Anda di halaman 1dari 166

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Matematika Kertas Karya Diploma (Statistika)

2018

Gambaran Pelayanan Unit Linen


Laundry Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018

Simatupang, Sahat Parulian


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/21642
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN PELAYANAN UNIT LINEN LAUNDRY RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (RS USU) TAHUN
2018

SKRIPSI

Oleh

SAHAT PARULIAN SIMATUPANG


NIM : 141000255

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN PELAYANAN UNIT LINEN LAUNDRY RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (RS USU) TAHUN
2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHAT PARULIAN SIMATUPANG


NIM : 141000255

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul „Gambaran

Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS

USU) Tahun 2018‟ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2019

Sahat Parulian Simatupang

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU)
Tahun 2018

Nama Mahasiswa : Sahat Parulian Simatupang

Nomor Induk Mahasiswa : 141000255

Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui

Pembimbing :

(Destanul Aulia, SKM., MBA., M.Ec., Ph.D)

NIP. 197512282005011002

Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

(Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes)

NIP. 196410041991031005

Tanggal Sidang : 06 Februari 2019.

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Rumah sakit merupakan tempat pengobatan, rawat inap, rawat jalan dan berbagai
aktivitas lainnya sebagai pelayanan kesehatan dan merupakan tempat bekerjanya
para tenaga kerja baik medis maupun non medis yang mempunyai potensi bahaya
yang sangat berisiko. Lingkungan rumah sakit yang kurang baik merupakan
sumber potensi terjadinya infeksi nosokomial, salah satu lingkungan tersebut
adalah pengelolaan linen, jika penanganan dilakukan tidak baik, maka dapat
menyebabkan penyebaran penyakit dari ruangan satu ke ruangan yang lain, dari
orang sakit ke orang sehat ataupun pasien ke petugas rumah sakit. Unit linen
laundry rumah sakit adalah penyumbang limbah cair terbesar yaitu 40% dari
jumlah limbah cair rumah sakit. Pelayanan unit linen laundry dilaksanakan harus
berdasarkan SOP dan menggunakan alat pelindung diri (APD) agar terhindar dari
infeksi nosokomial dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Logistik
pelayanan linen harus disesuaikan juga dengan jumlah pasien di rumah sakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelayanan unit linen laundry RS
USU tahun 2018. Metode penelitian adalah deskriptif bersifat kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah petugas unit linen laundry RS USU sedangkan
informan utama adalah kepala unit linen laundry dan kepala sub bagian sarana RS
USU. Hasil penelitian menujukkan bahwa unit linen laundry RS belum
menjalankan pelayanan linen sesuai SOP dan masih banyak petugas yang tidak
menggunakan APD lengkap. Logistik unit linen laundry masih belum lengkap
termasuk jumlah petugas masih kekurangan. Perencanaan peramalan kebutuhan
linen belum baik karena dilakukan berdasarkan asumsi linen yang hilang dan
rusak, proses pemesanan linen belum berjalan dengan baik karena belum ada
petugas khusus yang melakukannya, pengadaan kebutuhan linen belum berjalan
baik karena belum ada standar baku pengadaan linen serta pengendalian
persediaan linen belum berjalan dengan baik karena perhitungan kebutuhan linen
yang masih kurang dan belum menggunakan standar 3 kali jumlah tempat tidur.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan perhitungan kebutuhan linen supaya
dilakukan berdasarkan jumlah tempat tidur yaitu 3 par stok linen setiap tempat
tidur, perlu dibuat prosedur kerja tetap dalam pengelolaan linen. Petugas bekerja
seharusnya sesuai SOP dan selalu menggunakan APD lengkap. Unit linen laundry
RS USU seharusnya dilengkapi sarana dan peralatan yang dibutuhkan serta
petugasnya harus ditambahi agar bisa lebih maksimal pelayananannya.

Kata kunci: Alat Pelindung Diri (APD), Infeksi Nosokomial, Laundry, Linen.

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The hospital is a place of treatment, in-patient care, out-patient care and various
health services activities and also a place of both medical and non-medical
workers who have the potential for very risky hazards. Poor hospital environment
is a potential source of nosocomial infection, one of these environments is linen
management. If the handling is not precise, it can cause the spread of disease
from one room to another; from sick people to healthy people or patients to
hospital’s officers. The hospital linen laundry unit is the largest contributor of
liquid waste, which is 40% of the total hospital waste. The service of laundry linen
units must be based on precise Standard Operational Procedure (SOP) and using
personal protective equipment (PPE) to avoid nosocomial infections and improve
the quality of hospital services. The linen service logistics must also be adjusted to
the number of patients in the hospital. The purpose of this study was to determine
the service of laundry linen units at USU Hospital in 2018. This research is using
descriptive qualitative method. The sampling model in this study are officers of
the USU Hospital's laundry laundry unit; while the main informants are the head
of the laundry linen unit and the head of the sub-section of USU Hospital
facilities. The results of the study show that the hospital linen laundry units have
not yet run linen services according to the SOP and there are still many officers
who did not use complete PPE. The logistics of the laundry linen unit is still
incomplete including the lack number of officers. Forecast planning of linen needs
is not good because it is proceeded based on missing and damaged linen
assumptions, poor linen ordering process due to no availability of professional
officers, the procurement of linen needs has not run well because there is no
standard for procurement of linen, and control of linen inventory well because the
calculation of linen needs is still lacking and has not used the standard 3 times the
number of beds. Based on the results of the study, it is suggested that the
calculation of linen needs be done based on the number of beds, namely 3 par
linen stock per bed. It is necessary to make a permanent working procedure in
linen management. Officers work should be in accordance with the SOP and
always use a complete PPE. The laundry linen unit at USU Hospital should be
equipped with the necessary facilities and equipment, and the officers must be
added to be able to maximize their services.
Keywords: Personal Protective Equipment (PPE), Nosocomial Infection,
Laundry, Linen.

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas


Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik Peneliti di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
5. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan
skripsi ini.
7. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji
II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta
saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama
penulis menjalani pendidikan.
9. Dr. dr. Syah Mirsya Warli, Sp.U (K), selaku Direktur Utama RS USU Kota
Medan yang memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian
skripsi di RS USU.
10. Satrio Utomo, S.E., selaku Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU
sekaligus sebagai informan penelitian yang membantu memberikan
informasi penelitian skripsi kepada peneliti.
11. Masdi Olimpic, S.E., selaku Kepala Unit Linen Laundry RS USU sekaligus
informan penelitian yang membantu memberikan informasi penelitian
skripsi kepada peneliti.
12. Abang dan Kakak petugas unit linen laundry RS USU yang ikut turut
menjadi informan penelitian membantu peneliti memberikan informasi
seputar pelayanan unit linen laundry RS USU (Bang Petra, Bang Akhmal,
Bang Faisal, Bang Choky, Kak Trisnawati, Kak Beby dan Kak Gusti).
13. Kak Mutia, selaku staff administrasi RS USU yang turut membantu peneliti
dalam membantu dan melengkapi administrasi penelitian selama beberapa
bulan di RS USU.
14. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Mentawai Sumatera Utara (IMMSU) baik
yang ada di Kota Medan maupun di luar Kota Medan yang mendoakan,
mendukung, dan memotivasi peneliti mengerjakan skripsi ditengah
kesibukan dalam kegiatan dan organisasi.
15. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Papua Sumatera Utara (IMP Sumut) yang
mendoakan dan mendukung serta memotivasi peneliti mengerjakan skripsi,
khususnya buat adik Marlon Imburi dan Jorgen Swabra yang membantu
dalam penulisan skripsi peneliti.
16. Teristimewa kepada orang tua peneliti yakni Bapak Anggiat Timbul
Parulian Simatupang (+), seorang Bapak tersayang yang kini telah tiada
namun semasa hidupnya selalu memotivasi peneliti untuk bekerja keras dan
belajar keras dan Ibu Ertaniar Samaloisa yang adalah sosok ibu yang kuat

vi

Universitas Sumatera Utara


tanpa kenal lelah membiayai kami anak-anaknya ditengah-tengah seorang
bapak yang kami sayangi telah tiada serta kedua adek peneliti yang sangat
peneliti sayangi selalu mendoakan dan mendukung peneliti mengerjakan
penelitian skripsi (Yosua Simatupang dan Welly Simatupang).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2019

Sahat Parulian Simatupang

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i


HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR ISTILAH xii
RIWAYAT HIDUP xiii

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 11
Tujuan Penelitian 11
Manfaat Penelitian 12

TINJAUAN PUSTAKA 13
Rumah Sakit 13
Pengertian Rumah Sakit 13
Jenis & Klasifikasi Rumah Sakit 14
Rumah Sakit Umum Kelas B 15
Laundry Rumah Sakit 16
Persyaratan Umum Laundry Rumah Sakit 16
Unit Laundry Rumah Sakit Kelas B 17
Manajemen Linen Rumah Sakit 20
Linen 20
Linen Bersih 22
Linen Kotor 22
Linen Kotor Terinfeksi 23
Peran dan Fungsi 23
Tata Laksana Pengelolaan 24
Sarana Fisik dan Peralatan 27
Sarana Fisik 27
Peralatan dan Bahan Pencucian 29
Prosedur Pelayanan Linen 30
Tenaga Laundry 32
Penatalaksanaan Linen 32
Prosedur Penanganan Linen Kotor 36
Proses Pencucian Linen Kotor 37
Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) 38

viii

Universitas Sumatera Utara


Kerangka Pikir 42

METODE PENELITIAN 43
Jenis Penelitian 43
Lokasi dan Waktu Penelitian 43
Lokasi Penelitian 43
Waktu Penelitian 44
Informan Penelitian 44
Metode Pengumpulan Data 44
Instrumen Penelitian 45
Validasi Data 46
Definisi Operasional 47
Metode Pengukuran 51
Metode Analisis Data 52

HASIL DAN PEMBAHASAN 54

Gambaran Umum RS USU Kota Medan 54


Unit Linen Laundry RS USU 55
Observasi Pengelolaan Linen Laundry Infeksius dan Non Infeksius
RS USU Sesuai SOP 63
Proses Pengumpulan Linen 63
Proses Penerimaan/Penimbangan Linen 64
Proses Pemilahan/Perhitungan Linen 64
Proses Perendaman Linen 65
Proses Pencucian Linen 66
Proses Pengeringan Linen 67
Proses Penyetrikaan & Pelipatan Linen 67
Proses Penjahitan Linen 68
Proses Penyimpanan&Pendistribusian Linen 69
Proses Pengangkutan Linen 69
Sumber Daya Pelaksanaan Pengelolaan Linen Laundry RS USU 76
Sumber Daya Manusia (Man) 76
Pembiayaan (Money) 77
Sarana & Prasarana (Machines) 78
Hasil Wawancara Mendalam 80
Petugas (Staff Pelaksana) 80
Kepala Unit Linen Laundry RS USU 87
Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU 91
KESIMPULAN DAN SARAN 95
Kesimpulan 95
Saran 100

DAFTAR PUSTAKA 102


DAFTAR LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Perlengkapan Pelindungan Diri (APD) yang dianjurkan Dalam


Memproses Linen 39

2 Karakteristik Informan Unit Linen Laundry RS USU 56

3 Sumber Linen & Jumlah Berat Cucian Unit Linen Laundry RS USU 57
(Januari s.d Desember Tahun 2018)

4 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 70


Komponen Penilaian pada Tahap Pengumpulan

5 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 71


Komponen Penilaian pada Tahap Penerimaan/Penimbangan

6 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 72


Komponen Penilaian pada Tahap Pencucian

7 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 73


Komponen Penilaian pada Tahap Pengeringan

8 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 73


Komponen Penilaian pada Tahap Penyetrikaan

9 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 74


Komponen Penilaian pada Tahap Penyimpanan

10 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 74


Komponen Penilaian pada Tahap Pendistribusian

11 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 75


Komponen Penilaian pada Tahap Pengangkutan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Alur Aktivitas Fungsional Instalasi Laundry RS USU Medan 25

2 Manajemen Linen di Rumah Sakit 26

3 Kerangka Pikir 42

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISTILAH

APD Alat Pelindung Diri


DepKes Departemen Kesehatan
IPAL RS Instalasi Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit
KepMenkes Keputusan Menteri Kesehatan
K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PerMenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RS Rumah Sakit
SPA Sarana-Prasarana-Alat
UU Undang-Undang

xii

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sahat Parulian Simatupang berumur 23 tahun, dilahirkan

di Seay Baru (Kab.Kepulauan Mentawai) pada tanggal 04 November 1995.

Penulis beragama Kristen Protestan, anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Anggiat Timbul Parulian Simatupang (+) dan Ibu Ertaniar

Samaloisa.

Pendidikan formal dimulai di Pendidikan Sekolah Dasar di SDK.St.

Vincentius Sikakap (Kab.Kep.Mentawai) tahun 2002 – 2008, Sekolah Menengah

Pertama di SMP Swasta Fatima 1 Sibolga tahun 2008 – 2011, Sekolah Menengah

Atas di SMA Swasta Khatolik Sibolga tahun 2011 – 2014, selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2019

Sahat Parulian Simatupang

xiii

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : Rabu, 6 Februari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M.,MBA.,M.Ec.,Ph.D

Anggota : 1. dr. Fauzi,S.K.M

2. Putri Citra Cinta Asyura Nasution,S.K.M.,M.Kes

xiv

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat pengobatan, rawat inap, rawat jalan dan

berbagai aktivitas lainnya sebagai pelayanan kesehatan dan merupakan tempat

bekerjanya para tenaga kerja baik medis maupun non medis yang mempunyai

potensi bahaya yang sangat berisiko. Pekerja medis di rumah sakit seperti dokter,

suster/perawat, apoteker, dll. Pekerja non medis di rumah sakit seperti pekerja

administrasi, pekerja office boy/girl, pekerja laundry, dll (Mungesti, 2016).

Seiring dengan laju pembangunan disegala bidang dan derasnya arus

informasi dalam era globalisasi ini telah membentuk opini masyarakat terhadap

pelayanan kepada masyarakat. Tuntutan terhadap mutu pelayanan rumah sakit

semakin lama semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya pendidikan

dan kesejahteraan masyarakat (Aini, 2013).

Menurut Douglas dalam Buku Manajemen Logistik, salah satu upaya yang

banyak dilakukan oleh pihak rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat adalah dengan pendekatan sistem yaitu memanfaatkan semua

sumber daya yang ada yang meliputi pengoptimalan input, pelaksanaan proses

yang tepat dan baik, output yang berkualitas dan bermanfaat.

Logistik merupakan bagian yang penting dalam menunjang kegiatan

operasional rumah sakit. Penyelenggaraan logistik memberikan kegunaan waktu

dan tempat (time and place utility). Aktifitas pelayanan rumah sakit sangat

Universitas Sumatera Utara


2

tergantung dengan tersedianya peralatan dan perlengkapan yang dimiliki.

Ketepatan dalam perencanaan, pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaannya

akan sangat menentukan keberhasilan dalam peningkatan mutu pelayanan.

Dalam pelaksanaan kegiatan perlu diketahui keterbatasan-keterbatasan

(limitation) kemampuan logistik. Salah satu keterbatasan dalam hal ini

diantaranya ialah faktor pembiayaan yang tercermin pada terbatasnya anggaran.

Keterbatasan lainnya berupa sarana material yang tidak tersedia dalam kondisi

siap untuk segera dapat dipergunakan secara efektif pada tempat dan waktu yang

telah ditentukan.

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah entitas Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI yang ditempatkan dibawah pengelolaan USU.

Selain memberikan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara mempunyai fungsi utama sebagai tempat pendidikan/ pelatihan tenaga

profesional dan penelitian kesehatan/ kedokteran. Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara berfungsi sebagai sebuah institusi yang menghasilkan tenaga

kesehatan yang berkualitas, penyedia jasa pelayanan kesehatan dan sebagai

sebuah wahana penelitian. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara merupakan

rumah sakit negeri dibawah universitas dan kemenristekdikti yang melayani

masyarakat umum, karyawan, pasien JKN, BPJS Kesehatan (Profil Kesehatan

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Tahun 2016).

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yang kemudian disingkat RS

USU merupakan rumah sakit pendidikan dan sejak Juni 2018 RS USU sudah

Universitas Sumatera Utara


3

menjadi rumah sakit tipe B serta terletak di Kota Medan. Dalam upaya

meningkatkan kesehatan masyarakat, pihak RS USU sudah mempunyai beberapa

ruangan/ unit pelayanan maupun unit penunjang mulai dari lantai 1 hingga lantai 4

yaitu Instalasi Radiologi, IGD, Psioterapi, Poli Rawat Jalan, umum (kelas VIP,

kelas I, kelas II, kelas III), Poli Gigi, ICU, PICU, VK (ruang bersalin), Maternitas,

Instalasi Bedah Sentral/ Ruang Bedah (OK), Poli Anak, Ruang Hemodialisis,

Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi dan Instalasi Laundry/ Linen.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah

melalui pelayanan penunjang medik, salah satunya dalam upaya pengelolaan linen

di rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan

akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi baik jenis, jumlah dan

kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan banyak

keterlibatan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Untuk

mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai diperlukan

perhatian khusus seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek

penggunaan bahan kimia (Panduan Pengelolaan Linen RS. AT Medika Tahun

2014).

Unit Laundry RS USU sebagai unit pelayanan penunjang dalam

pengelolaan dan penyediaan kebutuhan linen di rumah sakit merupakan salah satu

mata rantai yang sangat berperan penting dalam penularan infeksi nosokomial

baik bagi pasien, pegawai maupun pengunjung rumah sakit. Hal ini dimungkinkan

karena selama proses pengelolaan linen mulai dari pengadaan bahan linen, proses

desinfeksi linen, proses pencucian linen kotor, penggunaan bahan kimia pencuci,

xvii

Universitas Sumatera Utara


4

proses pengeringan, penyetrikaan, cara melipat dan menyimpan linen sampai pada

proses pendistribusian linen bersih ke ruangan dapat menjadi media tumbuh

kembangnya mikroorganisme pathogen atau menjadi perantara penyebaran bibit

penyakit dari satu orang ke orang lain.

Linen adalah istilah untuk meyebutkan seluruh produk tekstil yang berada

di rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di

ruang operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter dan baju kerja biasanya

tidak dikelompokkan pada kategori linen tetapi dikategorikan sebagai seragam

(uniform). Menurut bidang laundry, ada linen kotor (soiled linen) dan ada linen

terinfeksi (fouled and infected linen) serta linen yang terinfeksi hepatitis. Ruang

yang perlu disediakan adalah ruang linen kotor, ruang linen bersih, gudang kereta

linen, gudang untuk penyimpanan perlengkapan bersih dan perlengkapan cuci

(Nauli, 2015).

Harus pula diingat bahwa unit laundry rumah sakit adalah penyumbang

limbah cair terbesar yang dihasilkan dari proses penanganan linen yaitu sebesar

40% dari jumlah limbah cair rumah sakit, belum lagi beban yang harus

dikeluarkan untuk perawatan fasilitas dan sarana, kemungkinan terjadinya infeksi,

pemantauan kualitas air dan dampak dari penggunaan bahan-bahan kimia

menyebabkan alur pengelolaan linen cukup panjang dan membutuhkan

penanganan serius serta melibatkan banyak tenaga kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung kepada Pak Amri

Arifin (Lulusan SMK, 30 tahun) selaku Petugas IPAL RS USU (Instalasi

xviii

Universitas Sumatera Utara


5

Pengolahan Air Limbah) mengatakan bahwa berdasarkan Keputusan Walikota

Medan No 660.2/399k/2017 dan No 660/1402/DLH/IV/2017 Tentang Izin

Pembuangan Air Limbah Kepada RS USU dan Izin Penyimpanan Sementara

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepada RS USU, pihak IPAL RS USU

sejauh ini sudah sesuai SOP dalam melakukan pengolahan air limbah RS USU

termasuk limbah instalasi unit laundry. Air yang sudah di filter di tahap akhir

dibuang di tanah dan belum ada tempat penampungan khusus serta belum ada

pemanfaatan air limbah yang sudah di filter tersebut. Hasil air bersih yang

dihasilkan IPAL RS USU ini diuji di laboratorium Scupindo setiap sekali sebulan.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL RS USU) secara umum dianggap

masih dalam ambang batas aman atau tidak mencemari. Demikian antara lain

hasil penilaian dari berita acara pengawasan/pembinaan/evaluasi pengelolaan

lingkungan yang dilakukan UPT Pengelolaan Kualitas Air Sungai Belawan-Deli

Dinas Lingkungan Hidup Pemprov Sumut. Direktur Sarana Prasarana dan

Pelayanan Penunjang Dr Achmad Delianur Nasution,ST.MT didampingi Eko

Wibowo, AMKL selaku Kepala Unit IPAL RS USU saat dihubungi

menyampaikan RS USU dibangun dengan dana IDB. Sejak proposal hingga

pembangunan ikut diawasi langsung oleh pihak IDB yang termasuk sangat konsen

terhadap standarisasi penanganan limbah rumah sakit, sehingga dari awal desain

IPAL RS USU sudah sesuai dengan standar-standar yang berlaku.

Jumlah linen yang harus disediakan oleh pihak RS USU tentunya akan

sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien, semakin

banyak kunjungan pasien maka semakin banyak pula kebutuhan linen yang harus

xix

Universitas Sumatera Utara


6

disediakan oleh rumah sakit (Pedoman Pengorganisasian Unit Laundry RS USU

Tahun 2016).

Menurut penelitian sebelumnya tentang analisis pelaksanaan pengelolaan

sanitasi laundry di Rumah Sakit Martha Friska Tahun 2013 tentang sanitasi

pengelolaan linen merupakan salah satu upaya sanitasi khusus di rumah sakit yang

dapat menimbulkan bahaya/ resiko tinggi bagi petugas, penderita maupun

pengunjung rumah sakit apabila tidak dilakukan sanitasi pengelolaan linen yang

tidak memenuhi syarat dapat memicu timbulnya bakteri, kuman atau virus yang

dapat tumbuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.

Menurut Center of Disease Control, di AS tahun 1995 sebanyak 88.000

kematian disebabkan oleh infeksi nosocomial, di Prancis prevalensi infeksi

nosocomial sebesar 6,87-7,5%. Di Italia tahun 2000 sekitar 6,7% pasien di rumah

sakit terinfeksi oleh infeksi nosocomial. Infeksi nosocomial banyak terjadi pada

negara berkembang karena kebersihan yang buruk dan perilaku masyarakat

ataupun petugas kesehatan yang tidak mengikuti SOP yang sesuai.

Penderita infeksi nosokomial sebesar 9% dengan variasi antara 3%-20%

dari penderita rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Di Negara berkembang

termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosocomial adalah sekitar 9,1%

dengan variasi 6,1%-16,0%. Di Indonesia kejadian infeksi nosocomial pada jenis/

tipe rumah sakit sangat beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada

tahun 2004 diperoleh data proporsi kejadian infeksi nosocomial di rumah sakit

pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien berisiko

xx

Universitas Sumatera Utara


7

160.417 (55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991

pasien dari jumlah pasien berisiko 130.047 (35,7%). Untuk Rumah Sakit ABRI

dengan jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien berisiko 1.672 (9,1%)

(Depkes RI, 2004).

Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial disejumlah rumah sakit di

Indonesia cukup tinggi, tingginya angka kejadian infeksi nosocomial

mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Infeksi

nosocomial dapat terjadi mengingat rumah sakit merupakan “gudang” mikroba

pathogen menular yang bersumber terutama dari penderita penyakit menular.

Disisi lain, petugas kesehatan dapat pula sebagai sumber, disamping keluarga

pasien yang lalu lalang, peralatan medis dan lingkungan rumah sakit itu sendiri

(Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial selain menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan

mortalitas juga menyebabkan kerugian lain seperti rasa tidak nyaman bagi pasien,

perpanjangan hari rawat, menambah biaya perawatan dan pengobatan serta

masalah social ekonomi lainnya. Infeksi nosocomial dapat bersumber dari factor

endogen dan eksogen yang berasal dari lingkungan yang dapat berupa benda

hidup maupun benda mati yang terkontaminasi oleh manusia. Berdasarkan

keterangan Kepala Unit Laundry RS USU bahwa sampai saat ini di RS USU

belum ada terjadi infeksi nosocomial khususnya yang disebabkan oleh Instalasi

Linen-Laundry RS USU.

Universitas Sumatera Utara


8

Suatu hal yang cukup memprihatinkan adalah adalah sedikitnya Binatu

RSU Pemerintah yang memiliki ruang linen yang terpisah antara ruang linen yang

infeksius dan non infeksius. Hal ini memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi

nosokomial (hospital acquired infections/ HAI‟s) (Rifakes, 2011).

Agar pelaksanaan operasional linen dan laundry dapat berjalan dengan

baik dibutuhkan pedoman pengorganisasian yang membahas stuktur organisasi

serta uraian tugas dari masing-masing jabatan unit linen dan laundry untuk

mengetahui tingkat pengetahuan petugas laundry dalam memahami SOP.

Berdasarkan wawancara survei pendahulu yang peneliti telah laksanakan

mengenai pengetahuan responden tentang linen di bagian laundry RS USU,

pendapat responden mengenai kebersihan, kerapian dan ketersediaan linen di

bagian laundry RS USU dengan responden yang ada di ruangan ditemukan bahwa

responden mengaku belum mengetahui keberadaan laundry RS USU apakah

sudah memiliki unit sendiri dan lainnya, dan ada responden yang menilai cukup

baik dan cukup memuaskan mengenai kualitas linen yang mencakup kebersihan,

kerapian, dan ketersediaan linen di RS USU serta responden memberikan

penilaian sudah baik dan banyak responden mengharapkan pihak laundry RS USU

memberikan informasi mengenai keberadaan linen dan laundry RS USU sehingga

setiap pasien dapat mengetahuinya juga serta kualitas linen lebih ditingkatkan lagi

sehingga setiap pasien merasa puas atas pelayanan pihak laundry RS USU.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti bulan

Agustus 2018 kepada Kepala Unit Linen Laundry RS USU bahwa RS USU

Universitas Sumatera Utara


9

memiliki 1 ruangan khusus laundry dan telah memiliki sarana laundry sendiri

artinya dalam pengelolaan linen di bagian laundry tidak bekerja sama dengan

pihak ketiga. Unit Laundry RS USU aktif beroperasi sejak Maret 2016 dan diawal

aktif beroperasi masih bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu bersama RS Adam

Malik selama 4 bulan (Maret-Juni 2016). Adapun pihak Laundry RS USU

memilih untuk tidak bekerja sama dengan pihak ketiga karena memiliki banyak

keuntungan diantaranya adalah lebih efisien dari segi biaya, pengelolaan linen

lebih cepat dari segi waktu dan pengontrolan/ pengawasan pengelolaan linen

menjadi lebih mudah.

Berdasarkan informasi Kepala Unit Laundry RS USU bahwa petugas

laundry berjumlah 8 orang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.

Unit Laundry RS USU masih kekurangan tenaga kerja, kain-kain linen masih

kurang, mesin cuci kurang serta peralatan/ perlengkapan lainnya masih kurang

namun surat pengajuan penambahan kapasitas kelengkapan laundry sudah

diajukan tetapi hingga saat ini belum mendapat respon positif. Adapun faktor

yang mempengaruhi kepuasan pengelolaan linen adalah kecepatan pencucian

linen, kebersihan dan kerapian linen serta ketersediaan linen.

Permasalahan Unit Laundry RS USU sesuai studi pendahuluan peneliti

adalah pertama, belum baiknya manajemen perencanaan linen terlihat dari jumlah

par stoke linen belum memenuhi standar minimal yaitu 3 kali jumlah tempat tidur.

Tempat tidur RS USU berjumlah 150 tempat tidur namun yang aktif adalah 100

tempat tidur dan pihak laundry hanya menyediakan 200 par stoke sedangkan yang

seharusnya disediakan adalah sebanyak 300 par stoke. Namun saat ini, pihak unit

Universitas Sumatera Utara


10

laundry telah membagi linen setiap ruangan berdasarkan kebutuhan masing-

masing. Kedua, belum baiknya manajemen pelaksanaan linen terlihat dari

pelaksanaan sistem pendistribusian linen yang kurang baik, banyaknya kain linen

tertukar antar unit/ ruangan dan belum ada penyusunan jobdesk karena tenaga

kerja yang masih kurang. Ketiga, belum baiknya manajemen pengendalian linen

terlihat dari sering hilangnya linen di beberapa ruangan disebabkan karena

kurangnya pengawasan/ pengendalian linen yang baik oleh petugas. Hal ini

tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan linen yang tidak seimbang

karena jumlah par stoke linen akan berkurang dan menjadi tidak seimbang.

Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan bahwa di bagian laundry RS

USU juga ditemukan beberapa masalah lainnya sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004, Departemen Kesehatan RI Dirjend

Pelayanan Medik Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340

Tahun 2010 serta Pedoman Laundry RS USU Tahun 2016 yaitu pertama,

mengenai prosedur kerja yang baku tidak dilaksanakan semuanya seperti kurang

lengkapnya penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada petugas unit laundry,

pemusnahan linen tidak ada dan lainnya. Kedua, mengenai identifikasi dan

pengelolaan linen yang baik tidak semua dilaksanakan seperti pemerasan tidak

dilakukan dan lainnya. Ketiga, mengenai sarana seperti mesin cuci, mesin

pengering dan mesin setrika roll belum mencukupi di unit ini sehingga linen yang

di cuci, di keringkan dan di setrika dikerjakan dalam waktu yang lama ditambah

lagi jumlah petugas yang masih kekurangan.

Universitas Sumatera Utara


11

Terakhir, berdasarkan keterangan Kepala Unit Laundry RS USU bahwa

mengenai staff pelaksana (tenaga/petugas unit laundry) belum ada pembagian

tugas pokok (jobdesk) tetapi masih bersifat acak (semua bergantian

melakukannya) ditambah lagi bahwa standar pendidikan dibagian laundry tidak

terlalu dipermasalahkan meskipun tidak ada yang jurusan kesehatan (minimal

pendidkan SLTA). Sesuai Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa Staff

Pelaksana Unit Laundry RS USU belum memenuhi syarat salah satu nya karena

belum lengkap memiliki 3 (tiga) buah sertifikat pelatihan laundry.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang didapat adalah

bahwa Petugas Unit Linen Laundry RS USU bekerja belum sesuai SOP &

Peraturan DepKes RI Dirjend Pelayanan Medik Tahun 2004, belum menggunakan

APD sesuai aturan yang berlaku serta belum adanya pemanfaatan sisa air limbah

yang sudah diolah tetapi dibuang langsung ke tanah, pembiayaan linen di Instalasi

Laundry RS USU belum maksimal/ tidak berjalan sesuai yang diharapkan serta

staff pelaksana unit laundry belum memiliki sertifikat pelatihan laundry sebagai

syarat utama.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Kota Medan

Tahun 2018 baik dari segi sarana & prasarana, Pembiayaan, staff pelaksana/

tenaga (input), dan Kegiatan Unit Laundry RS USU (mulai dari pengumpulan,

penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, hingga

Universitas Sumatera Utara


12

distribusi) serta mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan Unit Laundry RS

USU dan membandingkannya dengan Peraturan Departemen Kesehatan RI

Dirjend Pelayanan Medik Tahun 2004 Tentang Pedoman Manajemen Linen

Rumah Sakit (output).

Manfaat Penelitian

a. Untuk tambahan referensi bagi peminatan Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan (AKK) tentang gambaran pengelolaan linen di bagian laundry

rumah sakit

b. Untuk bahan informasi bagi RS USU Kota Medan dalam upaya peningkatan

pelayanan penunjang medik di rumah sakit khususnya bagian laundry rumah

sakit

c. Untuk bahan evaluasi bagi tenaga kerja/ petugas Unit Laundry RS USU Kota

Medan

d. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis/ peneliti tentang

pengelolaan linen bagian laundry rumah sakit

e. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang pelayanan unit laundry

rumah sakit khususnya Unit Laundry RS USU Kota Medan

f. Untuk mengetahui pelayanan unit laundry rumah sakit yang baik dan benar

yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian linen.

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Sakit

Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI No 44 Tahun 2009).

Menurut American Hospital Association (1974), rumah sakit adalah

organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran

yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

diderita pasien. Sementara itu, menurut Wolper dan Pena (1987), rumah sakit

adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran

serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan

berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan (Adisasmito, 2007).

Rumah sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-

kurangnya pelayanan medik, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan,

rawat inap, operasi/ bedah, pelayanan medik spesialisasi dasar, penunjang medik,

farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen,

penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, ambulance,

pemeliharaan sarana rumah sakit serta pengolahan limbah (PerMenkes RI No 340

Tahun 2010).

13

Universitas Sumatera Utara


14

Jenis & Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan UU RI No 44 Tahun 2009, Rumah Sakit dapat dibagi

berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan

yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah

Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama

pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Berdasarkan

pengelolaannya, rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah

sakit privat. Rumah Sakit Publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah

daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit Privat dikelola oleh

badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Rumah Sakit USU merupakan Rumah Sakit Pendidikan yang saat ini

adalah Rumah Sakit Kelas B sejak Juni 2018. Rumah Sakit dapat ditetapkan

menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah

sakit pendidikan dan rumah sakit ini ditetapkan oleh Menteri setelah

berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit

Pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan

penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan

kedokteran berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan

fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Klasifikasi Rumah

Universitas Sumatera Utara


15

Sakit Umum berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan dapat dibedakan

menjadi 4 jenis yaitu Rumah Sakit Umum Kelas A,B,C, dan D. Klasifikasi Rumah

Sakit Khusus berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan dapat dibedakan

menjadi 3 jenis yaitu Rumah Sakit Khusus Kelas A,B,dan C (PerMenkes RI No

340 Tahun 2010).

Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4

(empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik

spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar.

Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik

umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan

spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik

spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan

kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non medik.

Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Menteri. Peralatan yang dimiliki rumah sakit harus memenuhi standar yang

ditetapkan oleh menteri. Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus

memenuhi standar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Jumlah tempat

tidur minimal 200 buah.

Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata

laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau

Direktur Rumah Sakit, Unsur pelayanan medis, Unsur keperawatan, unsur

Universitas Sumatera Utara


16

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal serta administrasi

umum dan keuangan. Tata laksana meliputi tata laksana organisasi, standar

pelayanan, standar operasional prosedur, sistem informasi manajemen rumah

sakit, hospital by laws dan medical staff bg laws.

Laundry Rumah Sakit

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah

melalui pelayanan penunjang non medik, khususnya dalam pengelolaan linen di

rumah sakit (DepKes RI, 2004).

Laundry rumah sakit adalah tempat penyucian linen yang dilengkapi

dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan bahan desinfektan,

mesin uap, pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry merupakan unit yang

melakukan pengolahan linen rumah sakit, khususnya linen yang merupakan

kelengkapan tempat tidur pasien rawat inap (Jumadewi, 2014).

Persyaratan Umum Laundry

Persyaratan umum untuk laundry di rumah sakit berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004 adalah:

1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan

aliran yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan tersedia desinfektan

2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran

pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci

jenis-jenis linen yang berbeda

3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan

non infeksius

Universitas Sumatera Utara


17

4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi

dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi

pengolahan air limbah

5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai dengan

kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk

perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen,

kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk

linen

6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,

pencuciannya dapat bekerja sama dengan pihak lain dan pihak lain

tersebut harus mengikuti persyaratan tata laksana yang telah ditetapkan.

Unit Laundry Rumah Sakit Kelas B

Laundry RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana

penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler),

pengering, meja dan mesin setrika.

Lingkup sarana pelayanan:

1. Pengumpulan

a. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan

memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi

label.

b. Menghitung dan mencatat linen di ruangan

Universitas Sumatera Utara


18

2. Penerimaan

a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan non

infeksius

b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya

3. Pencucian

a. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci

dan kebutuhan deterjen dan desinfektan

b. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian

merendamnya dengan menggunakan desinfektan

c. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya

4. Pengeringan

5. Penyetrikaan

6. Penyimpanan

7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas, penerima,

kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai

kartu tanda terima.

8. Pengangkutan

a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong

untuk membungkus linen kotor

b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda warna dan tertutup antara linen

bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan desinfektan

setelah digunakan mengangkut linen kotor.

c. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna

Universitas Sumatera Utara


18

d. RS yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari dan ke

tempat laundry harus menggunakan mobil khusus.

Ketentuan-ketentuannya berdasarkan Pedoman Teknis Bangunan Rumah

Sakit Kelas B Tahun 2012:

a. Kebutuhan Ruangan dan Fasilitas:

1. Ruangan administrasi dan pencatatan

2. Ruang Kepala Laundry

3. Ruang penerimaan dan sortir

4. Ruang dekontaminasi/ perendaman linen

5. Ruang cuci dan pengeringan linen

6. Ruang setrika dan lipat linen

7. Ruang perbaikan linen

8. Ruang penyimpanan linen

9. Ruang dekonminasi trolly

10. Ruang penyimpanan trolly

11. Gudang bahan kimia

12. Kamar mandi/ WC Petugas

b. Persyaratan Khusus:

1. Tersedia kran air bersih dengan dengan kualitas dan tekanan aliran

yang memadai, air panas untuk desinfeksi dengan desinfektan yang

ramah terhadap lingkungan. Suhu air panas mencapai 70 dalam

waktu 25 menit atau 95 dalam waktu 10 menit untuk pencucian

pada mesin cuci.

Universitas Sumatera Utara


20

2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan

saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang

dapat mencuci jenis - jenis linen yang berbeda.

3. Tersedia saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan

pengolahan awal (pre-treatment) khusus laundry sebelum dialirkan

ke IPAL RS (Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit).

4. Untuk linen non infeksius (misalnya dari ruang-ruang administrasi

perkantoran) dibuatkan akses ke ruang pencucian tanpa melalui

ruang dekontaminasi.

5. Tidak disarankan untuk mempunyai tempat penyimpanan linen

kotor.

Manajemen Linen Rumah Sakit

Linen

Linen adalah bahan/ alat yang terbuat dari kain tenun. Menurut bidang

laundry, ada linen kotor (soiled linen) dan linen terinfeksi (fouled dan infected

linen) serta linen yang terkontaminasi hepatitis (Djojodibroto, 1997).

Linen juga dapat diartikan sebagai bahan-bahan dari kain yang digunakan

dalam fasilitas perawatan kesehatan oleh staf rumah tangga (kain tempat tidur dan

handuk), staf pembersih (kain pembersih, gaun, dan kap), personel bedah (kap,

masker, baju cuci, gaun bedah, drapes dan pembungkus), serta staf di unit khusus

seperti ICU dan unit-unit lain yang melakukan prosedur medic invasive (seperti

anestesiologi, radiologi atau kardiologi) (Tietjen dkk, 2004).

Universitas Sumatera Utara


21

Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen

dimaksud antara lain (DepKes RI, 2004):

1. Sprei/ laken

2. Steek laken

3. Perlak/ zeil

4. Sarung bantal

5. Sarung guling

6. Selimut

7. Boven laken

8. Alas Kasur

9. Bed cover

10. Tirai/ gorden

11. Vitage

12. Kain penyekat/ scherm

13. Kelambu

14. Taplak

15. Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung)

16. Celemek, topi, lap

17. Baju pasien

18. Baju operasi

19. Kain penutup (tabungan gas, troli dan alat kesehatan lainnya)

20. Macam-macam dock

21. Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi

Universitas Sumatera Utara


22

22. Steek laken bayi

23. Kelambu bayi

24. Laken bayi

25. Selimut bayi

26. Masker

27. Gurita

28. Topi kain

29. Wash lap

30. Handuk

31. Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, doek,

sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja instrument, mitela, barak

schort).

Linen Bersih (clean linen)

Menurut Peninsula Community Health (2012), linen bersih adalah linen

yang tidak digunakan sejak terakhir di laundry.

Linen Kotor (soiled used linen)

Linen kotor yang sudah digunakan baik terkena darah ataupun cairan

tubuh lain dan semua linen yang digunakan oleh pasien yang terkena infeksi (baik

kotor/ternoda ataupun tidak) (Peninsula Community Health, 2012). Ada

penjelasan lain menurut Laundry Management Policy (2013), linen kotor adalah

linen yang sudah digunakan tetapi tetap digunakan.

Universitas Sumatera Utara


23

Linen Kotor Terinfeksi (fouled and infected linen)

Adalah linen yang terkominasi dengan darah/ cairan tubuh yang masih

basah atau linen yang sudah digunakan oleh pasien dari sumber isolasi (Laundry

Management Policy, 2013). Menurut Depkes RI (2004), linen kotor terinfeksi

adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama

yang berasal dari infeksi TB Paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan

eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang

spesifik (SARS).

Peran dan Fungsi

Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali

dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian.

Alur aktivitas fungsional dimulai dari linen kotor, penimbangan, pemilahan,

proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen

rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan dan

mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak

dikirim ke kamar jahit (Depkes RI, 2004).

Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka

diperlukan alur yang terencana dengan baik, peran sentral lainnya adalah

perencanaan, pengadaan, pemusnahan, control dan pemeliharaan fasilitas

kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit - unit yang

membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


24

Tata Laksana Pengelolaan

Dalam Buku Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit, Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI (2004), tata laksana dalam pengelolaan

linen terdiri dari:

1. Perencanaan

2. Penerimaan linen kotor

3. Penimbangan

4. Pensortiran/ pemilahan

5. Proses pencucian

6. Pemerasan

7. Pengeringan

8. Sortir noda

9. Penyetrikaan

10. Sortir linen rusak

11. Pelipatan

12. Merapikan, pengepakan/ pengemasan

13. Penyimpanan

14. Distribusi

15. Perawatan kualitas linen

16. Pencatatan dan pelaporan

Universitas Sumatera Utara


25

Alur Aktivitas Fungsional Instalasi Laundry

RUANGAN INSTALASI
TERKAIT LAUNDRY
 Pengumpulan
 Pewadahan
PENERIMAAN

PENIMBANGAN, PEMILIHAN DAN


PENCATATAN

LINEN LINEN
NON INFEKSIUS INFEKSIUS

PENCUCIAN

PENGERINGA

PENYETRIKA

Kurang Linen PENJAHITAN

PELIPATAN

PENYIMPANAN
Gambar 2.1 Alur Aktivitas Fungsional
Instalasi Laundry RS USU Medan
PENDISTRIBUSIAN

Universitas Sumatera Utara


26

Manajemen Linen Laundry di Rumah Sakit

Perencanaan

Proses Pengadaan

Pengadaan

Penerimaan

Pemberian Identitas

Distribusi ke unit-unit
terkait
Yang membutuhkan

Pemanfaatan linen oleh


unit - unit terkait

Hilang Rusak

Perbaikan Pemusnahan

Pencatatan/Pelaporan Gambar 2.2 Manajemen


Linen di Rumah Sakit
(Depkes, 2004)

Universitas Sumatera Utara


27

Sarana Fisik dan Peralatan

Sarana Fisik

Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,

terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum

pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk

memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan

hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang, untuk

memudahkan penginstalan termasuk instalan listrik, uap, air panas dan penunjang

lainnya, misalnya mendekatkan power house dengan steam boiler dan penunjang

lainnya. Sarana fisik instalansi pencucian terdiri dari beberapa ruang antara lain:

1. Ruang Penerimaan Linen

Ruangan ini memuat:

a. Meja penerima yaitu linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.

Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk

yang terinfeksi dan kantung warna putih untuk tidak terinfeksi

b. Timbangan duduk

c. Ruang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan

desinfektan sesuai standart sanitasi rumah sakit

d. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exhaust

fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D = 100 - 200 lux

(sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit).

Universitas Sumatera Utara


28

2. Ruang Pemisahan Linen

Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak

terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan

penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 lux sesuai

pedoman pencahayaaan rumah sakit, lantai dan ruangan ini tidak boleh

dari bahan licin.

3. Ruang Pencucian dan Pengeringan Linen

Ruang ini memuat:

a. Mesin cuci

b. Mesin pengering

4. Ruang Penyetrikaan Linen

Ruang ini memuat:

a. Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers, pressing ironers

yang membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva per alat atau jenis

yang menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja sekitar 5

kg/ dan tenaga listrik sekitar 1 Kva per unit alat

b. Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per alat

c. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan exhaust

fan untuk penerangan minimal kategori pencahayaan D=200-500 lux

sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.

5. Ruang Penyimpanan Linen

Ruangan ini memuat:

a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen

Universitas Sumatera Utara


29

b. Meja administrasi

6. Ruang Distribusi Linen

Ruang ini memuat meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada

pengguna.

Peralatan dan Bahan Pencucian

Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi

dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci/linen,

mesin pencuci, kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya tidak

merusak lingkungan.

a. Peralatan pada instalasi pencuci antara lain:

1. Mesin cuci/ washing machine

2. Mesin peras/ washing extractor

3. Mesin pengering/ drying tumbler

4. Mesin penyetrika/ flatwork ironer

5. Mesin penyetrika press/ presser ironer

6. Mesin jahit/ sewing machine

b. Produk bahan kimia

Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari:

1. Alkali

Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergen dan

emulsifier serta membuka pori linen

2. Detergen= sabun pencuci

Universitas Sumatera Utara


30

Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara

global

3. Emulsifier

Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak

dan lemak

4. Bleach = pemutih

Mengangkat kotoran/ noda, mencemerlangkan linen dan bertindak

sebagai desinfektan baik pada linen yang berwarna (ozone) dan yang

putih (chlorine)

5. Sout/ penetral

Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH nya menjadi 7

atau netral

6. Softener

Melembutkan linen yang digunakan pada proses akhir pencucian

7. Starch/ kanji

Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi

kaku juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak

sampai ke serat.

Prosedur Pelayanan Linen

Sentralisasi Linen

Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari prsoes

perencanaan, pemantauan dan evaluasi dimana merupakan suatu siklus berputar.

Universitas Sumatera Utara


31

Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu

diadakan sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik.

Standarisasi Linen

Standarisasi linen antara lain:

1. Standar produk

Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap

rumah sakit mempunyai standar produk yang sama agar bisa diproduksi

massal dan mencapai skala ekonomi.

2. Standar desain

Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya daripada

estetikanya , maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex

merupakan pilihan yang ideal.

3. Standar material

Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan

penampilan yang diharapkan.

4. Standar ukuran

Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi

penggunanya, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang

timbul.

5. Standar jumlah

Idealnya stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di

ruangan: stok 1 par dicuci, stok 1 par cadangan dan 2 par mengendap di

logistik: 1 par sudah dijahit, 1 par berupa kain.

Universitas Sumatera Utara


32

6. Standar penggunaan

Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur

normal

Tenaga Laundry

Untuk mencegah infeksi yang terjadi dalam pelaksanaan kerja terhadap

tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan:

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala

b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan Hepatitis

c. Pekerja yang memiliki permasalahan kulit: luka-luka, ruam, kondisi kulit

eksfolatif tidak boleh melakukan pencucian

Penatalaksanaan Linen

Tahapan Pencucian Linen

1. Pengumpulan, dilakukan:

a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari sumber dan

memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya dan diberi label.

b. Menghitung dan mencatat linen di ruangan

2. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan

Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan sedangkan

jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang sudah

distandarkan. Membersihkan linen kotor dan tinja, darah, urin dan muntahan

kemudian merendamnya menggunakan desinfektan. Mencuci dikelompokkan

berdasarkan tingkat kekotorannya. Penimbangan sesuai dengan kapasitas

Universitas Sumatera Utara


33

dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia dalam tahapan

proses pencucian.

1. Pencucian

Pencucian mempunyai tujuan selain untuk menghilangkan noda (bersih), awet

(tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari

mikroorganisme pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan

pemanasan-desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme yang mungkin

tumbuh dalam semalam di mesin-mesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan

pencucian harus mengikuti persyaratan teknis pencucian:

a. Waktu

Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature dan

bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih dan sehat.

b. Suhu

Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil yaitu katun 90 , polykatun <

80 , polyester < 75 , woll dan silk <30 , sedangkan suhu terkait

dengan pencampuran bahan kimia dan proses:

- Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu normal

- Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen warna

putih 40-50 , untuk linen warna 60-80

- Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 atau 71

- Proses bilas I dan II dengan suhu normal

- Proses penetralan dengan suhu normal

- Proses pelembut/ pengkanjian dengan suhu normal

Universitas Sumatera Utara


34

c. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulfisier, detergen,

bleach, sour, softener dan starch. Masing-masing mempunyai fungsi

sendiri penanganan linen infeksius dipersyaratkan menggunakan bahan

kimia chlorine formulasi 1% atau 10.000 ppm.

d. Mechanical action

Adalah perputaran mesin pada saat proses pencucian. Factor-faktor yang

mempengaruhinya adalah:

- Loading muatan yang tidak sesuai dengan kapasitas mesin dimana

mesin harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin

- Level air yang tidak tepat

- Motor penggerak yang tidak stabil

- Takaran detergen yang berlebihan

2. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/ drying yang mempunyai

suhu sampai 70 selama 10 menit. Pada proses ini jika mikroorganisme

yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati

3. Penyetrikaan

Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di setel

sampai dengan suhu 120 namun harus diingat bahwa linen mempunyai

keterbatasan terhadap suhu sehingga disetel antara 70-80

Universitas Sumatera Utara


35

4. Penyimpanan

Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi

ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pes juga mengontrol

posisi linen yang terdapat di ruang penyimpanan dipisahkan menurut

masinhg-masing ruangan dan diberi obat ngengat yaitu kapur barus.

5. Distribusi

Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu

pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan sistem FIFO yaitu linen

yang tersimpan sebelumnya 1,5 par yang mengendap di penyimpanan

harus dikeluarkan dilakukan berdasarkan kartu tanda penerima dari

petugas penerima kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada

petugas ruangan sesuai kartu tanda terima. Setiap linen yang dikeluarkan

dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen, nomor berapa yang

keluar dan nomor berapa yang disimpan dengan pencatatan tersebut dapat

diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang mengendap

tidak digunakan.

6. Pengangkutan

a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan

kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor

b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen

kotor dan linen bersih

c. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna

Universitas Sumatera Utara


36

d. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri, pengangkutannya

dari dan ke tempat laundry harus menggunakan mobil khusus

e. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus

menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala serta dianjurkan memperoleh

imunisasi hepatitis B

Prosedur Penanganan Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Tidak

Terinfeksi

A. Linen Kotor Infeksius

1. Biasakan mencuci tangan hygenis dengan sabun paling tidak 10-15 detik

sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan

2. Gunakan APD: Sarung tangan, masker dan apron

3. Pesiapkan alat dan bahan: sikat, spayer, ember, dengan tulisan linen

infeksius, lem warna merah untuk tutup dan sebagai segel

4. Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukan linen kotor

infeksius ke dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hock

5. Noda darah atau feses dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air dalam

sprayer dan masukan ke dalam kantung transparan dengan pemisahan antara

linen warna dan linen putih (kantung khusus linen kotor).

6. Lakukan penutupan kantung dengan bahan lem kuat yang berwarna merah

yang juga berfungsi sebagai segel.

Universitas Sumatera Utara


37

7. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/ segel

dimasukkan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai dengan

standart).

8. Siapkan troli linen kotor dekat dengan ruang spoel hock

9. Kumpulkan ke troli linen kotor siap dibawa ke laundry dalam keadaan

tertutup

B. Linen Kotor Tidak Terinfeksi

1. Biasakan mencuci tangan hygenic dengan sabun paling tidak 10 -15 detik

sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan

2. Gunakan APD: sarung tangan, masker dan apron

3. Persiapkan alat dan bahan

Proses Pencucian Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Non Infeksius

A. Linen Kotor Non Infeksius

Proses pencucian linen non infeksius adalah linen dimasukkan ke dalam

mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit, petugas

linen mengganti air pencucian sekitar 15 menit. (Nugraheni, 2013).

B. Linen Kotor Infeksius

Menurut Nugraheni (2013) proses pencucian linen kotor infeksius hamper

sama dengan pencucian linen kotor ringan yaitu dimulai dari penimbangan,

perendaman, penggantian air dan penambahan detergen, pembilasan dan

pengering.

Pemerasan adalah proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian

selesai. Lama proses pemerasan selama 5-8 menit dengan mesin pada putaran

Universitas Sumatera Utara


38

tinggi, sedangkan pengeringan dilakukan dengan mesin pengering yang

mempunyai suhu 70 selama 10 menit.

Setelah proses pencucian selesai, linen kemudian dibawa ke bagian proses

finishing untuk dilakukan pengerolan, penyetrikaan dan pelipatan. Setelah selesai

dilipat, linen disimpan di tempat penyimpanan sementara sebelum akhirnya

didistribusikan ke bangsal-bangsal sesuai dengan fungsinya.

Perlengkapan Pelindungan Diri (APD) Dalam Memproses Linen

Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas berat

untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko

pekerja yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak

dengan darah dan tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap

pathogen ini meningkatkan risiko mereka terhadap infeksi yang serius dan

kemungkinan kematian (Tietjen dkk, 2004).

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 1
Perlengkapan pelindungan diri yang dianjurkan dalam memproses linen

Jenis APD (Alat Pelindung Diri) Keterangan

1. Sarung tangan karet (Handscun) Sebaiknya digunakan pada saat petugas

melakukan penanganan menghitung

dan memilah linen kotor atau pekerjaan

yang memungkinkan menyentuh dan

kontak langsung dengan linen kotor

tersebut. Sarung tangan jenis ini harus

diganti setiap kali prosedur kerja telah

dilaksanakan.

2. Sarung tangan tahan panas Sebaiknya dipakai pada saat

melaksanakan kegiatan memasukkan

dan mengeluarkan linen dari mesin

pengering atau pekerjaan yang

berhubungan dengan panas.

3. Baju kerja Dapat memberikan proteksi lebih baik

dan harus digunakan pada saat

menangani pekerjaan yang

diperkirakan akan menimbulkan

cipratan cairan tubuh atau bahan kimia.

4. Apron Sebaiknya yang digunakan adalah

apron berlengan panjang dipakai pada

saat melaksanakan pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara


40

berkaitan dengan air atau cairan bahan

kimia yang mungkin terciprat atau

mengenai bagian tubuh.

5. Masker Harus digunakan pada saat

melaksanakan pekerjaan yang dapat

menimbulkan cipratan cairan tubuh dan

bahan kimia atau pemaparan

kontaminan (debu kain) yang

berhubungan dengan membrane

mukosa mulut dan hidung. Idealnya,

seluruh pekerja di instalasi laundry

harus menggunakan masker yang harus

selalu diganti setelah setiap kali selesai

melaksanakan satu pekerjaan atau bila

sudah terlihat lembab.

6. Penutup kepala Dipakai pada saat melaksanakan

pekerjaan yang berkaitan dengan

cipratan cairan tubuh atau bahan kimia

yang mungkin mengenai bagian

kepala.

7. Kaca mata (Gogle) Dipakai untuk melindungi mata dari

cipratan cairan tubuh dan bahan kimia

atau pemaparan kontaminan.

Universitas Sumatera Utara


40

8. Sepatu boot Digunakan untuk melindungi kaki dari

cipratan cairan tubuh dan bahan kimia

atau mencegah kemungkinan

tertusuknya kaki oleh benda tajam

seperti jarum suntik dan pisau operasi.

9. Alat Pemadam Api Ringan Digunakan pada saat terjadi kebakaran

(APAR) untuk mencegah agar kobaran api tidak

menjalar lebih luas. Alat ini diletakkan

pada tempat yang dapat terlihat dan

mudah dijangkau oleh seluruh

pegawai.

Sumber: Pedoman Pelayanan Laundry Rumah Sakit Universitas Sumatera


Utara (RS USU) Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


41

2.8 KERANGKA PIKIR

INPUT PROSES OUTPUT

Kegiatan Unit Linen


1. Sarana &
Laundry: Memenuhi
Prasarana
syarat atau
(Machines) 1. Pengumpulan/
tidak
2. Petugas/ Staff Pengangkutan memenuhi
Pelaksana 2. Penerimaan/ syarat
Peraturan
(Man) Penimbangan
Departemen
3. Pembiayaan 3. Pemilahan & Kesehatan RI
(Money) Perhitungan Dirjend
Pelayanan
4. Perendaman
Medik Tahun
5. Pencucian 2004 Tentang
6. Pengeringan Pedoman
7. Penyetrikaan Manajemen
Linen Rumah
8. Pelipatan Sakit
9. Penjahitan
10. Penyimpanan
11. Pendistribusian

Universitas Sumatera Utara


METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis data dan analisis yang peneliti lakukan di

lapangan maka peneliti menggunakan jenis penelitian bersifat kualitatif

dengan metode penelitian deskriptif. Peneliti turun langsung ke lapangan

untuk melihat dan mengamati secara langsung penelitian di lapangan

dengan mengumpulkan bukti-bukti dan menuliskan fakta yang ada di

lokasi penelitian baik menggunakan wawancara maupun observasi

langsung.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran pelayanan

Unit Laundry RS USU yang mencakup sarana, prasarana, dan tenaga

kerja/Staff Pelaksana (input), proses pengelolaan linen mulai dari

pengumpulan linen kotor hingga pendistribusian linen bersih ke setiap

ruangan lalu membandingkannya dengan Departemen Kesehatan RI

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Tahun 2004 Tentang Pedoman

Manajemen Linen Rumah Sakit (output).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara (RS USU) yang terletak di Jl. Dr. T. Mansyur No. 66

42

Universitas Sumatera Utara


43

Kampus USU 20154, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan

lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan yaitu RS USU adalah salah

satu rumah sakit pemerintah sekaligus rumah sakit pendidikan yang

memiliki unit instalasi pengelolaan linen dan laundry sendiri artinya tidak

bekerja sama lagi dengan pihak ketiga. Unit Laundry RS USU aktif

beroperasi sejak tahun 2016 dan RS USU sejak Juni 2018 sudah menjadi

rumah sakit tipe B sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

Terakhir, sebab lokasi penelitian dekat dengan lokasi kampus dan belum

ada dari Peminatan AKK FKM USU yang melakukan penelitian ini.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 – Selesai.

Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Penunjang Medis RS

USU, Kepala Unit Laundry RS USU, Staff Pelaksana.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

wawancara mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi.

1. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan Tanya jawab dengan bertatapan muka antara pewawancara dengan

informan atau orang yang diwawancarai (Sumantri, 2013). Teknik ini

Universitas Sumatera Utara


44

berpedoman kepada instrument penelitian yang telah dipersiapkan. Teknik

ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran pelayanan Unit

Laundry Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018.

2. Teknik Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis

mengenai fenomena sosial dengan gejala - gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui pelayanan

Unit Laundry RS USU Tahun 2018 secara langsung.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugyono, 2011). Dokumen yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah

segala dokumen yang berhubungan dengan gambaran pelayanan Unit

Laundry RS USU Tahun 2018 yang telah dijalankan. Dokumentasi disini

berupa Peraturan Menteri Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan

yang berhubungan dengan penelitian, data Profil RS USU Tahun 2016 dan

data mengenai Unit Laundry RS USU.

Instrumen Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrument penelitian

adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam (indepth interview), peneliti

menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan terbuka

yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu

Universitas Sumatera Utara


45

berupa: buku catatan (notes), perekam suara (voice recorder/ tape recorder), dan

alat tulis.

Validasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data itu (Afrizal, 2014).

Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau

kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling

terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi

meliputi 4 (empat) hal yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar - peneliti

(penelitian kelompok), triangulasi sumber data, triangulasi teori. Dalam penelitian

ini, ada 2 jenis triangulasi yang digunakan peneliti yaitu:

a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau

data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, peneliti

menggunakan metode wawancara, observasi dan survei. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh

mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode

wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek

kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang

berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap

ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau

informan penelitian diragukan kebenarannya.

Universitas Sumatera Utara


46

b. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi

terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen

sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda

yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda

pula mengenai fenomena yang diteliti. Triangulasi ini juga didefinisikan

mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama

yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan

jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2013).

Menurut Patton dalam Moleong (2010) triangulasi sumber berarti dengan

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat, yang berbeda dalam penelitian

kualitatif yakni dengan membandingkan hasil wawancara yang diperoleh

dari masing-masing sumber atau informan penelitian sebagai pembanding

untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.

Definisi Operasional

1. Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud atau tujuan. Dengan kata lain, sarana lebih ditunjukkan

untuk benda - benda atau peralatan yang bergerak. Menurut PerMenkes RI

No 340 Tahun 2010, sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat

Universitas Sumatera Utara


47

tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan

mudah dapat dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari

suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.

Contoh: meja penerima, timbangan, troli, mesin cuci, mesin pengering,

alat setrika biasa atau manual, lemari, rak, meja administrasi.

2. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses. Adapun proses tersebut dapat berupa suatu

usaha, pembangunan ataupun proyek. Dengan kata lain, prasarana lebih

ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak. Menurut PerMenkes RI

No 340 Tahun 2010, prasarana adalah benda maupun jaringan/ instansi

yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

Contoh: prasarana listrik, prasarana air, dan prasarana uap.

3. Tenaga Kerja/Staff Pelaksana adalah orang yang mampu melakukan

pekerjaan sesuai bidangnya guna menghasilkan barang atau jasa dan

memberikan pelayanan kepada orang banyak. Dalam hal ini, orang yang

bekerja di instalasi unit laundry yang sudah memiliki kemampuan

memberikan pelayanan laundry kepada pasien/pengunjung di RS USU.

4. Unit Linen Laundry RS USU adalah unit pelayanan penunjang dalam

pengelolaan dan penyediaan kebutuhan linen di rumah sakit dengan tugas

utama memperoses, menyelenggarakan dan membantu menyiapkan

kebutuhan linen bersih, baik, higienis, nyaman, cukup dan layak pakai

untuk tindakan bedah dan perawatan pasien serta kerumah tanggaan semua

Universitas Sumatera Utara


48

unit yang membutuhkan dan menggunakan linen di rumah sakit khususnya

di RS USU mulai dari pengumpulan linen kotor/ perencanaan kebutuhan

hingga pendistribusian linen bersih ke setiap ruangan. Secara singkat

bahwa Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang

dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan

desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika

(Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004).

5. Pengumpulan & Perencanaan

Perencanaan adalah proses menentukan dan mengusulkan

kebutuhan linen rumah sakit disesuaikan dengan jumlah, jenis bahan,

ukuran dan warna linen yang diinginkan termasuk juga kebutuhan

peralatan, bahan kimia pencuci dan barang habis pakai.

Pengumpulan adalah pemilahan antara linen infeksius dan non-

infeksius dimulai dari sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong

plastic sesuai jenisnya serta diberi label.

6. Penerimaan adalah proses serah terima linen kotor dari petugas ruangan

pengguna linen dengan petugas penerima unit laundry.

7. Penimbangan adalah proses untuk mengetahui berat linen kotor yang telah

diserahterimakan oleh petugas unit laundry yang berguna untuk mengukur

berapa banyak dosis bahan kimia pencuci yang dibutuhkan.

8. Pemilahan dan Perhitungan adalah rangkaian proses pemeriksaan dan

pemisahan benda padat atau tajam berbahaya yang terdapat dalam linen

kotor, menyortir linen berdasarkan karakteristiknya (linen kotor infeksius

Universitas Sumatera Utara


49

dan linen kotor non infeksius), tingkat kekotorannya (ringan, sedang, dan

berat), jenisnya (laken, stek laken, selimut, baju pasien) maupun warnanya

kemudian menghitung dan mencatat jumlah linen yang diterima kedalam

bon serah terima linen.

9. Perendaman adalah proses desinfeksi linen kotor infeksius dan atau linen

kotor yang tingkat kekotorannya sangat sulit untuk dibersihkan atau

dihilangkan.

10. Pencucian adalah proses membersihkan noda kotor dan menghilangkan

mikroorganisme pathogen pada linen dengan menggunakan mesin cuci

(washing machine) dan bahan kimia pencuci.

11. Pengeringan adalah proses pemerasan dan pengurangan kadar air yang

terdapat pada linen yang telah selesai dicuci dengan menggunakan mesin

pengeringan (drying tumbler) bersuhu sampai 70 dan uap panas

bertekanan (steam) dari boiler.

12. Penyetrikaan adalah proses merapikan linen dengan mesin gosok (ironer)

agar linen tidak kelihatan kusut sehingga mudah untuk dilipat, juga

dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pathogen

yang menempel pada serat linen melalui pemanasan.

13. Pelipatan adalah proses membentuk linen dalam bagian-bagian terkecil

dari ukuran linen yang sebenarnya sehingga linen tidak kusut kembali,

mudah menyusunnya, mudah menyimpannya dan mudah saat digunakan di

ruangan.

Universitas Sumatera Utara


50

14. Penjahitan adalah proses memperbaiki linen yang koyak, sobek atau retas

jahitannya yang diperkirakan masih layak pakai sehingga dapat

dipergunakan kembali oleh ruangan sebagaimana fungsinya.

15. Penyimpanan adalah proses mengatur, menata dan menyusun semua linen

yang telah dilipat ke dalam rak atau lemari berdasarkan jenis dan

ruangannya agar kelihatan rapi, mudah pada saat pengambilannya serta

menghindari kontaminasi ulang dari mikroorganisme dan pest.

16. Pendistribusian adalah proses serah terima linen bersih dari unit laundry

kepada ruangan pengguna linen sesuai dengan jumlah kebutuhan ruangan

masing-masing.

17. Linen adalah Semua bahan yang terbuat dari kain/ barang tenun atau

semua produk tekstil yang digunakan dalam tindakan bedah dan perawatan

serta kerumah tanggaan di rumah sakit.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran adalah melihat gambaran pelayanan Unit Laundry RS

USU Kota Medan dengan melihat bagian Input berupa sarana & prasarana,

tenaga kerja/staff pelaksana, melihat kegiatan Unit Laundry RS USU

(Proses) yang meliputi pengumpulan, penerimaan, penimbangan,

pemilahan dan perhitungan, perendaman, pencucian, pengeringan,

penyetrikaan, pelipatan, penjahitan, penyimpanan hingga pendistribusian.

Aspek pengukuran tersebut akan disesuaikan dengan Kepmenkes RI

Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit dan Departemen Kesehatan RI Direktorat

Universitas Sumatera Utara


51

Jenderal Pelayanan Medik Tahun 2004 Tentang Pedoman Manajemen

Linen Rumah Sakit (Output).

Metode Analisis Data

Menurut Miles (2013) dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung terus-menerus. Data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan bahan lain disusun agar dapat dipahami dan

diinformasikan kepada orang lain. Pada penelitian kualitatif dilakukan langkah-

langkah analisis dan interpretasi data sebagai berikut:

1. Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data.

2. Transkripsi data adalah proses menerjemahkan hasil rekaman wawancara,

tulisan yang berisi pembicaraan selama wawancara antara peneliti dengan

responden apa adanya, tidak ada yang dikurangi atau ditambahkan.

3. Penyajian data dalam penelitian kualitatif selain dengan teks naratif,

penyajian data juga dapat dilakukan dengan grafik, matrix dan chart. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan matrix dalam penyajian data.

4. Interpretasi data adalah proses memaknai data. Interpretasi ini dapat

berupa interpretasi pribadi peneliti dengan berpijak pada pengalaman dan

kemampuan pribadinya, maupun berupa makna yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara


52

perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari

perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari

literature atau teori (Sugiyono, 2010).

Secara singkat dan sederhana dapat dijelaskan mengenai metode analisis data

sebagai berikut:

a. Dimulai dari proses perencanaan kegiatan, mengumpulkan data dari

informasi yang didapat baik dari catatan maupun hasil rekaman pada saat

wawancara mendalam yang telah dilakukan dengan informan yang ada.

b. Membuat transkrip catatan dan rekaman hasil wawancara yaitu dengan

cara memindahkan data tersebut kedalam bentuk tulisan.

c. Melakukan klasifikasi data dengan mengkategorikan data yang

mempunyai karakteristik yang sama dengan mengelompokkan untuk

memudahkan interpretasi data.

d. Membuat matriks untuk mengklasifikasikan data yang sesuai dengan data

yang diinginkan.

e. Hasil pengamatan maupun literature buku kemudian dihubungkan dengan

masalah pokok penelitian juga faktor - faktor pendukung atau penghambat

yang memberikan pengaruh.

f. Dari rangkaian analisis tersebut, diungkapkan evaluasi kegiatan yang

dilakukan, ditarik kesimpulan untuk memberikan alternatif jalan keluar

dari permasalahan yang ada sebagai jawaban dari rumusan masalah.

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) Kota
Medan

Sejarah pendirian RS USU sebenarnya telah dimulai pada tahun 2003

dengan diajukannya usulan proyek pembangunan Pusat Penelitian dan Diagnostik

Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas yang kemudian direvisi menjadi usulan

pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) USU. Antara tahun 2007 - 2009

berlangsung proses lelang pelaksanaan pembangunan RSP USU yang akhirnya

menetapkan PT Waskita Karya sebagai pelaksana pembangunan RSP USU (19

Juli 2009).

Rumah Sakit Pendidikan USU dibangun diatas lahan seluas 38.000 m²

dengan sertifikat hak pakai dan berlokasi di pusat kota Jln. DR. Mansyur

berseberangan dengan Kampus USU. Bangunan berlantai 5 (lima) yang

menempati sekitar 35% dari tapak lahan tersebut memiliki luas bangunan sekitar

52.252 m² dan masing-masing lantai dihubungkan melalui lift maupun tangga.

Undang-Undang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit harus

berstatus BLU. Universitas Sumatera Utara (USU) pada saat ini berstatus

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH), oleh sebab itu Pengelolaan

RS USU menjadi bagian dari pola pengelolaan PTN BH USU. Organisasi dan tata

kelola RS USU tetap mengacu kepada UU Rumah Sakit dan disesuaikan dengan

53

Universitas Sumatera Utara


54

situasi, kondisi dan kebutuhan USU. Posisi RS USU berada dibawah Rektorat

USU, setara dan interaksi kegiatan dengan fakultas, LPP/LPM, Laboratorium dan

UPT lainnya. Kelembagaan, pengelolaan keuangan, asset, SDM dan perencanaan

program menjadi tanggung jawab universitas.

VISI

Sebagai Pusat Pengembangan IPTEKDOK 2025 di Wilayah Indonesia

Barat.

MISI

1. Meningkatkan mutu dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan serta

mutu pelayanan kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara

2. Mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang

ilmu kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang

menunjang.

Unit Linen Laundry RS USU

Rumah Sakit USU sudah memiliki Unit Linen Laundry sendiri yang sudah

berdiri sejak Mei 2016 artinya dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan

pihak ketiga. Unit Laundry RS USU sudah berdiri selama 2,5 tahun yang

ditanggung jawab oleh Bagian Penunjang Medis Rumah Sakit dan dipimpin oleh

oleh seorang Kepala Unit Laundry. Jumlah staff pelaksana yang bertugas

berjumlah sebanyak 7 orang terdiri dari 4 laki-laki dan 3 orang perempuan.

Petugas pada unit laundry hanya memiliki 1 (satu) waktu sift yaitu pagi hari

Universitas Sumatera Utara


55

dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Latar belakang

pendidikan petugas yang bekerja di unit laundry tersebut adalah SMA sebanyak 3

orang dan Sarjana sebanyak 4 orang sedangkan Kepala Unit Linen Laundry RS

USU tamatan Sarjana.

Tabel 2
Karakteristik Informan Unit Laundry RS USU

No Nama Lengkap Pendidikan Umur Keterangan

(Tahun)

1 Satrio Utomo, SE S1-Ekonomi 53 Kasubbag Sarana

(Manajemen) Medik RS USU

2 Masdi Olimpic, SE S1-Ekonomi 26 Kepala Unit

(Manajemen) Linen Laundry

RS USU

3 Husni Akhmal, S.Pd S1-Pendidikan 27 Staff Pelaksana

Bahasa

Indonesia

4 Petra Singarimbun S1-Pendidikan 31 Staff Pelaksana

Olahraga

5 Trisnawati, S.Pd S1-Pendidikan 45 Staff Pelaksana

Bahasa Inggris

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 3
Sumber Linen dan Jumlah Berat Cucian Unit Laundry RS USU (Januari s.d
Desember 2018)

Berat Cucian (Kg)


Waktu (Bulan)
Infeksius Non Infeksius

Januari 389 3507

Februari 424 3222

Maret 424 3860

April 958 3550

Mei 280 3548

Juni 371 3060

Juli 400 3800

Agustus 388 3776

September 394 3875

Oktober 446 4153

November 470 4179

Desember 442 4100

Berdasarkan tabel diatas bahwa tahun 2018 linen infeksius terbanyak ada di

bulan April (958 kg) sedangkan linen non infeksius ada di bulan November (4179

kg). Berdasarkan observasi dan keterangan Kepala Unit Linen Laundry RS USU

bahwa jumlah berat cucian linen baik infeksius dan non infeksius tiap tahun

berbeda yang jumlahnya tak bisa ditentukan tergantung jumlah pasien yang

Universitas Sumatera Utara


57

berobat di RS USU. Adapun total jumlah linen infeksius tahun 2018 adalah 5386

kg ( 448,83 kg/bulan dan 14,96 kg/hari) sedangkan linen non infeksius adalah

sebanyak 44630 kg ( 3719,16 kg/bulan dan 123,972 kg/hari). Adapun sarana

mesin cuci linen infeksius ada 2 buah (kapasitas 25 kg) sedangkan linen non

infeksius hanya 1 buah saja (kapasitas 45 kg).

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Mengenai Pengelolaan

Tempat Pencucian Linen (Laundry) adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU sudah sesuai

dengan pengertian laundry yang diuraikan hanya saja laundry RS USU memiliki

setrika roll (bukan meja setrika) untuk tahap penyetrikaan linen.

Persyaratan

 Suhu air panas untuk pencucian 70 dalam waktu 25 menit atau

95 dalam waktu 10 menit.

 Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian

yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah

terurai oleh lingkungan

 Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak

mengandung spora spesies bacillus per inci persegi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU sudah

sesuai dengan ketentuan persyaratan diatas.

Universitas Sumatera Utara


58

Perlakuann terhadap linen:

1. Pengumpulan, dilakukan:

a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari

sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai

jenisnya dan diberi label

b. Menghitung dan mencatat linen di ruangan

Hasil Penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU bahwa saat

pengumpulan tidak ada pemilahan linen kotor yang infeksius dan

non infeksius digabungkan ke dalam 1 kantong plastic di trolly

yang sama juga. Pemilahan dilakukan di ruangan laundry sekaligus

menghitung dan mencatat linen di ruangan.

2. Penerimaan

a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara

infeksius dan non infeksius

b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya

c. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas

mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan desinfektan

Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU petugas

mencatat linen kotor yang diterima bukan di ruangan pasien namun

di ruangan laundry lalu dipisahkan linen kotor yang infeksius

maupun non infeksius di ruangan laundry sedangkan yang lainnya

sudah sesuai dengan aturan diatas.

Universitas Sumatera Utara


59

3. Pencucian

a. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah dan muntahan

kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan

b. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya

Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU tidak

melaksanakan tahap perendaman linen sesuai SOP yang berlaku

melainkan langsung memasukkan linen kotor ke msin cuci sesuai

jenis linen kotor (linen kotor infeksius dan non infeksius dibedakan

mesin cucinya).

4. Pengeringan

Dilakukan dengan mesin pengering yang mempunyai suhu

sampai dengan 70 selama 10 menit. Pada proses ini, jika

mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang

diharapkan dapat mati.

Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU memiliki

1 mesin pengering dan dilakukan pengeringan setelah tahap

pencucian. Tahap pengeringan ini masih belum sesuai ketentuan

yaitu hanya terjadi sekali tahap pengeringan tanpa memastikan

kontaminasi ulang dan mikroorganisme masih ada atau tidak ada

alasannya karena sudah diatur suhu untuk pengeringan.

Universitas Sumatera Utara


60

5. Penyetrikaan

Biasanya dilakukan secara manual dengan menyemprotkan

pewangi dan pelicin, mesin pelipat otomatis juga tersedia untuk

sprei dan handuk baik skala kecil sampai skala besar.

Hasil Penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU memiliki

1 mesin setrika roll untuk menyetrika linen yang sudah

dikeringkan. Tahap ini tidak ada menyemprotkan pewangi dan

pelican namun langsung memasukkan linen ke mesin setrika roll

dan dilipat di meja pelipatan linen tanpa ada tahap desinfektan

meja pelipatan linen. Tempat melipat sprei dan handuk serta

selimut dibedakan dengan linen lainnya.

6. Penyimpanan

a. Linen harus dipisah sesuai jenisnya

b. Linen baru yang diterima ditempatkan dilemari gudang

penyimpanan

c. Pintu lemari selalu ditutup

Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU memiliki

lemari penyimpanan linen yang masih terbatas yaitu 4 lemari

penyimpanan linen yang disusun berdasarkan jenis linennya dan

sebagian masih bercampur dan selalu ditutup. Unit ini belum

memiliki ruang khusus gudang penyimpanan linen namun lemari

penyimpanan linen ini berada di ruang Kepala Unit Linen Laundry

RS USU.

Universitas Sumatera Utara


61

7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas

penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada

petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.

8. Pengangkutan

a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan

dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen

kotor

b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara

linen kotor dan linen bersih. Kereta dorong harus dicuci dengan

desinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor

c. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh

dilakukan bersamaan

d. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda

warna

e. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,

pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus

menggunakan mobil khusus.

Hasil penelitian bahwa Unit Linen RS USU belum sesuai SOP

dan ketentuan mengenai tahap pengangkutan dilihat dari kereta

dorong atau trolly yang digunakan masih terbuka dan jarang dicuci

dengan desinfektan dengan alasan karena linen yang diangkut

sudah terbungkus plastik linen begitu juga dengan warna kereta

dorong tidak ada dibedakan.

Universitas Sumatera Utara


62

Disini, Unit Linen Laundry RS USU sudah membungkus linen

bersih sesuai plastiknya begitu juga linen kotor sesuai plastic linen

baik infeksius maupun non infeksius. Waktu pengangkutannya

juga dibedakan yaitu linen kotor diangkut pagi hari sedangkan

linen bersih di didistribusikan sore hari dan RS USU sudah

memiliki unit linen laundry sendiri sejak Juli 2016.

 Petugas yang bekerja dalam pengelolaan linen harus menggunakan

pakaian kerja khusus, alat pelindung diri seperti masker dan sarung

tangan dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala serta

dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.

Hasil penelitian bahwa APD yang disediakan RS USU sudah ada

dan lengkap namun petugas tidak menggunakan APD secara lengkap

dengan alasan suasana ruangan yang panas dan tidak cocok. Saat

peneliti melakukan penelitian, belum ada dilakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala kepada petugas, setelah petugas bekerja

langsung kembali ke tempat tinggal masing-masing begitulah

seterusnya.

Rumah Sakit USU Kota Medan telah memiliki instalasi laundry

sendiri dengan 3 mesin cuci ( 2 buah mesin cuci linen kotor infeksius

dan 1 buah mesin cuci linen kotor non infeksius), 1 mesin pengering,

mesin pemeras belum ada saat ini, 1 alat mesin penyetrika, 3 buah troli

linen bersih dan 3 buah troli linen kotor dengan jumlah petugas/ staff

Universitas Sumatera Utara


63

pelaksana sebanyak 7 orang yang dibawahi oleh seorang Kepala Unit

Linen Laundry RS USU dan seorang Kepala Penunjang Pelayanan

Medis yang bertanggung jawab untuk mengawasi.

A. Observasi pengelolaan linen laundry infeksius dan non infeksius di RS

USU sesuai SOP di Unit Linen Laundry RS USU

Peneliti melihat dan mendapat informasi dari Kepala Unit Linen

Laundry RS USU bahwa tidak semua kegiatan laundry tersebut dijalankan

seperti perendaman dan penjahitan. Namun walaupun kegiatan laundry

yang lainnya dijalankan, masih ada yang tidak sesuai SOP. Adapun

kegiatan observasi yang peneliti lakukan di Unit Linen Laundry RS USU

adalah pengumpulan, penerimaan/ penimbangan, pencucian, pengeringan,

penyetrikaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengangkutan dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Proses Pengumpulan Linen

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, perawat yang melakukan

verbeden (penggantian linen) ketikkan memasukkan linen kotor ke dalam

tempat pengumpulan sementara sering tidak melakukan pemisahan antara

linen kotor infeksius dan non infeksius sehingga ketika petugas

mengumpulkan linen kotor langsung memasukkan ke dalam kantong

pengumpulan tanpa melakukan pemisahan. Selain itu, perawat juga tidak

melakukan pengecekan kembali linen yang dikumpulkan saat peneliti

melakukan observasi, ketika di ruangan instalasi petugas melakukan

pemisahan atau penyortiran linen kotor infeksius dan non infeksius sedangkan

Universitas Sumatera Utara


64

untuk pencatatan jumlah linen kotor di ruangan, perawat sering tidak

melakukan pencatatan sehingga kadang terjadi kehilangan atau

ketidaksesuaian jumlah linen yang dikumpulkan dengan jumlah linen bersih

yang didistribusikan. Beberapa kali saat peneliti melakukan observasi, kadang

pasien tidak sengaja juga membawa linen saat keluar dari rumah sakit.

Pemilihan linen secara aman itu penting sekali dan harus dilakukan secara

baik dan benar karena linen kotor dari kamar bedah atau area prosedur lainnya

tidak jarang mengandung benda tajam (misalnya: scalpel, gunting tajam,

jarum suntik dan jahit, jepitan handuk yang tajam). Selain itu, dari

pembersihan kamar tidur pasien dapat diperoleh kain atau kasa yang kotor

atau terkena darah atau dibasahi dengan cairan tubuh lainnya, maka harus

ditangani secara baik dengan menggunakan APD seperti sarung tangan

pelindung dan lainnya.Walaupun jarang, infeksi yang berhubungan dengan hal

tersebut dihubungkan dengan gagalnya mencuci tangan dan penggunaan APD

(Tietjen, 2004).

2. Proses Penerimaan/ Penimbangan Linen

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap petugas

laundry diketahui bahwa pada tahap peerimaan sudah cukup sesuai, sebelum

linen ditimbang petugas melakukan pemisahan linen sesuai dengan tingkat

kekotorannya setelah itu linen yang diterima dari setiap ruangan dicatat oleh

petugas di ruangan laundry bukan di ruangan paerawat ruangan namun

biasanya sesuai dengan jumlah dan jenis saat pendistribusian dilakukan

Universitas Sumatera Utara


65

walaupun kadangkala ada hambatan juga seperti linen tertukar danada yang

robek ketika didistribusikan. Setelah itu dilakukan proses penimbangan, pada

proses penimbangan disesuaikan dengan kapasitas mesin cuci yang dimiliki

oleh instalasi yaitu sebanyak 2/3 dari kapasitas mesin cuci agar mesin awet

dan linen mudah dicuci.

3. Proses Pemilahan/ Perhitungan Linen

Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa

pemilahan linen dimaksudkan untuk mengelompokkan linen berdasarkan

warna, jenis dan tingkat kekotorannya.Pada saat melakukan penerimaan,

pemilahan untuk linen kotor infeksius sangat tidak dianjurkan.Idealnya,

pemilahan linen kotor infeksius ini harus dimulai ketika linen dikumpulkan

dan dikemas dalam wadah kantongan plastic di ruangan pengguna linen.Hal

ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran dan berkembangnya

mikroorganisme.

Proses pemilahan (sortir) linen kotor seharusnya dilaksanakan pada area

atau ruangan tertentu atau ruangan khusus yang tersedia untuk itu dan petugas

yang menanganinya harus memakai alat proteksi yang lengkap dan sesuai

standard. Langkah ini kadang-kadang menjadi sangat penting mengingat

bahwa pada tumpukan linen kotor tersebut sering dijumpai benda tajam seperti

pisau operasi (scalpel), gunting, jarum suntik, jarum infus (abocate) atau

benda asing lainnya yang apabila tidak diantisipasi akan dapat mengakibatkan

timbulnya kecelakaan kerja akibat tertusuk benda tajam dan pekerja dapat

Universitas Sumatera Utara


66

terpapar dengan mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (Pedoman

Pelayanan Laundry RS USU).

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa Unit Linen

Laundry RS USU masih kekurangan petugas sehingga tidak ada petugas

khusus yang menangani hal ini. Mengenai pemilahan linen ini belum

dijalankan oleh petugas laundry RS USU sesuai SOP dan Pedoman Pelayanan

Laundry RS USU, linen kotor infeksius dan non infeksius sama-sama diangkut

dari utility kotor lalu dipilah di ruangan laundry bukan di ruangan khusus

sehingga tidak sesuai dengan SOP atau pedoman pelayanan laundry.

4. Proses Perendaman Linen

Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa

perendaman hanya dilakukan terhadap linen kotor infeksius dan atau pada

linen kotor yang tingkat kekotorannya sangat sulit untuk dibersihkan atau

dihilangkan. Perlakuan ini dimaksudkan adalah untuk mengurangi bahkan

menghilangkan mikroorganisme pathogen dan noda yang melekat pada linen

sebelum dilakukan proses pencucian. Pemakaian desinfektan yang memiliki

kandungan khlorin 0,5-1,0% (5.000-10.000 ppm) sangat tepat digunakan

dengan lama perendaman harus mampu menutupi seluruh linen yang direndam

(posisi linen tenggelam dalam air).

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa di Unit Linen

Laundry RS USU belum melaksanakan proses perendaman linen. Setelah

dilakukan pemilahan linen kotor infeksius dan non infeksius di ruangan

Universitas Sumatera Utara


67

laundry, petugas langsung memasukkan linen kotor ke dalam mesin cuci untuk

masuk pada tahap pencucian linen tanpa ada tahap perendaman linen.

5. Proses Pencucian Linen

Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa

pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak

cepat rapuh) namun juga harus memenuhi persyaratan higienis (bebas dari

mikroorganisme pathogen). Agar tujuan pencucian dapat tercapai dengan baik,

maka harus diikuti persyaratan teknis yang baik dan benar.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa tahap pencucian

linen ini belum sempurna dilakukan petugas sesuai SOP yang seharusnya

masih ada yang menyimpang dari pedoman pelayanan laundry. Unit Linen

Laundry RS USU memiliki 3 (tiga) buah mesin cuci yaitu 2 (dua) buah mesin

cuci khusus linen kotor infeksius dengan kapasitas mesin cuci 25 kg dan 1

(satu) buah lagi untuk linen kotor non infeksius dengan kapasitas mesin cuci

45 kg namun di lapangan terlihat oleh peneliti bahwa linen kotor yang

dimasukkan ke dalam mesin cuci melewati ambang batas dan bahkan sampai

penuh.

Adapun permasalahan mengenai mesin cuci adalah terkadang

mesin cuci yang digunakan tidak sesuai dengan pemakaiannya, mesin cuci

khusus linen kotor infeksius kadang digunakan untuk mencuci linen kotor

non infeksius begitu pula sebaliknya dikarenakan mesin cuci yang ada

masih kurang dan petugas mengejar waktu agar bisa cepat selesai. Siklus

Universitas Sumatera Utara


68

pencucian rata-rata 5-6 kali setiap hari. Mengenai waktu, suhu, dan bahan

kimia pencuci sudah cukup baik dan sesuai pedoman pelayanan laundry

RS USU.

6. Proses Pengeringan Linen

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa pengeringan di

unit laundry RS USU menggunakan 1(satu) unit mesin pengering dengan

kapasitas tabung 38 kg pada suhu 70 selama 10-15 menit bahkan kadang 20-

30 menit dengan alasan agar linen yang dicuci kering dengan sempurna atau

tidak lembab (Pedoman Pelayanan Laundry RS USU). Proses ini seharusnya

dilakukan lebih dari sekali untuk pengeringan linen jika linen nya lembab atau

masih basah dan petugas jarang sekali memeriksa linen apakah sudah steril

atau sudah terkontaminasi virus.

7. Proses Penyetrikaan & Pelipatan Linen

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa proses

penyetrikaan linen laundry RS USU sudah sesuai dengan pedoman pelayanan

laundry RS USU dimana unit laundry sendiri memiliki hanya 1 (satu) mesin

setrika besar (setrika roll) yang terlebih dahulu dipanaskan beberapa menit

lalu disetel suhu sampai dengan 70-80 dan sesuai dengan standar (Depkes,

2004).

Pelipatan linen dilakukan setelah linen selesai disetrika dengan tujuan

disamping untuk kerapian juga untuk dimaksudkan mempermudah pada saat

Universitas Sumatera Utara


69

penyimpanan, pemakaian di ruangan, perhitungan dan menjaga agar linen

tidak kusut lagi sekaligus melakukan pemantauan dan pemeriksaan ataupun

pemilahan terhadap linen koyak atau retas jahitannya sehingga perlu dijahit

ulang atau linen yang sudah using dan rusak sehingga tidak layak dipakai lagi.

Upayakan agar sebelum melakukan pelipatan, permukaan meja tempat melipat

sudah didesinfeksi dengan cairan alcohol 70%.

Teknik melipat linen umumnya hampir sama dengan melipat kain biasa

hanya saja ada linen yang perlu mendapatkan perhatian khusus cara

melipatnya. Perlakuan ini berguna untuk memudahkan penggunaannya di

ruangan dan penandaan kepemilikian linen saat disimpan dan didistribusikan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti lakukan bahwa proses pelipatan linen

kurang sesuai dengan pedoman pelayanan laundry RS USU yaitu saat

pelipatan linen, permukaan meja yang digunakan untuk tempat melipat linen

tidak selalu didesinfeksi dengan cairan alcohol 70%. Pelipatan linen di unit

laundry RS USU juga pernah ditemukan linen yang retas jahitannya da nada

yang robek namun karena laundry RS USU belum memiliki mesin jahit

sendiri maka linen yang robek dan retas jahitannya dikumpulkan terlebih

dahulu dan akan dijahitkan ke pihak luar unit laundry.Pelipatan linen juga

disamakan semuanya tanpa ada perlakuan khusus untuk linen tertentu

dikarenakan kekurangan petugas sehingga tidak ada jobdesk khusus mengenai

hal ini.

Universitas Sumatera Utara


70

8. Proses Penjahitan Linen

Penjahitan linen dimaksudkan untuk memperbaiki linen yang koyak, sobek

atau retas jahitannya yang diperkirakan masih dapat layak pakai sehingga

dapat dipergunakan kembali oleh ruangan sebagaimana fungsinya.Penjahitan

linen ini harus dilakukan sesegera mungkin apabila ditemukan ada linen yang

memang perlu dijahit agar tidak mengganggu sirkulasi linen di rumah sakit.

Penjahitan linen kadang-kadang dimanfaatkan untuk membuat linen baru

apabila memang bahan linen tersedia untuk itu. Berdasarkan hasil observasi

yang peneliti lakukan bahwa Unit Linen Laundry RS USU belum memiliki

mesin jahit sendiri sehingga disaat ada linen yang robek dan retas jahitannya

akan dikumpulkan terlebih dahulu lalu dijahitkan di luar laundry RS USU.

9. Proses Penyimpanan & Pendistribusian Linen

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa proses

penyimpanan sudah cukup sesuai dengan pedoman pelayanan laundry RS

USU yakni pemisahan linen berdasarkan jenisnya, linen baru yang diterima

ditempatkan pada bagian bawah dan pintu lemari selalu ditutup namun tidak

selalu diberi obat anti ngengat. Selanjutnya mengenai proses pendistribusian

linen yaitu dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas

menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima

sudah dilaksanakan namun masih ada yang kurang sesuai dengan pedoman

pelayanan laundry RS USU yakni pendistribusian belum dilaksananakan

dengaan sistem FIFO (mendistribusikan linen yang tersimpan sebelumnya

Universitas Sumatera Utara


71

atau yang mengendap di ruang penyimpanan lebih dahulu sedangkan linen

yang sedang dicuci disiapkan untuk pendistribusian berikutnya sehingga tidak

ada penundaan pemenuhan kebutuhan ruangan setiap harinya).

Pada saat pendistribusian saja dilakukan komunikasi antara petugas

laundry dan perawat ruangan yang bertugas sebelumnya pada saat

pengambilan linen kotor dari ruangan tidak ada komunikasi jadi perawat tidak

tahu linen kotor dan linen bersih yang diangkut, namun sejauh ini yang

peneliti perhatikan belum ada kendala yang serius dan masih aman saja.

10. Proses Pengangkutan Linen

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa linen kotor yang

diangkut dari utility kotor baik linen kotor infeksius maupun non infeksius

dalam satu trolly linen kotor dengan dibungkus plastik berwarna kuning untuk

infeksius dan warna merah untuk non infeksius. Permasalahan dalam proses

pengangkutan linen adalah baik trolly linen bersih maupun trolly linen kotor

jarang dibersihkan dengan desinfektan alasannya karena linen sudah

dibungkus dengan plastik masing-masing. Selanjutnya, linen bersih yang

kembali di bawa ke utility bersih hanya diletakkan di lantai ruangan tanpa ada

lemari khusus untuk penyimpanan linen bersih begitu juga linen kotor hanya

diletakkan di lantai bersama plastik linen nya.

Universitas Sumatera Utara


72

1. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pengumpulan


Tabel 4
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pengumpulan

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Pengumpulan

1 Pemilahan linen non infeksius dengan  

menempatkan linen non infeksius ke dalam

kantong plastik

2 Pencatatan jumlah linen di ruangan  

Berdasarkan observasi dan keterangan petugas bahwa pemilahan linen baik non

infeksius dan infeksius belum ada dilakukan dan seharusnya perlu dilakukan juga

karena belum ada pembagian jobdesk tiap petugas yang mengumpulkan linen di

tiap ruangan sedangkan untuk pencatatan jumlah linen hanya dilakukan di

ruangan unit linen laundry bukan di ruangan perawat petugas ruangan.

Universitas Sumatera Utara


73

2. Proses Pengelolaan Linen Tahap Penerimaan/Penimbangan


Tabel 5
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Penerimaan/Penimbangan

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Penerimaan/Penimbangan

1 Pencatatan linen yang diterima  

2 Penimbangan linen untuk menyesuaikan  

dengan kapasitas mesin cuci:

a. Ukuran besar diatas 100 kg

b. Ukuran sedang dan kecil 25-100 kg

Universitas Sumatera Utara


74

3. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pencucian


Tabel 6
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pencucian

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Pencucian

1 Memasukkan linen keember khusus berisi  

brodklin dan herviklir dengan air panas selama

1 hari

2 Melakukan pemanasan deterjen desinfeksi  

selama 5 menit pada mesin cuci sebelum

melakukan proses pencucian

3 Melakukan penambahan deterjen untuk proses  

pencucian sebelum melakukan proses

pemcucian selama 20 menit

4 Melakukan pembilasan sebanyak 2 kali  

5 Menambahkan softener pada bilasan terakhir  

Berdasarkan observasi bahwa di unit linen laundry RS USU tidak ada

kegiatan perendaman linen sebelum dilakukan pencucian linen. Hal ini

dikarenakan linen tidak ada masalah jika langsung masuk ke tahap

pencucian langsung.

Universitas Sumatera Utara


75

4. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pengeringan


Tabel 7
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pengeringan

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Pengeringan

1 Pengeringan dilakukan dengan menggunakan  

mesin pengering/ drying yang mempunyai suhu

70 selama 10 menit

5. Proses Pengelolaan Linen Tahap Penyetrikaan


Tabel 8
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Penyetrikaan

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Penyetrikaan

1 Suhu mesin setrika disetel antara 70-80  

Universitas Sumatera Utara


76

6. Proses Pengelolaan Linen Tahap Penyimpanan


Tabel 9
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Penyimpanan

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Penyimpanan

1 Pemisahan linen berdasarkan jenisnya  

2 Linen yang baru diterima ditempatkan pada  

bagian bawah

3 Pintu lemari selalu ditutup  

7. Proses Pengelolaan Linen Tahap Distribusi


Tabel 10
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Distribusi

No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Distribusi

1 Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari  

petugas penerima, kemudian petugas

menyerahkan linen bersih kepada petugas

ruangan sesuai kartu tanda terima

8. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pengangkutan


Tabel 11

Universitas Sumatera Utara


77

Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan


Komponen Penilaian pada Tahap Pengangkutan

No Prosedur Kerja Infeksius Non

Infeksius

Ya Tidak Ya Tidak

Pengangkutan

1 Perlindungan khusus berupa kantong yang  

membungkus linen bersih harus dibedakan

dengan linen kotor

2 Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor  

tidak pada waktu yang bersamaan

3 Alat angkut linen bersih dan linen kotor  

berbeda dan tertutup

4 Pemberian desinfektan pada kereta dorong  

setelah mengangkut linen kotor

Berdasarkan observasi bahwa pengangkutan linen kotor setiap utilitas

kotor ruangan dilakukan pagi hari sedangkan pendistribusian linen bersih

dilakukan sore hari sebelum jam pulang kantor petugas sedangkan petugas jarang

sekali memberikan desinfektan pada kereta dorong untuk linen kotor dengan

alasan tidak perlu dilakukan karena masih aman-aman saja seharusnya hal itu

perlu dilakukan agar menjaga linen tetap bisa digunakan.

B. Sumber daya pelaksanaan pengelolaan linen Laundry RS USU

Universitas Sumatera Utara


78

1. Sumber Daya Manusia (Man)

Berdasarkan Buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit sesuai

ketentuan Departemen Kesehatan RI Dirjend Pelayanan Medik Tahun 2004

bahwa sumber daya manusia untuk unit laundry terdiri dari tenaga perawat

(Akper, SPK), tenaga kesehatan dan tenaga non medis pendidikan minimal

SMP dengan latihan khusus.

Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan untuk pekerja di unit laundry

dibedakan berdasarkan kapasitas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Untuk tingkat manajerial hendaknya berpendidikan diploma atau sederajat,

untuk posisi kepala unit linen laundry dan staff pelaksana setidaknya

berpendidikan SMA atau sederajat dan memiliki kemampuan dan tanggung

jawab melaksanakan bidang tugasnya masing-masing.

Untuk menjaga dan menjamin kesehatan dan keselamatan petugas pada

waktu melakukan pekerjaannya, kepada setiap petugas sebaiknya dilakukan:

a) pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara

berkala minimal setahun sekali, b) pemberian imunisasi hepatitis B,

poliomyelitis, BCG dan tetanus minimal setahun sekali, dan c) bagi petugas

yang mempunyai kulit sensitive atau yang mempunyai masalah dengan kulit

sebaiknya tidak ditempatkan pada bagian yang berhubungan dengan sumber

infeksi dan bahan kimia pencuci.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang bertugas dalam pelaksanaan

linen laundry di RS USU Kota Medan sebanyak 7 (tujuh) orang staff

Universitas Sumatera Utara


79

pelaksana dan seorang Kepala Unit Linen Laundry dan belum ada pembagian

tugas masing-masing petugas dengan alasan masih kekurangan tenaga jadi

bekerja gotong royong dan secara acak. Tenaga laundry di unit linen laundry

RS USU bagian kesehatan tidak ada dan hanya 1 (satu) orang tenaga bagian

keperawatan selebihnya tamatan SMA dan sarjana non kesehatan maupun non

keperawatan.

Unit Linen Laundry RS belum ada menjalankan aturan sesuai pedoman

pelayanan laundry RS USU diatas seperti pemeriksaan kesehatan berkala dan

pemberian imunisasi hepatitis B begitu juga yang lainnya serta belum ada

pembagian kerja dikarenakan petugas masih sedikit.

Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga pengelola linen laundry rumah

sakit belum menggunakan APD yang lengkap sesuai KepMenkes

1204/Menkes/SK/X/2004.Dari hasil observasi, petugas hanya menggunakan

masker, sarung tangan dan alas kaki khusus ruangan padahal rumah sakit telah

menyediakan APD agar terhindar dari infeksi nosocomial dan kecelakaan

kerja namun petugas tidak menggunakan dengan alasan suasana panas dan

kurang nyaman dipakai.

2. Pembiayaan (Money)

Pembiayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam mencapai

tujuan dimana besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang

yang beredar. Pada penelitian ini, penulis mendapatkan informasi langsung

dari Kepala Unit Linen Laundry RS USU bahwa pihak laundry sudah

Universitas Sumatera Utara


80

mengajukan surat pengadaan dan Rancangan Kerja Anggaran tiap tahun ke

pihak RS USU namun sudah lama belum ada tanggapan dan respon positif

dari atasan sehingga persediaan linen masih yang lama. Berdasarkan

keterangan Kepala Unit Linen Laundry bahwa mengenai RKA RS USU

(Rencana Kerja dan Anggaran) diserahkan dan diajukan langsung kepada

Direktur RS USU dan di dalamnya sudah menyangkut semua kebutuhan unit

yang dibutuhkan seperti stok linen, sarana dan bahan kimia (deterjen,

pewangi, dll).

3. Sarana & Prasarana (Machines)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan pengelolaan laundry belum lengkap dengan alasan anggaran

belum terealisasi dari pihak RS USU untuk Unit Linen Laundry RS USU.

Sarana dan Prasarana yang ada seperti mesin cuci masih 3 buah seharusnya

ada penambahan khusus untuk pencucian linen infeksius dan linen non

infeksius, setrika masih 1 buah yaitu setrika steam, lemari juga masih kurang

dan ruangan yang dibutuhkan masih kurang namun proses pendistribusian

masih berjalan lancar.

a. Linen kotor baik infeksius maupun non infeksius yang diangkut dari

utilitas kotor ruangan di letakkan di lantai ruangan yang dilakukan

pemilahan linen kotor dan penimbangan.

Universitas Sumatera Utara


81

b. Trolly yang digunakan terbatas yang digunakan saat ini dan menurut

Kepala Unit bahwa jumlah trolly disesuaikan dengan jumlah linen yang

diangkut setiap hari baik linen bersih maupun kotor

c. Belum ada meja panjang khusus untuk pemilahan linen melainkan

diletakkan di lantai ruangan lalu dipilah linen infeksius maupun non

infeksius.

d. Mesin cuci dan mesin pengering disesuaikan dengan kebutuhan linen yang

digunakan di ruamh sakit. Saat ini unit linen laundry RS USU masih

kekurangan mesin cuci dan mesin pengering, masih dibutuhkan mesin cuci

khusus linen kotor yang infeksius dan non infeksius sehingga kualitas

linen tetap terjaga baik begitu juga mesin pengering masih dibutuhkan 2

hingga 3 buah lagi sehingga mempercepat kinerja petugas.

e. Penyetrikaan linen masih menggunakan 1 (satu) buah mesin roll dan hal

ini juga perlu penambahan mesin setrika agar mempercepat kinerja

petugas.

f. Lemari dan rak untuk menyimpan linen serta meja administrasi masih

kekurangan juga dan sudah diajukan kepada pihak RS USU sesuai

kebutuhan jumlah linen yang tersedia.

g. Saat penyerahan linen di tahap distribusi tidak menggunakan meja panjang

melainkan petugas meletakkan linen bersih yang dibungkus plastik putih

ke utilitas bersih lalu menyerahkan tanda terima ke petugas ruangan untuk

di tandatangani.

Universitas Sumatera Utara


82

h. Mengenai penerangan tidak terlalu diperhatikan yang penting bisa

menerangi ruangan laundry dan begitu juga sirkulasi udara tidak ada hal

khusus setidaknya ada jalan keluar masuk udara di ruangan laundry

i. Ruangan unit linen laundry belum ada pembagian khusus masih ruangan

besar tanpa ada pemisahan kecuali gudang bahan kimia ada ruangan

khusus.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa peralatan pada instalasi pencucian di

unit linen laundry RS USU belum lengkap yaitu mesin peras, mesin

penyetrika pres dan mesin jahit belum ada sedangkan mesin lainnya sudah ada

namun masih kekurangan jumlahnya. Selanjutnya mengenai bahan kimia yang

digunakan sudah lengkap dan digunakan di unit laundry RS USU sesuai SOP

yang berlaku dalam penggunaan bahan kimia pencucian linen.

Mengenai persyaratan mesin cuci bahwa mesin cuci yang digunakan di

Unit Linen Laundry RS USU dari segi merek, kapasitas, voltase dan tahun

pemakaian dikatakan masih layak dan sesuai peraturan kemenkes dan

pedoman laundry RS USU, hanya saja jumlah mesin cuci, mesin pengering

dan setrika roll yang menjadi masalahnya. Mesin cuci yang digunakan ada 3

buah yakni 2 mesin cuci linen infeksius ( merek Aquastar, tahun pakai 2017,

kapasitas 25 kg, pemakaian 3-4 kali/hari) dan hanya 1 mesin cuci linen non

infeksius ( merek Elextrolux, tahun pakai 2013, kapasitas 45 kg, pemakaian 4-

5 kali/hari) serta hanya 1 mesin cuci pengering linen (elextrolux) dan mesin

roll setrika linen (elextrolux). Berdasarkan keterangan Kepala Unit bahwa

mesin cuci linen infeksius masih menggunakan yang 1 (satu) pintu sedangkan

Universitas Sumatera Utara


83

seharusnya saat ini harus yang 2 (dua) pintu agar sesuai peraturan kemenkes

dan pedoman laundry RS USU.

Pemakaian mesin cuci dan mesin pengering linen seringkali diluar batas

kapasitas bahkan hingga penuh karena sarana yang terbatas sehingga terjadi

hal seperti ini agar kinerja petugas dapat berjalan cepat sedangkan mengenai

limbah cair menurut Kepala Unit Linen Laundry RS USU kurang mengetahui

hal ini melainkan diserahkan langsung kepada IPAL RS USU dan menurut

keterangan bahwa limbah dari unit laundry langsung dialirkan ke IPAL RS

USU bersamaan dengan limbah unit lainnya yang ada di rumah sakit.

C. Hasil Wawancara Mendalam

1. Petugas (Staff Pelaksana) Pengelolaan Linen Laundry RS USU Tahun

2018

a. Pengetahuan Petugas Mengenai Pengertian Linen

Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada petugas,

mereka memahami mengenai linen tidak secara teori melainkan

melalui pengamatan atau yang tergambar dari apa yang dilihat oleh

informan sesuai dengan jawaban wawancara informan berikut ini:

“Linen itu adalah….hmmm apa ya? Yang adek lihat selama di


laundry ini lah yaitu kain-kain yang ada di rumah sakit, itu aja sih
intinya, linen rumah sakit ada 3 jenis lagi dek ada linen bersih,
linen kotor dan linen untuk operasi terus nanti linen kotor ada
yang infeksius dan non infeksius dek”.

Universitas Sumatera Utara


84

b. Pengetahuan Petugas Mengenai Pengertian Linen Kotor Infeksius

dan Linen Kotor Non Infeksius

Petugas di Unit Linen Luandry RS USU sudah mengetahui dan dapat

membedakan linen kotor infeksius dan linen kotor non infeksius

terbukti dari petikan wawancara yang peneliti lakukan sebagai berikut:

“Begini dek, kalau bicara linen kotor itu terbagi 2 yaitu


seperti tadi ada yang infeksius dan ada yang non infeksius. Nah,
kalau infeksius itu secara sederhana ya bahwa linen itu terdapat
darah, urin, tinja, muntahan pasien sedangkan non infeksius itu
sebaliknya dek nggak ada kita temukan di linen itu darah, tinja,
urin, muntahan pasien, kira-kira gitu penjelasan sederhananya
dek, terus penanganannya untuk linen kotor infeksius khusus
sedangkan non infeksius tidak terlalu ribet lah dek”.

c. Pengetahuan Petugas Mengenai Pencucian Linen kotor Infeksius

dan Linen Kotor Non Infeksius berdasarkan SOP (Standar

Operasional Prosedur)

Dari hasil wawancara mendalam dapat diketahui bahwa 3 (tiga) orang

informan secara teori mengetahui cukup baik bagaimana penanganan

atau proses pencucian linen infeksius dan non infeksius walaupun

masing-masing memberikan jawaban yang tidak terlalu panjang lebar

namun sebenarnya mereka setidaknya sudah paham mengenai hal ini

serta ada yang menjawab sesuai peraturan yang berlaku namun ada

yang tidak sesuai di praktekkan dilapangan seperti yang diungkapkan

dalam petikan wawancara berikut:

“Berdasarkan SOP ya dek? Kalau berdasarkan SOP yaaa


ada 3 hal yang harus kita ketahui yaitu pertama berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


85

warna, berdasarkan ketebalan, berdasarkan kotor ringan dan


berat. Bicara secara SOP, kain yang berwarna itu gak boleh
dicampur, kalau hijau ya hijau merah ya merah dan seterusnya
gitu lho dek. Kalau berdasarkan ketebalan itu seperti selimut gak
boleh dicampur ke tempat lain dek terus mengenai kotor ringan itu
mesinnya khusus kotor berat itu juga khusus harusnya seperti itu
dek kalau bicara SOP namun dilapangan faktanya tidak semua
seperti itu dek. Petugas nya juga seharusnya ya dek kalau soal
SOP harus khusus juga yang menangani gak boleh silang atau
ganti-ganti, terus APD yang dipakai sekali pakai langsung ganti.
Gitulah dek kalau bicara soal SOP ya dek namun gak seperti itu
semuanya di lapangan dek yahhh setidaknya masih mendekati
sesuai SOP dek”.

d. Pengetahuan Petugas Mengenai Proses Pendistribusian Linen ke

Ruangan dan Tempat Penyimpanan Berdasarkan SOP (Standar

Operasional Prosedur)

Pada saat peneliti mewawancarai informan untuk menanyakan

mengenai distribusi linen yang dilakukan di Unit Linen Laundry RS

USU, informan menjelaskan tahap yang dimulai dari proses pencucian

hingga linen diantar ke setiap ruangan dan sampai saat ini masih

menggunakan tanda serah terima kartu dengan perawat setiap ruangan

saat melakukan pendistribusian linen seperti tergambar dalam kutipan

wawancara berikut:

“Kalau dia pendistribusiannya berdasarkan catatan linen


kotor masuk berapa maka itulah yang akan dikembalikan juga ke
unit ruangan, itu diletakkan di utilitas bersih yang mana
sebelumnya harus ada jumpa coordinator unit ruangan dan
petugas laundry lalu ditandatangani di lembar catatan linen, kira-
kira begitu singkatnya dek, hehehe…”.

e. Pengetahuan Informan Terhadap Penggunaan APD Saat Bekerja

Saat peneliti melakukan wawancara seluruh informan baik

menyampaikan jawaban yang seharusnya namun ketika ditanya fakta

Universitas Sumatera Utara


86

di Unit Linen Laundry RS USU mereka tersenyum bertanda bahwa

mereka tidak lengkap menggunakan APD salah satu alasannya karena

ruangan yang panas dan agak gerah menggunakan APD yang lengkap

dan lebi nyaman hanya 2 jenis APD saja seperti dikutip pada

wawancara berikut ini:

“Nggak dek, hehehe….kami disini nggak lengkap dalam


pemakaian APD dek namun seharusnya harus lengkap dek cuman
kami disini merasa nyaman hanya pakai masker dan sarung
tangan saja dek, APD RS USU sudah ada dek lengkap cuman
factor suasana ruangan kurang nyaman dek pakai semuanya”.

f. Pengetahuan Informan Terhadap Alur Sistematis Pencucian

Sesuai SOP yang ditetapkan untuk Laundry

Pada saat peneliti mewawancarai informan bahwa informan tersebut

sudah bisa dikatakan dapat mengetahui dan dapat menjelaskan alur

sistem pencucian sesuai SOP terlihat dalam wawancara berikut:

“Seperti yang adek lihat tadi bahwa kami pertama-tama ambil


linen kotor disetiap ruangan lalu dibawak ke unit laundry kita ini
menggunakan troli lalu ditimbang disini dek, lalu kami pisahkan
linen kotor infeksius dan non infeksius setelah itu kami masukkan
ke mesin cuci untuk dicuci dengan suhu dan deterjen yang sudah
diatur dek,lalu siap dicuci kami masukkan ke mesin pengering dek
sebelum nantinya kami gosok dek,kira-kira begitu dek yang bisa
abg jelaskan dek”.

g. Pengetahuan Informan Mengenai Pemberian Pelatihan dari Pihak

Rumah Sakit

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan

menyatakan sudah pernah diberikan pelatihan atau informasi mengenai

laundry yang didapat dari pelatihan PPI (Pengendalian Penyakit

Universitas Sumatera Utara


87

Menular) dan yang lainnya belum didapatkan informan begitupun

hampir semua petugas belum lengkap, hanya 1 (satu) staff dan Kepala

Unit Laundry yang sudah lengkap yaitu memiliki 3 sertifikat seperti

kutipan wawancara berikut:

“Ada dek kalau pelatihan diberikan kepada kami dek, cuman


kakak yang lengkap bersama Kepala Unit Linen Laundry RS USU
yang lainnya masih pelatihan PPI dek”.

h. Pengetahuan Informan Mengenai Pemberian Sertifikat Pelatihan

Dari Pihak Rumah Sakit

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan

menyatakan sudah pernah diberikan sertifikat bersamaan dengan

pelatihan dari pihak Laundry RS USU dan seharusnya petugas

mendapatkan 3 jenis sertifikat namun sebagian besar petugas laundry

hanya mendapatkan 1 (satu) sertifikat saja yaitu sertifikat PPI

(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) dan 2 (dua) sertifikat lagi

belum dimiliki yaitu Sertifikat Dasar-Dasar Pengelolaan Linen-

Laundry dan Sertifikat Kesehatan & Keselamatan Kerja RS (K3)

seperti kutipan wawancara berikut:

“Kalau saya sudah lengkap dek juga Kepala Unit Linen


Laundry RS USU dek, kami berdua yang masih lengkap punya 3
sertifikat pelatihan dek, petugas lainnya hanya punya cuman 1
sertifikat dek, gitu dek”.

i. Mengenai Variasi/Beraneka Ragam Tingkat Pendidikan

Saat peneliti menanyakan hal ini kepada informan, informan tersebut

merasa terkejut dan sedikit bingung mengenai hal ini dan sempat

Universitas Sumatera Utara


88

peneliti menyinggung sedikit pendidikan di instalasi Laundry RS USU

tidak ada yang jurusan kesehatan spesialisasi bagian laundry dan hanya

ada seorang petugas yang jurusan keperawatan, namun ketiga informan

yang peneliti tanyakan tetap mau memberikan keterangan dan jawaban

yang serius walau sedikit santai dan tak merasa terbebani

menjawabnya seperti kutipan wawancara berikut:

“Begini dek ya, supaya adek ini juga bisa kasih info sama
dosen nya di kampus atau sama pihak-pihak lain yang butuh info
ini,hmmm…….gini dek, di Laundry RS USU yang dibutuhkan
petugasnya minimal tamatan SMA tapi pada saat penerimaan, RS
USU mengajukan persyaratan bahwa pelamar wajib pernah
bekerja di laundry dan dilampirkan syarat keterangan bahwa
sudah bekerja di laundry minimal 1 tahun dan ini dek nggak harus
pernah kerja di laundry rumah sakit ya, yang penting di bagian
laundry lah dek kayak di luar sana dek,jadi kan dek kami petugas
semua disini sudah punya pengalaman bekerja di laundry tapi
tidak harus laundry sebuah rumah sakit dek dan kami punya surat
keterangan kok dek, disini hanya 1 orang saja jurusan
keperawatan dek yang lainnya sarjana non kesehatan dan tamatan
SMA dek”.

j. Pendapat Petugas Mengenai Pengolahan Air Limbah RS USU

Termasuk Limbah Unit Linen Laundry RS USU

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, ketiga informan yang

peneliti tanyakan sedikit bingung menjawabnya namun tetap

memberikan keterangan sesuai pendapat masing-masing karena alasan

mereka kurang tahu banyak mengenai limbah RS USU termasuk

Limbah Unit Linen Laundry RS USU seperti kutipan wawancara

berikut:

“Kalau abang pribadi dek, kurang tahu banyak soal


pengolahan limbah RS USU ini termasuk limbah Laundry RS USU
kita ini, cuman sampai saat ini saya pribadi lihat ya, itu masih

Universitas Sumatera Utara


89

aman-aman saja kok dek dan pasti mereka punya SOP tersendiri
yang harus mereka ikutin dek dan sampai saat ini juga lingkungan
RS USU tidak terlalu dipermasalahkan dek apalagi karena limbah
ini dek, masih aman-aman lah menurut abang dek, hahaha…..”.

k. Pendapat Petugas Mengenai Permasalahan Kondisi Linen (Robek,

Rusak, Hilang, Ketersediaan Linen) RS USU

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada ketiga informan

bahwa seorang informan mengatakan ada permasalahan dan dua orang

informan mengatakan itu bukan menjadi permasalahan yang serius

seperti kutipan wawancara berikut:

“Mengenai kondisi linen disini dek menurut saya pribadi dek


ada dek salah satunya koyak, hilang dan bahkan warna linen
sudah kelihatan luntur dek. Kita sudah dan akan tetap mengajukan
pengusulan penambahan linen baru kepada pimpinan yang
membawahi unit laundry kita ini dek, setelah itu unit laundry ini
tinggal menunggu hasil dari pengusulan tersebut, kira-kira gitu lah
dek yang abang sampaikan mengenai ini “. (Informan 3 & 4).
“Nggak ada dek sampai saat ini menurut kakak pribadi dek,
kalaupun ada dek itu tidak sudah biasa dek dan masih bisa
disesuaikan dan ditutupin dek walau kita disini sudah usulkan
kepada pimpinan yang membawahi Unit Linen Laundry RS USU
ini dek, yahhhh….kita tunggu hasil aja dek kalau belum ada
balasan dari atasan yah kita tetap pakai linen yang ada sampai
saat ini dek tapi walau kita pakai stok lama dek belum ada
permasalahan dari pasien dek,hehehe….”. (Informan 5).

l. Respon Petugas Unit Linen Laundry RS USU Mengenai Keluhan

Pasien/Pengunjung Terhadap Kualitas dan Ketersediaan Linen

Saat peneliti melakukan wawancara, ketiga informan memberikan

jawaban yang santai dan mengatakan bahwa kualitas linen di RS USU

ini masih dalam keadaan aman-aman saja dan jika ada keluhan tidak

langsung disampaikan kepada pihak Unit Linen Laundry RS USU

tetapi melalui perawat setiap ruangan. Kondisi linen sudah lama dan

Universitas Sumatera Utara


90

seharusnya sudah saatnya untuk diganti dengan linen yang baru namun

belum ada ada respon positif dari atasan yang membawahi Unit Linen

Laundry RS USU seperti kutipan wawancara berikut:

“Sampai saat ini belum ada permasalahan yang serius dek,


walaupun ya dek dari kita berharapnya kain-kain linen di rumah
sakit ini seharusnya sudah saatnya untuk diganti dek sebelum
terjadi permasalahan serius di rumah sakit ini dek, melalui Kepala
Unit Linen Laundry RS USU sudah diusulkan dengan dengan
sudah membuat surat usulan dek mengenai ini namun belum ada
balasan sampai saat ini dek, yahhh…gimana lah dek, kita hanya
bisa nunggu aja dek “

m. Pendapat Petugas Mengenai Pembagian Shift Kerja Unit Linen

Laundry RS USU

Saat peneliti melakukan wawancara, informan memberikan keterangan

mengenai shift kerja saat ini sudah cukup karena dikondisikan dengan

keadaan Unit Linen Laundry RS USU yang kekurangan linen dan

kekurangan tenaga kerja juga jadi saling berhubungan antar keduanya dan

petugas laundry sudah bisa mengatasi atas kekurangan baik jumlah linen

dan jumlah tenaga kerja dalam meningkatkan mutu pelayanan di RS USU

dalam hal pelayanan laundry seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Untuk saat ini sudah cukuplah dek 1x (satu kali) saja tapi
yang perlu ditambah hanya petugasnya saja dek disini allias SDM
nya lah dek, karyawan nya gitu dek itu yang perlu dek dan saat ini
kami juga belum ada pembagian kerja dek disini jadi masih acak-
acak dek, intinya tenaga petugas kita masih kurang dan persedian
linen disini masih bisa dikendalikan dengan jumlah petugas saat
ini dek”.

Universitas Sumatera Utara


91

2. Kepala Unit Linen Laundry RS USU

a. Perencanaan Terhadap SOP (Standar Operasional Prosedur)

Pencucian Linen Laundry RS USU

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjawab

dengan sederhana dan santai serta menyimpulkan masih ada SOP yang

belum dijalankan di Unit Linen Laundry RS USU seperti kutipan

wawancara berikut ini:

“SOP Pencucian kita ada dek cuman nggak semua kita


jalankan dek tapi kita sudah punya aturan SOP tersebut dek,
seperti penjahitan kita nggak ada dek yahhh karena mesin jahit
kita nggak ada, petugas kita pun kurang dalam hal ini jikapun ada
mesin jahit kita dek, terus perendaman kita nggak ada dek,
mungkin 2 (dua) hal ini SOP yang belum kita jalankan dek “.

b. Mengenai Pembagian Shift Kerja Unit Linen Laundry RS USU

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjelaskan

dengan singkat dan dengan alasan karyawan atau petugas masih

kurang serta jumlah ketersediaan linen yang masih kurang seperti

kutipan wawancara berikut ini:

“Kami di unit laundry ini belum ada menggunakan pembagian


shift kerja dek, yahhhh…hanya 1 shift kerja saja dek, kami masuk
kerja pagi dan pulang sore dek yahhh kami disini kekurangan
petugas dan jumlah linen stok nya pun masih dikit dek jadi sudah
cukuplah sementara kami aja disini yang mengerjakan dek,kira-
kira gitu lah dek “.

c. Mengenai Pembagian Tugas Pokok Kepada Petugas Laundry RS

USU

Dari hasil wawancara peneliti kepada informan, informan menjelaskan

singkat saja bahwa di unit laundry RS USU belum ada pembagian

Universitas Sumatera Utara


92

tugas pokok dengan alasan yang sama yaitu petugas masih kurang dan

dikerjakan dengan gotong royong seperti kutipan wawancara berikut

ini:

“Nggak ada dek kita disini pembagian tugas pokok dek,


yahhh…. kayak tadi yang udah dijelasin karena kita disini masih
kekurangan SDM dek, jadi kerjaannya disini saling kerja sama
gitu dek yaa gotong royong dek acak-acakan gitu dek, ada yang
menggosok,melipat, dan seterusnya dek saling bergantianlah
mengerjakannya “.

d. Pengadaan Linen di Unit Linen Laundry RS USU

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjelaskan

bahwa pengadaan linen tergantung anggaran yang sudah diusulkan

kepada pihak yang berwenang dan saat ini masih belum terealisasi

seperti kutipan wawancara berikut:

“Kalau mengenai pengadaan linen disini itu semua tergantung


anggaran dan kita sudah usulkan kita dah buat surat ke atasan dek
namun yahhhh…gini lah dek belum ada balasan lah sama kita
disini yaa intinya belum terealisasi 100% dek “.

e. Pendapat Kepala Unit Linen Laundry RS USU Mengenai

Penanganan Linen Rusak

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menyatakan

bahwa belum maksimalnya dalam penanganan linen yang rusak, robek

bahkan hilang dikarenakan anggaran/biaya yang tidak mendukung dan

belum ada respon dari pihak RS USU. Linen yang rusak atau Robek

jika memang ada dan sudah didata, maka akan dijahitkan atau

diperbaiki di luar laundry RS USU seperti kutipan wawancara berikut

ini:

Universitas Sumatera Utara


93

“Masih dikumpulkan dan didata kalau ada anggaran atau


biaya dek maka akan kami jahitkan atau perbaiki tapi jadinya di
luar laundry RS USU ini dek. Penanganan linen kita disini belum
maksimal lah dek jikapun ada yang rusak dan robek contohnya yak
an, maka kita kumpulkan dulu nggak langsung kita jahitkan karena
kita nggak punya peralatan dek, hehehe…”.

f. Pengecekan Kelayakan Linen

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjelaskan

bahwa tindakan pengecekan ada dilakukan namun tindakan setelah

pengecekan belum ada dilakukan bahwa pemakaian linen sudah lebih

pemakaian standar karena alasan anggaran dan respon dari pihak RS

USU belum ada keterangan seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Ada pengecekan tetapi belum ada pengganti linen yang sudah


tidak layak pakai lagi sebenarnya dek, bahkan ada linen yang
sudah dipakai sampai 120 kali bahkan lebih dari situ dek, intinya
sudah tidak sesuai aturan departemen kesehatan lah dek,
yahhh…kalau ngecek kami lakukan disini dek cuman gitulah dek
nggak ada tindakan lanjutan dek “.

g. Pengadaan Bahan Baku Cucian

Saat peneliti melakukan wawancara, informan menjelaskan bahwa

bahan baku cucian disesuaikan dengan jumlah cucian tiap hari nya dan

bekerja sama dengan bagian perbekalan, seperti kutipan wawancara

berikut:

“Pengadaan bahan bakunya nanti kita sampaikan sama bagian


perbekalan dek sesuai yang kita sini butuhkan dek,
yahhhh….intinya pengadaan dilakukan sesuai jumlah cucian/hari
nya dek, gitu dek “.

h. Mengenai Anggaran/Pembiayaan Pengadaan Linen di Unit Linen

Laundry RS USU

Universitas Sumatera Utara


94

Saat Peneliti mewawancarai informan mengenai hal ini, informan

menjelaskan bahwa Dia selaku Kepala Unit sudah membuat

Rancangan Kerja Anggaran Tahunan namun sampai saat ini belum

terealisasi, seperti kutipan wawancara berikut:

“Begini dek, hmmm….gimana ya dek, kalau kami pihak


laundry RS USU ya dek melalui saya sendiri yang sudah lama
membuat RKAT (Rancangan Kerja Anggaran Tahunan) namun
banyak yang belum terealisasi ataupun belum dipenuhi dek tapi
kami sudah usulkan ke atasan dek “.

i. Mengenai Keluhan Pasien/Pengunjung Terhadap Kualitas Linen

RS USU

Saat peneliti menanyakan hal ini kepada informan, informan

menjelaskan sejauh ini belum ada keluhan langsung yang datang

kepada pihak Unit Linen Laundry RS USU, kemungkinan keluhannya

kepada perawat setiap ruangan dan sejauh ini kepada kami tidak ada

langsung datang dari pasien atau pengunjung, seperti kutipan

wawancara berikut:

“Keluhan dari pasien atau pengunjung langsung kepada kami


nggak ada dek sejauh ini ya dek, cuman kadang kami dikasih
keluhan lewat perawat setiap ruangan dek dan itupun jarang dek
hanya sekali-kali aja dek seperti noda masih ada,koyak, warna
kain nya, gitu-gitu aja dek dan nggak terlalu fatal dek, dan
seharusnya memang linen di RS USU sudah saatnya diganti
karena kebanyakan linen dari segi warna lah dulu sudah banyak
yang luntur dek dan ini sudah sering kita sampaikan kepada
atasan kita dek, yah gini lah masih nunggu kami dek “.

Universitas Sumatera Utara


95

j. Mengenai Sistem Pengolahan Air Limbah RS USU Khususnya

Limbah Laundry

Saat peneliti melakukan wawancara mengenai hal ini, informan

menjelaskan sesuai dengan peneliti lihat bersama-sama langsung ke

lokasi IPAL RS USU (Instalasi Pembuangan Air Limbah), seperti

kutipan wawancara berikut ini:

“Seperti sama-sama kita lihat langsung ke lokasi IPAL RS


USU dek yah sejauh ini belum ada permasalahan serius dek untuk
lingkungan RS USU sendiri termasuk mengenai limbah Laundry
RS USU kita ini dek, semua jenis limbah di RS USU ini termasuk
unit laundry kita ini dibuat satu tempat dan proses nya sama
semua dek, namun pembuangan air yang sudah di filter masih
belum ada pemanfaatannya masih dibuang di tanah dan sebagian
digunakan untuk mencuci dan menyiram atau buat yang lainnya
dek seperti yang kita lihat tadi dek, intinya sejauh ini belum ada
permasalahan serius dek”.

k. Mengenai Keseuaian Kualitas Unit Linen Laundry RS USU

Terhadap Akreditasi RS USU Sekarang

Saat Peneliti menanyakan hal ini, informan hanya bisa tertawa kecil

dan tersenyum menanggapi hal ini namun tetap menjelaskan sedikit

bahwa walaupun RS USU sejak Juni 2018 sudah mendapatkan

akreditasi B namun keadaan Unit Linen Laundry RS USU masih sama

seperti yang sebelumnya belum ada perkembangan dan

permasalahannya tetap saja mengenai anggaran yang belum terealisasi,

seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Hmmm….gimana dibilang ya dek, hahaha…mengenai apakah


sesuai dengan akreditasi yaaaa abang bisa jawab belum dek masih
sama kayak yang kemarin dek, harapannya y ajika kita sudah
akreditasi B sejak Juni 2018 ini, harusnya unit kita ini juga
diperhatikan agar ada perkembangan dan sesuai dengan penilaian

Universitas Sumatera Utara


96

akreditasi saat ini dek, cuman ya gini lah dek. Intinya belum sesuai
dek dan tetap juga alasannya terkendala dengan anggaran
sehingga belum dapat terealisasi dek dengan maksimal dan kita
masih berharap ada perkembangan dek “.

l. Mengenai Perbedaan Kualitas Linen Setiap Ruangan RS USU

Saat peneliti menanyakan hal ini, informan memberikan keterangan

bahwa tidak ada perbedaan khusus setiap ruangan dikarenakan juga

jumlah dan persediaan linen RS USU belum banyak jadi tidak terlalu

ada perbedaan dan termasuk dalam hal pencucian linen tidak ada

perbedaan, seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Kalau masalah perbedaan kualitas linen setiap ruangan


yahhh…gak ada perbedaan khusus kita buat saat ini dek, palingan
perbedaan warna linen, ketebalan linen seperti selimut misalnya
selimut di ruangan VIP ketebalannya beda di ruangan lainnya,
warna linen begitu juga dek setiap ruangan beda dek hanya
sebagai tanda aja dek, terus mengenai pencucian yahhh kami
satukan di unit laundry kita ini dek seperti yang adek lihat selama
ini, di mesin cuci yang sama dengan bahan cucian yang sama juga
dek, intinya nggak ada perbedaan terlalu khusus dek “.

m. Mengenai Survey Pihak Unit Linen Laundry RS USU Terkait

Pelayanan Laundry Kepada Pasien/Pengunjung

Saat peneliti menanyakan hal ini, informan menjelaskan bahwa pihak

laundry belum pernah melakukan survey mengenai hal ini karena tidak

sempat melakukannnya apalagi petugas yang bekerja masih

kekurangan, seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Hmmm….mengenai survei ya dek, jujur ya dek, kami belum


pernah sejauh ini melakukan siurvey nanya ke pasien atau
pengunjung secara langsung atau pakai angket seperti itu dek
karena kita nggak sempat dek apalagi kan petugas kita sini
kekurangan jadi nggak ada yang handle nanti nya dek, cuman
kami hanya menerima keluhan atau masukan nanti nya lewat

Universitas Sumatera Utara


97

setiap perawat ruangan yang bertugas dan menyampaikan kepada


kami langsung dek “.

3. Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU

Informan selanjutnya adalah seorang Kepala Sub Bagian (Kasubbag)

Sarana Medik RS USU yang langsung membawahi Unit Linen Laundry

RS USU untuk diminta keterangan mengenai pelayanan Unit Linen

Laundry RS USU Tahun 2018. Menurut keterangan dari RS USU bahwa

beliau belum lama ini menjadi Kasubbag Sarana Medik RS USU sehingga

beliau pun dalam memberikan keterangan seputar wawancara kurang

mengetahu detail sehingga saat peneliti melakukan wawancara dengan

informan didampingi langsung oleh Kepala Unit Linen Laundry RS USU

untuk membantu memberikan keterangan kepada peneliti.

Adapun hal-hal yang peneliti wawancarai kepada informan dalam hal

ini Kasubbag Sarana Medik RS USU sebagai berikut:

a. Mengenai RS USU Memiliki Unit Linen Laundry Sendiri

“Ohh…tepatnya Juli 2016 dek kita punya unit laundry


sendiri”.

b. Perencanaan SOP Unit Linen Laundry RS USU

“Iya dek, kita punya perencanaan SOP tersebut dan kita


jalankan dek didiskusikan juga dengan PPI dan Sarpras. PPI itu
singkatan dari Pengendalian Penyakit Infeksi dan Sarpras itu
sarana dan prasarana dek”.

c. Mengenai Pelatihan Khusus RS USU Untuk Petugas Laundry

Universitas Sumatera Utara


98

“Pernah kok dek ada dibuat tapi masih pelatihan PPI tadi

itu”.

d. Sistem Pembiayaan Pengadaan Linen RS USU

“Sistem nya itu yahhh….berdasarkan RKA RS USU yang


sudah dibuat dek, itulah system untuk pengadaan linen dek
mengenai pembiayaan”.

e. Pihak Yang Mengawasi Unit Linen Laundry RS USU

“Kalau itu kita serahkan kepada Kepala Unit Linen


Laundry RS USU ini dek untuk mengawasi nya dan segala sesuatu
kalau ada apa-apa keperluannya lapor nya sama kita dek kita yang
membawahi bagian laundry juga dek”.

f. Jumlah Tenaga Laundry & Kebutuhan RS USU

“Belum sesuai dek kalau saat ini yahhh mengenai jumlah


tenaga di bagian laundry dengan kebutuhan RS USU saat ini”.

g. Mengenai APD Pengelola Limbah Padat RS USU

“Mengenai limbah padat sana yahhh….APD nya ya


dek, yaaa biasa-biasa lah dek yang dipakai seperti masker,
kacamata, sepatu boot, dan lainnya dek”.

h. Fasilitas dan Peralatan RS USU Menunjang Pengelolaan Linen

Laundry RS USU

“Disini ada Kepala Unit Linen Laundry RS USU


langsung dek bisa nanti menjawabnya lebih detail cuman
seperti yang kita lihat di ruangan ini dek ada mesin cuci 2
buah untuk infeksius dan satu lagi non infeksius, ada mesin
pengering juga itu, itu ada lemari 4 buah, gudang bahan
kimia juga ada, trolly bersih juga ada trolly kotor masing-
masing 3 buah, itu lah mungkin dek”.

Universitas Sumatera Utara


99

i. Hambatan Bagian Pengelolaan Linen Laundry RS USU

“Kata Kepala Unit Linen Laundry pernah ada


hambatan disini dek, seperti mesin-mesin disini bermasalah
jadi menghambat kerja petugas disini, belum lagi yang lain
pasti ada aja disini hambatan cuman bisa diatasi kok dek”.

j. Apakah Petugas Laundry RS USU Sudah Memenuhi Stnadar

dan Memiliki Sertifikat Lengkap Sesuai SOP dan Peraturan?

“Belum memenuhi standar dek kalau mengenai


sertifikat yang mereka miliki, kemarin itu pelatihan PPI
lalu mereka dapat sertifikat pelatihan tersebut, tapi mereka
sudah punya kemampuan mengenai laundry ini”.

k. Mengenai Pengolahan Air Limbah RS USU Termasuk Limbah

Unit Linen Laundry Dampaknya Terhadap Kesehatan

Lingkungan RS USU

“Sejauh ini nggak ada kami dengar disini


dampaknya terhadap kesehatan lingkungan RS USU dan di
bagian limbah sana ada selalu pengecekan rutin dari dinas
kesehatan dan masih aman-aman sejauh ini, nanti kalau
mau detail bisa tanya bagian IPAL sana ya dek”.

l. Mengenai Latar Belakang Pendidikan Petugas Unit Linen

Laundry RS USU dan Trainning RS USU

“Tidak ada permasalahan sejauh ini soal itu di RS


USU ini dan sudah disesuaikan dengan prosedur rumah
sakit ini juga yang penting mereka sediakan berkas yang
diminta dan punya pengalaman dengan tanda bukti
keterangan aja dek, terus mengenai training diawal masuk
mereka diberikan training seperti yang tadi hanya PPI
pelatihan yang diberikan”.
m. Mengenai Keluhan Pasien/Pengunjung Terkait Pelayanan Unit

Linen Laundry RS USU

“Kalau soal ini lebih jelasnya nanti bisa tanyakan


langsung ke Kepala Unit Laundry nya ini orangnya dek,
cuman sejauh ini yaaahhh belum ada lah dek keluhan

Universitas Sumatera Utara


100

langsung kepada mereka yang saya dengar dan ketahui


sampai saat ini apalagi keluhan fatal cuman kalau mau
complain entah masih ada noda nya, robek kainnya, atau
tertukar atau lainnya biasanya perawat tiap ruangan yang
sampaikan sama petugas laundry dek”.

n. Sejak Juni 2018 RS USU Termasuk Rumah Sakit Tipe B,

Apakah Unit Linen Laundry RS USU Sudah Sesuai Standar

Kelas B?

“Memang betul dek kita sudah kelas B,


yahhh…cuman belum sesuai dek kapsitas kita khususnya
unit laundry ini dengan Tipe kelas B tersebut masih banyak
PR-PR yang mau dikerjakan yang akan kita usahakan
semua kekurangan di bagian laundry kita ini”.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap unit linen laundry

RS USU Kota Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

 Internal (Input)

1. Mengenai sarana dan prasarana (machine) bahwa unit linen laundry RS

USU belum lengkap memiliki sarana – prasarana seperti mesin peras,

mesin penyetrika pres dan mesin jahit, sedangkan mesin pencucian

linen lainnya sudah ada namun yang tersedia masih kurang dalam hal

kuantitasnya. Selanjutnya mengenai ruangan yang ada belum ada

ruangan khusus yang disediakan masih ruangan besar tanpa ada

penyekat ruangan khusus baik itu ruang penerimaan linen, ruang

pemisahan linen, ruang pencucian & pengeringan linen, ruang

penyimpanan hingga ruang distribusi. Ruang penyimpanan khususnya

masih berada di dalam ruangan Kepala Unit Linen Laundry RS USU,

ruang penerimaan linen belum ada meja penerima untuk linen yang

terinfeksi dan non terinfeksi dan lemari yang tersedia serta trolly masih

kekurangan selain kekurangan mesin pencucian linen.

2. Mengenai sumber daya manusia (man) yang menyangkut staff

pelaksana (petugas) masih kekurangan tenaga petugas yang saat ini

masih tersedia 7 petugas dan menurut Kepala Unit Linen Laundry RS

101

Universitas Sumatera Utara


102

USU perlu penambahan petugas disesuaikan dengan kebutuhan saat ini

sehingga dapat dilakukan pembagian tugas pokok masing-masing

(jobdesk) dan jika memungkinkan akan dilaksanakan 2 shifft

pembagian waktu kerja petugas. Selanjutnya mengenai syarat menjadi

staff pelaksana atau petugas sesuai ketentuan Depkes RI Dirjend

Pelayanan Medik Tahun 2014 bahwa selain tenaga non medik harus

ada tenaga kesehatan dan tenaga keperawatan di dalamnya namun

kenyataannya bahwa hanya ada 1 (satu) orang petugas tenaga

keperawatan di dalamnya selebihnya tamatan SMA dan Sarjana non

kesehatan/keperawatan.

3. Mengenai pembiayaan atau anggaran (money) hingga saat ini

berdasarkan keterangan pihak unit laundry RS USU bahwa sudah

diajukan RKA sejak 2018 hingga tahun 2019 ini dan belum ada

keterangan positif dari pihak pimpinan RS USU menanggapinya

sehingga persediaan linen lama yang masih digunakan di rumah sakit

dengan alasan anggaran yang belum ada termasuk pemenuhan sarana

unit laundry terkendala karena anggaran atau biaya yang belum

terealisasi penuh.

 Kegiatan Unit Linen Laundry (Proses)

1. Pengumpulan/ Pengangkutan linen

Tahap pengumpulan/ pengangkutan linen masih ada ketidaksesuaian

SOP yang berlaku yaitu petugas laundry dan perawat petugas ruangan

tidak ada komunikasi di awal terkait informasi linen kotor yang

Universitas Sumatera Utara


103

dibawak ke ruangan laundry.Komunikasi petugas laundry dan perawat

petugas ruangan berlangsung saat pendistribusian linen bersih di sore

hari.Petugas setiap pagi hari datang mengambil linen kotor dari utilitas

kotor dan langsung diantar ke ruangan laundry tanpa komunikasi

dengan perawat petugas ruangan dan petugas mengangkut linen kotor

terkadang digabungkan dalam 1 (satu) plastik dan tidak ada pemisahan

linen kotor infeksius dan yang mana non infeksius tetapi dipisahkan di

ruang laundry. Trolly yang digunakan baik linen bersih dan linen kotor

memang dibedakan namun sesuai yang peneliti lihat jarang sekali

petugas membersihkan trolly dengan desinfektan terkhusus linen kotor

dengan alasan karena linen sudah dibawak menggunakan plastic linen

masing-masing.

2. Penerimaan / Penimbangan

Pada tahap ini sudah cukup sesuai SOP yang berlaku. Linen kotor yang

dibawa diterima dan ditimbang di ruangan laundry dengan timbangan

duduk yang sudah tersedia namun permasalahannya adalah linen yang

diterima dan akan ditimbang diletakkan di lantai ruangan dan tidak ada

meja panjang khusus sesuai ketentuan Depkes RI Dirjend Pelayanan

Medik Tahun 2004.

3. Pemilahan / Perhitungan

Tahap ini sudah dilaksanakan oleh pihak laundry yaitu memilah linen

kotor infeksius dan linen kotor non infeksius lalu dihitung banyak

masing-masing sehingga petugas mengetahui banyak linen kotor

Universitas Sumatera Utara


104

infeksius dan non infeksius yang akan dicuci dan dimasukkan ke

dalam mesin cuci selain itu pemilahan linen berdasarkan warna dan

dan jenis linen tersebut. Mesin cuci yang digunakan dibedakan antara

linen kotor infeksius maupun linen kotor non infeksius.

4. Perendaman linen

Tahap ini tidak dilaksanakan di Unit Linen Laundry RS USU

melainkan langsung dimasukkan ke dalam mesin cuci untuk masuk ke

tahap pencucian linen setelah tahap pemilahan dan perhitungan.

5. Pencucian linen

Tahap pencucian sudah cukup baik namun masih ada perbaikan sesuai

ketentuan Peraturan dan SOP yang berlaku seperti mesin cuci yang

digunakan untuk mencuci linen kotor infeksius maupun non

infeksius.Terkadang mesin cuci khusus linen kotor infeksius

digunakan untuk mencuci linen kotor non infeksius begitu juga

sebaliknya dengan alasan karena mesin cuci terbatas dan mempercepat

kerja petugas.Mesin cuci sebagai sarana unit laundry masih

kekurangan persediannya dan belum ada respon pimpinan RS USU.

Bahan kimia yang digunakan untuk pencucian linen sudah sesuai dan

suhu serta waktu pencucian juga sudah cukup sesuai SOP dan

peraturan.

6. Pengeringan linen

Mesin pengering linen yang tersedia hanya ada 2 buah (infeksius dan

non infeksius) dan masih kekurangan persediaannya.Terkadang mesin

Universitas Sumatera Utara


105

pengering linen infeksius digunakan untuk non infeksius begitu juga

sebaliknya dengan alasan mempercepat kerja petugas. Tahap

pengeringan ini sebaiknya diharapkan dilakukan pengecekan apakah

tidak ada mikroorganisme pathogen dan kontaminasi ulang sehingga

perlu dilakukan pengeringan ulang namun faktanya di unit laundry

tidak ada pengecekan hanya sekali dilakukan pengeringan linen setelah

itu langsung masuk tahap pengeringan, mengenai suhu dan waktu

pengeringan sudah cukup sesuai SOP.

7. Penyetrikaan linen

Tahap ini sudah cukup sesuai namun kekurangan mesin penyetrika

linen padahal selalu banyak linen yang masuk untuk didistribusikan.

Pengeringan linen dengan 1 (satu) buah mesin roll dengan diatur suhu

yang cukup sesuai ketentuan berlaku. Linen yang akan disetrika

diharapkan rapi saat pelipatan nanti, tahap ini hanya sekali pelipatan

dan terkadang masih terlihat linen yang masih kusut dan langsung

dilipat selain itu saat penyetrikaan tidak diberikan pewangi pada linen.

Selain itu, sebelum linen disetrika petugas memeriksa linen yang

masih ada noda nya dan selalu ditemukan linen yang masih basah dan

tampak noda yang tertinggal seperti bekas darah,dll.

8. Pelipatan linen

Tahap ini dilakukan setelah penyetrikaan linen agar linen terlihat lebih

rapi. Sesuai ketentuan, saat pelipatan linen dibutuhkan meja tempat

melipat yang sudah di desinfeksi dengan cairan alkohol 70% namun di

Universitas Sumatera Utara


106

unit laundry RS USU tidak dilakukan hal ini hanya tinggal langsung

dilipat linen yang sudah disetrika.Tahap pelipatan linen ini terkadang

ditemukan linen yang robek atau retas jahitannya lalu dikumpulkan

terlebih dahulu untuk dibawak ke pihak luar dilakukan penjahitan

linen.

9. Penjahitan linen ; tahap ini tidak dilaksanakan karena Unit Linen

Laundry RS USU tidak memiliki mesin jahit sendiri. Linen yang robek

atau retas jahitannya dikumpulkan terlebih dahulu hingga banyak

terkumpul lalu dijahitkan di luar RS USU.

10. Penyimpanan linen ; tahap ini dilakukan ketika ada linen yang tersisa.

Penyimpanan linen tersedia ada 4 buah lemari yang tertutup dan ruang

khusus penyimpanan belum ada masih diletakkan di ruang Kepala Unit

Linen Laundry RS USU.

11. Pendistribusian linen ; tahap ini dilakukan petugas di sore hari untuk

mengantarkan linen bersih ke utilitas bersih setiap ruangan rumah

sakit. Tahap ini petugas laundry melakukan komunikasi kepada

perawat petugas ruangan bahwa linen bersih sudah diantarkan ke

utilitas bersih dan langsung ditandatangani. Lemari khusus linen bersih

di ruangan utilitas bersih tidak ada melainkan linen bersih dalam

plastik putih hanya diletakkan di lantai utilitas bersih.

 Keluaran (Output)

Masih ada hal yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan seperti

yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya baik KepMenkes No 1204

Universitas Sumatera Utara


107

Tahun 2004 mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit maupun Departemen Kesehatan RI Dirjend Pelayanan Medik

Tahun 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.

B. Saran

Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disarankan:

1. Pihak Unit Linen Laundry RS USU harus lebih memperhatikan SOP

(Standar Operasional Prosedur) kegiatan laundry mulai dari tahap

pengumpulan hingga pengangkutan agar lebih diperhatikan lebih baik

lagi. Sebaiknya juga SOP yang belum dijalankan seperti pemerasan

dan penjahitan agar dilakukan sehingga kualitas linen lebih baik lagi.

Mengenai ini, pihak RS USU harus turun langsung sesekali

memperhatikan hal ini di unit laundry agar yang belum baik bisa

dibenahi.

2. Pihak RS USU harusnya lebih memberikan respon positif dan cepat

kepada pihak Unit Linen Laundry RS USU mengenai pengadaan bahan

linen dan penambahan fasilitas serta petugas yang bertugas agar ada

pembagian jobdesk sesuai bidangnya. Pihak laundry melalui Kepala

Unit Linen Laundry RS USU sudah lama mengusulkan hal ini melalui

surat yang sudah dibuat ke pihak RS USU namun sampai saat ini

belum ada respon positif.

3. Sebaiknya saat tahap pengumpulan seharusnya sesuai SOP yaitu

adanya komunikasi petugas laundry dengan perawat petugas ruangan

mengenai linen kotor yang diambil dari ruangan namun selama ini

Universitas Sumatera Utara


108

komunikasi itu terjadi saat pendistribusian linen bersih ke setiap

ruangan sehingga linen kotor yang diambil kadangkala tidak sesuai

dengan linen bersih yang didistribusikan kembali.

4. Kepala Unit Linen Laundry RS USU harus lebih tegas lagi

memperhatikan semua petugas yang tidak mau memakai APD (Alat

Pelindung Diri) lengkap padahal sudah disediakan RS USU dan harus

memperhatikan kinerja petugas diharapkan lebih disiplin lagi sesuai

prosedur agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi seperti infeksi

dikarenakan penanganan linen yang tidak baik atau tidak sesuai.

5. Pihak RS USU melalui Kepala Unit Linen Laundry dan Kasubbag

Sarana Medik RS USU yang langsung membawahi unit linen laundry

harus lebih memperhatikan pelayanan laundry RS USU harus sesuai

dengan SOP dan ketentuan Departemen Kesehatan RI Dirjend

Pelayanan Medik Tahun 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di

Rumah Sakit dan ketentuan KepMenkes RI No

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Syarat Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit khususnya mengenai laundry.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito. 2007. TentangRumahSakit. Jakarta

Afrizal. 2004. Validasi Data. Jakarta

America Hospital Association. 1974. TentangRumahSakit. AmerikaSerikat

Aini, NurMuhamad. 2013. AnalisisPengelolaan Linen di


InstalasiRawatInapRumahSakitPermataBundaPurwodadiTahun 2010.
(Skripsi). Semarang:
FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro.

Centerof Disease Control. 1995. InfeksiNosokomial. AmerikaSerikat.

Darmadi. 2008. InfeksiNosokomial. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Manajemen Linen RumahSakit. Jakarta: KementerianKesehatan


RI.

Depkes RI DirjendPelayananMedikTahun 2004. PedomanManajemen Linen


RumahSakit. Jakarta: KementerianKesehatan RI.

Djojodibroto. 1997. Manajemen Linen RumahSakit. Jakarta.

Jumadewi. 2014. Laundry RumahSakit. Jakarta.

KeputusanMenteriKesehatan RI No. 1204 Tahun 2004.


TentangPersyaratanKesehatanLingkunganRumahSakit. Jakarta:
KementerianKesehatan RI.

KeputusanWalikota Medan No. 660/1402/DLH/2017. TentangIzinPembuangan


Air LimbahKepada RS USU. Kota Medan.

KeputusanWalikota Medan No. 660.2/399k/2017.


TentangIzinPenyimpananSementaraLimbahBahanBerbahayadanBeracunK
epada RS USU. Kota Medan.

Laundry Management Policy. 2013. Jakarta.

Mungesti, Mentari. 2016. GambaranPengelolaan Linen di Bagian Laundry


RSPAU Dr. SuhardiHardjolukito Yogyakarta. (Skripsi).Yogyakarta:
KesehatanLingkungan STIKES Wirahusada.

109

Universitas Sumatera Utara


110

Nauli, Mutiara. 2015. AnalisisPengelolaan Linen Laundry di RumahSakitUmum


X Kota Medan. Medan: FakultasKesehatanMasyarakatUniversitas
Sumatera Utara.

Nugraheni. 2013. Linen Kotor Non Infeksius. Jakarta.

Patton &Moleong. 2010. TriangulasiSumber. Jakarta.

PedomanTeknisBangunan RS Kelas B. 2012. Jakarta: KementerianKesehatan RI.

Peninsula Community Health. 2012. Jakarta.

PeraturanDirekturRumahSakit No.
962/PER/RS/I/2014.TentangPedomanOrganisasiBagian Laundry
RumahSakit. Jakarta: KementerianKesehatan RI.

PeraturanMenteriKesehatan RI No. 340 Tahun 2010.KlasifikasiRumahSakit.


Jakarta: KementerianKesehatan RI.

Rifakes. 2011. InfeksiNosokomial. Jakarta: KementerianKesehatan RI.

RS A.T. Medika. 2014. PanduanPengelolaan Linen. Kota Palopo.

RS USU. 2016.LaporanBulanan Laundry RS USU. 2016.Kota Medan.

RS USU. 2016.PedomanPelayanan Laundry RS USU. Kota Medan.

RS USU. 2016.PedomanPengorganisasian Unit Laundry.Kota Medan.

RS USU. 2016.ProfilKesehatan RS USU. Kota Medan.

RS USU. 2016.Program Kerja Unit Laundry.Kota Medan.

RS USU. 2016. Program Orientasi Laundry RS USU. Kota Medan.

RS USU. 2016. Program Pelatihan Laundry RS USU. Kota Medan.

Sugiyono.2013. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.

Sumantri. 2013. TeknikWawancaraPenelitianKualitatif. Jakarta.

Tietjen.2004. Manajemen Linen RumahSakit. Jakarta.

UU RI No. 44 Tahun 2009 tentangRumahSakit. Jakarta: Presiden RI

Wolpor& Pena. 1987. TentangRumahSakit. AmerikaSerikat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Surat Permohonan Menjadi Responden

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

3. Pedoman Wawancara Mendalam

4. Pedoman Observasi Pengelolaan Unit Linen-Laundry RS USU

5. Surat Permohonan Survei Pendahuluan

6. Surat Izin Survei Awal Penelitian

7. Memo Pengantar Izin Survei Awal Penelitian

8. Daftar Hadir Survei Awal Penelitian

9. Surat Permohonan Survei Penelitian

10. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan USU

11. Memo Pengantar Izin Penelitian Kepada Kepala Sub Bagian Sarana Medik

RS USU

12. Memo Pengantar Izin Penelitian Kepada Kepala Unit Linen Laundry RS

USU

13. Memo Pengantar Izin Penelitian Kepada Kepala Instalasi Rawat Jalan RS

USU

14. Daftar Hadir Penelitian di RS USU Tahun 2018

15. Surat Keterangan Tanda Selesai Penelitian di RS USU

16. Matriks Hasil Wawancara Peneliti Terhadap Informan

17. Dokumentasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.

Calon Responden

Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sahat Parulian Simatupang

NIM : 141000255

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat USU

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul:

“ Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Universitas


Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018 ”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi


responden. Semua informasi dari hasil penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/I bersedia, maka
peneliti mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang
saya lampirkan.

Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Sahat P Simatupang

NIM.141000255

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN

( INFORMED CONSENT )

Saya yang bertandatangan dibawah ini bersedia menjadi responden


setelah diberikan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan peneliti
yaitu:

Nama : Sahat Parulian Simatupang

NIM : 141000255

Judul : Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah


Sakit USU Tahun 2018

Demikianlah surat persetujuan ini saya tandatangani tanpa adanya


paksaan dari pihak manapun. Saya menyadari bahwa penelitian ini
tidak akan merugikan saya sebagai responden, oleh sebab itu saya
bersedia menjadi responden.

Responden,

( )

Universitas Sumatera Utara


PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018

Tanggal wawancara :

1. Karakteristik Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Posisi : Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU
Lama Kerja :
2. Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Sudah berapa lama RS USU memiliki Unit Laundry sendiri?
2. Apakah dilakukan perencanaan SOP (Standar Operasional Prosedure)
untuk laundry RS USU?
3. Apakah pihak rumah sakit pernah memberikan pelatihan khusus untuk
penanganan laundry di rumah sakit?
4. Bagaimana sistem pembiayaan untuk pengadaan linen rumah sakit?
5. Siapakah yang berkewajiban mengawasi Unit Laundry RS USU?
6. Apakah tenaga pengelola linen laundry yang tersedia sudah sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit?
7. Apa saja APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan petugas pengelola
limbah padat rumah sakit?
8. Fasilitas dan peralatan apa saja yang disediakan rumah sakit dalam
membantu melancarkan proses pengelolaan linen bagian laundry?
9. Apakah pengelolaan linen bagian laundry pernah mengalami
hambatan?
10. Apakah staff pelaksana/ petugas sudah memenuhi standar menjadi
petugas Unit Linen Laundry RS USU seperti sertifikat yang dimiliki
apakah sudah lengkap sesuai standar?

Universitas Sumatera Utara


11. Mengenai pengolahan air limbah RS USU khususnya limbah Unit
Linen Laundry RS USU, apakah ada permasalahan dengan hal itu
seperti dampak terhadap kesehatan lingkungan RS USU ?
12. Mengenai pendidikan Staff pelaksana (petugas), apakah tidak terlalu
dipermasalahkan? Apakah tidak ada pendidikan dengan jurusan khusus
menjadi staff pelaksana? Apakah di awal masuk, staff pelaksana
diberikan pelatihan awal/ training sesuai prosedur yang berlaku?
13. Apakah sejauh ini, ada keluhan pasien/ pengunjung yang masuk
mengenai kualitas Unit Linen Laundry RS USU? Jika ya, apakah
langkah yang saudara/i lakukan?
14. Saat ini sejak Juni 2018, RS USU sudah masuk Kelas B, apakah
standar Unit Linen Laundry RS USU sudah sesuai atau masih jauh dari
standar RSU Kelas B? Mohon penjelasannya!

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Universitas Sumatera Utara


Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018

Tanggal wawancara :

1. Karakteristik Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Posisi : Kepala Unit Linen-Laundry RS USU

Lama Kerja :

2. Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Adakah perencanaan terhadap SOP (Standar Operasional Prosedure)

pencucian linen di Unit Laundry RS USU?

2. Bagaimanakah pembagian shift kerja di unit laundry, apakah sudah

cukup 1 (satu) shift kerja saja?

3. Bagaimanakah pembagian tugas pokok kepada petugas pencucian di

unit laundry?

4. Bagaimanakah pengadaan linen di unit laundry?

5. Jika terdapat linen rusak, bagaimana cara penanganannya?

6. Apakah dilakukan pengecekan kelayakan linen? Jika “ya” kapan

dilakukan dan oleh siapa?

7. Bagaimana pengadaan bahan baku cucian?

Universitas Sumatera Utara


8. Bagaimana anggaran/ pembiayaan pengadaan linen di Unit Linen-

Laundry RS USU ini?

9. Apakah banyak keluhan pasien/ pengunjung terhadap kualitas linen di

RS USU? Jika ya, apa respon dan solusi yang dilakukan untuk

mengatasinya?

10. Bagaimana alur/ sistem pengolahan air limbah khusus bagian Unit

Linen-Laundry RS USU ini, apakah sejauh ini ada permasalahan

seperti mencemari lingkungan RS USU?

11. Saat ini RS USU sejak Juni 2018 sudah masuk Kelas B, apakah

kualitas Unit Linen-Laundry RS USU ini sudah sesuai standar Kelas

B? Mohon penjelasannya!

12. Apakah ada perbedaan kualitas linen setiap unit ruangan perawatan di

RS USU? Jika ya, berikan alasannya!

13. Apakah Unit Linen-Laundry RS USU sudah pernah melakukan survey

pelayanan Unit Linen-Laundry RS USU kepada pasien/ pengunjung

RS USU? Bagaimana hasilnya dan apakah sudah ada tindakan

selanjutnya?

Universitas Sumatera Utara


PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018

Tanggal wawancara :

1. Karakteristik Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Posisi : Staff Pelaksana (Petugas)
Lama Kerja :
2. Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah yang saudara/i ketahui mengenai linen rumah sakit?
2. Apakah yang saudara/i ketahui mengenai linen kotor infeksius dan
linen kotor non infeksius?
3. Bagaimanakah perbedaan prosedur pencucian linen kotor infeksius dan
linen kotor non infeksius berdasarkan SOP (Standar Operasional
Prosedure) ?
4. Bagaimana proses pendistribusian linen ke ruangan dan tempat
penyimpanan berdasarkan SOP?
5. Apakah dalam melakukan pencucian linen semua petugas
menggunakan APD? Sebutkan!
6. Bagaimana alur Sistematis pencucian sesuai SOP yang ditetapkan unit
laundry?
7. Apakah ada pelatihan yang diberikan sebelum bekerja di instalasi
laundry?
8. Apakah sertifikat pelatihan yang saudara/i miliki sudah lengkap sesuai
standar?
9. Apakah ada permasalahan mengenai tingkat pendidikan yang berbeda
dengan pekerjan di unit laundry?

Universitas Sumatera Utara


10. Bagaimana alur/ sistematis pengolahan air limbah unit linen laundry,
apakah sejauh ini ada permasalahan dengan kesehatan lingkungan?
11. Apakah sudah ada permasalahan dengan kondisi linen di RS USU
seperti rusak atau robek, kekurangan linen dan lainnya? Jika ya,
bagaimana mengatasi nya?
12. Apa saja keluhan pasien/ pengunjung terhadap kualitas linen RS USU?
Apa respon dan solusi dari pihak unit laundry menanggapinya?
13. Mengenai pembagian shift kerja, apakah saudara/i merasa sudah cukup
1 (satu) shift kerja saja? Berikan alasannya!

Universitas Sumatera Utara


Lembar Observasi Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Kota
Medan Tahun 2018.
A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal pemeriksaan :

1. Prosedur Kerja Pengelolaan Linen Non Infeksius di Unit

Linen-Laundry RS USU Medan Tahun 2018

No Prosedur Kerja Pelaksanaan Keterangan

Ya Tidak

1. PENGUMPULAN

1. Pemilahan linen non infeksius

dengan menempatkan linen non

infeksius ke dalam kantong plastik

putih

2. Pencatatan jumlah linen di ruangan

2. PENERIMAAN/ PENIMBANGAN

1. Pencatatan linen yang diterima

2. Penimbangan linen untuk

menyesuaikan dengan kapasitas

mesin cuci:

Universitas Sumatera Utara


a. Ukuran besar diatas 100 kg

b. Ukuran sedang dan kecil 25-100

kg

3. PENCUCIAN

1. Melakukan pemanasan desinfeksi

selama 5 menit pada mesin cuci

sebelum melakukan proses

pencucian

2. Melakukan penambahan deterjen

untuk proses pencucian selama 20

menit

3. Melakukan pembilasan sebanyak 2

kali

4. Menambahkan softener pada bilasan

terakhir

4. PENGERINGAN

1. Pengeringan dilakukan dengan

menggunakan mesin

pengering/drying yang mempunyai

suhu 70UUC selama 10 menit

5. PENYETRIKAAN

1. Suhu mesin setrika disetel antara 70-

80UUC

Universitas Sumatera Utara


6. PENYIMPANAN

1. Pemisahan linen berdasarkan

jenisnya

2. Linen baru yang diterima

ditempatkan pada bagian bawah

3. Pintu lemari selalu ditutup

7. DISTRIBUSI

1. Dilakukan berdasarkan kartu tanda

terima dari petugas penerima,

kemudian petugas menyerahkan

linen bersih kepada petugas ruangan

sesuai kartu tanda terima

8. PENGANGKUTAN

1. Perlindungan khusus berupa kantong

untuk membungkus linen bersih

harus dibedakan dengan linen kotor

2. Waktu pengangkutan linen bersih

dan kotor tidak pada waktu

bersamaan

3. Alat angkut linen bersih dan linen

kotor berbeda dan tertutup

4. Pemberian desinfektan pada kereta

dorong setelah mengangkut linen

Universitas Sumatera Utara


kotor

2. Prosedur Kerja Pengelolaan Linen Infeksius di Unit Linen-

Laundry RS USU Kota Medan Tahun 2018

No Prosedur Kerja Pelaksanaan Keterangan

Ya Tidak

1. PENGUMPULAN

1. Pemilahan linen infeksius dengan

menempatkan linen infeksius ke

dalam kantong plastic kuning

2. Pencatatan jumlah linen

2. PENERIMAAN/ PENIMBANGAN

1. Pencatatan linen yang diterima

2. Penimbangan linen untuk

menyesuaikan dengan kapasitas

mesin cuci:

a. Ukuran besar diatas 100 kg

b. Ukuran sedang dan kecil 25-100

kg

3. PENCUCIAN

Universitas Sumatera Utara


1. Linen dimasukkan ke ember khusus

yang berisi brodklin dan herviklir

dengan air panas selama 1 hari

2. Melakukan pemanasan desinfeksi

selama 5 menit pada mesin cuci

sebelum melakukan proses

pencucian

3. Melakukan penambahan deterjen,

alkali, bleach untuk proses pencucian

selama 20 menit

4. Melakukan pembilasan sebanyak 2

kali

5. Menambah softener pada bilasan

terakhir

4. PENGERINGAN

1. Pengeringan dilakukan dengan

menggunakan mesin

pengering/drying yang mempunyai

suhu 70UUC selama 10 menit

5. PENYETRIKAAN

1. Suhu mesin setrika disetel antara 70-

80UUC

6. PENYIMPANAN

Universitas Sumatera Utara


1. Pemisahan linen berdasarkan

jenisnya

2. Linen baru yang diterima

ditempatkan pada bagian bawah

3. Pintu lemari selalu ditutup

7. DISTRIBUSI

1. Dilakukan berdasarkan kartu tanda

terima dari petugas penerima,

kemudian petugas menyerahkan

linen bersih kepada petugas ruangan

sesuai kartu tanda terima

8. PENGANGKUTAN

1. Perlindungan khusus berupa kantong

untuk membungkus linen bersih

harus dibedakan dengan linen kotor

2. Waktu pengangkutan linen bersih

dan kotor tidak pada waktu

bersamaan

3. Alat angkut linen bersih dan linen

kotor berbeda dan tertutup

4. Pemberian desinfektan pada kereta

dorong setelah mengangkut linen

kotor

Universitas Sumatera Utara


Lampiran : Matriks Hasil Wawancara Peneliti Terhadap Informan

Matriks 1. Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018


Menurut Kasubbag Sarana Medik RS USU

No Pertanyaan Jawaban
1 RS USU memiliki unit linen “Ohh…tepatnya Juli 2016 dek kita punya
laundry sendiri unit linen laundry sendiri”.
2 Perencanaan SOP unit linen “Iya dek, kita punya perencanaan SOP
laundry RS USU tersebut dan kita jalankan dek didiskusikan
juga dengan PPI dan sarpras. PPI itu
singkatan dari Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi dan sarpras itu sarana dan prasarana
dek”.
3 Mengenai pelatihan khusus “Pernah kok dek ada dibuat tapi masih
RS USU untuk petugas pelatihan PPI tadi itu”.
laundry
4 Sistem pembiayaan “Sistemnya itu yahhh…berdasarkan RKA
pengadaan linen RS USU RS USU yang sudah dibuat dek, itulah
sistem untuk pengadaan linen dek mengenai
pembiayaan”.
5 Pihak yang mengawasi unit “Kalau itu kita serahkan kepada Kepala Unit
linen laundry RS USU Linen Laundry RS USU ini dek untuk
mengawasinya dan segala sesuatu kalau ada
apa-apa keperluannya lapornya sama kita
dek kita yang membawahi bagian laundry
juga dek”.
6 Jumlah tenaga laundry & “Belum sesuai dek kalau saat ini yahhh
kebutuhan RS USU mengenai jumlah tenaga dibagian laundry
dengan kebutuhan RS USU saat ini”.
7 Mengenai APD pengelola “Mengenai limbah padat itu yahhh….APD
limbah padat RS USU nya ya dek, yaaa biasa-biasa lah dek yang
dipakai seperti masker, kacamata, sepatu
boot dan lainnya dek”.
8 Fasilitas & peralatan RS “Disini ada Kepala Unit Linen Laundry RS
USU menunjang USU langsung dek bisa nanti menjawabnya
pengelolaan linen laundry lebih detail cuman seperti yang kita lihat di
RS USU ruangan ini dek ada mesin cuci 2 buah untuk
infeksius dan 1 lagi non infeksius dek, ada
mesin pengering juga itu, itu ada lemari 4
buah, gudang bahan kimia juga ada, trolly
bersih juga ada trolly kotor masing-masing 3
buah, itulah mungkin dek”.
9 Hambatan bagian “Kata Kepala Unit Linen Laundry RS USU
pengelolaan linen laundry pernah ada hambatan disini dek seperti

Universitas Sumatera Utara


RS USU mesin-mesin disini bermasalah jadi
menghambat kerja petugas disini, belum lagi
yang lain pasti ada aja disini hambatan
cuman bisa diatasi kok dek”.
10 Apakah petugas sudah “Belum memenuhi standar dek kalau
memenuhi standar dan mengenai sertifikat yang mereka miliki,
memiliki sertifikat sesuai kemarin itu pelatihan PPI lalu mereka dapat
SOP? sertifikat pelatihan tersebut tapi mereka
sudah punya kemampuan mengenai laundry
ini”.
11 Pengolahan air limbah RS “Sejauh ini nggak ada kami dengar disini
USU termasuk limbah unit dampaknya terhadap kesehatan lingkungan
linen laundry serta RS USU dan dibagian limbah sana ada selalu
dampaknya terhadap pengecekan rutin dari dinas kesehatan dan
kesehatan lingkungan RS masih aman-aman sejauh ini, nanti kalau
USU mau detail bisa Tanya bagian IPAL sana ya
dek”.
12 Latar belakang pendidikan “Tidak ada permasalahan sejauh ini soal itu
petugas unit linen laundry di RS USU ini dan sudah disesuaikan dengan
RS USU & Trainning prosedur rumah sakit ini juga yang penting
mereka sediakan berkas yang diminta dan
punya pengalaman dengan tanda bukti
keterangan aja dek terus mengenai training
diawal masuk mereka diberikan training
seperti yang tadi hanya PPI pelatihan yang
diberikan”.
13 Keluhan pasien/pengunjung “Kalau soal ini lebih jelasnya nanti bisa
terkait pelayanan unit linen tanyakan langsung ke Kepala Unit Linen
laundry RS USU Laundry ini orangnya dek, cuman sejauh ini
yaaahh….belum ada dek keluhan langsung
kepada mereka yang saya dengar dan ketahui
sampai saat ini apalagi keluhan fatal cuman
kalau mau complain entah masih ada
nodanya, robek kainnya atau tertukar atau
lainnya biasanya perawat tiap ruangan yang
sampaikan sama petugas laundry dek”.
14 Sejak Juni 2018 RS USU “Memang betul dek kita sudah kelas B,
termasuk tipe B, apakah unit yahhh….cuman belum sesuai dek kapasitas
linen laundry RS USU kita khususnya unit linen launrdry ini dek
sudah sesuai standar kelas dengan kelas B tesebut masih banyak PR-PR
B? yang mau dikerjakan yang akan kita
usahakan semua kekurangan dibagian
laundry kita ini”.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 2. Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Menurut Kepala Unit Linen Laundry RS USU

No Pertanyaan Jawaban
1 Perencanaan terhadap SOP “SOP pencucian kita ada dek cuman nggak
Pencucian Linen Laundry semua kita jalankan dek tapi kita sudah
RS USU punya aturan SOP tersebut dek, seperti
penjahitan kita nggak ada dek
yahhh….karena mesin jahit kita nggak ada,
petugas kita pun kurang dalam hal ini
jikapun ada mesin jahit kita dek, terus
perendaman kita nggak ada dek, mungkin 2
(dua) hal ini SOP yang belum kita jalankan
dek”.
2 Pembagian shift kerja Unit “Kami di unit laundry ini belum ada
Linen Laundry RS USU menggunakan pembagian shift kerja dek,
yahhh….hanya 1 shift kerja saja dek, kami
masuk kerja pagi dan pulang sore dek
yahhh…kami disini kekurangan petugas dan
jumlah linen stoknya pun masih dikit dek
jadi sudah cukuplah sementara kami aja
disini yang mengerjakan dek, kira-kira
gitulah dek”.
3 Pembagian tugas pokok “Nggak ada dek kita disini pembagian tugas
kepada petugas laundry RS pokok dek, yahhhh….kayak tadi yang udah
USU djelasin karena kita disini masih kekurangan
SDM dek, jadi kerjaannya disini saling kerja
sama gitu dek yaa gotong royong dek acak-
acakan gitu dek, ada yang menggosok,
melipat dan seterusnya dek saling
bergantianlah mengerjakannya”.
4 Pengadaan linen di unit linen “Kalau mengenai pengadaan linen disini itu
laundry RS USU semua tergantung anggaran dan kita sudah
usulkan kita dah kita buat surat ke atasan
dek namun yahhhh…ginilah dek belum ada
balasan lah sama kita disini ya intinya
belum terealisasi 100% dek”.
5 Penanganan linen rusak “Masih dikumpulkan dek dan didata kalau
ada anggaran atau biaya dek dek maka akan
kami jahitkan atau perbaiki tapi jadinya di
luar laundry RS USU ini dek. Penanganan
linen kita disini belum maksimal lah dek
jikapun ada yang rusak dan robek contohnya
yak an maka kita kumpulkan dulu nggak
langsung kita jahitkan karena kita nggak

Universitas Sumatera Utara


punya peralatan dek, hehehe….”
6 Pengecekan kelayakan linen “Ada pengecekan tetapi belum ada
pengganti linen yang sudah tidak layak
pakai lagi sebenarnya dek, bahkan ada linen
yang sudah dipakai sampai 120 kali bahkan
lebih dari situ dek, intinya sudah tidak
sesuai aturan departemen kesehatan lah dek,
yahhh….kalau ngecek kami lakukan disini
dek cuman gitulah dek nggak ada tindakan
lanjutan dek”.
7 Pengadaan bahan baku “Pengadaan bahan bakunya nanti kita
cucian sampaikan sama bagian perbekalan dek
sesuai yang kita sini butuhkan dek,
yahhh….intinya pengadaan dilakukan sesuai
jumlah cucian/hari nya dek”.
8 Anggaran/pembiayaan “Begini dek, hmmmm..gimana ya dek,
pengadaan linen di unit linen kalau kami pihak laundry RS USU yaa dek
laundry RS USU melalui saya sendiri yang sudah lama
membuat RKAT (Rancangan Kerja &
Anggaran Tahunan) namun banyak yang
belum terealisasi ataupun belum dipenuhi
dek tapi kami sudah usulkan ke atasan dek”.
9 Keluhan pasien/pengunjung “Keluhan dari pasien/pengunjung langsung
terhadap kualitas linen RS kepada kami nggak ada dek sejauh ini ya
USU dek, cuman kadang kami dikasih keluhan
lewat perawat setiap ruangan dek dan itupun
jarang dek hanya sekali-kali aja dek seperti
noda masih ada, koyak, warna kainnya,
gitu-gitu aja dek dan nggak terlalu fatal dek
dan seharusnya memang linen di RS USU
sudah saatnya diganti karena kebanyakan
linen dari segi warna lah dulu sudah banyak
yang luntur dek dan ini sudah sering kita
sampaikan kepada atasan kita dek, yah
ginilah masih nunggu kami dek”.
10 Sistem pengolahan air “Seperti sama-sama kita lihat langsung ke
limbah RS USU khususnya lokasi IPAL RS USU dek yahh sejauh ini
limbah laundry belum ada permasalahan serius dek untuk
lingkungan RS USU sendiri termasuk
mengenai limbah laundry RS USU kita ini
dek, semua jenis limbah di RS USU ini
termasuk unit laundry kita ini dibuat satu
tempat dan prosesnya sama semua dek,
namun pembuangan air yang sudah difilter
masih belum ada pemanfaatannya masih
dibuang di tanah dan sebagian digunakan

Universitas Sumatera Utara


untuk mencuci dan menyiram atau dibuat
yang lainnya dek seperti yang kita lihat tadi
dek intinya sejauh ini belum ada
permasalahan serius dek”.
11 Mengenai kesesuaian “Hmmm…. Gimana dibilang ya dek,
kualitas unit linen laundry hahhaa…..mengenai apakah sesuai dengan
RS USU terhadap akreditasi akreditasi ya abang bisa jawab belum dek
RS USU sekarang masih kayak yang kemarin dek, harapannya
ya jika kita sudah akreditasi B sejak Juni
2018 ini, harusnya unit kita ini juga
diperhatikan agar ada perkembangan dan
sesuai dengan penilaian akreditasi saat ini
dek, cuman ya gini lah dek. Intinya belum
sesuai dek dan tetap juga alasannya
terkendala dengan anggaran sehingga belum
dapat terealisasi dek dengan maksimal dan
kita masih berharap ada perkembangan
dek”.
12 Perbedaan kualitas linen “Kalau masalah perbedaan kualitas linen
setiap ruangan RS USU setiap ruangan yahhh…gak da perbedaan
khusus kita buat saat ini dek, palingan
perbedaan warna linen, ketebalan linen
seperti selimut misalnya selimut di ruangan
VIP ketebalannya beda di ruangan lainnya,
warna linen begitu juga dek setiap ruangan
beda dek hanya sebagai tanda aja dek, terus
mengenai pencucian yahhh kami satukan di
unit laundry kita ini dek seperti yang adek
lihat selama ini, dimesin cuci yang sama
dengan bahan cucian yang sama juga dek,
intinya nggak ada perbedaan terlalu khusus
dek”.
13 Survey pihak unit linen “Hmmm….mengenai survey ya dek, jujur
laundry RS USU terkait ya dek kami belum pernah sejauh ini
pelayanan laundry kepada melakukan survey dek nanya ke pasien atau
pasien/pengunjung pengunjung secara langsung atau pakai
angket seperti itu dek karena kita nggak
sempat dek apalagi kan petugas kita sini
kekurangan jadi nggak ada yang handle
nanti nya dek cuman kami hanya menerima
keluhan atau masukan nantinya lewat setiap
perawat ruangan yang bertugas dan
menyampaikan kepada kami langsung dek”.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 3. Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Menurut Staff Pelaksana (Petugas) Unit Linen Laundry RS USU

No Pertanyaan Jawaban
1 Pengetahuan petugas P1: “Linen itu adalah….hmmm apa ya?
mengenai pengertian linen Yang adek lihat selama di laundry inilah
yaitu kain-kain yang ada di rumah sakit, itu
aja sih intinya”.
P2: “Linen itu gimana ya, begini dek…kalau
kita sebut linen berarti linen itu kain yang
dipakai untuk keperluan rumah sakit,
contohnya apa? Yahhh seperti sprei, sarung
bantal, stike laken dan lain-lain sejenisnya
dek”.
P3: “Tentang linen ya dek?
Hmmm…sederhananya gini dek, linen
rumah sakit terdiri dari banyak item seperti
sprei, sarung bantal, selimut, gorden,dll.
Selama di rumah sakit dikategorikan dia
linen rumah sakit. Linen rumah sakit itu
terbagi 3 lagi dek yaahh….digolongkan linen
bersih, linen kotor, linen untuk operasi satu
lagi, terus nihh yang dari 3 tadi itu terbagi 2
lagi dek itulah ada infeksius dan non
infeksius, gitu kira-kira dek”.
2 Pengetahuan petugas P1: “Begini dek, kalau bicara linen kotor itu
mengenai pengertian linen terbagi 2 yaitu seperti tadi ada yang infeksius
kotor infeksius dan linen da nada yang non infeksius. Nah, kalau
kotor non infeksius infeksius itu secara sederhana ya bahwa linen
itu terdapat darah, urin, tinja, muntahan
pasien sedangkan non infeksius itu
sebaliknya dek nggak ada kita temukan di
linen itu darah, tinja, urin, muntahan pasien,
kira-kira gitu penjelasan sederhananya dek”.
P2: “Linen kotor infeksius adalah linen kotor
yang telah terkena cairan tubuh pasien
misalnya: darah, urin, tinja, nanah, dan
lainnya, sedangkan yang satu lagi yaitu non
infeksius itu sebaliknya yaitu linen yang
tidak terkena cairan tubuh pasien”.
P3: “Kalau linen kotor non infeksius
penanganannya tidak terlalu ribet lah gitu
dek, sedangkan linen kotor infeksius
penanganannya ya harus khusus”.

Universitas Sumatera Utara


3 Pengetahuan petugas P1: “Pencucian linen infeksius jauh lebih
mengenai pencucian linen lama dan bahan kimia yang digunakan lebih
kotor infeksius dan linen banyak terus suhunya lebih tinggi diatur dek
kotor non infeksius kalau non infeksius sebaliknya dek”.
berdasarkan SOP (Standar P2: “Kalau pencucian linen kotor infeksius
Operasional Prosedur) pada saat pencucian jumlah air yang
digunakan memakai steam atau air panas
serta ada beberapa tambahan chemical atau
bahan kimia pada saat bahan pencucian.
Contoh bahan kimia yang dimaksud itu
yaaaa…ada oxy aktif dan chloryn dek itu
tambahan chemical yang dimaksud dek,
sedangkan pencucian linen kotor non
infeksius tidak perlu memakai air panas dan
bahan kimia yang dipakai nggak terlalu
banyak lah gitu. Bahan kimia untuk non
infeksius hmmm…seperti ada HD1, Alkali,
Chlorisol, Rosoft dan Rinse. Intinya kan dek
kalau yang infeksius itu jumlah bahan kimia
yang digunakan lebih banyak sedangkan non
infeksius jumlah bahan kimia lebih sedikit
dek”.
P3: “Berdasarkan SOP ya dek? Kalau
berdasarkan SOP yaa ada 3 hal yang harus
kita ketahui yaitu pertama berdasarkan
warna, ketebalan, kotor ringan dan berat.
Bicara secara SOP, kain yang berwarna itu
gak boleh dicampur, kalau hijau ya hijau
merah ya merah dan seterusnya gitu lho dek.
Kalau berdasarkan ketebalan itu seperti
selimut gak boleh dicampur ke tempat lain
dek terus mengenai kotor ringan itu
mesinnya khusus kotor berat itu juga khusus
harusnya seperti itu dek kalau bicara SOP
namun di lapangan faktanya tidak semua
seperti itu dek. Petugasnya juga seharusnya
ya dek kalau soal SOP harus khusus juga
menangani nggak boleh silang atau ganti-
ganti, terus APD yang dipakai sekali pakai
langsung ganti. Gitulah dek kalau bicara soal
SOP ya dek namun gak seperti itu semuanya
di lapangan dek yahhh setidaknya masih
mendekati sesuai SOP dek”.
4 Pengetahuan petugas P1: “Kain-kain itu didistribusikan ke masing-
mengenai proses masing ruangan dan ditarok ke tempat utilitas
pendistribusian linen ke bersih”.

Universitas Sumatera Utara


ruangan dan tempat P2: “Setelah dicuci, tentunya digosok
penyimpanan berdasarkan terlebih dahulu dan dilakukan
SOP pengepakan/pelipatan lalu dimasukkan ke
dalam kantong plastic putih bersih per
ruangan kemudian dilakukan pendistribusian
ke masing-masing ruangan dan petugas yang
menerima melakukan pengepakan ke lemari
linen ruangan”.
P3: “Kalau itu pendistribusiannya
berdasarkan catatan linen kotor masuk
berapa maka itulah yang akan dikembalikan
juga ke unit ruangan, itu diletakkan di utilitas
bersih yang mana sebelumnya harus ada
jumpa coordinator unit ruangan dan petugas
laundry lalu ditandatangani di lembar catatan
linen, kira-kira begitu singkatnya dek,
hehehe….”
5 Pengetahuan informan P1: “Begini dek, hmmm…kalau mengenai
terhadap penggunaan APD APD harusnya harus lengkap digunakan
saat bekerja terlebih juga di unit laundry ini karena perlu
kan terhindar dari virus dan sebagainya,
cuman kalau menurut abg perlu kali harus
lengkap dalam penggunaan APD dek,
hehehe…kira-kira begitu jawaban yang bisa
abg kasih dek”.
P2: “Nggak dek, hehehe….kami disini nggak
lengkap dalam pemakaian APD dek namun
seharusnya harus lengkap dek cuman disini
merasa nyaman hanya pakai masker dan
sarung tangan saja dek”.
P3: “APD di instalasi laundry harus lengkap
dek nggak boleh nggak lengkap dek karena
bahaya banget dek dan kami disini ya kakak
rasa dah lengkap APD kami dek cuman
nggak semua kami pakai dek, hehehe…”.
6 Pengetahuan informan P1: “Seperti yang adek lihat tadi bahwa kami
terhadap alur sistematis pertama-tama ambil linen kotor di setiap
pencucian sesuai SOP yang ruangan lalu dibawak ke unit laundry kita ini
ditetapkan untuk laundry menggunakan trolly lalu ditimbang disini
dek, lalu kami pisahkan linen kotor infeksius
dan non infeksius setelah itu kami masukkan
ke mesin cuci untuk dicuci dengan suhu dan
deterjen yang sudah diatur dek, lalu siap
dicuci kami masukkan ke mesin pengering
dek sebelum nanti nya kami gosok dek, kira-
kira begitu dek yang bisa abg jelaskan dek”.

Universitas Sumatera Utara


P2: “Pertama-tama diambil dari ruangan dan
setelah itu dibawak ke unit laundry
ditimbang, dilakukan perhitungan dan
pemilahan mana yang infeksius dan mana
yang non infeksius, setelah itu dicuci
menurut jenis kotoran yang tadi lah dan
setelah itu dipilah mana yang kurang bersih
akan diulang lagi dan yang sudah bersih akan
dimasukkan ke dalam mesin pengering”.
P3: “Dari semua unit ruangan, linen kotornya
ditimbang kemudian dari masing-masing unit
dipilah mana yang infeksius dan mana yang
non infeksius dan mana yang kotor biasa
terus mana yang kotor berat berapa jumlah
itemnya seperti sprei, sarung bantalnya lalu
dicuci dengan suhu 95 ”.
7 Pengetahuan informan P1: “Ada dek…”.
mengenai pemberian P2: “Ada, hmmm….seminggu lamanya itu
pelatihan dari pihak rumah dek”.
sakit P3: “Ada dek, kalau pelatihan diberikan
kepada kami dek”.
8 Pengetahuan informan P1: “Ada dek, hmmm….cuman nggak
mengenai pemberian lengkap sih dek, hehehe…”
sertifikat pelatihan dari P2: “Ada dek, cuman belum lengkap dek,
pihak rumah sakit sebagian besar kami hanya punya sertifikat
PPI dek dan yang 2 lagi itu kami belum
punya dek, gitu dek”.
P3: “Kalau saya sudah lengkap dek juga
Kepala Unit Linen Laundry RS USU ini dek,
kami berdua yang masih lengkap punya 3
sertifikat pelatihan dek, petugas lainnya
hanya punya cuman 1 sertifikat dek, gitu
dek”.
9 Mengenai variasi/beraneka P1: “Menurut abang sih ya dek, itu nggak
ragam tingkat pendidikan masalah dan sampai saat ini nggak ada
bermasalah dek di unit laundry kita ini,
nah…hmmm, mengenai latar pendidikan
kami yang berbeda-beda gitu ya dek tentunya
itu kami sudah ikutin procedural dari pihak
rektorat USU ini yang membuka lowongan
kerja disini karena kami disini kan kami pasti
ditanyain juga sudah punya pengalaman atau
belum dibagian laundry, gitu dek. kalau
abang pribadi, kemarin pas ditanyain yahhh
abg jawab sudah punya pengalaman
walaupun bukan bagian laundry rumah sakit

Universitas Sumatera Utara


tapi laundry biasa di luar sana ada sekitar
kurang lebih 2 tahun dek pengalaman
pribadi, begitu juga dengan kawan-kawan
disini dek. Kira-kira itulah yang bisa abang
bantu jawab dek mengenai ini, hahaha……”.
P2: “Begini dek ya, supaya adek ini juga bisa
kasih info sama dosennya di kampus atau
sama pihak-pihak lain yang butuh info ini,
hmmmm….gini dek, di laundry RS USU
yang dibutuhkan petugasnya minimal
tamatan SMA tapi pada saat penerimaan, RS
USU mengajukan persyaratan bahwa
pelamar wajib pernah bekerja di laundry dan
dilampirkan syarat keterangan bahwa sudah
bekerja di laundry minimal 1 tahun dan ini
dek nggak harus pernah bekerja di laundry
rumah sakit ya, yang penting dibagian
laundry lah dek kayak di luar sana dek, jadi
kan dek kami petugas semua disini sudah
punya pengalaman bekerja di laundry tapi
tidak harus laundry sebuah rumah sakit dek
dan kami punya surat keterangan kok dek,
hahaha….gitu dek”.
P3: “Mengenai hal ini dek sampai saat ini
nggak ada masalah kok dek karena kita sini
sama-sama bekerja dan gotong royong yang
penting punya skill tanpa membedakan
pendidikan dek, yahhh….gimana ya
dek,hmmm….kami sini memang hanya 1
(satu) orang jurusan kesehatan itupun
keperawatan dek dan selebihnya kami beda-
beda jurusan dek dan nggak ada lagi yang
jurusan kesehatan dek kecuali yang tadi dek.
Itu saja sih dek, punya skill dan punya
pengalaman aja dek di bagian laundry dek”.
10 Pendapat petugas mengenai P1: “Kalau abang pribadi dek kurang tahu
pengolahan air limbah RS banyak soal pengolahan limbah RS USU ini
USU termasuk limbah unit termasuk limbah laundry RS USU kita ini,
linen laundry RS USU cuman sampai saat ini saya pribadi lihat ya
itu masih aman-aman saja kok dek dan pasti
mereka punya SOP tersendiri yang harus
mereka ikutin dek dan sampai saat ini juga
lingkungan RS USU tidak terlalu
dipermasalahkan dek apalagi karena limbah
ini dek, masih aman-aman lah menurut abang
dek, hahaha…”

Universitas Sumatera Utara


P2: “Kurasa nggak ada masalah karena tidak
pernah ada komplain dari sekitar lingkungan
RS USU dek, jadi masih aman-aman lah dek
kita katakana seperti itu”.
P3: “Menurut kakak sih nggak ada masalah
dek sampai saat ini, yah kalau detail dan
pastinya mungkin kakak kurang tau pasti dek
karena kurang tau banyak juga info
pengolahan limbah di rumah sakit ini dek
tapi yahhh….sampai saat ini kakak pribadi
lihat masih aman-aman kok lingkungan RS
USU kita ini dek, gitulah mungkin bisa
kakak kasih info dek”.
11 Pendapat petugas mengenai P1: “Menurut saya pribadi ya dek, saat ini
permasalahan kondisi linen permasalahan mengenai linen yang rusak,
(Robek, Rusak, Hilang, robek, hilang dan kurang tersedia itu tidak
Ketersediaan Linen) RS terlalu jadi permasalahan dek, stok linen kita
USU disini masih ada dek dan sampai saat ini
melalui Kepala Unit Linen Laundry RS USU
sudah mengajukan surat pengadaan linen dan
anggaran untuk instalasi laundry ini sampai
saat ini belum ada respon positif dek dan kita
masih pakai linen yang ada tersedia saat ini
dan sampai saat ini walau ada linen kita yang
rusak, robek, hilang namun masih bisa kita
sesuaikan dek jadi masih masih aman-aman
saja dek sekarang”.
P2: “Mengenai kondisi linen disini dek
menurut saya pribadi dek salah satunnya
koyak, hilang dan bahkan warna linen sudah
kelihatan luntur dek. Kita sudah dan akan
tetap mengajukan pengusulan penambahan
linen baru kepada pimpinan yang
membawahi unit laundry kita ini dek, setelah
itu unit laundry ini tinggal menunggu hasil
dari pengusulan tersebut, kira-kira gitulah
dek yang abang sampaikan mengenai ini”.
P3: “Nggak ada dek sampai saat ini menurut
kakak pribadi dek, kalaupun ada dek itu
sudah biasa dek dan masih bisa disesuaikan
dan ditutupin dek walau kita disini sudah
usulkan kepada pimpinan yang membawahi
unit linen laundry RS USU ini dek,
yahhh….kita tunggu hasil aja dek kalau
belum ada balasan dari atasan yah kita tetap
pakai linen yang ada sampai saat ini dek tapi

Universitas Sumatera Utara


walau kita pakai stok lama dek belum ada
permasalahan dari pasien dek, hehehe….”.
12 Respon petugas unit linen P1: “Sampai saat ini belum ada permasalahan
laundry RS USU mengenai yang serius dek, walaupun ya dek dari kita
keluhan pasien/pengunjung berharapnya kain-kain linen di rumah sakit
terhadap kualitas dan ini seharusnya sudah saatnya untuk diganti
ketersediaan linen dek sebelum terjadi permasalahan serius di
rumah sakit ini dek, melalui Kepala Unit
Linen Laundry RS USU sudah diusulkan
dengan sudah membuat surat usulan dek
mengenai ini namun belum ada balasan
sampai saat ini dek, yahh…gimana lah dek,
kita hanya bisa nunggu aja dek”.
P2: “Hmmmm….gini dek, biasanya unit
laundry kita ini tidak pernah menerima
keluhan dari pasien/pengunjung itu
komplainnya dek ke perawat ruangan
masing-masing dek”.
P3: “Sampai saat ini dek belum ada keluhan
langsung sama kita dek dan juga belum ada
keluhan-keluhan fatal yang sampai sama kita
disini dek, gitu dek”.
13 Pendapat petugas mengenai P1: “Oooo….mengenai shift kerja ya dek,
pembagian shift kerja unit kalau abang pribadi rasa kayaknya sudah
linen laundry RS USU cukup dek karena dari segi jumlah pasien
yang nggak terlalu membludak di RS USU
ini dek terus dek jumlah linen kita disini
belum terlalu banyak dek persediannya dek,
jadi nggak perlu ditambahkan lagi shift kerja
nya dek disini”.
P2: “Untuk saat ini sudah cukuplah dek 1x
(satu kali) saja tapi yang perlu ditambah
hanya petugas nya saja dek disini alias SDM
nya lah dek, karyawan nya gitu dek itu yang
perlu dek dan saat ini kami juga belum ada
pembagian kerja dek disini jadi masih acak-
acak dek, gitulah dek kira-kira”.
P3: “Mengenai shift kerja saat ini dek
yaaa….untuk sementara dek cukup 1x
(sekali) saja lah dek karena kita sesuaikan
dengan kondisi dan keadaan unit laundry RS
USU kita ini dek”.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran : Dokumentasi Pengelolaan Linen Unit Laundry RS USU 2018

Gambar 1.1 Peneliti Bersama Petugas Unit Linen Laundry RS USU

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.2 Peneliti Bersama Pasien Kelas I & VIP

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.3 Peneliti Bersama Pasien Anak

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.4 Peneliti Bersama Pasien Kelas II

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.5 Mesin Cuci Linen Non Infeksius, Bahan Kimia dan Plastik Linen
Kotor

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.6 Mesin Cuci Linen Infeksius

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.7 Mesin Setrika Roll dan Mesin Pengering Linen

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.8 Peneliti Bersama Kasubbag Sarana RS USU dan Petugas Laundry
RS USU (Peneliti Memegang Plastik Linen Bersih)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.9 Ruang Kepala Unit Linen Laundry RS USU Sekaligus Ruang
Penyimpanan Linen

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.10 Wawancara Peneliti dan Petugas Unit Linen Laundry

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.11 Wawancara Peneliti dan Petugas (Kiri) serta Kepala Unit Linen
Laundry RS USU (Kanan)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai