grace Ginting, S.Si, Apt. yang telah banyak membantu dan memberikan
skripisi.
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
Lisa Sinulingga
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xiv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 10
Tujuan Penelitian 10
Tujuan umum 10
Tujuan khusus 10
Manfaat Penelitian 11
Tinjauan Pustaka 12
Puskesmas 12
Puskesmas sebagai gatekeeper dalam sistem pelayanan kesehatan 13
Upaya promotif dan preventif di puskesmas 13
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 14
Pelayanan kesehatan yang dijamin dalam BPJS Kesehatan 15
Hipertensi 17
Faktor risiko hiperensi 17
Pengendalian hipertensi 18
Diabetes Mellitus 19
Faktor risiko diabetes mellitus 19
Komplikasi diabetes mellitus 20
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) 21
Tujuan Prolanis 23
Sasaran Prolanis 24
Aktivitas Prolanis 24
Pelaksana Prolanis 29
Biaya operasional Prolanis 30
Tata cara menjadi FKTP Prolanis 31
ix
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan menjadi peserta Prolanis 33
Penambahan peserta Prolanis 33
Pengurangan peserta Prolanis 34
Landasan Teori 35
Kerangka Berpikir 36
Metode Penelitian 37
Jenis Penelitian 37
Lokasi dan Waktu Penelitian 37
Subjek Penelitian 37
Definisi Konsep 39
Metode Pengumpulan Data 42
Metode Analisis data 43
Kegiatan dalam analisis data 43
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sofian Sinulingga dan Ibu
Diana Tarigan.
sekolah menengah pertama di SMP Swasta Pembangunan Sait Buntu pada Tahun
Lisa Sinulingga
xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
dunia berdampak pada meningkatnya proporsi kelompok usia lanjut, keadaan ini
Kesehatan RI [Kemenkes RI], 2018). PTM atau disebut juga penyakit kronis
menyebabkan 71% kematian dari total 56,9 juta kematian, 78% diantaranya
Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan prevalensi PTM yang
Indonesia kemudian naik menjadi 73% di tahun 2016 (WHO, 2017). Selain
membutuhkan waktu yang panjang dan berbiaya besar (Kemenkes RI, 2011).
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg,
pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
Hipertensi dan diabetes mellitus dijuluki sebagai silent killer karena sering
mellitus hanya 30,4%. Hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak mendapatkan
penyakit seperti jantung koroner dan stroke yang merupakan 2 penyakit penyebab
yang merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh dan penderitanya sangat rentan
dari 60% penderita yang berjenis kelamin laki-laki dan 40% perempuan
Pertama adalah hipertensi sebesar 33.32% dan kedua adalah diabetes mellitus
sebesar 21,58% dari total biaya rujukan penyakit kronis pada rentang waktu 2014-
2017. Total biaya pembelian obat untuk penyakit hipertensi dan diabetes mellitus
mencapai 78% (1,95 triliun) di luar paket kapitasi dan INACBG’s (Badan
Pada tahun 2015 jumlah penderita hipertensi di dunia mencapai 1,3 milyar.
Secara global diperkiran 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita mengalami hipertensi
(WHO, 2018). Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami peningkatan
mencapai 25,8% (Kemenkes RI, 2013: Riskesdas 2013) kemudian naik pada hasil
Riskesdas tahun 2018 menjadi 34,1% (Kemenkes RI, 2018: Riskesdas 2018). Di
adalah Langkat dengan jumlah 6.643 penderita, kemudian disusul kabupaten Dairi
dengan jumlah 5.652 penderita, diposisi ketiga adalah Kabupaten Asahan dengan
jumlah 5.421 penderita dan diposisi keempat adalah Kota Pematangsiantar dengan
mencapai 422 juta, kemudian naik menjadi 425 juta tahun 2017. Saat ini, jumlah
meningkat dari tahun 2015 yang berada diposisi ketujuh. Posisi pertama diduduki
berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018: Riskesdas 2018).
kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta
BPJS Kesehatan penderita penyakit kronis untuk meraih kualitas hidup yang
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sasaran
Prolanis adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan yang telah didiagnosa menderita
penyakit kronis terkhusus untuk hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2, baik oleh
dokter FKTP maupun peserta rujuk balik dari rumah sakit, kemudian agar
kesehatan peserta dapat terpelihara dan selalu terkontrol maka peserta akan
hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap
hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2. Upaya ini ditujukan untuk menekan biaya
Kesehatan, 2016).
Prolanis yang rutin berkunjung menjadi salah satu dari tiga indikator penilaian
FKTP yang memiliki rasio peserta Prolanis rutin berkunjung lebih dari 90% akan
peserta untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Beberapa aktivitas dalam
gateway, home visit, aktivitas fisik (senam Prolanis), pemantauan status kesehatan
FKTP membentuk tim prolanis terpadu yang terdiri dari dokter , perawat, petugas
FKTP yang bisa saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan kepada peserta
instruktur sebagai pelatih peserta. Sebagai salah satu bagian dari tim Prolanis
Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dilakukan oleh Jannah (2018) diketahui bahwa
semua bentuk kegiatan Prolanis terkhusus untuk kegiatan reminder dan home
melakukan reminder apabila terjadi perubahan jadwal atau ada kegiatan tambahan
Dari hasil penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa terdapat 16 puskesmas
rangkap, dan tidak tersedianya dukungan dana untuk beberapa bentuk pelaksanaan
jarak tempuh tempat tinggal peserta ke puskesmas yang jauh serta kurang
mencapai target yang telah ditetapkan puskesmas, dimana peserta Prolanis yang
aktif dalam mengikuti kegiatan masih 56,2 % belum mampu mencapai terget
pentingnya manfaat mengikuti kegiatan Prolanis. Disisi lain juga masih ditemukan
pelaksanaan Prolanis belum berjalan dengan baik, belum ada pelatihan bagi
petugas, dana yang tidak tersedia untuk pelaksanaan beberapa bentuk kegiatan,
hasil sebanyak 12.328 orang yang terdiagnosa hipertensi, jika dibuat kedalam
bentuk persentase adalah 10,76% artinya dari 100 orang yang dilakukan
penderita diabetes mellitus mencapai 1.230 orang dari 4.082 orang yang dilakukan
pemeriksaan, jika dibuat dalam bentuk persentase adalah 30,13 % artinya dalam
100 orang yang dilakukan pemeriksaan ada 30 orang yang terdiagnosa terkena
tertinggi pertama pada tahun 2016 dan 2017, yaitu mencapai 1.421 kunjungan
pada tahun 2016 kemudian meningkat hingga mencapai 1.996 kunjungan pada
Parsoburan, 2018).
Parsoburan telah berjalan sejak tahun 2013, namun berdasarkan data profil
wilayah kerjanya yang didominasi oleh usia lanjut dan kelompok yang berisiko
untuk mengalami penyakit kronis, dimana penduduk yang berusia 15-75 tahun
mencapai 70, 97%. Puskesmas ini mendapat julukan sebagai puskesmas lansia.
terdiri dari 260 peserta yang menderita hipertensi dan 170 peserta yang menderita
diabetes mellitus.
pemantauan status kesehatan peserta Prolanis juga kurang optimal dalam hal
perawatan (plan of care) dan target perawatan untuk setiap peserta Prolanis.
jumlah peserta Prolanis yang banyak, namun tenaga yang terlibat dalam
peserta Prolanis juga belum tersedia dan dijadikan bagian dari Public Health
pelaksanaan home visit ini belum mampu memberikan pelayanan kepada setiap
pelayanan home visit sesuai dengan ketentuan dalam petunjuk praktis Prolanis.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitan
Parsoburan.
Parsoburan.
Puskesmas Parsoburan.
Parsoburan.
Puskesmas Parsoburan.
Parsoburan.
Parsoburan.
Parsoburan.
Manfaat Penelitian
Puskesmas Parsoburan.
Puskesmas
yang berlaku, upaya tersebut terdiri dari: pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat
darurat, pelayanan satu hari, home care, dan rawat inap. Rawat inap di puskesmas
12
puskesmas mempunyai tanggung jawab menjadi tempat yang pertama kali kontak
upaya promotif dan preventif. Upaya promotif adalah suatu bentuk usaha yang
dilakukan dari, untuk, oleh, dan bersama masyarakat guna peningkatan derajat
dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang telah terjadi. Preventif
dan preventif yang ditujukan untuk peserta sehat yang meliputi pelayanan edukasi
kedua adalah pelayanan promotif dan preventif untuk kelompok berisiko yang
terdiri dari skrining kesehatan primer dan sekunder, dan deteksi secara dini
kanker. Sasaran yang ketiga adalah promotif dan preventif untuk kelompok
peserta yang sudah sakit, pelayanan yang diberikan berupa Program Pengelolaan
sebuah badan hukum yang diberi nama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di
Nomor 40 tahun 2004 dimana PT. Askes adalah sebagai salah satu badan yang
Dalam rangka pelaksanaan tata kelola yang baik BPJS Kesehatan memiliki
rehabilitasi (rehabilitatif), serta pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan
kesehatan rujukan tingkat lanjut. Peserta BPJS Kesehatan pertama sekali akan
RI No. 82 Tahun 2018, pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
di FKTP adalah pelayanan yang bersifat non spesialistik, yaitu sebagai berikut:
1. Administrasi pelayanan;
2. Imunisasi rutin;
tertentu; dan
tidak tersedia di FKTP akan dirujuk ke FKTL. Jenis pelayanan kesehatan tingkat
1. Administrasi kesehatan;
4. Tindakan medis yang bersifat spesialistik, baik bedah maupun non bedah
7. Rehabilitasi medis;
8. Pelayanan darah;
Hipertensi
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
tinggi ialah masalah kesehatan yang paling umum ditangani pada fasilitas
1. Umur, sejak umur 40 tahun tekanan darah akan mengalami peningkatan sesuai
pertambahan umur;
2. Ras atau suku, mereka yang berkulit hitam lebih berisiko dibandingkan orang
berkulit putih;
5. Jenis kelamin, penderita hipertensi di dunia lebih banyak ditemukan pada pria
dibandingkan wanita;
7. Stres;
8. Diet , makanan tinggi garam akan meningkatkan risiko naiknya tekanan darah;
mengalamai hipertensi;
11. Penggunaan Pil KB, risiko hipertensi meningkat sesuai lamanya waktu
pemakaian pil KB pada wanita, yaitu meningkat 5 kali lebih tinggi dibanding
1. Pencegahan primordial;
2. Promosi kesehatan;
dapat diobati.
faktor risiko diabetes mellitus adalah hasil kombinasi antara faktor keturunan
dengan dua faktor utama yaitu kegemukan dan aktivitas fisik yang
ini:
2. Berat badan berlebih, keadaan dimana Berat Badan Relatif (BBR) lebih dari
4. Seorang ibu dengan riwayat melahirkan bayi yang beatnya melebihi 4000
gram;
7. Seseorang dengan kolestrol Low Density Lipoprotein (HDL) <35 mg/dl atau
mellitus mempunyai potensi besar dalam memberikan beban penyakit yang berat
bagi masyarakat karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan sangat rentan
dengan penyakit kronis lainnya seperti penyakit kardiovaskuler dan stroke yang
diakibatkan diabetes mellitus bersifat berat dan berahir pada kematian. Jika sudah
sampai pada tahap komplikasi, seluruh jalur dalam sistem tubuh manusia bisa
terkena dampak diabetes mellitus mulai dari kulit sampai jantung. Diabetes
aterosklerosis khas pada pembuluh darah kecil yang berada pada bagian ujung
(BPJS Kesehatan, 2015). Sebelum menjadi program yang dikelola oleh BPJS
Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen (KBK). Kendali mutu dan kendali biaya
Kesehatan) Nomor 8 Tahun 2016, kendali mutu dan kendali biaya merupakan
suatu upaya yang dilakukan untuk menjamin agar pelayanan kesehatan kepada
peserta sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan diselenggarakan
menderita penyakit kronis, hasil penilaian ini akan mempengauhi besaran kapitasi
yang akan dibayarkan oleh BPJS Kesehatan ke FKTP. Rasio peserta Prolanis
berkunjung menjadi salah satu indikator yang menentukan besaran kapitasi yang
penderita penyakit kronis agar mencapai kualitas hidup yang optimal, sehingga
kronis untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan biaya pelayanan kesehatan
kualitas hidup yang maksimal dengan standar 75% peserta Prolanis memiliki hasil
baik pada pemeriksaan yang dilakukan secara spesifik terhadap hipertensi dan
diabetes mellitus tipe 2 baik hasil diagnosa dokter di FKTP maupun peserta rujuk
balik dari rumah sakit yang telah didiagnosa oleh dokter spesialis. Penanggung
kegiatan pelayanan obat yang dilakukan oleh dokter FKTP. Berbagai bentuk
diberikan oleh dokter FKTP pengelola Prolanis kepada setiap Peserta Prolanis,
dengan tujuan agar peserta dapat dengan bebas bertanya dan mendapatkan
dan diabetes mellitus tipe 2. Kegiatan ini dilakukan pada jadwal yang telah
kesehatan peserta Prolanis adalah kegiatan yang menjadi fokus utama program
agar peserta mencapai kualitas hidup yang optimal dan terhindar dari
adalah berupa pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan dan tinggi
badan, dan bagi peserta Prolanis yang menderita diabetes mellitus dilakukan
Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP), dan Gula Darah Port Prandia
melalui aplikasi P-care sama seperti pasien pada umumnya dan ditulis dalam
seluruh peserta Prolanis. Rekapitulasi data pemeriksaan rutin bulanan ini akan
status kesehatan setiap peserta, selain itu dari rekapitulasi data pemantauan
status kesehatan peserta ini juga akan mempermudah petugas untuk memantau
yang akan dilakukan follow up berupa home visit, selain itu rekapitulasi data
4. Pelayanan obat, pelayanan obat bagi peserta Prolanis di FKTP dilakukan oleh
melalui aplikasi P-care obat. Peserta Prolanis akan mengambil resep obat
tersebut di apotek yang telah ditunjuk dan bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan dengan membawa buku resep obat yang telah diisi oleh dokter di
FKTP. Obat peserta Prolanis yang kondisinya stabil, langsung diresepkan oleh
dokter FKTP sementara untuk peserta yang merupakan pasien rujuk balik
karena komplikasi maka peresepan obatnya mengikuti resep dari rumah sakit
Setiap peserta diwajibkan untuk meminum obat secara rutin dan teratur
setiap hari dalam sebulan, sebagai upaya pencegahan agar gula darah maupun
tekanan darah peserta dapat terkontrol sehingga diharapkan dapat terhindar dari
motivasi kepada peserta agar secara rutin meminum obat dan memberikan
kegiatan fisik peserta prolanis berupa senam yang dilakukan satu kali dalam
seminggu. Kegiatan senam ini dipandu oleh seorang instruktur senam yang
kegiatan akan melakukan follow up berupa home visit kepada peserta yang
pelayanan home visit adalah: peserta Prolanis yang baru terdaftar sebagai
peserta, peserta yang tidak mengikuti terapi selama 3 bulan berturut turut,
peserta yang menderita diabetes mellitus dengan GDP atau GDPPnya berada di
bawah standar selama 3 bulan berturut turut, peserta yang menderita hiperrtensi
yang tekanan darahnya tidak terkontrol selama 3 bulan berturut- turut, dan bagi
peserta yang baru pulang dari opname. Langkah langkah pelaksanaan kegiatan
home visit dan membuat laporan bukti pelaksanaan home visit kepada BPJS
Kesehatan.
jadwal pemeriksaan rutin, dan jadwal kegiatan Prolanis lainnya kepada peserta.
aplikasi SMS gateway. FKTP juga akan merekapitulasi data kunjungan setiap
FKTP pengelola Prolanis wajib membentuk Prolanis terpadu, yang terdiri dari
dokter pengelola peserta Prolanis dan tenaga kesehatan lain di puskesmas seperti
sebulan
peserta Prolanis
2. Memonitoring keadaan dan status kesehatan peserta Prolanis secara rutin dan
berkesinambungan
3. Meresepkan obat bagi peserta Prolanis baik pelayanan yang dilakukan sendiri
maupun meneruskan resep rekomendasi dokter spesialis dari FKTL jika peserta
pelayanan berdasarkan tarif yaitu kapitasi dan non kapitasi, yaitu sebagai berikut:
a. Administrasi pelayanan
a. Pelayanan ambulans
f. Jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter,
beberapa langkah yang harus dilakukan FKTP untuk dapat menjadi fasilitas
FKTP atau peserta yang telah memiliki Surat Rujuk Balik (SRB) dari rumah
sakit dengan diagnosa penyakit hipertensi atau diabetes melitus untuk dijadikan
3. Selanjutnya bagi calon peserta Prolanis dilakukan edukasi awal dan skrinning
sekaligus pengisian form kesediaan peserta Prolanis dengan dana dari kapitasi
FKTP
dan form kesediaan peserta Prolanis yang telah diisi dan ditandatangani oleh
bagi peserta Prolanis kepada FKTP, selanjutnya FKTP akan membagikan buku
pengambilan obat secara langsung kepada peserta Prolanis yang sudah terdaftar
peserta, home visit, pelayanan obat dan aktivitas klub (senam Prolanis)
untuk dapat menjadi peserta Prolanis maka calon peserta harus memenuhi kiteria
sebagai berikut :
3. Peserta dengan riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 sesuai
kompetensi FKTP dan langsung dikelola oleh FKTP tanpa Surat Rujuk Balik
(SRB) ataupeserta yang sudah memiliki surat rujuk balik dari rumah sakit
untuk diagnosa hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 yang sudah dalam
kondisi stabil
2. FKTP melakukan edukasi kepada calon peserta Prolanis yang baru, sekaligus
3. FKTP mengirimkan form kesediaan bergabung dalam klub Prolanis yang telah
diisi dan ditandatangani calon Peserta Prolanis tersebut beserta fotokopi kartu
4. Buku pengambilan obat bagi peserta Prolanis tambahan akan dikirimkan oleh
dalam aplikasi Luar Paket INA-CBG’s (LUPIS) sesuai dengan form kesediaan
peserta Prolanis yang telah dikirimkan FKTP sebelumnya dan kepada peserta
jumlah peserta Prolanis terutama jika terjadi pengurangan peserta adalah sebagai
berikut:
peserta yang tidak mengikuti kegiatan selama 3 bulan berturut-turut dan peserta
atau peserta yang tidak lagi menjadi peserta Prolanis karena meninggal.
nama peserta Prolanis yang keluar dari klub Prolanis beserta fotokopi kartu
Landasan Teori
sistem. Sistem adalah sebuah proses yang terdiri dari berbagai komponen atau
elemen yang satu sama lain saling berhubungan secara struktural maupun
fungsional dan saling mendukung sesuai dengan kedudukan dan peran masing-
komponennya meskipun komponen itu bernilai kecil, oleh karena itu tidak
berjalannya satu bagian sistem akan mengganggu kinerja bagian sistem yang lain
logis dalam mencari pemecahan masalah atau keadaan yang sedang dihadapi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Secara sederhana bagian atau
elemen sistem dapat dimasukkan kedalam input, proses, dan output. Masukan
adalah bagian dari sistem, berupa bahan yang diperlukan untuk dapat
merupakan hasil dari berlangsungnya sebuah proses dalam sistem (Azwar, 1996).
Kerangka Berpikir
Prolanis
dari komplikasi
penyakit
Jenis Penelitian
Subjek Penelitian
dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik metode purposive, yaitu
37
petugas P-care obat Prolanis, peserta Prolanis, dan Kepala Bidang Penjaminan
Tabel 1
Tabel 1
Definisi Konsep
yaitu:
1. Sumber daya manusia adalah tenaga kesehatan di puskesmas yang terlibat dan
3. Sarana dan prasarana, sarana adalah peralatan dan bahan yang bersumber dari
pemeriksaan gula darah, timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, buku
Prolanis sesuai dengan konsep Prolanis di dalam buku petunjuk Praktis Prolanis
sebagai Berikut:
Indeks Massa Tubuh (IMT) serta terkhusus untuk peserta Prolanis yang
pemeriksaan kadar gula darah sekali dalam sebulan. Hasil pemeriksaan rutin
4. Pelayanan obat, yaitu kegiatan peresepan obat bagi Peserta Prolanis yang
dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis di FKTP. Persepan obat ini harus
Prolanis. Obat tersebut harus diambil langsung oleh peserta Prolanis di apotek
5. Aktivitas klub Prolanis (senam Prolanis), yaitu kegiatan senam yang dilakukan
satu kali dalam seminggu yang ditujukan khusus untuk peserta Prolanis.
6. Home visit, home visit adalah kegiatan berupa kunjungan ke rumah peserta
ditentukan dalam petunjuk praktis Prolanis, yaitu: peserta Prolanis yang baru
terdaftar, peserta Prolanis yang tidak databg kontrol lesehatan selama 3 bulan
kadar gula darah dibawah standar selama 3 bulan berturut turut dan peserta
paska opname.
status kesehatan setiap peserta Prolanis agar setiap peserta meraih kualitas hidup
secara optimal dan terhindar dari komplikasi penyakit dengan indikator 75%
hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap diabetes dan hipertensi sesuai
dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh jumlah peserta Prolanis yang masih
data yang dibutuhkan untuk penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah
peneliti, pedoman wawancara yang telah dipersiapkan, perekam, dan alat tulis.
kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai
data mencapai titik jenuh atau peneliti tidak lagi menemukan informasi yang baru.
1. Reduksi data
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema dan polanya.
2. Penyajian data
Data dalam penelitian kualitatif dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat,
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
Simalungun.
kepala keluarga (5.619 jiwa), yaitu sebanyak 1760 jiwa di Kelurahan Sukamaju
dan 3859 jiwa di Kelurahan Sukamakmur. Kelompok usia terbanyak adalah 15-19
tahun yaitu sebesar 23,968%. Kelompok usia 15-75 tahun yang merupakan
kelompok yang mulai berisiko untuk terkena hipertensi dan diabetes mellitus
mencapai 70,97%.
45
Tabel 2
Kesehatan Masyarakat 1
Dokter Umum 2
Dokter Gigi 1
Perawat 11
Bidan 5
Apoteker 1
Gizi 1
Analis Kesehatan 1
Sanitarian 1
Tenaga Kesehatan Lainnya 3
Total 27
Sumber: Profil Puskesmas Parsoburan Tahun 2018
orang yang terdiri dari 260 orang peserta yang mendertita hiperteni dan 170 orang
pelaksana Prolanis, sarana dan prasarana, dan biaya operasional. Hasil wawancara
sebuah tim yang disebut sebagai tim Prolanis terpadu. Tim Prolanis terpadu
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari berbagai tenaga kesehatan di FKTP
pengelola Prolanis yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk mengelola
pelaksanaan senam dan edukasi tiap bulan secara online kan biar
bisa diklaimkan, dan perawat. Tergantunglah, tergantung
kebutuhan mereka di puskesmas. Enggak ada keharusan harus ada
ini atau itu, jumlahnya sekian itu enggak ada, ya pengelolaan
puskesmas sendirilah tergantung kemampuan dan kebutuhan
mereka mau buat siapa aja dalam tim Prolanis terpadu yang
penting tugas-tugas dijalankan.” (Informan 13)
kegiatan Prolanis di FKTP pengelola dilakukan oleh sebuah tim yang disebut
sebagai tim Prolanis terpadu. Tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai
jumlah dan jenis tenaga kesehatan yangterlibat dalam tim Prolanis terpadu, namun
sendiri oleh FKTP yang bersangkutan, dimana jenis dan jumlah tenaga kesehatan
Parsoburan maka dapat diketahui bahwa belum ada pembentukan tim khusus
pelayanan pasien secara umum maka setiap petugas kesehatan yang turut serta
dianggap termasuk bagian tim Prolanis terpadu, petugas tersebut adalah: dokter
Prolanis. Belum terbentuknya sebuah tim khusus yang bertanggung jawab atas
dikenal dengan tim Prolanis terpadu, juga terlihat dari tidak adanya SK masing-
masing petugas sebagai bagian dari tim Prolanis terpadu. Dari pernyataan di atas
memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang paling besar dalam pengelolaan
“Tim Prolanis terpadu, apa itu dek? O,sebenarnya ada juga dek,
tapi enggak langsung kita bentuk langsung tim gitu, kaya Prolanis
dia kan udah ada dokternya, kalau perawatnya adanya yang di BP
itu adanya lab nya, sebenarnya udah ada sih tim itu walaupun
istilahnya iniloh tim kami enggak seperti itu, memang udah ada
tapi enggak khusus, ada dibuatkan satu SK, pokoknya kan karna
pelayanan Prolanis ini dijadikan pelayanan pasien secara umum
ya kan siapa yang terlibat dalam pelayanan itu udah dianggap dia
termasuk bagian tim kan, kaya petugas P-care dia udah
termasuklah dia, kaya senam, kegiatan senam ada dokter Olga
yang menggerakkan tapi kan dokumentasinya dibantu sama
perawat di BP kalau lagi tugas, memang pelaksanaannya memang
harus dilakukan tim tapi enggak ada lah dibilang secara tertulis
inilah tim Prolanis kami enggak ada. Tapi secara kerjanya ya tim,
kalau dokter Olga aja ya enggak sangguplah dia itu, dia yang
menensi, dia yang ngasih obat kan, udah timnya sebenarnya.
Perlu juga itu dibuatkan kan nantilah kita bilang, bagus
juga itu, dibuatkan SKnya kan, siapa-siapa aja yang terlibat, ya
bagus juga memang. Kami enggak kepikiran itu loh, nantilah kita
usulkan sama kapus ya, bu aku punya saran gitu, ya udahlah
cocoklah itu dek, dari banyaknya peserta ini kan perlu juga ada
tim. Kaya posyandu gitu kan dek, biar lebih bertanggung jawab
juga, ya cuman belum kami buat memang itu ya namanya kami
juga enggak tau.” (Informan 2)
dianggap menjadi bagaian dari tim Prolanis terpadu juga tidak mengetahui bahwa
“Tim Prolanis terpadu, kurang ngerti aku dek, dokter Olga yang
ngerti itu dek, pokoknya karna aku perawat yang tugas di BP ya
waktu kami piket kakak menensi semua pasien lah, enggak cuman
Prolanis aja, semua pasien dek.”(Informan7)
balai pengobatan secara tidak langsung terlibat dalam pemeriksaan tekanan darah
dan pengukuran indeks massa tubuh peserta Prolanis, namun pelayanan ini sama
puskesmas yang memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang paling besar
terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Prolanis adalah
kegiatan yang cukup kompleks dengan 7 aktivitas, oleh karena itu untuk dapat
melaksanakan kegiatan Prolanis secara baik maka diperlukan kerja sama antar
berbagai tenaga kesehatan si Puskesmas yang besatu padu dalam sebuah tim yang
PIC Prolanis dan petugas P-care obat Prolanis tidak terlibat langung dalam
pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis. PIC Prolanis dan petugas P-care obat Prolanis
hanya terlibat dalam kegiatan administrasi dan pelaporan kegiatan Prolanis. PIC
mengikuti kegiatan senam dan klub edukasi Prolanis setiap setelah selesai
aplikasi Luar Paket INA’CBG(LUPIS). Tujuan pelaporan ini adalah sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan agar dapat dilakukan klaim biaya untuk kegiatan senam dan
online melalui aplikasi P-care dan mencetak surat pengantar pengambilan obat
puskesmas serta sedang bertugas untuk melakukan pengkuran tekanan darah dan
mengukur IMT kepada semua pasien yang datang berobat ke puskesmas. Dari
mengetahui bahwa seharusnya ada tim Prolanis terpadu dalam mengelola semua
PIC Prolanis dan petugas P-care obat Prolanis tidak terlibat langsung
dalam pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis. PIC Prolanis dan petugas P-care obat
mengikuti kegiatan senam dan klub edukasi Prolanis setiap setelah selesai
pelaksanaan kegiatan. Pelaporan ini dilakukan secara online melalui aplikasi Luar
kegiatan agar dapat dilakukan klaim biaya untuk kegiatan senam dan edukasi klub
Prolanis. Petugas Primary Care(P-care) obat adalah orang yang bertugas untuk
aplikasi P-care dan mencetak surat pengantar pengambilan obat untuk peserta
Prolanis.
menjadi bagain dari tim Prolanis teradu di Puskesmas Parsoburan, namun ini
belum bisa dikatakan sebagai tim Prolanis terpadu karena keterlibatan tenaga
sebatas pemeriksaan tekanan darah dan indeks massa tubuh peserta saja. Disisi
lain perawat tersebut tidak memiliki tugas dan tanggung jawab khusus dalam
Pembentukan tim Prolanis terpadu sangat penting dalam pembagian beban kerja
dan peletakan tugas dan tanggung jawab untuk masing masing petugas yang
apa yang telah menjadi tugasnya sehingga pelaksaan Prolanis dapat lebih
maksimal.
obat kepada seluruh peserta Prolanis yang mencapai 430 orang, di sisi lain dokter
pengelola Prolanis juga bertanggung jawab pada kegiatan Prolanis yang tidak
harus dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis atau dapat saja dilakukanoleh
tenaga kesehatan lain di puskesmas seperti kegiatan edukasi klub Prolanis dan
menyebabkan dokter pengelola Prolanis memiliki beban kerja yang cukup besar
kesanggupan petugas saja, kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan
sasaran sebuah program dengan jumlah tenaga yang terbatas dan dengan
pembagian tugas yang tidak jelas maka akan menyebabkan kelebihan beban kerja
program.
kegiatan Prolanis yang diberikan BPJS Kesehatan adalah hanya berupa mentoring
diadakan sekali setahun. Pernyataan dokter pengelola Prolanis ini juga didukung
perawat BP yang menjadi informan dalam penelitian ini maka dapat diketahui
peserta Prolanis dengan berbagai dokter spesialis yang dihadirkan oleh BPJS
jantung, sehingga dokter FKTP pengelola peserta Prolanis dapat saling berbagai
Prolanis. Mentoring ini diadakan oleh BPJS Kesehatan sekali dalam setahun.
Primer BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar maka diketahui bahwa tidak ada
FKTP pengelola.
berikut:
“BPJS kan sudah bayar kapitasi kitalah yang mengatur itu kita
buat permohonan untuk alat kaya pengukur tensi, alat pengukur
gula dari dinas semua, sound sistemnya juga belinya pake dana
kegiatan edukasi klub yaitu berupa proyektor, layar LCD proyektor, microphone,
dan loudspeaker berada dalam kondisi yang baik dan dapat berfungi sebagaimana
kegiatan senam dan edukasi klub yang dikelola sedemikian rupa dengan
mengurangi unit cost biaya konsumsi per peserta sehingga dana yang ada dapat
pengukur gula darah, pengukur tensi,timbangan berat badan, dan alat pengukur
Parsoburan berikut:
gula darah peserta Prolanis yang menderita diabetes mellitus. Pernyataan diatas
juga didukung oleh pernyataan peserta Prolanis yang menjadi informan dalam
“Disini kan hanya ada cek gula darah sekali dalam sebulan jadi
selama ini enggak pernahlah tidak dilakukan pengecekan gula
darah karena masalah tidak ada alatnya tersedianya selalu.kalau
untuk tensi ditensinya ada alatnya, untuk senam pun adanya tape
kita dek.“(Informan 9)
informandalam penelitian ini maka diketahui bahwa peserta merasa sarana dan
Prolanis seperti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan pengukuran tinggi
badan dan berat badan tidak pernah terhalang karena masalah keterbatasan alat.
Tabel 3
yang dilengkapi dengan meja dan kursi tempat dokter dan pasien melakukan
rutin bulanan dijadikan bagian dari pasien secara umum, dalam pelaksanaannya
peserta mengikuti alur pelayanan pasien secara umum, maka untuk menunjang
ruang tunggu yang dilengkapi dengan kursi untuk pasien menunggu giliran
pemeriksaan.
berat badan dilakukan di sebuah ruang yang berada tepat di depan ruang praktik
dokter, ruangan tersebut dilengkapi sarana berupa alat tensi meter, alat pengukur
tinggi badan, alat penimbang berat badan dan meja serta kursi tempat perawat dan
peserta melakukan pengukuran tekanan darah dan mengukur Indeks Massa Tubuh
(IMT). Pelaksanaan pemeriksaan gula darah rutin bagi peserta Prolanis yang
pemeriksaan gula darah setelah dilakukan pengukuran tekanan darah dan IMT
sehingga pelaksanaannya lebih cepat dan efektif karena peserta tidak harus pergi
peserta Prolanis terdiri dari satu unit tensi meter, alat pengukur gula darah,
timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan buku pemantauan status
kesehatan peserta Prolanis satu untuk masing masing peserta Prolanis. Semua
peralatan ini dalam keadaan baik dan dapat berfungsi sebagaimana peruntukannya
peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan. Peralatan ini juga yang akan dibawa
tempat peserta Prolanis yang ikut dalam senam Prolanis, lantainya pun dilapisi
dengan paving block sehingga lebih bersih dan tidak becek meskipun hujan baru
parsoburan dan berada dalam kondisi yang baik sehingga dapat mendukung
pengelola Prolanis, dokter meresepkan obat peserta kemudian petugas P-care obat
yang telah diresepkan dokter melalui aplikasi P-care. Sarana yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pelayanan obat peserta Prolanis ini berupa komputer untuk
aplikasi P-care obat Prolanis tersedia di Puskesmas Parsoburan dan juga sebuah
dalam proses pelaksanaan sebuah kegiatan. Menurut Rosdiana, dkk (2017) dana
menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Hasil penelitian tentang pendanaan
bersifat klub yaitu edukasi klub Prolanis dan kegiatan senam Prolanis,namun ada
juga FKTP Prolanis dengan biaya secara mandiri, sementara pembiayaan kegiatan
Prolanis yang lain seperti kegiatan home visit dan reminder menggunakan dana
kapitasi Puskesmas yang telah dibayarkan oleh BPJS Kesehatan setiap bulan.
dana tergantung dari jumlah peserta Prolanis di FKTP tersebut dan ketersediaan
akumulasi biaya pelaksanaan kegiatan edukasi dan senam Prolanis selama sebulan
proposal sebagai bentuk klaim biaya. Setelah menerima laporan klaim biaya dari
jumlah biaya snack yang boleh ditagihkan itu 5000 perorang tapi
maksimal yang boleh ditagihkan 200 ribu.
Kegiatan senam biayanya dari BPJS Kesehatan juga, di
luar paket kapitasi, jadi biaya instruktur sekali senam itu 150 ribu,
terus snack untuk peserta sama kaya kegiatan edukasi klub
prolanis 5000 per peserta tapi batas maksimal pengklaiman 200
ribu aja, tapi pencairan dana klaim itu enggak rutin gitu loh,
enggak tepat waktu perbulan dikirim, kadang mau per 3 bulan
atau bahkan 4 bulan sekali baru dananya datang, pernah sampai 7
bulan. Enggak pernah dana yang di klaim langsung cair, jadi dari
pada enggak jalan lebih baik aku yang mendahulukan tapi nanti
pasti dibayar sama BPJS, tapi itupun peraturannya berubah ubah
dulu dikirim ke rekening ku langsung sekarang harus dari rekening
puskesmas, makanya pernah itu enggak bisa dicairkan dananya
gara gara peraturan baru itu tapi kami enggak tau, enggak ada
pemberitahuan sebelumnya, sampe 7 bulan padahal udah banyak
uangku masuk. Yah gitulah sebulan itu kemaren enggak ada senam
sama edukasi, berenti itu sempat. Ya gimanalah ya kan, sedangkan
udah enggak bayar apa-apa, dikasih lagi snack masih banyak
peserta yang enggak datang apalagilah kalau bayar sendiri mereka
untuk instruktur terus enggak ada snacknya.
Kegiatan pemeriksaan rutin bulanan untuk peserta yang
diabetes itu dari kapitasi kayanya, enggak pala paham aku
dananya dari mana pokoknya dinas kesehatan lah yang
menyiapkan stiknya sama alat tensi bukan dari BPJS Kesehatan,
eee,,,,jadi setiap sebulan sekali digratiskan bagi peserta
Prolanis.Dana home visit khusus Prolanis kan kita enggak ada,
tapi kita buat ke PHN, itu pakek dana BOK untuk transportasi
petugas lah istilahnya. Reminder itu mana ada biayanya, jadi uang
beli pulsa untuk nge SMS peserta itu pake dana sisa klaim snack
peserta yang senam sama edukasi yang udah dibayarkan sama
BPJS lah dek, itulah yang kami kelola sebaik baiknya kaya mana
biar cukup, ya dicukup cukpkan lah dek.”(Informan 1)
didukung oleh pernyataan PIC Prolanis dan Kepala Puskesmas Parsoburan berikut
ini:
Dana pelaksanaan kegiatan Prolanis yang bersifat klub yaitu kegiatan edukasi
klub dan senam Prolanis berasal dari BPJS Kesehatan namun diluar dari kapitasi
kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis, kemudian dana pelaksanaan kegiatan
berupa upah jasa untuk narasumber edukasi dan konsumsi peserta. Biaya upah
jasa narasumber edukasi klub Prolanis yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan
adalah sebesar Rp.300.000,00 untuk sekali edukasi per klub Prolanis. Dana
konsumsi peserta edukasi klub Prolanis yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan
Parsoburan ke BPJS Kesehatan adalah berupa upah jasa instruktur senam dan
dana konsumsi peserta Prolanis. Besarnya dana klaim yang dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan untuk jasa instruktur senam adalah sebesar Rp.150.000,00 setiap satu
kali pelaksanaan senam per klub senam. Dana konsumsi peserta senam Prolanis
yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan adalah sebesar Rp.5000,00 per peserta,
dalam pelaksanaan kegiatan edukasi dan senam dirasa sudah cukup dan mampu
memenuhi kebutuhan Program. Besar biaya kegiatan edukasi klub dan senam
Prolanis dari BPJS Kesehatan berbeda untuk setiap FKTP, hal ini dipengaruhi
dana untuk konsumsi peserta senam dan edukasi klub Prolanis berbeda setiap
tahun, juga sangat tergantung dengan ketersediaan anggaran dana BPJS Kesehatan
Cabang Pematangsiantar.
klub dan senam Prolanis sekali sebulan, selain itu agar dana yang diklaimkan
dibayar oleh BPJS Kesehatan maka Puskesmas Parsoburan juga melaporkan bukti
pelaksaan kegiatan senam dan edukasi secara online segera setelah selesai
ini dilakukan oleh Person In Charge (PIC) Prolanis. Proposal klaim dana tersebut
dibuat oleh dokter pengelola Prolanis dan disetujui oleh kepala puskesmas,
kegiatan senam dan edukasi Prolanis selama sebulan beserta bukti dokumentasi
kegiatan sebagai bentuk klaim biaya. Laporan ini dikirimkan terlebih dahulu ke
kemudian pihak dinas kesehatan akan mengirimkan laporan klaim biaya tersebut
Pembayaran klaim biaya edukasi klub dan senam Prolanis dari BPJS
klaim biaya kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis pasti akan dibayarkan oleh
BPJS Kesehatan namun pencairan klaim biaya tidak rutin dilakukan setiap bulan
dan tidak ada waktu pasti pencairan dana, terkadang pembayaran klaim
dikirimkan sekali dalam 4 sampai dengan 6 bulan, hal ini tergantung ketersediaan
dana BPJS Kesehatan, oleh karena itu biaya untuk pelaksanaan senam dan edukasi
Prolanis. Disisi lain pihak Puskesmas Parsoburan juga merasa bahwa prosedur
klaim biaya kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis cukup rumit.
Prolanis yang sering terlambat dan prosedur pencairan dana yang rumit
edukasi klub Prolanis. Kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis sempat
adanya kejelasan pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan. Kondisi ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Niko dan Chalidyanto (2014), bahwa perlu
dilakukan kajian ulang dan perbaikan dalam sumber daya anggaran baik dalam
besar tarif, lama waktu pencairan dana imbalan jasa, dan perjanjian kerja sama
terkhusus untuk pemeriksaan gula darah yaitu Gula Darah Sewaktu (GDS)
alat pemeriksaan gula darah tersebut dengan menggunakan DAK fisik bidang
Puskesmas Parsoburan yang berasal dari dinas kesehatan berjumlah cukup dan
kegiatan home visitterkhusus untuk peserta Prolanis sehingga kegiatan home visit
Health Nursing (PHN). Home visit Prolanis melalui PHN menggunakan dana
home visit ditujukan untuk membayar insentif petugas berupa penggantian uang
dana konsumsi peserta untuk kegiatan senam dan edukasi klub dengan
“Enggak, enggak ada iuran dana apa apa, semua gratis, periksa
kita gratis, obat gratis.”(Informan 9)
“O, dulu pernah ada diminta katanya uang untuk potokopi, tapi itu
dulu waktu mula-mula, sekarang enggak ada lagi.” (Informan 11)
bahwa tidak ada pungutan biaya apapun bagi peserta Prolanis,termasuk juga
pelayanan pemeriksaan GDS rutin bagi peserta Prolanis yang menderita diabetes
diberikan secara geratis. Peserta juga diberikan jatah obat untuk sebulan secara
berikut:
Prolanis adalah salah satu bentuk pelayanan penting dalam kegiatan Prolanis yang
dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam sebulan dan dapat pula dilakukan
lebih dari satu kali disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan
dilayani oleh dokter pengelola Prolanis yaitu dr. Olga, akan tetapi dapat pula
digantikan atau dibantu oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang tersedia di
pembicaraan antara dokter dan peserta Prolanis dalam pelayanan konsultasi medis
adalah membahas kondisi hasil pemeriksaan rutin bulanan dan keluhan penyakit
dilakukan pada saat jadwal pasien tersebut datang berkunjung untuk melakukan
bulanan peserta Prolanis tiba, maka peserta tersebut akan datang ke puskesmas
“Saya sudah ikut Prolanis ini sejak 2014, ya memang selalu ada
konsultasi, diperiksa dulu kan gula darah, baru tak berapa lama
lagi dipanggil ke dokter, trus ditanyai kenapa tinggi ini, wah
keenakan makan ini, kok kaya gitu, trus kita diingatkan sama
dokter itu, kita kurangilah, misalnya makan kue pasti naik, kalau
makan kue entah apa cukuplah dua keping aja udah. Selalu kita
diberi petunjuk supaya kita jangan tambah penyakit itu , ya itulah
kurangi makan, nasi itu banyak gula, gula pasir jangan diminum
lagi, itulah sarannya dokter. Saya merasa senanglah ada dikasih
petunjuk seperti itukan, coba kalau tidak jangan jangan sudah
matipun saya ini, kalau buku itu dokter yang ngisi saya tidak
pernah, ditulis obatnya sama dokter ya udah.” (Informan 10)
“Kalau aku dek dalam sebulan itu ada 3 kali datang kepuskesmas,
bah siap senam langsung aku periksa, disitu konsulatasilah sama
dokter apa keluhan kita. Dokter bilang jangan sembarangan
makan, tapi kalau aku rasa ya bukan makanan aja, pikiran
terutama yang paling kuat membuat naik tensi ini, bandal aja
anak udah jadi pikiran kan, manalah bisa enggak berpikir.”
(Informan 11)
bulanan, baik pemeriksaan tekanan darah maupun gula darah. Saat pelayanan
dengan pelayanan konsultasi medis Prolanis yang diberikan, hal ini dikarenakan
berjalan dengan baik dan sesuai dengan petunjuk praktis Prolanis.Hal ini dilihat
dari pelayanan konsultasi medis yang rutin diberikan terhadap peserta Prolanis di
minimal sekali dalam sebulan dan dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai
ini dokter akan memberikan saran-saran mengenai gaya hidup sehat yang
diharapkan mampu menjadi solusi atas keluhan yang dirasakan peserta Prolanis.
informan dalam penelitian ini mengaku bahwa mereka merasa puas dengan
dengan dokterpengelola Prolanis dan dokter juga memberikan respon yang baik
berkomunikasi dengan peserta Prolanis. Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni, Yanis, dan Erly (2013) bahwa semakin baik komunikasi
yang kemudian diwujudkan melalui kegiatan edukasi klub. Edukasi klub Prolanis
sehingga peserta terhindar dari komplikasi penyakit yang lebih berat dan mampu
mengenai perawatan kesehatan bagi diri sendiri yang dapat meningkatkan status
“Edukasi khusus untuk Prolanis kita ada, kalau metode yang kita
pake biasanya ceramah gitu kan, biasa aja kaya orang lagi ngasih
pengumuman gitu, apa-apa yang perlu ya disampaikan kepada
peserta.Edukasi peserta Prolanis dilakukan sekali sebulan untuk
masing-masing klub, kan disini ada 2 kub. Klub edukasi dibagi
berdasarkan klub senam, karna biasanya dilakukan siap senam,
jadi enggak ada pembagian berdasarkan kondisi penyakit, itu
belum ada.
Jadwal pelaksanaan kegiatan edukasi tidak ada jadwal
pasti, terserah aku aja. Emang mustinya ada jadwal pasti kan,
kaya dulu di minggu ketiga tapi sekarang kapan aku sempatnya aja
baru ku buat edukasi, karna kan pasien banyak. Misalnya pas ada
waktu dan ada bahannya, bisa saja baru selesai senam, bapak ibu
sini-sini kumpul sebentar ada penyuluhan ya, gitu, makanya tidak
semua peserta bisa dapat edukasi, makanya kurang efektif. Peserta
kegiatan edukasi kesehatan memang tidak dibagi berdasarkan jenis
penyakit, karna peserta tidak dibagi berdasarkan penyakit maka
pokok pembahasannya lah yang dibagi contohnya minggu ini
tentang hipertensi minggu depannya tentang diabetes gitu aja,
pokoknya yang berkaitan dengan kesehatan lah tergantung
kebutuhan, terkadang enggak tentang penyakit kronis aja, apa
yang lagi tern lah kaya kemaren lagi hebohnya rabies, ya rabies,
apalagi itu satu lagi e, campak, ya gitu gitulah kalau tentang
hipertensi dan diabetes terus kan mereka bosan.”(Informan 1)
metode ceramah. Kegiatan ini dilakukan sekali dalam sebulan. Materi yang
pengenai penyakit lain yang sedang menjadi tren kesehatan. Hal ini dilakukan
agar peserta klub edukasi Prolanis tidak merasa bosan dengan materi penyakit
kronis.
Parsoburan setelah selesai kegiatan senam Prolanis. Jika ingin dilakukan kegiatan
kegiatan senam selesai, bahwa akan diadakan kegiatan edukasi sebelum peserta
Parsoburan tidak memiliki jadwal yang menetap namun biasanya kegiatan edukasi
ini dilakukan diantara jadwal pelaksanaan senam, yaitu dari minggu ke 1 sampai
minggu ke 4 setiap bulannya. Tidak adanya jadwal yang menetap dan pasti dalam
Puskesmas Parsoburan yang tidak terjadwal secara tetap dan pasti menyebabkan
Tidak adanya jadwal tetap kegiatan edukasi ini menyebabkan tidak semua peserta
senam pada hari itu saja, sementara rata-rata keaktifan peserta Prolanis dalam
hanya sebagaian kecil peserta Prolanis yang mendapatkan pelayanan edukasi klub.
kegiatan edukasi dengan aktivitasnya yang lain. hal ini juga selaras dengan
penelitian yang dilakukan Arifa (2018) bahwa kejelasan informasi pelayanan dan
Parsoburan mengetahui ada kegiatan edukasi klub Prolanis yang ditujukan khusus
bagi peserta Prolanis, namun tidak semua peserta mengikuti kegiatan edukasi klub
hal ini terjadi karena kegiatan edukasi klub Prolanis yang tidak dijadwalkan
secara tetap dan peserta Prolanis juga tidak mengikuti kegiatan senam secara rutin
setiap minggu.
kesehatan peserta Prolanis adalah satu bentuk kegiatan yang menjadi fokus utama
kesehatan Prolanis bertujuan agar peserta mencapai kualitas hidup yang optimal
status kesehatan peserta Prolanis, tim Prolanis terpadu juga berkewajiban untuk
sebagai berikut:
pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran indeks massa tubuh. Khusus bagi
rencana perawatan tindak lanjut kepada setiap peserta Prolanis. Hasil evaluasi
status kesehatan peserta Prolanis adalah berupa rencana upaya tindak lanjut
dilakukan adalah pemeriksaan tekanan darah dan indeks massa tubuh, dan
pelaksanaan pemeriksaan gula darah rutin bulanan bagi peserta Prolanis sebagai
berikut:
“Pertama kan dek, nanti kalau dokter ada menduga pasien terkena
diabetes mellitus, maka dokter akan menganjurkan kepada pasien
untuk dilakukan pemeriksaan sebagai tindakan lanjut untuk
menentukan diagnosa pasien secaratepat, trus dirujuk lah ke
laboratorium jadi kakak lah yang memeriksa pasien tersebut, kalau
memang ternyata benar gula darahnya tinggi mencapai lebih dari
200 baru nanti dianjurkan ikut Prolanis, nah kalau untuk yang
sudah menjadi peserta Prolanis, maka akan dilakukan pemeriksaan
gula darah sekali dalam sebulan secara rutin, kalau jenis
pemeriksaannya sendiri kakak melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu. Kan kalau dia peserta Prolanis kan ada pemeriksaan gula
darah rutin bulanannya, jadi dilakukan pemeriksaan GDS bukan
GDP atau GDPP, ya mungkin dokter merasa lebih akuratlah dek,
kan kalau GDP pasien harus puasa dulu dan dilanjutkan ke
pemeriksaan GDPP, tapi kalau GDS kan enggak. Jadikan setelah
dilakukan pemeriksaan ada buku belangko hasil dek, jadi nanti kita
tulislah hasil pemeriksaan gula darah itu dalam belangko hasil
terus kita kasih sama dokter supaya dicatat dalam buku status
pasien, sama seperti pasien umum.”(Informan 4)
pemeriksaan gula darah hanya diberikan kepada peserta Prolanis yang menderita
diabetes mellitus.Pemeriksaan gula darah ini diberikan sekali dalam sebulan tanpa
memungut biaya apapun. Jenis pemeriksaan gula darah yang dilakukan adalah
pemeriksaan GDS karena dianggap lebih praktis, pasien tidak diharuskan puasa
terlebih dahulu. Pihak BPJS Kesehatan selaku pemilik program Prolanis, tidak
membuat ketentuan mutlak yang mengatur jenis pemeriksaan gula darah rutin
pemeriksaan GDP, akan tetapi apabila FKTP melakukan pemeriksaan GDS, maka
tidak menjadi masalah, selama pemeriksaan bulanan ini secara rutin dilakukan.
pemeriksaan tekanan darah dan indeks massa tubuh oleh perawat yang bertugas di
sebagai berikut:
bilang padahal orang itu wajib per tiga bulan sekali dirujuk itu.”
(Informan 1)
indeks massa tubuh bagi setiap peserta Prolanis dan terkhusus bagi peserta
Darah Sewaktu (GDS) sebanyak satu kali dalam sebulan. Kegiatan pemeriksaan
rutin bulanan peserta Prolanis tiba, maka peserta Prolanis datang ke puskesmas,
pasien pada umumnya, kemudian dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan
tinggi badan peserta, serta diperiksa tekanan darahnya oleh perawat yang sedang
akan dituliskan kedalam blangko hasil dan diserahkan ke dokter pengelola peserta
pasien berada dalam kondisi penanganan yang lebih lanjut maka akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan setiap peserta Prolanis setiap bulannya melalui buku status
kemudian dilakukan penilaian apakah kondisi pasien perlu dilakukan rujukan atau
tidak.
hanya dicatat dalam buku status pasien dan dilaporkan melalui aplikasi P-care.
Belum tersedia rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanis
dimana rekapitulasi ini adalah sumber data yang digunakan petugas Prolanis di
keaktifan setiap peserta Prolanis. Keadaan ini juga mempersulit petugas Prolanis
yang sudah lama tidak hadir terapi bahkan sudah hilang kontak namun diketahui
diketahuinya secara pasti jumlah peserta Prolanis dengan tekanan darah dan gula
kesehatan peserta setiap bulannya, maka dokter harus melihat buku status pasien
dari setiap peserta Prolanis saat peserta tersebut telah datang kembali untuk
berobat. Kondisi ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Assupina,
Misnaniarti, dan Rahmiwati (2013) bahwa ada FKTP pengelola Prolanis yang
masih beranggapan bahwa mereka hanya sebagai penunggu bola dalam hal
sangat diperlukan sebagai bahan untuk melakukan identifikasi peserta yang tidak
pemeriksaan rutin bulanan ini sangat dibutuhkan oleh FKTP pengelola Prolanis
kontrol kesehatan pada tahun 2018 adalah 55,003% artinya ada sekitar 45%
peserta tidak aktif. Biasanya peserta tidak datang melakukan pemeriksaan jika
sasaran untuk dilakukan upaya tindak lanjut atau follow up baik itu melalui
dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis saja sementara jumlah peserta Prolanis
baik data hasil pemeriksaan kesehatan peserta Prolanis disebabkan oleh jumlah
peserta Prolanis yang dipantau cukup banyak namun kegiatan rekapitulasi data
Prolanis saja.
Parsoburan masih dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis saja, sementara disisi
kerjakan oleh dokter pengelola Prolanis, hal ini menunjukkan adanya overlapping
tugas dan tanggung jawab kepada satu petugas saja. Kondisi ini selaras dengan
penelitian yag dilakukan oleh Prayogo, dkk (2017) yang menyatakan bahwa
banyaknya sasaran sebuah Program dengan jumlah tenaga yang terbatas namun
dengan pembagian tugas yang tidak jelas maka akan menyebabkan kelebihan
pelaksanaan program.
salah satu kegiatan yang wajib dilakukan di FKTP pengelola Prolanis. Bentuk
pelayanan obat Prolanis di FKTP pengelola adalah berupa peresepan obat bagi
Prolanis adalah berupa peresepan obat bagi setiap peserta Prolanis. Pengambilan
obat dilakukan sendiri oleh peserta Prolanis di apotek yang telah bekerja sama
obat peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilakukan oleh dr. Olga selaku
dokter pengelola peserta Prolanis, peresepan obat peserta Prolanis yang dilakukan
mendapatkan jatah obat yang harus dikonsumsi selama satu bulan penuh.
Peresepan obat bagi peserta Prolanis yang merupakan pasien rujuk balik
dengan cara mengumpulkan berbagai resep obat yang telah diterima oleh peserta
dari berbagai dokter spesialis selama pasien dirujuk ke rumah sakit, kemudian dari
kumpulan resep itu dokter pengelola Prolanis akan meresepkan kembali obat yang
akan diteruskan setiap bulan. Bagi peserta Prolanis yang belum mengalami
komplikasi penyakit dan masih dalam kondisi yang dapat ditangani puskesmas
Setelah peserta menerima resep obat dari dokter pengelola Prolanis maka
masa pengambilan resep obat perserta tersebut melalui aplikasi P-care obat
tersebut kepada peserta. Peserta Prolanis harus membawa resep obat dari dokter
pengelola Prolanis yang telah tertulis di dalam buku pemantauan status kesehatan
peserta Prolanis dan surat pengantar pengambilan obat Prolanis dari puskesmas
agar peserta tersebut dapat mengambil obat dari Apotek. Pengambilan obat
Prolanis ini dilakukan langsung oleh peserta di apotek yang telah bekerja sama
Sutomo dan Apotek Sejahtera. Setiap peserta Prolanis berhak mendapatkan jatah
peserta Prolanis melalui aplikasi P-care secara online adalah sebagai tanda bukti
bahwa pasien telah mengambil jatah obat bulanannya. Aplikasi P-care obat
Prolanis ini terintegrasi dengan rumah sakit sehingga sangat berguna untuk
kondisi lain yang mengharuskannya dirujuk ke rumah sakit, maka pihak rumah
sakit dapat mengetahui bahwa jenis obat yang sama sudah diberikan kepada
peserta dari apotek, sehingga rumah sakit dapat menyesuaikan resep obat peserta
tersebut dengan jenis obat yang sudah diterima peserta dari Prolanis. Dengan
tersedianya aplikasi P-care obat Prolanis ini, maka peserta Prolanis tidak akan
mendapatkan obat dengan jenis yang sama dari rumah sakit, dengan demikian
berikut:
“Jadi obat itu diambil ke apotik, dikasih resep dari dokter ini, jadi
begitu selesai kita konsultasi atau pemeriksaan baru dikasi resep
obatnya, terus ada dikasi lagi surat P-care obat namanya, jadi
resep dari dokter itu sama surat P-care obat itu dibawak ke Apotik
Kimia Farma, nanti kita ambillah obatnya. Obatnya itu untuk satu
bulan, diminumlah setiap hari. Jadi kalau udah habis diambil lagi,
seperti inilah saya sudah pas satu bulan, diambil lagi lah, kalau
udah habis obatnya ya melaporlah ke puskesmas sambil periksa.”
(Informan 10)
“Kalau obat aku ambil ke apotik, itu untuk obat satu bulan , tapi
gini ya ini kadang kadang rahasia, kita konsumsi obat seminggu
atau dua minggu tapi pande pande kitalah, kalau tinggi, udah agak
oyong, kepala berat, baru kumakan. Masa kita konsumsi terus itu,
aku takut itukan ada efek sampingnya, apalagi faktor usia tua bisa
ke ginjal, tapi terpaksa obat itu kita ambil tiap bulan biar bisa ikut
kegiatan Prolanis kan biar kita diperiksa.” (Informan 11)
“Kalau aku sekali sebulan ngambil obat ke kimia farma itu rutin,
sebulan lagi baru balik lagi kesini kalau enggak ada keluhan. Aku
enggak rutin minum obat itu, awal awal saja sebulan itu penuh ku
makan obatnya, sekarang ya enggak lagi lah, paling kalau udah
ada gejala agak-agak berat kurasa baru ku makan obatnya kalau
enggak kubuang itu obat. Ngeri loh obat itu, efek sampingnya
hebat kali itu, saling memakannya obat itu contohlah kalau kita
diketahui bahwa setiap peserta Prolanis mendapatkan jatah obat selama sebulan
penuh secara gratis dan pengambilan obat akan diperpanjang setiap bulan, namun
semua peserta Prolanis mengonsumsi obatnya secara rutin dan teratur. Biasanya
peserta Prolanis meminum obat ketika sudah merasakan keluhan, hal ini
dikarenakan peserta takut akan efek samping minum obat dalam jangka waktu
yang panjang.
Kondisi peserta Prolanis yang meminum obat jika hanya sudah merasakan
merupakan penyakit yang sering kali muncul tanpa keluhan namun sering sekali
Dampak kebiasaan tidak teratur meminum obat bahkan lebih buruk dari efek
samping yang mungkin timbul jika minum obat anti hipertensi maupun obat
diabetes secara teratur sehingga sangat penting meminum obat secara rutin
meskipun penderita tidak merasakan keluhan. Hal ini selaras dengan penelitian
Prolanis yang dilakukan secara rutin sekali dalam seminggu. Hasil penelitian
berikut:
klub Rabu dan klub Jumat. Klub Rabu dilaksanakan pada sore hari pukul 16.30
WIB, klub ini dominasi oleh peserta Prolanis yang masih bekerja karena jika
dilakukan pada pagi hari maka akan terhalang waktu bekerja. Senam Prolanis klub
Jumat dilaksanakan pada Jumat pagi pukul 7.30 WIB, klub ini didominasi oleh
oleh seorang instruktur senam yang disewa oleh Puskesmas Parsoburan. Senam
Prolanis adalah senam jantung sehat, dimana senam ini sudah di tentukan langung
rata-rata peserta yang aktif mengikuti kegiatan senam pada klub Rabu hanya
sekitar20 sampai 50 orang sementara rata-rata peserta Prolanis yang aktif dalam
Prolanispenyebab tidak semua peserta aktif dalam kegiatan senam adalah karena
peserta dalam kondisi sakit. Di sisi lain petugas Prolanis juga sering menerima
alasan bahwa peserta tidak rutin mengikuti kegiatan senam karena tidak ada yang
yang diberikan oleh PIC Prolanis dan Kepala Puskesmas Parsoburan berikut ini:
“Jadi senamnya itu dilakukan setiap hari Rabu dan Jumatlah kan,
jadi kalau senamnya itu ada seorang instruktur yang ngajari, kami
sewa dari luar instrukturnya, kalau senamnya itu di tentukan dari
BPJS Kesehatan, ada senam jantung sehat dan lain lah, pokoknya
senamnya disesuaikan dengan orang tualah dek, gerakannya yang
tidak rumit agar orang orang tua ini bisa mengikuti dan tidak
terlalu capek jadi disesuaikanlah dengan kondisi orang tua, jadi
lama senamnya itu kira-kira jam 8 pagi mereka kumpul, jam jam
setengah 9 mereka sudah siap senam, tapi kegiatan senam juga
terkadang yang datang hanya itu itu aja orangnya karna mungkin
enggak sanggup lagi datang ya, kaya manalah banyak yang udah
tua itu kan dek.”(Informan 2)
“Kalau disini rutin dilakukan senam Prolanis, kita ada 2 klub, klub
Rabu sore dan Jumat pagi.Selama ini berdasarkan monitoring saya
kegiatan senam Prolanis ini rutin setiap Jumat dan Rabu. Saya
monitoring juga perihal kehadiran peserta senam kalau yang
datang sedikit kenapa ya? Apakah masalah dari internalnya,
instrukturnya, gimana dengan snaknya cukup atau tidak.
Hasil evaluasi, kalau dari selama ini, kalau yang hari
Jumat itu, kehadiran itu konsisten, itu kalau hari Jumat, kalau di
hari Rabu itu enggak, fluktuatif, kadang-kadang banyak kadang-
kadang sedikit, tapi kalau Jumat itu konsisten, mungkin karena
jumlahnya dan orang-orangnya juga. Kalau yang di hari Jumat itu
kebanyakan pensiunan jadi kegiatan senam itu sangat mereka
butuhkan untuk mengisi hari harinya kan, jadi kehadiran mereka
itu lebih konsisten dibanding hari Rabu yang anggotanya para
pekerja.” (Informan 3)
“Dalam kegiatan senam prolanis saya aktif kalau lagi sehat kalau
lagi sakit ya enggak namanya orang tua ya enggak bisa rutin lagi.
Kalau pelaksanaannya disini hari Jumat ada instrukturnya yang
ngajarin, saya ikut udah mulai 2015, sejak saya ada penyakit gula,
lalu dokter memberi tahu bahwa ada program Prolanis, mau ikut
tidak, ya ikutlah saya. cuman kehadirannya yang kadang kita
enggak bisa, olah raga kalau enggak sehat kan enggak
bisa.”(Informan 9)
“Kalau senam rutin sekali seminggu, saya yang ikut di klub Rabu
sore. Kalau manfaat yang saya rasakan ya enggak tau lah saya,
karna enggak tau saya kaya mana kalau tidak ikut senam, tapi
seengaknya masih ikut senam ini dua tahun ya buktinya ginilah
saya masih hidup. Kalau Rabu bisa sampe 20 orang kalau paling
banyak bisa dia 30 orang, karnakan kalau Rabu itu pekerja semua
pulang sore mungkin malas dia pulang kantor.”(Informan 11)
kebugaran mereka. Peserta juga merasa terhibur karena kegiatan ini menjadi salah
satu wadah untuk saling berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama peserta,
namun meskipun demikian dari hasil penelitian ini diketahui bahwa partisipasi
peserta Prolanis dalam mengikuti kegiatan senam sangat rendah, hal ini terlihat
dari 430 orang peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan tidak semua peserta
aktif mengikuti kegiatan Prolanis. Rata rata jumlah peserta yang hadir senam pada
klub Rabu sore adalah sekitar 20 sampai 30 orang, sementara pada klub Jumat
sangat disayangkan karena aktivitas fisik adalah salah satu faktor yang dapat
manfaat yang baik bagi perkembangan status kesehatan peserta seperti penelitian
yang dilakukan Sidio (2019) bahwa pemberian senam Prolanis yang dilakukan
secara rutin 1 (satu) kali dalam 1(satu) minggu dapat membuat tekanan darah
puasa dan KGD2PP pada pasien DM yang dilakukan oleh Nastiti dan Hanif
(2018) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara senam Prolanis terhadap
bahwasalah salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya jumlah peserta klub
Rabu sore hadir dalam kegiatan senam Prolanis, yaitu peserta merasa malas
karena baru pulang bekerja, hal ini menunjukkan bahwa sikap peserta Prolanis
mereka dalam mengikuti kegiatan senam. Beberapa informan dalam penelitian ini
yang merupakan anggota senam klub Jumat juga tidak rutin untuk mengikuti
kegiatan senam meskipun kebanyakan peserta tidak lagi terikat dengan pekerjaan
karena sudah pensiun, dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa hal ini
kegiatan pribadi peserta seperti: undangan ke pesta, pergi ke rumah anak atau
saudara, atau dalam kondisi sakit. Alasan terhalang kegiatan lain seharusnya tidak
pada jadwal biasanya maka peserta bisa mengikuti senam pada jadwal yang
lainnya.
keaktifan peserta dalam mengikuti senam, hal ini terlihat dari seringnya petugas
Prolanis di Parsoburan menerima alasan bahwa peserta tidak aktif dalam kegiatan
senam dikarenakan tidak ada yang mengantar peserta ke puskesmas, disisi lain
peserta Prolanis yang menjadi informan dalam penelitian ini mengaku bahwa
salah satu faktor pendorong beliau aktif dalam mengikuti senam Prolanis adalah
karena perhatian dan dukungan teman sesama peserta Prolanis di dalam anggota
klub senam.
sangat mempengaruhi keaktifan peserta dalam mengikuti senam, hal ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan Tantinis, Widjanarko, dan Suroto (2016) bahwa
keaktifan peserta dalam megikuti kegiatan senam sangat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu sikap peserta dalam memandang pentingnya senam dan norma
diri dan lingkungan kepada peserta Prolanis dan keluarganya. Dengan adanya
peserta Prolanis dapat lebih baik. Hasil penelitian mengenai pelaksanan kegiatan
Puskesmas Parsoburan maka diketahui bahwa tidak ada program home visit
Kriteria peserta yang mendapatkan home visit melalui PHN adalah peserta yang
dikarekan tidak ada dana khusus pelaksanaan home visit Prolanis, sehingga
pedoman petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis, yaitu peserta dengan kondisi gula
darah yang tidak terkontrol dan peserta pasca opname namun peserta Prolanis
sebagai berikut:
Kebijakan ini dari kita sendiri pihak puskesmas, aku lah yang
membuat selaku penanggung jawab Program karenakan banyak
kali peserta Prolanis ini kalau sampai ikut luar wilayah kerja
enggak sangup lah dek banyak kali. Jadi ananti setiap bulan kita
minta sama dokter pengelola Program siapa siapa aja peserta
yang memenuhi kriteria dilakukan home visit tersebut terus nanti
kita susun tim pelaksananya sama kita tentukan jadwalnya.”
(Informan 8)
yang telah berumur 65 tahun ke atas dan atau peserta Prolanis yangmengalami
kondisi medis yang menyebabkan peserta Prolanis tidak mampu lagi datang ke
ataupun kondisi lainnya. Pelayanan home visit ini juga hanya dapat diberikan
tersebut belum pindah FKTP atau tetap memilih tidak pindah FKTP atau peserta
Prolanis yang cukup besar namun kuota home visit yang terbatas.Kuota home visit
ini berbeda setiap bulannya tergantung danadan aktivitas program lain yang juga
menggunakan dana BOK. Pelaksanaan home visit melalui PHN ini dilakukan oleh
kunjungan dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari dua orang yaitu satu orang
perawat dan satu orang pendamping baik petugas gizi, bidan maupun dokter,
setiap tim Prolanis diberikan tugas untuk melakukan kunjungan kepada 3 pasien
sasaran home visit. Pelaksanaan home visit dilakukan sesuai dengan jadwal yang
sasaran home visit Prolanis sebagaimana dengan kriteria Prolanis yang telah
ditetapkan di dalam pedoman petunjuk praktis Prolanis oleh BPJS Kesehatan. Ada
5 (lima) kriteria peserta Prolanis yang menjadi sasaran pelayanan home visitsesuai
dengan pedoman petunjuk praktis Prolanis, yaitu: peserta Prolanis yang baru
turut, peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol selama 3 bulan berturut-
turut,peserta pasca opname dan peserta yang tidak hadir terapi selama 3 bulan
tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Parsoburan baik karena pindah tempat
pelayanan home visitkarena cakupan program PHN ini hanya untuk peserta yang
hingga mencapai 430 orang juga mempengaruhi banyaknya peserta yang menjadi
sasaran home visit Prolanis, apalagi jika pelaksanaan home visit yang dilakukan
oleb BPJS Kesehatan,maka jumlah peserta Prolanis yang menjadi sasaran home
diperlukan untuk home visit juga cukup besar, sementara itu tidak ada dana yang
home visit Prolanis dimasukkan kedalam Program PHN dengan kriteria sasaran
home visit yang sangat terbatas. Keterbatasan dana dalam pelaksanaan kegiatan
home visit Prolanis belum sesuai dengan konsep home visitProlanis sebagaimana
Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana, dkk (2017)
bahwa semakin banyak peserta Prolanis yang akan dikelola maka semakin besar
pula dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya, sementara dana yang ada
program promotif dan preventif di FKTP yang bersifat proaktif. Salah satu
singkat yang berisikan ajakan dan jadwal konsultasi setiap peserta Prolanis. Hasil
bahwa pelayanan reminder bagi peserta Prolanis belum maksimal karena hanya
diberikan terhadap sebagian kecil peserta saja. Kegiatan reminder hanya ditujukan
untuk mengingatkan jadwal senam pada peserta senam klub Rabu. Beberapa
reminderadalah jumlah peserta Prolanis yang banyak dan ada juga peserta
peserta kembali. Disisi lain kegiatan reminder ini hanya dikerjakan oleh dokter
dapat diketahui bahwa salah satu bentuk kegiatan reminder yang dilakukan di
kegiatan lain khususnya kegiatan konsultasi dan pemeriksaan rutin bulanan belum
tersedia.
“Mau ada pemberitahuan bahwa hari ini kita ada kegiatan senam,
di SMS dokter itu aja, tapi itupun sekarang udah enggak pernah
lagi. Saya pun tidak tau kenapa tidak pernah lagi di SMS.”
(Informan 9)
mengaku aktif mengikuti kegiatan Prolanis atas dasar kesadaran sendiri terhadap
kesehatannya.
reminder ini sangat perlu dilakukan untuk mendorong dan memberikan motivasi
sertaaktif mengikuti kegiatan klub Prolanis seperti edukasi klub dan senam
meningkatkan kualitas hidup secara optimal sehinga peserta tidak jatuh kedalam
Parsoburan belum berjalan dengan maksimal karena hanya sebagian kecil saja
peserta yang mendapat pelayanan ini. Di sisi lain pelayanan reminder yang
kepada beberapa peserta pada klub senam Rabu sore saja, hal ini dikarenakan
jumlah peserta yang aktif dalam kegiatan senam pada klub Rabu cukup sedikit,
kondisi ini tidak sesuai dengan sasaran pelayanan reminder Prolanis sebagaimana
Prolanis di Puskesmas Parsoburan cukup banyak hingga mencapai 430 orang dan
handphone peserta sudah tidak aktif lagi dengan demikian petugas harus
adalah adanya peserta Prolanis yang tidak memiliki handphone sehingga petugas
beliau juga sudah memiliki beban tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
edukasi klub sehingga tenaga yang tersedia sangat terbatas untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab pada satu petugas yang menyebabkan pelaksanaan
yang dilakukan oleh Azhari dan Wahid (2016) adanya pembagian kerja akan
sehingga pelayanan yang akan diberikan cepat, mudah dan dapat memuaskan
masyarakat.
OutputProlanis
Output adalah suatu hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan sebuah
hipertensi dan diabetes mellitus untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan
Pertama (FKTP) memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit
diabetes dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah
BPJS yang terpantau sekian dari sekian peserta, berapa yang udah
baik dibanding yang belum, enggak ada.”(Informan 1)
Prolanis adalah agar kesehatan setiap peserta Prolanis terkontrol sehingga dapat
aplikasi P-care adalah target Kapitasi Berbasis Komitmen (KBK) yang digunakan
dimana keaktifan peserta Prolanis berkunjung menjadi salah satu indikator yang
mempengaruhi besaran kapitasi yang akan diterima FKTP. Jika dilihat dari
mencapai target untuk capaian program KBK yang telah ditentukan oleh BPJS
Pematangsiantar, 2019).
Parsoburan yang mencapai 55,003% dapat diartikan bahwa terdapat sebesar 45%
(194 orang) peserta Prolanis yang tidak aktif dalam melakukan pemeriksaan rutin
bulanan, hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 194 orang peserta Prolanis di
hasil pemeriksaan rutin bulanan setiap peserta Prolanis yang merupakan sumber
kesehatannya setelah melihat kembali buku status pasien saat pasien telah datang
Parsoburan juga belum ada pembuatan rencana perawatan (plan of care) dan
target pengobatan bagi peserta Prolanis sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
secara optimal dengan indikator secara kuantitatif adalah 75% peserta terdaftar
yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama (FKTP) memiliki hasil baik pada
Keterbatasan Penelitian
Prolanis serta informan penelitian yang sulit ditemui untuk memperoleh informasi
yang diperlukan dikarenakan informan sedang tidak ada ditempat atau sedang
Kesimpulan
Puskesmas Parsoburansudah memiliki langkah awal yang baik. Hal ini terlihat
wilayah kerja Puskesmas Parsoburan yang menjadi peserta Prolanis, tetapi dalam
a. Pembayaran klaim dana kegiatan senam dan edukasi klub Prolanis dari BPJS
Parsoburan.
124
tersebut dilakukan secara maksimal sesuai dengan konsep sebagaimana yang telah
a. Pelaksanaan edukasi klub Prolanis belum optimal karena tidak memiliki jadwal
pelaksanaan yang tetap dan dilakukan secara situasional sehingga tidak semua
b. Pemantauan status kesehatan peserta Prolanis masih bersifat reaktif dan belum
pentingnya minum obat secara rutin meski tidak merasakan keluhan penyakit.
Beberapa alasan yang mempengaruhi keaktifan peserta adalah: tidak ada yang
mengantar kepuskesmas, sakit, malas, dan terhalang kegiatan lain seperti pesta.
3. Output
Saran Penelitian
Parsoburan yang telah dilakukan, maka adapun saran dalam penelitian ini
ditujukan kepada:
b. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain di puskesmas yang terlibat dalam
narasumber, materi yang diberikan dan menilai perubahan pada peserta untuk
Pematangsiantar:
mengenai setiap perubahan prosedur pencairan dana klaim kegiatan senam dan
edukasi klub Prolanis, sehingga proses pencairan dana klaim lebih lancar.
128
https://www.kemkes.go.id/resources/download/infoterkini/rakerkesnas_gel
2_2016/Kepala%20BPJS.pdf
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2016). Pelaksanaan
Kegiatan Prolanis di FKTP. Diakses dari
https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2017/536/Pelak
sanaan-Prolanis-di-FKTP
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2017). Tangkis Risiko
Kardiometabolik dengan Optimalisasi Prolanis. Diakses dari
https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2017/536/Tangk
is-Risiko-Kardiometabolik-dengan-Optimalisasi-PROLANIS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2019). BPJS Kesehatan
Tingkatkan Peran Aktif Peserta Penyakit Kronis Melalui Prolanis. Diakses
darihttps://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Cabang Pematangsiantar. (2019).
Data keaktifan peserta Prolanis di FKTP tahun 2018. Pematangsiantar
Bustan, M. N. (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar. (2018). Profil kesehatan Kota
Pematangsiantartahun 2017. Pematangsiantar
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV
INSI_2017/02_Sumut_2017.pdf
Hamidi. (2010). Metode penelitian kualitatif. Malang: UMM Press.
Hasibuan, M. S.P. (2013). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
International Diabetes Federation (IDF). (2018). Diabetes in Western Pacific.
Diakes dari https://www.idf.org/our-network/regions-members/western-
pacific/members/104-indonesia
Jannah, U. (2018). Gambaran pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis
di Puskesmas Kota Makassar. (Skripsi, Universitas Hasanuddin,
Makassar). Diakses dari http://webcache.digilib.unhas.ac.id/uploaded_files
/temporary/DigitalCollection
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Panduan Integrasi Promosi Kesehatan.
diakses dari http://promkes.kemkes.go.id/pub/files/files34039panduan-
integrasi-promosi-kesehatan-di-kab_kota.pdf
Diakses darihttps://www.neliti.com/universitas-
diponegoro?per_page=100&page=42
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Wahyuni, T., Yanis. A., &Erly. (2013). Hubungan komunikasi dokter-pasien
terhadap kepuasan pasien berobat di Polikilini RSUP. Dr. Djamil Padang.
Jurnal Fakultas Kedokteran UNAND, 2(5), 175-177. Diakses dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/165/160
Winarni, E. W. (2018). Teori dan praktik penelitian kualitatif dan
kuantitatif.Jakarta: Bumi Aksara.
World Health Organization.(2017). Noncommunicable Diseases Progress
Monitor. Diakses dari https://www.who.int/nmh/publications/ncd-
progress-monitor-2017/en/
World Health Organization. (2018). NCD Mortality and Morbidity.
Diakses dari https://www.who.int/gho/ncd/mortality_morbidity/en/
World Health Organization. (2018). Noncommunicable Diseases Country
Profil.Diakses dari https://www.who.int/nmh/publications/ncd-profiles-
2018/en/
Parsoburan
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
3. Biaya operasional
Prolanis di Puskesmas?
Proses
Puskesmas Parsoburan?
Prolanis?
4. Apa yang menjadi tupoksi anda sebagai dokter pengelola peserta Prolanis di
puskesmas Parsoburan ?
di Puskesmas Parsoburan?
6. Bagimana koordinasi antara anda dengan berbagai pihak yang terkait dalam
pelaksaan Prolanis?
Puskesmas Parsoburan?
Puskesmas Parsoburan?
Parsoburan?
pelaksanaannya?
Output
Puskesmas Parsoburan?
Parsoburan
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
3. Biaya operasional
sumber dana ?
puskesmas?
Proses
1. Apa yang menjadi tupoksi ibu sebagai PIC Prolanis di Puskesmas Parsoburan?
aktivitas Prolanis?
Puskesmas Parsoburan?
di Puskesmas Parsoburan?
Puskesmas Parsoburan?
Parsoburan?
Output
Parsoburan?
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
Puskesmas?
3. Dana
Prolanis di Puskesmas?
Proses
Parsoburan?
dengan baik?
kegiatan ini?
pelaksanaannya?
Output
target tersebut?
Puskesmas Parsoburan?
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
Proses
4. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan rutin bulanan gula
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Apakah yang menjadi tupoksi ibu sebagai P-care obat bagi peserta Prolanis di
Puskesmas Parsoburan?
2. Bagaimana ibu menjalankan tuposi sebagai P-care Obat bagi peserta Prolanis
di puskesmas Parsoburan?
4. Selain menjadi P-care bagi peserta Prolanis, apakah ibu juga terlibat dalam
Parsoburan dan bagaimana ibu menjalankan tupoksi ibu dalam kegiatan senam
Prolanis?
7. Kendala apa yang ibu rasakan dalam keterlibatan ibu dalam pelaksanaan
kegiatan Prolanis?
VI. Daftar pertanyaan untuk perawat yang terlibat dalam pemberian pelayanan
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
Proses
4. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan rutin bulanan gula
VII. Daftar pertanyaan untuk penanggung jawab program Public Health Nuring
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
Puskesmas Parsoburan?
2. Biaya operasional
Puskesmas Parsoburan?
Proses
1. Apa yang menjadi tupoksi ibu dalam pelaksanaan kegiatan home visitProlanis?
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
2. Biaya operasional
Proses
Parsoburan?
pelayanan ini?
11. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan home visit bagi peserta
pelayanan ini?
Output
2. Apa yang menjadi harapan anda terkait pelaksanaan Prolanis di masa yang
akan datang?
A. Identitas informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terahir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
2. Dana
Prolanis?
Proses
Pengelola?
Prolanis?
pengelola Prolanis?
Ouput
FKTP?
Input
Puskesmas Parsoburan
apa tadi itu dek? tim Prolanis terpadu ya, enggak ada dek, ya
karna aku perawat di BPnya makanya ikutlah aku terlibat dalam
periksa pasien dek, karnakan pelayanan periksa peserta Prolanis ini
dijadikan bagian pelayanan pasien umum dek, jadi enggak peserta
Prolanis aja kami layani semua pasienlah, selain itu enggak ada
lagi tugas ku, cuman tensi itulah dek kalau untuk peserta Prolanis,
sebatas itu aja, oh satu lagi lah mencatat untuk setiap peserta yang
berobat disini ada spesial register kami dek di buku BP tapi itu
untuk semua pasien yang datang berobat enggak khusus Prolanis
pokoknya siapa ajalah yang datang berobat ke puskesmas kami
catat di buku BP dek.”
7 “Tim Prolanis terpadu, kurang ngerti aku dek, dokter Olga
yang ngerti itu dek, pokoknya karna aku perawat yang tugas di BP
ya waktu kami piket kakak menensi semua pasien lah, enggak
cuman Prolanis aja, semua pasien dek.”
13 “Tim Prolanis terpadu ya tim yang dibentuk puskesmas atau
FKTP pengelola Prolanis untuk melaksanakan kegiatan kegiatan
Prolanis dek, Tim Prolanis terpadu itu dokter pengelola Prolanis
lah pastinya dek, PIC Prolanis untuk melaporkan bukti pelaksanaan
senam dan edukasi tiap bulan secara online kan biar bisa di
klaimkan, dan perawat. Tergantunglah, tergantung kebutuhan
mereka di puskesmas. Enggak ada keharusan harus ada ini atau itu,
jumlahnya sekian itu enggak ada, ya pengelolaan puskesmas
sendirilah tergantung kebutuhan mereka mau buat siapa aja dalam
tim Prolanis terpadu yang penting tugas-tugas tim Prolanis terpadu
dijalankan.”
Prolanis?
Informan Pernyataan
Parsoburan
Informan Pernyataan
Informan Pernyataan
di tambahlah.”
9 “Enggak, enggak ada iuran dana apa apa, semua gratis,
periksa kita gratis, obat gratis.”
11 “O, dulu pernah ada diminta katanya uang untuk potokopi,
tapi itu dulu waktu mula-mula, sekarang enggak ada lagi.”
13 “Pembiayaannya, memang dari awal semua kami biayai
senamnya, kemudian instrukturnya, kemudian konsumsi, tapi
sekarang sudah banyak yang mandiri. Mandiri artinya mereka kan
sudah kami bayarkan biaya kapitasi jadi mereka pakai itu. Kalau
sebelum sebelumnya sampai 2018 mereka semuanya ngajukan
klaim ke kita, nah tahun 2019 sebagian besar mereka sudah
menggunakan anggaran sendiri mungkin karena masalah
keterlambatan jadi mereka diluankan, kalau di Pematangsiantar
masih ada kami bayarkan diluar kapitasi nah Parsoburanlah salah
satu diantaranya. Kalau untuk edukasi kita bantu honor untuk
dokter, honor untuk dokter ini bervariasi ya mungkin enggak perlu
kalilah nominal, karna kita konsepnya fokus di konsep Prolanis
kalau nominal mungkin tanda kutiplah itu.
Variasnya tergantung ketersediaan anggaran cabang, jadi
bukan suatu hal patokan misalnya di puskesmas Parsoburan kami
kasih misalnya 300 misalnya setiap kali dokter melakukan kegiatan
edukasi, puskesmas lain belum tentu segitu apalagi di cabang lain,
ya yang pasti tadilah ada bantuan honor pelaksana eduksi dan
konsumsinya ya kita bantu sesuai dengan jumlah peserta mereka
berapa, nah misalnya satu orang peserta unit costnya itu misalnya
5000, nah kalau yang sering hadir di mereka itu hanya sekitar 30
orang berarti kami bantu mereka 150 ribu setiap kali senam, tapi
kalau misalnya pesertanya 20 ya dikalikanlah sama unit costnya.
Kami punya batas maksimal setiap kegiatan tapi berbeda setiap
tahunnya tahun ini mungkin 5000, tahun depan belum tentu itu
5000, jadikan kami bervariasi tergantung ketersediaan anggaran
dana, kalau untuk kegiatan senam kita biayain instrukturnya, snack
ya itu dia.
Sistemnya mereka mengajukan klaim ke kita tapi setelah
mereka melakukan kegiatan, mereka ajukan klaim ke kita, tapi
kalau masalah keterlambatan mereka udah pahamlah dek, rumah
sakit yang miliaran aja kami membayarnya terlambat, semua
tergangung ketersediaan anggaran dana cabang. Sistem
pembayaran kami yang mana yang laporan klaim yang masuk
diluan itu yang diluan kami bayar jadi first in first out. Kalau untuk
masalah pembayaran klaim yang sering terlambat, sebenarnya
bukan hanya prolanis saja yang terlambat, pembayaran klaim ke
rumah sakit pun kami sering terlambat, saya pikir semua orang
sudah tau ya kondisi BPJS Kesehatan saat ini seperti apa, tapi
pasti kami bayarkan meskipun terlambat. Kalau untuk pemeriksaan
penunjang bisa di klaimkan dek sama kami, cuman selama ini
Proses
saat konsultasi karna kan dokter ini ramah, kita dikasih buku nanti
disitu dokter tulis resep obat kita. Kalau di buku ya kita isikan apa
yang dibilang dokter sekalian untuk mengambil obatnya buku itu
dibawa ke apotik.”
10 “Saya sudah ikut Prolanis sejak 2014, ya memang selalu
ada konsultasi, diperiksa dulu kan gula darah, baru tak berapa
lama lagi dipanggil ke dokter, trus ditanyai kenapa tinggi ini, wah
keenakan makan, kok kaya gitu, trus kita diingatkan sama dokter,
kita kurangilah, misalnya makan kue pasti naik, kalau makan kue
entah apa cukuplah dua keping aja udah. Selalu kita diberi petunjuk
supaya kita jangan tambah penyakit itu , ya itulah kurangi makan,
nasi itu banyak gula, gula pasir jangan diminum lagi, itulah
sarannya dokter. Saya merasa senanglah ada dikasih petunjuk
seperti itukan, coba kalau tidak jangan jangan sudah matipun saya
ini, kalau buku itu dokter yang ngisi saya tidak pernah, ditulis
obatnya sama dokter ya udah.”
11 “Kalau aku dek dalam sebulan itu ada 3 kali datang
kepuskesmas, bah siap senam langsung aku periksa, disitu
konsulatasilah sama dokter apa keluhan kita. Dokter bilang jangan
sembarangan makan, tapi kalau aku rasa ya bukan makanan aja,
pikiran terutama yang paling kuat membuat naik tensi ini, bandal
aja anak udah jadi pikiran kan, manalah bisa enggak berpikir.”
12 “Kalau enggak ada keluhan ya enggak ku sampaikan,
kadang kita hanya minta rujukan aja. Kalau ada keluhan ya kita
kasih tau kan, kalau tadi keluhannya agak berat ya dirujuk lah kita
ke Rumah Sakit Harapan atau ke Rumah Sakit Tentara. Hal yang
paling sering dianjurkan dokter kalau konsultasi ya dijagalah
makannya.”
merawat kaki yang sedang luka, kan diabetes sangat rentan dengan
luka, kalau luka kan susah sembuh, nah bagaimana cara
perawatannya, kemudian olah raga apa yang cocok dengan mereka,
nah ini kalau yang kami lihat sih sangat sangat bermanfaat bagi
mereka”
Puskesmas Parsoburan?
jamannya Prolanis masih masa Askes lah waktu itu, jumlah peserta
masih 20 sekian naik sampe 200 tiap bulan masih ku kirimlah tensi
dan kadar gula darah ke Askes. Aku kalau dapat pasien hipertensi
ya kumasukkan, tapi belum tentu nanti dia bulan bulan berikutnya
dateng kan, kecuali pasien lama yang udah ketahuanlah rutin atau
enggak karna udah kenal tapi ada pasien yang enggak care dia,
kebanyakan pasien kan kalau enggak ada keluhan mana datang dia
kontrol, sekali datang, nah setelah itu dia enggak datang-datang
lagi.
Kita pemantauan aja kadang enggak ada petugas khusus
kaya perawat atau bidan yang membantu pemantauan enggak ada,
makanya bayangkan aku kerja sendiri, makanya e....ya udah
sebisanya aku ya gitu, nyatet gitu kan, maksudnya pendataannya
udah enggak terperinci lagi, kalau pasien ku dibawah 200 bisanya
dicover semuanya, sekarang enggak bisalah, enggak sanggup. Ya
kalau aku sendiri ya kek ginilah pemantauan paling kulihat dari
status, ketika peserta datang berobat kan ada itu di statusnya kapan
dia terahir datang, udah lama kan gitu karna kan yang ku kerjai
bukan hanya Prolanis aja, ya memang seharusnya harus jalan. Tapi
ya itu lah bayangin, kalau sampai 400 orang, lebih tepatnya 430
orang peserta, 260 peserta hipertensi dan 170 peserta DM. Syukur
syukurlah masih tercatat di statusnya, kalau enggak ya dari mana
kita tau dia rutin datang apa enggak, kapan terahir kan kadang
karna udah banyaknya peserta ini yang udah meninggal pun dia
enggak tau kita, ya cemanalah ya kan. Tapi ini mulai sekarang, dari
pihak BPJS targetnya lebih kepada memfokuskan sama pemantauan
status kesehatan peserta, makanya ini harus mulai lagi ku data
pesertanya, karna udah diminta BPJS Kesehatan, kalau rencana
pelayanan bagi setiap peserta Prolanis itu enggak ada lah, belum
ada kami susun setiap peserta, ya siapalah yang ngerjain itu sema
kan, mungkin itu bisalah jadi masukan sama kami. Kalau evaluasi
status kesehatan ya paling cuman dilihat dari buku statusnya kan,
contohnya yah paling peserta yang susah bener gulanya mendekati
200, paling rendah 300 naik lagi 400 gitulah dari bulan ke bulan
maka kalau peseserta yang gitu ya dia enggak cocok minum obat,
kalau yang kaya gitu dia biasanya harus pake insulin, tapi kan aku
enggak bisa menentukan sendiri, jadi berdasarkan evalasi hasil
pemeriksaan itu maka biasanya dirujuk dulu ke dokter spesialis ke
rumah sakit, nah biasanya setelah udah pake insulin bagus dia
gulanya, cuman , ada beberapa pasien yang bandel “udahlah
dokter obat aja” pasiennya bilang padahal orang itu wajib per tiga
bulan sekali dirujuk itu.”
2 “Dalam pemantauan ini tugasku ya namanya aku juga kan
dek perawat selain PIC Prolanis. Kalau sebagai perawat ya kalau
aku lagi piket di BP ya tugasku yang menensi semua pasien
termasuk peserta Prolanis, karna kan pemeriksaan rutin ini salah
terus kita kasih sama dokter supaya dicatat dalam buku status
pasien, sama seperti pasien umum.”
5 “Mereka itu ada pemeriksaan rutin bulanan, aku kan
perawat di sini, jadi kalau lagi giliranku piket di BP, ya akulah
yang menensi, timbang berat badan, sama satu lagi apa itu
namanya, e, mengukur tinggi badan untuk IMT dek. Kalau kendala
yang kami hadapi banyak kali pasaien ini, jadi ya capakelah,
karnakan banyak juga ini peserta Prolanis pindahan dari FKTP
lain dek, karna enggak jalan Prolanisnya di FKTP sana pindahlah
kesini.”
6 “Karnakan pelayanan periksa peserta Prolanis ini
dijadikan bagian pelayanan pasien umum dek tapi mereka kan ada
senam hari Jumat jadi otomatis pemeriksaan kesehatannya lebih
banyak mereka hari Jumat meskipun banyak juga yang hari hari
biasa tapi biasanya setelah selesai senam mereka banyak juga yang
periksa. Kalau disini kan dek, ada dua dokter, dokter Olga sama
dokter Nova, kalau yang Prolanis kita kasih ke dokter Olga kalau
yang umumnya nanti baru ke dokter Nova yang sebelah, jadi kita
pisah pisahkan meskipun peserta Prolanis itu datang di hari-hari
biasa periksanya, jadi waktu mendaftar dia langsung kita pisahkan
dia, kita buat sama dokter Olga, Kalau peserta Prolanis kan dia di
buku statusnya itu kan udah kita tulis peserta Prolanis jadi waktu
dia datang berobat langsung kita pisahkan dia ke dokter Olga.”
7 “Kalau pemeriksaan rutin kan dek, sebelum ke dokter Olga
harus melalui kami dulu untuk tensi sama ukur berat badan lah,
setelah itu baru ke dokter Olga, meskipun pelayanan pemeriksaan
peserta Prolanis dijadikan satu sama pasien biasa tapi kalau dia
peserta Prolanis dia langsung kami sisihkan dia ke dokter Olga
dek, karnakan dokter Olganya untuk peserta Prolanis.”
9 “Saya mengontrolnya itu sekali dalam sebulan, saya
melakukan memeriksakan gula darah di puskesmas ini aja, geratis
sekali sebulan. Bagi saya sudah menjadi sahabat lah penyakit itu,
yah tidak perlu dirisaukan, kalau naik pun dia ya saya anggap
mungkin salah salah makan, karna gula darah saya itu enggak
pernah lagi dibawah 200 dibawah 300 pun udah syukurlah, saya
enggak pernah sampai masuk rumah sakit.”
10 “Pemeriksaan gula darah dari puskesmas rutin sebulan
sekali , itu pere pere. Kalau aku setiap bulan datang untuk cek,
karna macam aku gula darah ku kadang mencapai 400 an orang,
jadi itu bisa bertahan sampe beberapa bulan, jadi bisanya kita
rasa-rasakan kalau naik atau turun, kalu udah turun gula itu kita
oyong, jadi diperingati dokter lah. Tapi setiap bulan aku pasti
datang periksa.”
13 “Kegiatan pemantauan ini sebaiknya dilakukan setiap kali
pelaksanaan kegiatan, kalau misalnya mereka melaksanakan senam
setiap minggu, pemantauan itu ada banyak mulai dari pemeriksaan
Parsoburan?
Parsoburan?
Ouput
Parsoburan?
dari sekian peserta, berapa yang udah baik dibanding yang belum,
enggak ada.”
2 “Output dari Prolanis ya mereka sehat sepanjang hidupnya,
ya memang susahlah, ya bisa ajapun mereka tida ada keluhan lagi,
dan terhindar dari komplikasi, bisa datang kemari, sehat bisa
jumpa sama kawan kawannya, sehat itulah istilahnya harapan kita
kan.”
3 “Ouput yang paling diharapkan dari Prolanis ini adalah
Pemantauan kesehatannya, untuk hipertensi dan DM itukan bisa
terpantau secara rutin dan berkesinambungan, jadi yang
penderitanya itupun secara kontinuitasnya itu bisa bagus gitu loh,
jadi yang paling pentingnya itu adalah terpantaunya mereka itu,
penderita hipertensinya bagaimana dengan tensinya, minum
obatnya secara teratur, Dm juga gitu bagaimana gulanya,
bagaimana dia makan obat setiap hari enggak, kalau itu terpantau
bagus itu kan, setidak tidaknya mengurangi komplikasi ke penyakit
yang lain. at least dia itu kita pertahankan tensinya itu terkontrol,
gulanya itu terkontrol, jangan sampai ada komplikasi yang lain,
sebenarnya bagus baget Program Prolanis ini, apalagi
pemantauan minum obat ini lebih ditekankan. Kalau persentase
keaktifan peserta Prolaniskan masuk jadi salah satu indikato
penentuan besar kapitasi Puskesmas. Setiap bulan mereka ada
kirim ke kita, kita terima rapot, kala bagus kunjungan peserta
Prolanis bulan ini ya ditambah kapitasinya, kalau enggak ya
dikurangin kapitasinya. Kalau mau data pertahun berapa
persentase kea aktivan peserta Prolanis ya mintak aja ke BPJS
Kesehatan dek, ada itu.”
13 “Output Prolanis ya terkendali lah kondisi kesehatan para
peserta maka fokus utamanya dari Prolanis ini adalah
pemantauan status kesehatan setiap peserta, dengan adanya
Prolanis ini kita harapkan mereka semakin tidak beratlah
penyakitnya, menurunnya angka kasus penyakit kronis, ya
terkendalinyalah status kesehatan mereka. Secara rata rata target
kami adalah minimal 50% keaktifan peserta Prolansi, itu minimal
ya, jadi harapannya kalau yang terdaftarnya 100 orang paling
tidak 50 orang diantaranya itu aktif mengkuti kegiatan Prolanis,
kalau secara global rata-rata di pematangsiantar sudah baguslah,
kalau di Puskesmas Parsoburan tahun 2018 keaktifan pesertanya
55,003%. Tapi saat ini fokus utama dari Prolanis adalah
pemantauan status kesehatan peserta, harapannya semua peserta
terpantau, kalaupun setiap kali kunjungan dilaporkan tapi tidak
memiliki hasil yang baik sama aja sebenarnya, kalaupun itu
dilaporkan yang paling penting itu adalah hasilnya, bagaimana
setiap peserta dipantau di FKTP itu yang perlu karena fokus
Prolanis ini kan pematauan.”
Gambar 10. Wawancara dengan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer PBJS
Kesehatan Cabang Pematangsiantar
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU kepada Dinas
Kesehatan Kota Pematangsiantar
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Memperoleh Data dari FKM USU kepada
BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar