PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH:
FELTA SULINIA
N1A117065
Disusun Oleh:
FELTA SULINIA
N1A117065
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
vi
Jambi, Oktober 2020
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Riwayat Hidup Penulis xiv
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 8
1.3 Tujuan Penulisan 8
1.4 Manfaat Penelitian 9
1.5 Keaslian Penelitian 10
viii
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian 35
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 36
3.5 Teknik Pengambilan Sampel 37
3.6 Definisi Operasional 38
3.7 Instrumen Penelitian 40
3.8 Metode Pengumpulan Data 41
3.9 Pengolahan dan Analisis Data 41
3.10 Etika Penelitian 43
3.11 Jalannnya Penelitian 43
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Nyamuk Aedes Aegypti 31
Gambar 2.2 Kerangka Teori 31
Gambar 2.3 Kerangka Konsep 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 1 Muara Rupit
2. SMPN 1 Muara Rupit
3. SMAN Rupit
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
xiv
1
2
yang telah mengalami peningkatan. Pada kasus yang telah dilaporkan pada tahun
2019 tercatat 138.127 kasus yang ada, Dibandingkan meningkatnya kasus terjadi
pada saat tahun 2018 yaitu sebesar 65.602 kasus. Banyaknya kematian yang
disebabkan karena DBD juga meningkat pada tahun 2019 dibandingkan dengan
tahun 2018 didapati yaitu dari 467 menjadi meningkat 919 kematian. Kematian
dan Kesakitan dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence rate
(IR) Per100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR). IR Demam Berdarah
Dengue pada tahun 2019 sebesar 51,48 per 100.000 penduduk. Angka tersebut
menunjukkan bahwa meningkat disetiap dua tahun sebelumnya menunjukkan
tahun 2016 dan 2017 ketika IR Demam Berdarah Dengue sebesar 26,1 dan 24,75
per 100.000 penduduk. Berdasarkan tren IR DBD tahun 2010-2019 dapat
diketahui adanya peningkatan tiga puncak IR Demam Berdarah Dengue, ialah
pada tahun 2010, 2016, dan 2019. (Kemenkes RI, 2020)
Indikasi dari enyakit DBD dapat dikarnakan dengan adanya penyebaran
jumlah kabupaten atau kota yang terjangkit. Pada tahun 2018 umlah kabupaten
yang termasuk sebanyak 481 atau sama dengan 93,58% dari seluruh jumlah
kabupaten atau kota yang berada di Indonesia. Terjangkit jumlah DBD di
kabupaten atau kota menujukkan kecenderungan itu meningkat sejak berada
tahun 2010-2019. Kementerian Kesehatan RI menyatakan salah satu yang
menjadi indikator terdapat pada Rencana Strategis pada tahun 2015-2019, yaitu
persentase yang mempunyai IR DBD <49 per 100.000 penduduk disetiap kota
atau kabupaten. Banyaknya 514 kabupaten atau kota yang ada di Indonesia, 320
kabupaten atau kota (62,26%) yang mencapai IR DBD < 49/100.000 penduduk.
Pada program tahun 2019 yang telah ditargetkan adalah sebesar 68% kabupaten
atau kota didapati IR DBD <49 per 100.000 penduduk, dapat diketahui beberapa
provinsi pada tahun 2019 tidak sesuai capaian target IR DBD <49 per 100.000
penduduk. Provinsi yang termasuk yaitu Bengkulu, Jambi, lampung, Kalimantan
barat, Sulawesi selatan, Riau, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Kepulauan Riau,
3
jawa barat, Kalimantan Utara, Kep. Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Jawa Timur, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Barat. (Kemenkes RI, 2020)
Provinsi Jambi merupakan salah satu lokasi yang memiliki kejadian Demam
Berdarah Dengue yang telah menyebar ke setiap kabupaten dan kota. Masih
mencatat kasus tertinggi sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2018 yaitu di Kota
Jambi, sesuai pattern of disease dari penyakit DBD itu sendiri, yaitu Urban
Disease. Dapat dimengerti mengingat Kota Jambi yang telah mempunyai fasilitas
pelayanan kesehatan dan laboratorium yang mendukung dengan mobilitas
penduduk daerah endemis DBD merupakan salah satu faktor risiko tertingginya
kasus DBD di Kota Jambi. Indikator kegiatan pengendalian DBD diukur dngen
angka kejadian kasus Per100.000 penduduk pada angka kematian (case fatality
rate/CFR dan Incidence Rate/IR. Periode 10 tahun terakhir (2007-2018)
incidence rate fluktuatif dengan IR cenderung menurun periode 2008-2010 dan
melonjak naik di tahun 2011, mengalami penurunan kembali sampai tahun 2013,
namun terjadi peningkatan kembali sampai dengan tahun 2016. Dan IR Provinsi
Jambi mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017 dari 14,94 Per 100.000
penduduk menjadi 23,28 per100.000 penduduk pada tahun 2018. Sedangkan
CFR cenderung menurun. Sejak tahun 2008 dengan 3,7% menjadi 0,36% pada
tahun 2018 Incidence rate yang masih fluktuatif menunjukkan bahwa konsistensi
pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) penular DBD melalui suatu
gerakan yaitu GIRIJ atau singkatan dari Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik
belum optimal. Sedangkan penurunan angka kematian menunjukkan upaya
deteksi dini dan tata laksana kasus DBD yang semakin baik (Dinkes Provinsi
Jambi 2019)
4
3. Variabel Independen :
a. Kepadatan Jentik nyamuk Aedes Aegypti
b. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
4. Subjek Penelitian :
Larva nyamuk Aedes Aegypti
5. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Desain Cross Sectional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teori
2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1.1 Pengertian DBD
Dengue merupakan salah satu infeksi virus yang akan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang terinfeksi.
Gejala akan muncul dalam 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari) setelah
gigitan infektif dimana adanya serotipe berbeda dari virus dengue
(DEN 1, DEN 2, DEN 3 DAN DEN 4). Dapat diartikan juga bahwa
demam berdarah yaitu suatu penyakit mirip flu yang menyerang bayi,
balita, anak kecil dan orang dewasa. (WHO, 2017).
2.1.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD
Epidemiologi penyakit demam berdarah dengue merupakan
ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi, dan determinan penyakit
dengue berdasarkan epidemiologi yaitu tempat, orang, dan waktu.
Pada prinsipnya kejadian DBD digambarkan segitiga epidemiologi
penyebab penyakit yaitu Agent, Host, dan environment. (kemenkes ri,
2014)
a) Agent
virus dengue merupakan agen Penyakit demam Berdarah
Dengue (DBD), Virus penyebab DHF / DSS adalah flavi virus yang
terdiri dari 4 serotipe yaitu antara serotipe 1, 2, 3, dan 4 (DEN -1, -2, -3,
dan -4). Virus ini dapat ditularkan ke manusia melalui gigitan vector
nyamuk Aedes Aegypti betina yang terinfeksi. Aedes Aegypti hidup
diperkotaan serta berkembang biak terutama di wadah tempat buatan
manusia. Tidak seperti jenis nyamuk lainnya, Aedes Aegypti melakukan
penggigit pada waktu yang telah ditentukan, puncaknya adalah pagi dan
pada malam sebelum senja. Aedes Albovictus, merupakan vector dengue
12
13
b) Host (Pejamu)
Pejamu penyakit DBD ialah Manusia yang Penderitanya
merupakan salah satu sumber penularan, terutama anak-anak.
Virus dengue ini dapat bertahan melalui proses siklus nyamuk
Aedes Aegypti kepada manusia di daerah perkotaan pada negara
tropis, sedangkan siklus pada monyet-nyamuk menjadi tereservoir
di Afrika Barat dan Asia Tenggara. (Najmah,2016)
c) Environment
Hampir semua penyakit disebabkan atau dipengaruhi oleh
factor-factor lingkungan. pemahaman atas cara-cara dari factor
factor lingkungan yang spesifik itu dapat mempengaruhi
Kesehatan yang mempunyai arti yang penting dalam program-
program pencegahan. Epidemiologi lingkungan memberikan
dasar-dasar ilmiah untuk mempelajari dan mengiterpretasikan
hubungan antara lingkungan dan Kesehatan dalam populasi.
(Malik Saepudin, 2011)
Faktor lainnya yang selalu menjadi pengaruh terjadinya
kejadian DBD antara lain yaitu sepanjang tahun selalu terjadi
curah hujan yang tinggi, adanya genangan air yang terdapat pada
barang-barang penampung air seperti kaleng, serta ban bekas
14
Gambar 2.1
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Sumber: Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010
2.1.2.2 Surveilans vektor
Surveilans nyamuk Aedes aegypti yaitu upaya yang akan
dilakukan untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah
dengan pengendalia vector dan kerja sama lintas sector. Selain itu
dapat berguna dalam menentukan distribusi, habitat utama larva
vektor. Beberapa metode dalam surveilans vektor ialah survei telur
atau ovitrap, survei larva, survei larva/Jentik dan survei nyamuk
dewasa (sunaryo 2014)
1) Survei telur
Memasang ovitrap merupakan Survei telur yang dapat
dilakukan dengan membuat suatu tempat yang disukai nyamuk
tersebut untuk melektakan telurnya yaitu dengan cara membuat
perangkap yang berdinding gelap dan di cat hitam, lalu diberi air
20
serta dibuat seperti tabung yang berbentu kaleng bekas atau setara
dengan gelas pelastik kaca. Serta didukung dengan diletakkannya di
tempat yang lembab dan gelap cara kerja ini disebut padel
(Kemenkes RI, 2011). Evaluasi akan dilakukan setelah satu minggu
pemasangan perangkap tersebut dan di hitung dengan ovitrap index
(Kemenkes RI, 2011). Jumlah telur yang akan dihitung melalui
perhitungan yang ddidapati dari padel itulah secara keseluruhan
dapat memberikan suatu informasi kepadatan populasi nyamuk
secara tepat.
2) Survei Larva/Jentik
Perhitungan yang mudah dilakukan yaitu salah satunya dengan
menghitung survei larva nyamuk, dengan cara melihat kondisi
rumah, container, penampungan air yang sering di tempati nyamuk
aeds aegypty. Dalam melakukan perhitungan larva nyamuk dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator yang utama
yaitu Angka Bebas Jentik (ABJ), lalu minghitung indikator House
Indeks (HI), dilanjutkan dengan menghitung Container Indeks (CI),
serta menghitung Breteau Indeks (BI). (sinta anggraini, 2018).
Dan ada beberapa indikator untuk mengetahui kepadatan
larva nyamuk yaitu:
Angka bebas jentik
Breteua Indeks
jumlah kontainer diperiksa
BI= x 100 %
jumlah rumahdiperiksa
Identifikasi Densiti Figure dalam menentukan penularan kejadian
DBD dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan
HI, CI, BI dengan table kepadatan populasi larva/jentik Kepadatan
Populasi Larva Nyamuk (Density Figure) nyamuk (Tabel 2.1) dapat
dinyatakan yaitu dalam skala 1-9, DF dibagi dalam 3 kategori yaitu:
DF=1; kepadatan rendah, DF=3-5; kepadatan sedang, dan DF=6-9;
kepadatan tinggi.
Tabel 2.1 Kepadatan Populasi Larva Nyamuk (Density Figure)
Density figure HI CI B1
1. 1-3 1-2 1-4
2. 4-7 3-5 5-9
3. 8-17 6-9 10-19
4. 18-28 10-14 20-34
5. 29-37 15-20 35-49
6. 38-49 21-27 50-74
7. 50-59 28-31 75-99
8. 60-76 32-40 100-199
9. >77 0>41 >200
Sumber: Queensland Government, 2011
Keterangan:
DF= 1 (Kepadatan rendah)
DF=2-5 (kepadatan sedang)
DF= 6-9 (Kepadatan tinggi)
3) Survei Nyamuk
Pada Survei nyamuk dapat dilakukan dalam pengendalian vektor, dan
sebagai serta melakukan evaluasi pemberantasan. Keterbatasan dalam
dalam penangkapan nyamuk dewasa ini sangatlah sulit karna dibutuhkan
ahli yang kompeten. Penangkapan ini dapatdilakukan berdasarkan tempat
hinggap atau gigitan, serta tempat istirahat Kegiatan yang dapat dilakukan
22
dalam survei ini adalah Menentukan kepadatan nyamuk betina dewasa dan
Identifikasi nyamuk betina Populasi nyamuk betina ini yaitu akan diketahui
rata-rata umurnya dengan cepat serta tepat, sehungga dapat dilakukan
dengan melakukan pembedahan ovarium nyamuk untuk menghitung
jumlah dilatasi dari saluran telur (pedikulus) nyamuk tersebut. Dapat
diketahui umur nyamuk adalah rata-rata jumlah dilatasi dikali satu dari
siklus gonotropik (Deswara, 2012).
3. Lingkungan Sosiogemografi
a. Jenis Kelamin
Penderita dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak terkena
penyakit DBD daripada perempuan yang berkaitan dengan
imunitas tubuh. Dikarenakan produksi cytokine pada perempuan
lebih besar daripada laki laki. Dimana cytokine adalah hormon
yang bertanggung jawab dalam pengaturan imunitas dan durasi
respon tubuh seseorang (Kusumawardani, 2012).
Selain faktor imun, juga dikarenakan karena perempuang lebih
banyak tinggal di rumah (exposure) daripada laki-laki
(Kusumawardani, 2012).
b. Usia
Virus DBD mampu mengenai semua orang dari segala usia.
Namun umumnya terjadi pada anak-anak dan penyebab pediatric
hospitalization di Asia Tenggara. Namun tak terpungkiri mengenai
orang dewasa, kemungkinan karena keadaan imunitas masyarakat
dimana virus dengue bersirkulasi (Kusumawardani, 2012).
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi transmisi dari virus dengue di suatu wilayah
melalui person to person yang akan meningkatkan insiden kasus
DBD (Achmadi, 2011).
d. Mobilitas
Mobilitas juga menyumbang faktor untuk transmisi DBD. Menurut
hasil penelitian Roose (2008) yaitu proporsi kejadian DBD,
ditemukan dari 85 penderita DBD, 58 orang (68,24%) melakukan
25
diberikan, selain dari pekerjaan itu salah atau benar adalah bahwa
orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai
Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk dapat mengerjakan
sesuatu atau mendiskusikan suatu persoalan merupakan indikasi
dari sikap yang baik .
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab merupakan sikap atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan menerima segala suatu resiko yang paling
tinggi apapun yang akan terjadi.
2. Respon terpimpin
Melakukan Tindakan sesuai denga urutan dan contoh
3. Mekanisme
Bila seseorang melakukan Tindakan dengan benar maka secara
otomatis maka disebut dengan kebiasaan
4. Adopsi
Adopsi merupakan suatuTindakan yang telah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran Tindakan tersebut.
2.1.3.5 Karakteristik responden
Beberapa komponen dari karakteristik individu, sebagai berikut:
1. Usia
Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau diadakan).
2. Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin ialah perbedaan diantara
laki-laki dan perempuan baik secara biologis pada saat seseorang
lahir. Seks/jenis kelamin sangat berkaitan dengan tubuh laki-laki
dan perempuan, dimana laki-laki dapat memproduksikan sperma,
sementara perempuan dapat menghasilkan sel telur.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pembinaan, pelatihan, serta
pengajaran dan semua hal bagian dari usaha manusia untuk
meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya pikiran.
4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan aktivitas yang selalu dilakukan setiap
hari, pekerjaan banyak bermacam jenis yaitu pegawai negeri,
wiraswata, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan
umumnya diperlukan adanya keterikatan hubungan sosial yang
sangat baik dengan Pekerjaan. Pekerjaan memiliki peranan yang
31
Perilaku PSN
- Pengetahuan
- Sikap
Host (penjamu) - Tindakan
Karakteristik
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
Kepadatan jentik
Virus nyamuk aedes Kejadian DBD
Agen
dengue aegypti
Lingkungan
fisik
Lingkungan
Enviromeent
biologi
Lingkungan
sosiogemografi
Pengetahuan
Kejadian penyakit DBD
Sikap
Tindakan
Karakteristik reponden
2.4 Hipotosis
Hipootesis dalam penelitian in adalah:
1. Ada hubungan kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti dengan Kejadian
penyakit (DBD)
2. Ada hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD)
3. Ada hubungan sikap dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)
4. Ada Hubungan Tindakan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD)
5. Ada Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
35
36
Keterangan :
n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
Z²-ɑ/2 = Devisiasi normal = 1,96²
d = Presisi absolut yang diinginkan = 10% ( 0,1)
N = Populasi
p = Perkiraan Proposi = 0,23 Berdasarkan data kasus
DBD Dinas Kesehatan Kota Jambi
(Z ¿ ¿ 1−α /22 )P ( 1−P ) N
n= ¿
d ² ( N−1 ) + Z ²−ɑ /2 ¿ ¿
1,96 2 0,23 ( 1−0,23 ) 23069
n=
0 ,1² ( 23069−1 )+1 , 96² X 0,23(1−0,23)
3,8416 ( 0,177 1 ) 23069
n=
0,01 ( 23068 ) +3,8416(0,1771)
15694,9332
n=
231,360 3
n = 67,83
n= 68+ 10% (untuk menghindari drop out)
n = 75 KK
hasil a. (UMP
pekerjaan Jambi,
selama 1 2020)
bulan,
dikategorik
an
berdasarkan
UMP Kota
Jambi 2020.
1. Data primer
Pengambilan secara langsung dari penghuni yang berada di dalam
rumah serta melakukan observasi di sekitaran lingkungan rumah responden.
Dilakukan pengambilan di luar rumah ataupun yang berada di dalam rumah,
untuk mengetahui tempat dimana penampungan air yang berpotensi adanya
jentik nyamuk aedes aegypti. Dapat mengetahui tempat penampungan air
yang bersumber terdapatnya atau ditemukan jentik nyamuk dan bisa
dilakukan identifikasi langsung serta melakukan wawancara kepada
responden.
Pengambilan jentik di setiap rumah responden merupakan Metode
survey jentik yang akan dilakukan yaitu menggunakan senter untuk
pencahayaan dan gayung untuk mengambil jentik nyamuk kemudian
dimasukkan kedalam plastik yang sudah disediakan lalu diberikan label
dikeluarkan menggunakan pipit tetes kemudian dibunuh terlebih dahulu
menggunakan air panas kemudian dilihat dibawah mikroskop. Selanjutnya
melakukan wawancara kepada responden untuk mengumpulkan data
kejadian DBD, terutama kepala rumah tangga atau anggota yang mewakili.
Tujuan wawancara ini dilakukan observasi dan mengetahui riwayat keluarga
menderita DBd yang telah tinggal dirumah tersebut dalam kurun waktu satu
tahun.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diambil dengan cara melakukan observasi di dinas
kesehatan kota jambi, badan pusat statistik kota jambi. Data ini mencakup
bilangan penduduk serta jumlah kasus DBD di setiap kecamatan kota jambi
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2011, Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Anggraini Shinta. 2018. Hubungan Keberadaan Jentik Dengan Kejadian DBD
Di Kelurahan Kedurus Surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan. 10 (3):
252-258
Arini Putri Ayu, 2017. DBD (Demam Berdarah Dengue). Yogyakarta: Nuha
Medika
Blum, Hendril L. 1991. Planning For Health. Humansci. Press New York
Depkes RI. 2007, INSIDE (Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes
aegypti Vampir Mini yang Mematikan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Deswara, P. 2012, Hubungan Kepadatan Nyamuk Aedes aegypti di dalam
Rumah dengan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
Masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. 128 hlm.
Djakaria, S. 2004, Pendahuluan Entomologi Parasitologi Kedokteran Edisi
Ke-3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 343 hlm.
Hakim Lukman dan Andri Ruliansyah. 2015. Hubungan Keberadaan Larva
Aedes spp dengan Kasus Deman Berdarah Dengue Dikota Bandung.
Aspirator. 7 (2). 74-82.
Kemenkes, 2014. modul pengendalian demam berdarah dengue. Jakarta:
Kementerian kesehatan repubik indonesia
Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2008. Situasi Penyakit Demam Berdarah ditahun 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kusumawardani. E. 2012, Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
68
Jakarta
Priesley Fuka, dkk. 2018. Hubungan Perilaku Pemberantaan Sarang Nyamuk
Dengan Menutup, Menguras, Dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus)
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Dikelurahan
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(1): 124-130
Queensland Government. 2011. Queensland Dengue Management Plan 2010-
2015. Diakses dari:
http://s3.amazonaws.com/zanran_storage/www.health.qid.gov.au/Conte
ntPages/2508518310.pdf
Yanti Martini, dkk. 2020. Faktor Lingkungan, Manusia, Pelayanan, Kesehatan
yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah Dengue. Jurnal Of
Public Health and Community Medicine.
Wati, W.E. 2009, Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan
Pacitan Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 1(2). 35-46
http://www.etd.eprints.ums.ac.id/59661/J410050022.PDF
World Health Organitation. 2019. Dengue and Severe Dengue.
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/dengue-and-severe-dengue
(Diakses tanggal 05 september 2020)
World Health Organitation. 2017. Improving Data Foer Dengue.
https://www.who.int/activities/improving-data-for-dengue (Diakses
tanggal 05 september 2020)
Zulkoni, A. 2010, Parasitologi, Muha Medika, Yogyakarta.
LAMPIRAN
71
KUISIONER PENELITIAN
(Hubungan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Dan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Kejadian Penyakit DBD Di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Tahun 2020)
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan terakhir : 0. Tidak Sekolah
1. SD/Sederajat
2. SMA/ Sederajat
3. SMA/ Sederajat
4. Perguruan Tinggi/S1
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
8. DBD : 0. Kasus
1. KontroL
II. PERTANYAAN
A. Kepadatan Jentik Nyamuk
3. Vas bunga
4. Penampungan
Dispenser
5. Penampungan kulkas
6. Dan lain-lain
76
5. Kulit kerang
6. Dan lain-lain
B. Pengetahuan
No Pertanyaan Jawaban
. Ya Tidak
1 Bapak/Ibu/Saudara apakah penyakit DBD
berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian?
2 Bapak/Ibu/Saudara apakah demam
mendadak, sakit Kepala, nyari
sendi/tulang/otot, nyeri ulu hati,
pendarahan merupakan tanda-tanda orang
menderita DBD?
3 Bapak/Ibu/Saudara APAKAH Penyakit
DBD didahului oleh demam tinggi yang
77
C. Sikap
Berikut ini saya akan menanyakan pertanyaan terkait tingkat
sikap bapak/ibu/saudara tentang demam berdarah dengue dengan
menjawab pertanyaan yang akan saya ajukan silakan memberikan
jawabab “setuju” atau “tidak setuju” sesuai dengan kondisi
bapak/ibu/saudara ketahui.
No Pertanyaan Jawaban
. Setuju Tidak
setuju
1 Setujuhkah anda mengubur barang bekas
dilakukan jika keberadaannya sudah
sangat mengganggu lingkungan?
2 Setujuhkah anda menutup tempat
penampungan air merupakan salah satu
cara penyebaran mencegah penyebaran
penyakit DBD?
3 Setujuhkah anda bahwa menaburkan
bubuk abate pada kolom atau bak tempat
penampungan air setidaknya 2 bulan
sekali
4 Setujuhkah anda bahwa sebaiknya
memberikan contoh tentang cara
melakukan 3M pada anggota keluarga,
karena 3M merupakan tanggung jawab
Bersama?
5 Setujuhkah anda bahwa semua nyamuk
harus diwaspadai penyebab DBD?
6 Jika jawabannya “iya”, setujukah anda
setelah dikuras setiap minggu, walau
ditutup dengan penutup air penampungan
perlu dicampurkan larvasida untuk
mencegah adanya jentik?/
7 Setujuhkah anda menggunakan krim
pencegah gigitan nyamuk
8 Menutup rapat tempat penampungan air
79
setelah digunakan
9 Membersihkan atau menaburkan bubuk
abate pada tempat penampungan air
10 Mengganti air pada wadah seperti vas
Bunga atau membuang air pada tempat
penampungan dispenser/kulkas/AC
seminggu sekali
11 Tidur dengan memakai obat anti nyamuk
(semprot, bakar, oles, atau eletrik)
12 Memasang kawat kasa pada jendela atau
lubang angin (ventilasi)
13 Memperbaiki saluran air dan talang air
yang tidak lancer atau rusak
14 Mengubur atau mendaur ulang benda-
benda yang dapat menyebabkan
tegenangnya air seperti ban, kaleng atau
drum bekas.
15 Menutup rapat tempat penampungan air
setelah digunakan
16 Mengubur atau mendaur ulang benda-
benda yang dapat menyebabkan
tegenangnya air.
80
D. Tindakan
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1 Menguras tempat penampungan air
A Apakah anda atau keluarga anda menguras
tempat penampungan air ?
B Jika “ya”, berapa kali dalam seminggu?
a. 1 kali
b. >1 kali
2 Menutup tempat penampungan air
A Apakah tempat penampungan air anda
biasa ditutup?
B Jika “ya”, apakah tempat penampungan air
anda ditutup dengan rapat?
3 Menyingkirkan atau mendaur ulang
barang bekas
A Apakah anda atau keluarga anda
menyingkirkan barang bekas?
B Apakah anda atau keluarga anda
membuang barang bekas?
4 Memelihara ikan pemakan jentik
A Apakah anda atau keluarga anda
memelihara ikan?
B Jika “ya”, apakah ikan tersebut termasuk
ikan pemakan jentik
5 Memasang kawat kasa
A Apakah anda atau keluarga anda
memasang kawat kasa pada lubang
ventilasi rumah?
6 Menggantung pakaian di dalam rumah
A Apakah anda ataau keluarga anda
menggantung pakaian yang telah dipakai
di dalam rumah?
7 Kebiasaan tidur menggunakan kelambu
A Apakah anda atau keluarga anda tidur
menggunakan kelambu?
8 Menggunakan obat anti nyamuk
A Apakah anda atau keluarga anda
menggunakan obat anti nyamuk?
9 Menggunakan bubuk abate
A Apakah anda ataau keluarga anda
81