Anda di halaman 1dari 201

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN

PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS


PARSOBURAN – KECAMATAN SIANTAR
MARIHAT TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

LISA SINULINGGA
NIM. 151000387

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN
PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS
PARSOBURAN – KECAMATAN SIANTAR
MARIHAT TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LISA SINULINGGA
NIM. 151000387

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 9 Oktober 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Rusmalawaty, M.Kes.


Anggota : 1. Srinovita Lubis, S.K.M., M.Kes.
2. dr. Fauzi, S.K.M.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas

Parsoburan – Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2019” beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2019

Lisa Sinulingga

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Hipertensi dan diabetes merupakan 2 penyakit kronis yang terus meningkat dan
menyerap biaya kesehatan terbesar yaitu 54,9% dari total biaya rujukan penyakit
kronis pada 2014-2017. Salah satu upaya pengendalian hipertensi dan diabetes
adalah melalui implementasi Prolanis di FKTP. Prolanis adalah program promotif
dan preventif dengan pendekatan proaktif yang bertujuan memelihara kesehatan
peserta BPJS Kesehatan penderita hipertensi dan diabetes agar terhindar dari
komplikasi penyakit yang lebih berat. Puskesmas Parsoburan
mengimplementasikan Prolanis sejak 2013, namun dalam 10 jajaran penyakit
terbesar hipertensi berada pada posisi kedua dan diabetes di posisi ketiga. Tahun
2017 kunjungan hipertensi di Puskesmas Parsoburan merupakan yang terbanyak
di Kota Pematangsiantar yaitu 1.996 dan kunjungan diabetes mencapai 1.072.
Pengimpelentasian Prolanis di Puskesmas Parsoburan memiliki peran penting
karena karakteristik wilayah kerjanya yang tinggi penduduk berusia lanjut.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan Prolanis di Puskesmas
Parsoburan berdasarkan pendekatan sistem yaitu input, proses, dan output. Jenis
Penelitian ini kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data wawancara
mendalam dan observasi. Penentuan informan meggunakan purposive sampling,
kemudian diperoleh 13 orang informan. Hasil penelitian menunjukkan
pembentukan tim Prolanis terpadu di Puskesmas Parsoburan belum maksimal dan
sistem pembayaran klaim biaya edukasi dan senam Prolanis tidak rutin.
Puskesmas Parsoburan telah melaksanakan 7 aktivitas Prolanis, namun
pelaksanaan beberapa kegiatan belum maksimal, seperti: edukasi klub,
pemantauan status kesehatan, home visit, dan reminder. Tidak semua peserta aktif
dalam kegiatan senam dan meminum obat secara rutin. Saran kepada Kepala
Puskesmas Parsoburan agar membentuk tim Prolanis terpadu dan melakukan
pembagian tugas secara efektif. Penangung jawab Prolanis agar memberdayakan
peserta Prolanis yang aktif menjadi kader yang memotivasi peserta Prolanis
lingkungan sekitarnya untuk aktif dalam kegiatan prolanis. BPJS Kesehatan
Cabang Pematangsiantar agar memperbaiki sistem pembayaran klaim ke FKTP
Prolanis dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan Prolanis
terutama kegiatan pemantauan status kesehatan peserta yang menjadi fokus utama
Prolanis.

Kata kunci: Pelaksanaan, Prolanis, puskesmas

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Hypertension and diabetes are chronic diseases that continue to increase and
absorb the largest health costs, namely 54.9% of the total chronic disease referral
costs in 2014-2017. One of the efforts to control hypertension and diabetes is by
implement prolanis. Prolanis is a promotive and preventive program that intend
maintain the heatlh of BPJS Kesehatan participants who suffer hypertension and
diabetes. Parsoburan Health Center has been implementing Prolanis since 2013,
but in the ten largest of disesases, hypertension is in the second position then
followed by diabetes. Hypertension visit at the Parsoburan Health Center were
the higest in Pematangsiantar city in 2017 namely 1.996 and diabetes visit
reached 1.072 where hypertension is first and diabetes second. The purpose is
explain the implementation of Prolanis at the Parsoburan Health Center as seen
from the system approach, namely input, process, and output. The type of
research is descriptive qualitative with indepth interview and observation
collecting data methode. Determination of informans using purposive sampling
namely as many as 12 informans. The result showed the formatoin of integrated
Prolanis team at the Parsoburan Health Center was not optimal and the payment
system for Prolanis education and gymnastic expenses was not routine.
Parsoburan Health Center has implemented 7 Prolanis activities but not all
activities are carried out by maximum. Not all participants are active in
gymnastic activities and take medicine regularly. Suggestion to the head of
Parsoburan Health Center to form an integrated Prolanis team and carry out
efective division of task. Doctor in charge of Prolanis to empower active Prolanis
participants to become cadres who motivate Prolanis participant in surrounding
environment to be active in Prolanis activities. BPJS Kesehatan, Branch
Pematangsiantar to improve the claim payment system and supervise the
implementation of Prolanis activities in health center.

Keywords: Implementation, Prolanis, health center

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan – Kecamtan Siantar Marihat

Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. dr. Rusmalawaty, M. Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan

kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
5. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan dr. Fauzi,

S.K.M. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran

dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah

diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Hendro.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar yang telah memberikan izin

penelitian dalam penulisan skripsi ini.

10. Hanna J. Manullang S.K.M. selaku kepala Puskesmas Parsoburan yang telah

membantu dalam memberikan data dan informasi untuk keperluan penelitian

skripsi ini.

11. dr. Olga Lumowah, selaku penanggung jawab Program Prolanis di Puskesmas

Parsoburan yang telah banyak membantu untuk memberikan data dan

informasi untuk keperluan penulisan skripsi ini beserta seluruh pegawai

Puskesmas Parsoburan.

12. Korri M. Manurung, S.Si, Apt. selaku Kepala Bidang Penjamin Manfaat

Primer di BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar yang telah membantu

dalam memberikan data dan informasi untuk keperluan penulisan skripsi ini.

vii
Universitas Sumatera Utara
13. Teristimewa untuk orang tua (Sofian Sinulinga dan Diana Tarigan) yang telah

memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik

dan memberi dukungan kepada penulis.

14. Terkhusus untuk saudari Putri Agraini yang telah memberikan semangat

kepada penulis.

15. Nara Grace Ginting, S.Si, Apt. yang telah banyak membantu dan memberikan

semangat serta motivasi kepada penulis selama dalam proses penusunan

skripisi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Oktober 2019

Lisa Sinulingga

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 10
Tujuan Penelitian 10
Tujuan umum 10
Tujuan khusus 10
Manfaat Penelitian 11

Tinjauan Pustaka 12
Puskesmas 12
Puskesmas sebagai gatekeeper dalam sistem pelayanan kesehatan 13
Upaya promotif dan preventif di puskesmas 13
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 14
Pelayanan kesehatan yang dijamin dalam BPJS Kesehatan 15
Hipertensi 17
Faktor risiko hiperensi 17
Pengendalian hipertensi 18
Diabetes Mellitus 19
Faktor risiko diabetes mellitus 19
Komplikasi diabetes mellitus 20
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) 21
Tujuan Prolanis 23
Sasaran Prolanis 24
Aktivitas Prolanis 24
Pelaksana Prolanis 29
Biaya operasional Prolanis 30
Tata cara menjadi FKTP Prolanis 31

ix
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan menjadi peserta Prolanis 33
Penambahan peserta Prolanis 33
Pengurangan peserta Prolanis 34
Landasan Teori 35
Kerangka Berpikir 36

Metode Penelitian 37
Jenis Penelitian 37
Lokasi dan Waktu Penelitian 37
Subjek Penelitian 37
Definisi Konsep 39
Metode Pengumpulan Data 42
Metode Analisis data 43
Kegiatan dalam analisis data 43

Hasil Penelitian dan Pembahasan 45


Gambaran Umum Lokasi Penelitian 45
Letak geografis 45
Demografi wilayah kerja Puskesmas Parsoburan 45
Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan 46
Prolanis di Puskesmas Parsoburan 46
Input Pelaksanaan Kegiatan Prolanis 47
Sumber daya manusia pelaksana kegiatan Prolanis 47
Sarana dan prasarana Prolanis 59
Biaya operasional Prolanis 66
Proses Pelaksanaan Aktivitas Prolanis 75
Konsultasi medis Prolanis 75
Edukasi klub Prolanis 79
Pemantauan status kesehatan peserta Prolanis 83
Pelayanan obat Prolanis 95
Pelaksanaan senam Prolanis 100
Pelaksanaan home visit Prolanis 106
Pelaksanaan reminder Prolanis 113
Output Prolanis 117
Keterbatasan Penelitian 123

Kesimpulan dan Saran 124


Kesimpulan 124
Saran 126

Daftar Pustaka 128


Lampiran 133

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Informan Penelitian 38

2 Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan 46


Tahun 2019

3 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Keperluan Pelaksanaan 63


Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas
Parsoburan Tahun 2019

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka berpikir penelitian 36

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 133

2 Pedoman Observasi Sarana dan Prasana 148

3 Matriks Wawancara 149

4 Dokumentasi Penelitian 176

5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU 181


kepada Dinas Kesehatan Pematansiantar

6 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Pematangsiantar 182


kepada Puskesmas Parsoburan

7 Surat Pernyataan Selesai Penelitian dari Puskesmas 183


Parsoburan kepada FKM USU

8 Surat Permohonan Izin Memperoleh Data dari FKM USU 184


kepada BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

BOK Bantuan Operasional Kesehatan


BP Balai Pengobatan
BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
DAK Dana Alokasi Khusus
DM Diabetes Mellitus
FKTL Fasilitas Kesehatan Tingkat lanjut
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
GDP Gula Darah Puasa
GDPP Gula Darah Post Prandial
GDS Gula Darah Sewaktu
HT Hipertensi
IDF International Diabetes Federation
IMT Indeks Massa Tubuh
KBK Kapitasi Berbasis Komitmen
LCD Liquid Crystal Display
LDL Low Density Lipoprotein
LUPIS Luar Paket INA-CBG
P-care Primary Care
Perkeni Perhimpunan Pankreas Indonesia
PHN Public Health Nursing
PIC Person In Charge
PPDM Program Pengelolaan Diabetes Mellitus
PPHT Program Pengelolaan Hipertensi
Prolanis Program Pengelolaan Penyakit Kronis
PTM Penyakit Tidak Menular
SDM Sumber Daya Manusia
SMS Short Message Service
SPO Standar Prosedur Operasional
SRB Surat Rujuk Balik
Wi-Fi Wireless Fidelity

xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Lisa Sinulingga berumur 22 tahun.Penulis lahir di

Sidamanik pada tanggal 10 Januari 1997. Penulis beragama Kristen Protestan,

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sofian Sinulingga dan Ibu

Diana Tarigan.

Pendidikan sekolah dasar di SDN 094136 Sait Buntu Tahun 2003-2009,

sekolah menengah pertama di SMP Swasta Pembangunan Sait Buntu pada Tahun

2009-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Swasta RK Bintang Timur

Pematangsiantar Tahun 2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan

di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2019

Lisa Sinulingga

xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Saat ini dunia sedang mengalami transisi epidemiologi, kejadian penyakit

menular mengalami penurunan sementara Penyakit Tidak Menular (PTM) justru

meningkat. Di sisi lain, keberhasilan pembangunan ekonomi berbagai negara di

dunia berdampak pada meningkatnya proporsi kelompok usia lanjut, keadaan ini

mengakibatkan peningkatan kelompok yang berisiko terhadap PTM (Kementerian

Kesehatan RI [Kemenkes RI], 2018). PTM atau disebut juga penyakit kronis

merupakan penyakit yang memiliki durasi panjang dan biasanya berkembang

secara lambat (World Health Organization[WHO], 2017).

PTM menjadi penyebab utama kematian di dunia, tahun 2016

menyebabkan 71% kematian dari total 56,9 juta kematian, 78% diantaranya

berada di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah (WHO, 2018).

Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan prevalensi PTM yang

cendrung meningkat. Pada tahun 2014, PTM menyumbang 71% kematian di

Indonesia kemudian naik menjadi 73% di tahun 2016 (WHO, 2017). Selain

menyebabkan kematian, PTM merupakan beban negara karena pengobatannya

membutuhkan waktu yang panjang dan berbiaya besar (Kemenkes RI, 2011).

Beberapa PTM yang banyak mendapatkan perhatian dunia adalah

hipertensi dan diabetes mellitus. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg,

pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Pusat Data dan Informasi [Pusdatin], 2017). Diabetes mellitus

Universitas Sumatera Utara


2

adalah suatu kelompok metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perhimpunan

Pankreas Indonesia [Perkeni], 2015).

Hipertensi dan diabetes mellitus dijuluki sebagai silent killer karena sering

muncul tanpa keluhan, akibatnya banyak penderita terlambat untuk mendapatkan

penanganan yang memadai. Menurut Kemenkes RI (2017) hanya 36,8% penderita

hipertensi yang tercakup oleh tenaga kesehatan sementara penderita diabetes

mellitus hanya 30,4%. Hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak mendapatkan

penanganan yang memadai dapat menjadi faktor pencetus untuk timbulnya

penyakit kronis lainnya sehingga penderita akan rentan terhadap komplikasi.

Tekanan darah tinggi yang persisten akan memicu timbulnya komplikasi

penyakit seperti jantung koroner dan stroke yang merupakan 2 penyakit penyebab

kematian tertinggi di Indonesia (Pusdatin, 2015). Demikian juga diabetes mellitus

yang merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh dan penderitanya sangat rentan

terhadap komplikasi, seperti: hipertensi, infark miokard, serosis hepatis, dan

glumeruloskelororis (Bustan, 2015). Menurut laporan WHO (2018) pada tahun

2016, diabetes mellitus telah menyebabkan 6% kematian di Indonesia dan lebih

dari 60% penderita yang berjenis kelamin laki-laki dan 40% perempuan

meninggal sebelum berusia 70 tahun.

Diantara berbagai penyakit kronis, hipertensi dan diabetes mellitus

merupakan penyakit yang paling banyak menyerap pembiayaan kesehatan.

Pertama adalah hipertensi sebesar 33.32% dan kedua adalah diabetes mellitus

sebesar 21,58% dari total biaya rujukan penyakit kronis pada rentang waktu 2014-

Universitas Sumatera Utara


3

2017. Total biaya pembelian obat untuk penyakit hipertensi dan diabetes mellitus

mencapai 78% (1,95 triliun) di luar paket kapitasi dan INACBG’s (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan [BPJS Kesehatan], 2017).

Pada tahun 2015 jumlah penderita hipertensi di dunia mencapai 1,3 milyar.

Secara global diperkiran 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita mengalami hipertensi

(WHO, 2018). Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami peningkatan

prevalensi penderita hipertensi, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 menunjukan bahwa prevalensi penderita hipertensi

mencapai 25,8% (Kemenkes RI, 2013: Riskesdas 2013) kemudian naik pada hasil

Riskesdas tahun 2018 menjadi 34,1% (Kemenkes RI, 2018: Riskesdas 2018). Di

Provinsi Sumatera Utara jumlah penderita hipertensi mencapai 50.162 orang.

Daerah kabupaten/kota dengan jumlah penderita hipertensi tertinggi pertama

adalah Langkat dengan jumlah 6.643 penderita, kemudian disusul kabupaten Dairi

dengan jumlah 5.652 penderita, diposisi ketiga adalah Kabupaten Asahan dengan

jumlah 5.421 penderita dan diposisi keempat adalah Kota Pematangsiantar dengan

jumlah 4.735 penderita (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2017).

Penderita diabetes mellitus di dunia juga terus meningkat, tahun 2014

mencapai 422 juta, kemudian naik menjadi 425 juta tahun 2017. Saat ini, jumlah

penderita diabetes mellitus di Indonesia adalah tertinggi kedua di dunia,

meningkat dari tahun 2015 yang berada diposisi ketujuh. Posisi pertama diduduki

oleh China dengan jumlah 120.907.995 penderita, disusul Indonesia dengan

jumlah 10.276.100 penderita, negara ketiga adalah Jepang dengan jumlah

8.343.288 penderita (International Diabetes Federation [IDF], 2018). Prevalensi

Universitas Sumatera Utara


4

diabetes mellitus di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Riskesdas tahun 2013

adalah 1,8% (Kemenkes RI: Riskesdas 2013), kemudian naik menjadi 2%

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018: Riskesdas 2018).

Dalam rangka pengendalian penyakit hipertensi dan diabetes mellitus di

Indonesia, pemerintah membuat suatu program promotif dan preventif yang

diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup penderita, program tersebut

diberi nama Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

Pengimplementasian Prolanis disinergikan dengan program pengendalian

penyakit tidak menular di FKTP (BPJS Kesehatan, 2016).

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dengan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta

BPJS Kesehatan penderita penyakit kronis untuk meraih kualitas hidup yang

optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sasaran

Prolanis adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan yang telah didiagnosa menderita

penyakit kronis terkhusus untuk hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2, baik oleh

dokter FKTP maupun peserta rujuk balik dari rumah sakit, kemudian agar

kesehatan peserta dapat terpelihara dan selalu terkontrol maka peserta akan

ditawarkan untuk bergabung menjadi peserta Prolanis (BPJS Kesehatan, 2014).

Pengimplementasian Prolanis adalah bentuk optimalisasi fungsi

puskesmas sebagai gatekeeper yang diharapkan mampu mengurangi jumlah

rujukan penderita hipertensi dan diabetes mellitus ke FKTL dengan mendorong

peserta BPJS Kesehatan yang menyandang penyakit kronis mencapai kualitas

Universitas Sumatera Utara


5

hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas

kesehatan tingkat pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap

hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2. Upaya ini ditujukan untuk menekan biaya

kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, dengan demikian

pengimplementasian Prolanis di FKTP diharapkan memiliki outcome terwujudnya

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berkelanjutan (BPJS

Kesehatan, 2016).

Sejak tahun 2016, untuk semakin meningkatkan komitmen FKTP dalam

pengimplementasian Prolanis, maka pemerintah memasukkan rasio jumlah peserta

Prolanis yang rutin berkunjung menjadi salah satu dari tiga indikator penilaian

kinerja FKTP melalui Program Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen (KBK).

FKTP yang memiliki rasio peserta Prolanis rutin berkunjung lebih dari 90% akan

dibayarkan kapitasi maksimal. Rasio peserta Prolanis yang rutin bekunjung ke

FKTP merupakan indikator untuk mengetahui bagaimana peserta BPJS Kesehatan

yang menderita penyakit kronis mendapatkan pelayanan dan pemeliharaan

kesehatan yang berkesinambungan (BPJS Kesehatan, 2017).

Pengimplementasien Prolanis di FKTP dilakukan dengan pelaksanaan

berbagai bentuk kegiatan yang mendukung tujuan Prolanis yaitu mendorong

peserta untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Beberapa aktivitas dalam

Prolanis yaitu: konsultasi medis, edukasi kelompok, reminder melalui SMS

gateway, home visit, aktivitas fisik (senam Prolanis), pemantauan status kesehatan

peserta Prolanis, dan pelayanan obat (BPJS Kesehatan, 2014).

Universitas Sumatera Utara


6

Pengelolaan peserta Prolanis dilakukan oleh tim Prolanis terpadu di FKTP.

FKTP membentuk tim prolanis terpadu yang terdiri dari dokter , perawat, petugas

laboratorium atau analis kesehatan di FKTP, maupun tenaga kesehatan lain di

FKTP yang bisa saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan kepada peserta

Prolanis,dan untuk pelaksanaan aktivitas Prolanis (senam) disediakan seorang

instruktur sebagai pelatih peserta. Sebagai salah satu bagian dari tim Prolanis

terpadu, seorang dokter umum pengelola peserta Prolanis di FKTP bertanggung

jawab sebagai care coordinator setiap peserta Prolanis.

Penelitian mengenai pelaksanaan Prolanis di 44 puskesmas yang ada di

Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dilakukan oleh Jannah (2018) diketahui bahwa

secara umum seluruh puskesmas telah menyelenggarakan Prolanis, namun dalam

pelaksanaannya masih ditemukan beberapa puskesmas yang belum melaksanakan

semua bentuk kegiatan Prolanis terkhusus untuk kegiatan reminder dan home

visit. Dari 44 puskesmas yang ada di Kota Makassar, 18 puskesmas hanya

melakukan reminder apabila terjadi perubahan jadwal atau ada kegiatan tambahan

Prolanis saja, artinya tidak dilakukan secara rutin, sementara ditemukan 5

puskesmas yang tidak melaksanakan kegiatan reminder melalui SMS gateway.

Dari hasil penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa terdapat 16 puskesmas

yang tidak melaksanakan kegiatan home visit. Kendala puskesmas dalam

pelaksanaan 2 bentuk kegiatan Prolanis ini adalah adanya keterbatasan waktu

untuk menjalankan semua bentuk kegiatan Prolanis, keterbatasan jumlah petugas

pelaksana Prolanis di puskesmas karena masing-masing petugas mempunyai tugas

rangkap, dan tidak tersedianya dukungan dana untuk beberapa bentuk pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


7

kegiatan Prolanis. Disisi lain, beberapa puskesmas juga mengeluhkan peserta

yang kurang berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan Prolanis, dengan alasan

jarak tempuh tempat tinggal peserta ke puskesmas yang jauh serta kurang

mendapat dukungan dari keluarga.

Penelitian Rosdiana, Raharjo, dan Indarjo (2017) diperoleh hasil bahwa

pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2017 belum

mencapai target yang telah ditetapkan puskesmas, dimana peserta Prolanis yang

aktif dalam mengikuti kegiatan masih 56,2 % belum mampu mencapai terget

puskesmas yaitu 75%. Kurangnya partisipasi peserta dalam mengikuti kegiatan

Prolanis, dinilai diakibatkan oleh pemahaman peserta masih rendah terhadap

pentingnya manfaat mengikuti kegiatan Prolanis. Disisi lain juga masih ditemukan

beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pelaksaan kegiatan Prolanis di

Puskesmas Halmahera, yaitu: komunikasi antar pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan Prolanis belum berjalan dengan baik, belum ada pelatihan bagi

petugas, dana yang tidak tersedia untuk pelaksanaan beberapa bentuk kegiatan,

dan tidak ada SPO Prolanis.

Di Kota Pematangsiantar pada tahun 2018 terdapat 114.526 orang yang

dilakukan pengukuan tekanan darah, dari hasil pengukuran tersebut diperoleh

hasil sebanyak 12.328 orang yang terdiagnosa hipertensi, jika dibuat kedalam

bentuk persentase adalah 10,76% artinya dari 100 orang yang dilakukan

pemeriksaan terdapat 11 orang yang terdiagnosa hipertensi. Tahun 2018,

penderita diabetes mellitus mencapai 1.230 orang dari 4.082 orang yang dilakukan

pemeriksaan, jika dibuat dalam bentuk persentase adalah 30,13 % artinya dalam

Universitas Sumatera Utara


8

100 orang yang dilakukan pemeriksaan ada 30 orang yang terdiagnosa terkena

hipertensi. Di Kota Pematangsiantar yang terdiri dari 19 Puskesmas, Puskesmas

Parsoburan merupakan puskesmas dengan jumlah kunjungan penderita hipertensi

tertinggi pertama pada tahun 2016 dan 2017, yaitu mencapai 1.421 kunjungan

pada tahun 2016 kemudian meningkat hingga mencapai 1.996 kunjungan pada

tahun 2017 (Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, 2018). Jumlah kunjungan

penderita diabetes mellitus di Puskesmas Parsoburan mencapai 1.072 (Puskesmas

Parsoburan, 2018).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, diperoleh

informasi dari dr.Olga Lumowah selaku dokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan bahwa Puskesmas Parsoburan merupakan salah satu FKTP pertama di

Kota Pematangsiantar yang melaksanakan Prolanis. Prolanis di Puskesmas

Parsoburan telah berjalan sejak tahun 2013, namun berdasarkan data profil

kesehatan Puskesmas Parsoburan, hipertensi dan diabetes mellitus masih menjadi

penyakit yang mendominasi di Puskesmas Parsoburan. Dalam jajaran sepuluh

besar penyakit yang ditangani Puskesmas Parsoburan, hipertensi berada di posisi

kedua dan diabetes mellitus di posisi ketiga (Puskesmas Parsoburan, 2018).

Pengimplementasian Prolanis di Puskesmas Parsoburan memiliki peran

penting dalam pengendalian penyakit kronis, mengingat karakteristik penduduk di

wilayah kerjanya yang didominasi oleh usia lanjut dan kelompok yang berisiko

untuk mengalami penyakit kronis, dimana penduduk yang berusia 15-75 tahun

mencapai 70, 97%. Puskesmas ini mendapat julukan sebagai puskesmas lansia.

Jumlah peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan mencapai 430 orang dan

Universitas Sumatera Utara


9

merupakan FKTP dengan peserta Prolanis terbanyak di Kota Pematangsiantar,

terdiri dari 260 peserta yang menderita hipertensi dan 170 peserta yang menderita

diabetes mellitus.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti juga diperoleh

informasi bahwa pelaksanaan kegiatan reminder belum berjalan maksimal, karena

hanya diberikan kepada sebagaian kecil peserta saja. Pelaksanaan kegiatan

pemantauan status kesehatan peserta Prolanis juga kurang optimal dalam hal

perekapan data hasil pemantauan peserta setiap bulan, pembuatan rencana

perawatan (plan of care) dan target perawatan untuk setiap peserta Prolanis.

Kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis tersebut adalah

jumlah peserta Prolanis yang banyak, namun tenaga yang terlibat dalam

mengelola kegiatan Prolanis terbatas.Pelaksanaan pelayanan home visit khusus

peserta Prolanis juga belum tersedia dan dijadikan bagian dari Public Health

Nursing (PHN). Pelaksanaan home visit Prolanis melalui PHN mengakibatkan

pelaksanaan home visit ini belum mampu memberikan pelayanan kepada setiap

peserta Prolanis yang telah memenuhi kriteria dan seharusnya mendapatkan

pelayanan home visit sesuai dengan ketentuan dalam petunjuk praktis Prolanis.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik

membahasnya dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan Kecamatan

Siantar Marihat Tahun 2019”.

Universitas Sumatera Utara


10

Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan

Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2019.

Tujuan Penelitan

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan

pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas

Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2019.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan keadaan sumber daya manusia pelaksana Prolanis di Puskesmas

Parsoburan.

2. Menjelaskan keadaan sarana dan prasarana kegiatan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan.

3. Menjelaskan biaya operasional pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Parsoburan.

4. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan konsultasi medis peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan.

5. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan edukasi klub Prolanis di Puskesmas

Parsoburan.

6. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan pemantauan status kesehatan peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan.

7. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan pelayanan obat peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan.

8. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan.

Universitas Sumatera Utara


11

9. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan home visit Prolanis di Puskesmas

Parsoburan.

10. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan reminder Prolanis di Puskesmas

Parsoburan.

11. Menjelaskan pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesamas

Parsoburan.

Manfaat Penelitian

Bagi Puskesmas Parsoburan. Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk

mengoptimalkan pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

Bagi BPJS Kesehatan. Sebagai informasi untuk mengetahui pelaksanaan

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas

Parsoburandanbahan masukan untuk monitoring pelaksanaan Prolanis di

Puskesmas Parsoburan.

Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sebagai bahan refrensi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan Prolanis di Puskesmas.

Bagi peneliti. Sebagai sarana belajar untuk mengembangkan pengetahuan

yang didapat selama mengikkuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sebuah fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat dasar yang berfungsi untuk melaksanakan upaya

kesehatan, baik kesehatan masyarakat maupun kesehatan perorangan tingkat

pertama dengan lebih memprioritaskan pelayanan promotif dan preventif. Dalam

memberikan pelayanan kesehatan, puskesmas bekerja secara proaktif,

terintergrasi, dan berkesinambungan untuk mencapai derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi masyarakat yang berada di wilayah kerjanya (Peraturan

Menteri Kesehatan RI, Nomor 75 Tahun 2014).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 upaya

kesehatan masyarakat yang diselenggarakan puskesmas terdiri dari upaya

kesehatan masyarakat yang bersifat esensial dan pengembangan. Upaya kesehatan

masyarakat yang bersifat esensial merupakan pelayanan wajib yang harus

dipenuhi oleh seluruh puskesmas di Indonesia untuk dapat memenuhi standar

pelayanan minimun kesehatan di kabupaten/kota, pelayanan tersebut meliputi:

promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, Keluarga

Berencana (KB), pelayanan gizi, serta pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan perseorangan yang dilakukan di puskesmas harus

dilakukan selaras dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan

yang berlaku, upaya tersebut terdiri dari: pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat

darurat, pelayanan satu hari, home care, dan rawat inap. Rawat inap di puskesmas

12

Universitas Sumatera Utara


13

diberikan berdasarkan pertimbangan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

pasien (Peraturan Mneteri Kesehatan RI, Nomor 75 Tahun 2014).

Puskesmas sebagai gatekeeper dalam sistem pelayanan kesehatan.

Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat pertama yang terdistribusi sampai

ke lini kecamatan di seluruh wilayah indonesia, membuat puskesmas berperan

penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas mampu meningkatkan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

Puskesmas merupakan gatekeeper dalam sistem pelayanan kesehatan.

Dalam menjalankan perannya sebagai gatekeeper, puskesmas harus mampu secara

optimal menjalankan fungsinya agar dapat menyiadakan pelayanan yang selaras

dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dan melaksanakan pelayanan

kesehatan yang serasi dengan standar pelayanan medis. Sebagai gatekeeper,

puskesmas mempunyai tanggung jawab menjadi tempat yang pertama kali kontak

dengan pasien, bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan berkelanjutan,

dan berkordinasi dengan penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien (BPJS Kesehatan, 2014).

Upaya promotif dan preventif di puskesmas. Pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan puskesmas bersifat kompherensif namun lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif. Upaya promotif adalah suatu bentuk usaha yang

dilakukan dari, untuk, oleh, dan bersama masyarakat guna peningkatan derajat

kesehatan masyarakat dengan cara mengoptimalkan kemampuan mereka dalam

menolong dirinya sendiri untuk mencegah munculnya masalah kesehatan,

meningkatkan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya

Universitas Sumatera Utara


14

dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang telah terjadi. Preventif

adalah suatu upaya pengendalian risiko kesehatan, mencegah terjadinya

komplikasi pada penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup secara optimal

(Kemenkes RI, 2006).

Pelayanan promotif dan preventif pada program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang diselenggarakan puskesmas dibagi kedalam 3 kelompok

berdasarkan sasaran pelayanan, kelompok sasaran pertama adalah upaya promotif

dan preventif yang ditujukan untuk peserta sehat yang meliputi pelayanan edukasi

kesehatan, pelayanan keluarga berencana (KB), dan pelayanan imunisasi. Sasaran

kedua adalah pelayanan promotif dan preventif untuk kelompok berisiko yang

terdiri dari skrining kesehatan primer dan sekunder, dan deteksi secara dini

kanker. Sasaran yang ketiga adalah promotif dan preventif untuk kelompok

peserta yang sudah sakit, pelayanan yang diberikan berupa Program Pengelolaan

Penyakit Kronis (Prolanis). Penguatan upaya promotif dan preventif di puskesmas

diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga

mengurangi angka rujukan ke Fasilitas Kesehatan Lanjutan (FKTL), dengan

demikian pembiayaan kesehatan akan lebih efisien (BPJS Kesehatan, 2016).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Program jaminan kesehatan nasional di Indonesia diselenggarakan oleh

sebuah badan hukum yang diberi nama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di

bidang Kesehatan atau yang disingkat menjadi BPJS Kesehatan.Visi BPJS

Kesehatan dalam menjalankan tugasnya adalah seluruh penduduk Indonesia harus

memiliki jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


15

dengan handal, unggul dan terpercaya agar masyarakat mendapatkan manfaat

pemeliharaan dan perlindungan kesehatan sehingga kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat dapat terpenuhi.BPJS Kesehatan merupakan transformasi

kelembagaan dari PT. Askes (Persero). Sesuai dengan amanat Undang-Undang RI

Nomor 40 tahun 2004 dimana PT. Askes adalah sebagai salah satu badan yang

ditunjuk untuk menjadi calon BPJS Kesehatan, kemudian dengan

diberlakukannya Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2011 maka pada 1 Januari

tahun 2014 BPJS Kesehatan mulai beroperasi.

Dalam rangka pelaksanaan tata kelola yang baik BPJS Kesehatan memiliki

beberapa prinsip, antara lain: prinsip keterbukaan, akuntabilitas, responsibilitas,

independen, prediktabilitas, partisipasi, kewajaran dan kesetaraan, dan dinamis.

Manfaat program jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan oleh BPJS

Kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan. Menurut Peraturan Presiden

RI No. 82 Tahun 2018 BPJS Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat kompherensif yang mencakup pelayanan promosi kesehatan (promotif),

pelayanan pencegahan (preventif), pelayanan pengobatan (kuratif) dan pelayanan

rehabilitasi (rehabilitatif), serta pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan oleh peserta.

Pelayanan kesehatan yang dijamin BPJS Kesehatan. Pelayanan

kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pelayanan

kesehatan rujukan tingkat lanjut. Peserta BPJS Kesehatan pertama sekali akan

mendapatkan pemenuhan akan kebutuhan pelayanan kesehatan di Fasilitas

Universitas Sumatera Utara


16

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Berdasarkan Peraturan Presiden

RI No. 82 Tahun 2018, pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan

di FKTP adalah pelayanan yang bersifat non spesialistik, yaitu sebagai berikut:

1. Administrasi pelayanan;

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;

6. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama; dan

7. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

Berbagai bentuk manfaat pelayanan promotif dan preventif yang

ditanggung dalam program jaminan kesehatan nasional (JKN KIS) adalah

pemberian pelayanan berupa:

1. Penyuluhan kesehatan perorangan;

2. Imunisasi rutin;

3. Keluarga Berencana (KB);

4. Skrining riwayat kesehatan dan pelayanan penapisan atau skrining kesehatan

tertentu; dan

5. Peningkatan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis.

Pasien yang kebutuhan pelayanan kesehatannya tidak mampu dipenuhi atau

tidak tersedia di FKTP akan dirujuk ke FKTL. Jenis pelayanan kesehatan tingkat

lanjut yang ditanggung dalam program jaminan kesehatan nasional meliputi

pelayanan kesehatan yang mencakup:

Universitas Sumatera Utara


17

1. Administrasi kesehatan;

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis dasar;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik;

4. Tindakan medis yang bersifat spesialistik, baik bedah maupun non bedah

dengan indikasi medis;

5. Pelayanan obat, peralatan kesehatan, dan bahan medis habis pakai;

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

7. Rehabilitasi medis;

8. Pelayanan darah;

9. Pemulasaran jenazah yang meninggal di fasilitas kesehatan;

10. Pelayanan Keluarga Berencana (KB);

11. Perawatan inap yang bersifat non intensif; dan

12. Perawatan inap yang dilakukan di ruang intensif.

Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kondisi meningkatnya tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

berdasarkan pengukuran yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam keadaan pasien

cukup istirahat/tenang dengan selang waktu pengukuran 5 menit. Tekanan darah

tinggi ialah masalah kesehatan yang paling umum ditangani pada fasilitas

kesehatan tingkat primer (Pusdatin, 2017)

Faktor risiko hipertensi. Menurut Bustan (2015)faktor-faktor yang dapat

dimasukkan sebagai risiko hipertensi adalah:

Universitas Sumatera Utara


18

1. Umur, sejak umur 40 tahun tekanan darah akan mengalami peningkatan sesuai

pertambahan umur;

2. Ras atau suku, mereka yang berkulit hitam lebih berisiko dibandingkan orang

berkulit putih;

3. Urban/rural , orang yang tinggal di kota lebih berisiko untuk mengalami

hipertensi dibanding orang yang tinggal di desa;

4. Geografis, orang yang tinggal di pantai lebih berisiko untuk mengalami

hipertensi dibanding orang yang tinggal di pegunungan;

5. Jenis kelamin, penderita hipertensi di dunia lebih banyak ditemukan pada pria

dibandingkan wanita;

6. Obesitas, orang yang bertubuh gemuk lebih berisiko untuk mengalami

hipertensi dibandingkan orang bertubuh kurus;

7. Stres;

8. Diet , makanan tinggi garam akan meningkatkan risiko naiknya tekanan darah;

9. Diabetes mellitus, penderita diabetes mellitus memiliki risiko untuk

mengalamai hipertensi;

10. Alkohol dan kebiasaan merokok; dan

11. Penggunaan Pil KB, risiko hipertensi meningkat sesuai lamanya waktu

pemakaian pil KB pada wanita, yaitu meningkat 5 kali lebih tinggi dibanding

pada pemakaian selama 1 tahun.

Pengendalian hipertensi. Menurut Bustan (2015) upaya pengendalian

hipertensi dilakukan mulai dari pramordial hingga rehabilitasi atau secara

komprehensif, yang di mulai dari:

Universitas Sumatera Utara


19

1. Pencegahan primordial;

2. Promosi kesehatan;

3. Proteksi spesifik, contohnya mengurangi kadar garam dalam diet;

4. Diagnosis dini, contohnya melakukan skrining dan check up;

5. Pengobatan yang tepat, yaitu mendapatkan pengobatan yang komprehensif

dimulai dari kausal awal keluhan; dan

6. Rehabilitasi, yaitu upaya perbaikan dampak lanjutan hipertensi yang tidak

dapat diobati.

Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan peningkatan gula darah akibat

kekurangan ataupun resistensi insulin sehingga menimbulkan masalah kesehatan

berupa sekumpulan gejala pada penderitanya. Keadaan ini diakibatkan kelainan

pada sekresi insulin ataupun ketidakmampuan /ketidakrentananorgan

menggunakan insulin, sehingga insulin tidak berfungsi secara optimal dalam

mengatur metabolisme glukosa, kemudian berdampak pada peningkatan kadar

gula dalam darah (Perkeni, 2015).

Faktor risiko diabetes mellitus.Bustan (2015) menyebutkan bahwa

faktor risiko diabetes mellitus adalah hasil kombinasi antara faktor keturunan

(genetik) dan lingkungan. Faktor keturunan akan mempengaruhi kerentanan

seseorang untuk terkena diabetes mellitus, terkhusus seseorang yang mempunyai

keluarga dengan riwayat DM. Faktor lingkungan dalam DM sering dikaitkan

dengan dua faktor utama yaitu kegemukan dan aktivitas fisik yang

kurang.Kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko tinggi untuk

Universitas Sumatera Utara


20

mengalami diabetes mellitus adalah mereka yang memiliki karakteristik berikut

ini:

1. Umur yang telah mencapai 45 tahun lebih;

2. Berat badan berlebih, keadaan dimana Berat Badan Relatif (BBR) lebih dari

110% atau indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m;

3. Hipertensi, yaitu seseorang dengan tekanan darah lebih dari 140/90mmHg;

4. Seorang ibu dengan riwayat melahirkan bayi yang beatnya melebihi 4000

gram;

5. Seorang ibu dengan riwayat pernah mengalami diabetes sewaktu hamil;

6. Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat diabetes mellitus;

7. Seseorang dengan kolestrol Low Density Lipoprotein (HDL) <35 mg/dl atau

trigliserida >250 mg/dl; dan

8. Orang kurang aktivitas fisik atau olah raga.

Komplikasi diabetes mellitus.Bustan (2015)menyatakan bahwadiabetes

mellitus merupakan beban dalam kesehatan masyarakat karena sangat rentan

terhadap kecacatan bahkan kematian. Sebagai gangguan kesehatan, diabetes

mellitus mempunyai potensi besar dalam memberikan beban penyakit yang berat

bagi masyarakat karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan sangat rentan

terhadap komplikasi. DM merupakan sebuah penyakit yang bisa saling berelasi

dengan penyakit kronis lainnya seperti penyakit kardiovaskuler dan stroke yang

merupakan penyakit penyebab utama kematian di Indonesia.

Penderita diabetes mellitus tidak merasakan sakit, sehingga sering

mengakibatkan keterlambatan untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan,

Universitas Sumatera Utara


21

bahkan banyak penderita melalaikan pengobatan atau perawatan yang memadai,

keadaan ini sangat rentan untuk menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang

diakibatkan diabetes mellitus bersifat berat dan berahir pada kematian. Jika sudah

sampai pada tahap komplikasi, seluruh jalur dalam sistem tubuh manusia bisa

terkena dampak diabetes mellitus mulai dari kulit sampai jantung. Diabetes

mellitus bisa menimbulkan komplikasi kronik maupun komplikasi akut.

Komplikasi akut ditandai dengan terjadinya infeksi, seperti: karbunkel, gangren,

pielonefritis, terjadi ketoasidosis, dan diikuti koma. Komplikasi kronik memiliki

hubungan dengan dinding pembuluh darah yang rusak sehingga menyebabkan

aterosklerosis khas pada pembuluh darah kecil yang berada pada bagian ujung

organ yang disebut mikroaginapati. Manifestasi yang ditimbulkan dapat berupa

retinopati, glomeruloskelerosis, dan neuropati (Bustan, 2015).

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

Prolanis merupakan upaya promotif dan preventif BPJS Kesehatan yang

diintegrasikan dengan program pengendalian penyakit tidak menular di FKTP

(BPJS Kesehatan, 2015). Sebelum menjadi program yang dikelola oleh BPJS

Kesehatan, Prolanis merupakan program PT. Askes Persero, namun dengan

diberlakukannya Undang-Undang Negara RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dimana PT. Askes bertransformasi

kelembagaan menjadi BPJS Kesehatan, maka sejak tahun 2014 Prolanis

dilanjutkan kedalam agenda BPJS Kesehatan.

Pengimplementasian Prolanis oleh BPJS Kesehatan ditujukan untuk

penguatan upaya penyelenggaraan sistem kendali mutu dan kendali biaya

Universitas Sumatera Utara


22

pelayanan kesehatan di FKTP yang diwujudkan melalui implementasi kebijakan

Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen (KBK). Kendali mutu dan kendali biaya

pelayanan kesehatan di FKTP bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan, sekaligus untuk mencapai pembiayaan kesehatan yang efisien.

Menurut Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

Kesehatan) Nomor 8 Tahun 2016, kendali mutu dan kendali biaya merupakan

suatu upaya yang dilakukan untuk menjamin agar pelayanan kesehatan kepada

peserta sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan diselenggarakan

dengan pembiayaan yang efisien.

Melalui kebijakan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen (KBK),

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bersama Sekretaris Jendral

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Direktur Utama Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017, Prolanis menjadi

salah satu indikator penilaian komitmen kinerja FKTP dalam memberikan

pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi peserta BPJS Kesehatan yang

menderita penyakit kronis, hasil penilaian ini akan mempengauhi besaran kapitasi

yang akan dibayarkan oleh BPJS Kesehatan ke FKTP. Rasio peserta Prolanis

berkunjung menjadi salah satu indikator yang menentukan besaran kapitasi yang

akan dibayarkan ke FKTP. Rasio Peseta Prolanis Rutin Berkungjung (RPPRB) ke

FKTP, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pengimplementasian Prolanis adalah suatu upaya penguatan promotif dan

peventif di FKTP yang berperan sebagai gatekeeper dalam sistem pelayanan

Universitas Sumatera Utara


23

kesehatan, yang secara maksimal memberikan pelayanan yang bermutu kepada

penderita penyakit kronis agar mencapai kualitas hidup yang optimal, sehingga

mengurangi jumlah rujukan penderita penyakit kronis terkhususnya penderita

hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut

(FKTL), dengan demikian diharapkan dapat mencapai pembiayaan kesehatan

yang efisien dan mampu mendukung sustainabilitas program jaminan kesehatan

nasional (BPJS Kesehatan, 2016). Prolanis merupakan suatu upaya BPJS

Kesehatan untuk mewujudkan program jaminan kesehatan nasional yang

berkelanjutan (BPJS Kesehatan, 2014).

Prolanis merupakan sebuah sistem dalam pelayanan kesehatan dengan

pendekatan yang bersifat proaktif yang diselenggarakan secara terintegrasi dengan

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit

kronis untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan biaya pelayanan kesehatan

efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

Tujuan Prolanis.Pengimplementasian Prolanis di FKTP bertujuan untuk

mendorong peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis meraih

kualitas hidup yang maksimal dengan standar 75% peserta Prolanis memiliki hasil

baik pada pemeriksaan yang dilakukan secara spesifik terhadap hipertensi dan

diabetes mellitus tipe 2 sesuai panduan klinis terkait, sehingga komplikasi

penyakit dapat dicegah. Pengimplementasian Prolanis diharapkan mampu

mengurangi angka rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL)

sehingga mengurangai biaya kesehatan yang harus dikeluarkan negara dengan

Universitas Sumatera Utara


24

demikian keberlangsungan finansial program Jaminan Kesehatan Naional (JKN)

dapat terjaga (BPJS Kesehatan, 2016).

Sasaran Prolanis. Sasaran Prolanis adalah seluruh peserta BPJS

Kesehatan yang menderita penyakit kronis terkhusus untuk hipertensi dan

diabetes mellitus tipe 2 baik hasil diagnosa dokter di FKTP maupun peserta rujuk

balik dari rumah sakit yang telah didiagnosa oleh dokter spesialis. Penanggung

jawab Prolanis adalah kantor cabang BPJS Kesehatan bagian manajemen

pelayanan primer (BPJS Kesehatan, 2014).

Aktivitas Prolanis.Menurut BPJS Kesehatan (2014) pelaksanaan

aktivitas-aktivitas Prolanis di FKTP terdiri dari berbagai kegiatan sebagai berikut:

konsultasi medis, edukasi kelompok, aktivitas klub (senam Prolanis), reminder

melalui SMS gateway, home visit, pemantauan status kesehatanpesertaserta

kegiatan pelayanan obat yang dilakukan oleh dokter FKTP. Berbagai bentuk

kegiatan Prolanis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konsultasi medis, konsultasi medis merupakan bentuk pelayanan yang wajib

diberikan oleh dokter FKTP pengelola Prolanis kepada setiap Peserta Prolanis,

dengan tujuan agar peserta dapat dengan bebas bertanya dan mendapatkan

informasi yang dibutuhkan secara personal. Materi konsultasi membahas

tentang perkembangan dan status kesehatan peserta terkait penyakit hipertensi

dan diabetes mellitus tipe 2. Kegiatan ini dilakukan pada jadwal yang telah

disepakati bersama antara fasilitas pengelola dan peserta Prolanis.

2. Edukasi kelompok peserta Prolanis, edukasi klub Prolanis merupakan aktivitas

yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta di bidang kesehatan

Universitas Sumatera Utara


25

sebagai upaya pemulihan dan pencegahan kekambuhan penyakit sehingga

status kesehatan peserta Prolanis meningkat. Sasaran edukasi klub Prolanis

adalah untuk membentuk klub Prolanis, dimana 1 fasilitas kesehatan pengelola

minimal memiliki1 klub Prolanis. Setiap FKTP Pengelola Prolanis melakukan

dentifikasi terhadap severitas penyakit setiap peserta Prolanis sehingga

pengelompokan peserta klub edukasi diutamakan berdasarkan peserta yang

memiliki kondisi kesehatan dan kebutuhan edukasi yang sama.

3. Pemantauan status kesehatan peserta Prolanis, kegiatan pemantauan status

kesehatan peserta Prolanis adalah kegiatan yang menjadi fokus utama program

Prolanis yang bertujuan untuk mendukung mewujukan tujuan Prolanis yaitu

agar peserta mencapai kualitas hidup yang optimal dan terhindar dari

komplikasi penyakit. Pemantauan status kesehatan peserta Prolanis yang

dilakukan di FKTP pengelola Prolanis adalah berupa pemeriksaan kesehatan

dan pemeriksaan penunjang rutin bulanan kepada peserta Prolanis,pelaksanaan

rekapitulasi hasil pemeriksaan ruitn bulanan peserta Prolanis, penyusunan plan

of care, penentuan target perawatan, dan evaluasi status kesehatan peserta

Prolanis minimal 1 (satu) kali sebulan.

Bentuk pemeriksaan kesehatan yang dilakukan kepada peserta Prolanis

adalah berupa pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan dan tinggi

badan, dan bagi peserta Prolanis yang menderita diabetes mellitus dilakukan

pemeriksaan penunjang sekali dalam sebulan berupa pemeriksaan Gula Darah

Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP), dan Gula Darah Port Prandia

(GDPP). Hasil pemeriksaan rutin bulanan setiap peserta akan dilaporkan

Universitas Sumatera Utara


26

melalui aplikasi P-care sama seperti pasien pada umumnya dan ditulis dalam

buku status pasien.

Khusus peserta Prolanis, hasil pemeriksaan rutin bulanan ini akan

direkapitulasi dalam sebuah catatan khusus pemantauan status kesehatan

seluruh peserta Prolanis. Rekapitulasi data pemeriksaan rutin bulanan ini akan

dilaporkan ke BPJS Kesehatan sebagai bukti pelaksanaan pemantauan peserta

Prolanis.Tujuan perekapan data hasil pemeriksaan ini adalah sebagai sumber

informasi untuk melihat bagaimana perkembangan status kesehatan para

peserta setiap bulannya sehingga memudahkan untuk melakukan evaluasi

status kesehatan setiap peserta, selain itu dari rekapitulasi data pemantauan

status kesehatan peserta ini juga akan mempermudah petugas untuk memantau

keaktifan setiap peserta dalam melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan

sehingga dokter pengelola Prolanis dapat memantau peserta Prolanis yang

tidak rutin melakukan pemeriksaan. Adanya rekapitulasi data hasil

pemeriksaan rutin seluruh peserta Prolanis maka akan mempermudah dokter

pengelola Prolanis untuk menentukan peserta yang menjadi sasaran follow up

berupa home visit dan reminder.

Rekapitulasi data pemantauan status kesehatan ini juga akan memudahkan

dokter pengelola Prolanis untuk merencanakan perawatan setiap peserta

Prolanis (plan of care) serta menentukan target perawatan selanjutnya yang

dibutuhkan peserta, menjadi sumber informasi bagi FKTP untuk memantau

perkembangan kesehatan setiap peserta Prolanis sehingga memudah kan untuk

melakukan evaluasi status kesehatan setiap peserta, menentukan kriteria pasien

Universitas Sumatera Utara


27

yang akan dilakukan follow up berupa home visit, selain itu rekapitulasi data

pemeriksaan rutin bulanan ini juga akan mempermudah FKTP dalam

melakukan evaluasi terhadap keaktifan peserta Prolanis dan sekaligus

melakukan pemutakhiranjumlah kepesertaan Prolanis.

4. Pelayanan obat, pelayanan obat bagi peserta Prolanis di FKTP dilakukan oleh

dokter pengelola peseerta Prolanis. Dokter pengelola peserta Prolanis akan

meresepkan obat peserta, kemudian dilakukan perpanjangan pengambilan obat

melalui aplikasi P-care obat. Peserta Prolanis akan mengambil resep obat

tersebut di apotek yang telah ditunjuk dan bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan dengan membawa buku resep obat yang telah diisi oleh dokter di

FKTP. Obat peserta Prolanis yang kondisinya stabil, langsung diresepkan oleh

dokter FKTP sementara untuk peserta yang merupakan pasien rujuk balik

karena komplikasi maka peresepan obatnya mengikuti resep dari rumah sakit

kemudian diteruskan kembali oleh dokter FKTP.

Setiap peserta diwajibkan untuk meminum obat secara rutin dan teratur

setiap hari dalam sebulan, sebagai upaya pencegahan agar gula darah maupun

tekanan darah peserta dapat terkontrol sehingga diharapkan dapat terhindar dari

komplikasi penyakit. Petugas Prolanis bertanggung jawab untuk memberikan

motivasi kepada peserta agar secara rutin meminum obat dan memberikan

edukasi mengenai pentingnya meminum obat secara teratur bagi penderita

hipertensi dan diabetes yang merupakan penyakit kronis seumur hidup.

5. Aktivitas klub Prolanis (senam Prolanis), aktivitas klub Prolanis adalah

kegiatan fisik peserta prolanis berupa senam yang dilakukan satu kali dalam

Universitas Sumatera Utara


28

seminggu. Kegiatan senam ini dipandu oleh seorang instruktur senam yang

berasal dari luar puskesmas.

6. Home visit (kunjungan rumah), home visit merupakan kegiatan follow up

peserta Prolanis berupa kunjungan petugas ke tempat tinggal peserta untuk

memberikan informasi/edukasi tentang kesehatan diri dan lingkungan peserta

dan keluarganya. Petugas Prolanis yang sebelumnya telah melakukan

monitoring terhadap kondisi kesehatan dan keaktifan peserta dalam mengikuti

kegiatan akan melakukan follow up berupa home visit kepada peserta yang

memenuhi kriteria sebagai sasaran. Kriteria peserta yang akan mendapat

pelayanan home visit adalah: peserta Prolanis yang baru terdaftar sebagai

peserta, peserta yang tidak mengikuti terapi selama 3 bulan berturut turut,

peserta yang menderita diabetes mellitus dengan GDP atau GDPPnya berada di

bawah standar selama 3 bulan berturut turut, peserta yang menderita hiperrtensi

yang tekanan darahnya tidak terkontrol selama 3 bulan berturut- turut, dan bagi

peserta yang baru pulang dari opname. Langkah langkah pelaksanaan kegiatan

home visit adalah sebagai berikut:

a. Fasilitas kesehatan pengelola mengidentifikasi peserta Polanis yang memenuhi

kriteria untuk mendapatkan pelayanan home visit;

b. Fasilitas kesehatan pengelola menentukan jadwal kunjungan

c. Pelaksanaan home visit; dan

d. Merekapitulasi jumlah peserta Prolanis yang telah mendapatkan pelayanan

home visit dan membuat laporan bukti pelaksanaan home visit kepada BPJS

Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


29

7. Reminder,reminder merupakan aktivitas memotivasi peserta agar selalu

melakukan kunjungan rutin, kegiatan ini dilakukan melalui SMS gateway.

Melalui kegiatan ini, petugas Prolanis akan mengingatkan jadwal konsultasi,

jadwal pemeriksaan rutin, dan jadwal kegiatan Prolanis lainnya kepada peserta.

FKTP akan merekapitulasi nomor handphone seluruh peserta Prolanis atau

keluarganya, kemudian dilakukan entri data nomor handphone ke dalam

aplikasi SMS gateway. FKTP juga akan merekapitulasi data kunjungan setiap

peserta, melakukan entri data jadwal kunjungan setiap peserta,kemudian

dilakukan aktivitas reminder yaitu dengan membuat rekapitulasi jumlah peserta

yang telah mendapat pelayanan reminder,selanjutnyadilakukan analisis data

berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder dengan jumlah kunjungan

peserta Prolanis kemudian FKTPmembuat laporan kepada BPJS Kesehatan.

Pelaksana kegiatan Prolanis. Menurut BPJS Kesehatan (2019), setiap

FKTP pengelola Prolanis wajib membentuk Prolanis terpadu, yang terdiri dari

dokter pengelola peserta Prolanis dan tenaga kesehatan lain di puskesmas seperti

perawat, analis kesehatan atau petugas laboratorium yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan Prolanis. Tim Prolanis terpadu bertugas untuk melakukan:

1. Memberikan pelayanan konsultasi medis kepada peserta minimal 1 kali dalam

sebulan

2. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan penunjang kepada

pesertaProlanis berupa pemeriksaan tekanan darah dan gula darah

(GDP/GDPP/GDS) minimal 1 kali dalam sebulan

Universitas Sumatera Utara


30

3. Menyusun rencana perawatan (plan of care) dan target perawatan setiap

peserta Prolanis

4. Melakukan evaluasi terhadap status kesehatan peserta Prolanis minimal satu

kali dalam sebulan

5. Melakukan pelayanan obat Prolanis

6. Penyusunan tata laksana terapi sesuai dengan kompetensi dan kewenangan

Sebagai bagian dari tim Prolanis terpadu, terkhusus dokter pengelola

Prolanis bertindaksebagai care coordinatorbagi peserta Prolanis, yang

bertanggung jawab untuk:

1. Sebagai tempat konsultasi medis bagi peserta Prolanis.

2. Memonitoring keadaan dan status kesehatan peserta Prolanis secara rutin dan

berkesinambungan

3. Meresepkan obat bagi peserta Prolanis baik pelayanan yang dilakukan sendiri

maupun meneruskan resep rekomendasi dokter spesialis dari FKTL jika peserta

tersebut merupakan peserta rujuk balik

4. Bekerjasama dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas untuk

menyusun plan of care dan target perawatan peserta Prolanis

Biaya operasional Prolanis. Biaya Operasional pelaksanaan

kegiatanProlanis di FKTP pengelola telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan

dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan yang membagi jenis

pelayanan berdasarkan tarif yaitu kapitasi dan non kapitasi, yaitu sebagai berikut:

Tarif kapitasi diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan:

Universitas Sumatera Utara


31

a. Administrasi pelayanan

b. Promotif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;dan

e. Obat dan bahan medis habis pakai

f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama

Tarif non kapitasi diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan

kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi, yang meliputi:

a. Pelayanan ambulans

b. Pelayanan obat program rujuk balik

c. Pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik

d. Pelayanan penapisan (screening) kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi

krio untuk kanker leher rahim

e. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis

f. Jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter,

sesuai kompetensi dan kewenangannya

g. Pelayanan Keluarga Berencana di FKTP

Tata cara menjadi FKTP Prolanis.Menurut BPJS Kesehatan (2016)

beberapa langkah yang harus dilakukan FKTP untuk dapat menjadi fasilitas

kesehatan pengelola Prolanis, adalah sebagai berikut:

1. FKTP mendata peserta BPJS Kesehatan terdaftar yang memiliki riwayat

penyakit hipertensi atau diabetes mellitus berdasarkan diagnosa dokter di

FKTP atau peserta yang telah memiliki Surat Rujuk Balik (SRB) dari rumah

Universitas Sumatera Utara


32

sakit dengan diagnosa penyakit hipertensi atau diabetes melitus untuk dijadikan

calon peserta Prolanis

2. FKTP membentuk sebuah klub Prolanis yang beranggotakan peserta Prolanis

3. Selanjutnya bagi calon peserta Prolanis dilakukan edukasi awal dan skrinning

sekaligus pengisian form kesediaan peserta Prolanis dengan dana dari kapitasi

FKTP

4. Hasil kegiatan edukasi awal, beserta surat pemberitahuan pelaksanaan Prolanis

dan form kesediaan peserta Prolanis yang telah diisi dan ditandatangani oleh

peserta serta dilengkapi dengan fotokopi kartu BPJS Kesehatan, kemudian

dilaporkan oleh FKTP Ke BPJS Kesehatan

5. BPJS Kesehatan akan mengirimkan secara langsung buku pengambilan obat

bagi peserta Prolanis kepada FKTP, selanjutnya FKTP akan membagikan buku

pengambilan obat secara langsung kepada peserta Prolanis yang sudah terdaftar

6. Kemudian data peserta Prolanis akan dimasukkan oleh BPJS Kesehatan

kedalam aplikasi Luar Paket INA-CBG’s (LUPIS) sesuai form kesediaan

peserta Prolanis yang sebelumnya telah dikirimkan FKTP

7. FKTP dapat melaksanakan kegiatan Prolanis berupa konsultasi medis, edukasi

kelompok, reminder melalui SMS gateway, pemantauan status kesehatan

peserta, home visit, pelayanan obat dan aktivitas klub (senam Prolanis)

8. FKTP membuat laporan hasil pemantauan pemeriksaan kesehatan peserta dan

melaporkannya setiap bulan ke BPJS Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


33

9. Setelah laporan diterima BPJS Kesehatan, FKTP mengirimkan laporan

pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan Prolanis agar dapat dilakuakn

penggantian biaya kegiatan Prolanis oleh BPJS Kesehatan

Persyaratan menjadi peserta Prolanis. Menurut BPJS Kesehatan (2016)

untuk dapat menjadi peserta Prolanis maka calon peserta harus memenuhi kiteria

sebagai berikut :

1. Peserta BPJS Kesehatan

2. Peserta harus terdaftar di FKTP tersebut

3. Peserta dengan riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 sesuai

kompetensi FKTP dan langsung dikelola oleh FKTP tanpa Surat Rujuk Balik

(SRB) ataupeserta yang sudah memiliki surat rujuk balik dari rumah sakit

untuk diagnosa hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 yang sudah dalam

kondisi stabil

Penambahan peserta Prolanis. BPJS Kesehatan (2016) menyebutkan

bahwabeberapa tahapan yang harus dilakukan FKTP dalam penambahan peserta

baru Prolanis adalah sebagai berikut:

1. Peserta BPJS Kesehatan terdaftar yang memiliki riwayat penyakit hipertensi

atau diabetes mellitus tipe 2 didaftarkan FKTP untuk ditambahkan sebagai

peserta Prolanis pada klub yang sudah terbentuk.

2. FKTP melakukan edukasi kepada calon peserta Prolanis yang baru, sekaligus

dilakukan pengisian form kesediaan peserta Prolanis tambahan.

Universitas Sumatera Utara


34

3. FKTP mengirimkan form kesediaan bergabung dalam klub Prolanis yang telah

diisi dan ditandatangani calon Peserta Prolanis tersebut beserta fotokopi kartu

BPJS Kesehatan peserta ke BPJS Kesehatan.

4. Buku pengambilan obat bagi peserta Prolanis tambahan akan dikirimkan oleh

BPJS Kesehatan ke FKTP sesuai dengan jumlah form kesediaan peserta

tambahan Prolanis yang telah diisi.

5. Data peserta tambahan tersebut akan dimasukkan oleh BPJS Kesehatan ke

dalam aplikasi Luar Paket INA-CBG’s (LUPIS) sesuai dengan form kesediaan

peserta Prolanis yang telah dikirimkan FKTP sebelumnya dan kepada peserta

Prolanis tambahana akan diberikan buku pengambilan obat peserta Prolanis

secara langsung oleh FKTP.

6. Peserta Prolanis tambahan yang telah disetujui BPJS Kesehatan dapat

bergabung dengan peserta Prolanis lainnya di FKTP untuk mendapatkan

pelayanan Prolanis yang berupa konsultasi medis, edukasi kelompok, reminder

melalui SMS gateway, aktivitas klub (senam Prolanis), homevisit, pemantauan

kesehatan, dan pelayanan obat.

Pengurangan peserta Prolanis. Menurut BPJS Kesehatan (2016)

beberapa tahapan yang harus dilakukan FKTP dalam melakukan pemutakhiran

jumlah peserta Prolanis terutama jika terjadi pengurangan peserta adalah sebagai

berikut:

1. FKTP mendata ulang kepesertaan Prolanis. Pendataan ini dilihat berdasarkan

peserta yang tidak mengikuti kegiatan selama 3 bulan berturut-turut dan peserta

Universitas Sumatera Utara


35

yang menyatakan keluar dari keanggotaan Prolanis karena keinginan sendiri

atau peserta yang tidak lagi menjadi peserta Prolanis karena meninggal.

2. FKTP meyampaikan surat pengurangan anggota klub Prolanis dengan lampiran

nama peserta Prolanis yang keluar dari klub Prolanis beserta fotokopi kartu

BPJS Kesehatan dari masing-masing peserta ke BPJS Kesehatan.

Landasan Teori

Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori pendekatan

sistem. Sistem adalah sebuah proses yang terdiri dari berbagai komponen atau

elemen yang satu sama lain saling berhubungan secara struktural maupun

fungsional dan saling mendukung sesuai dengan kedudukan dan peran masing-

masing. Secara keseluruhan kinerja sistem didukung oleh setiap komponen-

komponennya meskipun komponen itu bernilai kecil, oleh karena itu tidak

berjalannya satu bagian sistem akan mengganggu kinerja bagian sistem yang lain

sehingga berdampak pada pencapaian tujuan (Hasibuan, 2013).

Pendekatan sistem adalah penerapan strategi berfikir secara sistematis dan

logis dalam mencari pemecahan masalah atau keadaan yang sedang dihadapi

untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Secara sederhana bagian atau

elemen sistem dapat dimasukkan kedalam input, proses, dan output. Masukan

adalah bagian dari sistem, berupa bahan yang diperlukan untuk dapat

berfungsinya sistem tersebut. Proses bagian sistem yang berfungsi untuk

mengubah masukan menjadi keluaran. Keluaran adalah sekumpulan elemen yang

merupakan hasil dari berlangsungnya sebuah proses dalam sistem (Azwar, 1996).

Universitas Sumatera Utara


36

Kerangka Berpikir

Prolanis

Input : Proses : Output :

a. 1. SDM Pelaksana 1. Konsultasi medis Tercapainya tujuan

Prolanis 2. Edukasi kelompok Prolanis yaitu

b. 2. Sarana/prasarana 3. Pemantauan status terpantaunya status

c. 3. Biaya operasional kesehatan kesehatan setiap

Prolanis 4. Aktivitas klub peserta Prolanis

d. (senam Prolanis) sehingga peseta

5. Pelayanan obat meraih kualitas

6. Reminder hidup yang

7. Home visit optimaldan terhindar

dari komplikasi

penyakit

Gambar 1. Kerangka berpikir

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang

bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam tentang pelaksanaan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan Kecamatan

Siantar Marihat Tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Parsoburan

Kecamatan Siantar Marihat. Pemilihan lokasi atas dasar pertimbangan peneliti

terhadap tingginya angka kunjungan hipertensi di Puskesmas Parsoburan yang

menjadi tertinggi ke 1 dari seluruh puskesmas di Kota Pematangsiantar tahun

2017. Hipertensi dan diabetes mellitusmasuk ke dalam 10 penyakit terbesar di

Puskesmas Parsoburan, tahun 2017 hipertensi di posisi ke 2 dan diabetes di posisi

ke 3. Implementasi Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilakukan sejak tahun 2013.

Pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Parsoburan akan sangat bermanfaat apabila

dilaksanakan dengan maksimal karena karakteristik masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Parsoburan didominasi penduduk usia berisiko penyakit kronis.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai pada Februari 2019 (survey

awal) sampai dengan selesai.

Subjek Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang memahami,

mampu memberikan informasi dan terlibat dalam pelaksanaan Prolanis. Informan

dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik metode purposive, yaitu

37

Universitas Sumatera Utara


38

teknik yang digunakan untuk memilih informan berdasarkan kriteria tertentu.

Menurut peneliti, informan yang memenuhi kriteria tersebut adalah: Kepala

Puskesmas Parsoburan, dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan,

Person In Charge (PIC) Prolanis di Puskesmas Parsoburan, petugas laboratorium,

petugas P-care obat Prolanis, peserta Prolanis, dan Kepala Bidang Penjaminan

Manfaat Primer BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar. Peneliti mendapatkan

informan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang. Karakteristik informan dalam

penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Karakteristik Informan Penelitian

Nama Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan


Kelamin (tahun)

dr. Olga CH Perempuan 50 S1-Kedokteran Dokter Pengelola


Lumowah Prolansi di
Puskesmas
Parsoburan
Dorisdey Harianja, Perempuan 40 S1-Keperawatan Person In Charge
S.Kep Prolanis di
puskesmas
Parsoburan.
Hanna Perempuan 47 S1-Ilmu Kepala
J.Manullang, Kesehatan Puskesmas
S.K.M Masyarakat Parsoburan
Bintang M Perempuan 39 D3- Analis Petugas
Siahaan, A.Mak Kesehatan Laboratorium
Puskesmas
Parsoburan
Jenni Siagian, Perempuan 54 D3-Keperawatan Petugas P-care
Amd. Kep Obat Prolanis
Tetty Siahaan Perempuan 49 S1-Keperawatan Perawat di Balai
Pengobatan
Bertina Sirait Perempuan 42 S1-Keperawatan Perawat di Balai
Pengobatan
Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 1

Karakteristik Informan Penelitian

Nama Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan


Kelamin (tahun)
Murniati Perempuan 47 S1-Keperawatan Penanggung jawab
PHN
Bonar Simbolon Laki-laki 74 S1- Kehutanan Peserta Prolanis

M. Manik Laki-laki 68 SMA Peserta Prolanis

Sumondang Sirait Perempuan 74 SPG Peserta Prolanis

Jhon S Pakpahan Laki-laki 61 S1 Peserta Prolanis

Korri M Manurung Perempuan 41 SI- Farmasi Kepala Bidang


S. Si, Apt Apoteker Penjamin
Manfaat Primer
BPJS Kesehatan
Cabang
Pematangsiantar

Definisi Konsep

Input (masukan).Input dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis),

yaitu:

1. Sumber daya manusia adalah tenaga kesehatan di puskesmas yang terlibat dan

memiliki tugas dan fungsi dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis.

2. Biaya operasional adalah sumber dan kecukupan dana yang dibutuhkan

puskesmas untuk dapat menyelenggarakan 7 aktivitas Prolanis.

3. Sarana dan prasarana, sarana adalah peralatan dan bahan yang bersumber dari

puskesmas maupun BPJS Kesehatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

kegiatan Prolanis, yang termasuk di dalamnya yaitu: tensi meter, alat

Universitas Sumatera Utara


40

pemeriksaan gula darah, timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, buku

pemantauan status kesehatan peserta prolanis, layar LCD proyektor, proyektor,

tape recorder, loudspeaker, microphone. Prasarana adalah fasilitas yang

menjadi penunjang utama dalam proses pelaksanaan berbagai kegiatan

Prolanis,yaitu tempat dilaksanakannya berbagai kegiatan Prolanis seperti

ruangan di puskesmas tempat peserta dan dokter melakukan konsultasi medis,

ruang pelaksanaan pemeriksaan rutin bulanan, tempat melakukan edukasi klub

Prolanis, dan lapangan tempat melakukan senam Prolanis.

Proses. Proses dalam penelitian iniadalah terlaksananya 7 aktivitas

Prolanis sesuai dengan konsep Prolanis di dalam buku petunjuk Praktis Prolanis

sebagai Berikut:

1. Konsultasi medis, yaitu kegiatan konsultasi rutin bulanan peserta Prolanis

kepada dokter pengelola peserta Prolanis di FKTP untuk membahas penyakit

yang diderita, keluhan, dan perkembangan kesehatan peserta.

2. Edukasi kelompok, yaitu kegiatan rutin bulan Prolanis berupa penyuluhan

kesehatan kepada kelompok peserta Prolanis yang bertujuan untuk memberikan

informasi dan edukasi agar peserta Prolanis mampu memulihkan penyakitnya

dan mencegah untuk munculnya kembali penyakit. Puskesmas melakukan

identifikasi terhadap severitas penyakit setiap peserta Prolanis, sehingga

pengelompokkan edukasi klub Prolanis dilakukan berdasarkan peserta dengan

kondisi kesehatan dan kebutuhan edukasi yang sama.

3. Pemantauan status kesehatan peserta, yaitu sebuah bentuk kegiatan Prolanis

yang dilakukan dengan cara memberikan pelayanan pemeriksaan rutin bulanan

Universitas Sumatera Utara


41

terhadap peserta Prolanis berupa pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran

Indeks Massa Tubuh (IMT) serta terkhusus untuk peserta Prolanis yang

menderita diabetes diberikan pelayanan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan kadar gula darah sekali dalam sebulan. Hasil pemeriksaan rutin

bulanan seluruh peserta Prolanis akan direkapitulasi dalam sebuah catatan

khusus yang akan digunakan sebagai sumber informasi pemantauan status

kesehatan peserta dalam menentukan peserta yang menjadi sasaran untuk

dilakukan follow up. Dalam kegiatan pemantauan status kesehatan peserta

Prolanis, tim Prolanis terpadu juga bertanggung jawab untuk menyusun

rencana perawatan dan menentukan target perawatan terhadap setiap peserta

Prolanis, serta melakukan evaluasi terhadap status kesehatan peserta Prolanis

minimal sekali dalam sebulan.

4. Pelayanan obat, yaitu kegiatan peresepan obat bagi Peserta Prolanis yang

dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis di FKTP. Persepan obat ini harus

berdasarkan formularium nasioal. Dalam pelayanan obat ini juga dilakukan

perpanjangan pengambilan obat Prolanis melalaui aplikasi P-care obat peserta

Prolanis. Obat tersebut harus diambil langsung oleh peserta Prolanis di apotek

yang telah ditunjuk oleh BPJS Kesehatan.

5. Aktivitas klub Prolanis (senam Prolanis), yaitu kegiatan senam yang dilakukan

satu kali dalam seminggu yang ditujukan khusus untuk peserta Prolanis.

Kegiatan senam Prolanis ini dipandu oleh seorang instruktur senam.

6. Home visit, home visit adalah kegiatan berupa kunjungan ke rumah peserta

Prolanis oleh petugas puskesmas, dimana kriteria peserta Prolanis yang

Universitas Sumatera Utara


42

mendapatkan kunjungan sesuai dengan ketetapan BPJS Kesehatan yang telah

ditentukan dalam petunjuk praktis Prolanis, yaitu: peserta Prolanis yang baru

terdaftar, peserta Prolanis yang tidak databg kontrol lesehatan selama 3 bulan

berturut-turut, peserta penderita hipertensi dengan tekanan darah tidak

terkontrol selama 3 bulan berturut-turut, peserta penderita diabetes dengan

kadar gula darah dibawah standar selama 3 bulan berturut turut dan peserta

paska opname.

7. Reminder, reminder adalah kegiatan memotivasi peserta Prolanis agar aktif

dalam kegiatan-kegiatan Prolanis terutama kegiatan pemeriksaan rutin bulanan

di FKTP. Kegiatan reminder ini dilakukan melalui pengiriman pesan singkat

berisi jadwal konsultasi setiap peserta.

Output(keluaran).Output dalam penelitian ini adalah hasil pelaksanaan

kegiatan Prolanis, yaitu pencapaian tujuan pelaksanaan Prolanis di FKTP

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan di dalam pedoman

petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis di FKTP, yang diukur dari terpantaunya

status kesehatan setiap peserta Prolanis agar setiap peserta meraih kualitas hidup

secara optimal dan terhindar dari komplikasi penyakit dengan indikator 75%

peserta Prolanis yang terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki

hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap diabetes dan hipertensi sesuai

dengan panduan klinis terkait.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (indepth Interview), yaitu untuk mendapatkan informasi

Universitas Sumatera Utara


43

tentang pelaksanan kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan dan output yang

dihasilkan. Wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan, berpedoman

pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode pengumpulan

data berupa observasi dan dokumentasi. Kegiatan dokumentasi adalah kegiatan

mengumpulkan informasi yang berasal dari cacatan penting dari organisasi

ataupun kelembagaan (Hamidi, 2010). Kegiatan dokumentasi yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh jumlah peserta Prolanis yang masih

aktif di Puskesmas Parsoburan.

Observasi dilakukan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh kegiatanProlanis. Dalam pengumpulan

data yang dibutuhkan untuk penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah

peneliti, pedoman wawancara yang telah dipersiapkan, perekam, dan alat tulis.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data menurut Miles dan

Huberman dalam Winarni (2018) bahwa aktivitas analisis data penelitian

kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai

data mencapai titik jenuh atau peneliti tidak lagi menemukan informasi yang baru.

Kegiatan dalam analisis data. Adapun kegiatan analisis data di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema dan polanya.

Universitas Sumatera Utara


44

2. Penyajian data

Data dalam penelitian kualitatif dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat,

tabel, bagan, hubungan antar kategori namun penyajian yang sering

digunakan adalah teks yang bersifat narasi.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Puskesmas Pasoburan

Letak geografis. Puskesmas Parsoburan berada di Jalan Parsoburan,

Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Siantar Marihat, Pematangsiantar. Batas-batas

wilayah kerja Puskesmas Parsoburan adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Siantar Selatan, Kecamatan Siantar

Timur, dan Kabupaten Simalungun.

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Siantar Marimbun dan Kabupaten

Simalungun.

3. Sebelah Barat : Kecamatan Siantar Marimbun, Kecamatan Siantar

Selatan, dan Kecamatan Siantar Selatan.

4. Sebelah Timur : Kabupaten Simalungun.

Wilayah kerja Puskesmas Parsoburan terdiri dari 2 kelurahan, yaitu

Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan Sukamakmur.

Demografi wilayah kerja Puskesmas Parsoburan. Jumlah penduduk di

wilayah keja Puskesmas Pasoburan yang tersebar di 2 kelurahan sebanyak 5. 619

kepala keluarga (5.619 jiwa), yaitu sebanyak 1760 jiwa di Kelurahan Sukamaju

dan 3859 jiwa di Kelurahan Sukamakmur. Kelompok usia terbanyak adalah 15-19

tahun yaitu sebesar 23,968%. Kelompok usia 15-75 tahun yang merupakan

kelompok yang mulai berisiko untuk terkena hipertensi dan diabetes mellitus

mencapai 70,97%.

45

Universitas Sumatera Utara


46

Tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan Tahun

2019.Adapun tenaga kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Parsoburan adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Data Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan


Sukamaju Pematangsiantar Tahun 2019

Jenis Tenaga Jumlah

Kesehatan Masyarakat 1
Dokter Umum 2
Dokter Gigi 1
Perawat 11
Bidan 5
Apoteker 1
Gizi 1
Analis Kesehatan 1
Sanitarian 1
Tenaga Kesehatan Lainnya 3
Total 27
Sumber: Profil Puskesmas Parsoburan Tahun 2018

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan

Prolanis merupakan sebuah program promotif dan preventif BPJS

Kesehatan dengan pendekatan proaktif yang diselenggaran di fasilitas kesehatan

tingkat pertama (FKTP). Pengimplementasian Prolanis bertujuan untuk mengelola

kesehatan peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis terkhusus

hipertensi dan diabetes mellitusagar mencapai kualitas hidup optimal dan

terhindar dari komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014). Pengimplementasian

Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilakukan sejak tahun 2013 dan merupakan

salah satu puskesmas pertama yang menyelenggarakan Prolanis di Kota

Universitas Sumatera Utara


47

Pematangsiantar. Saat ini jumlah peserta Prolanis di Puskesmas mencapai 430

orang yang terdiri dari 260 orang peserta yang mendertita hiperteni dan 170 orang

peserta yang menderita diabetes mellitus. Pelaksanaan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan terdiri dari 7 bentuk kegiatan, yaitu: konsultasi medis, edukasi

kesehatan, pemantauan status kesehatan, pelayanan obat peserta Prolanis, senam

Prolanis, home visit dan reminder.

Input Pelaksanaan Kegiatan Prolanis

Penelitian terhadapinput yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

Prolanis di Puskesmas Parsoburan terdiri dari:Sumber Daya Manusia (SDM)

pelaksana Prolanis, sarana dan prasarana, dan biaya operasional. Hasil wawancara

mendalam mengenai inputyang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Prolanisdi

Puskesmas Parsoburan tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Sumber Daya Manusia (SDM)pelaksanakegiatan Prolanis.

Pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis di FKTP pengelola Prolanis dikerjakan oleh

sebuah tim yang disebut sebagai tim Prolanis terpadu. Tim Prolanis terpadu

adalah sebuah kelompok yang terdiri dari berbagai tenaga kesehatan di FKTP

pengelola Prolanis yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk mengelola

seluruh bentuk kegiatan Prolanis di FKTP.

Hasil penelitian mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana

kegiatan Prolanis, diperoleh informasi dari Kepala Bidang Penjamin Manfaat

Primer BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar sebagai berikut:

“Tim Prolanis terpadu, ya tim yang dibentuk puskesmas atau


FKTP pengelola Prolanis untuk melaksanakan kegiatan kegiatan
Prolanis dek, Tim Prolanis terpadu itu dokter pengelola Prolanis
lah pastinya dek, PIC Prolanis untuk melaporkan bukti

Universitas Sumatera Utara


48

pelaksanaan senam dan edukasi tiap bulan secara online kan biar
bisa diklaimkan, dan perawat. Tergantunglah, tergantung
kebutuhan mereka di puskesmas. Enggak ada keharusan harus ada
ini atau itu, jumlahnya sekian itu enggak ada, ya pengelolaan
puskesmas sendirilah tergantung kemampuan dan kebutuhan
mereka mau buat siapa aja dalam tim Prolanis terpadu yang
penting tugas-tugas dijalankan.” (Informan 13)

Berdasarkan pernyataan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer BPJS

Kesehatan Cabang Pematangsiantar di atas, maka diketahui bahwapelaksanaan

kegiatan Prolanis di FKTP pengelola dilakukan oleh sebuah tim yang disebut

sebagai tim Prolanis terpadu. Tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai

jumlah dan jenis tenaga kesehatan yangterlibat dalam tim Prolanis terpadu, namun

setiap FKTP pengelola berkewajiban membentuk tim Prolanis terpadu dengan

seorang dokter sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan

Prolanis.Pembentukan tim Prolanis terpadu di FKTP pengelola Prolanis dikelola

sendiri oleh FKTP yang bersangkutan, dimana jenis dan jumlah tenaga kesehatan

yang terlibat dalam tim disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan

pelaksanaan kegiatan Prolanis di FKTP pengelola tersebut.

Pernyataan dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan mengenai

SDM pelaksana Prolanis dinyatakan sebagai berikut ini:

“Sebenarnya enggak ada tim khususnya cuman pelaksanaannya


pasti secara tim karna enggak mungkin aku sendiri yang menensi,
aku yang periksa gula, aku yang edukasi, jadi siapa yang terlibat
dalam memberi pelayanan kepada peserta Prolanis sudah
dianggap menjadi bagain dari tim Prolanis terpadu, ya enggak ada
dibentuk resmi gitu makanya enggak ada juga SK sahnya. Di
puskesmas ini yang dianggap tim Prolanis terpadu itu ada orang
laboratorium periksa kadar gula darah, perawat yang periksa tensi
dan IMT, dan petugas P-care.
Pemeriksaan rutin sebenarnya cukupnya karena ada 8
perawat kami, ya cuman itu, kalau untuk monitoring dalam
pemantauan status kesehatan peserta, satu petugas itu enggak ada

Universitas Sumatera Utara


49

dikasi tupoksi secara khusus untuk mengelola peserta Prolanis. Ya


kalau untuk menensi, periksa gula ya dikerjakan kaya pasien umum
biasanya,aku dibantu perawat yang lagi tugas di BP, tapi perawat
di BP sebenarnya enggak ada tupoksi khusus ke Prolanis, cuman
karna pelayanan pemeriksaan kesehatan peserta Prolanis
disamakan pelayananya sama pasien umum makanya perawat di
BP yang menensi, ukur IMT, mereka anggap kaya pasien biasa aja.
Enggak ada petugas khusus untuk pemantauan peserta
Prolanis seperti rekapiulasi data monitoring perkembangan
kesehatan pasien, edukasi juga, reminder, itu aku semua, karena
siapa lah yang membantu ya, tanya kapuslah, aku kerja sendiri
untuk pemantauan, makanya udah lama kalau pemantauan itu
enggak lagi ku laporkan, ya sebisanya aku ajalah ku
kerjain.”(Informan 1)

Berdasarkan pernyataan dokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan maka dapat diketahui bahwa belum ada pembentukan tim khusus

sebagai tim Prolanis terpadu di Puskesmas Parsoburan, hanya saja karena

pelaksanaan pelayanan pemeriksaan rutin peserta Prolanis dijadikan bagian dari

pelayanan pasien secara umum maka setiap petugas kesehatan yang turut serta

dalam memberikan pelayanan pemeriksaan pada pasien di Puskesmas Parsoburan

dianggap termasuk bagian tim Prolanis terpadu, petugas tersebut adalah: dokter

pengelola Prolanis, Person In Charge (PIC) Prolanis, perawat yang sedang

bertugas di Balai Pengobatan (BP), petugas laboratorium, dan petugas P-care

Prolanis. Belum terbentuknya sebuah tim khusus yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan semua bentuk kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan atau yang

dikenal dengan tim Prolanis terpadu, juga terlihat dari tidak adanya SK masing-

masing petugas sebagai bagian dari tim Prolanis terpadu. Dari pernyataan di atas

juga diketahui bahwa dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan

memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang paling besar dalam pengelolaan

aktivitas Prolanis dibanding tenaga kesehatan lainnnya. Belum tersedianya tim

Universitas Sumatera Utara


50

Prolanis terpadu di Puskesmas Parsoburan juga didukung oleh pernyataan PIC

Prolanis sebagai berikut:

“Tim Prolanis terpadu, apa itu dek? O,sebenarnya ada juga dek,
tapi enggak langsung kita bentuk langsung tim gitu, kaya Prolanis
dia kan udah ada dokternya, kalau perawatnya adanya yang di BP
itu adanya lab nya, sebenarnya udah ada sih tim itu walaupun
istilahnya iniloh tim kami enggak seperti itu, memang udah ada
tapi enggak khusus, ada dibuatkan satu SK, pokoknya kan karna
pelayanan Prolanis ini dijadikan pelayanan pasien secara umum
ya kan siapa yang terlibat dalam pelayanan itu udah dianggap dia
termasuk bagian tim kan, kaya petugas P-care dia udah
termasuklah dia, kaya senam, kegiatan senam ada dokter Olga
yang menggerakkan tapi kan dokumentasinya dibantu sama
perawat di BP kalau lagi tugas, memang pelaksanaannya memang
harus dilakukan tim tapi enggak ada lah dibilang secara tertulis
inilah tim Prolanis kami enggak ada. Tapi secara kerjanya ya tim,
kalau dokter Olga aja ya enggak sangguplah dia itu, dia yang
menensi, dia yang ngasih obat kan, udah timnya sebenarnya.
Perlu juga itu dibuatkan kan nantilah kita bilang, bagus
juga itu, dibuatkan SKnya kan, siapa-siapa aja yang terlibat, ya
bagus juga memang. Kami enggak kepikiran itu loh, nantilah kita
usulkan sama kapus ya, bu aku punya saran gitu, ya udahlah
cocoklah itu dek, dari banyaknya peserta ini kan perlu juga ada
tim. Kaya posyandu gitu kan dek, biar lebih bertanggung jawab
juga, ya cuman belum kami buat memang itu ya namanya kami
juga enggak tau.” (Informan 2)

Sebagai PIC Prolanis beliau mengaku belum mengetahui tentang adanya

pembentukan tim Prolanis terpadu di FKTP pengelola. Selain PIC Prolanis,

perawat yang bertugas di balai pengobatan Puskesmas Parsoburan yang mana

dianggap menjadi bagaian dari tim Prolanis terpadu juga tidak mengetahui bahwa

pelaksaan Prolanis ditanggungjawabi oleh sebuah timProlanis terpadu dan beliau

juga tidak mengetahui bahwa beliau sebagai perawat yang bertugas di BP

dianggap menjadi bagian dari tim Prolanis terpadu, pernyataan perawat BP

tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


51

“Tim Prolanis terpadu maksudnya dek? kalau yang mengelola


Prolanis itu dokter lah dek, kalau aku hanya ikut periksa tensi gitu
lah dek, itupun karna aku sebagai perawat yang ditugaskan di BP
dek, kalau SK sebagai bagian dari tim Prolanis apa tadi itu dek?
tim Prolanis terpadu ya, enggak ada dek, ya karna aku perawat di
BPnya makanya ikutlah aku terlibat dalam periksa pasien dek,
karnakan pelayanan periksa peserta Prolanis ini dijadikan bagian
pelayanan pasien umum dek, jadi enggak peserta Prolanis aja kami
layani semua pasienlah, selain itu enggak ada lagi tugas ku, cuman
tensi itulah dek kalau untuk peserta Prolanis, sebatas itu aja, oh
satu lagi lah mencatat untuk setiap peserta yang berobat disini ada
spesial register kami dek di buku BP tapi itu untuk semua pasien
yang datang berobat enggak khusus Prolanis pokoknya siapa
ajalah yang datang berobat ke puskesmas kami catat di buku BP
dek.”(Informan 6)

“Tim Prolanis terpadu, kurang ngerti aku dek, dokter Olga yang
ngerti itu dek, pokoknya karna aku perawat yang tugas di BP ya
waktu kami piket kakak menensi semua pasien lah, enggak cuman
Prolanis aja, semua pasien dek.”(Informan7)

Berdasarkan pernyataan diatas juga maka diketahui bahwa perawat yang

sedang bertugas di balai pengobatan tidak memiliki tugas khusus dalam

pengelolaan peserta Prolanis, namun karena pelayanan pemeriksaaan peserta

Prolanis dijadikan bagian dari pelayanan pasien secara umummakaperawat di

balai pengobatan secara tidak langsung terlibat dalam pemeriksaan tekanan darah

dan pengukuran indeks massa tubuh peserta Prolanis, namun pelayanan ini sama

halnya dengan sebatas memberikan pelayanan pemeriksaan tekanan darah dan

pengukuran IMT kepada setiap pasien yang berobat ke Puskesmas Parsoburan.

Pernyataan Kepala Puskesmas Parsoburan megenai petugas pelaksana

Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalalah sebagai berikut:

“SDM pelaksana Prolanis sudah mencukupi meskipun minim


banget, minim dalam artian yang jalannya itukan penanggung
jawabnya dokter Olga, jadi kalau dalam pelaksanaannya itu yang
bantu dokter Olga mereka perawat berganti-gantian, kalau dalam
hal pemantauan memang ada penanggung jawab khusus untuk

Universitas Sumatera Utara


52

JKN secara keseluruhan (Program JKN) tapi untuk khusus


Prolanis sih tidak ada, tapi secara keseluruhan ada yang
membantu dokter Olga, contohnya untuk ambil foto, absen peserta,
itu gantian yang ada disini yang ada di poli, perawat yang ada
sama dokter Olga itu mereka yang bergantian membantu dokter
Olga. Kalau cukup enggaknya sih sebenarnya enggak cukup,
cuman saya kurang tenaga juga, jadi yang sangat fokus itu adalah
dokter Olga, setiap hari Rabu dan Jumat ada senam, untuk
pemeriksaan berkala ada dibantu sama petugas lab, trus kalau
masalah pengetikan data peserta itu dibantu sama Ibu Doris PIC
nya JKN sekarang, sementara ini memang saya rasa cukupnya
mereka, cuman memang untuk pelaksanaan pemantauan ini, dokter
Olga agak repot karna banyaknya peserta.”(Informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Parsoburan maka

diketahui bahwa petugas puskesmas yang terlibat dalam pelaksanaan 7 aktivitas

Prolanis di Puskesmas memang mencukupi namun jumlahnya dirasakan minim

untuk dapat melaksanakan semua kegiatan dengan maksimal. Beliau juga

mengakui bahwa dokter pengelola Prolanis merupakan tenaga kesehatan di

puskesmas yang memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang paling besar

dalam pengelolaan 7 aktivitas Prolanis.

Menurut Hasibuan (2013) sumber daya manusia adalah kemampuan

terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Prolanis adalah

kegiatan yang cukup kompleks dengan 7 aktivitas, oleh karena itu untuk dapat

melaksanakan kegiatan Prolanis secara baik maka diperlukan kerja sama antar

berbagai tenaga kesehatan si Puskesmas yang besatu padu dalam sebuah tim yang

disebut sebagai tim Prolanis terpadu. Kondisi di Puskesmas Parsoburan adalah

belum ada pembentukan tim Prolanis terpadu.

PIC Prolanis dan petugas P-care obat Prolanis tidak terlibat langung dalam

pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis. PIC Prolanis dan petugas P-care obat Prolanis

Universitas Sumatera Utara


53

hanya terlibat dalam kegiatan administrasi dan pelaporan kegiatan Prolanis. PIC

Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah seorang perawat yang menjabat sebagai

penanggung jawab program JKN di Puskesmas Parsoburan, PIC

Prolanisbertanggung jawab untuk memasukkan data seluruh peserta yang

mengikuti kegiatan senam dan klub edukasi Prolanis setiap setelah selesai

pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaporan ini dilakukan secara onlinemelalui

aplikasi Luar Paket INA’CBG(LUPIS). Tujuan pelaporan ini adalah sebagai bukti

pelaksanaan kegiatan agar dapat dilakukan klaim biaya untuk kegiatan senam dan

edukasi klub Prolanis. Petugas Primary Care(P-care)obat adalah orang yang

bertugas untuk memperpanjang masa pengambilan obat peserta Prolanis secara

online melalui aplikasi P-care dan mencetak surat pengantar pengambilan obat

untuk peserta Prolanis.

Petugas laboratorium bertugas untuk memberikan pelayanan pemeriksaan

penunjang berupa pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)sekali dalam sebulan

secara gratis bagi peserta Prolanis yang menderita diabetes.Perawat yang

dimaksud dalam tim Prolanis terpadu di Puskesmas Parsoburan adalah setiap

perawat di Puskesmas Parsoburan yang sedang piket di balai pengobatan

puskesmas serta sedang bertugas untuk melakukan pengkuran tekanan darah dan

mengukur IMT kepada semua pasien yang datang berobat ke puskesmas. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa tidak adanya pembentukan tim Prolanis di

Puskesmas Parsoburan dikarenakan puskesmas tersebut selama ini belum

mengetahui bahwa seharusnya ada tim Prolanis terpadu dalam mengelola semua

bentuk kegiatan Prolanis. Hal ini diperoleh berdasarkan pernyataan dokter

Universitas Sumatera Utara


54

pengelola Prolanis dan PIC Prolanis dari beberapa petugas kesehatan di

Puskesmas Parsoburan yang menjadi informan dalam penelitian ini. Mereka

terlihat bingung saat ditanyakan peneliti mengenai keberadaan tim Prolanis

terpadu di Puskesmas Parsoburan.

PIC Prolanis dan petugas P-care obat Prolanis tidak terlibat langsung

dalam pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis. PIC Prolanis dan petugas P-care obat

Prolanis hanya terlibat dalam kegiatan administrasi dan pelaporan kegiatan

Prolanis. PIC Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah seorang perawat yang

menjabat sebagai penanggung jawab program JKN di Puskesmas Parsoburan, PIC

Prolanis bertanggung jawab untuk memasukkan data seluruh peserta yang

mengikuti kegiatan senam dan klub edukasi Prolanis setiap setelah selesai

pelaksanaan kegiatan. Pelaporan ini dilakukan secara online melalui aplikasi Luar

Paket INA’CBG (LUPIS).Tujuan pelaporan ini adalah sebagai bukti pelaksanaan

kegiatan agar dapat dilakukan klaim biaya untuk kegiatan senam dan edukasi klub

Prolanis. Petugas Primary Care(P-care) obat adalah orang yang bertugas untuk

memperpanjang masa pengambilan obat peserta Prolanis secara online melalui

aplikasi P-care dan mencetak surat pengantar pengambilan obat untuk peserta

Prolanis.

Pelaksanaan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin bulanan peserta

Prolanis dilaksanakan secara bersama sama antara dokter pengelola Prolanis

dengan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas seperti perawat dan petugas

laboratorium oleh karena itulah perawat dan petugas laboratorium dianggap

menjadi bagain dari tim Prolanis teradu di Puskesmas Parsoburan, namun ini

Universitas Sumatera Utara


55

belum bisa dikatakan sebagai tim Prolanis terpadu karena keterlibatan tenaga

kesehatan lain khususnya perawat dalam pengelolaan peserta Prolanis hanya

sebatas pemeriksaan tekanan darah dan indeks massa tubuh peserta saja. Disisi

lain perawat tersebut tidak memiliki tugas dan tanggung jawab khusus dalam

pengelolaan 7 aktivitas Prolanis.

Belum dilakukannya pembentukan tim khusus Prolanis terpadu di

Puskesmas Parsoburan mempengaruhikualitas pelaksanaan7 aktivitas Prolanis.

Pembentukan tim Prolanis terpadu sangat penting dalam pembagian beban kerja

dan peletakan tugas dan tanggung jawab untuk masing masing petugas yang

terlibat dalam pengelolaan Prolanis,dengan demikian setiap petugas memahami

tanggung jawabnya masing-masing dan dapat diminta pertangggung jawaban atas

apa yang telah menjadi tugasnya sehingga pelaksaan Prolanis dapat lebih

maksimal.

Dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan memiliki beban kerja

yang cukupbesar dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis, beliau bertanggung jawab

dalam melaksanakan hampir semua kegiatan Prolanis, seperti: memberikan

pelayanankonsultasi medis, pemantauan status kesehatan peserta,dan peresepan

obat kepada seluruh peserta Prolanis yang mencapai 430 orang, di sisi lain dokter

pengelola Prolanis juga bertanggung jawab pada kegiatan Prolanis yang tidak

harus dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis atau dapat saja dilakukanoleh

tenaga kesehatan lain di puskesmas seperti kegiatan edukasi klub Prolanis dan

reminder.Kondisi ini menunjukkan adanya overlapping tugas dan tanggung jawab

pada satu petugas dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis.

Universitas Sumatera Utara


56

Belum terbentuknya timProlanis terpadu di Puskesmas Parsoburan

menyebabkan dokter pengelola Prolanis memiliki beban kerja yang cukup besar

dalam mengelola seluruh peserta Prolanis sehingga belum semua kegiatan

Prolanis dilaksanakan dengan maksimal sesuai dengan konsep

Prolanissebagaimana yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dalam pedoman

petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis.Hal ini dikarenakan petugas memiliki batas

kemampuan pemikiran dan tenaga, akibatnya kegiatan tersebut dijalankan sebatas

kesanggupan petugas saja, kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan

Prayogo, Suryoputro, dan Sriatmi (2017) yang menyatakan bahwa banyaknya

sasaran sebuah program dengan jumlah tenaga yang terbatas dan dengan

pembagian tugas yang tidak jelas maka akan menyebabkan kelebihan beban kerja

pada pihak-pihak tertentu sehingga mempengaruhi efektivitas pelaksanaan

program.

Hasil penelitian mengenai pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) pelaksana kegiatan Prolanis diperoleh informasi bahwa:

“Pelatihan untuk petugas Prolanis hanya untuk dokter, itupun


enggak lagi, waktu awal awalnya dibentuk tahun 2013 sampai
2014 itu masih, karena masa memperkenalkan Prolanis ke FKTP
sekarang enggak pernah lagi. Sekarang ada namanya mentoring,
berbentuk diskusi sama dokter spesialis, dan itu diadakan setahun
sekali, apa yang kurang tau bisa kita tanya sama dokter
spesialisnya, nantikan ada diundang dokter spesialis penyakit
dalam, nah disitu kita bisa tanya tanyasama dokter pengelola
Prolanis di FKTP lain juga.”(Informan 1)

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa bentuk

pengembangan kapasitas petugas kesehatan yang terlibat dalam pengelolaam

kegiatan Prolanis yang diberikan BPJS Kesehatan adalah hanya berupa mentoring

Universitas Sumatera Utara


57

penatalaksanaan hipertensi dan diabetes mellitus terhadap dokter pengelola

Prolanis. Mentoring ini diadakan dengan menghadirkan dokter spesialis dan

diadakan sekali setahun. Pernyataan dokter pengelola Prolanis ini juga didukung

oleh pernyataaan informan sebgaia berikut:

“Kalau pelatihan untuk PIC Prolains selama ini tidak pernah


dilakukan paling dokter aja, tapi kalau pertemuan-pertemuan mau
dilakukan. Pertemuan tentang apa dipanggillah kita, biasanya
membahas tentang program Prolanis ini juga tentang apa yang
harus dilakukan. Tidak ada rentang waktunya biasanya kalau ada
hal hal perlu yang mau disampaikan ya diadakan pertemuan , tapi
itu tergantung mereka.”(Informan 2)

“Kalau untuk Prolanis itu hanya untuk hipertensi dan DM nah,


kalau untuk melayani hipertensi dan DM itukan bagian dari
pelayanan dasar di puskesmas juga jadi ya sampai saat ini ya
kalau untuk pengembangan ilmunya sih dari BPJS, yang biasanya
ikut pelatihan adalah dokter dan kadang ada pertemuan hanya
PICnya aja.”(Informan 3)

“Belum dek, enggak pernah ada pelatihan dari Prolanis untuk


kami perawat di BP.”(Informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara dengan PIC Prolanis, kepala puskesmas, dan

perawat BP yang menjadi informan dalam penelitian ini maka dapat diketahui

bahwa PIC Prolanis dan perawat di BP belum pernah mendapatkan berbagai

bentuk kegiatan yang bertujuan mengembangan kapasitas petugas. Pengembangan

kapasitas petugas Prolanis yang dilakukan dalam bentuk mentoring terhadap

dokter pengelola Prolanis juga di dukung oleh pernyataan Kepala Bidang

Penjamin Manfaat Primer BPJS Kesehatan sebagaia berikut ini:

“Pengembangan yang dilakukan jadi tahun 2012 mereka ini


awalnya diikutkan pelatihan dokter pengelola peserta Prolanis ini
diikutkan pelatihan namanya PPDM dan PPHT yaitu Program
Pengelola Diabetes Mellitus dan Program Pengelolaan Hipertensi
jadi mereka diikutkan ada pelatihan sendiri, tapi itu sudah lama
sekarang itu programnya sudah tidak ada lagi, jadi bagaimana

Universitas Sumatera Utara


58

kami menambah pemahaman mereka kami ada namanya mentoring


spesialis. Mentoring spesialis ini kami mengumpulkan dokter
pengelola Prolanis kemudian kami undang dokter spesialis, yang
sudah pernah kami lakukan itu penatalaksanaan penyakit jantung
jadi bagaimana penyakit jantung ini bisa dikelola di faskes tingkat
pertama itu ada transfer knowledge dari dokter spesialis penyakit
jantung, kemudian sudah pernah kami lakukan juga
penatalaksanaan DM melalui penggunaan insulin, kemudian
hipertensi juga sudah.
Kita udah beberapa kali melaksanakan mentoring spesialis
jadi mengundang dokter spesialis yang berbeda kadang kadang
paru juga sudah pernah, dokter panyakit dalam, kemudian dokter
spesialis jantung, itu juga sudah pernah kita undang untuk transfer
knowledge untuk mereka dan yang terahir ini yang kami
laksanakan itu di Parapat. Dokternya internis juga disitu
disampaikan juga hal-hal apa yang perlu diperhatikan FKTP
sehingga pasien ini bisa terpantau kesehatannya, tapi ini untuk
dokter FKTP pengelola Prolanis.”(Informan 13)

Pengembangan kapasitas petugas kesehatan yang terlibat dalam

kegiatanProlanis di FKTP hanya diberikan terhadap dokter pengelola peserta

Prolanis. Pengembangan kapasitas yang dilakukan berupa pelatihan melalui

Program PPDM (Program Pengelolaan Diabetes Mellitus) dan PPHT (Program

Pengelolaan Hipertensi). Pengembangan kapasitas sumber daya manusia

pelaksana sangat diperlukan untuk melakukan sebuah pekerjaan, dimana menurut

Simamora (2006) pengembangan kapasitas sumber daya manusia berupa pelatihan

adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep,

peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja.

Beberapa tahun belakangan ini bentuk pengembangan kapasitas dokter

pengelola peserta Prolanis di FKTP dilakukan dalam bentuk mentoring.

Mentoring yang dilakukan berupa pertemuan diskusi antara dokter pengelola

peserta Prolanis dengan berbagai dokter spesialis yang dihadirkan oleh BPJS

Kesehatan, seperti spesialis penyakit dalam, spesialis paru-paru, dan spesialis

Universitas Sumatera Utara


59

jantung, sehingga dokter FKTP pengelola peserta Prolanis dapat saling berbagai

pengetahuan, pengalaman, dan kendala yang dihadapai dalam mengelola peserta

Prolanis. Mentoring ini diadakan oleh BPJS Kesehatan sekali dalam setahun.

Selain mentoring terhadap dokter pengelola Prolanis, BPJS Kesehatan juga

mengadakan pertemuan dengan PIC Prolanis setiap FKTP pengelola Prolanis

untuk memberikan informasi terkait dengan teknis pelaksanaan Prolanis di FKTP.

Sarana dan prasana Prolanis. Hasil penelitian mengenai sarana dan

prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan Prolanis adalah sebagai berikut:

“Standar sarana dan prasarana Prolanis enggak ada dek. Ya


paling ya peralatan apa yang perlu untuk menensi, ukur IMT, gula
darah, senam, apalagi itu, ya edukasi. Jadi itukan peralatan kaya
kaya gitu udah ada di puskesmas, kalau dari BPJS Kesehatan
sendiri enggak ada menentukan standar sarana prasarananya. Jadi
puskesmas lah yang menyesuaikan kebutuhan program sama
sarana prasarana yang harus ada apa aja biar jalan kegiatannya.”
(Informan 13)

Berdarakan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penjamin Manfaat

Primer BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar maka diketahui bahwa tidak ada

syarat standar sarana dan prasaranayang harus tersedia diFKTP dalam

menyelenggarakan Prolanis. Ketersediaan sarana dana prasarana disesuaikan

dengan kemampuan puskesmas dan kebutuhan pelaksanaan kegiatan Prolanis di

FKTP pengelola.

Pernyataan dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan mengenai

ketersediaan sarana dan prasarana pelaksanaan kebutuhan Prolanis adalah sebagai

berikut:

“BPJS kan sudah bayar kapitasi kitalah yang mengatur itu kita
buat permohonan untuk alat kaya pengukur tensi, alat pengukur
gula dari dinas semua, sound sistemnya juga belinya pake dana

Universitas Sumatera Utara


60

kapitasi lah. Nantikan kita membuat permohonan untuk alat alat,


kan uang kapitasi itukandibagi untuk jasa berapa persen, alat-alat
berapa persen tapi kan kita hanya mengajukan aja ke dinas,
nantikan yang membelinya dinas kesehatan trus nanti dinas
ngedrop peralatannya ke puskesmas. Tahun ini peralatannya
lengkap dan berfungsi dengan baik tapi kalau tahun tahun kemaren
ada juga pernah juga dapat alat pengukur tensi yang rusak, ya gitu
lah. Kalau untuk senam pernah tapenya rusak jadi mereka ganti itu
dari kas mereka, jadi dulu mereka ada buat uang kas, uang itulah
beli tape dan itulah yang dipake sampe sekarang. Peralatan dari
BPJS Kesehatan ya paling buku pemantauan status kesehatan
peserta Prolanis itu ajalah, setiap peserta dapat satu satu, untuk
menulis resep obat yang mau diambil ke apotek itu.
Pelaksanaan edukasi klub Prolanis di lakukan di halaman
puskesmas itu, kadang selesai senam ya kumpul lah di pekarangan
itu peserta, duduk duduk mereka di depan itu sambil
mendengarkan aku penyuluhan. Kalau untuk pelaksanaan edukasi
peralatannya ya biasa ajalah aku ngomong pake microphone,
kadang kadang mau pake layar LCD, proyektor, sama microphone,
adanya punya kita cuman kan ribet kali kalau pake gitu gituan tapi
kalau mau dipake ada. Itu juga dibeli pake dana kapitasi
Puskesmas,kan ada persentasenya dia penggunaan dana kapitasi
itu ada berapa persen untuk jasa ada berapa persen untuk sarana
dan prasarana puskesmas kan gitu, kalau untuk reminder ya pake
heandphone ku sendirilah orang aku yang mengesemes orang itu,
pulsanya ya aku sendiri, kan kalau dana snack kan enggak semua
lah habis dibelikan makanan ya dikelola lah sebisanya untuk
kegiatan lain misalnya kaya gini beli pulsa untuk reminder, ya
pande pande kitalah kaya mana biar berjalan semua program
itu.”(Informan 1)

Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter pengelola Prolanis di

Puskesmas Parsoburan maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan edukasi

klub Prolanis dilakukan di halaman pekarangan Puskesmas Parsoburan. Halaman

pekarangan Puskesmas Parsoburan cukup luas sehingga dapat menampung peserta

Prolanis yang mengikuti kegiatan edukasi. Sarana pelaksanaan kegiatan edukasi

klub Prolanis berupa peralatan yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan

kegiatan edukasi klub yaitu berupa proyektor, layar LCD proyektor, microphone,

dan loudspeaker berada dalam kondisi yang baik dan dapat berfungi sebagaimana

Universitas Sumatera Utara


61

seharusnya sehingga dapat mendukung pelaksanaan kegiatan edukasi klub

Prolanis di Puskesmas Parsoburan. Pelaksanaan kegiatan reminder di Puskesmas

Parsoburan menggunakan handphonedokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan. Pulsa yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan reminder

menggunakan pulsa penanggung jawab program Prolanis sendiri atau terkadang

pembelian pulsa memanfaatkan dana klaim konsumsi peserta Prolanis pada

kegiatan senam dan edukasi klub yang dikelola sedemikian rupa dengan

mengurangi unit cost biaya konsumsi per peserta sehingga dana yang ada dapat

disisihkan untuk membeli pulsa untuk kegiatan reminder.

Pengadaan sarana kebutuhan pelaksanaan kegiatan Prolanis seperti alat

pengukur gula darah, pengukur tensi,timbangan berat badan, dan alat pengukur

tinggi badanmenggunakan peralatan yang memang sudah tersedia di Puskesmas,

sementara sarana kebutuhan pelaksanaan kegiatan Prolanis yang berasal dari

BPJS Kesehatan hanya berupa buku pemantauan status kesehatan peserta

Prolanis. Pernyataan tersebut diatas didukung oleh pernyataan Kepala Puskesmas

Parsoburan berikut:

“Kan kita punya dana JKN,yaitu dana kapitasi, kalau untuk


Prolanis itu hanya untuk hipertensi dan DM, nah kalau untuk
melayani hipertensi dan DM itukan bagian dari pelayanan dasar di
puskesmas jadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sama
seperti pelayanan seperti pasien umum seperti tensi meter, alat
pengukur gula darah. Untuk itu peralatan yang diperlukan berasal
dari dinas kesehatan menggunakan dana kapitasi puskesmas dan
selama ini kami rasa cukup. Selain itu juga kaya keperluan
komputer, printer kan itu perlu untuk pelaporan pasien pake dana
kapitasi puskesmas juga, tapi peralatan seperti tape itu pernah
puskesmas tidak bisa menyediakannya lalu peserta menggunakan
dana dari swadaya, mereka patungan. Mereka itu seperti punya
STM, jadi mereka perbulannya ada iurannya jadi kemaren

Universitas Sumatera Utara


62

puskesmas pernah tidak bisa memenuhi kebutuhan tape itu, jadi


mereka beli sendiri.” (Informan 3).

Pernyataan mengenai kecukupan alat pengukur gula darah peserta Prolanis

dinyatakan oleh petugas laboratorium di Puskesmas sebagai berikut:

“Pelayanan periksa GDS itu gratis dek untuk peserta Prolanis


sekali sebulan, kalau untuk keperluan alat-alat periksa GDS itu
nanti kakak usulkan kebutuhan permintaan pengadaan alat ke
bagian obat-obatan puskesmas dek, terus nanti kakak yang ada di
bagian obat obatan itu yang ngusulkan ke dinas
kesehatanlangsung, sekali sebulan kita usulkan, datangnya alatnya
pun sekali sebulanlah. Kecukupan alat pengukur gula darah sejauh
ini enggak ada kekurangan, aman aman aja, selalu tersedia cukup
juga stiknya,kakak rasa cukup sih dek apalagi tahun ini.”(Informan
4)

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas laboratorium di Puskesmas

Parsoburan maka dapat diketahui bahwa peralatan yang dibutuhkan dalam

kegiatan pengukuran rutin bulanan gula darah peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan yaitu berupa pengukuran Gula Darah Sewaktu (GDS)berada dalam

jumlah yang cukup dan mampu memenuhi kebutuhan pelaksanaan pemeriksaan

gula darah peserta Prolanis yang menderita diabetes mellitus. Pernyataan diatas

juga didukung oleh pernyataan peserta Prolanis yang menjadi informan dalam

penelitian berikut ini:

“Disini kan hanya ada cek gula darah sekali dalam sebulan jadi
selama ini enggak pernahlah tidak dilakukan pengecekan gula
darah karena masalah tidak ada alatnya tersedianya selalu.kalau
untuk tensi ditensinya ada alatnya, untuk senam pun adanya tape
kita dek.“(Informan 9)

“Sarana prasarana saya rasa cukup, pemeriksaan gula darah yang


dilakukan sekali dalam sebulan itu rutin dilakukan pere pere,
kadang ada datang dari luar entah dari perusahaan sambil jualan
produksi, pere pemeriksaan gula darah kadang ada juga sekali
kali. Kalau dari puskesmas rutin sebulan sekali alat untuk

Universitas Sumatera Utara


63

pemeriksaan pun terusnya ada, tensi pun adanya, timbangan.”


(Informan 10)

“Peralatan disini ya paling kalau menurutku kaya untuk tensi,


selalu ditensi, belum pernah rusak jadi enggak jadi tensi, kalau
senam adanya tapenya, kami senam lancar.” (Informan 11)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta Prolanis yang menjadi

informandalam penelitian ini maka diketahui bahwa peserta merasa sarana dan

prasarana di Puskesmas Parsoburan cukup dan mampu memenuhi kebutuhan

pelaksanaan kegiatan Prolanis. Kegiatan pemeriksaan rutin bulanan peserta

Prolanis seperti pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan pengukuran tinggi

badan dan berat badan tidak pernah terhalang karena masalah keterbatasan alat.

Tabel 3

Hasil Observasi Ketersediaan Saran dan Prasarana Pelaksanaan Kegiatan


Prolanis di Puskesmas Parsoburan Tahun 2019

Sarana/Prasarana Ketersediaan Kondisi


Ada Tidak Baik Rusak
Ruang praktik dokter  
Lapangan puskesmas untuk kegiatan senam  
Ruang pemeriksaan kesehatan (tekanan darah,  
IMT, dan gula darah)
Timbangan berat badan  
Tensi meter  
Alat pengukur gula darah  
Buku pemantauan status kesehatan  
Taperecorder  
Loudspeaker  
Komputer  
Printer  
Kursi dan meja  
Sumber: Profil Puskesmas Parsoburan Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


64

Kegiatan konsultasi peserta Prolanis dilakukan di ruang praktik dokter

yang dilengkapi dengan meja dan kursi tempat dokter dan pasien melakukan

kegiatan kosultasi medis, ruangan ini cukup memadai untuk menunjang

pelaksanaan konsultasi medis peserta Prolanis. Pelaksanaan pemantauan status

kesehatan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan yang berupa pemeriksaan

rutin bulanan dijadikan bagian dari pasien secara umum, dalam pelaksanaannya

peserta mengikuti alur pelayanan pasien secara umum, maka untuk menunjang

pelayanan ini di Puskesmas Parsoburan dilengkapi prasarana yang tersedia seperti

ruang tunggu yang dilengkapi dengan kursi untuk pasien menunggu giliran

pemeriksaan.

Pelaksanaan pengukuran tekanan darah dan pengukuran tinggi badan dan

berat badan dilakukan di sebuah ruang yang berada tepat di depan ruang praktik

dokter, ruangan tersebut dilengkapi sarana berupa alat tensi meter, alat pengukur

tinggi badan, alat penimbang berat badan dan meja serta kursi tempat perawat dan

peserta melakukan pengukuran tekanan darah dan mengukur Indeks Massa Tubuh

(IMT). Pelaksanaan pemeriksaan gula darah rutin bagi peserta Prolanis yang

menderita diabetes mellitus juga dilakukan di tempat ini. Petugas laboratorium

membawa peralatan pemeriksaan gula darah dari laboratorium yang berada di

lantai 2 Puskemas ke ruangan ini, kemudian peserta dapat langsung melakukan

pemeriksaan gula darah setelah dilakukan pengukuran tekanan darah dan IMT

sehingga pelaksanaannya lebih cepat dan efektif karena peserta tidak harus pergi

ke laboratorium puskesmas yang berada di lantai 2.

Universitas Sumatera Utara


65

Sarana dan prasarana untuk kebutuhan pemantauan status kesehatan

peserta Prolanis terdiri dari satu unit tensi meter, alat pengukur gula darah,

timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan buku pemantauan status

kesehatan peserta Prolanis satu untuk masing masing peserta Prolanis. Semua

peralatan ini dalam keadaan baik dan dapat berfungsi sebagaimana peruntukannya

sehingga peralatan ini dapat menunjang pelaksanaan pemantauan status kesehatan

peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan. Peralatan ini juga yang akan dibawa

oleh petugas pada saat melakukan kegiatan home visit.

Prasarana pelaksanaan kegiatan senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan

adalah berupa tempat dilaksanakannya kegiatan senam Prolanis. Senam Prolanis

di Puskesmas Parsoburan dilakukan di halaman puskesmas Parsoburan, halaman

Puskesmas Parsoburan cukup luas sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan

tempat peserta Prolanis yang ikut dalam senam Prolanis, lantainya pun dilapisi

dengan paving block sehingga lebih bersih dan tidak becek meskipun hujan baru

turun sehingga tidak mengganggu kegiatan senam. Sarana untuk keperluan

kegiatan senam berupa taperecorder dan loudspeaker juga tersedia di puskesmas

parsoburan dan berada dalam kondisi yang baik sehingga dapat mendukung

pelaksanaan kegiatan senam Prolanis.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan obat juga dilakuan di ruang praktik dokter

pengelola Prolanis, dokter meresepkan obat peserta kemudian petugas P-care obat

peserta Prolanis akan melakukan perpanjangan pengambilan obat peserta Prolanis

yang telah diresepkan dokter melalui aplikasi P-care. Sarana yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan pelayanan obat peserta Prolanis ini berupa komputer untuk

Universitas Sumatera Utara


66

melakukan perpanjangan pengambilan obat peserta Prolanis secara online melalui

aplikasi P-care obat Prolanis tersedia di Puskesmas Parsoburan dan juga sebuah

printer untuk mencetak surat pengantar pengambilan obat peserta Prolanis ke

apotek, untuk mendukung pelaksanaan pelayanan perpanjangan masa

pengambilan obat peserta Prolanis secara online, di puskesmas parsoburan juga

sudah di pasang Wi-Fi.Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa

secara keseluruhan segala saranan dan prasarana yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan sudah baik dan

mencukupi kebutuhan pelaksanaan Program.

Biaya operasional Prolanis.Dana merupakan salah satu faktor penting

dalam proses pelaksanaan sebuah kegiatan. Menurut Rosdiana, dkk (2017) dana

merupakan faktor penunjang dalam pelaksanaan program agar dapat

menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Hasil penelitian tentang pendanaan

kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan diperoleh informasi bahwa:

“Pembiayaannya, memang dari awal semua kami biayai


senamnya, kemudian instrukturnya, kemudian konsumsi, tapi
sekarang sudah banyak yang mandiri. Mandiri artinya mereka kan
sudah kami bayarkan biaya kapitasi jadi mereka pakai itu. Kalau
sebelum sebelumnya sampai 2018 mereka semuanya ngajukan
klaim ke kita, nah tahun 2019 sebagian besar mereka sudah
menggunakan anggaran sendiri mungkin karena masalah
keterlambatan jadi mereka diluankan, kalau di Pematangsiantar
masih ada kami bayarkan diluar kapitasi nah Parsoburanlah salah
satu diantaranya. Kalau untuk edukasi kita bantu honor untuk
dokter, honor untuk dokter.
Besarnya biaya pelaksanaan kegiatan edukasi dan senam
Prolanis yang dibayarkan BPJS Kesehatan kepada FKTP
bervariasi artinya tergantung ketersediaan anggaran cabang, jadi
bukan suatu hal patokan misalnya di Puskesmas Parsoburan kami
kasih misalnya 300 misalnya setiap kali dokter melakukan kegiatan
edukasi, puskesmas lain belum tentu segitu apalagi di cabang lain,
ya yang pasti tadilah ada bantuan honor pelaksana edukasi dan

Universitas Sumatera Utara


67

konsumsinya ya kita bantu sesuai dengan jumlah peserta mereka


berapa, nah misalnya satu orang peserta unit costnya itu misalnya
5000, nah kalau yang sering hadir di mereka itu hanya sekitar 30
orang berarti kami bantu mereka 150 ribu setiap kali senam, tapi
kalau misalnya pesertanya 20 ya dikalikanlah sama unit costnya.
Kami punya batas maksimal setiap kegiatan tapi berbeda setiap
tahunnya tahun ini mungkin 5000, tahun depan belum tentu itu
5000, jadikan kami bervariasi tergantung ketersediaan anggaran
dana, kalau untuk kegiatan senam kita biayain instrukturnya, snack
ya itu dia.
Sistemnya mereka mengajukan klaim ke kita tapi setelah
mereka melakukan kegiatan, mereka ajukan klaim ke kita, tapi
kalau masalah keterlambatan mereka udah pahamlah dek, rumah
sakit yang miliaran aja kami membayarnya terlambat, semua
tergangung ketersediaan anggaran dana cabang. Sistem
pembayaran kami yang mana yang laporan klaim yang masuk
diluan itu yang diluan kami bayar jadi first in first out. Kalau untuk
masalah pembayaran klaim yang sering terlambat, sebenarnya
bukan hanya prolanis saja yang terlambat, pembayaran klaim ke
rumah sakit pun kami sering terlambat, saya pikir semua orang
sudah tau ya kondisi BPJS Kesehatan saat ini seperti apa, tapi
pasti kami bayarkan meskipun terlambat. Home visit ini
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama, jadi Prolanis itu bukan berdiri sendiri, artinya dia
bukan jadi lembaga khusus, itu masih tetap menjadi bagian dari
Puskesmas Parsoburan, nah di Puskesmas Parsoburan itu kan
banyak kegiatan ada yang promotif preventif, ada yang kuratif, nah
di dalam biaya yang sudah kami bayarkan setiap bulan ke mereka
sudah termasuk itu ke bagian promotif dan preventif. Prolanis
inikan bagian dari promotif dan preventif, nah ketika mereka
melaksanakan home visit, sebenarnya dia telah menjalankan
tugasnya sebagai puskesmas, bukan karena Prolanisnya demikian
pula dengan reminder.”(Informan 13)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer

BPJS Kesehatan Pematangsiantar maka diketahui bahwa sumber biaya

operasional pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis berasal dari BPJS Kesehatan.Biaya

pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan yang ditanggung secara

langsung oleh BPJS Kesehatan (non kapitasi)adalah kegiatanProlanis yang

bersifat klub yaitu edukasi klub Prolanis dan kegiatan senam Prolanis,namun ada

Universitas Sumatera Utara


68

juga FKTP Prolanis dengan biaya secara mandiri, sementara pembiayaan kegiatan

Prolanis yang lain seperti kegiatan home visit dan reminder menggunakan dana

kapitasi Puskesmas yang telah dibayarkan oleh BPJS Kesehatan setiap bulan.

Besar biaya pelaksanaan kegiatan edukasi dan senam Prolanis yang

dibayarkan BPJS Kesehatan kepada FKTP pengelola Prolanis bervariasi,besar

dana tergantung dari jumlah peserta Prolanis di FKTP tersebut dan ketersediaan

dana cabang. Mekanisme pembiayaan kegiatan edukasi dan senam Prolanis di

FKTP pengelola Prolanisyang ditanggungadalah setiap FKTP pengelola terlebih

dahulu melaksanakan kegiatan edukasi dan senam Prolanis dengan biaya

pelaksanaan kegiatan didahulukan oleh pihak FKTP pengelola, kemudian

akumulasi biaya pelaksanaan kegiatan edukasi dan senam Prolanis selama sebulan

diklaimkankepada BPJS Kesehatan dengan cara membut dan melaporkan

proposal sebagai bentuk klaim biaya. Setelah menerima laporan klaim biaya dari

FKTP pengelola maka BPJS Kesehatan akan melakukan pembayaran terhadap

dana yang diklaim apabila anggaran dana cabang sudah tersedia.

“Beberapa kegiatan Prolanis dibiayai dari BPJS, kaya untuk


kegiatan edukasi, senam sama snacknya. Edukasi, 300 ribu sebulan
sekali per grup. Disinikan ada dua klub, klub Rabu dan klub Jumat
kan makanya aku masih lumayanlah minimal 600 didapet kan, tapi
itu uang edukasi, tapi kalau kek pemantauan dan pemeriksaan lain
lainnya ya aku nggak dibayar, ya dianggap menjadi kewajiban
dokterlah. Pembicaranya boleh dokter, orang gizi, dokter spesialis,
biayanya tetap segitu entah siapapun yang ngasih penyuluhan
biayanya segitu digantinya, selain biaya pembicara ada juga biaya
untuk snack para peserta sama kaya senam, jadi gini hitungannya
sebenarnya itu dia 5000 per orang tapi dia maksimal penagihan
200 ribu per klub. Kaya aku biasanya hari Rabu itu bisa sampe 50
atau 60 orang yang datang kalau kali 5000 kan udah 300 ribu, tapi
tetap maksimal yang boleh ditagihkan maksimal 200 tapi kalau dia
20 orang yang datang maka uang ditagihkan 100 ribu lah. Jadi

Universitas Sumatera Utara


69

jumlah biaya snack yang boleh ditagihkan itu 5000 perorang tapi
maksimal yang boleh ditagihkan 200 ribu.
Kegiatan senam biayanya dari BPJS Kesehatan juga, di
luar paket kapitasi, jadi biaya instruktur sekali senam itu 150 ribu,
terus snack untuk peserta sama kaya kegiatan edukasi klub
prolanis 5000 per peserta tapi batas maksimal pengklaiman 200
ribu aja, tapi pencairan dana klaim itu enggak rutin gitu loh,
enggak tepat waktu perbulan dikirim, kadang mau per 3 bulan
atau bahkan 4 bulan sekali baru dananya datang, pernah sampai 7
bulan. Enggak pernah dana yang di klaim langsung cair, jadi dari
pada enggak jalan lebih baik aku yang mendahulukan tapi nanti
pasti dibayar sama BPJS, tapi itupun peraturannya berubah ubah
dulu dikirim ke rekening ku langsung sekarang harus dari rekening
puskesmas, makanya pernah itu enggak bisa dicairkan dananya
gara gara peraturan baru itu tapi kami enggak tau, enggak ada
pemberitahuan sebelumnya, sampe 7 bulan padahal udah banyak
uangku masuk. Yah gitulah sebulan itu kemaren enggak ada senam
sama edukasi, berenti itu sempat. Ya gimanalah ya kan, sedangkan
udah enggak bayar apa-apa, dikasih lagi snack masih banyak
peserta yang enggak datang apalagilah kalau bayar sendiri mereka
untuk instruktur terus enggak ada snacknya.
Kegiatan pemeriksaan rutin bulanan untuk peserta yang
diabetes itu dari kapitasi kayanya, enggak pala paham aku
dananya dari mana pokoknya dinas kesehatan lah yang
menyiapkan stiknya sama alat tensi bukan dari BPJS Kesehatan,
eee,,,,jadi setiap sebulan sekali digratiskan bagi peserta
Prolanis.Dana home visit khusus Prolanis kan kita enggak ada,
tapi kita buat ke PHN, itu pakek dana BOK untuk transportasi
petugas lah istilahnya. Reminder itu mana ada biayanya, jadi uang
beli pulsa untuk nge SMS peserta itu pake dana sisa klaim snack
peserta yang senam sama edukasi yang udah dibayarkan sama
BPJS lah dek, itulah yang kami kelola sebaik baiknya kaya mana
biar cukup, ya dicukup cukpkan lah dek.”(Informan 1)

Pernyataan dokter pengelola Prolanis mengenai biaya operasional tersebut

didukung oleh pernyataan PIC Prolanis dan Kepala Puskesmas Parsoburan berikut

ini:

“Pakai dana apa ya kalau untuk kegiatan pemeriksaan gula darah


rutin Prolanis, ya dana obat-obatan dari dinas lah dek. Itu dari
dinas kesehatan langsung dek, alat-alatnya termasuk stiknya
juga.Dana dari DAK lah, DAK orang itu dinas kesehatan, jadi kita
amprahlah sesuai dengan kebutuhan kita, kalau ada stok mereka
ya dikasih, ya tapi jumlahnya terbataslah, tapi kalau selama ini

Universitas Sumatera Utara


70

untuk kebutuhan pemeriksaan gula iya cukup. Jadi pengadaanya


orang lab nanti kan mengusulkan kebagian obat berapa stick yang
mereka perlukan, terus disusulkan apoteker bagian obat-obatan
lah nanti ke dinas kesehatan, biasanya itu permintaannya dikirim
sebulan sekali dan pengadaannya juga sebulan sekali dek. Dana
senam dan edukasi itu baru dana langsung dari BPJS Kesehatan
dek, caranya jadi kami buat proposal, jadi selesai semua kegiatan
Prolanis selama sebulan itu maka kami buatlahlah proposal klaim
dananya, tapi cairnya tidak tau kapan.” (Informan 2)

“Kalau untuk senamnya yaitu instrukturnya masih dibantu sama


BPJS Kesehatan diluar dana kapitasi. Kalau dari BPJS Kesehatan,
pendanaan mereka di luar paket kapitasi ada mendanai kegiatan
senam yaitu uang jasa instruktur dan snacknya, kegiatan edukasi
juga sekali sebulan dengan dokter Olga. Kalau home visit kita pake
dana BOK, pokoknya kalau kegiatan perkesmas pake dana BOK,
kegiatan reminder itu enggak ada dananya.Kalau untuk dana
pemeriksaan gula darah rutin peserta Prolanis itu dari dinas
kesehatan langsung. Kita akan kirim kebutuhan pengadan alat
untuk periksa gula darah, nanti dari dinas kesehatan akan kirim,
bukan dari dana kapitasi, jadi dia ada kaya rapid test gitu dari
dinas, dari situlah kita pakai alat untuk periksanya bisa sih di
combain dengangan dana kapitasi tapi karna kebutuhan
pemeriksaan sekarang masih bisa dicukupkan dengan alat dari
dinas kesehatan ya pakai itu aja dulu.Enggak ah, enggak ada itu
dari dulu kebutuhan dari pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
labnya itu dari puskesmas, karna kan sebenarnya udah kaya
bagian dari pelayanan puskesmas secara umum dia, jadi
digratiskan bagi peserta Prolanis yang kena diabetes mellitus
sekali dalam sebulan. Kecukupan pendanaan ya standarnya ya
cukuplah, tapi kalau sebaiknya bisa dikembanganlah apalagi biaya
snacknya kalau bisa di tambahlah.” (informan 3)

Berdasarkan pernyataan dokter pengelola Prolanis, Kepala Puskesmas

Parsoburan, dan PIC Prolanis diketahui bahwa biaya operasional pelaksanaan

ketujuh aktivitas Prolanis di Puskesmas Parsoburan berasal dari berbagai sumber.

Dana pelaksanaan kegiatan Prolanis yang bersifat klub yaitu kegiatan edukasi

klub dan senam Prolanis berasal dari BPJS Kesehatan namun diluar dari kapitasi

puskesmas, dimana puskesmas akan mendahulukan kebutuhan biaya pelaksanaan

kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis, kemudian dana pelaksanaan kegiatan

Universitas Sumatera Utara


71

tersebut diklaimkan ke BPJS Kesehatan. Biaya pelaksanaan kegiatan edukasi klub

Prolanis yang diklaimkan oleh Puskesmas Parsoburan ke BPJS Kesehatan adalah

berupa upah jasa untuk narasumber edukasi dan konsumsi peserta. Biaya upah

jasa narasumber edukasi klub Prolanis yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan

adalah sebesar Rp.300.000,00 untuk sekali edukasi per klub Prolanis. Dana

konsumsi peserta edukasi klub Prolanis yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan

adalah sebesar Rp.5.000,00 per peserta, dengan batas maksimal pengklaiman

biaya konsumsi sebesar Rp.200.000,00 per pelaksanaan edukasi untuk masing-

masing klub Prolanis.

Biaya kegiatan senam Prolanis yang diklaimkan oleh Puskesmas

Parsoburan ke BPJS Kesehatan adalah berupa upah jasa instruktur senam dan

dana konsumsi peserta Prolanis. Besarnya dana klaim yang dibayarkan oleh BPJS

Kesehatan untuk jasa instruktur senam adalah sebesar Rp.150.000,00 setiap satu

kali pelaksanaan senam per klub senam. Dana konsumsi peserta senam Prolanis

yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan adalah sebesar Rp.5000,00 per peserta,

dengan batas maksimal pengklaiman dana konsumsi sebesar Rp.200.000,00 per

klub setiap pelaksanaan senam.

Besarnya pembayaran dana klaim yang diterima Puskesmas Parsoburan

dalam pelaksanaan kegiatan edukasi dan senam dirasa sudah cukup dan mampu

memenuhi kebutuhan Program. Besar biaya kegiatan edukasi klub dan senam

Prolanis dari BPJS Kesehatan berbeda untuk setiap FKTP, hal ini dipengaruhi

banyaknya peserta Prolanis di FKTP tersebut dan ketersediaan anggaran dana

BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar, selain itu besarnya batas pengklaiman

Universitas Sumatera Utara


72

dana untuk konsumsi peserta senam dan edukasi klub Prolanis berbeda setiap

tahun, juga sangat tergantung dengan ketersediaan anggaran dana BPJS Kesehatan

Cabang Pematangsiantar.

Puskesmas Parsoburan mengirimkan proposal klaim dana kegiatan edukasi

klub dan senam Prolanis sekali sebulan, selain itu agar dana yang diklaimkan

dibayar oleh BPJS Kesehatan maka Puskesmas Parsoburan juga melaporkan bukti

pelaksaan kegiatan senam dan edukasi secara online segera setelah selesai

pelaksanaan kegiatan melalui aplikasi Luar Paket INA-CBG (LUPIS), pelaporan

ini dilakukan oleh Person In Charge (PIC) Prolanis. Proposal klaim dana tersebut

dibuat oleh dokter pengelola Prolanis dan disetujui oleh kepala puskesmas,

kemudian puskesmas akan mengirimkan laporan yang berisi rekapitulasi laporan

kegiatan senam dan edukasi Prolanis selama sebulan beserta bukti dokumentasi

kegiatan sebagai bentuk klaim biaya. Laporan ini dikirimkan terlebih dahulu ke

Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar paling lambat pada tanggal 8 setiap

bulannya untuk disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar,

kemudian pihak dinas kesehatan akan mengirimkan laporan klaim biaya tersebut

ke BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 15 setiap bulannya.

Pembayaran klaim biaya edukasi klub dan senam Prolanis dari BPJS

Kesehatan akan dikirimkan ke rekening Puskesmas Parsoburan, pembayaran

klaim biaya kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis pasti akan dibayarkan oleh

BPJS Kesehatan namun pencairan klaim biaya tidak rutin dilakukan setiap bulan

dan tidak ada waktu pasti pencairan dana, terkadang pembayaran klaim

dikirimkan sekali dalam 4 sampai dengan 6 bulan, hal ini tergantung ketersediaan

Universitas Sumatera Utara


73

dana BPJS Kesehatan, oleh karena itu biaya untuk pelaksanaan senam dan edukasi

kesehatan di Puskesmas Parsoburan didahulukan oleh penanggungjawab program

Prolanis. Disisi lain pihak Puskesmas Parsoburan juga merasa bahwa prosedur

klaim biaya kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis cukup rumit.

Kondisi pembayaran klaim biaya pelaksanaan edukasi klub dan senam

Prolanis yang sering terlambat dan prosedur pencairan dana yang rumit

mempengaruhi kelancaran dan kontinuitas pelaksanaan kegiatan senam dan

edukasi klub Prolanis. Kegiatan edukasi klub dan senam Prolanis sempat

dihentikan sementara oleh puskesmas parsoburan dan dilanjutkan kembali setelah

adanya kejelasan pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan. Kondisi ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Niko dan Chalidyanto (2014), bahwa perlu

dilakukan kajian ulang dan perbaikan dalam sumber daya anggaran baik dalam

besar tarif, lama waktu pencairan dana imbalan jasa, dan perjanjian kerja sama

antara BPJS Kesehatan dan pelaksanan program.

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanis

terkhusus untuk pemeriksaan gula darah yaitu Gula Darah Sewaktu (GDS)

menggunakan peralatan yang berasal dari dinas kesehatan. Peralatan pemeriksaan

gula darah sewaktu tersebut diadakan dinas kesehatan dengan memanfaatkan

Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik bidang kesehatan. Pengadaan kebutuhan

pengukuran GDS peserta, dilakukan Puskesmas Parsoburan dengan mengirimkan

permintaan pengadaan kebutuhan alat pemeriksaan GDS kepada dinas kesehatan

setiap bulan kemudian dinas kesehatan akan memenuhi permintaan pengadaan

alat pemeriksaan gula darah tersebut dengan menggunakan DAK fisik bidang

Universitas Sumatera Utara


74

kesehatan. Persediaan alat pemeriksaan rutin gula darah peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan yang berasal dari dinas kesehatan berjumlah cukup dan

mampu memenuhi kebutuhan pemeriksaan gula darah di Puskesmas Parsoburan.

Di puskesmas Parsoburan tidak ada pembiayaan khusus untuk pelaksanaan

kegiatan home visitterkhusus untuk peserta Prolanis sehingga kegiatan home visit

perserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilaksanakan melalui program Publick

Health Nursing (PHN). Home visit Prolanis melalui PHN menggunakan dana

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) puskesmas. Dana BOK dalam kegiatan

home visit ditujukan untuk membayar insentif petugas berupa penggantian uang

transportasi ke rumah pasien yang menjadi sasaran home visit.Di

PuskesmasParsoburan juga tidak ada dialokasikan dana khusus untukPelaksanaan

kegiatan reminder sehingga dalam pelaksanaannya menggunakan pulsa pribadi

dokter penanggung jawab Prolanis atau memanfaatkan dana sisa pengklaiman

dana konsumsi peserta untuk kegiatan senam dan edukasi klub dengan

mengurangi unit cost biaya konsumsi per peserta.

Pendanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan juga dikemukakan

peserta Prolanis sebagai berikut:

“Enggak, enggak ada iuran dana apa apa, semua gratis, periksa
kita gratis, obat gratis.”(Informan 9)

“O, dulu pernah ada diminta katanya uang untuk potokopi, tapi itu
dulu waktu mula-mula, sekarang enggak ada lagi.” (Informan 11)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta Prolanis maka diketahui

bahwa tidak ada pungutan biaya apapun bagi peserta Prolanis,termasuk juga

pelayanan pemeriksaan GDS rutin bagi peserta Prolanis yang menderita diabetes

Universitas Sumatera Utara


75

diberikan secara geratis. Peserta juga diberikan jatah obat untuk sebulan secara

geratis tanpa ada pungutan biayadari pihak puskesmas.

Proses Pelaksanaan Aktivitas Program Pengelolaan Penyakit Kronis


(Prolanis)

Hasil penelitian terkait dengan proses pelaksanaanke 7 kegiatan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan adalah sebagai

berikut:

Konsultasi medis peserta Prolanis.Konsultasi medis bagi peserta

Prolanis adalah salah satu bentuk pelayanan penting dalam kegiatan Prolanis yang

wajib diberikan dokter pengelola Prolanis di FKTP kepada seluruh peserta.

Pelaksanaan konsultasi medis Prolanis memungkinkan dokter pengelola Prolanis

memantau perkembangan kondisi kesehatan peserta Prolanis secara perorangan.

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan konsultasi medis bagi peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan adalah sebagai berikut:

“Kegiatan konsultasi itu, dilakukan disini, setelah pemeriksaan


rutin bulanan, ya setiap pasien bebas mengkonsultasikan apa
yang dia rasakan, tapi ada misalnya dia peserta baru, peserta itu
enggak rajin datang, atau peserta itu enggak rutin ngambil obat,
enggak rutin periksa, makanya waktu kaya itulah kami agak
cerewet. Terkadang dari status pasien peserta itu kan nampak,
kapan dia terahir kunjungan, jadi walaupun peserta itu datannya
2019 setelah sebelumnya dia kunjungan terahirnya di tahun 2017
jadi tau kita, jadi disitu lah kita sekalian tanyai dia kemana
selama ini, kenapa enggak pernah lagi datang. Jadi setiap
bulannya rutin, bebas mereka bertanya waktu konsultasi itu,
tapikan respon pasien ini berbeda beda ada yang udah pintar dia,
udah tau dia kaya mana kalau tekanan darah atau gula darahnya
naik, ada yang ketakutan kalau udah naik, ada yang enggak
peduli, ya gitulah. Konsultasi Prolanis ini enggak ada bedanya
sebenarnya sama konsultasi pasien umumnya, sama saja, tapi
kalau dia yang Prolanis sebenarnya wajib seenggaknya sekali
sebulan lah, tapi itupun mau peserta Prolanis ini sekali seminggu
selesai senam kalau ada keluhan langsung periksa tensi,

Universitas Sumatera Utara


76

konsultasi, jadi tergantung kebutuhan mereka, mau ada sebulan


itu yang 3 atau 4 kali dia. Konsultasi sama aku, tapi kalau lagi
berhalangan aku masuk, bisa digantikan sama dokter sebelahatau
perawat kita.” (Informan 1)

Berdasarkan pernyataan dokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan maka diketahui bahwa pelaksanaan konsultasi medis peserta Prolanis

dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam sebulan dan dapat pula dilakukan

lebih dari satu kali disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan

peserta.Pelayanan konsultasi medis ini dilakukan di ruang Praktik dokter dan

dilayani oleh dokter pengelola Prolanis yaitu dr. Olga, akan tetapi dapat pula

digantikan atau dibantu oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang tersedia di

puskesmas apabila dokter pengelola Prolanis sedang berhalangan untuk

melakukan pelayanan konsultasi atau sedang menjalankan tugas lain. Topik

pembicaraan antara dokter dan peserta Prolanis dalam pelayanan konsultasi medis

adalah membahas kondisi hasil pemeriksaan rutin bulanan dan keluhan penyakit

yang dirasakan peserta.Pada pelaksanaan pelayanan konsultasi medis ini, dokter

pengelola Prolanis jugamemberikanedukasi kepada setiappeserta mengenai

kondisi penyakit yang dideritanya, danpeserta juga diberikan kebebasan

menanyakan keluhan penyakit yang dirasakan.

Kegiatan konsultasi medis Prolanis di Puskesmas Parsoburan biasanya

dilakukan pada saat jadwal pasien tersebut datang berkunjung untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan rutin bulanan. Saat jadwal pemeriksaan kesehatan rutin

bulanan peserta Prolanis tiba, maka peserta tersebut akan datang ke puskesmas

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sekaligus berkonsultasi dengan dokter

Universitas Sumatera Utara


77

pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan.Pernyataan di atas didukung oleh

pernyataan peserta Prolanis sebagai berikut:

“Saya rutin datang ke puskesmas melakukan pemeriksaan gula


darah sekali dalam sebulan. Saya datang ke puskesmas ini kan,
sebelum ketemu dokter tentunya di cek dulu gula darah saya,
berat badan dan tinggi badan, kemudian nanti bertemu dokter
ditanya keluhannya, konsultasinya begitulah. Saya merasa puas
saat konsultasi karna kan dokter ini ramah, kita dikasih buku
nanti disitu dokter tulis resep obat kita. Kalau di buku ya kita
isikan apa yang dibilang dokter sekalian untuk mengambil
obatnya buku itu dibawa ke apotik.”(Informan 9)

“Saya sudah ikut Prolanis ini sejak 2014, ya memang selalu ada
konsultasi, diperiksa dulu kan gula darah, baru tak berapa lama
lagi dipanggil ke dokter, trus ditanyai kenapa tinggi ini, wah
keenakan makan ini, kok kaya gitu, trus kita diingatkan sama
dokter itu, kita kurangilah, misalnya makan kue pasti naik, kalau
makan kue entah apa cukuplah dua keping aja udah. Selalu kita
diberi petunjuk supaya kita jangan tambah penyakit itu , ya itulah
kurangi makan, nasi itu banyak gula, gula pasir jangan diminum
lagi, itulah sarannya dokter. Saya merasa senanglah ada dikasih
petunjuk seperti itukan, coba kalau tidak jangan jangan sudah
matipun saya ini, kalau buku itu dokter yang ngisi saya tidak
pernah, ditulis obatnya sama dokter ya udah.” (Informan 10)

“Kalau aku dek dalam sebulan itu ada 3 kali datang kepuskesmas,
bah siap senam langsung aku periksa, disitu konsulatasilah sama
dokter apa keluhan kita. Dokter bilang jangan sembarangan
makan, tapi kalau aku rasa ya bukan makanan aja, pikiran
terutama yang paling kuat membuat naik tensi ini, bandal aja
anak udah jadi pikiran kan, manalah bisa enggak berpikir.”
(Informan 11)

Kalau enggak ada keluhan ya enggak ku sampaikan, kadang kita


hanya minta rujukan aja. Kalau ada keluhan ya kita kasih tau
kan, kalau tadi keluhannya agak berat ya dirujuk lah kita ke
Rumah Sakit Harapan atau ke Rumah Sakit Tentara. Hal yang
paling sering dianjurkan dokter kalau konsultasi ya dijagalah
makannya.” (Informan 12)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan konsultasi medis dilakukan

Universitas Sumatera Utara


78

pada saat setelah peserta mendapatkan kegiatan pelayanan pemeriksaan rutin

bulanan, baik pemeriksaan tekanan darah maupun gula darah. Saat pelayanan

konsultasi medis berlangsung, dokter pengelola Prolanis akan melakukan evaluasi

terhadap perkembangan hasil pemeriksaan peserta yang tercatat di dalam buku

status pasien kemudianmemberikan saran dan masukan mengenai kondisi

kesehatan setiap peserta. Berdasarkan pernyataan peserta Prolanis diatas juga

diketahui juga bahwa peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan merasa puas

dengan pelayanan konsultasi medis Prolanis yang diberikan, hal ini dikarenakan

dokter pengelola Prolanis melayani peserta dengan ramah.

Berdasarkan pemaparan informan tersebut di atas maka diketahui bahwa

pelaksanaan konsultasi medis peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan sudah

berjalan dengan baik dan sesuai dengan petunjuk praktis Prolanis.Hal ini dilihat

dari pelayanan konsultasi medis yang rutin diberikan terhadap peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan, setiap peserta Prolanis mendapatkan pelayanan konsultasi

minimal sekali dalam sebulan dan dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai

dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan peserta.Setiap peserta diberikan

kebebasan bertanya mengenai keluhan penyakit yang dirasakan. Pada pelayanan

ini dokter akan memberikan saran-saran mengenai gaya hidup sehat yang

diharapkan mampu menjadi solusi atas keluhan yang dirasakan peserta Prolanis.

Beberapa peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan yang menjadi

informan dalam penelitian ini mengaku bahwa mereka merasa puas dengan

pelayanan konsultasi medis peserta Prolanis yang diberikan oleh Puskesmas

Parsoburan, hal ini dikarenakan mereka diberikan kebebasan untuk berkonsultasi

Universitas Sumatera Utara


79

dengan dokterpengelola Prolanis dan dokter juga memberikan respon yang baik

dalam menjawab pertanyaan peserta serta menunjukkan sikap ramah saat

berkomunikasi dengan peserta Prolanis. Hal ini selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuni, Yanis, dan Erly (2013) bahwa semakin baik komunikasi

antara dokter dengan pasien maka semakin mempengaruhi tingginya kepuasan

pasien dalam pelayanan.

Edukasi klub Prolanis. Sebagai sebuah program yang bersifat promotif

dan preventif maka peningkatan pengetahuan peserta Prolanis mengenai

kesehatan adalah salah satu sasaran dalam pengimplementasian Prolanis di FKTP

yang kemudian diwujudkan melalui kegiatan edukasi klub. Edukasi klub Prolanis

bertujuan menambah pengetahuan kesehatan peserta, dengan demikian diharapkan

mampu memulihkan penyakitnya dan mencegah timbulnya kembali penyakit

sehingga peserta terhindar dari komplikasi penyakit yang lebih berat dan mampu

mencapai kualitas hidup secara optimal. Hasil penelitian mengenai pelaksaan

kegiatan edukasi klub Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah sebagai berikut:

“Kegiatan edukasi itu sekali sebulan untuk satu klub,


pembiayaannya dari kita. Edukasi itu nanti akan menambah
wawasan mereka mengenai kesehatan, penyakit kronis lah
contohnya untuk yang diabetes mellitus akan diajari tentang diet
yang benar seperti apa, atau cara merawat kaki yang sedang luka,
kan diabetes sangat rentan dengan luka, kalau luka kan susah
sembuh, nah bagaimana cara perawatannya, kemudian olah raga
apa yang cocok dengan mereka, nah ini kalau yang kami lihat sih
sangat sangat bermanfaat bagi mereka.” (Informan 13)

Berdasarkan pernyataan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer BPJS

Kesehatan Cabang Pematangsiantar maka diketahui bahwa kegiatan edukasi klub

Prolanis adalah kegiatan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan peserta

Universitas Sumatera Utara


80

Prolanis mengenai kesehatan, khususnya penyakit kronis. Melalui kegiatan

edukasi klub Prolanis, peserta akan dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan

mengenai perawatan kesehatan bagi diri sendiri yang dapat meningkatkan status

kesehatan mereka. Pelaksanaan edukasi klub Prolanis dilakukan di FKTP

pengelola secara rutin minimal sekali dalam sebulan.

Pelaksanaan edukasi klub Prolanis di Puskesmas Parsoburan dijelaskan

melalui pernyataan dokter pengelola Prolanis, sebagai berikut ini:

“Edukasi khusus untuk Prolanis kita ada, kalau metode yang kita
pake biasanya ceramah gitu kan, biasa aja kaya orang lagi ngasih
pengumuman gitu, apa-apa yang perlu ya disampaikan kepada
peserta.Edukasi peserta Prolanis dilakukan sekali sebulan untuk
masing-masing klub, kan disini ada 2 kub. Klub edukasi dibagi
berdasarkan klub senam, karna biasanya dilakukan siap senam,
jadi enggak ada pembagian berdasarkan kondisi penyakit, itu
belum ada.
Jadwal pelaksanaan kegiatan edukasi tidak ada jadwal
pasti, terserah aku aja. Emang mustinya ada jadwal pasti kan,
kaya dulu di minggu ketiga tapi sekarang kapan aku sempatnya aja
baru ku buat edukasi, karna kan pasien banyak. Misalnya pas ada
waktu dan ada bahannya, bisa saja baru selesai senam, bapak ibu
sini-sini kumpul sebentar ada penyuluhan ya, gitu, makanya tidak
semua peserta bisa dapat edukasi, makanya kurang efektif. Peserta
kegiatan edukasi kesehatan memang tidak dibagi berdasarkan jenis
penyakit, karna peserta tidak dibagi berdasarkan penyakit maka
pokok pembahasannya lah yang dibagi contohnya minggu ini
tentang hipertensi minggu depannya tentang diabetes gitu aja,
pokoknya yang berkaitan dengan kesehatan lah tergantung
kebutuhan, terkadang enggak tentang penyakit kronis aja, apa
yang lagi tern lah kaya kemaren lagi hebohnya rabies, ya rabies,
apalagi itu satu lagi e, campak, ya gitu gitulah kalau tentang
hipertensi dan diabetes terus kan mereka bosan.”(Informan 1)

Pernyataan tersebut di atas di dukung oleh pernyataan PIC Prolanis di

Puskesmas Parsoburan sebagi berikut:

“Pelaksanaan edukasi Prolanis itu biasanya sekali dalam sebulan.


Biasanya dilakukan di salah satu jadwal selesai senam, itu
langsung edukasi, jadi materinya itu dokter yang pilih, misalnya

Universitas Sumatera Utara


81

materi apa yang cocok dengan mereka ini, misalnya kalau


hipertensi ya tentang hipertensi, tapi enggak itu berulang -ulang ya
berganti- gantilah materinya tiap bulan lokasinya pun dilakukan di
puskesmas ini di lapangan itu juga.” (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan informan diatas maka diketahui bahwakegiatan

eduksi klub Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilakukan dengan menggunakan

metode ceramah. Kegiatan ini dilakukan sekali dalam sebulan. Materi yang

diberikan dalam pelaksanaan eduksi klub Prolanis di Puskesmas Parsoburan tidak

terbatas mengenai penyakit kronis saja, mereka juga memberikan edukasi

pengenai penyakit lain yang sedang menjadi tren kesehatan. Hal ini dilakukan

agar peserta klub edukasi Prolanis tidak merasa bosan dengan materi penyakit

kronis.

Pelaksanaan edukasi klub Prolanis dilakukan di halaman Puskesmas

Parsoburan setelah selesai kegiatan senam Prolanis. Jika ingin dilakukan kegiatan

edukasi, maka dokter pengelola Prolanis langsung memberikan informasi setelah

kegiatan senam selesai, bahwa akan diadakan kegiatan edukasi sebelum peserta

senam bubar dari barisan.

Di Puskesmas Parsoburan terdapat 2 klub edukasi Prolanis. Pembagian

kelompok dalam edukasi klub Prolanis di Puskesmas Persoburan berdasarkan

kelompok senam Prolanis. Pelaksanaan edukasi klub Prolanis di Puskesmas

Parsoburan tidak memiliki jadwal yang menetap namun biasanya kegiatan edukasi

ini dilakukan diantara jadwal pelaksanaan senam, yaitu dari minggu ke 1 sampai

minggu ke 4 setiap bulannya. Tidak adanya jadwal yang menetap dan pasti dalam

pelaksanaan edukasi klubProlanis di Puskesmas Parsoburan diakibatkan

keterbatasan waktu dokter sebagai narasumber dalam kegiatan edukasi Prolanis.

Universitas Sumatera Utara


82

Menurut pengamatan peneliti kondisi pelaksanaan edukasi klub Prolanis di

Puskesmas Parsoburan yang tidak terjadwal secara tetap dan pasti menyebabkan

pelaksanaan edukasi klub Prolanis di Puskesmas Parsoburan kurang maksimal.

Tidak adanya jadwal tetap kegiatan edukasi ini menyebabkan tidak semua peserta

Prolanis mendapatkan kegiatan edukasi. Hal ini dikarenakan peserta yang

mendapatkan pelayanan edukasi hanyalah peserta Prolanis yang kebetulan hadir

senam pada hari itu saja, sementara rata-rata keaktifan peserta Prolanis dalam

mengikuti kegiatan senam di Puskesmas Parsoburan masih rendah, akibatnya

hanya sebagaian kecil peserta Prolanis yang mendapatkan pelayanan edukasi klub.

Kepastian jadwal pelaksanaan kegiatan edukasi klub Prolanis sangat

mempengaruhi kehadiran peserta, tidak tersedianya jadwal tetap edukasi klub

membuat peserta Prolanis akan sulit untuk menyesuaikan waktu menghadiri

kegiatan edukasi dengan aktivitasnya yang lain. hal ini juga selaras dengan

penelitian yang dilakukan Arifa (2018) bahwa kejelasan informasi pelayanan dan

tingkat kesesuaian waktu mempengaruhi besarnya jumlah peserta dalam

memanfaatkan sebuah pelayanan.

Pernyataan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan mengenai

pelaksanaan edukasi klub Prolanis sebagai berikut ini:

“Kan abis senam edukasi kelompok dilaksanakan, kalau apa hal


hal yang penting menurut dokter ya disampaikanlah setelah senam
itu, biasanya tentang hipertensi, diabetes, jantung, ya itulah. Kalau
saya pas siap senam ada kegiatan ini ya saya ikutilah. Selesai
senam mau itu langsung edukasi, dilapangan itulah.“(Informan 9)

“Ada, ada kegiatan penyuluhan, contohnya penyuluhan satu


penyakitlah jantung, diceritakan oleh dokter, begini-begini, kalau
kita sudah penyakit jantung janganlah dimakani yang berlemak,
begini begitu, begitulah kegiatan edukasinya. Saya rutin mengikuti

Universitas Sumatera Utara


83

kegiatan edukasi ini, pokoknya setiap ada kegiatan edukasi saya


ikutin lah, jadi kegiatan edukasi kami ini sekali dua bulan lah,
pokoknya tentang penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi.”
(Informan 10)

“Kaya penyuluhan gitu ya, dokter ini mau kadang datang ke


posyandu lansia, tapi kalau disini aku belum pernah, siap senam
kalau enggak periksa aku langsung pulang. Tapi kalau di lansia
aku mau ikut penyuluhan sama dokter ini.” (Informan 11)

Berdasarkan pernyataan peserta Prolanis yang menjadi informan dalam

penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan mengetahui ada kegiatan edukasi klub Prolanis yang ditujukan khusus

bagi peserta Prolanis, namun tidak semua peserta mengikuti kegiatan edukasi klub

Prolanis sekali sebulan secara rutin. Berdasarkan pengamatan peneliti, kemungkin

hal ini terjadi karena kegiatan edukasi klub Prolanis yang tidak dijadwalkan

secara tetap dan peserta Prolanis juga tidak mengikuti kegiatan senam secara rutin

setiap minggu.

Pemantauan status kesehatan peserta Prolanis.Pemantauan status

kesehatan peserta Prolanis adalah satu bentuk kegiatan yang menjadi fokus utama

dalam pengimplementasian Prolanis di FKTP. Pelayanan pemantauan status

kesehatan Prolanis bertujuan agar peserta mencapai kualitas hidup yang optimal

sehingga terhindar dari komplikasi penyakit.Bentuk pelayanan pemantauan status

kesehatan peserta Prolanis yang dilakukan di FKTP pengelola adalah berupa

pemeriksaan kesehatan rutin bulanan. Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan

status kesehatan peserta Prolanis, tim Prolanis terpadu juga berkewajiban untuk

melakukan evaluasi terhadap perkembangan status kesehatan setiap peserta

berdasarkan hasil pemeriksaan setiap bulan danmenyusun rencana perawatan

Universitas Sumatera Utara


84

(plan of care) untuk setiap peserta Prolanis.Pelaksanaan pelayanan

pemantauanstatus kesehatan peserta Prolanis di FKTP pengelola menurut Kepala

Bidang Penjamin Manfaat Primer BPJS Kesehatan Pematangsiantar adalah

sebagai berikut:

“Kegiatan pemantauan ini sebaiknya dilakukan setiap kali


pelaksanaan kegiatan,pemantauan di FKTP itu ada banyak mulai
dari pemeriksaan tekanan darah, kemudian indeks massa tubuh,
kemudian pemeriksaan gula darah, kemudian pemeriksaan darah
tahunan atau dua kali setahun, tapi ini di Prodia bukan di FKTP.
Setiap kali kegiatan biasanya kan di check tensinya berapa,
kemudian di cek gula darahnya berapa, itulah nanti bisa dihitung
jadi indeks massa tubuh, IMT, kalau pemeriksaan kadar gula
darah dilakukan sekali dalam sebulan.
FKTP akan membuat satu laporan yang berisi perekapan
data hasil pemantauan status kesehatan peserta setiap bulannya,
nah inilah nanti yang digunakan sebagai data untuk mengevaluasi
plan of carenya, artinya rencana tindak lanjut apa yang mau
dilakukan ke pasien itu, karna secara logikanya bagaimana mereka
merencanakan perawatan pasien jika dia tidak punya data
pemantauan status, trus mau diapain pasiennya, kan dari
pemantuan inilah dia berangkat untuk plan of carenya tadi gitu,
jadi setiap peserta Prolanis harus memiliki plan of carenya. contoh
misalnya pasien Prolanis saya, minggu pertama saya dilihat
tensinya normal, misalnya 130, kemudian minggu kedua saya ikut
lagi kegiatan tensi saya 200 misalnya, kemudian dicek lagi
diminggu ke tiga tensinya 200 tetap, nantikan di evaluasi, nanti
pasien ini akan ditanya sama dokternya ketika konsultasi kenapa
tensinya ini tidak terkontrol dan tinggi, nanti dokter akan tanya
bagaimana pola makannnya, bagaimana cara makan obatnya rutin
atau tidak. Nah jadi kalau dia tidak ikut Prolanis dia kan tidak ada
pemantauan, suka suka hati pasien mau datang kapan. Jangan
jangan udah pingsan pun dia karna tingginya tensinya baru dia
dibawa ke rumah sakit kan, nah dengan adanya Prolanis ini
diharapkan pemantauan status itu berjalan dengan teratur dan
rutin.
Peserta yang DM, kan sebaiknnya gula darah diperiksa
sekali sebulan, bulan ini dia sehat misalnya kadar gulanya 200,
kemudian bulan depan akan dilihat lagi apakah terkontrol apa
tidak, jadi dari disinilah dokternya akan merangkap dan
mengevaluasi pasien ini sebenarnya patuh atau tidak itulah dari
pemantauan status. Kemudian untuk dia mencek dia fungsi hati dan
fungsi ginjal dan kadar gula darahnya pertiga bulan, kalau pertiga

Universitas Sumatera Utara


85

bulan dia ada namanya pemeriksaan HBA1C ini dilakukan di


Prodia, nah itu masuk dalam pemantauan status.”(Informan 13)

Berdasarkan pernyataan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer BPJS

Kesehatan Cabang Pematangsiantar di atas maka diketahui bahwa dalam

pelayanan pemantauan status kesehatan Prolanis di FKTP, setiap peserta berhak

untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin bulanan berupa

pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran indeks massa tubuh. Khusus bagi

peserta Prolanis yang menderita diabetes mellitus juga diberikan pelayanan

pemeriksaan penunjang berupa pengukuran gula darah sekali sebulan. Setiap

peserta wajib untuk melakukan pemeriksaan setiap bulan di FKTP.

Dalam memastikan terlaksananya pelayanan pemantauan status kesehatan

bagi seluruh peserta Prolanis, FKTP pengelola Prolanis berkewajiban membuat

rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin bulanan seluruhpeserta Prolanis.

Rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta tersebutsebagai bahan

pemantauan status kesehatan peserta Prolanis secara keseluruhan dan

jugadigunakan sebagai sumber data bagi FKTP pengelola dalam membuat

rencana perawatan tindak lanjut kepada setiap peserta Prolanis. Hasil evaluasi

status kesehatan peserta Prolanis adalah berupa rencana upaya tindak lanjut

pelayanan (plan of care) sesuai kebutuhan peserta.

Pernyataan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan mengenai pelayanan

pemantauan status kesehatan peserta Prolanis adalah sebagai berikut:

“Saya mengontrolnya itu sekali dalam sebulan, saya melakukan


memeriksakan gula darah di puskesmas ini aja, geratis sekali
sebulan. Bagi saya sudah menjadi sahabat lah penyakit itu, yah
tidak perlu dirisaukan, kalau naik pun dia ya saya anggap mungkin
salah salah makan, karna gula darah saya itu enggak pernah lagi

Universitas Sumatera Utara


86

dibawah 200 dibawah 300 pun udah syukurlah, saya enggak


pernah sampai masuk rumah sakit.” (Informan 9)

“Pemeriksaan gula darah dari puskesmas rutin sebulan sekali , itu


pere pere. Kalau aku setiap bulan datang untuk cek, karna macam
aku gula darah ku kadang mencapai 400 an orang, jadi itu bisa
bertahan sampe beberapa bulan, jadi bisanya kita rasa-rasakan
kalau naik atau turun, kalu udah turun gula itu kita oyong, jadi
diperingati dokter lah, tapi setiap bulan aku pasti datang periksa.”
(Informan 10)

Berdasarkan pernyataan peserta Prolanis diatas maka diketahui bahwa

setiap peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan mendapatkan pelayanan

pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap bulan. Bentuk pemeriksaan yang

dilakukan adalah pemeriksaan tekanan darah dan indeks massa tubuh, dan

pemeriksaan gula darah satu kali dalam sebulan secara gratis.

Pernyataan petugas laboratorium di Puskesmas Parsoburan mengenai

pelaksanaan pemeriksaan gula darah rutin bulanan bagi peserta Prolanis sebagai

berikut:

“Pertama kan dek, nanti kalau dokter ada menduga pasien terkena
diabetes mellitus, maka dokter akan menganjurkan kepada pasien
untuk dilakukan pemeriksaan sebagai tindakan lanjut untuk
menentukan diagnosa pasien secaratepat, trus dirujuk lah ke
laboratorium jadi kakak lah yang memeriksa pasien tersebut, kalau
memang ternyata benar gula darahnya tinggi mencapai lebih dari
200 baru nanti dianjurkan ikut Prolanis, nah kalau untuk yang
sudah menjadi peserta Prolanis, maka akan dilakukan pemeriksaan
gula darah sekali dalam sebulan secara rutin, kalau jenis
pemeriksaannya sendiri kakak melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu. Kan kalau dia peserta Prolanis kan ada pemeriksaan gula
darah rutin bulanannya, jadi dilakukan pemeriksaan GDS bukan
GDP atau GDPP, ya mungkin dokter merasa lebih akuratlah dek,
kan kalau GDP pasien harus puasa dulu dan dilanjutkan ke
pemeriksaan GDPP, tapi kalau GDS kan enggak. Jadikan setelah
dilakukan pemeriksaan ada buku belangko hasil dek, jadi nanti kita
tulislah hasil pemeriksaan gula darah itu dalam belangko hasil
terus kita kasih sama dokter supaya dicatat dalam buku status
pasien, sama seperti pasien umum.”(Informan 4)

Universitas Sumatera Utara


87

Berdasarkan pernyataan petugas laboratorium di puskesmas Parsoburan

tersebut maka diketahui bahwa pelayananpemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan gula darah hanya diberikan kepada peserta Prolanis yang menderita

diabetes mellitus.Pemeriksaan gula darah ini diberikan sekali dalam sebulan tanpa

memungut biaya apapun. Jenis pemeriksaan gula darah yang dilakukan adalah

pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS).

Puskesmas Parsoburan menetapkan jenis pemeriksaan gula darah berupa

pemeriksaan GDS karena dianggap lebih praktis, pasien tidak diharuskan puasa

terlebih dahulu. Pihak BPJS Kesehatan selaku pemilik program Prolanis, tidak

membuat ketentuan mutlak yang mengatur jenis pemeriksaan gula darah rutin

bulanan peserta Prolanis, BPJS Kesehatan hanya menganjurkan agar dilakukan

pemeriksaan GDP, akan tetapi apabila FKTP melakukan pemeriksaan GDS, maka

tidak menjadi masalah, selama pemeriksaan bulanan ini secara rutin dilakukan.

. Pernyataan perawat yang bertugas di balai pengobatan Puskesmas

Parsoburan mengenai pelayanan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis

adalah berikut ini :

“Karnakan pelayanan periksa peserta Prolanis ini dijadikan


bagian pelayanan pasien umum dek tapi mereka kan ada senam
hari Jumat jadi otomatis pemeriksaan kesehatannya lebih banyak
mereka hari Jumat meskipun banyak juga yang hari hari biasa tapi
biasanya setelah selesai senam mereka banyak juga yang periksa.
Kalau disini kan dek, ada dua dokter, dokter Olga sama dokter
Nova, kalau yang Prolanis kita kasih ke dokter Olga kalau yang
umumnya nanti baru ke dokter Nova yang sebelah, jadi kita pisah
pisahkan meskipun peserta Prolanis itu datang di hari-hari biasa
periksanya, jadi waktu mendaftar dia langsung kita pisahkan dia,
kita buat sama dokter Olga, Kalau peserta Prolanis kan dia di
buku statusnya itu kan udah kita tulis peserta Prolanis jadi waktu

Universitas Sumatera Utara


88

dia datang berobat langsung kita pisahkan dia ke dokter


Olga.”(Informan 6)

“Kalau pemeriksaan rutin kan dek, sebelum ke dokter Olga harus


melalui kami dulu untuk tensi sama ukur berat badan lah, setelah
itu baru ke dokter Olga, meskipun pelayanan pemeriksaan peserta
Prolanis dijadikan satu sama pasien biasa tapi kalau dia peserta
Prolanis dia langsung kami sisihkan dia ke dokter Olga dek,
karnakan dokter Olganya untuk peserta Prolanis.”(Informan 7)

Berdasarkan pernyataan perawat di balai pengobatan Puskesmas

Parsoburan maka diketahui bahwa alur pelayanan pemantauan status kesehatan

peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan sama seperti alur pelayanan berobat

pasien pada umumnya.Peserta terlebih dahulu mendaftar, mendapatkan

pemeriksaan tekanan darah dan indeks massa tubuh oleh perawat yang bertugas di

balai pengobatan, kemudian peserta diserahkan kepada dokter pengelola peserta

Prolanis untuk melakukan konsultasi medis.

Pernyataan dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan mengenai

pemantauan status kesehatan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah

sebagai berikut:

“Dalam kegiatan pemantauan status kesehatan peserta, yang


dilakukan itu pemeriksaan rutin terhadap tekanan darah dan gula
darah peserta, pokoknya sekali sebulan peserta yang datang, ya
diperiksa ,ditensi dan gulanya. Sebulan sekalilah jatahnya, kalau
mau lebih peserta harus bayar, memang begitu. Pemeriksaan gula
darah rutin yang dilakukan di puskesmas adalah pemeriksaaan
GDS.
Hasil pemantauan semua peserta Prolanis ini nanti direkap
dalam satu catatan, untuk melihat bagaimana perkembangan
tekanan darah dan gula darah setiap bulannya. Laporan hasil
pemantauan ini harusnya nanti dilapor setiap bulannya ke BPJS
Kesehatan, jadi dari laporannya itu nampak dia peserta yang
sudah tidak pernah lagi datang, peserta yang sudah keluar, peserta
yang masuk dan perkembangan tekanan darah dan gula darah
peserta perbulanya. Tapi kalau kami, udah lama tidak mengirim
laporan ini, ya enggak taulah sejak kapan enggak lagi. Kek mana

Universitas Sumatera Utara


89

lah, enggak sanggup gitu loh, kan sebenarnya harus ada,


sebenarnya setiap bulan harus ada itu, yang masuk berapa, yang
keluar berapa, tapi siapa yang mau, kecuali mungkin puskesmas
itu dokernya 5 atau 6 orang kali, baru bisa, cuman aku ya udalah,
angkat tanganlah, cuman apa yang bisa dikerjakan.
Kemarenlah setelah beberapa pertemuan mulai Juni ini
harus, harus ada, makanya aku udah mulai mendata lagi ini.
Pasien yang udah meninggal dikeluarkan, yang udah enggak aktif
dikeluarin, ya tapi tetap susah lah ngapainya, e.. tetap susah lah
kita mendatanya kalau pas kali mana bisa kecuali kalau pasiennya
tadi masih 40 orang kaya puskesmas lain. Kebanyakan pasien kan
kalau enggak ada keluhan mana datang dia kontrol, sekali datang,
nah setelah itu dia enggak datang-datang lagi.
Kita pemantauan aja kadang enggak ada petugas khusus
kaya perawat atau bidan yang membantu pemantauan enggak ada,
makanya bayangkan aku kerja sendiri, makanya e....ya udah
sebisanya aku ya gitu, nyatet gitu kan, maksudnya pendataannya
udah enggak terperinci lagi, kalau pasien ku dibawah 200 bisanya
dicover semuanya, sekarang enggak bisalah, enggak sanggup. Ya
kalau aku sendiri ya kek ginilah pemantauan paling kulihat dari
status, ketika peserta datang berobat kan ada itu di statusnya
kapan dia terahir datang, udah lama kan gitu karna kan yang ku
kerjai bukan hanya Prolanis aja, ya memang seharusnya harus
jalan. Tapi ya itu lah bayangin, kalau sampai 400 orang, lebih
tepatnya 430 orang peserta, 260 peserta hipertensi dan 170 peserta
DM. Syukur syukurlah masih tercatat di statusnya, kalau enggak ya
dari mana kita tau dia rutin datang apa enggak, kapan terahir kan
kadang karna udah banyaknya peserta ini yang udah meninggal
pun dia enggak tau kita, ya cemanalah ya kan. Tapi ini mulai
sekarang, dari pihak BPJS targetnya lebih kepada memfokuskan
sama pemantauan status kesehatan peserta, makanya ini harus
mulai lagi ku data pesertanya, karna udah diminta BPJS
Kesehatan.
Rencana pelayanan bagi setiap peserta Prolanis itu
enggak ada lah, belum ada kami susun setiap peserta, ya siapalah
yang ngerjain itu sema kan, mungkin itu bisalah jadi masukan
sama kami. Kalau evaluasi status kesehatan ya paling cuman
dilihat dari buku statusnya kan, contohnya yah paling peserta yang
susah bener gulanya mendekati 200, paling rendah 300 naik lagi
400 gitulah dari bulan ke bulan maka kalau peseserta yang gitu ya
dia enggak cocok minum obat, kalau yang kaya gitu dia biasanya
harus pake insulin, tapi kan aku enggak bisa menentukan sendiri,
jadi berdasarkan evalasi hasil pemeriksaan itu maka biasanya
dirujuk dulu ke dokter spesialis ke rumah sakit, nah biasanya
setelah udah pake insulin bagus dia gulanya, cuman , ada
beberapa pasien yang bandel “udahlah dokter obat aja” pasiennya

Universitas Sumatera Utara


90

bilang padahal orang itu wajib per tiga bulan sekali dirujuk itu.”
(Informan 1)

Dari pernyataan dokter pengelola Prolanis di atas maka diketahui bahwa

pelaksanaan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis yang dilakukan di

Puskesmas Parsoburan adalah berupa pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran

indeks massa tubuh bagi setiap peserta Prolanis dan terkhusus bagi peserta

Prolanis yang menderita diabetes mellitus diberikan pelayanan pemeriksaan Gula

Darah Sewaktu (GDS) sebanyak satu kali dalam sebulan. Kegiatan pemeriksaan

kesehatan rutin bulanan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan dijadikan

bagian dari pelayanan pasien secara umum sehingga waktu pelaksanaannya

berbarengan dengan pelayanan pasien secara umum. Saat jadwal pemeriksaan

rutin bulanan peserta Prolanis tiba, maka peserta Prolanis datang ke puskesmas,

melakukan pendaftaran dan mengantre menunggu giliran dipangil sama seperti

pasien pada umumnya, kemudian dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan

tinggi badan peserta, serta diperiksa tekanan darahnya oleh perawat yang sedang

bertugas di balai pengobatan. Bagi peserta yang menderita diabetes dilakukan

pemeriksaan GDS oleh petugas laboratorium kemudian hasil pemeriksaan ini

akan dituliskan kedalam blangko hasil dan diserahkan ke dokter pengelola peserta

Prolanis, kemudian peserta akan masuk ke ruang praktek dokter untuk

berkonsultasi sembari dokter mengisi hasil pemeriksaan pasien ke dalam buku

status pasien tersebut.

Bentuk evaluasi status kesehatan peserta Prolanis dilakukan dengan

melihat perkembangan hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanis, apabila

pasien berada dalam kondisi penanganan yang lebih lanjut maka akan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


91

rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Pelayanan evaluasi status kesehatan

peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilakukan pada saat pemeriksaan rutin

bulanan peserta, dokter pengelola Prolanis akan melihat perkembangan hasil

pemeriksaan kesehatan setiap peserta Prolanis setiap bulannya melalui buku status

pasien. Hasil pemeriksaan kesehatan peserta Prolanis akan dibandingkan dengan

hasil pemeriksaan kesehatan peserta pada bulan sebelumnya, kemudian dilakukan

evaluasi kecocokan obat peserta dengan kondisi kesehatan peserta Prolanis

kemudian dilakukan penilaian apakah kondisi pasien perlu dilakukan rujukan atau

tidak.

Hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan

hanya dicatat dalam buku status pasien dan dilaporkan melalui aplikasi P-care.

Belum tersedia rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanis

secara keseluruhan yang lengkap dan mutakhir sebagaimanayang telah ditetapkan

BPJS Kesehatan. Tidak terekapitulasinya dengan baik data hasil pemeriksaan

rutin bulanan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan mengakibatkan

pemantauan status kesehatan peserta Prolanis kurang berjalan dengan maksimal,

dimana rekapitulasi ini adalah sumber data yang digunakan petugas Prolanis di

FKTP dalam pelaksanaan pemantauan terhadap perkembangan kesehatan dan

keaktifan setiap peserta Prolanis. Keadaan ini juga mempersulit petugas Prolanis

untuk melakukan pemutakhiranstatuskepesertaan Prolanis akibatnya ada peserta

yang sudah lama tidak hadir terapi bahkan sudah hilang kontak namun diketahui

oleh petugas Prolanis. Tidak maksimalnya kegiatan rekapitulasi hasil pemeriksaan

ini juga mengakibatkan Puskesmas belum bisa melakukan penilaian untuk

Universitas Sumatera Utara


92

mengukur keberhasilan pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Parsoburan sesuai

dengan tujuan pengimplementasian Prolanis di FKTP, hal ini dikarenakan tidak

diketahuinya secara pasti jumlah peserta Prolanis dengan tekanan darah dan gula

darah terkontrol dibandingkan dengan peserta yang tidak terkontrol.

Tidak optimalnya kegiatan rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin

bulanan peserta Prolanis menunjukkan bahwa kegiatan pemantauan status

kesehatan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan masih bersifat reaktif, karena

untuk dapat mengetahui waktu kunjungan terahir peserta Prolanis dalam

melakukan pemeriksaan rutin bulanan dan bagaimana perkembangan status

kesehatan peserta setiap bulannya, maka dokter harus melihat buku status pasien

dari setiap peserta Prolanis saat peserta tersebut telah datang kembali untuk

berobat. Kondisi ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Assupina,

Misnaniarti, dan Rahmiwati (2013) bahwa ada FKTP pengelola Prolanis yang

masih beranggapan bahwa mereka hanya sebagai penunggu bola dalam hal

pengelolaan kepesertaan Prolanis.

Rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanis ini

sangat diperlukan sebagai bahan untuk melakukan identifikasi peserta yang tidak

rutin dalam melakukan kontrol kesehatan, sehingga rekapitulasi data hasil

pemeriksaan rutin bulanan ini sangat dibutuhkan oleh FKTP pengelola Prolanis

untuk memantau kesehatan seluruh peserta Prolanis, apalagi mengingat bahwa

menurut BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar rata-rata keaktifan peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan dalam malakukan kunjungan rutin untuk

kontrol kesehatan pada tahun 2018 adalah 55,003% artinya ada sekitar 45%

Universitas Sumatera Utara


93

peserta tidak aktif. Biasanya peserta tidak datang melakukan pemeriksaan jika

tidak merasakan keluhan sehingga rekapitulasi hasil pemeriksaan ini sangat

diperlukan sebagai sumber informasi untuk menentukan peserta yang menjadi

sasaran untuk dilakukan upaya tindak lanjut atau follow up baik itu melalui

kegiatan reminder atau dilakukan home visit.

Menurut dokter pengelola Prolanis di Puskesmas Parsoburan penyebab

belum maksimalnya pelaksanaan rekapitulasi data hasil pemeriksaan rutin bulanan

peserta Prolanis dikarenakan tenaga pelaksana yang terbatas.Pelaksanaan

rekapitulasi data status kesehatan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan hanya

dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis saja sementara jumlah peserta Prolanis

yang harus dipantau kesehatannya di Puskesmas Parsoburan cukup banyak yaitu

mencapai 430 orang.

Kondisi keterbatasan tenaga pelaksanadalam pelaksanaan rekapitulasi

hasil pemeriksaan rutin bulanan peserta Prolanisjuga selaras dengan pernyataan

Person In Charge (PIC) Prolanis Puskesmas Parsoburan sebagai berikut:

“Sebagai PIC Prolanis tugasku ya untuk membuat absen dan


melaporkan nama-nama peserta Prolanis yang ikut senam dan
edukasi setiap kegiatan, biar bisa kita klaim biayanya ke BPJS
Kesehatan. Pemantauan status peserta Prolanis itu gini dek,jadi
nantikan peserta Prolanis datang untuk berobat sekali dalam
sebulan, entah itu pemeriksaan gula darah atau menensi, itu wajib
sekali sebulan. jadikan selain pemeriksaan yang sekali sebulan itu,
seharusnya ada di buat juga catatan khusus yang berisi seluruh
data pesera Prolanis dan perkembangan tensi atau gula darahnya
setiap bulan, jadi inilah yang mau kami mulai untuk
mengerjakannya, untuk merekap kembali data status kesehatan
peserta Prolanis dan perkembangannya setiap bulan, bagaimana
tekanan darahnya, gula darahnya, setelah itu akan kami entri lagi
kembali hasil pemantauan itu ke dalam komputer tapi format biasa
yaitu excel, bukan ke dalam aplikasi, jadi nanti itulah yang akan
dikirimkan ke BPJS Kesehatan melalui telegram sebagai bukti

Universitas Sumatera Utara


94

pelaksanaan pemantauan kesehatan peserta Prolanis. Selama ini,


tidak lagi memang berjalan karena jumlah peserta yang sudah
terlalu banyak, jadi enggak sanggup. Tapi sekarang harus udah
mulai lagi, memang sih pengerjaannya ini sudah terlambat, karena
tahun ini mereka sudah tidak toleransi lagi, kemaren kemaren
masih toleransi. Kan kemaren dokter olga udah membuat
keterangan itu udah disampaikannya ke BPJS, Tapi banyak juga
dokter Olga yang enggak tau, ya memang peserta Prolanis, tapi
dokter olga enggak tau, karna banyak kali kan, ah enggak kenal
aku ini, enggak pernah lagi datang, ya cemanalah menyuruh
mengingat yang 400 an orang ini kan. Dia pun banyak kali yang
mau dikerjainya kadangpun kasihan juga.” (Informan 2)

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa PIC

Prolanis Puskesmas Parsoburan setuju bahwa data hasil pemeriksaan kesehatan

peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan belum terekapitulasi dengan lengkap

dan mutakhir. Beliau juga berpendapat penyebab belum terekapitulasi dengan

baik data hasil pemeriksaan kesehatan peserta Prolanis disebabkan oleh jumlah

peserta Prolanis yang dipantau cukup banyak namun kegiatan rekapitulasi data

pemantauan status kesehatan peserta hanya dilakukan oleh dokter pengelola

Prolanis saja.

Pelaksanaan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis ini seharusnya

dilakukan secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan yang tergabung di dalam

tim Prolanis terpadu, namun kondisi pelaksanaan rekapitulasi hasil pemeriksaan

rutin bulanan dan penyusunan rencana perawatan peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan masih dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis saja, sementara disisi

lain jumlah peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan cukup banyak yaitu

mencapai 430 orang. Belumtersedianya pembentukaan tim khusus prolanis di

Puskesmas Parsoburan menyebabkan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan seluruh kegiatan Prolanisdi Puskesmas Parsoburanjuga belum

Universitas Sumatera Utara


95

maksimal, akibatnya sebagian besar kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan di

kerjakan oleh dokter pengelola Prolanis, hal ini menunjukkan adanya overlapping

tugas dan tanggung jawab kepada satu petugas saja. Kondisi ini selaras dengan

penelitian yag dilakukan oleh Prayogo, dkk (2017) yang menyatakan bahwa

banyaknya sasaran sebuah Program dengan jumlah tenaga yang terbatas namun

dengan pembagian tugas yang tidak jelas maka akan menyebabkan kelebihan

beban kerja pada pihak-pihak tertentu sehingga mempengaruhi efektivitas

pelaksanaan program.

Pelayanan obat Prolanis. Pelayanan obat bagi peserta Prolanis adalah

salah satu kegiatan yang wajib dilakukan di FKTP pengelola Prolanis. Bentuk

pelayanan obat Prolanis di FKTP pengelola adalah berupa peresepan obat bagi

pesertayang dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis. Peresepan obat ini

dilakukan berdasarkan formularium nasional. Setiap peserta Prolanis berhak

mendapatkan pemenuhan kebutuhan obat selama sebulan penuh, obat ini

diperoleh peserta secara gratis.Hasil penelitian mengenai pelaksanaan kegiatan

pelayanan obat Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah sebagai berikut:

“Pada umumnya Prolanis ini yang rujuk balik, jadi dokter


puskesmas hanya melanjutkan resep dokter spesialisnya, terkait
obatnya Prolanis mereka dari apotik. Apotik yang bekerja sama
sama BPJS Kesehatan jadi kami bayar diluar dari kapitasi jadi ada
pembiayaan tersendiri lagi terkait dengan obatnya. Ya jadi
pelayanan kita itu, pasiennya langsung jadi pasiennya datang ke
puskesmas dulu atau ke FKTP dulu setelah diperiksa sama dokter
setelah dikasih resep jadi resepnya itu dibawa ke
apotek.”(Informan 13)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penjamin Manfaat

Primer BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar maka diketahui bentuk bahwa

Universitas Sumatera Utara


96

bentuk pelayanan obat peserta Prolanis yang dilakukan di FKTP pengelola

Prolanis adalah berupa peresepan obat bagi setiap peserta Prolanis. Pengambilan

obat dilakukan sendiri oleh peserta Prolanis di apotek yang telah bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar.

“Peresepan obat peserta Prolanis udah tertentu, jenis obatnya


yang diresepkan berdasarkan formularium nasional, jadi kita tidak
bisa meresepkannya diluar formularium nasional. Obat yang
diresepkan itu untuk konsumsi selama sebulan. Peresepan untuk
peserta Prolanis yang non PRB ya langsung aku yang membuat,
tapi kalau peserta yang rujuk balik kan, jadi yang meresepkan
obatnya itu pertama kali dokter spesialis, kalau peserta sudah
sampai komplikasi misalnya ke jantung, ya dokter jantung juga
akan meresepkan obatnya, kalau dia juga ada komplikasi ke PPOK
berarti dokter paru juga nanti ikut meresepkan obatnya, nanti
kalau peserta sudah stabil dan dikembalikan ke puskesmas maka
aku akan mengumpulkan semua resep obat yang pernah diresepkan
dokter spesialis pada si peserta, maka aku akan meresepkan
kembali semua obat itu, nanti peserta sendiri yang akan mengambil
obat di apotek yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,
kalau yang disiantar ini di Apotek Kimia Farma Sutomo dan
Apotek Sejahtera. Sekarang untuk melanjutkan resep obat peserta
perbulannya harus melalaui aplikasi P-care obat secara online,
berbeda dengan dulu pasien hanya membawa resep dari dokter
FKTP ke apotek aja.” (Informan 1)

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa pelayanan

obat peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan dilakukan oleh dr. Olga selaku

dokter pengelola peserta Prolanis, peresepan obat peserta Prolanis yang dilakukan

berdasarkan formularium nasional. Setiap bulan peserta Prolanis berhak

mendapatkan jatah obat yang harus dikonsumsi selama satu bulan penuh.

Peresepan obat bagi peserta Prolanis yang merupakan pasien rujuk balik

dan telah mengalami berbagai komplikasi, dilakukan dokter pengelola Prolanis

dengan cara mengumpulkan berbagai resep obat yang telah diterima oleh peserta

dari berbagai dokter spesialis selama pasien dirujuk ke rumah sakit, kemudian dari

Universitas Sumatera Utara


97

kumpulan resep itu dokter pengelola Prolanis akan meresepkan kembali obat yang

akan diteruskan setiap bulan. Bagi peserta Prolanis yang belum mengalami

komplikasi penyakit dan masih dalam kondisi yang dapat ditangani puskesmas

maka peresepan obat langsung dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis.

Setelah peserta menerima resep obat dari dokter pengelola Prolanis maka

petugas P-care obat Prolanis harus melakukan registrasi dan memperpanjang

masa pengambilan resep obat perserta tersebut melalui aplikasi P-care obat

Prolanis secara online dan menyerahkan surat pengantar pengambilan obat

tersebut kepada peserta. Peserta Prolanis harus membawa resep obat dari dokter

pengelola Prolanis yang telah tertulis di dalam buku pemantauan status kesehatan

peserta Prolanis dan surat pengantar pengambilan obat Prolanis dari puskesmas

agar peserta tersebut dapat mengambil obat dari Apotek. Pengambilan obat

Prolanis ini dilakukan langsung oleh peserta di apotek yang telah bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar yaitu Apotek Kimia Farma

Sutomo dan Apotek Sejahtera. Setiap peserta Prolanis berhak mendapatkan jatah

obat selama sebulan penuh dan diperpanjang pada bulan berikutnya.Pernyataan

dokter pengelola tersebut juga didukung oleh pernyataan PIC Prolanis di

Puskesmas Parsoburan sebagai berikut:

“Kan sekali sebulan peserta Prolanis harus mengambil obatnnya


ke apotek, tapi harus dengan resep dokter dan ada surat
perpanjangan pengambilan obat dari Puskesmas karna mereka
pengambilan obatnya langsung satu bulan, seperti obat hipertensi
contohnya amlodipin jadi langsung untuk sebulan dikasih obatnya.
Jadi P-care obat ini nanti kasi ke peserta, terus peserta nanti yang
mengambil obatnya ke apotik, kalau dari segi kendala adalah
mereka terkadang tidak mau makan obat, mungkin mereka sudah
capek terus makan obat tapi nggak juganya sembuh jadi kadang,
ya gitulah” (Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


98

Pernyataan petugas P-care obat Prolanis mengenai pelayanan obat

Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah sebagai berikut:

“Jadi nanti waktu peserta datang untuk melakukan pemeriksaan


rutin bulanan, dokter akan meresepkan obat kepada peserta, nanti
peserta akan mengambi obat tersebut ke apotek yang telah
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, untuk dapat mengambil obatnya,
maka harus terlebih dulu saya perpanjang pengambilan obatnya
melalui aplikasi P-care namanya. Nanti ada selembaran yang saya
print, itu sebagai bukti bahwa dia merupakan peserta Prolanis,
dan sebagai bukti bahwa dia telah mengambil obat untuk bulan ini,
sebagai syarat untuk mengambil obat, jadi nanti dia akan
membawa selembaran itu untuk mengambil obat ke apotek
ditambah dengan buku status kesehatan peserta Prolanis, jadi di
buku itu nanti udah ada resep obat yang mau ditebus ke apotek.
Pelaporan online ini tujuannya sebanarnya biar peserta
PRB yang kalau nanti dia dirujuk ke rumah sakit terus dari pihak
rumah dakit jadi tau kalau obatnya dengan jenis x sudah diambil
dari Prolanis, makanya waktu meresepkan obat di rumah sakit jadi
tau mereka, jadi jenis obat yang sama enggak dikasih lagi”
(informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas P-care obat Prolanis

diketahui bahwa pelaksanaan pelaporan perpanjangan masa pengambilan obat

peserta Prolanis melalui aplikasi P-care secara online adalah sebagai tanda bukti

bahwa pasien telah mengambil jatah obat bulanannya. Aplikasi P-care obat

Prolanis ini terintegrasi dengan rumah sakit sehingga sangat berguna untuk

mengantisipasi apabila peserta tersebut mengalami suatu komplikasi penyakit atau

kondisi lain yang mengharuskannya dirujuk ke rumah sakit, maka pihak rumah

sakit dapat mengetahui bahwa jenis obat yang sama sudah diberikan kepada

peserta dari apotek, sehingga rumah sakit dapat menyesuaikan resep obat peserta

tersebut dengan jenis obat yang sudah diterima peserta dari Prolanis. Dengan

tersedianya aplikasi P-care obat Prolanis ini, maka peserta Prolanis tidak akan

Universitas Sumatera Utara


99

mendapatkan obat dengan jenis yang sama dari rumah sakit, dengan demikian

pelayanan obat peserta Prolanis lebih efektif dan efisien.

Pernyataan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan terkait dengan

pelayanan obat peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan dinyatakan sebagai

berikut:

“Pelayanan obat disini ya, nanti setelah konsultasi sama dokter,


diresepkanlah obatnya terus kita ambillah ke apotik, obat itu untuk
satu bulan tapi sekarang saya tidak pake obat lagi, sudah insulin
karena obat itu mengganggu pencernaan saya, saya ambil sendiri
yang mengambil obatnya ke Kimia Farma. Pernah kosong obatnya,
saya pergi ke apotik, datang orang apotik bilang obat belum
datang, jadi udah lama menunggu di puskesmas, menunggu lagi di
apotik, ternyata obatnya belum datang katanya, memang tidak
sering tapi pernah kaya gitu dulu.”(Informan 9)

“Jadi obat itu diambil ke apotik, dikasih resep dari dokter ini, jadi
begitu selesai kita konsultasi atau pemeriksaan baru dikasi resep
obatnya, terus ada dikasi lagi surat P-care obat namanya, jadi
resep dari dokter itu sama surat P-care obat itu dibawak ke Apotik
Kimia Farma, nanti kita ambillah obatnya. Obatnya itu untuk satu
bulan, diminumlah setiap hari. Jadi kalau udah habis diambil lagi,
seperti inilah saya sudah pas satu bulan, diambil lagi lah, kalau
udah habis obatnya ya melaporlah ke puskesmas sambil periksa.”
(Informan 10)

“Kalau obat aku ambil ke apotik, itu untuk obat satu bulan , tapi
gini ya ini kadang kadang rahasia, kita konsumsi obat seminggu
atau dua minggu tapi pande pande kitalah, kalau tinggi, udah agak
oyong, kepala berat, baru kumakan. Masa kita konsumsi terus itu,
aku takut itukan ada efek sampingnya, apalagi faktor usia tua bisa
ke ginjal, tapi terpaksa obat itu kita ambil tiap bulan biar bisa ikut
kegiatan Prolanis kan biar kita diperiksa.” (Informan 11)

“Kalau aku sekali sebulan ngambil obat ke kimia farma itu rutin,
sebulan lagi baru balik lagi kesini kalau enggak ada keluhan. Aku
enggak rutin minum obat itu, awal awal saja sebulan itu penuh ku
makan obatnya, sekarang ya enggak lagi lah, paling kalau udah
ada gejala agak-agak berat kurasa baru ku makan obatnya kalau
enggak kubuang itu obat. Ngeri loh obat itu, efek sampingnya
hebat kali itu, saling memakannya obat itu contohlah kalau kita

Universitas Sumatera Utara


100

makan obat asam urat dimakannya lambung, kalau terlalu sering


kita makan obat tuli kita lama-lama.” (Informan 12)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta Prolanis maka dapat

diketahui bahwa setiap peserta Prolanis mendapatkan jatah obat selama sebulan

penuh secara gratis dan pengambilan obat akan diperpanjang setiap bulan, namun

berdasarkan pernyataan peserta Prolanis di atas maka diketahui bahwa tidak

semua peserta Prolanis mengonsumsi obatnya secara rutin dan teratur. Biasanya

peserta Prolanis meminum obat ketika sudah merasakan keluhan, hal ini

dikarenakan peserta takut akan efek samping minum obat dalam jangka waktu

yang panjang.

Kondisi peserta Prolanis yang meminum obat jika hanya sudah merasakan

keluhan, menunjukkan bahwa belum semua peserta Prolanis memiliki

pemahaman tentang karakteristik penyakit hipertensi dan diabetes yang

merupakan penyakit yang sering kali muncul tanpa keluhan namun sering sekali

menyerang secara tiba-tiba bahkan menyebabkan komplikasi yang lebih berat.

Dampak kebiasaan tidak teratur meminum obat bahkan lebih buruk dari efek

samping yang mungkin timbul jika minum obat anti hipertensi maupun obat

diabetes secara teratur sehingga sangat penting meminum obat secara rutin

meskipun penderita tidak merasakan keluhan. Hal ini selaras dengan penelitian

yang dilakukan oleh Aulia (2018) tingkat pengetahuan pasien hipertensi

mempengaruhi kepatuhan peserta dalam pengobatannya, semakin tinggi

pengetahuan peserta maka semakin tinggi kepatuhannya dalam meminum obat.

Pelaksanaansenam Prolanis. Prolanis merupakan suatu bagian dari

program promotif dan preventif di FKTP. Salah satu upaya pencegahan

Universitas Sumatera Utara


101

komplikasi penyakit pada peserta Prolanis adalah melalui pelaksanaan senam

Prolanis yang dilakukan secara rutin sekali dalam seminggu. Hasil penelitian

pelaksaan kegiatan senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah sebagai

berikut:

“Kegiatan senam Prolanis dilaksanakan sekali dalam seminggu


per klub, disini ada dua klub yaitu klub Rabu sore dan Jumat pagi,
kami bagi menjadi dua klub karna jumlah peserta Prolanis disini
cukup banyak, tapi peserta bebas memilih ke klub mana dia mau
bergabung, cuman biasanya kalau pekerja lebih memilih klub Rabu
sore jam setengan 5 karna kalau Jumat kan pagi jam 7.30 mereka
kerja, kalau pensiunan biasanya banyak di Jumat pagi dia.
Gerakan untuk senam peserta Prolanis sekarang udah kreativitas
instruktur sendiri enggak ada ketentuan dari BPJS Kesehatan
kalau dulu ada ditentukan oleh dari pihak BPJS Kesehatan sendiri
kaya senam jantung 1 senam jantung 2, senam diabetes 1 dan
senam diabetes 2 karna ada lomba kan tahun 2015 sampai 2017
kalau enggak salah. Ya senam pun dari yang 400an itu yang
datang paling-paling kalau yang sore rata rata 20 sampai 25
orang, kalau pagi 40 sampai 50 orang, ya iya jadi enggak ini juga,
peserta ini pun malas udah dikasih snacknya, tapi tetap tidak mau
senam, karnakan kebanyakan orang tua kan banyak alasannya,
yang sudah sakitlah. Enggak ada yang ngantarlah sering kali itu
kalau ditanya, karna kan kalau dia udah lansia trus datang ke
puskesmas jalan, kan udah capek mana sanggup lagi senam.
Kadang sakit dikit ke tempat anaklah, ya apa mau
dibilang.”(Informan 1)

Berdasarkan pernyataan dokter pengelola Prolanis tersebut diatas maka

diketahui bahwa terdapat 2 klub senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan yaitu

klub Rabu dan klub Jumat. Klub Rabu dilaksanakan pada sore hari pukul 16.30

WIB, klub ini dominasi oleh peserta Prolanis yang masih bekerja karena jika

dilakukan pada pagi hari maka akan terhalang waktu bekerja. Senam Prolanis klub

Jumat dilaksanakan pada Jumat pagi pukul 7.30 WIB, klub ini didominasi oleh

peserta Prolanis yang sudah pensiun. Setiap peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan diberikan kebebasan memilih bergabung ke klub Prolanis yang

Universitas Sumatera Utara


102

diinginkannya. Pelaksanaan senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan dipimpin

oleh seorang instruktur senam yang disewa oleh Puskesmas Parsoburan. Senam

Prolanis adalah senam jantung sehat, dimana senam ini sudah di tentukan langung

dari BPJS Kesehatan, sehingga gerakannya sudah disesuaikan dengan

kemampuan peserta Prolanis yang sebagian besar sudah berusia lanjut.

Dokter Pengelola Prolanis juga menyatakan bahwa jumlah peserta Prolanis

yang aktif di Puskesmas Parsoburan cukup rendah jika dibandingkan jumlah

keseluruhan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan, dari 430 peserta Prolanis

rata-rata peserta yang aktif mengikuti kegiatan senam pada klub Rabu hanya

sekitar20 sampai 50 orang sementara rata-rata peserta Prolanis yang aktif dalam

klub Jumat hanya sekitar 40 sampai 50 orang. Menurut dokter pengelola

Prolanispenyebab tidak semua peserta aktif dalam kegiatan senam adalah karena

peserta dalam kondisi sakit. Di sisi lain petugas Prolanis juga sering menerima

alasan bahwa peserta tidak rutin mengikuti kegiatan senam karena tidak ada yang

mengantar peserta tersebut ke puskesmas. Kondisi ini selaras dengan pernyataan

yang diberikan oleh PIC Prolanis dan Kepala Puskesmas Parsoburan berikut ini:

“Jadi senamnya itu dilakukan setiap hari Rabu dan Jumatlah kan,
jadi kalau senamnya itu ada seorang instruktur yang ngajari, kami
sewa dari luar instrukturnya, kalau senamnya itu di tentukan dari
BPJS Kesehatan, ada senam jantung sehat dan lain lah, pokoknya
senamnya disesuaikan dengan orang tualah dek, gerakannya yang
tidak rumit agar orang orang tua ini bisa mengikuti dan tidak
terlalu capek jadi disesuaikanlah dengan kondisi orang tua, jadi
lama senamnya itu kira-kira jam 8 pagi mereka kumpul, jam jam
setengah 9 mereka sudah siap senam, tapi kegiatan senam juga
terkadang yang datang hanya itu itu aja orangnya karna mungkin
enggak sanggup lagi datang ya, kaya manalah banyak yang udah
tua itu kan dek.”(Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


103

“Kalau disini rutin dilakukan senam Prolanis, kita ada 2 klub, klub
Rabu sore dan Jumat pagi.Selama ini berdasarkan monitoring saya
kegiatan senam Prolanis ini rutin setiap Jumat dan Rabu. Saya
monitoring juga perihal kehadiran peserta senam kalau yang
datang sedikit kenapa ya? Apakah masalah dari internalnya,
instrukturnya, gimana dengan snaknya cukup atau tidak.
Hasil evaluasi, kalau dari selama ini, kalau yang hari
Jumat itu, kehadiran itu konsisten, itu kalau hari Jumat, kalau di
hari Rabu itu enggak, fluktuatif, kadang-kadang banyak kadang-
kadang sedikit, tapi kalau Jumat itu konsisten, mungkin karena
jumlahnya dan orang-orangnya juga. Kalau yang di hari Jumat itu
kebanyakan pensiunan jadi kegiatan senam itu sangat mereka
butuhkan untuk mengisi hari harinya kan, jadi kehadiran mereka
itu lebih konsisten dibanding hari Rabu yang anggotanya para
pekerja.” (Informan 3)

Pernyataan peserta Prolanis mengenai keaktifan mereka dalam

kegiatan senam Prolanis dinyatakan sebagai berikut:

“Dalam kegiatan senam prolanis saya aktif kalau lagi sehat kalau
lagi sakit ya enggak namanya orang tua ya enggak bisa rutin lagi.
Kalau pelaksanaannya disini hari Jumat ada instrukturnya yang
ngajarin, saya ikut udah mulai 2015, sejak saya ada penyakit gula,
lalu dokter memberi tahu bahwa ada program Prolanis, mau ikut
tidak, ya ikutlah saya. cuman kehadirannya yang kadang kita
enggak bisa, olah raga kalau enggak sehat kan enggak
bisa.”(Informan 9)

“Pelaksananaanya senam, sekali setiap dalam satu minggu. Kita


laksanakanlah kegiatan senam, itu rutin, terus nanti ada instruktur
dari depan ya kita ikutilah karna dia yang tau gerakan itu, Jadi
siap senam. Segarlah badan karena keringat. Sebelum mengikuti
kegiatan Prolanis badan kita sedikit dingin dan agak kaku, setelah
kita ikut kegiatan ini, pelan pelan badan jadi berkeringat ya jadi
tambah sehatlah, kalau aku kalau lagi bisa ikutnya aku senam,
paling kalau lagi ada urusan entah pesta baru enggak datang, lagi
pula kalau enggak datang langsung dicariin kawan kawan satu
barisan lah nanti kita itu, minggu depannya ditanyain kenapa kau
enggak datang minggu lalu, makanya aku rutinlah datang.”
(Informan 10)

“Kalau senam rutin sekali seminggu, saya yang ikut di klub Rabu
sore. Kalau manfaat yang saya rasakan ya enggak tau lah saya,
karna enggak tau saya kaya mana kalau tidak ikut senam, tapi
seengaknya masih ikut senam ini dua tahun ya buktinya ginilah

Universitas Sumatera Utara


104

saya masih hidup. Kalau Rabu bisa sampe 20 orang kalau paling
banyak bisa dia 30 orang, karnakan kalau Rabu itu pekerja semua
pulang sore mungkin malas dia pulang kantor.”(Informan 11)

Menurut pernyataan peserta Prolanis diatas maka diketahui bahwa dengan

adanya kegiatan senam Prolanis sangat bermanfaat untuk kesehatan dan

kebugaran mereka. Peserta juga merasa terhibur karena kegiatan ini menjadi salah

satu wadah untuk saling berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama peserta,

namun meskipun demikian dari hasil penelitian ini diketahui bahwa partisipasi

peserta Prolanis dalam mengikuti kegiatan senam sangat rendah, hal ini terlihat

dari 430 orang peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan tidak semua peserta

aktif mengikuti kegiatan Prolanis. Rata rata jumlah peserta yang hadir senam pada

klub Rabu sore adalah sekitar 20 sampai 30 orang, sementara pada klub Jumat

pagi sekitar 40 sampai 50 orang saja.

Minimnya keaktifan peserta Prolanis dalam mengikuti kegiatan senam

sangat disayangkan karena aktivitas fisik adalah salah satu faktor yang dapat

mendukung peningkatan status kesehatan peserta. Kegiatan senam memiliki

manfaat yang baik bagi perkembangan status kesehatan peserta seperti penelitian

yang dilakukan Sidio (2019) bahwa pemberian senam Prolanis yang dilakukan

secara rutin 1 (satu) kali dalam 1(satu) minggu dapat membuat tekanan darah

menurun. Penelitian mengenai hubungan senam Prolanis terhadap kadar gula

puasa dan KGD2PP pada pasien DM yang dilakukan oleh Nastiti dan Hanif

(2018) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara senam Prolanis terhadap

kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial.

Universitas Sumatera Utara


105

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi

bahwasalah salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya jumlah peserta klub

Rabu sore hadir dalam kegiatan senam Prolanis, yaitu peserta merasa malas

karena baru pulang bekerja, hal ini menunjukkan bahwa sikap peserta Prolanis

dalam memandang pentingnya kegiatan senam sangat mempengaruhi keaktifan

mereka dalam mengikuti kegiatan senam. Beberapa informan dalam penelitian ini

yang merupakan anggota senam klub Jumat juga tidak rutin untuk mengikuti

kegiatan senam meskipun kebanyakan peserta tidak lagi terikat dengan pekerjaan

karena sudah pensiun, dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa hal ini

disebabkan oleh jadwal senam yang terkadang berbarengan dengan beberapa

kegiatan pribadi peserta seperti: undangan ke pesta, pergi ke rumah anak atau

saudara, atau dalam kondisi sakit. Alasan terhalang kegiatan lain seharusnya tidak

menjadi hambatan dalam mengikuti kegiatan senam Prolanis karena senam di

Puskesmas Parsoburan dilakukan 2 kali seminggu sehingga jika berhalangan hadir

pada jadwal biasanya maka peserta bisa mengikuti senam pada jadwal yang

lainnya.

Selain sikap peserta dalam memandang pentingnya senam Prolanis

terhadap kesehatan, dukungan keluarga peserta juga sangat mempengaruhi

keaktifan peserta dalam mengikuti senam, hal ini terlihat dari seringnya petugas

Prolanis di Parsoburan menerima alasan bahwa peserta tidak aktif dalam kegiatan

senam dikarenakan tidak ada yang mengantar peserta ke puskesmas, disisi lain

peserta Prolanis yang menjadi informan dalam penelitian ini mengaku bahwa

salah satu faktor pendorong beliau aktif dalam mengikuti senam Prolanis adalah

Universitas Sumatera Utara


106

karena perhatian dan dukungan teman sesama peserta Prolanis di dalam anggota

klub senam.

Berdasarkan pernyataan petugas dan peserta Prolanis dalam penelitian ini

maka dapat disimpulkan bahwa faktor sikap peserta dalam memandang

pentingnya manfaat senam dan dukungan keluarga serta orang-orang sekitar

sangat mempengaruhi keaktifan peserta dalam mengikuti senam, hal ini selaras

dengan penelitian yang dilakukan Tantinis, Widjanarko, dan Suroto (2016) bahwa

keaktifan peserta dalam megikuti kegiatan senam sangat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu sikap peserta dalam memandang pentingnya senam dan norma

subjektif peserta seperti dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, dan

dukungan petugas kesehatan.

Pelaksanaanhome visitProlanis. Pelayanan home visit Prolanis adalah

kegiatan yang bertujuan untuk memberikan informasi/edukasi tentang kesehatan

diri dan lingkungan kepada peserta Prolanis dan keluarganya. Dengan adanya

pelayanan ini diharapkan peserta Prolanis mendapatkan dukungan dari keluarga

maupun orang yang berada di sekitar lingkunganya sehingga status kesehatan

peserta Prolanis dapat lebih baik. Hasil penelitian mengenai pelaksanan kegiatan

home visit peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan adalah sebagai berikut:

“Pelaksanaan home visit khusus untuk peserta Prolanis enggak


ada, tapi kami ada pelayanan PHN namanya, jadi pasien yang
perlu dikunjungi kami lakukan melalui PHN termasuk peserta
Prolanis. Biasanya yang dikunjungi adalah pasien yang kaya
udah terkena stroke, tulang udah kropos atau kondisi lain yang
menyebabkan dia tidak bisa lagi datang ke puskesmas, maka
caranya ya kita masukkan lah pasiennya ke Program PHN
itu.Home visit khusus dari Prolanis enggak ada, karna tidak ada
biaya turunnya untuk petugas. Nanti pasien yang udah enggak

Universitas Sumatera Utara


107

bisa datang lagi, biasanya keluarganya yang mengambil obatnya,


pas waktu PHN kita turun, disitulah kita cek gula darahnya.
PHN ini program dari dinas Kesehatan, dana untuk
pelaksanaannya berasal dari dana BOK, dalam pelaksanaan
PHN semua petugas puskesmas wajib, ganti-gantianlah
tergantung pasien yang mau dikunjungi. Pasien yang dilakukan
PHN adalah pasien yang sudah stroke, kropos tulang punggung,
ataupun lutut sehingga enggak mampu lagi datang ke
puskesmas.Enggak bisalah kaya kriteria di juknis itu, ya karna itu
udah di PHN enggak khusus, kalau dulu waktu awal-awal
pasiennya masih sedkit ya gitu berapa bulan enggak datang ya
didatangi kerumahnya, sekarang udah banyak ya enggak bisa
lagi lah. Tapi jeleknya Program ini adalah hanya boleh dilakukan
diwilayah kerja Puskesmas Parsoburan, jadi peserta yang tempat
tinggalnya diluar Puskesmas Parsoburan yaitu di Kelurahan
Sukamakmur dan Sukamaju tidak bisa dapat kunjungan rumah,
jadi kalau ada Peserta Prolanis yang contohnya bertempat
tinggal di Kampung Kristen meskipun dia peserta disini bisa kami
kunjungi, ya emang gitu ketentuan dari puskesmas.” (Informan 1)

Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter pengelola Prolanisdi

Puskesmas Parsoburan maka diketahui bahwa tidak ada program home visit

khusus untuk peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan. Pelaksanaan home

visitpeserta Prolanis dilakukan melalui program Public Health Nursing (PHN).

Kriteria peserta yang mendapatkan home visit melalui PHN adalah peserta yang

sudah tidak mampu lagi datang ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkannya.

Pernyataan dokter pengelola Prolanis tersebut selaras dengan pernyataan

Kepala Puskesmas Puskesmas Parsoburan dan PIC Prolanis sebagai berikut:

“Kegiatan home visit dilakukan kepada pasien yang sudah lama


tidak datang lagi berobat terutama yang sudah lansia dan
memiliki penyakit menahun sehinga tidak sangup lagi datang ke
Puskesmas misalnya terkena stroke dan lain-lain. Ada dilaporkan
keluarga dia enggak sanggup datang lagi ya kita kunjungi dari
program PHN, tapi ini untuk semua pasien umum enggak khusus
Prolanis. Pelaksananya ya semua petugas puskesmas, ganti-
gantian.”(Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


108

“Kalau pelaksanaan home visit untuk pelaksanaan kegiatan


Prolanis, kami menggabungkan semua home visit dalam satu
kegiatan namanya Perkesmas atau PHN, jadi semua pasien itu
mulai dari pasien Prolanis tapi yang berada di wilayah kerja
kami ya, yang enggak sanggup datang, pasien yang lansia dan
memang butuh home visit, nah kami gabungkan dalam satu yang
disebut sebagai Perkesmas, Jadi enggak ada khusus untuk peserta
Prolanis. Kenapa tidak ada home visit khusus Prolanis karena ya
tidak ada dna khusus home visit Prolanis dari BPJS Kesehatan
makanya kita anggpah home visit Prolanis ini juga bagian dari
pelayanan puskesmas makanya kita lakukan mealuI PHN pakai
dana BOK” (Informan 3)

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas maka diketahui bahwa pelayanan

home visit khusus peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan tidak tersedia

dikarekan tidak ada dana khusus pelaksanaan home visit Prolanis, sehingga

pelayanan home visituntuk peserta Prolanis dilakukan melalui program Public

Health Nursing (PHN).

Pernyataan tersebut diatas didukung oleh pernyataan peserta Prolanis yang

menjadi informan dalam penelitian inisebagai berikut:

“Kalau kunjungan ke rumah untuk periksa belum pernah lah, tapi


kalau untuk main main pernahlah dulu sekali. Karna saya pun
sehatnya enggak belum pernah lah opname.” (Informan 9)

“Kalau gula darah ku sampenya 400, mau sampe bertahan setiap


di pemeriksaan rutin bulananan itu, kalau dokter belum
pernahlah datang ke rumah kita untuk kontrol, enggak ada
lah.”(Informan 10)

“Saya belum pernah dapat kunjungan rumah, ya saya udah 4 kali


masuk rumah sakit. dua kali masuk ruang ICU gara gara udah ke
jantung itu kan. Tapi sejauh ini belum pernah ada kujungan dari
puskesmas.” (Informan 11)

Berdasarkan pernyataan peserta Prolanis diatas maka diketahui bahwa

beberapa peserta Prolanis tersebut memenuhi kriteria untuk mendapatkan

Universitas Sumatera Utara


109

pelayananhome visit Prolanis sebagaimana kriteria yang telah ditetapkan dalam

pedoman petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis, yaitu peserta dengan kondisi gula

darah yang tidak terkontrol dan peserta pasca opname namun peserta Prolanis

tersebut menyatakan belum pernah mendaptkan pelayanan home visit.

Pelaksanaan home visit Prolanis melalui Program Public Health Nursing

(PHN) dinyatakan penanggung jawab Program PHN di Puskesmas Parsoburan

sebagai berikut:

“Home visit di PHN itu untuk semua program, tidak terkhusus


Prolanis, semua program di puskesmas ini yang membutuhkan
kujungan rumah dilakukan melalui PHN, seperti untuk KIA,
lansia, pasien TB. Sekarang namanya Perawatan Kesehatan
Masyarakat dek, Perkesmas. Setiap awal awal bulan aku
langsung berkordinasi lah sama semua penanggung jawab
program di puskesmas ini, rencana pelayanan mereka ke
lapangan biar aku juga bisa merencanakan pelaksanaan
kunjungannya dek. Jadi setiap penanggung jawab Program akan
ngasih sama ku siapa sasaran home visit mereka, jadi aku yang
akan merencanakan siapa pelaksananya dan kapan dilaksanakan
kunjungannya. Pelaksana home visit semua perawat di
Puskesmas ini tapi kadang kita kasi pendampingnya juga kaya
orang gizi atau dokter tergantungkebutuhan sasaran yang mau di
kunjungi. Satu tim biasanya dua orang, satu perawat dan satu
pendamping. Mengenai waktu pelaksanaan aku yang akan
membuatkan jadwalnya kapan waktu turun kelapangan.
Enggak ada batasan ataupun target berapa jumlah pasien
yang mendapat kunjungan, tergantung kebutuhan program
masing-masing, tapi itu nanti dari bendahara BOK yang
menentukan berapa kelompok home visit bulan ini, jadi yang
ngasih kuota berapa kelompok itu dari bendahara BOK dek,
terhantung berapa dana yang ada dari pembagian dana untuk
program lain jadi enggak nentu setiap bulannya, bulan ini bisa
20 puluh kelompok bulan depan enggak tau gitu lah, makanya
untuk peserta Prolanis kita ada tetapkan kriteria seperti peserta
yang sudah berusia 65 tahun keatas yang kedua karena kondisi
medisnya beliau tidak sanggup lagi datang ke puskesmas jadi kita
harus lakukan kunjungan seperti stroke atau lumpuh, tapi hanya
bisa kita lakukan terhadap peserta yang berada di wilayah kerja
kita aja dek, karna kan banyak juga peserta yang dari luar
wilayah kerja kita, itu tidka bisa kita lakukan kunjungan.

Universitas Sumatera Utara


110

Kebijakan ini dari kita sendiri pihak puskesmas, aku lah yang
membuat selaku penanggung jawab Program karenakan banyak
kali peserta Prolanis ini kalau sampai ikut luar wilayah kerja
enggak sangup lah dek banyak kali. Jadi ananti setiap bulan kita
minta sama dokter pengelola Program siapa siapa aja peserta
yang memenuhi kriteria dilakukan home visit tersebut terus nanti
kita susun tim pelaksananya sama kita tentukan jadwalnya.”
(Informan 8)

Dari pernyataan penanggung jawab program PHN di Puskesmas

Parsoburan maka diketahui bahwa pelaksanaan home visit Prolanis dilakukan

melalui PublicHealth Nursing (PHN).Tidak ada batasan jumlah peserta Prolanis

yang mendapatkan pelayanan home visit, hanya saja Puskesmas Parsoburan

menetapkan kriteria peserta yang mendapatkan home visityaitu peserta Prolanis

yang telah berumur 65 tahun ke atas dan atau peserta Prolanis yangmengalami

kondisi medis yang menyebabkan peserta Prolanis tidak mampu lagi datang ke

puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti stroke, lumpuh

ataupun kondisi lainnya. Pelayanan home visit ini juga hanya dapat diberikan

kepada peserta Prolanis yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Parsoburan sementara berdasarkan wawancara dengan dokter pengelola Prolanis

dan PIC Prolanis di Puskesmas Parsoburan diketahui bahwa peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan ada yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja

Puskesmas Parsoburan karena sudah pindah tempat tinggal namun peserta

tersebut belum pindah FKTP atau tetap memilih tidak pindah FKTP atau peserta

yang memang bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Parsoburan

namun sengaja pindah FKTP atas kemauan sendiri.

Adanya penetapan kriteria yang sangat terbatas tehadap peserta Prolanis

yang mendapatakan pelayanan home visittersebut dikarenakanjumlah peserta

Universitas Sumatera Utara


111

Prolanis yang cukup besar namun kuota home visit yang terbatas.Kuota home visit

ini berbeda setiap bulannya tergantung danadan aktivitas program lain yang juga

menggunakan dana BOK. Pelaksanaan home visit melalui PHN ini dilakukan oleh

semua perawat di Puskesmas Parsoburan yang berjumlah 11 orang. Setiap kali

kunjungan dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari dua orang yaitu satu orang

perawat dan satu orang pendamping baik petugas gizi, bidan maupun dokter,

tergantung kebutuhan pasien sasaran home visit.Setiap kali turun kelapangan

setiap tim Prolanis diberikan tugas untuk melakukan kunjungan kepada 3 pasien

sasaran home visit. Pelaksanaan home visit dilakukan sesuai dengan jadwal yang

telah disusun oleh penanggung jawab program PHN.

Konsekuensi pelaksanaan home visit Prolanis melalui program PHN

adalah tidak terpenuhinya kebutuhan kunjungan rumah peserta yang menjadi

sasaran home visit Prolanis sebagaimana dengan kriteria Prolanis yang telah

ditetapkan di dalam pedoman petunjuk praktis Prolanis oleh BPJS Kesehatan. Ada

5 (lima) kriteria peserta Prolanis yang menjadi sasaran pelayanan home visitsesuai

dengan pedoman petunjuk praktis Prolanis, yaitu: peserta Prolanis yang baru

terdaftar, peserta dengan GDP/GDPP dibawah rata-rata selama 3 bulan berturut-

turut, peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol selama 3 bulan berturut-

turut,peserta pasca opname dan peserta yang tidak hadir terapi selama 3 bulan

berturut-turut sementara kriteria peserta Prolanis yang mendapatkan pelayanan

home visit di Puskesmas Parsoburan adalah peserta yang mengalamikondisi

kesehatanyang membuatnya tidak mampu lagi datang ke puskesmas untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


112

Program PHN juga hanya menjangkau pasien yang bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Parsoburan, sementara peserta Prolanis yang bertempat

tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Parsoburan baik karena pindah tempat

tinggalnamun peserta tersebut belum pindah FKTP dan masih terdaftar di

puskesmas Parsoburan atau peserta yang memang bertempat tinggal di luar

wilayah kerja Puskesmas Parsoburan namun sengaja pindah FKTP atas

permintaan sendiri, makakepada peserta tersebut tidak dapat dilakukan kunjungan

rumah meskipun peserta tersebut memenuhi kriteria untuk mendapatkan

pelayanan home visitkarena cakupan program PHN ini hanya untuk peserta yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan saja.

Jumlah peserta Prolanis yang cukup besar di Puskesmas Parsoburan

hingga mencapai 430 orang juga mempengaruhi banyaknya peserta yang menjadi

sasaran home visit Prolanis, apalagi jika pelaksanaan home visit yang dilakukan

mengacu kepada kriteria sasaran home visitsesuai dengan konsep Prolanis

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis

oleb BPJS Kesehatan,maka jumlah peserta Prolanis yang menjadi sasaran home

visit di Puskesmas Parsoburan cukup banyak,dengan demikian dana yang

diperlukan untuk home visit juga cukup besar, sementara itu tidak ada dana yang

dialokasikan secara khusus untuk pelaksanaan home visit Prolanis. Pelaksanaan

home visit Prolanis dimasukkan kedalam Program PHN dengan kriteria sasaran

home visit yang sangat terbatas. Keterbatasan dana dalam pelaksanaan kegiatan

home visit peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan menyebabkan pelaksanaan

home visit Prolanis belum sesuai dengan konsep home visitProlanis sebagaimana

Universitas Sumatera Utara


113

yang telah ditetapkan di dalam pedoman petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis.

Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana, dkk (2017)

bahwa semakin banyak peserta Prolanis yang akan dikelola maka semakin besar

pula dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya, sementara dana yang ada

belum mencukupi untuk melaksanakan semua bentuk kegiatan Prolanis akibatnya

tidak semua bentuk kegiatan Prolanis dapat dilakukan dengan maksimal.

Pelaksanaan reminderpeserta Prolanis. Prolanis merupakan salah satu

program promotif dan preventif di FKTP yang bersifat proaktif. Salah satu

kegiatan Prolanis yang bersifat proaktif terwujud dalam pelaksanaan kegiatan

reminder. Reminder adalah kegiatan yang bertujuan untuk memotivasi peserta

Prolanis untuk aktif melakukan kunjungan rutin ke FKTP pengelola. Pelaksanaan

kegiatan reminder Prolanis dilakukan FKTP pengelola melalui pengiriman pesan

singkat yang berisikan ajakan dan jadwal konsultasi setiap peserta Prolanis. Hasil

penelitian mengenai pelaksaan kegiatan reminder peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan adalah sebagai berikut:

“Kalau reminder ya gitu, kalau dulu peserta masih sedikit ya


dilakukan tapi sekarang setelah sudah banyak ya tidak dilakukan
lagi. Enggak ada lagi karna ya enggak sanggup lah, siapa yang
mau, kalau aku sendiri ya enggak sanggup, kalaupun ada paling
hanya beberapa peserta senam klub Rabu aja karna selalu sedikit
yaang datang.Enggak semua ku SMS, itupun bukan untuk jadwal
pemeriksaan rutin.
Waktu pasiennya sedikit bisa langsung ku telfon, kalau dulu
apalagi sampai obatnya 3 bulan enggak diambil pasti kucari
pasiennya, entah kutelepon, minimal kalau rumahnya disekitar
sekitar lapangan bola ini ya didatangin. Sekarang setelah banyak
ya enggak mungkinlah pasiennya udah bertambah, udah
400anorang, kalau aku sendiri yang ngerjakan mana sanggup,
mana ada yang bantu aku kalau reminder orang enggak ada uang
jasanya kan udah gitu semua udah punya tanggung jawab
masing-masing di program lainlah istilahnya, apa lagi kalau

Universitas Sumatera Utara


114

harus minta nomor handpphone semua peserta, dulu aja waktu


sedikit kadang ada yang enggak punya henfon dia, udah enggak
aktiflah, update lagi mana yang aktif ya enggak sangguplah kalau
sekarang.” (Informan 1)

Berdasarkan pernyataan dokter pengeola Prolanis tersebut maka diketahui

bahwa pelayanan reminder bagi peserta Prolanis belum maksimal karena hanya

diberikan terhadap sebagian kecil peserta saja. Kegiatan reminder hanya ditujukan

untuk mengingatkan jadwal senam pada peserta senam klub Rabu. Beberapa

faktor yang mempengaruhi tidak maksimalnya pelaksanaan kegiatan

reminderadalah jumlah peserta Prolanis yang banyak dan ada juga peserta

Prolanis yang tidak memiliki handphone atau sudah mengganti nomor

handphone-nya sehingga perlu pemutakhiran data nomor handphone seluruh

peserta kembali. Disisi lain kegiatan reminder ini hanya dikerjakan oleh dokter

pengelola Prolanis saja sehingga tenaga yangtersedia sangat terbatas.

Pernyataan Kepala Puskesmas Parsoburan mengenai pelaksanaan

kegiatan reminder Prolanis adalah berikut ini:

“Pelaksanaan kegiatan reminder, jadi kalau jadwal pelaksanaan


kegiatan Prolanis itu misalnya senam itu udah ada pengumuman
nya di papan pengumuman itu, tapi sebenarnya mereka itu udah
enggak diingatkan lagi jadi secara otomatis ngikutin yang sekali
seminggu mereka datang untuk senam misalnya, trus untuk
pemeriksaan kesehatan kan memang mereka secara berkala
memeriksakan kesehatan, mengambil obat, jadi tidak perlu
diingatkan kembali.”(Informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Parsoburan maka

dapat diketahui bahwa salah satu bentuk kegiatan reminder yang dilakukan di

Puskesmas Parsoburan adalah dengan menempelkan jadwal kegiatan senam

Prolanis pada papan pengumuman puskesmas, sementara kegiatan reminder pada

Universitas Sumatera Utara


115

kegiatan lain khususnya kegiatan konsultasi dan pemeriksaan rutin bulanan belum

tersedia.

Belum maksimalnya pelaksanaan kegiatan Prolanis bagi peserta Prolanis

di Puskesmas Parsoburan juga didukung oleh pernyataan peserta Prolanis yang

menjadi informan dalam penelitian ini. Pernyataan peserta Prolanis tersebut

adalah sebagai berikut:

“Mau ada pemberitahuan bahwa hari ini kita ada kegiatan senam,
di SMS dokter itu aja, tapi itupun sekarang udah enggak pernah
lagi. Saya pun tidak tau kenapa tidak pernah lagi di SMS.”
(Informan 9)

“O,enggak, paling kawan kawan kompak kaya teman satu baris


atau depan belakang waktu senam aja yang menanyakan kenapa
minggu yang lewat kamu enggak datang, biasanya kalau enggak
datang karna ada pesta, itu aja petugas tidak pernah.” (Informan
10)

“Enggak, enggak pernah diingatkan biar datang ambil obat atau


periksa, ya kita datang atas kesadaran sendiri lah (Informan 11).

Oh, mau di SMS kadang-kadang bilang biar datang senam. Karna


kami kan sikit kali kalau senam di hari Rabu itu, malas
mungkinkan pulang kerjatapi kalau untuk kaya biar periksa enggak
pernah.”(Informan 12)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta Prolanis di atas maka

diperoleh informasi bahwa mereka belum pernah mendapatkan pelayanan

reminderyaitu SMS berisi pesan ajakan untuk datang ke puskesmas melakukan

pemeriksaan rutin maupun kegiatan Prolanis lainnya dari puskesmas. Peserta

mengaku aktif mengikuti kegiatan Prolanis atas dasar kesadaran sendiri terhadap

kesehatannya.

Mengingat Prolanis adalah kegiatan yang bersifat Proaktif, kegiatan

reminder ini sangat perlu dilakukan untuk mendorong dan memberikan motivasi

Universitas Sumatera Utara


116

kepada peserta Prolanis agar berpartisipasi aktif dalam memelihara kesehatannya

sendiri,yaitu rutin melakukan pemeriksaan kesehatan minimal sekali sebulan

sertaaktif mengikuti kegiatan klub Prolanis seperti edukasi klub dan senam

Prolanis. Kegiatan ini bertujuan untuk memampukan peserta Prolanis

meningkatkan kualitas hidup secara optimal sehinga peserta tidak jatuh kedalam

komplikasi penyakit yang lebih berat.

Pelaksanaan kegiatan reminder bagi peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan belum berjalan dengan maksimal karena hanya sebagian kecil saja

peserta yang mendapat pelayanan ini. Di sisi lain pelayanan reminder yang

dilakukan Puskesmas Parsoburan adalah untuk mengingatkan jadwal senam

kepada beberapa peserta pada klub senam Rabu sore saja, hal ini dikarenakan

jumlah peserta yang aktif dalam kegiatan senam pada klub Rabu cukup sedikit,

kondisi ini tidak sesuai dengan sasaran pelayanan reminder Prolanis sebagaimana

dalam petunjuk praktis Prolanis yaitu tersampaikannya jadwal konsultasi kepada

masing-masing peserta Prolanis.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penelitian maka peneliti

menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan kegiatan reminder di Puskesmas Parsoburan, yaitujumlah peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan cukup banyak hingga mencapai 430 orang dan

kebanyakan peserta merupakan peserta lama sehinggakemungkinan nomor

handphone peserta sudah tidak aktif lagi dengan demikian petugas harus

melakukan pemutakhiran nomor handphone setiap peserta.Faktor yang kedua

adalah adanya peserta Prolanis yang tidak memiliki handphone sehingga petugas

Universitas Sumatera Utara


117

harus menghubungi anggota keluarga peserta tersebut. Di sisi lain pelaksanaan

kegiatan reminder hanya dilakukan oleh dokter pengelola Prolanis, sementara

beliau juga sudah memiliki beban tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien umum dan peserta Prolanis, melakukan pematauan

kesehatan seluruh peserta Prolanis, dan bertanggung jawab dalam kegiatan

edukasi klub sehingga tenaga yang tersedia sangat terbatas untuk melakukan

pemutakhirannomor telepon setiap peserta.

Menumpuknya beberapa tanggung jawab dalam melaksanakan beberapa

kegiatan Prolanis pada satu petugas tertentu menunjukkan bahwa

pengorganisasian petugas Prolanis dalam hal pembagian kerja diantara petugas

Prolanis di Puskesmas Parsoburan kurang maksimal sehingga terjadi overlapping

tugas dan tanggung jawab pada satu petugas yang menyebabkan pelaksanaan

kegiatan reminderProlanis kurang maksimal. hal ini selaras dengan penelitian

yang dilakukan oleh Azhari dan Wahid (2016) adanya pembagian kerja akan

dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan, karena setiap pegawai

mempunyai rincian tugas masing-masing dan mampu bekerja secara efektif

sehingga pelayanan yang akan diberikan cepat, mudah dan dapat memuaskan

masyarakat.

OutputProlanis

Output adalah suatu hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan sebuah

kegiatan. Output Prolanis dalam penelitian ini adalah tercapainya tujuan

pelaksanaan Prolanis di FKTP sebagaimana yang telah ditetapkan oleh BPJS

Kesehatan dalam pedoman petunjuk teknis pelaksanaan Prolanis di FKTP

Universitas Sumatera Utara


118

yaitumendorong peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis terkhusus

hipertensi dan diabetes mellitus untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan

indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit

diabetes dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah

timbulnya komplikasi penyakit. Hasil penelitian mengenai output Prolanis

diperoleh informasi sebagai berikut:

“Output Prolanis ya terkendali lah kondisi kesehatan para peserta


maka fokus utamanya dari Prolanis ini adalah pemantauan status
kesehatan setiap peserta, dengan adanya Prolanis ini kita
harapkan mereka semakin tidak beratlah penyakitnya, menurunnya
angka kasus penyakit kronis, ya terkendalinyalah status kesehatan
mereka. Secara rata rata target kami adalah minimal 50%
keaktifan peserta Prolansi, itu minimal ya, jadi harapannya kalau
yang terdaftarnya 100 orang paling tidak 50 orang diantaranya itu
aktif mengkuti kegiatan Prolanis, kalau secara global rata-rata di
pematangsiantar sudah baguslah, kalau di Puskesmas Parsoburan
tahun 2018 keaktifan pesertanya 55,003%. Tapi saat ini fokus
utama dari Prolanis adalah pemantauan status kesehatan peserta,
harapannya semua peserta terpantau, kalaupun setiap kali
kunjungan dilaporkan tapi tidak memiliki hasil yang baik sama aja
sebenarnya, kalaupun itu dilaporkan yang paling penting itu
adalah hasilnya, bagaimana setiap peserta dipantau di FKTP itu
yang perlu karena fokus Prolanis ini kan pematauan.”(Informan
13)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Penjamin Manfaat

Primer BPJS Kesehatan Kota Pematangsiantar maka diketahui bahwa output

Prolanis secara kualitatif adalah terpantaunya status kesehatan peserta Prolanis

sehingga kualitas hidup peserta meningkat dengan indikator penilaian secara

kuantitatif diukur melalui persentase keaktifan peserta, dimana setiap FKTP

pengelola Prolanis di wilayah kerja BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar

memiliki persentase keaktifam peserta Prolanis minimal 50%. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


119

pernyataan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer BPJS Kesehatan Cabang

Pematangsiantar juga diketahui bahwa Puskesmas Parsoburan telah memenuhi

target tersebut dengan keaktifan peserta Prolanis sebesar 55,003%.

Pernyataan dokter pengelola Prolanis mengenai output dari pelaksanaan

Prolanis adalah sebagai berikut:

“Output dari Prolanis yaitu diharapkan gula darah peserta


terkontrol, tensinya terkontrol sehingga pasien tidak mengalami
komplikasi, maksudnya walaupun ini merupakan penyakit seumur
hidup tapi pasien diharapkan dapat meraih kualitas hidup yang
optimal sehingga peserta panjang umur lah begitu. Penyakit ini
kan turunan, diharapkan dengan mengikuti Prolanis ini peserta
mampu menjaga anak anak mereka agar lebih waspada jangan
sampai keturunannya juga terkena, juga mendidik anak dan
keluarganya untuk pola hidup sehat, menjaga pola makan, dan
apabila ada keluhan harus segera periksa, kalau untuk BPJS
Kesehatan sendiri, ya meringankan biaya, dengan kata lain
mengurangi cost merekalah. Ini kami kalau Prolanis.
Enggak pernah ada target kaya program program lain dari
dinas kesehatan, misalnya imunisasi berapa cakupannya, karna
inikan bukan program dari dinas kesehatan. BPJS Kesehatan
sendiri tidak ada minta target, selama ini sih enggak ada disuruh
menargetkan paling cuman apaya satu satu aja pasiennya
dimonitor, kaya “ya amang, inang kok naik tensinya, gulanya
tinggi”, jadi lebih ke konsultasi pribadi lebih ke situ, tapi enggak
ada cakupan kaya dari dinas harus sekian persen enggak ada gitu.
Mereka hanya minta harus adalah pemantauan kesehatan peserta
Prolanis, kalau dalam bentuk persentase keaktifan atau
keanggotaan enggak ada, tapi kalau persentase keaktifan Prolanis
itu nantikan ada dalam KBK, tapi nantikan kalau dari kunjungan
peserta prolanis itu menentukan di KBK tapi dibuat dalam
persentase itu enggak ada, kalau dari BPJS Kesehatan itu
menginginkan 100% pasti lah kan, kalau program program lain
kaya KIA ada cakupan namanya tapi kalau Prolanis enggak ada,
cuman kalau sekarang harus ada lah data pemantauan peserta
Prolanis, tapi kalau di persentasekan tidak.
Nanti dari P-care peserta Prolanis itu kan nampak lah
kunjungan peserta Prolanis itu berapa, BPJS Kesehatanlah yang
menghitung berapa persen keaktifan peserta Prolanis ini, jadi data
keaktifan itu enggak ada sama kami, adanya di BPJS, itulah dibuat
ke KBK itu untuk menentukan besaran kapitasi puskesmas tapi
kalau untuk Prolanisnya sendiri enggak ada target yang ditentukan

Universitas Sumatera Utara


120

BPJS yang terpantau sekian dari sekian peserta, berapa yang udah
baik dibanding yang belum, enggak ada.”(Informan 1)

Berdasarkan pernyataan dari dokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan maka diketahui bahwa output yang diharapkan dari pelaksanaan

Prolanis adalah agar kesehatan setiap peserta Prolanis terkontrol sehingga dapat

terhindar dari komplikasi penyakit. Dokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan juga menyatakan bahwa tidak ada target pencapaian dalam

pelaksanaan kegiatan Prolanis. Menurut dokter pengelola Prolanis di Puskesmas

Parsoburan persentase keaktifan peserta Prolanis yang dihitung BPJS Kesehatan

melalui laporan kunjungan peserta Prolanis yang dilaporkan puskesmas melalui

aplikasi P-care adalah target Kapitasi Berbasis Komitmen (KBK) yang digunakan

sebagai salah satu indikator dalam menghitung besaran kapitasi

puskesmas.Pernyataan dokter pengelola Prolanis diatas juga selaras dengan

pernyataan PIC Prolanis dan Kepala Puskesmas Parsoburan sebagai berikut:

“Output dari Prolanis ya mereka sehat sepanjang hidupnya, ya


memang susahlah, ya bisa ajapun mereka tida ada keluhan lagi,
dan terhindar dari komplikasi, bisa datang kemari, sehat bisa
jumpa sama kawan kawannya, sehat itulah istilahnya harapan kita
kan.” (Informan 2)

“Ouput yang paling diharapkan dari Prolanis ini adalah


Pemantauan kesehatannya, untuk hipertensi dan DM itukan bisa
terpantau secara rutin dan berkesinambungan, jadi yang
penderitanya itupun secara kontinuitasnya itu bisa bagus gitu loh,
jadi yang paling pentingnya itu adalah terpantaunya mereka itu,
penderita hipertensinya bagaimana dengan tensinya, minum
obatnya secara teratur, djuga gitu bagaimana gulanya, bagaimana
dia makan obat setiap hari enggak, kalau itu terpantau bagus itu
kan, setidak tidaknya mengurangi komplikasi ke penyakit yang lain.
at least dia itu kita pertahankan tensinya itu terkontrol, gulanya itu
terkontrol, jangan sampai ada komplikasi yang lain, sebenarnya
bagus baget Program Prolanis ini, apalagi pemantauan minum
obat ini lebih ditekankan. Kalau persentase keaktifan peserta

Universitas Sumatera Utara


121

Prolaniskan masuk jadi salah satu indikator penentuan besar


kapitasi Puskesmas. Setiap bulan mereka ada kirim ke kita, kita
terima rapot, kala bagus kunjungan peserta Prolanis bulan ini ya
ditambah kapitasinya, kalau enggak ya dikurangin kapitasinya.
Kalau mau data pertahun berapa persentase keaktivan peserta
Prolanis ya mintak aja ke BPJS Kesehatan dek, ada itu.”(Informan
3)

BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar memiliki target bahwa setiap

FKTP yang berada di wilayah kerjanya memilki persentase keaktifan peserta

Prolanisminimal 50%. Penentuan target persentase keaktifan peserta Prolanis ini

dilakukan untuk keperluan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen (KBK),

dimana keaktifan peserta Prolanis berkunjung menjadi salah satu indikator yang

mempengaruhi besaran kapitasi yang akan diterima FKTP. Jika dilihat dari

persentase keaktifan peserta Prolanis, maka Puskesmas Parsoburan sudah

mencapai target untuk capaian program KBK yang telah ditentukan oleh BPJS

Kesehatan Cabang Pematangsiantar, dimana persentase keaktifan peserta Prolanis

di Puskesmas Parsoburan mencapai 55,003% (BPJS Kesehatan Cabang

Pematangsiantar, 2019).

Pencapaian Prolanis Puskesmas Parsoburan ini jika diukur dari konsep

tujuan pelaksanaan Prolanis sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pedoman

petunjuk teknis Prolanis maka keaktifan peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan yang mencapai 55,003% dapat diartikan bahwa terdapat sebesar 45%

(194 orang) peserta Prolanis yang tidak aktif dalam melakukan pemeriksaan rutin

bulanan, hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 194 orang peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburantidak mendapatkan pelayanan pemantauan status

kesehatan, sementara dengan melihat kondisi pelayanan pemantauan status

Universitas Sumatera Utara


122

kesehatan peserta Prolanis yang belum maksimal sebagaimana yang telah di

tetapkan di dalampedoman petunjuk praktis Prolanis, maka sebesar 55,003%

peserta Prolanis aktif di Puskesmas Parsoburan juga belum mendapatkan

pelayanan pemantauan status kesehatan secara maksimal sesuai dengan konsep

pelaksanaan Prolanis di FKTP.

Pelaksanaan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis yang dilakukan

kepada 55,003% peserta Prolanis yang aktif di Puskesmas Parsoburan hanya

berupa pemeriksaan rutin bulanan saja, sementara pelaksanaan rekapitulasi data

hasil pemeriksaan rutin bulanan setiap peserta Prolanis yang merupakan sumber

data dalam melaksanakan kegiatan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis

belum terlaksana dengan optimal, sehingga petugas mengetahui waktu terahir

peserta datang untuk pemeriksaan rutin dan bagaimana perkembangan status

kesehatannya setelah melihat kembali buku status pasien saat pasien telah datang

kembali berobat ke puskesmas, hal ini menggambarkan bahwa

pelaksanaanpemantauan status kesehatan peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan masih bersifat reaktif.

Pelayananpemantauan di staus kesehatan peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan juga belum ada pembuatan rencana perawatan (plan of care) dan

target pengobatan bagi peserta Prolanis sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

petunjuk praktis Prolanis. Hal ini menunjukkan bahwapeserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan belum mendapatkan pelayanan pemantauan status

kesehatan dengan optimal sesuai dengan konsep Prolanis.

Universitas Sumatera Utara


123

Kondisi peserta Prolanis yang belum mendapatkan pelayanan pemantauan

secara maksimal serta keaktifan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan yang

mencapai 55,003% belum bisa menunjukkan pencapaian tujuan Prolanis yang

sebenarnya sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam pedoman petunjuk

praktis pelaksaaan Prolanis, yaitu meningkatkan kualitas hidup peserta Prolanis

secara optimal dengan indikator secara kuantitatif adalah 75% peserta terdaftar

yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama (FKTP) memiliki hasil baik pada

pemeriksaan spesifik terhadap penyakit diabetes dan hipertensi sesuai panduan

klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatan penelitian mengenai pelaksanaan Program Pengelolaan

Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Parsoburan ini adalah minimnya sumber

informasi dan kepustakaan yang dimiliki peneliti mengenai konsep implementasi

Prolanis serta informan penelitian yang sulit ditemui untuk memperoleh informasi

yang diperlukan dikarenakan informan sedang tidak ada ditempat atau sedang

memiliki kesibukan dalam menjalankan tugasnya, keterbatasan ini yang mungkin

saja yang mempengaruhi kemampuanpeneliti dalam menggali kedalamam

informasi mengenai implementasi Prolanis.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di

Puskesmas Parsoburansudah memiliki langkah awal yang baik. Hal ini terlihat

dari banyaknya jumlah penderita penyakit hipertensi dan diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Parsoburan yang menjadi peserta Prolanis, tetapi dalam

pelaksanaannya belum maksimal sebagaimana konsep Prolanis yang telah

ditetapkan dalam pedoman petunjuk praktis pelaksanaan Prolanis. Berdasarkan

hasil penelitian maka kesimpulan pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Parsoburan

diuraikan sebagai berikut:

1. Input dalam kegiatan Prolanis

a. Pembayaran klaim dana kegiatan senam dan edukasi klub Prolanis dari BPJS

Kesehatan tidak rutin dilakukan sekali sebulan dan sering mengalami

keterlambatan pembayaran. Prosedur klaim dana rentan perubahan namun

tidak dilakukan pemberitahuan kepada puskesmas sehingga menghambat

kelancaran pencairan dana klaim, kondisi inimempengaruhi kontinuitas

pelaksanaan kegiatan senam dan edukasi klub Prolanis di Puskesmas

Parsoburan.

b. Pembentukan tim Prolanis terpadu di Puskesmas parsoburan belum maksimal

dan terjadi overlapping tugas dan tanggung jawab pada satu

petugas.Pengembangan kapasitas petugas Prolanis hanya dilakukan kepada

dokter pengelola Prolanis terpadu yaitu berupa mentoring penatalaksanaan

hipertensi dan diabetes dengan dokter spesialis.

124

Universitas Sumatera Utara


125

2. Proses Pelaksanaan Prolanis

Prolanis di Puskesmas Parsoburan telah berjalan dengan baik karena sudah

menerapkan ketujuh aktivitasProlanis,namunbelumsemuaaktivitas Prolanis

tersebut dilakukan secara maksimal sesuai dengan konsep sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam petunjuk praktis Prolanis, yaitu sebagai berikut:

a. Pelaksanaan edukasi klub Prolanis belum optimal karena tidak memiliki jadwal

pelaksanaan yang tetap dan dilakukan secara situasional sehingga tidak semua

peserta Prolanis mendapatkan edukasi.

b. Pemantauan status kesehatan peserta Prolanis masih bersifat reaktif dan belum

ada penyusunan rencana perawatan serta target perawatan setiap peserta.

c. Home visit peserta Prolanis belum sesuai konsep Prolanis

karenapelaksanaannya belum memenuhi kriteria kebutuhan kunjungan rumah

sasaran home visitProlanis sesuai dengan petunjuk praktis Prolanis.

d. Reminder bagi peserta Prolanis belum maksimal karena hanya diberikan

kepada sebagian kecil peserta Prolanis.

e. Belum semua peserta Prolanis memiliki pengetahuan yang baik mengenai

pentingnya minum obat secara rutin meski tidak merasakan keluhan penyakit.

f. Peserta Prolanis kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan senam Prolanis.

Beberapa alasan yang mempengaruhi keaktifan peserta adalah: tidak ada yang

mengantar kepuskesmas, sakit, malas, dan terhalang kegiatan lain seperti pesta.

3. Output

Ouput Prolanis yang masih dinilai dari persentase keaktifan peserta.

Keaktifan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan sebesar 55,003% belum

Universitas Sumatera Utara


126

menggambarkan pencapaian tujuan pelaksanaan Prolanis yang sebenarnya

sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam pedoman petunjuk praktis Prolanis.

Saran Penelitian

Berdasarkan hasil penelitianpelaksanaan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan yang telah dilakukan, maka adapun saran dalam penelitian ini

ditujukan kepada:

1. Kepala Puskesmas Parsoburan

a. Membuat kebijakan untuk membentuk tim Prolanis terpadu di Puskesmas

Parsoburan dan melakukan pembagian tugas serta tanggung jawab secara

efektif diantara petugaskesehatan yang terlibat dalam tim Prolanis terpadu.

b. Membuat kebijaan yangmemasukkan 5 kriteria peserta Prolanis yang menjadi

sasaran home visitProlanis ke dalam kriteriahome visitdalam Program PHN.

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis untuk

memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan konsep Prolanis. Serta

membangun komunikasi yang lebih terbuka dengan petugas yang terlibat

dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis dalam mencari dan menemukan solusi

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis.

2. Penangung jawab Prolanis di Puskesmas Parsoburan:

a. Meningkatkan kordinasi dengan kepala puskesmas, sesama tenaga kesehatan,

dan penanggung jawab program lain yang saling berhubungan dengan

pelaksanaan kegiatan Prolanisuntuk saling berkomunikasi mengenaikonsep

pelaksanaan kegiatan Prolanis di FKTP dan kendala-kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan Prolanis,kemudian mencari solusi secara bersama sama.

Universitas Sumatera Utara


127

b. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain di puskesmas yang terlibat dalam

pengelolaan peserta Prolanis untuk melakukan perbaikan terhadap rekapitulasi

catatan hasil pemeriksaan kesehatan rutin bulanan peserta Prolanis.

c. Membuat perencanaan edukasi klub Prolanis mengenai jadwal kegiatan,

narasumber, materi yang diberikan dan menilai perubahan pada peserta untuk

kemudian menentukan strategi dan target capaian edukasi berikutnya.

d. Memberdayakan peserta Prolanis yang aktif untuk menjadi kader yang

memotivasi sesama peserta agar turut aktif dalam kegiatan Prolanis.

3. Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer BPJS Kesehatan Cabang

Pematangsiantar:

a. Membangun komunikasi yang lebih terbuka denganFKTP pengelola Prolanis

mengenai setiap perubahan prosedur pencairan dana klaim kegiatan senam dan

edukasi klub Prolanis, sehingga proses pencairan dana klaim lebih lancar.

b. Melakukan sosialisasi kepada FKTP pengelola Prolanis mengenai konsep

pelaksanaan Prolanis sebagai program promotif dan preventif yang

memberikan pelayanan secara Proaktif kepada peserta.

c. Mempertegas kewajiban seluruh FKTP pengelola Prolanis dalam melaporkan

hasil pemantauan status kesehatan peserta Prolanis setiap bulan dan

memberikan sanksi yang tegas kepada FKTP yang tidak melaporkan

d. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian pelaksanaan Prolanis di FKTP sesuai

dengankonsep tujuan pelaksanaan Prolanis dan memberikan umpan balik.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Arifa. A. F. C.(2018). Pengaruh informasi pelayanan Prolanis dan


kesesuaianwaktu terhadap pemanfaatan Prolanis di pusat pelayanan
kesehatan UNAIR. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2),
95-102. Diakses dari https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/6387
Assupina, M.,Misnaniarti., &Rahmiwati. A. (2013). Analisis implementasi
program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) pada dokter keluarga PT.
Askes di Kota Palembang tahun 2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
4(3), 254-261.Diakses dari
http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/download/293/pdf
Aulia, R. (2018). Pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan pasien hipertensi
di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Februari-
April 2018 (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/64675/3/NASKAH%20PUBLIKASI%20AULIA%
20OK.pdf
Azhari, R. A., &Wahid, A. A. (2016). Pengaruh pembagian kerja terhadap
kualitas pelayanan di Desa Pamekarsari Kecamatan Banturesmi Kabupaten
Garut. Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik, 7(02), 29-38. Diakses
dari http://journal.uniga.ac.id/index.php/JPKP/article/viewFile/195/184
Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2014). Panduan Praktis
Gatekeeper Concept. Diakses dari https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/6ce4a8a2b40534f8922b20381508ab5b
.pdf
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2014). Panduan Praktis
Prolanis. Diakses dari https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-
PROLANIS.pdf
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2014). Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) Zero Problem 2014. Diakses dari
https://pt.scribd.com/doc/295102684/Prolanis-Pemaparan-BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2015).Inovasi BPJS Kesehatan
untuk Memperkuat Upaya Promotif dan Preventif yang Bersifat
Perorangan Menuju Gaya Hidup Sehat. Diakses dari https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/799deb485ab5d67a9ca6fdaf77faa5e4.
pdf
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2016). Kebijakan Pelayanan
dan Pembayaran dalam Program JKN. Diakses dari

128

Universitas Sumatera Utara


129

https://www.kemkes.go.id/resources/download/infoterkini/rakerkesnas_gel
2_2016/Kepala%20BPJS.pdf
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2016). Pelaksanaan
Kegiatan Prolanis di FKTP. Diakses dari
https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2017/536/Pelak
sanaan-Prolanis-di-FKTP
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2017). Tangkis Risiko
Kardiometabolik dengan Optimalisasi Prolanis. Diakses dari
https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2017/536/Tangk
is-Risiko-Kardiometabolik-dengan-Optimalisasi-PROLANIS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (2019). BPJS Kesehatan
Tingkatkan Peran Aktif Peserta Penyakit Kronis Melalui Prolanis. Diakses
darihttps://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Cabang Pematangsiantar. (2019).
Data keaktifan peserta Prolanis di FKTP tahun 2018. Pematangsiantar
Bustan, M. N. (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar. (2018). Profil kesehatan Kota
Pematangsiantartahun 2017. Pematangsiantar
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV
INSI_2017/02_Sumut_2017.pdf
Hamidi. (2010). Metode penelitian kualitatif. Malang: UMM Press.
Hasibuan, M. S.P. (2013). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
International Diabetes Federation (IDF). (2018). Diabetes in Western Pacific.
Diakes dari https://www.idf.org/our-network/regions-members/western-
pacific/members/104-indonesia
Jannah, U. (2018). Gambaran pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis
di Puskesmas Kota Makassar. (Skripsi, Universitas Hasanuddin,
Makassar). Diakses dari http://webcache.digilib.unhas.ac.id/uploaded_files
/temporary/DigitalCollection
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Panduan Integrasi Promosi Kesehatan.
diakses dari http://promkes.kemkes.go.id/pub/files/files34039panduan-
integrasi-promosi-kesehatan-di-kab_kota.pdf

Universitas Sumatera Utara


130

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Akses Masyarakat terhadap Pelayanan


Kesehatan semakin Membaik. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/article/print/1018/akses-masyarakat-terhadap-
kesehatan-semakin-membaik.html
Kementerian Kesehatan RI. (2011).Penyakit Menular Penyebab Kematian
Terbanyak di Indonesia. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/article/print/1637/penyakit-tidak-menular-ptm-
penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html)))
Kementerian Kesehatan RI.(2013). Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2013.
Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Ketahui Tekanan Darah Mu Cegah
Hipertensi Kendalikan Faktor Risiko. Diakses
darihttp://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/ketahui-tekanan-
darahmu-cegah-hipertensi-the-silent-killer
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Jumlah Lansia Sehat Harus Meningkat.
Diakses darihttp://www.depkes.go.id/article/print/18053000001/jumlah-
lansia-sehat-harus-meningkat.html
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses dari
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Nastiti, P. H., &Hanif, A. (2018). Hubungan senam Prolanis terhadap kadar puasa
dan KGD2PP pada pasien DM tipe 2. Jurnal Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surabaya, 6(3), 101-109. Diakses dari
http://journal.umsurabaya.ac.id/index.php/Pro/article/download/1509/1212
Niko, G.F., &Chalidyanto, D. (2014). Implementasi kebijakan jaminan kesehatan
nasional pada bidan praktik di wilayah Puskesmas Bangkalan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 2(4), 281-292. Diakses dari
http://repository.unair.ac.id/3312/
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penerapan Kendali Mutu dan Kendali Biaya pada
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Peraturan Bersama Sekretaris Jendral Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
dan Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran
Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.

Universitas Sumatera Utara


131

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2016 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2018 tentangJaminan
Kesehatan.
Perhimpunan Pankreas Indonesia (Perkeni). (2015). Konsensus Pengelolaan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Diakses dari
https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-
Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-
PERKENI-2015.pdf
Prayogo, S. A., Suryoputro, A., &Sriatmi. A. (2017). Analisis efektivitas
kesehatan ibu yang didanai bantuan operasional kesehatan di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang, 5(1), 8-13. Diakses dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/14853
Pusat Data dan Informasi. (2015). Hipertensi the Silent Killer. Diakses dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15080300001/hipertensi-the-
silent-killer.html
Pusat Data dan Informasi. (2017). Hipertensi.Diakses dari
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodati
n/infodatin-hipertensi.pdf
Puskesmas Parsoburan. (2018). Profil kesehatan Puskesmas Parsoburan tahun
2017. Pematangsiantar
Rosdiana, A. I., Raharjo, B. B., &Indarjo, S. (2017). Implementasi program
pengelolaan penyakit kronis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 (3), 149.
Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
Sidio, M. N. (2019). Pengaruh senam Prolanis terhadap tekanan darah pasien
hipertensi di Puskesmas Purwodiningratan Kota Surakarta (Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari
http://journals.ums.ac.id/
Simamora, H. (2006). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Tantinis, L. D., widjanarko, B., & Suroto. (2016). Faktor yang mempengaruhi niat
keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di Instalasi Geriatri RSUP.
Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3), 2356-3346.

Universitas Sumatera Utara


132

Diakses darihttps://www.neliti.com/universitas-
diponegoro?per_page=100&page=42
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Wahyuni, T., Yanis. A., &Erly. (2013). Hubungan komunikasi dokter-pasien
terhadap kepuasan pasien berobat di Polikilini RSUP. Dr. Djamil Padang.
Jurnal Fakultas Kedokteran UNAND, 2(5), 175-177. Diakses dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/165/160
Winarni, E. W. (2018). Teori dan praktik penelitian kualitatif dan
kuantitatif.Jakarta: Bumi Aksara.
World Health Organization.(2017). Noncommunicable Diseases Progress
Monitor. Diakses dari https://www.who.int/nmh/publications/ncd-
progress-monitor-2017/en/
World Health Organization. (2018). NCD Mortality and Morbidity.
Diakses dari https://www.who.int/gho/ncd/mortality_morbidity/en/
World Health Organization. (2018). Noncommunicable Diseases Country
Profil.Diakses dari https://www.who.int/nmh/publications/ncd-profiles-
2018/en/

Universitas Sumatera Utara


133

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam (In – Depth Interview)Analisis


Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas
Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2019

I. Daftar pertanyaan untuk informan dokter pengelolaProlanis di Puskesmas

Parsoburan

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

1. Sumber daya manusia

a. Bagaimana SDM pelaksana Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

b. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia pelaksana Prolanis di

puskesmas Parsoburan, apakah sudah pernah dilakukan pelatihan?

2. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan seluruh aktivitas Prolanis di Puskesmas?

3. Biaya operasional

a. Bagaimana pendanaan kegiatan Prolanis, (dari mana sumber dana dan

berapa besar dana yang diberikan)?

Universitas Sumatera Utara


134

b. Bagaimana pemanfaatan dana Prolanis di Puskesmas Parsoburan (digunakan

untuk kegiatan apa saja)?

c. Bagaimana kecukupan dana yang tersedia dalam menunjang pelaksanakan

kegiatan Prolanis di puskesmas?

d. Bagaimana mekanisme pendanaan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas

Prolanis di Puskesmas?

Proses

1. Apa yang menjadi tupoksi anda sebagai penanggungjawab Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

2. Bagaimana anda menjalankan tugas dan fungsi anda sebagai penanggungjawab

Prolanis?

3. Bagaimana anda dalam melakukan perencanaan sampai eksekusi pelaksanaan

seluruh kegiatan Prolanis di puskesmas?

4. Apa yang menjadi tupoksi anda sebagai dokter pengelola peserta Prolanis di

puskesmas Parsoburan ?

5. Bagaimana anda menjalankan tupoksi anda sebagai dokter pengelola Prolanis

di Puskesmas Parsoburan?

6. Bagimana koordinasi antara anda dengan berbagai pihak yang terkait dalam

pelaksaan Prolanis?

7. Bagaimana pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis di Puskesmas Parsoburan, kegiatan

apa saja yang telah dijalankan?

8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan konsultasi medis bagi peserta medis di

Puskesmas Parsoburan?

Universitas Sumatera Utara


135

9. Bagaimana pelaksanaan kegiatan edukasi kelompok peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

10. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pemantauan status kesehatan peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

11. Bagaimana pelaksanaan pelayanan obat peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

12. Bagaimana kegiatan senam Prolanis di puskesmas Parsoburan dilakukan?

13. Bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan home visit peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan, dan kendala apa yang dihadapi dalam

pelaksanaannya?

14. Bagaimana pelaksanaan kegiatan reminder Prolanis di Puskesmas

Parsoburan, dan kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaannya?

Output

1. Apa terget yang ingin dicapai dalam pelasksanaan kegiatan Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

2. Bagaimana ouputput yang diharapakan dari pelaksanaan kegiatan Prolanis

3. Bagaimana Penilaian yang dilakukan terhadap pencapaian dari hasil

pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

II. Daftar pertanyaan untuk Person In Charge (PIC) Prolanis di Puskesmas

Parsoburan

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

Universitas Sumatera Utara


136

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

1. Sumber daya manusia

a. Bagaimana SDM pelaksana Prolanis di Puskesmas?

b. Bagaimana pengembangan SDM pelaksana Prolanis di puskesmas, apakah

sudah pernah dilakukan pelatihan?

2. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan seluruh aktivitas Prolanis di Puskesmas?

3. Biaya operasional

a. Bagaimana pendanaan terhadap pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis, dari mana

sumber dana ?

b. Bagaimana pemanfaatan dan kecukupan dana yang ada untuk dapat

menjalankan 7 aktivitas prolanis?

c. Bagaimana mekanisme pendanaan seluruh pelaksanaan aktivitas Prolanis di

puskesmas?

Proses

1. Apa yang menjadi tupoksi ibu sebagai PIC Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

2. Bagaimana ibu menjalankan tupoksi tersebut?

Universitas Sumatera Utara


137

3. Apakah ibu terlibat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menjadi

aktivitas Prolanis?

4. Bagaimana pelaksanaan kegiatan edukasi kesehatan bagi peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

5. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis

di Puskesmas Parsoburan?

6. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pelayanan obat bagi peserta Prolanis?

7. Bagaimana pelaksanaan kegitan senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

8. Bagaiamana pelaksanaan kegiatan home visit bagi peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

9. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

Output

1. Apa output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

III. Daftar pertanyaan untuk informan Kepala Puskesmas Parsoburan.

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Universitas Sumatera Utara


138

Input

1. Sumber daya manusia

a. Bagaimana SDM pelaksana Prolanis di Puskesmas?

b. Bagaimana pengembangan kapasitas SDM pelaksana Prolanis di

Puskesmas?

2. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan seluruh aktivitas Prolanis di Puskesmas?

3. Dana

a. Bagaimana pendanaan kegiatan Prolanis, (dari mana sumber dana dan

berapa besar dana)?

b. Bagaimana pemanfaatan dana Prolanis di Puskesmas Parsoburan (digunakan

untuk kegiatan apa saja)?

c. Bagaimana kecukupan dana yang diberikan oleh BPJS Kesehatan untuk

dapat melaksanakan seluruh kegiatan Prolanis di puskesmas?

d. Bagaimana mekanisme pendanaan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas

Prolanis di Puskesmas?

Proses

1. Apakah ibu ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

2. Apa yang menjadi tupoksi ibu sebagai kepala puskesmas dalam

pengimplementasian Prolanis di puskesmas?

3. Bagaimana ibu menjalankan tupoksi ibu tersebut?

Universitas Sumatera Utara


139

4. Bagaimana pelaksanaan seluruh bentuk kegiatan Prolanis yang dikenal dengan

7 aktivitas Prolanis di Puskesmas Parsoburan, apakah sudah berjalan dengan

dengan baik?

5. Bagaimana menurut ibu pelaksanaan kegiatansenam Prolanisdi Puskesmas

Parsoburan, dan bagaimana ibu menjalanakan tupoksi ibu dalam pelaksanaan

kegiatan ini?

6. Bagaimana menurut anda pelaksanaan kegiatan home visit bagi peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan, apa yang menjadi kendala dalam

pelaksanaannya?

7. Bagaimana menurut anda pelaksanaan kegiatan reminder bagi peserta Prolanis

di Puskesmas Parsoburan, apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya?

8. Apa kendala yang dihadapi puskesmas dalam pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis?

Output

1. Apa yang menjadi target Puskesmas Parsoburan dalam Pelaksanaan kegiatan

Prolanis dan bagaimana upaya Puskesmas Parsoburan terhadap pencapaian

target tersebut?

2. Apa output yang diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

IV. Daftar pertanyaan untuk petugas laboratorium di PuskesmasParsoburan

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

Universitas Sumatera Utara


140

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

1. Sarana dan prasana

b. Bagaiamana ketersediaan peralatan alat ukur gula darah bagi peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

Proses

1. Apa yang menjadi tupoksi ibu dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis?

2. Bagaiamana menurut ibu pelaksanaan pemantauan status kesehatan di

Puskesmas Parsoburan dan bagaimana ibu menjalankan tupoksi ibu dalam

pelaksanaan kegiatan ini?

3. Bagaimana anda berkordinasi dengan dokter pengelola peserta Prolanis dalam

melakukan pemeriksaan rutin bulanan bagi setiap peserta Prolanis?

4. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan rutin bulanan gula

darah bagi setiap peserta Prolanis?

V. Daftar pertanyaan untuk petugasP-careobat peserta Prolanis

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

Universitas Sumatera Utara


141

B. Pertanyaan

1. Apakah yang menjadi tupoksi ibu sebagai P-care obat bagi peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

2. Bagaimana ibu menjalankan tuposi sebagai P-care Obat bagi peserta Prolanis

di puskesmas Parsoburan?

3. Bagaimana ibu berkordinasi dengan dokter pengelola peserta Prolanis dalam

melakukan perpanjangan obat peserta melalui aplikasi P-care?

4. Selain menjadi P-care bagi peserta Prolanis, apakah ibu juga terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan Prolanis yang lainnya?

5. Bagaimana menurut ibu pelaksanaan kegiatan senam Prolanis di Puskesmas

Parsoburan dan bagaimana ibu menjalankan tupoksi ibu dalam kegiatan senam

Prolanis?

6. Bagaimana menurut ibu pelaksanaan kegiatan edukasi klub Prolanis di

Puskesmas Parsoburan dan bagaimana ibu menjalankan tupoksi ibu dalam

kegiatan edukasi klub Prolanis?

7. Kendala apa yang ibu rasakan dalam keterlibatan ibu dalam pelaksanaan

kegiatan Prolanis?

VI. Daftar pertanyaan untuk perawat yang terlibat dalam pemberian pelayanan

kepada peserta Prolanis (Perawat BP)

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

Universitas Sumatera Utara


142

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

1. Sumber daya manusia

a. Bagaimana SDM pelaksana Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

b. Apakah ibu menjadi bagian dari tenaga kesehatan di puskesmas yang

terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap peserta Prolanis?

2. Sarana dan prasana

a. Bagaiamana ketersediaan peralatan alat ukur gula darah bagi peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

Proses

1. Apa yang menjadi tupoksi ibu dalam pelaksanaan kegiatan Prolanis?

2. Bagaiamana menurut ibu pelaksanaan pemantauan status kesehatan di

Puskesmas Parsoburan dan bagaimana ibu menjalankan tupoksi ibu dalam

pelaksanaan kegiatan ini?

3. Bagaimana anda berkordinasi dengan dokter pengelola peserta Prolanis dalam

melakukan pemeriksaan rutin bulanan bagi setiap peserta Prolanis?

4. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan rutin bulanan gula

darah bagi setiap peserta Prolanis?

VII. Daftar pertanyaan untuk penanggung jawab program Public Health Nuring

(PHN) di Puskesmas Parsoburan

A. Identitas informan

Universitas Sumatera Utara


143

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

Sarana dan Prasana

1. Sumber daya manusia

a. Bagaiamana sumber daya manusia pelaksana pelayanan home visitdi

Puskesmas Parsoburan?

2. Biaya operasional

a. Bagaimana ketersediaan biaya operasional pelayanan home visit di

Puskesmas Parsoburan?

Proses

1. Apa yang menjadi tupoksi ibu dalam pelaksanaan kegiatan home visitProlanis?

2. Bagaiaman ibu melakukan perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan PHN?

3. Bagaiamana pelaksanaan home visit Prolanis melalui program PHN ?

4. Bagaimana kriteria peserta Prolanis yangmendapatkan pelayanan home visit?

VIII. Daftar pertanyaan untuk informan peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

Universitas Sumatera Utara


144

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

1. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk

melaksanakan kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

2. Biaya operasional

b. Bagaimana pendanaan pelaksanaan Kegitan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan, apakah ada di minta uang partisipasi atau iuran lainnya?

Proses

1. Menurut ibu/bapak apa itu Prolanis?

2. Sudah berapa lama ibu/bapakmengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

3. Apa yang menjadi motivasi ibu/bapak untuk mengikuti kegiatan Prolanis?

4. Bagaimana keaktifan ibu/bapak dalam mengikuti kegiatan Prolanis, kegiatan

Prolanis apa saja yang anda ikuti?

5. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan konsultasi medis bagi

peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

6. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan edukasi klub bagi peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

Universitas Sumatera Utara


145

7. Bagaimana pelaksanaan Pemantauan status kesehatan yang dilakukan petugas

Prolanis terhadap ibu/bapak sebagai peserta Prolanis?

8. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan senam Prolanis di

Puskesmas Parsoburan, apakah ibu aktif?

9. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan pelayanan obat bagi

peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

10. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan reminder bagi peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan, apakah ibu sudah pernah mendapatkan

pelayanan ini?

11. Bagaiaman menurut ibu/bapak pelaksanaan kegiatan home visit bagi peserta

Prolanis di Puskesmas Parsoburan, apakah ibu sudah pernah mendapatkan

pelayanan ini?

12. Bagaimana menurut anda pelaksanaan Prolanis di Puskesmas Parsoburan, apa

keluhan yang bapak/ibu rasakan?

Output

1. Apa manfaat yangibu/bapak rasakan selama menjadi pesertta prolanis?

2. Apa yang menjadi harapan anda terkait pelaksanaan Prolanis di masa yang

akan datang?

IX. Daftar pertanyaan wawancara dengan Kepala Penjamin Manfaat Pelayanan

Primer BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

Universitas Sumatera Utara


146

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terahir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Input

1. Sumber daya manusia

a. Bagaimana pengembangan kapasitas setiap tenaga puskesmas yang terlibat

dalam pelaksanaan Prolanis?

2. Dana

a. Bagaimana biaya operasional untuk pelaksaan kegiatan semua bentuk

kegiatan Prolanis di FKTP?

b. Dari mana sajasumber dana untuk pelaksanaan 7 aktivitas Prolanis dan

seberapa besar dana yang di berikan kepada setiap FKTP pengelola

Prolanis?

Proses

1. Apa yang dimaksud dengan Program pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)?

2. Apa tupoksi BPJS Kesehatan dalam pengimpelementasian Prolanis di FKTP

Pengelola?

3. Bagaimana BPJS Kesehatan menjalankan tupoksinya

dalamPengimplementasian Prolanis di FKTP?

4. Kegiatan Prolanis apa sajayang wajib diselenggarakan oleh FKTP pengelola

Prolanis?

Universitas Sumatera Utara


147

5. Bagaimana seharusnya pelaksanaan edukasi klub peserta Prolanis yang

dilakukan FKTP Pengelola Prolanis?

6. Sebagai kegiatan yang menjadi fokus utama dalam pengimplementasian

Prolanis di FKTP, bagaimana seharusnya pelaksanaan kegiatan pemantauan

status kesehatn peserta Prolanis di FKTP pengelola?

7. Bagaimana seharusnya pelayanan obat khusus peserta Prolanis yang dilakukan

FKTP pengelola Prolanis?

8. Bagaimana seharusnya pelayanan senam Prolanis yang dilakukan FKTP

pengelola Prolanis?

9. Bagaimana seharusnya pelayanan home visit khusus peserta Prolanis yang

dilakukan FKTP pengelola Prolanis?

Ouput

1. Apa targetyang ingin dicapai dari pengimplementasian Prolanis di FKTP?

2. Bagaimana ouput yang diharapkan dari pelaksanaan Prolanis di FKTP?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian Prolanis di

FKTP?

Universitas Sumatera Utara


148

Lampiran 2. Tabel Observasi Sarana dan Prasarana Prolanis

No Sarana/Prasarana Ketersediaan Kondisi


Ada Tidak Baik Rusak
1 Ruang praktik dokter  
2 Lapangan puskesmas  
untuk kegiatan senam
3 Ruang pemeriksaan  
tekanan darah, IMT,
dan gula darah
4 Timbangan berat badan  
5 Tensi meter  
6 Alat pengukur gula darah  
7 Buku pemantauan status 
kesehatan peserta 
8 Taperecorder  
9 Loudspeaker  
10 Komputer  
11 Printer  
Sumber: Profil Puskesmas Parsoburan Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


149

Lampiran 3. Matriks Wawancara

Input

1. Bagaimana ketersediaan sumber daya manusia (SDM) pelaksana Prolanis di

Puskesmas Parsoburan

Informan Pernyataan Informan

1 “Sebenarnya enggak ada tim khususnya cumaan setiap


orang yang terlibat dalam memberi pelayanan sama peserta
Prolanis sudah dianggap menjadi bagian dari tim Prolanis terpadu,
itu ada orang laboratorium periksa kadar gula darah, perawat yang
periksa tensi dan IMT, dan petugas P-care. Tapi ini belum ada SK
sahnya. Kalau untuk pemeriksaan rutin sebenarnya cukupnya
karena ada 8 perawat kami, ya cuman itu, kalau untuk monitoring
dalam pemantauan status kesehatan peserta satu petugas itu enggak
ada dikasi tupoksi secara khusus untuk mengelola peserta Prolanis.
Ya kalau untuk menensi, periksa gula ya dikerjakan kaya pasien
umum biasanya, aku dibantu perawat yang lagi tugas di BP, tapi
perawat di BP sebenarnya enggak ada tupoksi khusus ke Prolanis,
cuman karna pelayanan pemeriksaan kesehatan peserta Prolanis
disamakan pelayananya sama pasien umum makanya perawat di
BP yang menensi, ukur IMT, mereka anggap kaya pasien biasa aja.
Enggak ada petugas khusus untuk pemantauan peserta Prolanis
seperti rekapiulasi data monitoring perkembangan kesehatan
pasien, edukasi juga, dan reminder, itu aku semua. Karena siapa
lah yang membantu ya, tanya kapuslah, aku kerja sendiri untuk
pemantauan, makanya udah lama kalau pemantauan itu enggak lagi
ku laporkan, ya sebisanya aku ajalah ku kerjain. Ya gimanalah, kan
pekerjaan di puskesmas kan udah banyak, ya kadang kadang
petugas itu sudah tidak sesuai dengan tupoksinya, kaya bidan
terkadang di pendaftaran , sudah banyak tugas ganda, ya inikan
tidak ada petugas khusus untuk Prolanis.”
2 “Tim Prolanis terpadu, apa itu dek? o, sebenarnya ada juga
dek, tapi enggak langsung kita bentuk langsung tim gitu, kaya
Prolanis dia kan udah ada dokternya, kalau perawatnya adanya
yang di BP itu adanya lab nya, sebenarnya udah ada sih tim itu
walaupun istilahnya iniloh tim kami enggak seperti itu, memang
udah ada tapi enggak khusus, ada dibuatkan satu SK, pokoknya kan
karna pelayanan Prolanis ini dijadikan pelayanan pasien secara
umum ya kan siapa yang terlibat dalam pelayanan itu udah
dianggap dia termasuk bagian tim kan, kaya petugas P-care dia
udah termasuklah dia, kaya senam, kegiatan senam ada dokter Olga
yang menggerakkan tapi kan dokumentasinya dibantu sama perawat

Universitas Sumatera Utara


150

di BP kalau lagi tugas, memang pelaksanaannya memang harus


dilakukan tim tapi enggak ada lah dibilang secara tertulis inilah tim
Prolanis kami enggak ada. Tapi secara kerjanya ya tim, kalau
dokter Olga aja ya enggak sangguplah dia itu, dia yang menensi,
dia yang ngasih obat kan, udah tim sebenarnya. Tapi perlu juga itu
dibuatkan kan nantilah kita bilang, bagus juga itu, dibuatkan SKnya
kan, siapa-siapa aja yang terlibat, ya bagus juga memang. Kami
enggak kepikiran itu loh, nantilah kita usulkan sama kapus ya, bu
aku punya saran gitu, ya udahlah cocoklah itu dek, dari banyaknya
peserta ini kan perlu juga ada tim. Kaya posyandu gitu kan dek,
biar lebih bertanggung jawab juga, ya cuman belum kami buat
memang itu ya namanya kami juga enggak tau.
SDM Pelaksana Prolanis ya dicukup cukupkan lah dek, apa
yang ada. Kaya manalah ya kalau misalnya kita bilang kurang, ya
kurang, tapi selama ini masih bisa lah diupayakan tetap berjalan
dengan baik, kaya mana ya, kita kan ada juga angka beban kerja
yang dihitung ada rumusnya, berapa perawat yang perlu, bidan
yang perlu tidak mungkin asal mengambil pegawai kan, karna kan
ada Permenkes juga yang mengatur tentang SDM di puskesmas.
Permenkes 75, dengan puskesmas yang begini sebaiknya
pegawainya berapa kan gitu, jadi ada perhitunganya jadi kita tidak
bisa asal asal merekrut pegawai. Jadi SDM yang ada disini ya
itulah yang dioptimalkan, ya seoptimal mungkinlah dimanfaatkan.”
3 “SDM pelaksana Prolanis sudah mencukupi meskipun
minim banget, minim dalam artian yang jalannya itukan
penanggung jawabnya dokter Olga, jadi kalau dalam
pelaksanaannya itu yang bantu dokter Olga mereka perawat
berganti-gantian, kalau dalam hal pemantauan memang ada
penanggung jawab khusus untuk JKN secara keseluruhan (Program
JKN) tapi untuk khusus Prolanis sih tidak ada, tapi secara
keseluruhan ada yang membantu dokter Olga, contohnya untuk
ambil foto, absen peserta, itu gantian yang ada disini yang ada di
poli, perawat yang ada sama dokter Olga itu mereka yang
bergantian membantu dokter Olga. Kalau cukup enggaknya sih
sebenarnya enggak cukup, cuman saya kurang tenaga juga, jadi
yang sangat fokus itu adalah dokter Olga, setiap hari Rabu dan
Jumat ada senam, untuk pemeriksaan berkala ada dibantu sama
petugas lab, trus kalau masalah pengetikan data peserta itu dibantu
sama Ibu Doris yang PIC nya JKN sekarang, untuk sementara ini
memang saya rasa cukupnya mereka, cuman memang untuk
pelaksanaan pemantauan ini, dokter Olga agak repot karna
banyaknya peserta.”
6 “Tim Prolanis terpadu maksudnya dek? kalau yang
mengelola Prolanis itu dokter lah dek, kalau aku hanya ikut periksa
tensi gitu lah dek, itupun karna aku sebagai perawat yang
ditugaskan di BP dek, kalau SK sebagai bagian dari tim Prolanis

Universitas Sumatera Utara


151

apa tadi itu dek? tim Prolanis terpadu ya, enggak ada dek, ya
karna aku perawat di BPnya makanya ikutlah aku terlibat dalam
periksa pasien dek, karnakan pelayanan periksa peserta Prolanis ini
dijadikan bagian pelayanan pasien umum dek, jadi enggak peserta
Prolanis aja kami layani semua pasienlah, selain itu enggak ada
lagi tugas ku, cuman tensi itulah dek kalau untuk peserta Prolanis,
sebatas itu aja, oh satu lagi lah mencatat untuk setiap peserta yang
berobat disini ada spesial register kami dek di buku BP tapi itu
untuk semua pasien yang datang berobat enggak khusus Prolanis
pokoknya siapa ajalah yang datang berobat ke puskesmas kami
catat di buku BP dek.”
7 “Tim Prolanis terpadu, kurang ngerti aku dek, dokter Olga
yang ngerti itu dek, pokoknya karna aku perawat yang tugas di BP
ya waktu kami piket kakak menensi semua pasien lah, enggak
cuman Prolanis aja, semua pasien dek.”
13 “Tim Prolanis terpadu ya tim yang dibentuk puskesmas atau
FKTP pengelola Prolanis untuk melaksanakan kegiatan kegiatan
Prolanis dek, Tim Prolanis terpadu itu dokter pengelola Prolanis
lah pastinya dek, PIC Prolanis untuk melaporkan bukti pelaksanaan
senam dan edukasi tiap bulan secara online kan biar bisa di
klaimkan, dan perawat. Tergantunglah, tergantung kebutuhan
mereka di puskesmas. Enggak ada keharusan harus ada ini atau itu,
jumlahnya sekian itu enggak ada, ya pengelolaan puskesmas
sendirilah tergantung kebutuhan mereka mau buat siapa aja dalam
tim Prolanis terpadu yang penting tugas-tugas tim Prolanis terpadu
dijalankan.”

2. Bagaimana pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola

Prolanis?

Informan Pernyataan

1 “Pelatihan untuk petugas Prolanis hanya untuk dokter,


itupun enggak lagi, waktu awal awalnya dibentuk tahun 2013
sampai 2014 itu masih, karena masa memperkenalkan Prolanis ke
FKTP sekarang enggak pernah lagi. Sekarang ada namanya
mentoring, berbentuk diskusi sama dokter spesialis, dan itu
diadakan setahun sekali, apa yang kurang tau bisa kita tanya sama
dokter spesialisnya, nantikan ada diundang dokter spesialis
penyakit dalam, nah disitu kita bisa tanya tanya sama dokter
pengelola Prolanis di FKTP lain juga.”
2 “Kalau pelatihan untuk PIC Prolains selama ini tidak
pernah dilakukan paling dokter aja, tapi kalau pertemuan-
pertemuan mau dilakukan. Pertemuan tentang apa dipanggillah

Universitas Sumatera Utara


152

kita, biasanya membahas tentang program Prolanis ini juga tentang


apa yang harus dilakukan. Tidak ada rentang waktunya biasanya
kalau ada hal hal perlu yang mau disampaikan ya diadakan
pertemuan , tapi itu tergantung mereka.”
3 “Kalau untuk Prolanis itu hanya untuk hipertensi dan DM
nah, kalau untuk melayani hipertensi dan DM itukan bagian dari
pelayanan dasar di puskesmas juga jadi ya sampai saat ini ya kalau
untuk pengembangan ilmunya sih dari BPJS, yang biasanya ikut
pelatihan adalah dokter dan kadang ada pertemuan hanya PICnya
aja.”
6 “Belum dek, enggak pernah ada pelatihan dari Prolanis
untuk kami perawat di BP.”
13 “Pengembangan yang dilakukan jadi tahun 2012 mereka ini
awalnya diikutkan pelatihan dokter pengelola peserta Prolanis ini
diikutkan pelatihan namanya PPDM dan PPHT yaitu Program
Pengelola Diabetes Mellitus dan Program Pengelolaan Hipertensi
jadi mereka diikutkan ada pelatihan sendiri, tapi itu sudah lama
sekarang itu programnya sudah tidak ada lagi, jadi bagaimana
kami menambah pemahaman mereka kami ada namanya mentoring
spesialis. Mentoring spesialis ini kami mengumpulkan dokter
pengelola Prolanis kemudian kami undang dokter spesialis, yang
sudah pernah kami lakukan itu penatalaksanaan penyakit jantung
jadi bagaimana penyakit jantung ini bisa dikelola di faskes tingkat
pertama itu ada transfer knowledge dari dokter spesialis penyakit
jantung, kemudian sudah pernah kami lakukan juga
penatalaksanaan DM melalui penggunaan insulin, kemudian
hipertensi juga sudah. Kita udah beberapa kali melaksanakan
mentoring spesialis jadi mengundang dokter spesialis yang berbeda
kadang kadang paru juga sudah pernah, dokter panyakit dalam,
kemudian dokter spesialis jantung, itu juga sudah pernah kita
undang untuk transfer knowledge untuk mereka dan yang terahir ini
yang kami laksanakan itu di Parapat, dokternya internis juga disitu
disampaikan juga hal-hal apa yang perlu diperhatikan FKTP
sehingga pasien ini bisa terpantau kesehatannya, tapi ini untuk
dokter FKTP pengelola Prolanis.”

3. Bagaimana sarana dan prasarana kebutuhan pelaksanaan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan

Informan Pernyataan

1 “BPJS kan sudah bayar kapitasi kitalah yang mengatur itu


kita buat permohonan untuk alat kaya pengukur tensi, alat pengukur
gula dari dinas semua, sound sistemnya juga belinya pake dana

Universitas Sumatera Utara


153

kapitasi lah. Nantikan kita membuat permohonan untuk alat alat,


kan uang kapitasi itukan dibagi untuk jasa berapa persen, alat-alat
berapa persen tapi kan kita hanya mengajukan aja ke dinas,
nantikan yang membelinya dinas kesehatan trus nanti dinas ngedrop
peralatannya ke puskesmas. Tahun ini peralatannya lengkap dan
berfungsi dengan baik tapi kalau tahun tahun kemaren ada juga
pernah juga dapat alat pengukur tensi yang rusak, ya gitu lah.
Kalau untuk senam pernah tapenya rusak jadi mereka ganti itu dari
kas mereka, jadi dulu mereka ada buat uang kas, uang itulah beli
tape dan itulah yang dipake sampe sekarang. Kalau yang dari BPJS
Kesehatan ya paling buku pemantauan status kesehatan peserta
Prolanis itu ajalah, setiap peserta dapat satu satu, untuk menulis
resep obat yang mau diambil ke apotek itu.
Pelaksanaan edukasi klub Prolanis di lakukan di halaman
puskesms itu, kadang selesai senam ya kumpul lah di pekarangan
itu peserta, duduk duduk mereka di depan itu sambil mendengarkan
aku penyuluhan. Kalau untuk pelaksanaan edukasi peralatannya ya
biasa ajalah aku ngomong pake microphone, kadang kadang mau
pake layar LCD, proyektor, sama microphone,adanya punya kita
cuman kan ribet kali kalau pake gitu giruan tapi kalau mau dipake
ada. Itu juga dibeli pake dana kapitasi Puskesmas, kan ada
persentasenya dia penggunaan dana kapitasi itu ada berapa persen
untuk jasa ada berapa persen untuk sarana dan prasarana
puskesmas kan gitu, kalau untuk reminder ya pake heandphone ku
sendirilah orang aku yang mengesemes orang itu, pulsanya ya aku
sendiri, kan kalau dana snack kan enggak semua lah habis dibelikan
makanan ya dikelola lah sebisanya untuk kegiatan lain misalnya
kaya gini beli pulsa untuk reminder, ya pande pande kitalah kaya
mana biar jalan program.”
3 “Kan kita punya dana JKN, yaitu dana kapitasi. Kalau
untuk Prolanis itu hanya untuk hipertensi dan DM nah, kalau untuk
melayani hipertensi dan DM itukan bagian dari pelayanan dasar di
puskesmas jadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sama
seperti pelayanan seperti pasien umum seperti tensi meter, alat
pengukur gula darah. Untuk itu peralatan yang diperlukan berasal
dari dinas kesehatan menggunakan dana kapitasi puskesmas dan
selama ini kami rasa cukup. Selain itu juga kaya keperluan
komputer, printer kan itu perlu untuk pelaporan pasien pake dana
kapitasi puskesmas juga, tapi peralatan seperti tape itu pernah
puskesmas tidak bisa menyediakannya lalu peserta menggunakan
dana dari swadaya, mereka patungan. Mereka itu seperti punya
STM, jadi mereka perbulannya ada iurannya jadi kemaren
puskesmas pernah tidak bisa memenuhi kebutuhan tape itu , jadi
mereka beli sendiri.”
4 “Pelayanan periksa GDS itu gratis dek untuk peserta
Prolanis sekali sebulan, kalau untuk keperluan alat-alat periksa

Universitas Sumatera Utara


154

GDS itu nanti kakak usulkan kebutuhan permintaan pengadaan alat


ke bagian obat-obatan puskesmas dek, terus nanti kakak yang ada
di bagian obat obatan itu yang ngusulkan ke dinas kesehatan
langsung, sekali sebulan kita usulkan, datangnya alatnya pun sekali
sebulanlah. Kecukupan alat pengukur gula darah sejauh ini enggak
ada kekurangan, aman aman aja, selalu tersedia cukup juga stiknya,
kakak rasa cukup sih dek apalagi tahun ini.”
9 “Disini kan hanya ada cek gula darah sekali dalam sebulan
jadi selama ini enggak pernahlah tidak dilakukan pengecekan gula
darah karena masalah tidak ada alatnya tersedianya selalu.kalau
untuk tensi ditensinya ada alatnya, untuk senam pun adanya tape
kita dek.”
10 “Sarana prasarana saya rasa cukup, pemeriksaan gula
darah yang dilakukan sekali dalam sebulan itu rutin dilakukan pere
pere, kadang ada datang dari luar entah dari perusahaan sambil
jualan produksi, pere pemeriksaan gula darah kadang ada juga
sekali kali. Kalau dari puskesmas rutin sebulan sekali alat untuk
pemeriksaan pun terusnya ada, tensi pun adanya, timbangan.”
11 “Kalau peralatan disini ya paling kalau menurutku kaya
aku untuk tensi, selalunya ditensi, belum pernah rusak jadi enggak
jadi tensi, kalau senam adanya tapenya, bisanya kami senam
lancar.”
13 “Standar sarana dan prasarana Prolanis enggak ada dek.
Ya paling peralatan untuk menensi, ukur IMT, gula darah, senam,
sama edukasi. Jadi peralatan kaya gitu udah ada di puskesmas,
kalau dari BPJS Kesehatan sendiri enggak ada menentukan standar
sarana prasarananya. Jadi puskesmas lah yang menyesuaikan
kebutuhan program sama sarana prasarana yang harus ada apa aja
biar jalan kegiatannya.”

4. Bagaiamana biaya operasional kegiatan Prolanis di Puskesmas Parsoburan

Informan Pernyataan

1 “Beberapa kegiatan Prolanis dibiayai dari BPJS, kaya


untuk kegiatan edukasi, senam sama snacknya. Klaimnya kaya gini
lah kalau senam harus ada absennya, instruktur senam yang
dibayar harus ada tanda tangan instruktur senamnya, kemudian
snack. Trus kegiatan edukasi sebulan sekali itu untuk uang jasa
narasumbernya BPJS yang nanggung. Tapi untuk kegiatan
pemeriksaan rutin bulanan untuk peserta yang diabetes itu dari
kapitasi kayanya, enggak pala paham aku danaya dari mana
pokoknya dinas kesehatan lah yang menyiapkan stiknya sama alat
tensi bukan dari BPJS Kesehatan, eee,,,,jadi setiap sebulan sekali
digratiskan bagi peserta Prolanis sama juga kaya alat-alat tensi

Universitas Sumatera Utara


155

semuanya, enggak pernah kami klaim ke BPJS, dari kapitasi itulah,


dulu waktu Askesnya itu dibayar tersendiri uang periksa gula
darahnya, sekarang BPJS Kesehatan enggaklah, kalau dana home
visit khusus Prolanis kan kita enggak ada, tapi kita buat ke PHN,
itu pakek dana BOK untuk transportasi petugas lah istilahnya,
kalau untuk klaimnya, hah gini, nantikan kita udah masukin
laporan klaim, harus ada perjanjiannya kan, diketahui dinas
kesehatan, ditandatangani kepala dinas, jadi kaya aku penanggung
jawab program disini kan, uangya dikirim ke rekening, jadi ini
laporan pelaksanaan kegiatan aku masukkan, jadi mereka ngirim
uangnya ke rekening ku. Kalau dulu pernah kitalah yang ini ke
kantor ngambil uangnya, jadi masuk laporan dibayar, tapi udah 2
atau 3 tahun ini udah nggk boleh, jadi uangnya harus ke rekening,
jadi buktinya itu kiriman rekening gitu.
Edukasi 300 ribu sebulan sekali per grup. Disinikan ada
dua klub, klub Rabu dan klub Jumat kan makanya aku masih
lumayanlah minimal 600 didapet kan, tapi itu uang edukasi, tapi
kalau kek pemantauandan pemeriksaan lain lainnya ya aku nggak
dibayar, ya dianggap menjadi kewajiban dokterlah. Pembicaranya
boleh dokter, orang gizi, dokter spesialis, biayanya tetap segitu
entah siapapun yang ngasih penyuluhan biayanya segitu
digantinya, selain biaya pembicara ada juga biaya untuk snack
para peserta sama kaya senam, jadi gini hitungannya sebenarnya
itu dia 5000 per orang tapi dia maksimal penagihan 200 ribu per
klub. Kaya aku biasanya hari Rabu itu bisa sampe 50 atau 60
orang yang datang kalau kali 5000 kan udah 300 ribu, tapi tetap
maksimal yang boleh ditagihkan maksimal 200 tapi kalau dia 20
orang yang datang maka uang ditagihkan 100 ribu lah. Jadi jumlah
biaya snack yang boleh ditagihkan itu 5000 perorang tapi
maksimal yang boleh ditagihkan 200 ribu. Semua perawat ikut
dalam kegiatan Prolanis, pokoknya siapa yang bertugas di BP,
Perawat ya dia ikut untuk memeriksa pasien Prolanis, itu nggk ada
uang jasanya ya paling gitu ajalah kalau beli snack sama-sama
makan.
Kegiatan senam, biaya dari BPJS Kesehatan juga, di luar
paket kapitasi, jadi biaya instruktur sekali senam itu 150 ribu, terus
snack untuk peserta sama kaya kegiatan edukasi klub prolanis 5000
per peserta tapi batas maksimal pengklaiman 200 ribu aja, tapi
pencairan dana klaim itu enggak rutin gitu loh, enggak tepat
waktu perbulan dikirim, kadang mau per 3 bulan atau bahkan 4
bulan sekali baru dananya datang, pernah sampai 7 bulan. Tidak
pernah dana yang di klaim langsung cair, jadi dari pada nggak
jalan lebih baik aku yang mendahulukan tapi nanti pasti dibayar
sama BPJS. Tapi itupun peraturannya berubah ubah dulu dikirim
ke rekening ku langsung sekarang harus dari rekening puskesmas,
makanya pernah itu enggak bisa dicairkan dananya gara gara

Universitas Sumatera Utara


156

peraturan baru itu, sampe 7 bulan padahal udah banyak uangku


masuk. Yh gitulah sebulan itu kemaren enggak ada senam. Berenti
senam Prolanis itu sempat. Ya gimanalah ya kan, sedangkan udah
enggak bayar apa-apa, dikasih lagi snack masih banyak peserta
yang enggak datang apalagilah kalau bayar sendiri mereka untuk
instruktur terus enggak ada snacknya. Reminder itu mana ada
biayanya, jadi uang beli pulsa untuk nge SMS peserta itu pake dana
sisa klaim snack peserta yang senam sama edukasi yang udah
dibayarkan sama BPJS lah dek, itulah yang kami kelola sebaik
baiknya kaya mana biar cukup, ya dicukup cukpkan lah dek.”
2 “Pakai dana apa ya kalau untuk kegiatan pemeriksaan gula
darah rutin Prolanis, ya dana obat-obatan dari dinas lah dek. Itu
dari dinas kesehatan langsung dek, alat-alatnya termasuk stiknya
juga. Dana dari DAK lah, DAK orang itu dinas kesehatan, jadi kita
amprahlah sesuai dengan kebutuhan kita, kalau ada stok mereka ya
dikasih, ya tapi jumlahnya terbataslah, tapi kalau selama ini untuk
kebutuhan pemeriksaan gula iya cukup. Jadi pengadaanya orang
lab nanti kan mengusulkan kebagian obat berapa stick yang mereka
perlukan, terus disusulkan apoteker bagian obat-obatan lah nanti
ke dinas kesehatan, biasanya itu permintaannya dikirim sebulan
sekali dan pengadaannya juga sebulan sekali dek. Dana senam dan
edukasi itu baru dana langsung dari BPJS Kesehatan dek, caranya
jadi kami buat proposal, jadi selesai semua kegiatan Prolanis
selama sebulan itu maka kami buatlahlah proposal klaim dananya,
tapi cairnya tidak tau kapan.”
3 “Kalau untuk senamnya yaitu instrukturnya masih dibantu
sama BPJS Kesehatan diluar dana kapitasi. Kalau dari bpjs
kesehatan, pendanaan mereka di luar paket kapitasi ada mendanai
kegiatan senam yaitu uang jasa instruktur dan snacknya, kegiatan
edukasi juga sekali sebulan dengan dokter Olga. Kalau home visit
kita pake dana BOK, pokoknya kalau kegiatan perkesmas pake
dana BOK, kegiatan reminder itu enggak ada dananya, kalau untuk
dana pemeriksaan gula darah rutin peserta Prolanis itu dari dinas
kesehatan langsung. Kita akan kirim kebutuhan pengadan alat
untuk periksa gula darah, nanti dari dinas kesehatan akan kirim,
bukan dari dana kapitasi, jadi dia ada kaya rapid test gitu dari
dinas, dari situlah kitapakai alat untuk periksanya bisa sih di
combain dengangan dana kapitasi tapi karna kebutuhan
pemeriksaan sekarang masih bisa dicukupkan dengan alat dari
dinas kesehatan ya pakai itu aja dulu. Enggak ah, enggak ada itu
dari dulu kebutuhan dari pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
labnya itu dari puskesmas, karna kan sebenarnya udah kaya bagian
dari pelayanan puskesmas secara umum dia, jadi digratiskan bagi
peserta Prolanis yang kena diabetes mellitus sekali dalam sebulan.
Kecukupan pendanaan ya standarnya ya cukuplah, tapi kalau
sebaiknya bisa dikembanganlah apalagi biaya snacknya kalau bisa

Universitas Sumatera Utara


157

di tambahlah.”
9 “Enggak, enggak ada iuran dana apa apa, semua gratis,
periksa kita gratis, obat gratis.”
11 “O, dulu pernah ada diminta katanya uang untuk potokopi,
tapi itu dulu waktu mula-mula, sekarang enggak ada lagi.”
13 “Pembiayaannya, memang dari awal semua kami biayai
senamnya, kemudian instrukturnya, kemudian konsumsi, tapi
sekarang sudah banyak yang mandiri. Mandiri artinya mereka kan
sudah kami bayarkan biaya kapitasi jadi mereka pakai itu. Kalau
sebelum sebelumnya sampai 2018 mereka semuanya ngajukan
klaim ke kita, nah tahun 2019 sebagian besar mereka sudah
menggunakan anggaran sendiri mungkin karena masalah
keterlambatan jadi mereka diluankan, kalau di Pematangsiantar
masih ada kami bayarkan diluar kapitasi nah Parsoburanlah salah
satu diantaranya. Kalau untuk edukasi kita bantu honor untuk
dokter, honor untuk dokter ini bervariasi ya mungkin enggak perlu
kalilah nominal, karna kita konsepnya fokus di konsep Prolanis
kalau nominal mungkin tanda kutiplah itu.
Variasnya tergantung ketersediaan anggaran cabang, jadi
bukan suatu hal patokan misalnya di puskesmas Parsoburan kami
kasih misalnya 300 misalnya setiap kali dokter melakukan kegiatan
edukasi, puskesmas lain belum tentu segitu apalagi di cabang lain,
ya yang pasti tadilah ada bantuan honor pelaksana eduksi dan
konsumsinya ya kita bantu sesuai dengan jumlah peserta mereka
berapa, nah misalnya satu orang peserta unit costnya itu misalnya
5000, nah kalau yang sering hadir di mereka itu hanya sekitar 30
orang berarti kami bantu mereka 150 ribu setiap kali senam, tapi
kalau misalnya pesertanya 20 ya dikalikanlah sama unit costnya.
Kami punya batas maksimal setiap kegiatan tapi berbeda setiap
tahunnya tahun ini mungkin 5000, tahun depan belum tentu itu
5000, jadikan kami bervariasi tergantung ketersediaan anggaran
dana, kalau untuk kegiatan senam kita biayain instrukturnya, snack
ya itu dia.
Sistemnya mereka mengajukan klaim ke kita tapi setelah
mereka melakukan kegiatan, mereka ajukan klaim ke kita, tapi
kalau masalah keterlambatan mereka udah pahamlah dek, rumah
sakit yang miliaran aja kami membayarnya terlambat, semua
tergangung ketersediaan anggaran dana cabang. Sistem
pembayaran kami yang mana yang laporan klaim yang masuk
diluan itu yang diluan kami bayar jadi first in first out. Kalau untuk
masalah pembayaran klaim yang sering terlambat, sebenarnya
bukan hanya prolanis saja yang terlambat, pembayaran klaim ke
rumah sakit pun kami sering terlambat, saya pikir semua orang
sudah tau ya kondisi BPJS Kesehatan saat ini seperti apa, tapi
pasti kami bayarkan meskipun terlambat. Kalau untuk pemeriksaan
penunjang bisa di klaimkan dek sama kami, cuman selama ini

Universitas Sumatera Utara


158

belum ada puskesmas yang mengklaimkan, mungkin dana kapitasi


kali ya mereka pakai, karnakan kapitasi mereka juga
banyaknya,alasannya ya macam-macamlah mungkin ya, tapi kalau
di klaimkan ya pasti kami bayar juga.
Home visit ini merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama, jadi Prolanis itu bukan
berdiri sendiri, artinya dia bukan jadi lembaga khusus, itu masih
tetap menjadi bagian dari Puskesmas Parsoburan, nah di
Puskesmas Parsoburan itu kan banyak kegiatan ada yang promotif
preventif, ada yang kuratif, nah di dalam biaya yang sudah kami
bayarkan setiap bulan ke mereka sudah termasuk itu ke bagian
promotif dan preventif. Prolanis inikan bagian dari promotif dan
preventif, nah ketika mereka melaksanakan home visit, sebenarnya
dia telah menjalankan tugasnya sebagai puskesmas, bukan karena
Prolanisnya demikian pula dengan reminder.”

Proses

5. Bagaimana pelaksanaan konsultasi medis Prolanis di Puskesmas Parsoburan

Informan Pernyataan Informan

1 “Kegiatan konsultasi itu, dilakukan disini, setelah


pemeriksaan rutin bulanan, ya setiap pasien bebas
mengkonsultasikan apa yang dia rasakan, tapi ada misalnya dia
peserta baru, peserta itu enggak rajin datang, atau peserta itu
enggak rutin ngambil obat, enggak rutin periksa, makanya waktu
kaya itulah kami agak cerewet. Terkadang dari status pasien
peserta itu kan nampak, kapan dia terahir kunjungan, jadi
walaupun peserta itu datannya 2019 setelah sebelumnya dia
kunjungan terahirnya di tahun 2017 jadi tau kita, jadi disitu lah kita
sekalian tanyai dia kemana selama ini, kenapa enggak pernah lagi
datang. Jadi setiap bulannya bebas mereka bertanya waktu
konsultasi itu, tapikan respon pasien ini berbeda beda ada yang
udah pintar dia, udah tau dia kaya mana kalau tekanan darah atau
gula darahnya naik, ada yang ketakutan kalau udah naik, ada yang
enggak peduli, gitulah. Konsultasi Prolanis ini enggak ada bedanya
sebenarnya sama konsultasi pasien umumnya, sama saja, tapi kalau
dia yang Prolanis sebenarnya wajib seenggaknya sekali sebulan
lah.”
9 “Saya rutin datang ke puskesmas melakukan pemeriksaan
gula darah sekali dalam sebulan. Saya datang ke puskesmas ini
kan, sebelum ketemu dokter tentunya di cek dulu gula darah saya,
berat badan dan tinggi badan, kemudian nanti bertemu dokter
ditanya keluhannya, konsultasinya begitulah. Saya merasa puas

Universitas Sumatera Utara


159

saat konsultasi karna kan dokter ini ramah, kita dikasih buku nanti
disitu dokter tulis resep obat kita. Kalau di buku ya kita isikan apa
yang dibilang dokter sekalian untuk mengambil obatnya buku itu
dibawa ke apotik.”
10 “Saya sudah ikut Prolanis sejak 2014, ya memang selalu
ada konsultasi, diperiksa dulu kan gula darah, baru tak berapa
lama lagi dipanggil ke dokter, trus ditanyai kenapa tinggi ini, wah
keenakan makan, kok kaya gitu, trus kita diingatkan sama dokter,
kita kurangilah, misalnya makan kue pasti naik, kalau makan kue
entah apa cukuplah dua keping aja udah. Selalu kita diberi petunjuk
supaya kita jangan tambah penyakit itu , ya itulah kurangi makan,
nasi itu banyak gula, gula pasir jangan diminum lagi, itulah
sarannya dokter. Saya merasa senanglah ada dikasih petunjuk
seperti itukan, coba kalau tidak jangan jangan sudah matipun saya
ini, kalau buku itu dokter yang ngisi saya tidak pernah, ditulis
obatnya sama dokter ya udah.”
11 “Kalau aku dek dalam sebulan itu ada 3 kali datang
kepuskesmas, bah siap senam langsung aku periksa, disitu
konsulatasilah sama dokter apa keluhan kita. Dokter bilang jangan
sembarangan makan, tapi kalau aku rasa ya bukan makanan aja,
pikiran terutama yang paling kuat membuat naik tensi ini, bandal
aja anak udah jadi pikiran kan, manalah bisa enggak berpikir.”
12 “Kalau enggak ada keluhan ya enggak ku sampaikan,
kadang kita hanya minta rujukan aja. Kalau ada keluhan ya kita
kasih tau kan, kalau tadi keluhannya agak berat ya dirujuk lah kita
ke Rumah Sakit Harapan atau ke Rumah Sakit Tentara. Hal yang
paling sering dianjurkan dokter kalau konsultasi ya dijagalah
makannya.”

6. Bagaimana pelaksanaan edukasi klub Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Edukasi khusus untuk Prolanis kita ada, kalau metode


yang kita pake biasanya ceramah gitu kan, biasa aja kaya orang
lagi ngasih pengumuman gitu, apa-apa yang perlu ya disampaikan
kepada peserta. Edukasi peserta Prolanis dilakukan sekali sebulan
untuk masing-masing klub, kan disini ada 2 kub. Jadwal
pelaksanaan kegiatan edukasi tidak ada jadwal pasti, terserah aku
aja. Emang mustinya ada jadwal pasti kan, kaya dulu di minggu
ketiga tapi sekarang kapan aku sempatnya aja baru ku buat
edukasi, karna kan pasien banyak . Misalnya pas ada waktu dan
ada bahannya, bisa saja baru selesai senam, bapak ibu sini-sini
kumpul sebentar ada penyuluhan ya, gitu, makanya tidak semua
peserta bisa dapat edukasi, makanya kurang efektif. Peserta

Universitas Sumatera Utara


160

kegiatan edukasi kesehatan memang tidak dibagi berdasarkan jenis


penyakit, karna peserta tidak dibagi berdasarkan penyakit maka
pokok pembahasannya lah yang dibagi contohnya minggu ini
tentang hipertensi minggu depannya tentang diabetes gitu aja,
pokoknya yang berkaitan dengan kesehatan lah tergantung
kebutuhan, kalau kendala pelaksanaan di dana lah, pernah edukasi
ini enggak ada, bulan lalu lah itu karna dana klaim dari 7 bulan
lalu enggak bisa cair karena prosedur pencairan dana klaimnya
berubah tapi kami enggak tau kan, jadi sempat kami hentikan
senam sama edukasi ini.”
2 “Pelaksana edukasi Prolanis itu biasanya sekali dalam
sebulan. Biasanya dilakukan di salah satu jadwal selesai senam, itu
langsung edukasi, jadi materinya itu dokter yang pilih, misalnya
materi apa yang cocok dengan mereka ini, misalnya kalau
hipertensi ya tentang hipertensi, tapi enggak berulang -ulang ya
berganti- gantilah materinya tiap bulan lokasinya pun dilakukan di
puskesmas ini di lapangan itu juga.”
5 “Kalau pelaksanaan kegiatan edukasi medis dilakukan
kegiatan edukasi kelompok bagi peserta Prolanis, biasanya
diadakan sekali sebulan atau satu kali dalam dua bulan,biasanya
dilakukan setelah kegiatan senam, langsung dilapangan itu dia
lanjut, cukupnya tempatnya, sedangkan senam aja cukup kan
apalagi lah kalau edukasinya, duduk orang itu di lapangan itu, ada
yang duduk di teras puskesmas, ada yang ngambil kursi dari dalam.
Pemateri yang melakukannya adalah dokter Olga. Biasanya
kegiatan ini membahas seputar penyakit kronis lah.”
9 “Kan abis senam edukasi kelompok dilaksanakan, kalau
apa hal hal yang penting menurut dokter ya disampaikanlah setelah
senam itu, biasanya tentang hipertensi, diabetes, jantung, ya itulah.
Kalau saya pas siap senam ada kegiatan ini ya saya ikutilah.
Selesai senam mau langsung edukasi.”
10 “Ada, ada kegiatan penyuluhan, contohnya penyuluhan satu
penyakitlah jantung, diceritakan oleh dokter, begini-begini, kalau
kita sudah penyakit jantung janganlah dimakani yang berlemak,
begini begitu. Saya rutin mengikuti kegiatan edukasi ini, pokoknya
setiap ada kegiatan edukasi saya ikutin lah, jadi kegiatan edukasi
kami ini sekali dua bulan lah, pokoknya tentang penyakit kronis,
seperti diabetes dan hipertensi.”
11 “Kaya penyuluhan gitu, dokter mau kadang datang ke
posyandu lansia, tapi kalau disini aku belum pernah, siap senam
kalau enggak periksa aku pulang. Tapi kalau di lansia aku mau ikut
penyuluhan sama dokter ini.”
13 “Kegiatan edukasi itu sekali sebulan untuk satu klub,
pembiayaannya dari kita. Edukasi itu akan menambah wawasan
mereka mengenai kesehatan contohnya untuk yang diabetes mellitus
akan diajari tentang diet yang benar seperti apa, atau cara

Universitas Sumatera Utara


161

merawat kaki yang sedang luka, kan diabetes sangat rentan dengan
luka, kalau luka kan susah sembuh, nah bagaimana cara
perawatannya, kemudian olah raga apa yang cocok dengan mereka,
nah ini kalau yang kami lihat sih sangat sangat bermanfaat bagi
mereka”

7. Bagaiaman pelaksanaan pemantauan status kesehatan peserta Prolanis di

Puskesmas Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Dalam kegiatan pemantauan status kesehatan peserta,


yang dilakukan itu pemeriksaan rutin terhadap tekanan darah dan
gula darah peserta, pokoknya sekali sebulan peserta yang datang,
ya diperiksa ,ditensi dan gulanya. Sebulan sekalilah jatahnya,
kalau mau lebih peserta harus bayar, memang begitu. Pemeriksaan
gula darah rutin yang dilakukan di puskesmas adalah
pemeriksaaan GDS, tapi ada juga pemeriksaa HBA1C perenam
bulan bagi peserta Prolanis yang menderita diabetes mellitus, dan
sekali setahun. Ada juga pemeriksaan fungsi ginjal dan kolestrol
lengkap untuk penderita hipertensi dan diabetes mellitus, tapi yang
ini dilakukan di Prodia. Terus hasil pemeriksaan rutin bulanan itu
di laporkanlah ke apliksasi P-care sama dicatat di buku status
pasien. Hasil pemantauan semua peserta Prolanis ini nanti direkap
dalam satu catatan, untuk melihat bagaimana perkembangan
tekanan darah dan gula darah setiap bulannya.
Laporan hasil pemantauan ini harusnya nanti dilapor setiap
bulannya ke BPJS Kesehatan, jadi dari laporannya itu nampak dia
peserta yang sudah tidak pernah lagi datang, peserta yang sudah
keluar, peserta yang masuk dan perkembangan tekanan darah dan
gula darah peserta perbulanya. Tapi kalau kami, udah lama tidak
mengirim laporan ini, ya enggak taulah sejak kapan enggak lagi,
terakhir 2014 atau 2015 kalau nggk salah, jadi aku enggk pernah
ngirim lagi. Kek mana lah, enggak sanggup gitu loh, kan
sebenarnya harus ada, sebenarnya setiap bulan harus ada itu, yang
masuk berapa yang keluar berapa tapi siapa yang mau, kecuali
mungkin puskesmas itu dokernya 5 atau 6 orang kali, baru bisa,
cuman aku ya udalah, angkat tanganlah, cuman apa yang bisa
dikerjakan tapi kemarenlah setelah beberapa pertemuan mulai Juni
ini harus, harus ada, makanya aku udah mulai mendata lagi ini.
Pasien yang udah meninggal dikeluarkan, yang udah enggak aktif
dikeluarin, ya tapi tetap susah lah ngapainya, e.. tetap susah lah
kita mendatanya kalau pas kali mana bisa kecuali kalau pasiennya
tadi masih 40 orang kaya puskesmas lain. Kalau dulu kan

Universitas Sumatera Utara


162

jamannya Prolanis masih masa Askes lah waktu itu, jumlah peserta
masih 20 sekian naik sampe 200 tiap bulan masih ku kirimlah tensi
dan kadar gula darah ke Askes. Aku kalau dapat pasien hipertensi
ya kumasukkan, tapi belum tentu nanti dia bulan bulan berikutnya
dateng kan, kecuali pasien lama yang udah ketahuanlah rutin atau
enggak karna udah kenal tapi ada pasien yang enggak care dia,
kebanyakan pasien kan kalau enggak ada keluhan mana datang dia
kontrol, sekali datang, nah setelah itu dia enggak datang-datang
lagi.
Kita pemantauan aja kadang enggak ada petugas khusus
kaya perawat atau bidan yang membantu pemantauan enggak ada,
makanya bayangkan aku kerja sendiri, makanya e....ya udah
sebisanya aku ya gitu, nyatet gitu kan, maksudnya pendataannya
udah enggak terperinci lagi, kalau pasien ku dibawah 200 bisanya
dicover semuanya, sekarang enggak bisalah, enggak sanggup. Ya
kalau aku sendiri ya kek ginilah pemantauan paling kulihat dari
status, ketika peserta datang berobat kan ada itu di statusnya kapan
dia terahir datang, udah lama kan gitu karna kan yang ku kerjai
bukan hanya Prolanis aja, ya memang seharusnya harus jalan. Tapi
ya itu lah bayangin, kalau sampai 400 orang, lebih tepatnya 430
orang peserta, 260 peserta hipertensi dan 170 peserta DM. Syukur
syukurlah masih tercatat di statusnya, kalau enggak ya dari mana
kita tau dia rutin datang apa enggak, kapan terahir kan kadang
karna udah banyaknya peserta ini yang udah meninggal pun dia
enggak tau kita, ya cemanalah ya kan. Tapi ini mulai sekarang, dari
pihak BPJS targetnya lebih kepada memfokuskan sama pemantauan
status kesehatan peserta, makanya ini harus mulai lagi ku data
pesertanya, karna udah diminta BPJS Kesehatan, kalau rencana
pelayanan bagi setiap peserta Prolanis itu enggak ada lah, belum
ada kami susun setiap peserta, ya siapalah yang ngerjain itu sema
kan, mungkin itu bisalah jadi masukan sama kami. Kalau evaluasi
status kesehatan ya paling cuman dilihat dari buku statusnya kan,
contohnya yah paling peserta yang susah bener gulanya mendekati
200, paling rendah 300 naik lagi 400 gitulah dari bulan ke bulan
maka kalau peseserta yang gitu ya dia enggak cocok minum obat,
kalau yang kaya gitu dia biasanya harus pake insulin, tapi kan aku
enggak bisa menentukan sendiri, jadi berdasarkan evalasi hasil
pemeriksaan itu maka biasanya dirujuk dulu ke dokter spesialis ke
rumah sakit, nah biasanya setelah udah pake insulin bagus dia
gulanya, cuman , ada beberapa pasien yang bandel “udahlah
dokter obat aja” pasiennya bilang padahal orang itu wajib per tiga
bulan sekali dirujuk itu.”
2 “Dalam pemantauan ini tugasku ya namanya aku juga kan
dek perawat selain PIC Prolanis. Kalau sebagai perawat ya kalau
aku lagi piket di BP ya tugasku yang menensi semua pasien
termasuk peserta Prolanis, karna kan pemeriksaan rutin ini salah

Universitas Sumatera Utara


163

satu kegiatan dalam pemantauan status peserta. Kalau sebagai PIC


Prolanis tugasku ya untuk membuat absen dan melaporkan nama-
nama peserta Prolanis yang ikut senam dan edukasi setiap
kegiatan, biar bisa kita klaim biayanya ke BPJS Kesehatan.
Pemantauan status peserta Prolanis itu gini dek, jadi nantikan
peserta Prolanis datang untuk berobat sekali dalam sebulan, entah
itu pemeriksaan gula darah atau menensi, itu wajib sekali sebulan.
jadikan selain pemeriksaan yang sekali sebulan itu, seharusnya ada
di buat juga catatan khusus yang berisi seluruh data pesera
Prolanis dan perkembangan tensi atau gula darahnya setiap bulan,
jadi inilah yang mau kami mulai untuk mengerjakannya, untuk
merekap kembali data status kesehatan peserta Prolanis dan
perkembangannya setiap bulan, bagaimana tekanan darahnya,
gula darahnya, setelah itu akan kami entri lagi kembali hasil
pemantauan itu ke dalam komputer tapi format biasa yaitu excel,
bukan ke dalam aplikasi, jadi nanti itulah yang akan dikirimkan ke
BPJS Kesehatan melalui telegram sebagai bukti pelaksanaan
pemantauan kesehatan peserta Prolanis.
Selama ini, tidak lagi memang berjalan karena
jumlah peserta yang sudah terlalu banyak, jadi enggak sanggup.
Tapi sekarang harus udah mulai lagi, memang sih pengerjaannya
ini sudah terlambat, karena tahun ini mereka sudah tidak toleransi
lagi, kemaren kemaren masih toleransi. Kan kemaren dokter olga
udah membuat keterangan itu udah disampaikannya ke BPJS, Tapi
banyak juga dokter Olga yang yang enggak tau, ya memang peserta
Prolanis, tapi dokter olga enggak tau, karna banyak kali kan, ah
enggak kenal aku ini, enggak pernah lagi datang, ya cemanalah
menyuruh mengingat yang 400 an orang ini kan. Dia pun banyak
kali yang mau dikerjainya kadangpun kasihan juga.”
4 “Pertama dek, nanti kalau dokter ada menduga pasien
terkena diabetes mellitus, maka dokter akan menganjurkan kepada
pasien untuk dilakukan pemeriksaan sebagai tindakan lanjut untuk
menentukan diagnosa pasien secara tepat, trus dirujuk lah ke
laboratorium jadi kakak lah yang memeriksa pasien tersebut, kalau
memang ternyata benar gula darahnya tinggi mencapai lebih dari
200 baru nanti dianjurkan ikut Prolanis, nah kalau untuk yang
sudah menjadi peserta Prolanis, maka akan dilakukan pemeriksaan
gula darah sekali dalam sebulan secara rutin, kalau jenis
pemeriksaannya sendiri kakak melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu. Kan kalau dia peserta Prolanis kan ada pemeriksaan gula
darah rutin bulanannya, jadi dilakukan pemeriksaan GDS bukan
GDP atau GDPP, ya mungkin dokter merasa lebih akuratlah dek,
kan kalau GDP pasien harus puasa dulu dan dilanjutkan ke
pemeriksaan GDPP, tapi kalau GDS kan e nggak. Jadikan setelah
dilakukan pemeriksaan ada buku belangko hasil dek, jadi nanti kita
tulislah hasil pemeriksaan gula darah itu dalam belangko hasil

Universitas Sumatera Utara


164

terus kita kasih sama dokter supaya dicatat dalam buku status
pasien, sama seperti pasien umum.”
5 “Mereka itu ada pemeriksaan rutin bulanan, aku kan
perawat di sini, jadi kalau lagi giliranku piket di BP, ya akulah
yang menensi, timbang berat badan, sama satu lagi apa itu
namanya, e, mengukur tinggi badan untuk IMT dek. Kalau kendala
yang kami hadapi banyak kali pasaien ini, jadi ya capakelah,
karnakan banyak juga ini peserta Prolanis pindahan dari FKTP
lain dek, karna enggak jalan Prolanisnya di FKTP sana pindahlah
kesini.”
6 “Karnakan pelayanan periksa peserta Prolanis ini
dijadikan bagian pelayanan pasien umum dek tapi mereka kan ada
senam hari Jumat jadi otomatis pemeriksaan kesehatannya lebih
banyak mereka hari Jumat meskipun banyak juga yang hari hari
biasa tapi biasanya setelah selesai senam mereka banyak juga yang
periksa. Kalau disini kan dek, ada dua dokter, dokter Olga sama
dokter Nova, kalau yang Prolanis kita kasih ke dokter Olga kalau
yang umumnya nanti baru ke dokter Nova yang sebelah, jadi kita
pisah pisahkan meskipun peserta Prolanis itu datang di hari-hari
biasa periksanya, jadi waktu mendaftar dia langsung kita pisahkan
dia, kita buat sama dokter Olga, Kalau peserta Prolanis kan dia di
buku statusnya itu kan udah kita tulis peserta Prolanis jadi waktu
dia datang berobat langsung kita pisahkan dia ke dokter Olga.”
7 “Kalau pemeriksaan rutin kan dek, sebelum ke dokter Olga
harus melalui kami dulu untuk tensi sama ukur berat badan lah,
setelah itu baru ke dokter Olga, meskipun pelayanan pemeriksaan
peserta Prolanis dijadikan satu sama pasien biasa tapi kalau dia
peserta Prolanis dia langsung kami sisihkan dia ke dokter Olga
dek, karnakan dokter Olganya untuk peserta Prolanis.”
9 “Saya mengontrolnya itu sekali dalam sebulan, saya
melakukan memeriksakan gula darah di puskesmas ini aja, geratis
sekali sebulan. Bagi saya sudah menjadi sahabat lah penyakit itu,
yah tidak perlu dirisaukan, kalau naik pun dia ya saya anggap
mungkin salah salah makan, karna gula darah saya itu enggak
pernah lagi dibawah 200 dibawah 300 pun udah syukurlah, saya
enggak pernah sampai masuk rumah sakit.”
10 “Pemeriksaan gula darah dari puskesmas rutin sebulan
sekali , itu pere pere. Kalau aku setiap bulan datang untuk cek,
karna macam aku gula darah ku kadang mencapai 400 an orang,
jadi itu bisa bertahan sampe beberapa bulan, jadi bisanya kita
rasa-rasakan kalau naik atau turun, kalu udah turun gula itu kita
oyong, jadi diperingati dokter lah. Tapi setiap bulan aku pasti
datang periksa.”
13 “Kegiatan pemantauan ini sebaiknya dilakukan setiap kali
pelaksanaan kegiatan, kalau misalnya mereka melaksanakan senam
setiap minggu, pemantauan itu ada banyak mulai dari pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara


165

tekanan darah, kemudian indeks massa tubuh, kemudian


pemeriksaan gula darah, kemudian pemeriksaan darah tahunan
atau dua kali setahun. Setiap kali kegiatan biasanya kan di check
tensinya berapa, kemudian di cek gula darahnya berapa, itulah
nanti bisa dihitung jadi indeks massa tubuh, IMT, kalau
pemeriksaan kadar gula darah dilakukan sekali dalam sebulan.
FKTP akan membuat satu laporan yang berisi perekapan
data hasil pemantauan status kesehatan peserta setiap bulannya,
nah inilah nanti yang digunakan sebagai data untuk mengevaluasi
plan of carenya, artinya rencana tindak lanjut apa yang mau
dilakukan ke pasien itu, karna secara logikanya bagaimana mereka
merencanakan perawatan pasien jika dia tidak punya data
pemantauan status, trus mau diapain pasiennya, kan dari
pemantuan inilah dia berangkat untuk plan of carenya tadi gitu,
jadi setiap peserta Prolanis harus memiliki plan of carenya dan
dibuatkan target perawatannya, contoh misalnya pasien atas nama
korri, minggu pertama saya dilihat tensinya normal, misalnya 130,
kan kalau hipertensi udah jarang 120 kan, 130, 140 atau 150,
kemudian minggu kedua saya ikut lagi kegiatan tensi saya 200
misalnya, kemudian dicek lagi diminggu ke tiga tensinya 200 tetap,
nantikan di evaluasi, nanti pasien ini akan ditanya sama dokternya
ketika konsultasi kenapa tensinya ini tidak terkontrol dan tinggi,
nanti dokter akan tanya bagaimana pola makannnya, bagaimana
cara makan obatnya rutin atau tidak.
Nah jadi kalau dia tidak ikut Prolanis dia kan tidak ada
pemantauan, suka suka hati pasien mau datang kapan. Jangan
jangan udah pingsan pun dia karna tingginya tensinya baru dia
dibawa ke rumah sakit kan, nah dengan adanya Prolanis ini
diharapkan pemantauan status itu berjalan dengan teratur dan
rutin kemudian untuk yang DM, kan sebaiknnya gula darah
diperiksa sekali sebulan, bulan ini dia sehat misalnya kadar
gulanya 200, kemudian bulan depan akan dilihat lagi apakah
terkontrol apa tidak, jadi dari disinilah dokternya akan merangkap
dan mengevaluasi pasien ini sebenarnya patuh atau tidak itulah
dari pemantauan status, kemudian untuk dia mencek dia fungsi hati
dan fungsi ginjal dan kadar gula darahnya pertiga bulan, kalau
pertiga bulan dia ada namanya pemeriksaan HBA1C ini dilakukan
di Prodia, nah itu masuk dalam pemantauan status. HBAIC nya ini
akan kita periksa bagi penyakit diabetes, dari sini akan kelihatan
juga, misalnya hari ini saya diperiksan HBA1C kadar gula darah
saya 3 bulan kebelakang akan ketahuan dari HBA1C ini, nah kalau
HBA1c nya masih tinggi maka pasien ini akan dievaluasi khusus
apakah masih sesuai obatnya ini atau tidak misalnya selama ini
menggunakan obat oral nah ternyata dari pemeriksaan HBA1C ini
tinggi, bisa bisa dia harus menggunakan insulin atau dia
dikonsulkan ke spesialis yang ada di rumah sakit.”

Universitas Sumatera Utara


166

8. Bagaimana pelaksanaan pelayanan obat peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Peresepan obat peserta Prolanis udah tertentu, jenis


obatnya yang diresepkan berdasarkan formularium nasional, jadi
kita tidak bisa meresepkannya diluar formularium nasional. Obat
yang diresepkan itu untuk konsumsi selama sebulan. Kalau peserta
yang rujuk balik kan, jadi yang meresepkan obatnya itu pertama
kali dokter spesialis, kalau peserta sudah sampai komplikasi
misalnya ke jantung, ya dokter jantung juga akan meresepkan
obatnya, kalau dia juga ada komplikasi ke PPOK berarti dokter
paru juga nanti ikut meresepkan obatnya, nanti kalau peserta sudah
stabil dan dikembalikan ke puskesmas maka saya akan
mengumpulkan semua resep obat yang pernah diresepkan dokter
spesialis pada si peserta, maka aku akan meresepkan kembali
semua obat itu, nanti peserta sendiri yang akan mengambil obat di
apotek yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kalau
yang disiantar ini di Apotek Kimia Farma Sutomo dan Apotek
Sejahtera. Sekarang untuk melanjutkan resep obat peserta
perbulannya harus melalaui aplikasi P-care obat secara online,
berbeda dengan dulu pasien hanya membawa resep dari dokter
FKTP ke apotek aja.”
2 “Kan sekali sebulan peserta Prolanis harus mengambil
obatnnya ke apotek, tapi harus dengan resep dokter dan ada surat
perpanjangan pengambilan obat dari Puskesmas karna mereka
pengambilan obatnya langsung satu bulan, seperti obat hipertensi
contohnya amlodipin jadi langsung untuk sebulan dikasih obatnya.
Jadi P-care obat ini nanti kasi ke peserta, terus peserta nanti yang
mengambil obatnya ke apotik, kalau dari segi kendala adalah
mereka terkadang tidak mau makan obat, mungkin mereka sudah
capek terus makan obat tapi nggak juganya sembuh jadi kadang, ya
gitulah.”
5 “Saya memang ikut dalam kegiatan senam, tapi cuman ikut
gitu aja, kegiatan edukasi juga, tapi tugas utama saya dalam
kegiatan Prolanis adalah membuat surat rujukan bagi peserta
Prolanis serta untuk memperpanjang waktu pengambilan obat bagi
peserta Prolanis, kan peserta Prolanis harus mengambil obat rutin
setiap bulan. Jadi nanti waktu peserta datang untuk melakukan
pemeriksaan rutin bulanan, dokter akan meresepkan obat kepada
peserta, nanti peserta akan mengambi obat tersebut ke apotek yang
telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, untuk dapat mengambil

Universitas Sumatera Utara


167

obatnya, maka harus terlebih dulu saya perpanjang pengambilan


obatnya melalui aplikasi P-care namanya. Nanti ada selembaran
yang saya print, itu sebagai bukti bahwa dia merupakan peserta
Prolanis, sebagai bukti bahwa dia telah mengambil obat
untukbulan ini, sebagai syarat untuk mengambil obat, jadi nanti dia
akan membawa selembaran itu untuk mengambil obat ke apotek
ditambah dengan buku status kesehatan peserta Prolanis, jadi di
buku itu nanti udah ada resep obat yang mau ditebus ke apotek.”
9 “Pelayanan obat disini ya, nanti setelah konsultasi sama
dokter, diresepkanlah obatnya terus kita ambillah ke apotik, obat
itu untuk satu bulan tapi sekarang saya tidak pake obat lagi, sudah
insulin karena obat itu mengganggu pencernaan saya, saya ambil
sendiri yang mengambil obatnya ke Kimia Farma. Pernah kosong
obatnya, saya pergi ke apotik, datang orang apotik bilang obat
belum datang, jadi udah lama menunggu di puskesmas, menunggu
lagi di apotik, ternyata obatnya belum datang katanya, memang
tidak sering tapi pernah kaya gitu dulu.”
10 “Jadi obat itu diambil ke apotik, dikasih resep dari dokter
ini, jadi begitu selesai kita konsultasi atau pemeriksaan baru dikasi
resep obatnya, terus ada dikasi lagi surat P-care obat namanya,
jadi resep dari dokter itu sama surat P-care obat itu dibawak ke
Apotik Kimia Farma, nanti kita ambillah obatnya. Obatnya itu
untuk satu bulan, diminumlah setiap hari. Jadi kalau udah habis
diambil lagi, seperti inilah saya sudah pas satu bulan, diambil lagi
lah, kalau udah habis obatnya ya melaporlah ke puskesmas sambil
periksa.”
11 “Kalau obat aku ambil ke apotik, itu untuk obat satu bulan ,
tapi gini ya ini kadang kadang rahasia, kita konsumsi obat
seminggu atau dua minggu tapi pande pande kitalah, kalau tinggi,
udah agak oyong, kepala berat, baru kumakan. Masa kita konsumsi
terus itu, aku takut itukan ada efek sampingnya, apalagi faktor usia
tua bisa ke ginjal, tapi terpaksa obat itu kita ambil tiap bulan biar
bisa ikut kegiatan Prolanis kan biar kita diperiksa.”
12 “Kalau aku sekali sebulan ngambil obat ke kimia farma itu
rutin, sebulan lagi baru balik lagi kesini kalau enggak ada keluhan.
Aku enggak rutin minum obat itu, awal awal saja sebulan itu penuh
ku makan obatnya, sekarang ya enggak lagi lah, paling kalau udah
ada gejala agak-agak berat kurasa baru ku makan obatnya kalau
enggak kubuang itu obat. Ngeri loh obat itu, efek sampingnya hebat
kali itu, saling memakannya obat itu contohlah kalau kita makan
obat asam urat dimakannya lambung, kalau terlalu sering kita
makan obat tuli kita lama-lama.”
13 “Pada umumnya Prolanis ini yang rujuk balik, jadi dokter
puskesmas hanya melanjutkan resep dokter spesialisnya, terkait
obatnya Prolanis mereka dari apotik. Apotik yang bekerja sama
sama BPJS Kesehatan jadi kami bayar diluar dari kapitasi jadi ada

Universitas Sumatera Utara


168

pembiayaan tersendiri lagi terkait dengan obatnya. Ya jadi


pelayanan kita itu, pasiennya langsung jadi pasiennya datang ke
puskesmas dulu atau ke FKTP dulu setelah diperiksa sama dokter
setelah dikasih resep jadi resepnya itu dibawa ke apotek.”

9. Bagaimana pelaksanaan senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Kegiatan senam Prolanis dilaksanakan sekali dalam


seminggu per klub, disini ada dua klub yaitu klub Rabu sore dan
Jumat pagi, kami bagi menjadi dua klub karna jumlah peserta
Prolanis disini cukup banyak, tapi peserta bebas memilih ke klub
mana dia mau bergabung, cuman biasanya kalau pekerja lebih
memilih klub Rabu sore karna kalau Jumat kan pagi jadi mereka
kerja, kalau pensiunan biasanya banyak di Jumat pagi dia. Bebas
sebenarnya kalaupun enggak bisa contohnya dia datang pada
jadwal klubnya, bisanya juga dia datang di klub yang satu lagi.
Perlengkapan sound sistemnya berasal dari dana kapitasi,
dana untuk instruktur senam dibayarkan oleh BPJS Kesehatan tapi
pihak puskesmas yang mencari instrukturnya. Gerakan untuk
senam peserta Prolanis sekarang udah kreativitas instruktur
sendiri nggak ada ketentuan dari BPJS Kesehatan kalau dulu ada
ditentukan oleh dari pihak BPJS Kesehatan sendiri kaya senam
jantung 1 senam jantung 2, senam diabetes 1 dan senam diabetes 2
karna ada lomba kan tahun 2015 sampai 2017 kalau enggak salah.
ya senam pun dari yang 400an itu yang datang paling-
paling kalau yang sore rata rata 20 sampai 25 orang, kalau pagi 40
sampai 50 orang, ya iya jadi enggak ini juga, peserta ini pun malas
udah dikasih snacknya, tapi tetap tidak mau senam, karnakan
kebanyakan orang tua kan banyak alasannya, yang sudah sakitlah.
Enggak ada yang ngantarlah sering kali itu kalau ditanya \, karna
kan kalau dia udah lansia trus datang ke puskesmas jalan, kan udah
capek mana sanggup lagi senam. Kadang sakit dikit ke tempat
anaklah, ya apa mau dibilang. Kendala kedua juga klaim dana itu
sering terlambat dari BPJS ya kalau itu aku dahulukanlah, tapi
prosedur klaim itu sering berubah ubah dulu dikirm langsung ke
rekeningku sekarang tiba-tiba harus ke rekening instansi ya
gimanalahkan, makanya sempat berapa juta uangku disitu masuk,
makanya pernah itu sebulan enggak ada senam.”
2 “Jadi senamnya itu dilakukan setiap hari Rabu dan
Jumatlah kan, jadi mereka itu ada juga ditentukan baju
seragamnya, jadi kalau senamnya itu ada seorang instruktur yang
ngajari, kami sewa dari luar instrukturnya, kalau senamnya itu di
tentukan dari BPJS Kesehatan, ada senam jantung sehat dan lain

Universitas Sumatera Utara


169

lah, pokoknya senamnya disesuaikan dengan orang tualah dek,


gerakannya yang tidak rumit agar orang orang tua ini bisa
mengikuti dan tidak terlalu capek jadi disesuaikanlah dengan
kondisi orang tua, jadi lama senamnya itu kira-kira jam 8 pagi
mereka kumpul, jam jam setengah sembilan mereka sudah siap
senam, setelah itu mereka ada snack, setelah itu kalau mereka ada
yang pas jadwalnya hari itu cek kesehatan, mereka cek kesehatan,
ada yang tensi ya tensi, ada yang mau berobat, ada yang mau
nanya keluhannya apa langsung aja gitu, tapi kegiatan senam juga
terkadang yang datang hanya itu itu aja orangnya karna mungkin
enggak sanggup lagi datang ya.”
3 “Kalau dalam kegiatan senam ini saya ikut melakukan
monitoring, bagaimana pelaksanaannya. Kalau disini rutin
dilakukan senam Prolanis, udah ada jadwal pastinya itu ditempel di
papan pengumuman, kita ada dua klub, klub Rabu sore dan Jumat
pagi. Kalau selama ini berdasarkan monitoring saya, monitoring
itukan kalau secara teknisnya kita lakukan, dengan jadwalnya kan
kalau kegiatan senam itu setiap hari Rabu sore dan Jumat pagi, jadi
monitoring yang saya lakukan adalah dilakukan tidak setiap hari
Jumat dan Rabu, monitoringnya bisa juga dalam hal kehadiran
peserta senam kalau yang datang sedikit kenapa ya? Apakah
masalah dari internalnya, instrukturnya, gimana dengan snaknya
cukup atau tidak, itukan sebuah bentuk evaluasi juga sekaligus
untuk monitoring.
Hasil evaluasi, kalau dari selama ini, kalau yang hari Jumat
itu, kehadiran itu konsisten, itu kalau hari Jumat. Kalau di hari
Rabu itu enggak, fluktuatif, kadang-kadang banyak kadang-kadang
sedikit, tapi kalau Jumat itu konsisten, mungkin karena jumlahnya
dan orang-orangnya juga. Kalau yang di hari Jumat itu kebanyakan
pensiunan jadi kegiatan senam itu sangat mereka butuhkan untuk
mengisi hari harinya kan, jadi kehadiran mereka itu lebih konsisten
dibanding Rabu yang anggotanya para pekerja.”
5 “Pelaksanaan kegiatan senam ya, kegiatan senam
dilakukan seperti yang kamu lihat tadi pagi, jadi mereka berolah
raga sekali dalam seminggu, sekali senam itu lamanya satu jam.
Disinikan ada dua gelombang, gelombang pertama J umat pagi dan
Rabu sore. Rabu sore itu biasanya banyakan orang yang masih
aktif bekerja, Jumat pagi biasanya orang yang udah pensiun, tapi
bisa juga misalnya karena ada kesibukan-kesibukan tertentu
mereka bisanya datang di gelombang kedua dilaksanakan Rabu
sore, ya silahkan, pelaksanaannya di sini di puskesmas Prolanis.”
9 “Dalam kegiatan senam prolanis saya aktif kalau lagi sehat
kalau lagi sakit ya enggak namanya orang tua ya enggak bisa rutin
lagi. Kalau pelaksanaannya disini hari Jumat ada instrukturnya
yang ngajarin, saya ikut udah mulai 2015, sejak saya ada penyakit
gula, lalu dokter memberi tahu bahwa ada program Prolanis, mau

Universitas Sumatera Utara


170

ikut tidak, ya ikutlah saya. cuman kehadirannya yang kadang kita


enggak bisa, olah raga kalau enggak sehat kan enggak bisa.”
10 “Pelaksananaanya senam, sekali setiap dalam satu minggu
kita laksanakanlah, kegiatan senam, itu rutin, terus nanti ada
instruktur dari depan ya kita ikutilah, karna dia yang tau gerakan
itu. Jadi siap senam, segarlah badan karena keringat. Sebelum
mengikuti kegiatan Prolanis badan kita sedikit dingin dan agak
kaku, setelah kita ikut kegiatan ini, pelan pelan badan jadi
berkeringat ya jadi tambah sehatlah, kalau aku kalau lagi bisa
ikutnya aku senam, paling kalau lagi ada urusan entah pesta baru
enggak datang, lagi pula kalau enggak datang langsung dicariin
kawan kawan satu barisan lah nanti kita itu, minggu depannya
ditanyain kenapa kau enggak datang minggu lalu, makanya aku
rutinlah datang.”
11 “Kalau senam rutin sekali seminggu, saya yang ikut di klub
Rabu sore. Kalau manfaat yang saya rasakan ya enggak tau lah
saya, karna enggak tau saya kaya mana kalau tidak ikut senam, tapi
seengaknya masih ikut senam ini dua tahun ya buktinya ginilah
saya masih hidup. Kalau Rabu bisa sampe 20 orang kalau paling
banyak bisa dia 30 orang, karnakan kalau Rabu itu orang kerja
semua pulang sore mungkin malas dia pulang kantor.”

10. Bagaiamana pelaksanaan home visit Prolanis di Puskesmas Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Pelaksanaan home visit khusus untuk peserta Prolanis


enggak ada, tapi kami ada pelayanan PHN namanya, jadi pasien
yang perlu dikunjungi kami lakukan melalui PHN termasuk peserta
Prolanis. Biasanya yang dikunjungi adalah pasien yang kaya udah
terkena stroke, tulang udah kropos atau kondisi lain yang
menyebabkan dia tidak bisa lagi datang ke puskesmas, maka
caranya ya kita masukkan lah pasiennya ke Program PHN itu.
Home visit khusus dari Prolanis enggak ada, karna tidak ada biaya
turunnya untuk petugas.
Nanti pasien yang udah enggak bisa datang lagi, biasanya
keluarganya yang mengambil obatnya, pas waktu PHN kita turun,
disitulah kita cek gula darahnya. Kalau dulu jaman Askes sekali
turun ada uang transpornya sekitar 30 sampai 50 ribu, tapi karna
sekarang tidak ada lagi maka peserta Prolanis dikunjungi melalui
PHN. PHN ini program dari dinas Kesehatan, dana untuk
pelaksanaannya berasal dari dana BOK, dalam pelaksanaan PHN
semua. petugas puskesmas wajib, ganti-gantianlah tergantung
pasien yang mau dikunjungi.
Pasien yang dilakukan PHN adalahh pasien yang sudah

Universitas Sumatera Utara


171

stroke, kropos tulang punggung, ataupun lutut sehingga enggak


mampu lagi datang ke puskesmas.Enggak bisalah kaya kriteria di
juknis itu, ya karna itu udah di PHN enggak khusus. Tapi jeleknya
Program ini adalah hanya boleh dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Parsoburan, jadi peserta yang tempat tinggalnya diluar
Puskesmas Parsoburan yaitu di Kelurahan Sukamakmur dan
Sukamaju tidak bisa dapat kunjungan rumah, jadi kalau
ada Peserta Prolanis yang contohnya bertempat tinggal di
Kampung Kristen meskipun dia peserta disini tidak bisa kami
kunjungi, ya emang gitu ketentuan dari dinas kesehatan, orang itu
yang buat.”
2 “Kegiatan home visit dilakukan kepada pasien yang sudah
lama tidak datang lagi berobat terutama yang sudah lansia dan
memiliki penyakit menahun sehinga tidak sangup lagi datang ke
Puskesmas misalnya terkena stroke dan lain-lain. Ada dilaporkan
keluarga dia enggak sanggup datang lagi ya kita kunjungi dari
program PHN, tapi ini untuk semua pasien umum enggak khusus
Prolanis. Pelaksananya ya semua petugas puskesmas, ganti-
gantian.”
3 “Kalau pelaksanaan home visit untuk Prolanis, kami
menggabungkan semua home visit dalam satu kegiatan namanya
Perkesmas atau PHN jadi semua pasien itu mulai dari pasien
Prolanis tapi yang berada di wilayah kerja kami ya, yang enggak
sanggup datang, pasien yang lansia dan memang butuh home visit,
nah kami gabungkan dalam satu yang disebut sebagai Perkesmas,
Jadi enggak ada khusus untuk peserta Prolanis, dananya dari dana
BOK.”
8 “Home visit di PHN itu untuk semua program, tidak
terkhusus Prolanis, semua program di puskesmas ini yang
membutuhkan kujungan rumah dilakukan melalui PHN, seperti
untuk KIA, lansia, pasien TB. Sekarang namanya Perawatan
Kesehatan Masyarakat dek, Perkesmas. Setiap awal awal bulan aku
langsung berkordinasi lah sama semua penanggung jawab program
di puskesmas ini, rencana pelayanan mereka ke lapangan biar aku
juga bisa merencanakan pelaksanaan kunjungannya dek. Jadi
setiap penanggung jawab Program akan ngasih sama ku siapa
sasaran home visit mereka, jadi aku yang akan merencanakan siapa
pelaksananya dan kapan dilaksanakan kunjungannya. Pelaksana
home visit semua perawat di Puskesmas ini tapi kadang kita kasi
pendampingnya juga kaya orang gizi atau dokter
tergantungkebutuhan sasaran yang mau di kunjungi. Satu tim
biasanya dua orang, satu perawat dan satu pendamping. Mengenai
waktu pelaksanaan aku yang akan membuatkan jadwalnya kapan
waktu turun kelapangan.
Enggak ada batasan ataupun target berapa jumlah pasien
yang mendapat kunjungan, tergantung kebutuhan program masing-

Universitas Sumatera Utara


172

masing, tapi itu nanti dari bendahara BOK yang menentukan


berapa kelompok home visit bulan ini, jadi yang ngasih kuota
berapa kelompok itu dari bendahara BOK dek, terhantung berapa
dana yang ada dari pembagian dana untuk program lain jadi
enggak nentu setiap bulannya, bulan ini bisa 20 puluh kelompok
bulan depan enggak tau gitu lah, makanya untuk peserta Prolanis
kita ada tetapkan kriteria seperti peserta yang sudah berusia 65
tahun keatas yang kedua karena kondisi medisnya beliau tidak
sanggup lagi datang ke puskesmas jadi kita harus lakukan
kunjungan seperti stroke atau lumpuh, tapi hanya bisa kita lakukan
terhadap peserta yang berada di wilayah kerja kita aja dek, karna
kan banyak juga peserta yang dari luar wilayah kerja kita, itu tidka
bisa kita lakukan kunjungan. Kebijakan ini dari kita sendiri pihak
puskesmas, aku lah yang membuat selaku penanggung jawab
Program karenakan banyak kali peserta Prolanis ini kalau sampai
ikut luar wilayah kerja enggak sangup lah dek banyak kali. Jadi
ananti setiap bulan kita minta sama dokter pengelola Program
siapa siapa aja peserta yang memenuhi kriteria dilakukan home
visit tersebut.”
9 “Kalau kunjungan ke rumah untuk periksa belum pernah
lah, tapi kalau untuk main main pernahlah dulu sekali. Karna saya
pun sehatnya enggak belum pernah lah opname.”
10 “Kalau gula darah ku sampenya 400, mau sampe bertahan
setiap di pemeriksaan rutin bulananan itu, kalau dokter belum
pernahlah datang ke rumah kita untuk kontrol, enggak ada lah.”
11 “Saya belum pernah dapat kunjungan rumah, ya saya udah
4 kali masuk rumah sakit. dua kali masuk ruang ICU gara gara
udah ke jantung itu kan,tapi sejauh ini belum pernah ada kujungan
dari puskesmas.”
12 “Banyak sebenarnya kegiatan Prolanis ini, tapi home visit
ini merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama, jadi Prolanis itu bukan berdiri sendiri,
artinya dia jadi lembaga khusus, itu masih tetap menjadi bagian
dari Puskesmas Parsoburan, nah di Puskesmas Parsoburan itu kan
banyak kegiatan ada yang promotif preventif, ada yang kuratif, nah
di dalam biaya yang sudah kami bayarkan setiap bulan ke mereka
sudah termasuk itu ke bagian promotif dan preventif. Prolanis
inikan bagian dari promotif dan preventif, nah ketika mereka
melaksanakan home visit, sebenarnya dia telah menjalankan
tugasnya sebagai puskesmas bukan karena Prolanisnya.”

Universitas Sumatera Utara


173

11. Bagaimana pelaksanaan reminder peserta Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Kalau reminder ya gitu, kalau dulu peserta masih sedikit


ya dilakukan tapi sekarang setelah sudah banyak ya tidak dilakukan
lagi. Enggak ada lagi karna ya Enggak sanggup lah, siapa yang
mau, kalau aku sendiri ya nggk sanggup, kalaupun ada paling
hanya beberapa peserta senam klub Rabu aja karna selalu sedikit
yaang datang. Enggak semua ku SMS, itupun bukan untuk jadwal
pemeriksaan rutin. Waktu pasiennya sedikit bisa langsung ku telfon,
kalau dulu apalagi sampai obatnya 3 bulan enggak diambil pasti
kucari pasiennya, entah kutelepon, minimal kalau rumahnya
disekitar sekitar lapangan bola ini ya didatangin. Sekarang setelah
banyak ya enggak mungkinlah pasiennya udah bertambah, udah
400an orang, kalau aku sendiri yang ngerjakan mana sanggup,
mana ada yang bantu aku kalau reminder orang enggak ada uang
jasanya kan udah gitu semua udah punya tanggung jawab masing-
masing di program lainlah istilahnya, apa lagi kalau harus minta
nomor handpphone semua peserta, dulu aja waktu sedikit kadang
ada yang enggak punya henfon dia, udah enggak aktiflah, update
lagi mana yang aktif ya enggak sangguplah kalau sekarang.”
3 “Pelaksanaan kegiatan reminder, jadi kalau jadwal
pelaksanaan kegiatan Prolanis itu misalnya senam itu udah ada
pengumuman nya di papan pengumuman itu, tapi sebenarnya
mereka itu udah enggak diingatkan lagi jadi secara otomatis
ngikutin yang sekali seminggu mereka datang untuk senam
misalnya, trus untuk pemeriksaan kesehatan kan memang mereka
secara berkala memeriksakan kesehatan, mengambil obat, jadi
tidak perlu diingatkan kembali.”
9 “Mau ada pemberitahuan bahwa hari ini kita ada kegiatan
senam, di SMS dokter itu aja, tapi itupun sekarang udah enggak
perna.h lagi. Saya pun tidak tau kenapa tidak pernah lagi di SMS.”
10 “O, enggak, paling kawan kawan kompak kaya teman satu
baris atau depan belakang waktu senam aja yang menanyakan
kenapa minggu yang lewat kamu enggak datang, biasanya kalau
enggak datang karna ada pesta, itu aja petugas tidak pernah.”
11 “Enggak pernah diingatkan biar datang ambil obat atau
periksa, ya kita datang atas kesadaran sendiri lah.”
12 “Mau di SMS kadang-kadang bilang biar datang senam.
Karna kami kan sikit kali kalau senam di hari Rabu itu, malas
mungkinkan pulang kerja.”

Universitas Sumatera Utara


174

Ouput

12. Bagaimana pencapaian tujuan pelaksanaan Prolanis di Puskesmas

Parsoburan?

Informan Pernyataan Informan

1 “Output dari Prolanis yaitu diharapkan gula darah peserta


terkontrol, tensinya terkontrol sehingga pasien tidak mengalami
komplikasi. Maksudnya, walaupun ini merupakan penyakit seumur
hidup tapi pasien diharapkan dapat meraih kualitas hidup yang
optimal sehingga peserta panjang umur lah begitu. Penyakit ini kan
turunan, diharapkan dengan mengikuti Prolanis ini peserta mampu
menjaga anak anak mereka agar lebih waspada jangan sampai
keturunannya juga terkena, juga mendidik anak dan keluarganya
untuk pola hidup sehat, menjaga pola makan, dan apabila ada
keluhan harus segera periksa, kalau untuk BPJS Kesehatan sendiri,
ya meringankan biaya, dengan kata lain mengurangi cost mereka
lah.
Ini kami kalau Prolanis, enggak pernah ada target kaya
program program lain dari dinas kesehatan, misalnya imunisasi
berapa cakupannya, karna inikan bukan program dari dinas
kesehatan. BPJS Kesehatan sendiri tidak ada minta target, selama
ini sih enggak ada disuruh menargetkan paling cuman apaya satu
satu aja pasiennya dimonitor, kaya ya amang, inang kok naik
tensinya, gulanya tinggi, jadi lebih ke konsultasi pribadi lebih ke
situ, tapi enggak ada cakupan kaya dari dinas harus sekian persen
enggak ada gitu.
Mereka hanya minta harus adalah pemantauan kesehatan
peserta Prolanis, kalau dalam bentuk persentase keaktifan atau
keanggotaan enggak ada, tapi kalau persentase keaktifan Prolanis
itu nantikan ada dalam KBK, tapi nantikan kalau dari kunjungan
peserta prolanis itu menentukan di KBK tapi dibuat dalam
persentase itu enggak ada, kalau dari BPJS Kesehatan itu
menginginkan 100% pasti lah kan, kalau program program lain
kaya KIA ada cakupan namanya tapi kalau Prolanis enggak ada,
cuman kalau sekarang harus ada lah data pemantauan peserta
Prolanis, tapi kalau di persentasekan tidak, nanti dari P-care
peserta Prolanis itu kan nampak lah kunjungan peserta Prolanis itu
berapa. BPJS Kesehatanlah yang menghitung berapa persen
keaktifan peserta Prolanis ini, jadi data keaktifan itu enggak ada
sama kami, adanya di BPJS. Itulah dibuat ke KBK itu untuk
menentukan kapitasi. Itu dibuat ke KBK itu untuk menentukan
besaran kapitasi puskesmas tapi kalau untuk Prolanisnya sendiri
enggak ada target yang ditentukan BPJS yang terpantau sekian

Universitas Sumatera Utara


175

dari sekian peserta, berapa yang udah baik dibanding yang belum,
enggak ada.”
2 “Output dari Prolanis ya mereka sehat sepanjang hidupnya,
ya memang susahlah, ya bisa ajapun mereka tida ada keluhan lagi,
dan terhindar dari komplikasi, bisa datang kemari, sehat bisa
jumpa sama kawan kawannya, sehat itulah istilahnya harapan kita
kan.”
3 “Ouput yang paling diharapkan dari Prolanis ini adalah
Pemantauan kesehatannya, untuk hipertensi dan DM itukan bisa
terpantau secara rutin dan berkesinambungan, jadi yang
penderitanya itupun secara kontinuitasnya itu bisa bagus gitu loh,
jadi yang paling pentingnya itu adalah terpantaunya mereka itu,
penderita hipertensinya bagaimana dengan tensinya, minum
obatnya secara teratur, Dm juga gitu bagaimana gulanya,
bagaimana dia makan obat setiap hari enggak, kalau itu terpantau
bagus itu kan, setidak tidaknya mengurangi komplikasi ke penyakit
yang lain. at least dia itu kita pertahankan tensinya itu terkontrol,
gulanya itu terkontrol, jangan sampai ada komplikasi yang lain,
sebenarnya bagus baget Program Prolanis ini, apalagi
pemantauan minum obat ini lebih ditekankan. Kalau persentase
keaktifan peserta Prolaniskan masuk jadi salah satu indikato
penentuan besar kapitasi Puskesmas. Setiap bulan mereka ada
kirim ke kita, kita terima rapot, kala bagus kunjungan peserta
Prolanis bulan ini ya ditambah kapitasinya, kalau enggak ya
dikurangin kapitasinya. Kalau mau data pertahun berapa
persentase kea aktivan peserta Prolanis ya mintak aja ke BPJS
Kesehatan dek, ada itu.”
13 “Output Prolanis ya terkendali lah kondisi kesehatan para
peserta maka fokus utamanya dari Prolanis ini adalah
pemantauan status kesehatan setiap peserta, dengan adanya
Prolanis ini kita harapkan mereka semakin tidak beratlah
penyakitnya, menurunnya angka kasus penyakit kronis, ya
terkendalinyalah status kesehatan mereka. Secara rata rata target
kami adalah minimal 50% keaktifan peserta Prolansi, itu minimal
ya, jadi harapannya kalau yang terdaftarnya 100 orang paling
tidak 50 orang diantaranya itu aktif mengkuti kegiatan Prolanis,
kalau secara global rata-rata di pematangsiantar sudah baguslah,
kalau di Puskesmas Parsoburan tahun 2018 keaktifan pesertanya
55,003%. Tapi saat ini fokus utama dari Prolanis adalah
pemantauan status kesehatan peserta, harapannya semua peserta
terpantau, kalaupun setiap kali kunjungan dilaporkan tapi tidak
memiliki hasil yang baik sama aja sebenarnya, kalaupun itu
dilaporkan yang paling penting itu adalah hasilnya, bagaimana
setiap peserta dipantau di FKTP itu yang perlu karena fokus
Prolanis ini kan pematauan.”

Universitas Sumatera Utara


176

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah peserta Prolanis di Puskesmas


Parsoburan

Gambar 2. Peserta Prolanis di Puskesmas Parsoburan berkonsultasi dengan dokter


pengelola Prolanis

Universitas Sumatera Utara


177

Gambar 3. Pelaksanaan senam Prolanis di halaman Puskesmas Parsoburan

Gambar 4. Pelaksanaan senam Prolanis di halaman Puskesmas Parsoburan

Universitas Sumatera Utara


178

Gambar 5. Absensi peserta senam Prolanis di Puskesmas Parsoburan

Gambar 6. Wawancara dengan dokter pengelola Prolanis di ruang praktik dokter


Puskesmas Parsoburan

Universitas Sumatera Utara


179

Gambar 7. Wawancara dengan Kepala Puskesmas Parsoburan di ruang tunggu


Puskesmas Parsoburan

Gambar 8. Wawancara dengan Person In Charge (PIC) Prolanis Puskesmas


Parsoburan di ruangan P-care Puskesmas

Universitas Sumatera Utara


180

Gambar 9. Wawancara dengan peserta Prolanis di teras depan halaman


Puskesmas Parsoburan

Gambar 10. Wawancara dengan Kepala Bidang Penjamin Manfaat Primer PBJS
Kesehatan Cabang Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


181

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU kepada Dinas
Kesehatan Kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara


182

Lampiran 5. Surat IzinPenelitian dari Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar


kepada Puskesmas Parsoburan

Universitas Sumatera Utara


183

Lampiran 6. Surat Pernyataan Selesai Penelitian dari Puskesmas Parsoburan


kepada FKM USU

Universitas Sumatera Utara


184

Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Memperoleh Data dari FKM USU kepada
BPJS Kesehatan Cabang Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai