Anda di halaman 1dari 72

Hubungan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Dan Perilaku

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Kejadian Penyakit DBD Di


Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Tahun 2020

PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN OLEH:
FELTA SULINIA
N1A117065

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PERSETUJUAN PROPOSAL

Hubungan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Dan Perilaku


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Kejadian Penyakit DBD Di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Tahun 2020

Disusun Oleh:

FELTA SULINIA
N1A117065

Telah disetujui Dosen Pembimbing Proposal


Pada tanggal oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Rumita Ena Sari, SKM.,M.KM Fajrina Hidayati, S.K.M.,


M.KL
NIP.198612112014042001 NIP. 19302042019032022

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji bagi Allah


Yang Maha Kuasa. Sholawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW atas segala
limpahan nikmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Dan Perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Kejadian Penyakit DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas
Paal X Tahun 2020”.
Skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, bimbingan, berbagai
pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. dr. Humaryanto, Sp.OT, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Ilmu Kesehatan
2. Ibu Hubaybah, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
3. Bapak Dwi Noerjoedianto, SKM., M.Kes selaku Pembimbing Akademik atas
segala bimbingan dan motivasi yang telah diberikan selama menempuh
perkuliahan dan persetujuannya atas usulan tugas akhir.
4. Ibu Rumita Ena Sari, S.KM.,MKM sebagai dosen pembimbing I atas segala
bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan selama penyusunan
proposal penelitian ini.
5. Ibu Fajrina Hidayati, S.K.M., M.KL. sebagai dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada penulis.
6. Bapak, Ibu dan Adik-adik serta keluarga besar yang setiap saat mendoakan,
memberikan kasih sayang dan dukungan, moral maupun materi.
7. Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan dan teman-teman angkatan
2017 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
Penulis harap penulisan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja serta berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

vi
Jambi, Oktober 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan ii
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Riwayat Hidup Penulis xiv

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 8
1.3 Tujuan Penulisan 8
1.4 Manfaat Penelitian 9
1.5 Keaslian Penelitian 10

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Telaah Pustaka 12
2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 12
2.1.2 Vektor Nyamuk Aedes Aegypti 18
2.1.3 Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 27
2.2 Kerangka Teori 31
2.3 Kerangka Konsep 33
2.4 Hipotesis Penelitian 34

Bab III Metodologi Penelitian


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 35

viii
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian 35
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 36
3.5 Teknik Pengambilan Sampel 37
3.6 Definisi Operasional 38
3.7 Instrumen Penelitian 40
3.8 Metode Pengumpulan Data 41
3.9 Pengolahan dan Analisis Data 41
3.10 Etika Penelitian 43
3.11 Jalannnya Penelitian 43

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Prevalensi Kasus DBD 6


Tabel 1.2 Keaslian Penelitian 10
Tabel 2.1 Kepadatan Populasi Larva Nyamuk (Density Figure) 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional 38

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Nyamuk Aedes Aegypti 31
Gambar 2.2 Kerangka Teori 31
Gambar 2.3 Kerangka Konsep 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent 84


Lampiran 2. Kuesioner Penelitian 85

xii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Felta Sulinia


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Lawang Agung, 30 November 2000
Agama : Islam
Nama Ayah : Februwadi
Nama Ibu : Multahidah

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 1 Muara Rupit
2. SMPN 1 Muara Rupit
3. SMAN Rupit

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara yang berada di setiap dunia banyak terjadi penyebaran kasus DBD atau
demam berdarah dengue. Dengue merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui
vektor nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit seperti flu yang parah dan
terkadang berpotensi menyebabkan sebuah komplikasi yang cukup mematikan.
Salah satu peran vector tersebut yang menyebabkan penyebaran kasus terbanyak di
musim hujan, dikarnakan adanya genangan air yang menjadi salah satu tempat
perindukan nyamuk. Kondisi lingkungan dan iklim menjadi petunjuk bahwa DBD
sangat berhubungan dengan mobilitas dan kepadatan penduduk serta perilaku
masyarakat. Kejadian Demam Berdarah Dengue 30 kali lipat meningkat dalam 50
tahun terakhir. 50-100 juta banyak nya infeksi ini diperkirakan akan terjadi disetiap
tahun lebih dari total 100 negara yang termasuk endemik, hampir menempatkan
hampir setengah populasi dunia yang sangat beresiko. (WHO 2019)
Sejak 1960-an, virus dengue telah menyebar dari kurang 10 negara yang
diketahui dimana penyakit endemic dan beberapa ribu kasus dilaporkan setiap tahun
ke 128 negara endemic, diperkirakan 400 juta infeksi dan 100 juta kasus bergejala
setiap tahun. Hamper Lebih 70% dari beban penyakit yang berada di Pasifik Barat
dan Asia Tenggara. Amerika Latin dan Karibia, salah satu tingkat keparahan dan
kejadian penyakit yang telah meningkat sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir
ini. Wilayah Mediterania Timur dan Afrika juga tercatat lebih banyak wabah
penyakit ini dalam 10 tahun terakhir. Sejak 2010 penularan demam berdarah juga
telah dilaporkan di daerah Eropa. (WHO, 2017).
Penularan Kasus DBD Indonesia ditegakkan dengan adanya diagnosa yang
terdapat hasil laboratorium yang dan gejala klinis Yaitu megindikasikan
menurunnya trombosit < 100.000/mm3 dan terdapat adanya kebocoran plasma
hematokrit > 20%

xiv

1
2

yang telah mengalami peningkatan. Pada kasus yang telah dilaporkan pada tahun
2019 tercatat 138.127 kasus yang ada, Dibandingkan meningkatnya kasus terjadi
pada saat tahun 2018 yaitu sebesar 65.602 kasus. Banyaknya kematian yang
disebabkan karena DBD juga meningkat pada tahun 2019 dibandingkan dengan
tahun 2018 didapati yaitu dari 467 menjadi meningkat 919 kematian. Kematian
dan Kesakitan dapat digambarkan dengan menggunakan indikator incidence rate
(IR) Per100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR). IR Demam Berdarah
Dengue pada tahun 2019 sebesar 51,48 per 100.000 penduduk. Angka tersebut
menunjukkan bahwa meningkat disetiap dua tahun sebelumnya menunjukkan
tahun 2016 dan 2017 ketika IR Demam Berdarah Dengue sebesar 26,1 dan 24,75
per 100.000 penduduk. Berdasarkan tren IR DBD tahun 2010-2019 dapat
diketahui adanya peningkatan tiga puncak IR Demam Berdarah Dengue, ialah
pada tahun 2010, 2016, dan 2019. (Kemenkes RI, 2020)
Indikasi dari enyakit DBD dapat dikarnakan dengan adanya penyebaran
jumlah kabupaten atau kota yang terjangkit. Pada tahun 2018 umlah kabupaten
yang termasuk sebanyak 481 atau sama dengan 93,58% dari seluruh jumlah
kabupaten atau kota yang berada di Indonesia. Terjangkit jumlah DBD di
kabupaten atau kota menujukkan kecenderungan itu meningkat sejak berada
tahun 2010-2019. Kementerian Kesehatan RI menyatakan salah satu yang
menjadi indikator terdapat pada Rencana Strategis pada tahun 2015-2019, yaitu
persentase yang mempunyai IR DBD <49 per 100.000 penduduk disetiap kota
atau kabupaten. Banyaknya 514 kabupaten atau kota yang ada di Indonesia, 320
kabupaten atau kota (62,26%) yang mencapai IR DBD < 49/100.000 penduduk.
Pada program tahun 2019 yang telah ditargetkan adalah sebesar 68% kabupaten
atau kota didapati IR DBD <49 per 100.000 penduduk, dapat diketahui beberapa
provinsi pada tahun 2019 tidak sesuai capaian target IR DBD <49 per 100.000
penduduk. Provinsi yang termasuk yaitu Bengkulu, Jambi, lampung, Kalimantan
barat, Sulawesi selatan, Riau, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Kepulauan Riau,
3

jawa barat, Kalimantan Utara, Kep. Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Jawa Timur, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Barat. (Kemenkes RI, 2020)
Provinsi Jambi merupakan salah satu lokasi yang memiliki kejadian Demam
Berdarah Dengue yang telah menyebar ke setiap kabupaten dan kota. Masih
mencatat kasus tertinggi sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2018 yaitu di Kota
Jambi, sesuai pattern of disease dari penyakit DBD itu sendiri, yaitu Urban
Disease. Dapat dimengerti mengingat Kota Jambi yang telah mempunyai fasilitas
pelayanan kesehatan dan laboratorium yang mendukung dengan mobilitas
penduduk daerah endemis DBD merupakan salah satu faktor risiko tertingginya
kasus DBD di Kota Jambi. Indikator kegiatan pengendalian DBD diukur dngen
angka kejadian kasus Per100.000 penduduk pada angka kematian (case fatality
rate/CFR dan Incidence Rate/IR. Periode 10 tahun terakhir (2007-2018)
incidence rate fluktuatif dengan IR cenderung menurun periode 2008-2010 dan
melonjak naik di tahun 2011, mengalami penurunan kembali sampai tahun 2013,
namun terjadi peningkatan kembali sampai dengan tahun 2016. Dan IR Provinsi
Jambi mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017 dari 14,94 Per 100.000
penduduk menjadi 23,28 per100.000 penduduk pada tahun 2018. Sedangkan
CFR cenderung menurun. Sejak tahun 2008 dengan 3,7% menjadi 0,36% pada
tahun 2018 Incidence rate yang masih fluktuatif menunjukkan bahwa konsistensi
pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) penular DBD melalui suatu
gerakan yaitu GIRIJ atau singkatan dari Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik
belum optimal. Sedangkan penurunan angka kematian menunjukkan upaya
deteksi dini dan tata laksana kasus DBD yang semakin baik (Dinkes Provinsi
Jambi 2019)
4

Tabel 1.1 Prevalensi kasus DBD di Dinas Kesehatan Kota Jambi


Tahun 2019
No. Puskesmas 2017 2018 2019
1. Aur Duri 0.018 0.023 0.088
2. simpang IV Sipin 0.009 0.025 0.111
3. Tanjung Pinang 0.011 0.012 0.077
4. Talang Banjar 0.024 0.033 0.162
5. Pakuan Baru 0.039 0.014 0.099
6. Kebun Kopi 0.022 0.039 0.090
7. Olak Kemang 0.049 0.030 0.024
8. Tahtul Yaman 0.005 0.028 0.065
9. Koni 0.035 0.035 0.152
10. Paal V 0.028 0.042 0.129
11. Paal X 0.011 0.042 0.180
12. Simpang Kawat 0.011 0.033 0.111
13. Kebun Handil 0.030 0.024 0.123
14. Putri Ayu 0.012 0.077 0.082
15. Talang Bakung 0.003 0.045 0.145
16. Payo Silincah 0.010 0.029 0.202
17. Paal Merah I 0.025 0.030 0.187
18. Paal Merah II 0.029 0.014 0.050
19. Kenali Besar 0.015 0.053 0.113
20. Rawa Sari 0.012 0.042 0.106
Sumber : Dinas kesehatan Kota Jambi Tahun 2019
Dari data diatas Kota Jambi memiliki 20 puskesmas yang tersebar,
penyebaran kasus DBD selalu ada di setiap puskesmas kota jambi,
Berdasarkan angka prevalensi, didapatkan prevalensi tertinggi tahun 2017
yaitu di puskesmas olak kemang sebesar 0,49. Sedangkan pada tahun 2018,
didapatkan prevalensi tertinggi yakni di puskesmas putri ayu sebesar 0,77.
Pada tahun 2019 prevalensi yang tertinggi yaitu di puskesmas Paal X sebesar
1,80 dan pada tahun 2020 dimulai Januari-Juli puskesmas paal X juga
menempati prevalensi kasus DBD tertinggi yaitu 2,33. Melihat tren dari tahun
2017-2020 Puskesmas Paal X selalu mengalami peningkatan prevalensi setiap
tahun dan peningkatan paling tinggi terjadi dari tahun 2019 ke 2020, ditambah
jumlah kasus untuk di tahun 2019 yaitu 51 kasus dengan angka kematian 2
5

orang ditahun tersebut. selanjutnya bertambah menjadi 66 kasus DBD di


tahun 2020.(Dinkes Kota Jambi. 2019).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada petugas Kesehatan
Lingkungan puskesmas Paal X bahwa sudah pernah dilakukan pemberantasan
sarang nyamuk pada tahun 2018 yaitu diberlakukannya fogging serentak
disetiap kelurahan dan pembagian abatesasi. Pemberantasan Sarang Nyamuk
selalu diberikan di setiap rumah dikarnakan meningkatnya kasus dbd setiap
tahunnya, saat masa pandemic ini hanya dilakukan pemberian abatesasi di
setiap rumah pada bulan januari sampai bulan Maret. Sedangkan untuk
perhitungan angka kepadatan jentik nyamuk belum pernah dilakukan dengan
menggunakan alat khusus hanya melakukan pemeriksaan di tempat
penampungan dan melihat jentik di setiap penampungan, tetapi bukan
perhitungan angka kepadatan jentik yang pasti.
Dalam penelitian Shinta Anggraini (2018) didapati rumah responden yang
akan diperiksa yaitu 100 rumah dilokasi RW II 17% terdapat tempat yang
memiliki penampungan air yang akan diperiksa di dalam maupun luar rumah
serta disekitar rumah, dihasilkan perhitungan nilai HI yaitu 13% dan termasuk
skala 3 memiliki rentan 8-13, nilai CI 5,69% termasuk skala 3 dengan rentan
nilai 6 sampai nilai 9, serta nilai BI 17% termasuk skala 3 yaitu dalam rentan
nilai 10-19 sehingga dapat diperoleh dari hasil tersebut dengan skala density
figure yaitu 3, artinya wilayah tersebut termasuk dengan kepadatan jentik
sedang. Berdasarkan teori epidemiologi jika DF>1. HI>1, dan BI>5 dapat
menunjukkan bahwa lokasi itu beresiko dalam penularan kasus DBD.
Didapati adanya hubungan Antara keberadaan jentik dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue (p=0,000) di kelurahan kedurus maka Tindakan yang sesuai
yaitu perlu melakukan Tindakan dalam pencegahan dan pengendalian vector
untuk mengurangi resiko penyakit DBD.
Berdasarkan penelitian Martini Y. Oroh, (2020) menunjukkan bahwa
salah Satu factor yang berhubungan yaitu factor lingkungan biologi
6

dikarnakan adanya tumbuhan pot di setiap rumah maupun diperkarangan,


sebingga menjadi resting place dan breeding place alami dari nyamuk Aedes
Aegypti. Selain itu factor lingkungan fisik juga berhubungan dengan curah
hujan yang berada di eilayah kerja puskesmas kawongan yang termasuk akibat
berkembangnya kasus DBD. faktor perilaku manusia yang sering
menggantung pakaian baik dikamar mandi maupun dikamar tidur
berhubungan dengan kejadian DBD yang meningkat. kepadatan penduduk
juga termasuk pada faktor risiko kejadian DBD. Juga faktor bidang pelayanan
kesehatan dapat berhubungan dengan kejadian DBD dengan melakukan upaya
promotif maupun preventif seperti pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan
terhadap kesehatan tentang program PSN melalui program 4M plus. Sehingga
Dapat Disimpulkan Faktor lingkungan biologi, fisika pelayanan Kesehatan
dan manusia berhubungan dengan kejadian DBD. Oleh sebab itu dibutuhkan
upaya dalam modifikasi lingkungan dan pembentukan perilaku masyarakat
dalam rangka memberantas sarang nyamuk.
Menurut Hasil Penelitian Fuka Priesley, dkk (2018), distribusi dan
frekuensi yang didapati dalam kategori perilaku PSN 3M plus kepada
kelompok kasus didapati 21 responden (52,5%) berperilaku buruk dan 7
responden (16%) yang berperilaku baik. Pada kelompok control terdapat 19
responden (47,5) berperilaku buruk dan 37 responden (84%) berperilaku baik,
dengan melakukan analisis bivariat didapati RO=5,842 dengan p=0,001.
Didapati Nilai RO >1 Berarti Variabel yang dianggap factor resiko sangat
berhubungan dengan terjadinya efek tertentu, sehingga peneliti membuktikan
adanya hubungan antara perilaku PSN 3M plus dengan kejadian DBD di
daerah kelurahan Andalas. Salah satu perilaku PSN yaitu hidup sehat yang
bertujuan menghindari kontak vector Aedes Aegypti dan mengendalikan
tempat perindukan sarang nyamuk, jika perilaku ini di lakukan dengan baik
maka dapat memutuskan rantai penularan DBD sehingga hasil yang
diharapkan yaitu menurunya kejadian DBD.
7

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah diteliti dan ditemukanya


ada hubungan antara setiap variabel dengan kejadian DBD menjadi salah satu
permasalahan, ditambah adanya prevalensi yang ditinggi di puskesmas paal x
menjadi acuan untuk mengetahui perilaku masyarakat sekitar, serta dari latar
belakang penelitian diatas adanya hubungan disetiap variabel kepadatan jentik
nyamuk, pengetahuan, sikap, dan Tindakan memiliki hubungan dengan Kasus
DBD yang ada pada saat ini. Maka dadapati rumusan masalah yang sesuai
dengan penelitian ini adalah apakah ada hubungan kepadatan jentik nyamuk
Aedes Aegypti dan perilaku pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas Paal X tahun 2020.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah


penelitian ini adalah apakah ada hubungan kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti
dan perilaku pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD di wilayah
kerja puskesmas Paal X tahun 2020.

1.3 Tujuan Penelitian


1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan kepadatan jentik nyamuk Aedes
Aegypti dan perilaku pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian
DBD di wilayah kerja puskesmas Paal X tahun 2020.
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti
dengan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas Paal X Diketahui
b. Diketahui Hubungan Pengetahuan (PSN) dengan kejadian DBD di
wilayah kerja puskesmas Paal X
8

c. Diketahui hubungan sikap dengan kejadian DBD di wilayah kerja


puskesmas Paal X
d. Diketahui hubungan Tindakan di wilayah kerja puskesmas Paal X
e. Diketahui hubungan Karakteristik Responden dengan kejadian DBD di
wilayah kerja puskesmas Paal X
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan suatu pengetahuan Kepada Masyarakat Khususnya
pada masyarakat yang menjadi objek penelitian Kepadatan Jentik Nyamuk
Aedes Aegypti dengan kejadian penyakit DBD di wilayah kerja puskesmas
Paal X sehingga para masyarakat dapat mempersiapkan Langkah pencegahan
sederhana.
1.4.2 Bagi Peneliti
Dapat memberikan sebuah pengalaman yang sangat berharga dalam
mengaplikasikan serta menyumbangkan ilmu yang didapatkan dibangku
kuliah dan menjadi salah suatu sumbangan ilmiah dalam proses
menyelesaikan Pendidikan di Universitas Jambi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan serta menambah wawasan bagi peneliti tentang kepadatan
Jentik Nyamuk Ades Aegypti dan perilaku Pemberantasan Nyamuk (PSN)
dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Paal X sehingga dapat
memperkaya dunia ilmu pengetahuan dan memperbaharui teori yang telah
lahir sebelumnya.
1.4.3 Bagi Pemerintah
Dapat memberikan informasi sehingga dapat ditentukannya kebijakan
yang berkaitan dengan hal tersebut khusunya bagi salah satu petugas
pelayanan Kesehatan yaitu penyehatan lingkungan, surveilans dan yang
terkait. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat berbagai kegiatan
mengendalikan penyakit DBD di wilayah kerja puskesmas Paal X.
1.4.4 Bagi Ilmu pengetahuan
9

Merupakaan referensi dan bahan bacaan atau kajian empiris bagi


penelitian yang akan melanjutkannya.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.2 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variabel Rancangan Hasil


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian

1. Martini Faktor Variabel Pendekatan Adanya


yanti oroh, lingkungan dependen : Studi Kasus Hubungan
Odi Roni manusia dan Kejadian Faktor
Pinontoan, pelayanan Demam Lingkungan
Joseph B.S kesehatan Berdarah Manusia Dan
Tuda. yang Dengue Pelayanan
(2020) berhubunga Variabel Kesehatan
n dengan Independen: dengan
kejadian Faktor Kejadian
Demam Lingkungan, Demam
Berdarah Manusia, dan Berdarah
Dengue Pelayanan Dengue
Kesehatan
2 Shinta Hubungan Variabel Observasional Adanya
Anggraini keberadaan dependen : dengan hubungan
(2018) Jentik kejadian DBD pendekatan Antara
dengan Variabel cross sectional keberadaan
kejadian Independen : jentik dengan
DBD di Keberadaan kejadian DBD
kelurahan Jentik (p=0,000) di
kedurus kelurahan
Surabaya kedurus.

3. Fuka Hubungan Variabel Analitik Adanya


Priesley, Perilaku Dependen : observasi hubungan
Muhamma Pemberantas Kejadian dengan studi bermakna antara
d Reza, an Sarang Demam kasus kontrol perilaku PSN
Selfi Renita Nyamuk Berdarah 3M plus
Rusjdi dengan Dengue terhadap
(2018) Menutup, Independen : kejadian DBD
Menguras Perilaku di kelurahan
dan Pemberantasan Andalas .
10

Mendaur Sarang Nyamuk


ulang plus dengan
(PSN M Menutup,
Plus) Menguras dan
Terhadap Mendaur ulang
kejadian plus (PSN M
demam Plus)
berdarah
Dengue
(DBD) Di
Keluahan
Andalas

4. Mia A. V. Hubungan Variabel Pendekatan Ada hubungan


Mangindaa Perilaku Dependen : survey analitik Perilaku
n, Wulan Pemberantas Kejadian dengan Pemberantasan
Pingkan an Sarang Demam menggunakan Sarang nyamuk
Julia nyamuk Berdarah suatu desain Dengan
Kaunang, Dengan Dengue penelitian studi Kejadian
Sekplin Kejadian Variabel potong lintang Demam
A.S. Demam Independen : Berdarah
Sekeon Berdarah Perilaku Dengue Di Desa
(2018) Dengue Di Pemberantasan Watudambo
Desa Sarang nyamuk Kecamatan
Watudambo Kaauditan
Kecamatan
Kaauditan
5 Lukman Hubungan Variabel Desain Keberadaan
Hakim, keberadaan Dependen : observasional larva aedes spp
Andri Larva Aedes kasus Demam tidak
Ruliansyah. spp dengan Berdarah berhubungan
(2015) kasus Dengue dengan kasus
Demam Independen : DBD di kota
Berdarah keberadaan Bandung Jawa
Dengue di Larva Aedes Barat.
kota spp
Bandung.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang terdahulu adalah


sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian :
Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2020.
2. Variabel Dependen
Kejadian penyakit DBD
11

3. Variabel Independen :
a. Kepadatan Jentik nyamuk Aedes Aegypti
b. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
4. Subjek Penelitian :
Larva nyamuk Aedes Aegypti
5. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Desain Cross Sectional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teori
2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1.1 Pengertian DBD
Dengue merupakan salah satu infeksi virus yang akan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang terinfeksi.
Gejala akan muncul dalam 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari) setelah
gigitan infektif dimana adanya serotipe berbeda dari virus dengue
(DEN 1, DEN 2, DEN 3 DAN DEN 4). Dapat diartikan juga bahwa
demam berdarah yaitu suatu penyakit mirip flu yang menyerang bayi,
balita, anak kecil dan orang dewasa. (WHO, 2017).
2.1.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD
Epidemiologi penyakit demam berdarah dengue merupakan
ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi, dan determinan penyakit
dengue berdasarkan epidemiologi yaitu tempat, orang, dan waktu.
Pada prinsipnya kejadian DBD digambarkan segitiga epidemiologi
penyebab penyakit yaitu Agent, Host, dan environment. (kemenkes ri,
2014)
a) Agent
virus dengue merupakan agen Penyakit demam Berdarah
Dengue (DBD), Virus penyebab DHF / DSS adalah flavi virus yang
terdiri dari 4 serotipe yaitu antara serotipe 1, 2, 3, dan 4 (DEN -1, -2, -3,
dan -4). Virus ini dapat ditularkan ke manusia melalui gigitan vector
nyamuk Aedes Aegypti betina yang terinfeksi. Aedes Aegypti hidup
diperkotaan serta berkembang biak terutama di wadah tempat buatan
manusia. Tidak seperti jenis nyamuk lainnya, Aedes Aegypti melakukan
penggigit pada waktu yang telah ditentukan, puncaknya adalah pagi dan
pada malam sebelum senja. Aedes Albovictus, merupakan vector dengue

12
13

sekunder diasia, telah menyebar ke Amerika Utara dan eropa


Karena Ae. Albovictus sangat adatif dan, oleh karena itu untuk
dapat bertahan hidup didaerah beriklim yang dingin seperti di
Eropa. Penyebarannya di karena adanya perubahan suhu berada di
bawah titik beku, waktu hibernasi serta memiliki kemampuan
tersebut untuk berlindung di habitat mikro. (Najmah, 2016)

b) Host (Pejamu)
Pejamu penyakit DBD ialah Manusia yang Penderitanya
merupakan salah satu sumber penularan, terutama anak-anak.
Virus dengue ini dapat bertahan melalui proses siklus nyamuk
Aedes Aegypti kepada manusia di daerah perkotaan pada negara
tropis, sedangkan siklus pada monyet-nyamuk menjadi tereservoir
di Afrika Barat dan Asia Tenggara. (Najmah,2016)

c) Environment
Hampir semua penyakit disebabkan atau dipengaruhi oleh
factor-factor lingkungan. pemahaman atas cara-cara dari factor
factor lingkungan yang spesifik itu dapat mempengaruhi
Kesehatan yang mempunyai arti yang penting dalam program-
program pencegahan. Epidemiologi lingkungan memberikan
dasar-dasar ilmiah untuk mempelajari dan mengiterpretasikan
hubungan antara lingkungan dan Kesehatan dalam populasi.
(Malik Saepudin, 2011)
Faktor lainnya yang selalu menjadi pengaruh terjadinya
kejadian DBD antara lain yaitu sepanjang tahun selalu terjadi
curah hujan yang tinggi, adanya genangan air yang terdapat pada
barang-barang penampung air seperti kaleng, serta ban bekas
14

tanaman hias. Selain itu, terdapat perilaku masyarakat yang kurang


memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar. (Najmah,2016)

2.1.1.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue


Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh gigitan
nyamuk Aedes Aegypti yang didalamnya terdapat mikroorganisme
yaitu virus Dengue. Saat nyamuk Aedes Aegypti mengigit maka virus
tersebut akan ikut masuk kebalam tubuh, pada saat masa inkubasi yang
terjadi sekitar 3-15 hari para penderita bisanya akan mengalami
demam tinggi selama3 hari berturut-turut. Banyaknya penderita yang
mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala penyakit
tersebut. (Ayu Putri Arini, 2017)
Ciri-ciri yang terdapat pada nyamuk penyebab Demam
Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) sebagai berikut:
1) Bentuk badan nyamuk yang memiliki warna hitam serta terdapat
belang putih yang terdapat di seluruh tubuhnya
2) Berkembang biaknya nyamuk ini di penampungan air (TPA) dan
pada setiap barang yang sangat memungkinkan tempat yang dapat
digenangi air seperti tempayan, bak mandi, vas bunga, drum, serta
barang bekas lainnya.
3) Nyamuk Aedes Aegypti sulit melakukan perkembangbiakan di got
atau di selokan maupun kolam yang airnya langsung berhubungan
dengan tanah.
4) Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pa waktu di pagi dan
sore hari.
5) Termasuk kedalam jenis nyamuk yang terbang hingga 100 m.
6) Nyamuk ini juga dapat Hinggap pada pakaian yang bergantungan
di kamar.
15

Salah satu penyebab DBD ini yaitu virus dengue, termasuk ke


dalam kelompok B Arthropod borne viruses atau disebut juga
Arbovirus yang memiliki untaian tunggal serta mempunyai serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Dimana 4 serotipe yang
dimiliki terdapat juga di Indonesia, yang paling banyak berkembang
di indonesia yaitu virus tipe-1 dan tipe-3. dengue merupakan termasuk
kedalam virus RNA yang juga memiliki genus Flavivirus. Walaupun
dari strukturnya sangat mirip tetapi disetiap serotifpe tidakmbila
melakukan persilangan (Zulkoni, 2010).

2.1.2 Vektor Nyamuk Aedes Aegypti


2.1.2.1 Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
Kalsifikasi Nyamuk Aedes Aegypty menurut Ricard dan Davis
(1997) dala seogijanto (2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopodha
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes Aegypti L.
Perkembangbiakan siklus hidup dari nyamuk Aedes aegypti
yaitu metamorfosis sempurna. Dimulai dari stadium yang awal yaitu
telur, selanjutnya stadium larva, stadium pupa dan lalu menjadi
stadium nyamuk dewasa (Nadifah, dkk, 2016). Dibawah ini
merupakan morfologi nyamuk aedes aegypti sebagai berikut:

1. Stadium Telur Nyamuk Aedes aegypti


16

Dimulai dengan tempat penampungan air yang jernih dan


terhindar dari masuknya cahaya matahari langsung merupakan tempat
perindukan nyamuk aedes aegypti, nyamuk ini selalu berada di gengan
air. Nyamuk aedes aegypti dapat mengeluarkan telur dengan rata-rata
100 bitur telur selanjutnya (Susanto et al, 2012). Warna telur pertama
kali keluar yaitu berwarna putih dengan tekstur yang lunak, 15 menit
kemudian setelah telur dikeluarkan maka akan berubah warna menjadi
abu-abu setelah beberapa menit kemudian berubah warna menjadi
coklat yang kehitaman dan pada akhirnya keras serta menetas setelah
1-2 hari. Aedes aegypti ini memiliki telur yang berbentuk oval, dan
memiliki berat 0,0010-0,015 mg, serta memiliki panjang 0.8 mm
dengan geris yang menyerupai bentuk sarang llebah serta sangat
mampu bertahan sangat lama sekalipun itu dalam keadaan tempat yang
kering. (Depkes RI, 2007).

2. Stadium Larva Nyamuk Aedes aegypti


Stadiun selanjutnya yaitu larva nyamuk aedes aegypti, Setelah
siklus telur selanjutnya telur akan menetas menjadi larva/jentik.
Dimanan larva/jentik ini memiliki plana yang terbuka serta
mempunyai gigi sisir berduri bentuk lateral (Depkes RI, 2007). Larva
nyamuk ini mempunyai bentuk yaang khas, dimanan bagian larva
tersebut mempunyai bentuk kepala yang memilliki ukuran besar serta
memiliki toraks dan abdomen yang dapat dilihat di bawah mikroskop
dengan jelas (Sembel, 2009).
Perkembangan Larva nyamuk Aedes aegypti mengalami 4 kali
pergantian kulit yaitu sebagai berikut:
1. Larva instar I: panjangnya 1-2 mm, bentuk tubuh transparan.
2. Larva intar II: panjangnya 2,5 – 3,9 mm, siphon agak berwarna
kecoklatan.
17

3. Larva instar III: panjangnya 4-5 mm, siphon berwarna coklat,


4. Larva instar IV: memiliki ukuran 5-7 mm terlihat sepasang
antena dan sepasang mata serta akan tumbuh membentuk pupa
(Depkes RI, 2007).
Salah satu factor yang dapat mempengaruhi proses perkembangan
larva yaitu suhu, serta tercukupinya bahan makanan, serta ada atau
tidaknya predator air dan lain sebagainya (Sembel, 2009).

3. Stadium Pupa Nyamuk Aedes aegypti


Stadium larva ini akan berubah menjadi pupa setelah 5-8 hari.
stadium pupa pada tubuh nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari
dua bagian, yaitu bagian abdomen dan cephalothorax. Abdomen
memiliki bentuk tubuh yang membengkok, dan Cephalothorax
mempunyai bentuk yang lebih besar dari abdomen. Makanan tidak
diperlukan pada stadium pupa, tetapi akan tetap aktif bergerak
terutama pada saat diganggu dengan berenang ke dalam dasar dan
ke permukaan air. Setelah itu dalam proses 2 hari ini pupa tersebut
akan berubah menjadi dewasa. Selanutnya pertumbuhan akan
terjadi proses pembentukan sayap, kaki serta pembentukan alat
kelamin (Depkes RI, 2007 dan Sembel, 2009).

4. Stadium Nyamuk Dewasa Aedes aegypti


Proses selanjutnya masuk ke stadium nyamuk dewasa sempurna.
Setelah stadium pupa telah berubah menjadi seekor nyamuk dewasa
selanjutnya nyamuk itu dapat mengeringkan sayapnya dengan menetap
sejenak diatas permukaan air, kemudian setelah itu maka nyamuk
tersebut akan terbang aktif dalam proses mencari makan. Tidak
membutuh air Pada saat perkembangan nyamuk dewasa karna tidak
sama dengan stadium sebelumnya (Sembel, 2009).
18

Nyamuk dewasa ini memiliki ukuran tubuh dengan panjang 5 mm


(Depkes RI, 2007). terdapat 3 bagian dari tubuh nyamuk tersebut, yaitu
caput (kepala), thorax (dada) dan abdomen (perut). Badan nyamuk
tersebut memiliki warna hitam dan terdapat bercak serta bentuk garis-
garis putih yang sangat jelas terdapat pada bagian di kaki nyamuk
Aedes aegypti. Mempunyai Gambaran khas tersendiri yaitu memiliki
gambaran lira (lyreform) yang berwarna putih yang terdapat pada
daerah punggungnya (mesonotum) (Susanto et al, 2012).
Pada bagian caput (kepala) nyamuk terdapat adanya sepasang
mata yang majemuk, serta sepasang antena juga sepasang palpi.
Dimanan antena tersebut memiliki fungsi sebagai pembau. Antena
yang terdapat pada nyamuk betina tersebut memiliki bentuk berbulu
pendek dan juga jarang atau disebut tipe plumose. Untuk bagian thorax
yaitu dibagi menjadi 3 ruas, yaitu bagian pertama prothorax, sterusnya
bagian kedua yaitu mesotorax, dan terakhir bagian methatorax dengan
memiliki 3 pasang kaki. pada bagian pertama yaitu mesothorax
memiliki sepasang sayap. Dibagian kedua abdomen terdiri dari
beberapa 8 ruas bagian dengan bercak putih keperakan di setiap
masing-masing ruasnya, serta ruas terakhir ini memiliki alat hypogeum
pada nyamuk jantan dan kopulasi berupa cerci pada nyamuk betina
untuk berkembang biak (Depkes RI, 2007).
Nyamuk aedes aegypti dalam meneruskan suatu keturunannya,
jadi nyamuk betina akan kawin satu kali seumur hidupnya, perkawinan
itu terjadi 24-28 hari pada saat menjadi nyamuk dewasa. Berikut ini
gambar siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti.
19

Gambar 2.1
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Sumber: Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010
2.1.2.2 Surveilans vektor
Surveilans nyamuk Aedes aegypti yaitu upaya yang akan
dilakukan untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah
dengan pengendalia vector dan kerja sama lintas sector. Selain itu
dapat berguna dalam menentukan distribusi, habitat utama larva
vektor. Beberapa metode dalam surveilans vektor ialah survei telur
atau ovitrap, survei larva, survei larva/Jentik dan survei nyamuk
dewasa (sunaryo 2014)
1) Survei telur
Memasang ovitrap merupakan Survei telur yang dapat
dilakukan dengan membuat suatu tempat yang disukai nyamuk
tersebut untuk melektakan telurnya yaitu dengan cara membuat
perangkap yang berdinding gelap dan di cat hitam, lalu diberi air
20

serta dibuat seperti tabung yang berbentu kaleng bekas atau setara
dengan gelas pelastik kaca. Serta didukung dengan diletakkannya di
tempat yang lembab dan gelap cara kerja ini disebut padel
(Kemenkes RI, 2011). Evaluasi akan dilakukan setelah satu minggu
pemasangan perangkap tersebut dan di hitung dengan ovitrap index
(Kemenkes RI, 2011). Jumlah telur yang akan dihitung melalui
perhitungan yang ddidapati dari padel itulah secara keseluruhan
dapat memberikan suatu informasi kepadatan populasi nyamuk
secara tepat.
2) Survei Larva/Jentik
Perhitungan yang mudah dilakukan yaitu salah satunya dengan
menghitung survei larva nyamuk, dengan cara melihat kondisi
rumah, container, penampungan air yang sering di tempati nyamuk
aeds aegypty. Dalam melakukan perhitungan larva nyamuk dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator yang utama
yaitu Angka Bebas Jentik (ABJ), lalu minghitung indikator House
Indeks (HI), dilanjutkan dengan menghitung Container Indeks (CI),
serta menghitung Breteau Indeks (BI). (sinta anggraini, 2018).
Dan ada beberapa indikator untuk mengetahui kepadatan
larva nyamuk yaitu:
 Angka bebas jentik

Jumlah rumah negatif jentik


ABJ= x 100 %
jumlah rumah yang diperiksa
 House Indeks
jumlah rumah positif jentik
HI = x 100 %
jumlah rumah diperiksa
 Container Indeks
jumlah kontainer positif
CI = x 100 %
jumlah kontainer yang diperiksa
21

 Breteua Indeks
jumlah kontainer diperiksa
BI= x 100 %
jumlah rumahdiperiksa
Identifikasi Densiti Figure dalam menentukan penularan kejadian
DBD dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan
HI, CI, BI dengan table kepadatan populasi larva/jentik Kepadatan
Populasi Larva Nyamuk (Density Figure) nyamuk (Tabel 2.1) dapat
dinyatakan yaitu dalam skala 1-9, DF dibagi dalam 3 kategori yaitu:
DF=1; kepadatan rendah, DF=3-5; kepadatan sedang, dan DF=6-9;
kepadatan tinggi.
Tabel 2.1 Kepadatan Populasi Larva Nyamuk (Density Figure)
Density figure HI CI B1
1. 1-3 1-2 1-4
2. 4-7 3-5 5-9
3. 8-17 6-9 10-19
4. 18-28 10-14 20-34
5. 29-37 15-20 35-49
6. 38-49 21-27 50-74
7. 50-59 28-31 75-99
8. 60-76 32-40 100-199
9. >77 0>41 >200
Sumber: Queensland Government, 2011
Keterangan:
DF= 1 (Kepadatan rendah)
DF=2-5 (kepadatan sedang)
DF= 6-9 (Kepadatan tinggi)

3) Survei Nyamuk
Pada Survei nyamuk dapat dilakukan dalam pengendalian vektor, dan
sebagai serta melakukan evaluasi pemberantasan. Keterbatasan dalam
dalam penangkapan nyamuk dewasa ini sangatlah sulit karna dibutuhkan
ahli yang kompeten. Penangkapan ini dapatdilakukan berdasarkan tempat
hinggap atau gigitan, serta tempat istirahat Kegiatan yang dapat dilakukan
22

dalam survei ini adalah Menentukan kepadatan nyamuk betina dewasa dan
Identifikasi nyamuk betina Populasi nyamuk betina ini yaitu akan diketahui
rata-rata umurnya dengan cepat serta tepat, sehungga dapat dilakukan
dengan melakukan pembedahan ovarium nyamuk untuk menghitung
jumlah dilatasi dari saluran telur (pedikulus) nyamuk tersebut. Dapat
diketahui umur nyamuk adalah rata-rata jumlah dilatasi dikali satu dari
siklus gonotropik (Deswara, 2012).

2.1.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Kepadatan Larva


Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Kejadian Penyakit Demam
Berarah Dengue
1. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
1. Suhu Udara dan Kecepatan Angin
Suhu udara yang dapat berproses pada penguapan air
(evaporasi) dan konveksi yang ditentukan dengan kecepatan
angin, selain itu secara tidak langsung dapat mempengaruhi
kelembapan lingkungan. dengan begitu jarak terbang nyamuk
dapat ditentukan, pada suhu 50C-60C nyamuk aedes aegyptic
dapat hidup dalam suhu yang ditentukan tersebut. Dimana
pertumbuhan nyamuk itu akan berhenti pada suhu <100C-
>400C. sehingga nyamuk tersebut akan menjadi berumur
pendek jika kelembapannya <60%. Hal ini dikarnakan waktu
yang tidak cukup dalam perpindahan virus yaitu dari lambung
ke tempat kelenjar ludah sehingga tidak bisa menjadi vector
penyakit. Maka diperlukan kelembabnya >60% selanjutnya
nyamuk tersebut menjadi verktor penyakit. (Kusumawardani,
2012)
2. Curah Hujan
23

Curah hujan identic dengan tempat perindukan


nyamuk. DBD di Indonesia akan meningkat pada saat musim
pengujan, dikarnakan banyak nya penampungan air di sekitan
rumah yang tergenang oleh tetesan air hujan. Tanpa disadari itu
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
(Kusumawardani, 2012)
3. TPA (Tempat Penampungan Air)
TPA merupakan suatu tempat yang sangat dibutuhkan
oleh nyamuk untuk menjalani siklus hidupnya, dimulai dari
telur, kemudian larva dan pupa selanjjutnya nyamuk dewasa
hidup di udara. Tempat Penampungan Air ini ada 3 yaitu:
1) Tempat yang pertama yaitu tidak butuh air TPA atau
sering disebut dengan penampungan Air keperluan
sehari-hari
2) Non-TPA merupakan tempat penampungan air yang
bukan termasuk kedalam keperluan sehari hari seperti
botol bekas, ban bekas.
3) Terakhir yaitu tempat penampungan air alami seperti
pelepah pohon, lubang di pohon, dll.
(Kusumawardani, 2012).
4. Keberadaan Jentik pada Kontainer Air
Keberadaan jentik di kontainer yang dapat ditemukan
jentik sehingga meningkatkan populasi nyamuk itu sendiri
termasuk nyamuk Aedes aegypti (Wati, 2009).
2. Lingkungan Biologi
Termasuk dalam lingkungan biologi yang sangat disukai
nyamuk ialah untuk tanaman yang memiliki bentuk menjulang ke atas
dan berada di bagian pinggir suatu wadah permukaan air sebagai
tempat nyamuk Aedes meletakkan telurnya (Kusumawardani, 2012).
24

3. Lingkungan Sosiogemografi
a. Jenis Kelamin
Penderita dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak terkena
penyakit DBD daripada perempuan yang berkaitan dengan
imunitas tubuh. Dikarenakan produksi cytokine pada perempuan
lebih besar daripada laki laki. Dimana cytokine adalah hormon
yang bertanggung jawab dalam pengaturan imunitas dan durasi
respon tubuh seseorang (Kusumawardani, 2012).
Selain faktor imun, juga dikarenakan karena perempuang lebih
banyak tinggal di rumah (exposure) daripada laki-laki
(Kusumawardani, 2012).

b. Usia
Virus DBD mampu mengenai semua orang dari segala usia.
Namun umumnya terjadi pada anak-anak dan penyebab pediatric
hospitalization di Asia Tenggara. Namun tak terpungkiri mengenai
orang dewasa, kemungkinan karena keadaan imunitas masyarakat
dimana virus dengue bersirkulasi (Kusumawardani, 2012).

c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi transmisi dari virus dengue di suatu wilayah
melalui person to person yang akan meningkatkan insiden kasus
DBD (Achmadi, 2011).
d. Mobilitas
Mobilitas juga menyumbang faktor untuk transmisi DBD. Menurut
hasil penelitian Roose (2008) yaitu proporsi kejadian DBD,
ditemukan dari 85 penderita DBD, 58 orang (68,24%) melakukan
25

aktivitas mobilitas keluar setip harinya yang melakukan mobilitas


ke luar setiap harinya.
e. Nutrisi
Nutrisi akan menentukan derajat keparahan penyakit karena nutrisi
juga berhubungan dengan sistem imun seseorang
(Kusumawardani, 2012).
f. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara berfikir
seseorang dan tingkat pengetahuan yang diraihnya serta tindakan
yang dilakukannya dalam menanggapi suatu masalah seperti
menerima penyuluhan dan pencegahan wabah penyakit DBD, dan
berperilaku hidup bersih dan sehat yang akan menurunkan angka
kasus DBD (Suryani, 2011 dan Kusumawardani, 2012).
g. Pekerjaan
Hasil yang dilakukan dari 85 responden kasus DBD, terdapat 54
orang (63,55%) kelompok responden yang tidak bekerja.
Kelompok yang tidak bekerja seperti ibu rumah tangga, anak
belum bersekolah, pelajar, dan mahasiswa. (Kusumawardani,
2012). Selain itu, pekerjaan juga berkaitan erat dengan penghasilan
tiap bulannya. Berkaitan dengan nutrisi dan kesehatan yang baik
jika penghasilan tinggi (Suryani, 2011).

2.1.3 Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


2.1.3.1 Pengertian
PSN singkatan dari Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan
salah satu kegiatan yang sering dilakukan untuk pemberantasan telur,
jentik, serta bentuk selanjutnya yaaitu kepompong nyamuk aedes
aegypti. Kegiatan ini selalu dilakukan untuk dapat mengendalikan
populasi nyamuk aedes aegypti sehingga kejadian penyakit DBD dan
26

mengurangi adanya penularan penyakit DBD. Pencegahan secara


massal dilingkungan setempat dapat dilakukan bekerja sama dengan
ketua RT dan puskesmas setempat dengan melakukan pembersihan
sarang nyamuk (PSN). Memutuskan rantai rantai nyamuk dapat
dilakukan dengan fogging pembiakan nyamuk aedes aegypty dengan
abitasi (Misnadiarly. 2009)
Pembasmian nyamuk aedes aegypti dilakukan untuk
memberantas kasus kasus demam berdarah sebagaimana vector
nyamuk tersebut yang berperan dalam membawa virus dengue. Selain
itu banyak sekali metode yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
banyaknya jumlah nyamuk, dapat dianggap sangat tepat dan efektif
(kemenkes, 2014).
2.1.3.2 Konsep Pengetahuan (knowledge)
Menurut Badran (1995), pengetahuan merupakan seperangkat
pemahaman, pengetahuan dan ilmu-ilmu pengetahuan. Hail ini bisa
berupa gabungan dari pemahaman, pengalaman dan keterampilan
seseorang. Pengetahuan tentang Kesehatan sangat memberikan
manfaat baik, maupun bukan bukan berarti secara otomatis dapat
diikuti oleh perilaku.
Menurut wawan (2010), pengetahuan ialah hasil tahu dan ini
dapat terjadi setelah orang tersebut mengadakan pengindraan terhadap
suatu ojek terjadi melalui panca indraan sampai dapat menghasilkan
suatu pengetahuan tersebut dengan sangat dipengaruhi oleh intesitas
pengetahuan manusia itu dapat diperoleh melalui indra mata dan
telinga. Secara garis besar terdapat 6 tingkat pengetahuan (kholid,
2017).
1) Tahu (Know)
Tahu apat diartikan tahu merupakan
mengingatkan suatu materi yang sudah pernah dipelajari
27

sebelumnya. Selanjutnya pengetahuan itu akan


meningkat pada ingatan yang sfesifik dan dapat
merangsang seluruh bahan yang diajari atau yang sudah
diterima
2) Memahami
Memahami merupakan mengetahuinya suatu
penjelasan serta dapat di interpretasikan dengan
kemampuan untuk bisa menjelaskan secara benar objek
apa saja yang telah diketahui
3) Aplikasi (Aplication)
Suatu kemampuan yang didapati dari
pembelajaran materi dengan kondisi yang sebenarnya
(riil). Sehingga kemampuan ini dapat di aplikasikan
sesuai penggunaan hukum, metode, rumus, prinsip
dalam kontek s atau situasi lainnya.
4) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk dapat menyatakan
sebuah materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen tetapi masih berada didalam struktur
organisasi tersebut serta masih ada keterikatannya atau
sama sekali disebut analisis.
5) Sintesis (Syntesis)
Suatu kemampuan untuk dapat melaksanakan
dan dapat menghubungkan bagian-bagian didalam
suatu keseluruhan yang Barudisebut sintesis. Sintesis
juga dapat diartikan suatu kemampuan untuk
menyususn formulasi baru dari suatu formulasi yang
ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
28

Evaluasi dapat diartikan kemampuan seseorang


dalam melakukan justifikasi serta penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Diantara penilaian tersebut
berdasarkan suatu kriteria yang akan ditentukan
sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang sudah
ada.

2.1.3.3 Konsep Sikap (Attitude)


Menurut Eagly & Chaiken (1993), sikap terdiri dari
kepercayaan benar dan salah tentang sikap suatu objek tertentu,
dimana Pendidikan Kesehatan bisa mengubah kepercayaan. Sikap
tidak dapat langsung diamati sebagai praktek, dengan demikian ini
juga hal yang baik dalam penilaian suatu objek, karena banyak
penelitian yang menyatakan tidak adanya hubungan antara sikap dan
praktek (The KAP Survey Model, 2019). Sikap merupakan salah satu
respon atau reaksi yang tertutup terdapat suatu stimulus dari objek
tertentu (priyoto, 2018). Menurut Katz & Stotland (1959), komponen
efektif dari sikaf adalah keseluruhan emosi terhadap setiap aspek dari
sikap.
Menurut wawan (2010) berbagai tingkatan sikap juga dapat terdiri dari
tingkatan berikut ini:
1. Menerima
Menerima dapat diartikan bahwa orang atau subjek yang mau dan
memperhatikan suatu stimulus yang telah diberikan.
2. Merespon
Merespon merupakan memberikan suatu jawaban apabila telah
ditanya mengenai tugas pekerjaan dan dapat menyelesaikan suatu
tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha untuk dapat
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas-tugas yang telah
29

diberikan, selain dari pekerjaan itu salah atau benar adalah bahwa
orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai
Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk dapat mengerjakan
sesuatu atau mendiskusikan suatu persoalan merupakan indikasi
dari sikap yang baik .
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab merupakan sikap atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan menerima segala suatu resiko yang paling
tinggi apapun yang akan terjadi.

2.1.3.4 Konsep Tindakan


Menurut karen (2016), Tindakan adalah lanjutan dari
pengetahuan yakni memahami suatu masalah atau penyakit dari setiap
perubahan sikap yang disebabkan oleh kesalahan pahaman mengenai
pandangan seseorang terhadap suatu penyakit. Hal inilah yang dapat
menggambarkan suatu timbal balik hubungan antara pengetahuan dan
sikap.
Tindakan atau perilaku adalah suatu Tindakan yang dapat
diamati oleh seseorang dalam menanggapi stimulu (The KAP Survey
Model, 2019). Menurut priyoto (2014) Tindakan merupakan seseorang
yang tekah mengetahui suatu stimulus Kesehatan, seterusnya
melakukan penelitian terhadap apa yang diketahui lalu mempraktikkan
apa yang akan diketahui.
Wawan (2010) menyebutkan bahwa Tindakan memiliki beberapa
tingkatan:
1. Persepsi
Memilih objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan
diambil
30

2. Respon terpimpin
Melakukan Tindakan sesuai denga urutan dan contoh
3. Mekanisme
Bila seseorang melakukan Tindakan dengan benar maka secara
otomatis maka disebut dengan kebiasaan
4. Adopsi
Adopsi merupakan suatuTindakan yang telah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran Tindakan tersebut.
2.1.3.5 Karakteristik responden
Beberapa komponen dari karakteristik individu, sebagai berikut:
1. Usia
Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau diadakan).
2. Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin ialah perbedaan diantara
laki-laki dan perempuan baik secara biologis pada saat seseorang
lahir. Seks/jenis kelamin sangat berkaitan dengan tubuh laki-laki
dan perempuan, dimana laki-laki dapat memproduksikan sperma,
sementara perempuan dapat menghasilkan sel telur.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pembinaan, pelatihan, serta
pengajaran dan semua hal bagian dari usaha manusia untuk
meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya pikiran.
4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan aktivitas yang selalu dilakukan setiap
hari, pekerjaan banyak bermacam jenis yaitu pegawai negeri,
wiraswata, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan
umumnya diperlukan adanya keterikatan hubungan sosial yang
sangat baik dengan Pekerjaan. Pekerjaan memiliki peranan yang
31

penting dalam menentukan kualitas pribadi manusia. Selain itu


pekerjaan juga dapat membatasi kesenjangan antara informasi
kesehatan serta praktek yang dapat memotifasi seseorang untuk
dapat memperoleh informasi sehingga berbuat sesuatu untuk dapat
menghindari suatu masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).

2.1.3.6 Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk


Kegiatan dalam Pemberantasan kejadian demam berdarah
dengue dengan melakukan pembasmian terhadap virus dengue yang
sangat berperan didala nyamuk aedes aegypti. ada banyak metode
yang dapat dilakukan dalam mengendalikan jumlah nyamuk, yang
diangap tepat dan efektif. Untuk melakukan pengendalian nyamuk ini
bisa dilakukan baik dengan beberapa pengendalian yaitu pengendalian
lingkungan, pengendalian secara biologis dan kimiawi.
1. Pengendalian secara lingkungan
Pengendalian pertama yaitu pengendalian secara lingkungan
merupakan Salah satu Langkah pertama yang dapat dilakukan
dalam mengendalikan nyamuk yang menjadi penyebab kasus
sDBD, dengan melakukan pengendalian lingkungan yang lebih
dahulu. Pengendalian secara lingkungan ini dapat dilakukan
dengan tujuan membatasi ruang nyamuk yang telah
berkembangbiak, harapan yang diinginkan yaitu nyamuk
penyebab DBD ini dapat dimusnahkan. Program 3M ini sangat
sudah kita kenal menjadi pengendalian perkembangbiakan
nyamuk secara lingkungan. secara lengkapnya, pemberantasan
sarang nyamuk secara proses lingkungan, dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Program 3 M (Menguras, Menutup Dan Mengubur)
32

1. Pertama Menguras serta membersihkan bak mandi dan


tempat-tempat penampungan air yaitu sekurang-kurangnya
seminggu sekali, ini dapat dilakukan atas dasar
pertimbangan bahwa perkembangan telur sampai tumbuh
menjadi seekor nyamuk adalah 7-10 hari
2. Kedua, yang dapat dilakukan pada bagian kedua ini yaitu
Menutur dengan rapat di setiap penampungan air yang
terdapat ataupun berada di dalam rumah serta yang berada
di luar rumah, untuk menghindari perkembangbiakan telur
nyamuk.
3. Ketiga, selanjutnya Mengubur serta menyingkirkan suatu
barang yang tidak berguna atau barang bekas yang dapat
menampung air. Yang dapat dilakukan dengan barang
bekas yaitu sebagai berikut:
a. Mengganti air yang terdapat pada vas bunga atau
tempat minum di sarang burung, setidaknya dapat
dilakukan seminggu sekali.
b. Melakukan pembersihan saluran air yang memiliki
genangn air sehingga menjadi perkembangbiakan
nyamuk, baik diatap rumah maupun diselokan jika
tersumbat oleh sampah ataupun dedaunan, karna setiap
genangan air bisa dimanfaatkan oleh nyamuk untuk
berkembang biak
2. Pengendalian secara biologis
Upaya yang sangat efektif di bidang pengendalian biologi yaitu
menggunakan makhluk hidup seperti ikan cupang atau tumbuhan.
Memelihara ikan cupang sangat efektif dalam pengendalian nyamuk
aedes aegypti, karna ikan cupang ini berfungsi untuk memakan jentik-
jentik nyamuk yang ada dalam bebrapa tempat penampungan air atau
33

kolam dengan menambahkannya dengan mikroorganisme dengan


bakteri bacillus thuringiensis. (BtH-14)
3. Pengendalian secara kimia
Pengendalian selanjutnya yaitu pengendalian secara kimia, dapat
dilakukan dengan menaburkan bubuk abate ketempat penampungan air
dengan takaran yang telah ditentukan, memberikan bubuk abate di
setiap tampungan air ruah ini merupakan salah satu cara untuk
mengendalikan dan memberantaan jentik-jentik nyamuk secara
kimiawi. Tidak hanya menaburkan bubuk abate saja, pengendalian
secara kimia ini biasanya dilakukan pihak petugas puskesmas ataupun
masyarakat sekitar yaitu dengan melakukan fogging atau pengasapan
dengan menggunakan malation dan pention. (kemenkes, 2018)
34

2.2 Kerangka Teori

Perilaku PSN
- Pengetahuan
- Sikap
Host (penjamu) - Tindakan

Karakteristik
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan

Kepadatan jentik
Virus nyamuk aedes Kejadian DBD
Agen
dengue aegypti

Lingkungan
fisik

Lingkungan
Enviromeent
biologi

Lingkungan
sosiogemografi

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian


Sumber: Najmah 2016, Kemenkes RI 2011 Model
Pengendalian DBD, Notoadmojo 2012.
35

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepadatan Jentik nyamuk


Aedes Aegepti

Pengetahuan
Kejadian penyakit DBD

Sikap

Tindakan

Karakteristik reponden

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

2.4 Hipotosis
Hipootesis dalam penelitian in adalah:
1. Ada hubungan kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti dengan Kejadian
penyakit (DBD)
2. Ada hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD)
3. Ada hubungan sikap dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)
4. Ada Hubungan Tindakan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD)
5. Ada Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penelitian analitik melalui
pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan desain cross sectional. Setiap
variabelnya di observasi dengan diukur sekali seterusnya dilakukan pada saat
waktu yang bersamaan. Digunakannya pendekatan ini yaitu untuk melihat
hubungan di setiap variabel yang satu dan variabel yang lainnya. Jadi didapati
hubungan kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti dan perilaku
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian penyakit DBD di daerah
kerja puskesmas Paal X Kota Jambi.

2.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Proposal penelitian ini disusun mulai bulan (Agustus-Oktober 2020),
penelitian akan dilakukan pada bulan (November-desember 2020) setelah
melakukan seminar proposal penelitian terlebih dahulu. Maka, pengambilan
sampel akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas paal x.
2.3 Populasi dan Subjek Penelitian
2.3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu rumah penduduk di wilayah kerja
puskesmas Paal X yaitu 23.056 KK
2.3.4 Sample
Pada penelitian ini dilakukan menggunakan suatu teknik
random sampling yaitu dengan Teknik pengambilan sample dengan
secara acak sederhana (simple random sampling), dalam menentukan
besar sampel penelitian ini dapat ditentukan dengan rumus Lemeshow
(1977) sebagai berikut.

35
36

(Z ¿ ¿ 1−α /22 )P ( 1−P ) N


n= ¿
d2 ( N−1 ) + Z 2 α P(1−P)
1−
2

Keterangan :
n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
Z²-ɑ/2 = Devisiasi normal = 1,96²
d = Presisi absolut yang diinginkan = 10% ( 0,1)
N = Populasi
p = Perkiraan Proposi = 0,23 Berdasarkan data kasus
DBD Dinas Kesehatan Kota Jambi
(Z ¿ ¿ 1−α /22 )P ( 1−P ) N
n= ¿
d ² ( N−1 ) + Z ²−ɑ /2 ¿ ¿
1,96 2 0,23 ( 1−0,23 ) 23069
n=
0 ,1² ( 23069−1 )+1 , 96² X 0,23(1−0,23)
3,8416 ( 0,177 1 ) 23069
n=
0,01 ( 23068 ) +3,8416(0,1771)
15694,9332
n=
231,360 3
n = 67,83
n= 68+ 10% (untuk menghindari drop out)
n = 75 KK

2.4 Kreteria Inklusi dan Eksklusi


2.4.3 Kriteria inklusi:
1) Responden bersedia mengikuti penelitian
2) Responden harus mampu menjawab pertanyaan (kepala
keluarga atau istri)
3) Jentik nyamuk Aedes Aegypti sebagai sample di temukan
dalam rumah (terdapat penampungan air dan genangan air)
37

maupun diluar rumah (selokan, sekitar rumah dan halaman)


responden tepatnya berada di wilayah kerja puskesmas Paal X
2.4.4 Kriteria eksklusi
1)Responden yang telah di temui sebanyak 2 kali dan menolak
menjadi responden
2) Tidak bersedia menjadi responden.

2.5 Teknik pengambilan sample


Teknik yang akan digunakan yaitu teknik random sampling, teknik
random sampling yaitu pengambilan sample yang dilakukan secara acak
sederhata atau biasa dsebut sistem random sampling, dengan teknik
Purposive Sampling, yaitu menggunakan kriteria-kriteria yang sebelumnya
telah dipilih oleh peneliti, disesuaikan dengan tujuan penelitian dan
didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi

2.6 Definisi Operasional


Definisi Operasional merupakan rumusan pengertian variabel yang akan
dipakai sebagai suatu pegangan dalam pengumpulan data yaitu:
38

Tabel 3.2 : Definisi Operasional


Alat
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Kepadatan Kepadatan larva Observasi Foto & 1.kepadatan Rendah (df Ordinal
Jentik nyamuk Lembar =1)
nyamuk merupakan salah observasi 2.kepadatan sedang
Aedes satu dari metode melalui (df=2-5)
Aegypti survey larva yang 1. ABJ 3. kepadatan tinggi (df
bertujuan untuk Angka Bebas >6) (Queensland
menetahui luas Jentik (ABJ) Government, 2011)
penyebaran adalah
nyaamuk di suatu perbandingan
daerah. jumlah Rumah
yang tidak
ditemukan
jentik dengan
jumlah rumah
yang
diperiksa.
2. HI
House Index
(CI) adalah
perbandingan
jumlah rumah
yang
diperiksa.
3.CI
Container
Index adalah
jumlah
container yang
ditemukan
jentik dengan
jumlah
container yang
diperiksa.
4. BI
Breteau Index
(BI) adalah
jumlah
container bersi
jentik dalam
100 rumah
Kejadian Riwayat penyakit Observasi dan Kuesioner 1.Tidak ada Nominal
penyakit DBD DBD yang pernah wawancara 2.Ada
dialami keluarga
39

dalam satu rumah


yang telah di
diagnosis dokter
baik dirumah sakit
maupun di
pelayanan
kesehatan yang
lainnya (Nelvi
arini, 2017)
Pengetahuan Ingatan dan Observasi dan Kuesioner 0= kurang baik Nominal
pemahaman Wawancara jika total nilai
responden tentang jawaban benar < 8
gejala, cara 1= baik jika total nilai
penyebaran dan jawaban benar>8
pencegahan DBD (Budiman & Riyanto,
yang dapat digali 2014)
dengan melalui
pertanyaan
wawancara yang
mendalam untuk
memberi suatu
kesempatan
kepada seorang
responden untuk
dapat
mengeluarkan
keseluruhan isi
kesan dalam
pikirannya tentang
penyakit DBD
sikap Sikap adalah Observasi dan Kuesioner 0 = negative, Nominal
respon atau reaksi Wawancara jika total nilai
responden jawaban benar <8
mengenai penyakit 1= positif total nilai
DBD yang diukur jawaban benar > 8
dengan (Budiman & Riyanto,
menanyakan 2014)
pendapat
responden tentang
peran dan upaya
pencegahan DBD,
melalui panduan
suatu kuisioner.
tindakan Kejadian atau Observasi dan Kuesioner 0= buruk, jika Nominal
aktivitas yang Wawancara total nilai
40

dilakukan oleh jawaban benar >


responden/salah mean/median
satu anggota 1 = baik jika total nilai
rumah tangga jawaban benar >
dengan cara mean/median (Budiman
menguras tempat & Riyanto, 2014)
penampung air
(bak mandi/WC,
drum dan
sebagainya),
menutup rapat
secara terus
menurus tempat
penampungan air
setelah digunakan,
dan mengubur
barang-barang
bekas yang dapat
menampung air
diperkarangan
rumah.
Umur Lama hidup Wawancara kuesioner 1. Remaja: 17-25 Ordinal
responden ketika tahun
dilakukan 2. Dewasa: 26-45
wawancara, tahun
terhitung dari ulang 3. Lansia: 46-85
tahun terakhir tahun
responden (Depkes RI 2009)

Jenis Kelamin Status biologis yang Wawan kuesioner 1. Laki-laki Nominal


membedakan antara cara 2. Perempuan
laki-laki dan wanita

Tingkat Pendidikan terakhir Wawancara kuesio 1. Pendidikan Nominal


Pendidikan yang telah dicapai ner tinggi,
oleh responden 2. Pendidikan
rendah

Tingkat Jumlah total Wawancara Kuisio 1. Tinggi > Rp. Nominal


Pendapatan uang yang ner 2.630.162,-
dihasilkan 2. Rendah , < Rp.
keluarga 2.630.162,-
41

hasil a. (UMP
pekerjaan Jambi,
selama 1 2020)
bulan,
dikategorik
an
berdasarkan
UMP Kota
Jambi 2020.

Pekerjaan Pekerjaan ialah Wawanc Kusion 1. Bekerja Nominal


status pekerjaan ara er 2. Tidak
bekerja
responden sehari-
hari yaitu
tidakbekerja dan
bekerja.

2.7 Instrumen Penelitian


Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar yang berisi pertanyaan yang telah disusun
dengan baik dan menginginkan jawaban dari responden. Berikut instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:Kuesioner identitas Pertanyaan ini
untuk mengetahui identitas responden yang mana terdiri dari alamat tempat
tinggal responden, jumlah anak responden, usia, dan kontrasepsi yang
digunakan oleh responden.
1. Lembar karakteristik responden
2. kuisioner yang berisi data hasil pengukuran jentik nyamuk aedes agypti
dan hasil wawancara
3. Kuisioneryang berisi perilaku terhadap pengetahuan, sikap, Tindakan, dan
karakteristik responden pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

2.8 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan suatu data dapat di ketahui sumber datanya dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain:
42

1. Data primer
Pengambilan secara langsung dari penghuni yang berada di dalam
rumah serta melakukan observasi di sekitaran lingkungan rumah responden.
Dilakukan pengambilan di luar rumah ataupun yang berada di dalam rumah,
untuk mengetahui tempat dimana penampungan air yang berpotensi adanya
jentik nyamuk aedes aegypti. Dapat mengetahui tempat penampungan air
yang bersumber terdapatnya atau ditemukan jentik nyamuk dan bisa
dilakukan identifikasi langsung serta melakukan wawancara kepada
responden.
Pengambilan jentik di setiap rumah responden merupakan Metode
survey jentik yang akan dilakukan yaitu menggunakan senter untuk
pencahayaan dan gayung untuk mengambil jentik nyamuk kemudian
dimasukkan kedalam plastik yang sudah disediakan lalu diberikan label
dikeluarkan menggunakan pipit tetes kemudian dibunuh terlebih dahulu
menggunakan air panas kemudian dilihat dibawah mikroskop. Selanjutnya
melakukan wawancara kepada responden untuk mengumpulkan data
kejadian DBD, terutama kepala rumah tangga atau anggota yang mewakili.
Tujuan wawancara ini dilakukan observasi dan mengetahui riwayat keluarga
menderita DBd yang telah tinggal dirumah tersebut dalam kurun waktu satu
tahun.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diambil dengan cara melakukan observasi di dinas
kesehatan kota jambi, badan pusat statistik kota jambi. Data ini mencakup
bilangan penduduk serta jumlah kasus DBD di setiap kecamatan kota jambi

2.9 Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data

a. Mengedit Data (Editing)


43

Pada tahapan ini, data hasil wawancara yang telah dikumpulkan


dilakukan pengecekan dan perbaikan isian terkait kelengkapan dan
ketepatan jawaban responden agar diperoleh hasil yang sesuai.
b. Pemberian kode (Coding)
Pemberian kode (Coding) ialah mengklasifikasi data dan memberi
kode Setelah semua kuesioner diedit, tahap selanjutnya diberikan kode
pada setiap pemilihan jawaban guna mempermudah tahapan selanjutnya.
1) Kejadian demam berdarah dengue
Variabel kejadian demam berdarah dengue dikategorikan yaitu 2
jika pada kasus DBD diberikan 0 dan jika control diberikan kode
1
2) Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti
Variabel perilaku dikategorikan menjadi 2 yaitu baik jika
nilainskor perilaku >median/mean diberi kode 1 dan kurang baik
jika nilai skor perilaku<median/mean yaitu diberi 10 diberi kode 0
3) Perilaku PSN
Variabel perilaku dikategorikan menjadi 2 yaitu baik jika
nilainskor perilaku >median/mean diberi kode 1 dan kurang baik
jika nilai skor perilaku<median/mean yaitu diberi 10 diberi kode 0

c. Memasukan Data (Entry)


Memasukkan jawaban dari masing-masing responden kedalam
software komputer atau program pengolah data.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Jika semua data telah dimasukkan kedalam software, dilakukan
kembali pengecekan untuk melihat adanya kesalahan-kesalahan dalam
memasukkan data berupa kesalahan kode, atau ketidaklengkapan.
2. Analisis Data
a) Analisis Univariate
44

Pada analisis ini dilakukan di setiap variabel hasil penelitian yang


bertujuan ntuk melihaat gambaran distribusi dan frekuensi dari
setiapvariabel yang telah ditentukan baik variabel dependen kejadian
DBD maupun variabel indevenden (kepadatan jentik nyamuk Aedes
Aegypti dan perilaku pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) diwilayah
kerja puskesmas Paal X kota jambi. Penyajian data dibuat dalam
bentuk jumlah persentase.
b) Analisis Bivariate
Mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel
indevenden yaitu menggunakan analisi Bivariat yang akan diteliti
dalam bentuk crosstab (tabulasi silang). Dilakukan dengan aplikasi
statistik dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan
laptop/komputer. Chi Square ini berguna untuk menguji hubungan
antara variabel berskala kategorik-kategorik dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05 atau 95% tingkat kepercayaan. Apabila p-value
< 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan (H0 ditolak),
sebaliknya apabila p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang lebih
signifikan antara variabel (H0 gagal ditolak).

2.10 Etika Penelitian


Setiap penelitian yang dilakukan untuk melibatkan manusia sebagai subjek,
harus memperhatikan beberapa etika penelitian yaitu:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan responden yang
disebarkan sebelum penelitian dilaksanakan, Peneliti menjelaskan tentang
tujuan dilaksanakanya penelitian sebelum dilakukannya penelitian ini, jika
responden setuju maka responden akan menandatangani sebuah lembar
45

persetujuan dan bersedia untuk diwawancarai. Jika responden menolah maka


peneliti tidak bisa memaksa dan sangat menghormati responden.

2. Anonimity ( Tanpa Nama)


Dalam penelitian ini identitas responden dijaga kerahasiannya
sehingga responden tidak perlu takut akan adanya intimidasi dari pihak lain
dalam bentuk tidak mencantumkan siapa nama responden yang terdapat di
lembar pengumpulan data, cukup memberikan kode saja.
3. Confidentialy
Kerahasiaan dalam mengumpulkan informasi harus dijaga oleh peneliti.
4. Pretection from Disconfort
Seorang Responden harus mendapat perlindungan dan merasa nyaman
5. Persetujuan
Penelitian dapat dilakukan setelah mendapatkan suatu persetujuan dari
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

2.11 Jalannya Penelitian


Jalannya penelitian dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan peneliti yaitu melakukan
studi pustaka terkait penelitian sejenis guna mendukung penelitian dalam
menyusun proposal. Peneliti juga mengajukan surat izin pengambilan data
awal ke Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk mengetahui jumlah kasus DBD
pada tahun 2017-2019 dikota Jambi serta mengunjungi puskesmas guna
mengambil data untuk kelengkapan dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti mengumpulkan penelitian dengan menentukan responden
yang akan mengacu pada kriteria penelitian ini. Selanjutnya yang akan
dilakukan dengan mendatangi rumah responden, kemudian penliti
46

meberikana sebuah penjelasan terkait penelitan yang akan dilakukan yang


dimulai dari menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini. Terlebih dahulu
Responden yang bersedia untuk diwawancarai menandatangani pada surat
pertanyaan persetujuan responden dan Melakukan pengambilan sample di
setiap rumah responden yang telah ditentukan. Selanjutnya data di kumpulkan
untuk dikelola dan analisis data untuk uji hipotesis.
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini, peneliti mengolah data dengan melakukan analisis
melalui software yang selanjutnya akan dibuat laporan penelitian dengan
menyertakan hasil penelitian.
67

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2011, Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Anggraini Shinta. 2018. Hubungan Keberadaan Jentik Dengan Kejadian DBD
Di Kelurahan Kedurus Surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan. 10 (3):
252-258
Arini Putri Ayu, 2017. DBD (Demam Berdarah Dengue). Yogyakarta: Nuha
Medika
Blum, Hendril L. 1991. Planning For Health. Humansci. Press New York
Depkes RI. 2007, INSIDE (Inspirasi dan Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes
aegypti Vampir Mini yang Mematikan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Deswara, P. 2012, Hubungan Kepadatan Nyamuk Aedes aegypti di dalam
Rumah dengan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
Masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. 128 hlm.
Djakaria, S. 2004, Pendahuluan Entomologi Parasitologi Kedokteran Edisi
Ke-3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 343 hlm.
Hakim Lukman dan Andri Ruliansyah. 2015. Hubungan Keberadaan Larva
Aedes spp dengan Kasus Deman Berdarah Dengue Dikota Bandung.
Aspirator. 7 (2). 74-82.
Kemenkes, 2014. modul pengendalian demam berdarah dengue. Jakarta:
Kementerian kesehatan repubik indonesia
Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2008. Situasi Penyakit Demam Berdarah ditahun 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kusumawardani. E. 2012, Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
68

Wilayah Pedesaan Tahun 2012 (Daerah Perbatasan Kabupaten Bogor


dan Kabupaten Lebak), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.
Mangindaan Mia A. V., dkk. 2018. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang
Nyamuk Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Didesa
Watudambo Kecamatan Kauditan. Jurnal KESMAS. 7(5). 1-7
Misnadiarly, 2009. Demam berdarah dengue (DBD), jakarta Pustakan populer
Najmah, 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta timur. Cv Trans Info
Media.
Nadifah, F., Muhajir, N.F., Arisandi, D. & Lobo, M.D.O. 2016, Identifikasi
Larva Nyamuk pada tempat penampungan air di Padukuhan Dero
Condong Catur Kabupaten Sleman, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, pp.172178.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. 2010, Demam Berdarah Dengue.
Kementrian Kesehatan RI. Vo. 2
Saepudin Malik, 2011. Prinsip-Prinsip Epidemiologi. Jakarta: Cv Trans Info
Media.
Sembel, D.T. 2009, Entomologi kedokteran, ANDI, Yogyakarta
Service M, 2008. Mosquito Ecology Field Sampling Methods, Chapman and
Hall.
Sunaryo, dkk. 2014.surveilans Aedes aegypti di daerah endemis demam
berdarah Dengue. Jurnal kesehatan masyarakat nasional. 8 (8). Hal. 423
Suryani, 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam
Susanto, I. Ismid, I. S. Sjarifuddin, P. K. & Sungkar, S. (eds) 2012,
Parasitologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
69

Jakarta
Priesley Fuka, dkk. 2018. Hubungan Perilaku Pemberantaan Sarang Nyamuk
Dengan Menutup, Menguras, Dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus)
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Dikelurahan
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(1): 124-130
Queensland Government. 2011. Queensland Dengue Management Plan 2010-
2015. Diakses dari:
http://s3.amazonaws.com/zanran_storage/www.health.qid.gov.au/Conte
ntPages/2508518310.pdf
Yanti Martini, dkk. 2020. Faktor Lingkungan, Manusia, Pelayanan, Kesehatan
yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah Dengue. Jurnal Of
Public Health and Community Medicine.
Wati, W.E. 2009, Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan
Pacitan Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 1(2). 35-46
http://www.etd.eprints.ums.ac.id/59661/J410050022.PDF
World Health Organitation. 2019. Dengue and Severe Dengue.
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/dengue-and-severe-dengue
(Diakses tanggal 05 september 2020)
World Health Organitation. 2017. Improving Data Foer Dengue.
https://www.who.int/activities/improving-data-for-dengue (Diakses
tanggal 05 september 2020)
Zulkoni, A. 2010, Parasitologi, Muha Medika, Yogyakarta.

Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Lubang Buaya Kecamatan Cipayung


Jakarta Timur Tahun 2010. Universitas Indonesia. Depok.
70

LAMPIRAN
71

Lampiran 1. Kuisioner penelitian

KUISIONER PENELITIAN
(Hubungan Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Dan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Kejadian Penyakit DBD Di
Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Tahun 2020)
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan terakhir : 0. Tidak Sekolah
1. SD/Sederajat
2. SMA/ Sederajat
3. SMA/ Sederajat
4. Perguruan Tinggi/S1
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
8. DBD : 0. Kasus
1. KontroL

Data Umum Responden

No. Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Berapakah usia anda?

2. Apakah pendidikan terakhir anda?


72

Berapakah jumlah anggota keluarga Anda? …………………………………


3.
Terdiri dari siapa saja? ………………………………….

Apakah Suami bekerja? Ya Tidak

4. Jika bekerja, apa pekerjaan Suami? …………………………………..

Berapa besar pendapatan Suami perbulan? …………………………………..

Apakah Istri bekerja? Ya Tidak

5. Jika bekerja, apakah pekerjaan Istri? .....................................................

Berapa besar pendapatan Istri perbulan? …………………………………...

Apakah Anda memiliki anak yang masih Ya Tidak


6.
sekolah?

Jika ada, dikelas berapa anak Anda bersekolah? …………………………………..

Apakah anak Anda ada yang sudah bekerja? Ya Tidak

Jika ada, apa pekerjaan anak Anda? …………………………………


7.
Berapa besar kontribusi pendapatan anak Anda
………………………………..
untuk keluarga?

8. Berapa total pendapatan keluarga perbulan? …………………………………

II. PERTANYAAN
A. Kepadatan Jentik Nyamuk

1. Apakah sebelumnya dalam kurun waktu maksimal 1 tahun yang lalu


Anda atau Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah dengan
Anda pernah menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)?
a. Ada (Siapa.......) b. Tidak
2. Siapakah yang mendiagnosa bahwa Anda atau Anggota Keluarga
Anda menderita DBD?
73

a. Dokter b. Diri Sendiri c. Dukun


74

Lembar Observasi F. Kondisi Tempat Penampungan Air/Kontainer


dan Keberadaan Jentik

1. Tempat Penampungan Air yang Dimiliki untuk Keperluan Sehari-


hari

N Jenis TPA Keberadaaan TPA Keberadaaan


o Jentik
Ada Tida Kondisi Ada Tidak
k
1. Tempayan/gentong
2. Bak mandi
3. Bak WC
4. Drum
5. Bak penampungan air
6. Ember
7. dan lain-lain

2. Bukan Tempat Penampungan Air

N Jenis Tempat Keberadaaan Tempat Keberadaaan


o
Penampungan Air Penampungan Air Jentik
Ada Tida Kondisi Ada Tidak
k
1. Tempat minum
hewan
2. Barang-barang bekas
75

3. Vas bunga
4. Penampungan
Dispenser
5. Penampungan kulkas
6. Dan lain-lain
76

3. Tempat Penampung Air Alami

N Jenis Kontainer Keberadaaan Kontainer Keberadaaan


o
Jentik
Ada Tida Kondisi Ada Tidak
k
1. Lubang pohon
2. Pelepah daun/pohon
3. Tempurung kelapa
4. Potongan bamboo

5. Kulit kerang
6. Dan lain-lain

B. Pengetahuan

Berikut ini saya akan menanyakan pertanyaan terkait tingkat


pengetahuan bapak/ibu/saudara tentang Demam Berdarah Dengue
dengan menjawab pertanyaan yang akan saya ajukan silakan
memberikan jawaban “ya” atau “tidak” sesuai dengan kondisi yang
bapak/ibu/saudara ketahui.

No Pertanyaan Jawaban
. Ya Tidak
1 Bapak/Ibu/Saudara apakah penyakit DBD
berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian?
2 Bapak/Ibu/Saudara apakah demam
mendadak, sakit Kepala, nyari
sendi/tulang/otot, nyeri ulu hati,
pendarahan merupakan tanda-tanda orang
menderita DBD?
3 Bapak/Ibu/Saudara APAKAH Penyakit
DBD didahului oleh demam tinggi yang
77

mendadak terus menerus berlangsung


selama 14 hari ?
4 Bapak/Ibu/Saudara apakah menabur abate
pada kolam atau bak tempat penampungan
air setidaknya 2 bulan sekali?
5 Bapak/Ibu/Saudara apakah nyamuk
penyebab penyakit DBD adalah nyamuk
Aedes Aegypti?
6 Bapak/Ibu/Saudara apakah aktivitas
nyamuk demam berdarah dengue biasanya
menggigit pada malam hari
7 Bapak/Ibu/Saudara apakah kegunaan dari
bubuk abate adalah membunuh nyamuk
dewasa?
8 Bapak/Ibu/Saudara apakah nyamuk
penyebab demam berdarah hidup di air
yang kotor?
9 Bapak/Ibu/Saudara apakah t empat
penampungan air seperti bak mandi,
tempat minum burung, kaleng bekas yang
berisi air merupakan tempat-tempat yang
berpotensi adanya jentik nyamuk?
10 Bapak/Ibu/Saudara apakah menutup
tempat penampungan air seperti drum,
ember, tempayan,/ gentong air yang dapat
menjaddi tempat berkembangbiak nyamuk
merupakan cara mencegah penyakit DBD?
11 Bapak/Ibu/Saudara apakah menguras bak
mandi secara teratur minimal seminggu
sekali merupakan cara mencegah penyakit
DBD?/
12 Bapak/Ibu/Saudara apakah memanfaatkan/
mendaur ulang barang bekas yang dapat
menampung air (botol, plastic, kaleng, ban
bekas dan lain-lain) merupakan cara
mencegah penyakit DBD?
13 Bapak/Ibu/Saudara apakah jika seseorang
diagnose DBD, perlu disekitarnya
disekitarnya dipasang kelambu untuk
mencegah nyamuk menggit penderita
DBD sehingga tidak menularkan ke orang
lain?
78

14 Bapak/Ibu/Saudara apakah menggantung


baju dirumah dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk?
15 Bapak/Ibu/Saudara apakah menggunakan
krim pencegah gigitan nyamuk untuk
mencegah penyakit DBD?

C. Sikap
Berikut ini saya akan menanyakan pertanyaan terkait tingkat
sikap bapak/ibu/saudara tentang demam berdarah dengue dengan
menjawab pertanyaan yang akan saya ajukan silakan memberikan
jawabab “setuju” atau “tidak setuju” sesuai dengan kondisi
bapak/ibu/saudara ketahui.
No Pertanyaan Jawaban
. Setuju Tidak
setuju
1 Setujuhkah anda mengubur barang bekas
dilakukan jika keberadaannya sudah
sangat mengganggu lingkungan?
2 Setujuhkah anda menutup tempat
penampungan air merupakan salah satu
cara penyebaran mencegah penyebaran
penyakit DBD?
3 Setujuhkah anda bahwa menaburkan
bubuk abate pada kolom atau bak tempat
penampungan air setidaknya 2 bulan
sekali
4 Setujuhkah anda bahwa sebaiknya
memberikan contoh tentang cara
melakukan 3M pada anggota keluarga,
karena 3M merupakan tanggung jawab
Bersama?
5 Setujuhkah anda bahwa semua nyamuk
harus diwaspadai penyebab DBD?
6 Jika jawabannya “iya”, setujukah anda
setelah dikuras setiap minggu, walau
ditutup dengan penutup air penampungan
perlu dicampurkan larvasida untuk
mencegah adanya jentik?/
7 Setujuhkah anda menggunakan krim
pencegah gigitan nyamuk
8 Menutup rapat tempat penampungan air
79

setelah digunakan
9 Membersihkan atau menaburkan bubuk
abate pada tempat penampungan air
10 Mengganti air pada wadah seperti vas
Bunga atau membuang air pada tempat
penampungan dispenser/kulkas/AC
seminggu sekali
11 Tidur dengan memakai obat anti nyamuk
(semprot, bakar, oles, atau eletrik)
12 Memasang kawat kasa pada jendela atau
lubang angin (ventilasi)
13 Memperbaiki saluran air dan talang air
yang tidak lancer atau rusak
14 Mengubur atau mendaur ulang benda-
benda yang dapat menyebabkan
tegenangnya air seperti ban, kaleng atau
drum bekas.
15 Menutup rapat tempat penampungan air
setelah digunakan
16 Mengubur atau mendaur ulang benda-
benda yang dapat menyebabkan
tegenangnya air.
80

D. Tindakan

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1 Menguras tempat penampungan air
A Apakah anda atau keluarga anda menguras
tempat penampungan air ?
B Jika “ya”, berapa kali dalam seminggu?
a. 1 kali
b. >1 kali
2 Menutup tempat penampungan air
A Apakah tempat penampungan air anda
biasa ditutup?
B Jika “ya”, apakah tempat penampungan air
anda ditutup dengan rapat?
3 Menyingkirkan atau mendaur ulang
barang bekas
A Apakah anda atau keluarga anda
menyingkirkan barang bekas?
B Apakah anda atau keluarga anda
membuang barang bekas?
4 Memelihara ikan pemakan jentik
A Apakah anda atau keluarga anda
memelihara ikan?
B Jika “ya”, apakah ikan tersebut termasuk
ikan pemakan jentik
5 Memasang kawat kasa
A Apakah anda atau keluarga anda
memasang kawat kasa pada lubang
ventilasi rumah?
6 Menggantung pakaian di dalam rumah
A Apakah anda ataau keluarga anda
menggantung pakaian yang telah dipakai
di dalam rumah?
7 Kebiasaan tidur menggunakan kelambu
A Apakah anda atau keluarga anda tidur
menggunakan kelambu?
8 Menggunakan obat anti nyamuk
A Apakah anda atau keluarga anda
menggunakan obat anti nyamuk?
9 Menggunakan bubuk abate
A Apakah anda ataau keluarga anda
81

menggunakan bubuk abate di dalam


penampungan air ?

Anda mungkin juga menyukai